Etika pemerintahan adalah nilai nilai et

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Penyimpangan dari peraturan, itulah fakta yang akhir-akhir ini sering terjadi di

dunia pemerintahan Indonesia. Penyimpangan tersebut dilakukan oleh pemimpin
birokrasi di Indonesia atau pemerintahan yang mengakibatkan kerugian bagi
masyarakat. Penyelewengan wewenang tersebut dapat berupa adanya KKN (Kolusi,
Korupsi, Nepotisme), penyimpangan terhadap hak-hak yang dimiliki, dan lain
sebagainya. Hal inilah yang membuat masyarakat yang bertindak sebagai konsumen
dari kinerja pemimpin birokrasi menjadi kehilangan kepercayaan. Dengan cara
berpikir masyarakat yang semakin kritis, kinerja pemimpin birokrasi dirasakan oleh
masyarakat sangat mengecewakan dan merugikan rakyat kecil.
Hal inilah yang menjadi perhatian banyak orang dimana etika seorang
pemimpin sangat diperlukan agar apa yang diharapkan masyarakat bisa terpenuhi
dengan baik. Di samping itu, dengan adanya pemimpin yang beretika, rasa
kepercayaan masyarakat akan sepenuhnya mereka berikan kepada pemimpin
birokrasi untuk menjalankan segala amanat yang diberikan masyarakat kepada

pemimpinnya.
Dari permasalahan di atas, maka sudah menjadi kewajiban bagi seorang
pemimpin birokrasi untuk memiliki etika yang baik dalam menjalankan tugasnya
sebagai pemimpin pemerintahan agar dapat menjalankan pemerintahan dengan baik
dan tidak melanggar etika yang ada.
Dan dari masalah di atas, makalah ini dibuat agar menjadi sumber bacaan dan
bahan renungan bagi para calon pemimpin birokrasi di Indonesia sehingga tercipta
pemimpin yang beretika dalam melaksanakan tugasnya untuk mensejahterakan
masyarakat.
I.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan etika ?
1

2.
3.
4.
5.


Apakah yang dimaksud dengan pemerintahan ?
Apakah yang dimaksud dengan etika pemerintahan ?
Bagaimanakah etika pemerintahan yang terjadi pada saat ini ?
Bagaimanakah seharusnya etika pemerintahan yang sesuai dengan aturan
etika ?

I.3

Tujuan Penulisan
1. Sebagai tugas dari dosen pengajar untuk mata kuliah etika pemerintahan
2. Menjelaskan tentang etika pemerintahan
3. Menjelaskan tentang bagaimana seharusnya etika pemerintahan yang sesuai
dengan aturan etika

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Etika
2.1.1 Pengertian Etika
Etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang

mempunyai arti watak, keharusan, adat. Kemudian dijelaskan juga pendapat
lain dari Magnis Susesno yang menerangkan bahwa etika merupakan
pengkajian filsafat tentang bidang yang menyangkut kewajiban-kewajiban
manusia serta tentang yang baik dan buruk. Etika sebagai ilmu yang mencari

2

orientasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti adat istiadat, tradisi,
lingkungan sosial, ideologi, agama, Negara, dan lain-lain.
Istilah etika dan etik memiliki perbedaan pengertian yang relatif dan
sangat samar. Etika adalah ilmu akhlak yang mebahas pola-pola aturan tentang
nilai-nilai kesusilaan. Tata aturan tersebut perlu, harus bahkan wajib
dilaksanakan. Bagi seseorang yang mematuhi aturan tersebut dan mengetahui
masalah etika, amat terpuji apabila tindakannya berpegang pada aturan tersebut.
Tindakan yang memberlakukan aturan etika itu disebut tindakan etik dan sifat
pelaksanaan tindakan tersebut disebut etis. Tata aturan dalam etika disebut
norma atau kaidah yang berisi baik dan buruknya perbuatan sesuai dengan
ukuran dan tingkat kemajuan kebudayaan dan peradaban masyarakat yang
menganut dan mematuhi norma atau kaidah tersebut. Jadi bisa disimpulkan
bahwa etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip tentang

tindakan moral yang baik dan benar.

2.1.2 Norma-Norma Etika
Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan
yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan
sentosa. Dalam buku yang berjudul ”Pengantar Ilmu Hukum” karangan Dudu
Duswara (2010) disebutkan bahwa secara umum norma terbagi menjadi 4
macam, yaitu:
1.
Norma Agama
Norma agama terbagi menjadi 2, yaitu agama wahyu dan agama budaya.
Agama wahyu adalah semua ajaran yang berasal dari Tuhan, sedangkan
agama budaya adalah ajaran yang dihasilkan oleh pikiran dan perasaan
manusia. Jadi, norma agama merupakan tuntunan hidup untuk menuju ke
2.

arah yang lebih baik.
Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan hidup yang berasal dari suara hati
manusia yang menentukan mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang

tidak baik.
3

3.

4.

Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup
masyarakat tertentu.
Norma Hukum
Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara).
Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa.

II.2 Pemerintah dan Pemerintahan
2.2.1 Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan
Government dari Bahasa Inggris dan Gouvernment dari Bahasa Perancis
yang keduanya berasal dari Bahasa Latin, yaitu Gubernaculum, yang berarti
kemudi, tetapi diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Pemerintah

atau Pemerintahan dan terkadang juga menjadi Penguasa.
Pemerintah dalam arti sempit dimaksudkan khusus kekuasan eksekutif
sedangkan dalam arti luas kekuasaan eksekutif, legeslatif, dan yudikatif.
Pemerintah dalam arti sempit berdasarkan UUD yang pernah berlaku di
Indonesia, yaitu UUD 1945, UUDS 1950, dan UUD Konstitusi RIS 1949.
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan publik
yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam usaha mencapai
tujuan negara. Pemerintahan dalam ari sempit adalah segala kegiatan badanbadan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pemerintah dan pemerintahan
memiliki arti yang berbeda meskipun berasal dari kata yang sama yaitu
perintah. Pemerintah adalah institusi, lembaga, organisasi, badan atau pejabat
yang

menjalankan

tugas

disamping

fungsi


pemerintahan.

Sedangkan

pemerintahan adalah aparat, badan, lembaga, institusi atau pejabat yang
menjalankan atau melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas pemerintahan.
II.3 Etika Pemerintahan
II.3.1Pengertian Etika Pemerintahan
Etika pemerintahan adalah nilai-nilai etik pemerintahan yang menjadi
landasan moral bagi penyelenggara pemerintahan. Secara teoritis, terdapat
hubungan antara filsafat dengan etika pemerintahan, dimana etika pemerintahan
adalah bagian dari filsafat dan etika terbagi menjadi 2 bagian yaitu individual
4

dan sosial. Etika pemerintahan lahir dari cabang sosial dimana didalamna
terdapat etika pers, etika politik, etika pemerintahan, dst. Etika pemerintahan
memiliki sifat-sifat sosial, antara lain:
1.
Bersifat praktis karena membicarakan tentang perilaku dar aparat

pemerintahan dan warga negara yang menyangkut pelaksanaan atau
2.

praktik interaksi antara aparat negara dengan yang diperintah.
Selalu memerlukan bantuan dari ilmu pengetahuan lain seperti ilmu
politik, ilmu hukum, dan lain-lain.

2.3.2 Fungsi Etika Pemerintahan
Secara umum, fungsi etika pemerintahan dalam penyelenggaraan praktik
pemerintahan dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Sebagai suatu pedoman, referensi, acuan, penuntun, dalam pelaksanaan
2.

tugas-tugas pemerintahan.
Sebagai acuan untuk menilai apakah keputusan dan/ atau tindakan pejabat
pemerintahan itu baik atau buruk, terpuji atau tercela.
Widodo (2001:245) menjelaskan bahwa oleh karena etika mempersoalkan

baik dan buruk dan bukan benar dan salah tentang sikap, tindakan, dan perilaku

manusia dalam berhubungan dengan sesamanya baik dalam masyarakat
maupun organisasi public atau bisnis, maka etika mempunyai peran penting
dalam praktek administrasi Negara. Etika diperlukan dalam administrasi
Negara. Etika dapat dijadikan pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang
harus dilakukan oleh administrasi negara dalam menjalankan kebijakan politik,
dan sekaligus dapat digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku
administrasi Negara dalam menjalankan kebijakan politik dapat dikatakan baik
atau buruk. Karena administrasi Negara bukan saja berkait dengan masalah
pelaksanaan kebijakan politik saja, tetapi juga berkait dengan masalah manusia
dan kemanusiaan.
2.3.3 Sumber Etika Pemerintahan Indonesia
Dari berbagai penjelasan tentang etika pemerintahan maka dapat
dikemukakan bahwa pada hakekatnya sumber etika pemerintahan itu dapat
berasal dari peraturan perundangan, nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai sosial

5

budaya yang berasal dari kehidupan kemasyarakatan serta berasal dari adat
kebiasaan dan yang sejenis dengan itu. Ada yang berpendapat bahwa untuk
Pemerintahan Indonesia nilai-nilai keutamaan pemerintahan itu dipahami

keberadaannya telah tumbuh sejak sebelum Indonesia merdeka yaitu dimulai
sejak jaman perjuangan melawan penjajah Belanda dahulu, jika dirinci nilainilai dimaksud antara lain bersumber dari:
1.
Budi Utomo, Sumpah Pemuda, Proklamasi 1945.
2.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3.
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang
Kewenangan, tugas pokok dan fungsi lembaga pemerintah dan organisasi
pemerintahan, hak dan kewajiban serta larangan bagi anggota organisasi
4.
5.

pemerintah.
Nilai-nilai keagamaan.
Nilai-nilai sosial budaya: adat kebiasaan setempat seperti perilaku tentang
kepantasan dan ketidak pantasan serta kesopanan.

2.3.4 Good Governance
Good governance adalah pemerintahan yang baik dalam standar proses

dan maupun hasil-hasilnya, semua unsur pemerintahan bisa bergerak secara
sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat dan
terlepas dari gerakan-gerakan anarkis yang dapat menghambat proses
pembangunan. Dikategorikan pemerintahan yang baik, jika pembangunan itu
dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal menuju cita-cita
kesejahteraan dan kemakmuran, memperlihatkan hasil dengan indikator
kemampuan

ekonomi

rakyat

meningkat,

kesejahteraan

spritualitasnya

meningkat dengan indikator masyarakat rasa aman, tenang, bahagia dan penuh
dengan kedamaian. Sebagai pemerintahan yang baik pasti memiliki prinsip
yang kuat, berikut prinsip mengenai good governance :
1. Akuntabilitas (Bertanggung jawab)
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat bertanggungjawab kepada publik dan lembaga stakeholders. Atau
bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Gunanya

6

adalah untuk mengontrol dan menutup peluang terjadinya penyimpangan
seperti KKN. Indikator minimal akuntabilitas antara lain :
 Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan.
 Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan dan kelalaian dalam
melaksnakan tugas.
 Adanya output dan income yang terukur
2. Keterbukaan (transparasi)
Affan Gaffar menegaskan bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa sesuai dengan cita-cita good governance seluruh
mekanisme pengelolaan negara harus di lakukan secara terbuka. Aspek
mekanisme pengelolaan negara yang harus di lakukan secara terbuka adalah:
 Penetapan posisi, kedudukan dan jabatan
 Kekayaan pejabat publik
 Pemberian penghargaan
 Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
 Kesehatan
 Moralitas pejabat dan aparatur pelayanan publik
 Keamanan dan ketertiban
 Kebijakan dan ketertiban
 Kebijakan strategis untuk pecerahan kehidupan masyarakat
3. Partisipasi
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,
serta memberi dorongan bagi warga untuk menyampaikan pendapat secara
langsung atau tidak langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.
4. Penegak Hukum (Rule of law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum, kerangka
hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan terutama hukum hak asasi
manusia. Proses mewujudkan cita good governance, harus di imbangi dengan

7

komitmen untuk menegakkan rule of law, dengan karakter-karakter antara lain
sebagai berikut :
a. Supremasi hukum ( the supremasi of law )
b. Kepastian hukum (legal certainly)
c. Hukum yang responsif
d. Penegak hukum yang kosisten dan non-diskriminatif
e. Indenpendensi peradilan
5. Daya Tanggap (responsif)
Asas responsif adalah bahwa pemerintah harus responsif terhadap
persoaalan-persoalan masyarakat. Pemerintah harus memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan menunggu mereka menyampaikannya keinginannya,
tetapi mereka secara proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhankebutuhan masyarakat, untuk kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis
guna memenuhi kepentingan umum.
6. Orientasi konsensus/kesepakatan
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.
7. Kesetaraan keadilan (equity)
Proses pengelolaan pemerintah harus memberikan peluang, kesempatan,
pelayanan yang sama dalam koridor kejujuran dan keadilan. Tidak seorang atau
sekelompok orangpun yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang menjadi
haknya. Pola pengelolaan pemerintah seperti ini akan memperoleh legitimasi
yang kuat dari public dan akan memperoleh dukungan serta partisipasi yang
baik dari rakyat.
8. Efektivitas (effectiveness) dan efesiensi (efficiency)
Pemerintahan yang baik juga harus memenuhi kriteria efektuvitas dan
efesiensi, yakni berdayaguna dan berhasilguna. Kriteria efektivitas biasanya di
ukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Sedangkan
efesiensi biasanya di ukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan semua masyarakat.

8

9. Visi strategis (strategic vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka
perwujudan good governance, karena perubahan dunia dengan kemajuan
teknologinya yang begitu cepat.

2.3.5 Etika Pemerintahan di Indonesia
Kejahatan kerah putih tidak menakutkan, karena pelakunya berdasi,
berpangkat, bergelar, dan naik turun mobil mewah, teduh indah dengan
sederetan pada pengawal dan para pembela. Namu demikian sejak turunnya
presiden Soeharto dari kursi kepresidenan yang selama 32 tahun telah berkuasa,
para demonstrasi yang sebagian besar terdiri dari perwakilan mahasiwa se
Indonesia dan istilah dan spanduk-spanduk yang paling banyak diangkat adalah
pemberantasa KKN (korupsi,kolusi, dan nepotisme)
Korupsi adalah setiap perbuatan yang dilakukan siapapun juga untuk
kepentingan diri sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau kepentingan suatu
badan yang langsung menybabkan kerugian bagi keuangan dan perekonomian
negara. Selain itu, korupsi diartikan pula sebagai setiap perbuatan yang oleh
seorang pejabat yang menerima gaji atau upah keuangan negara ataupun suatu
badan yang menerima bantuan dari keuangan negara (atau daerah) yang dengan
mempergunakan kesempatan (kewenangan/kekuasaan) yang di berikan padanya
oleh jabatan (langsung/tidak langsung) membawa keuntunga material baginya
Kolusi adalah kerja sama seseorang atau sekelompok orang yang
memangku

jabatan

atau

yang

memiliki

kewenangan

tetentu

dalam

pemerintahan dengan masyarakat atau pejabat yang memerlukan bantuan saling
memberikan (jasa, komisi, uang atau materi lainnya) yang menimbulkan
ketidak adilan dalam percaturan sumber daya manusia, karena mustinya
memperoleh hasil pembangunan yan lebih baik tetapi tidak di terima secara
optiomal, misalnya karena adanya pejabat yang memperoleh komisi dari
pengusaha, sehingga pada suatu ketika nanti apa bila pada penyerahan barang9

barang pembelian atau pembangunan tertentu, ternya tidak memenuhi syarat,
maka para pemimpin pemerintahan tidak lagi kuasa memprotesnya.
Nepotisme adalah pandang bulu dalam meilih orang, baik karena
hubungan saudara, agama, suku, almamater kendati yang di tolong (ditunjuk)
relative lebih buruk dari pada pihak kandidat lainnya. Jadi dalam hal ini uang
dan barang tidak hilang dari negara, tetapi negara mengalami kerugian karena
pemberian kemenangan dan tender dan pemilihan pihak kerja sama adalah
orang yang tidak memiliki kualifikasi terbaik, dan tender didepan umum adalah
sebuah kebohongan publik.
Itulah sebabnya korupsi, kolusi dan nepotisme di anggap sudah menjadi
budaya bangsa yang membuat negeri ini semakin terpuruk kedalam kerendah
mutu sumber daya manusia di Indonesia, namun tetap saja Indonesia berada
peringkat teratas dalam korupsi, kolusi dan nepotisme dan pelakunya tetap hidu
dalam kesukaan, itulah sebabnya menjadi birokrat adalah sebuah kesukaan.
2.3.6 Etika Pemerintahan Yang Seharusnya
Berbicara tentang Etika Pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari Etika
Aparatur Pemerintahan itu sendiri karena ketika kita Etika Pemerintahan
didengungkan secara tertulis memang belum diuraikan dengan jelas namun
secara eksplisit Etika Pemerintahan telah termuat dalam peraturan Kepegawaian
yang mengatur para aparat Birokrasi (Pegawai negeri) itu sendiri, yang mana
kita tahu bahwa Birokrasi merupakan sebuah organisasi penyelenggara
pemerintahan yang terstruktur dari pusat sampai kedaerah dan memiliki jenjang
atau tingkatan yang disebut hirarki. Jadi Etika Pemerintahan sangat terkait
dengan tingkah laku para aparat pemerintahan itu sendiri dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Aparat pemerintahan secara kongrit di negara kita yaitu
Pegawai Negeri baik itu Sipil maupun Militer, yang secara Organisatoris dan
hirarkis melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing sessuai aturan yang
telah ditetakan.

10

Etika Pemerintahan merupakan bagian dari aturan main dalam organisasi
Pemerintahan atau Pegawai Negeri yang secara structural telah diatur aturan
mainnya, dimana kita kenal sebagai Kode Etik Pegawai Negeri, yang telah
diatur lewat Undang-undang Kepegawaian. Kode Etik yang berlaku bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) disebut Sapta Prasetya Korps Pegawai Republik
Indonesia (Sapta Prasetya KORPRI) dan dikalangan Tentara Nasional Indonesia
(TNI) disebut Sapta Marga.
Penerapan Kode Etik pegawai betul-betul dipahami serta dihayati oleh
setiap pegawai, kemudian aturan yang mengatur tentang UU Pokok
Kepegawaian yang langsung diaplikasikan oleh atasan kepada bawahan seperti
dalam realisasi Apel setiap hari, Apel menghadapi hari-hari penting seperti Hari
Korpri, hari kesadaran nasional, dan berbagai hari-hari lainnya, melaksanakan
sepenuhnya tugas dan tanggungjawab, berprilaku baik, jujur, mampu
bekerjasama serta menghindari praktek penyelewengan seperti Korupsi, Kolusi,
Nepotisme, bersikap adil dalam melayani, mengutamakan kepentingan
bersama, menghargai pendapat orang lain serta melaksanakan hubungan yang
sangat baik antara atasan dengan bawahan, maupun dalam upaya penegakan
disiplin.
Peraturan disiplin Pegawai Negeri sebagaimana pada pasal 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil
untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Sedangkan yang berkaitan
dengan realisasi terhadap penegakan disiplin antara lain diterapkan berbagai
bentuk disiplin seperti Teguran lisan, Teguran tertulis dan Pernyataan tidak puas
secara tertulis.

11

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
a) Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip tentang
tindakan moral yang baik dan benar.
b) Pemerintah adalah institusi, lembaga, organisasi, badan atau pejabat yang
menjalankan tugas disamping fungsi pemerintahan.
c) Pemerintahan adalah aparat, badan, lembaga, institusi atau pejabat yang
menjalankan atau melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas pemerintahan.

12

d) Etika pemerintahan adalah nilai-nilai etik pemerintahan yang menjadi
landasan moral bagi penyelenggara pemerintahan.
e) Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme adalah etika pemerintahan yang paling
banyak menyita perhatian masyarakat
f) Good govenance dan Kode etik diperlukan untuk menjaga nilai etika
pemerintahan sebagaiman yang seharusnya sesuai dengan aturan etika
III.2 Saran
Saran penulis yaitu pentingnya pembinaan khusus mengenai akhlak,
aqidah, yang didalamnya berisi ajaran etika dan moral kepada calon
pemimpin bangsa yang bisa mereka jadikan sebuah pembelajaran yang
sangat penting sehingga mereka mampu mengendalikan diri mereka
sehingga pemerintahan yang ia pegang mampu berjalan dengan baik dan
kesejahteraan rakyat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Untari, Sri. 2006. Ilmu Pemerintahan. Malang : FIP-UM
Syafiie, Inu Kencana. 1994. Etika Pemerintahan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Widjaja, W.A, Drs, 1999. Etika Pemerintahan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumber-sumber lainnya
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang disiplin Pegawai Negeri
UU No. 43 tahun 1996, Tentang pokok-pokok kepegawaian

13

Rini Priani, Blog, 2014
http://prianirini.blogspot.com/2014/01/etikapemerintahan.html Tanggal Akses 15
Maret 2015
Ohitsu Jiza, Blog, 2009, https://ohitsujiza.wordpress.com/2009/02/23/goodgovernance/ Tanggal Akses 15 Maret 2015

14