Analisis tingkat sertifikat BI, inflasi, dan nilai kurs terhadap return saham LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG

(1)

ANALISIS TINGKAT SERTIFIKAT BANK INDONESIA, INFLASI, DAN

NILAI KURS TERHADAP RETURN SAHAM LQ 45 DAN DAMPAKNYA

TERHADAP IHSG

SKRIPSI

Oleh :

Bayu Raditya

205081000170

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bayu Raditya Tempat & tgl lahir : Jakarta, 6 Juni 1987

Agama : Islam

Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Jl. Ismail No.23 Tanah Kusir Kby Lama Selatan Jakarta Selatan 12240

Telp : 021-7376488 /085711728489 Email : bayu_radith@yahoo.com

Pendidikan Formal :

• SD Tarakanita 3, Patal Senayan-Jakarta (1993 – 1999) • SLTP Tarakanita 3, Patal Senayan-Jakarta (1999 – 2002) • SMK Tarakanita Pulo Raya-Jakarta (2002 – 2005) • Universitas Islam Negeri (UIN)-Ciputat (2005 – 2010)

Jurusan Manajemen Keuangan

Pendidikan Informal

• Kursus Bahasa Inggris IEC selama 1 tahun.

Kemampuan

• Mengoperasikan Ms.Word, Ms. Excel, Ms.Power point. • Bahasa Inggris

Pengalaman Magang

• Gramedia Pondok Indah Mall, Juli 2004 • Hero Veteran, Agustus 2004

• Koperasi Patra Jasa, September 2004

• Mc Donalds STC, November 2006-Febuari 2007 • Telkomsel Gatot Subroto, Oktober 2008


(3)

ABSTRACT

This study aims to analyze the level of Bank Indonesia Certificates, Inflation and Exchange Rate Against Return Value and Its Impact on Market Shares Return LQ 45. Data obtained in the form of secondary data from the Indonesia Stock Exchange. Statistical method used is the path analysis. The test results indicate that the SBI, and the Value of Inflation Rate has a significant impact on JCI Market Return variable while the impact on stock returns LQ 45 no significant influence either directly or indirectly. This can be evidenced by the partial test and simultaneous testing of macroeconomic variables (SBI, Inflation, and Value Exchange) and The Return of Return of Stock Market JCI LQ 45 which states that the probability above 0.05.


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Tingkat Sertifikat Bank Indonesia, Inflasi dan Nilai Kurs Terhadap Return Market dan Dampaknya Terhadap Return Saham LQ 45. Data yang diperoleh berupa data sekunder dari Bursa Efek Indonesia. Metode statistic yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil pengujian menunjukan bahwa SBI, Inflasi dan Nilai Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable Return Market IHSG sedangkan dampaknya terhadap Return Saham LQ 45 tidak memberikan pengaruh yang signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat ditunjukkan dengan uji parsial dan uji simultan dari variable makro ekonomi (SBI, Inflasi, dan Nilai Kurs) dan Return Market IHSG terhadap Return Saham LQ 45 yang menyatakan bahwa probabilitasnya di atas 0.05.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulilahi Rabbil’ Alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada dibumi dan langit. Atas berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan ummat dan telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju jalan cahaya, beserta keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir jaman.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.

Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. My Moms, selaku orang tua yang senantiasa memberikan doa, motivasi yang tiada pernah henti dan takkan lelah selalu memberi dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing I yang telah


(6)

memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini. 4. H.M.Arief Mufraini,L.c.,M.si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan

dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

5. My brur and sister yang selalu buat suasana ceria dalam masa penulisan skripsi ini. 6. Nyzomi dan dede sebagi teman yg selalu mendukung dalam penulisan skripsi.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf bagian akademik dan perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Terima kasih atas keramahannya dalam memberikan pelayanan.

9. Kepada teman-temanku di FEIS 2005 Manajemen A dan Manajemen Keuangan, Semangat ya,....Doaku selalu menyertai kalian.

10.Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Hanya do’a tulus yang dapat penulis berikan untuk setiap kebaikan yang telah kalian berikan ”satu kebaiakan yang kalian lakukan semoga Alloh membalasnya dengan seribu kebaikan” Amin...

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Januari 2010

Bayu Raditya

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… i


(7)

ABSTRAK ……… iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR ……… x

BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 8

1. Tujuan Penelitian ……… 8

2. Manfaat Penelitian ………... 8

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal ……… 10

B. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ……… 14

1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia ……….. 14

2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia ……….. 14

3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia ………. 15

4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia ……….. 15

5. Tingkat SBI dan IHSG BEI ………. 16

C. Inflasi ………. 17


(8)

1. Penentuan Nilai Tukar ……….. 22

2. Sistem Kurs Mata Uang ……… 23

3. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia…. 26 4. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS dan IHSG BEI ……. 27

E. Indeks Harga Saham ……….. 28

F. Return Saham ………...………. 31

G. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45……… 32

H. Penelitian Terdahulu ..……… 33

I. Kerangka Pemikiran ……….. 38

J. Hipotesis ……… 39

BAB. III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………. 40

B. Metode Penentuan Sampel ……… 40

C. Metode Pengumpulan Data ……… 41

D. Analisis Jalur ……… 41

E. Uji Hipotesis ……… 43

F. Operasional Variabel Penelitian ……… 54

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 58

B. Deskriptif Variabel Penelitian ………. 62


(9)

D. Analisis Jalur ……….... 76

E. Diagram Analisis Jalur ……… 79

F. Pengujian Hipotesis ………. 80

G. Pengaruh Langsung………... 89

H. Interprestasi ……….. 92

BAB V KESIMPUIAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 94

B. Implikasi ………. 95

DAFTAR PUSTAKA ……… 97

LAMPIRAN ……… 100

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 37

4.1 Data Perkembangan IHSG 63

4.2 Data Return Saham LQ 45 65

4.3 Data Perkembangan Tingkat SBI 67

4.4 Data Perkembangan Inflasi 68

4.5 Data Perkembangan Nilai Kurs 70

4.6 Koefisien Korelasi Variabel Karakteristik Makro Ekonomi

dan IHSG 73

4.7 Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel 75 4.8 Koefisien Persamaan Analisis Jalur 1 76


(10)

4.9 Koefisien Persamaan Analisis Jalur 2 78

4.10 Uji F 80

4.11 Uji T 82

4.12 Pengujian Individual 88

4.13 Pengaruh Tingkat SBI Terhadap IHSG 89

4.14 Pengaruh Inflasi Terhadap IHSG 90

4.15 Pengaruh Nilai Kurs Terhadap IHSG 90


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran 38

Gambar 4.1 : Grafik IHSG 64

Gambar 4.2 : Grafik Return Saham LQ 45 65

Gambar 4.3 : Grafik Tingkat SBI 67

Gambar 4.4 : Grafik Inflasi 69

Gambar 4.5 : Grafik Kurs 71

Gambar 4.6 : Analisis Jalur dengan variabel endogen Return Market

IHSG dan Return Saham LQ 45 79


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Perkembangan IHSG 100

2 Data Perkembangan Return Saham LQ 45 100

3 Data Perkembangan Tingkat SBI 101

4 Data Perkembangan Inflasi 101

5 Data Perkembangan Nilai Kurs 102


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses globalisasi pada fase sekarang terdiri dari dua fenomena yang berbeda, yakni globalisasi bisnis produk dan globalisasi bisnis keuangan dimana proses globalisasi bisnis keuangan telah memiliki signifikasi dan kekuatan yang lebih besar daripada globalisasi bisnis produk dalam tanda kutip. Bisnis keuangan meliputi bisnis valas (valuta asing) serta investasi langsung dan investasi tidak langsung (Mansyur, 2009).

Investasi melalui pasar modal sebagai bentuk investasi tidak langsung dilakukan dimana saja diseluruh dunia termasuk di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi portofolio.

Perubahan-perubahan di dalam lingkungan perekonomian dunia, pergeseran pusat-pusat kekuatan ekonomi, pembauran di Negara-negara sosialis, revolusi teknologi dan informasi, komunikasi dan sebagainya menyoret setiap perekonomian nasional ke dalam kancah perekonomian global. Proses yang tak terhindarkan ini meningkatkan peluang-peluang bagi setiap Negara untuk memperluas pasar dan sumber pembiayaan. Namun pada gilirannya makin besar peluang maka akan setara dengan resiko yang ditanggung. Proses globalisasi tidak hanya terbatas pada perdagangan dan arus modal saja melainkan telah merambah pada sektor produksi. Ditunjang oleh kebebasan lau lintas modal, upaya memperluas pasar dan mencari lokasi produksi yang murah, relokasi industry bagaikan


(14)

arus yang tak terbendung. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan multinasional (Tendi Haruman dkk., 2005).

Perkembangan harga saham dapat dilihat pada indeks harga saham gabungan (IHSG) dimana Indeks harga saham yang naik menunjukkan kegairahan sedangkan indeks harga saham yang turun menunjukkan adanya kelesuan pasar. Perubahan IHSG bukan hanya sekedar mencerminkan perkembangan perusahaan atau industri suatu Negara, bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu Negara. Maksudnya, IHSG suatu Negara yang mengalami penurunan dapat disebabkan oleh kondisi perekonomian di negara tersebut yang sedang menghadapi permasalahan. Sebaliknya indeks harga saham yang mengalami peningkatan bisa mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian di negara tersebut. Berdasarkan pandangan tersebut, maka diperlukan kajian yang mendalam tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan perubahan harga saham tersebut (Murwaningsari, 2008).

Pembentukan harga saham di BEI dipengaruhi bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga kondisi di negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi investor. Berdasarkan hal tersebut, harga saham sangat penting untuk mendapat perhatian karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar modal. Indeks harga saham di bursa efek merupakan indikator yang menggambarkan rasio perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh beberapa kondisi perekonomian, sehingga mempengaruhi naik turunnya tingkat pengembalian di BEI. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk mengamati pergerakan harga saham (Widayanti, 2007:4).


(15)

Namun, bila melihat indikator ekonomi beberapa tahun terakhir pada Januari 2007, IHSG mencapai 1.757,26 dan sampai Januari 2008 telah mencapai 2.627,25. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan mengingat IHSG pada tahun 2004, 2005, dan 2006 baru mencapai 732,40, 1.162,63, dan 1.310,26. Kemudian sepanjang periode bulan Januari-Juli 2008, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11 Desember 2007 di level 2.745,83 (www.jsx.co.id). IHSG merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan IHSG menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal.

Kondisi perekonomian nasional harus beradaptasi dengan perekonomian global menuntut setiap pelaku ekonomi untuk berpikir secara kritis dalam menyikapi hal tersebut. Perekonomian nasional bergantung pada situasi negara. Pada akhir tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang berkepanjangan, nilai kurs rupiah bagaikan layang-layang putus dan berfluktuasi dari hari ke hari. Pergantian masa pemerintahan mempengaruhi situasi politik kenegaraan yang berdampak pada perekonomian nasional yang hingga saat ini. Terlihat dari kabinet saat ini yang pada pembentukannya saja sudah dihadapkan pada masalah-masalah yang maha besar. Salah satu hikmah yang dapat ditarik adalah peninjauan kembali seluruh kebijaksanaan ekonomi. Perkembangan nilai tukar rupiah selama ini menunjukkan kecenderungan terdepresiasi secara persisten. Walaupun rupiah


(16)

sempat menguat namun melemah kembali akibat keadaan yang tidak kondusif. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya factor market confidence yang berangkat dari peningkatan contry risk dan perubahan motif transaksi USD/IDR menjadi speculantive motive. Didik J. Rachbini (2001:72) berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem moneter suatu Negara semakin diperparah oleh spekulasi, yang volume transaksinya semakin besar dari waktu ke waktu. Institusi yang bergerak di pasar valuta, saham dan pasar uang lainnya semakin kuat pengaruhnya secara relatif terhadap suatu sistem ekonomi.

Selanjutnya pada bulan Agustus 2005, rupiah mengalami tekanan kembali sehingga melemah terhadap dollar AS meskipun pada bulan-bulan berikutnya relative stabil. Beberapa factor internal yang turut memberikan tekanan antara lain : masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas di bidang politik dan keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya perekonomian nasional akibat kondisi pemerintahan, ancaman terorisme, bencana alam, serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiah terhadap berbagai isu negatif lainnya.

Dalam kondisi melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, pemerintah juga ikut menaikkan tingkat suku bunga SBI. Langkah ini diambil untuk memerangi spekulasi valas. Dengan menaikkan tingkat suku bunga diharapkan dapat menahan merosotnya nilai tukar rupiah dan menarik investor dalam rangka mendorong terjadinya perubahan komposisi assets ke dalam rupiah sehingga rupiah meningkat atau terapresiasi. Seseorang investor harus mampu mengantisipasi risiko yang terjadi dengan mendiversifikasikan investasinya untuk memperkecil risiko. Grubber (2003:299), mengemukakan mengenai jenis-jenis risiko sebagai berikut : “…that the risk of any stock could be divided into systematic risk (market risk) and unsystematic risk (non market risk)”.


(17)

Kenaikan tingkat suku bunga tidak otomatis akan diikuti oleh pembelian aset secara besar-besaran oleh investor, karena dianggap membawa konsekuensi meningkatnya biaya pemulihan ekonomi serta meningkatnya biaya rekapitalisasi dan biaya yang harus ditanggung oleh Bank Sentral dalam membiayai perbaikan perekonomian nasional. Kenaikan suku bunga yang tajam justru merupakan sinyal bahwa perekonomian melambat, dan expected return menjadi rendah. Alhasil kenaikan suku bunga yang tajam itu justru menyebabkan berpindahnya portofolio investasi asing ke valas sehingga menekan nilai rupiah lebih tajam lagi. Dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan, harga barang juga dapat menyebabkan inflasi yang tinggi juga menyertai kenaikan nilai tukar dan suku bunga. Faktor fundamental ekonomi misalnya, kondisi perekonomian seperti GDP, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pemerintah seperti kebijakan pajak, dan lain sebagainya. Hal tersebut diungkapkan pula oleh J. Soedrajad Djiwandono (2001:138) sebagai berikut :…Saya ingin membuat catatan disini bahwa dalam analisis ekonomi makro yang biasa kita sebut fundamental itu adalah kondisi berbagai indicator makro seperti GDP, laju inflasi, suku bunga, neraca pembayaran (nilai tukar), cadangan devisa, kondisi anggaran pemerintah, dan lain-lain….”

Dalam penelitian Moh Mansyur (2009) serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG. Namun Murwaningsari (2008) kembali menunjukkan bahwa Kurs tidak memiliki pengaruh signifikan pada IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Maurin Sitorus (2004) yang berjudul pengaruh variabelmakro ekonomi (inflasi, suku bunga SBI, kurs, dan jumlah uang beredar) menunjukkan bahwa variable-variabel makro ekonomi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi. Dan variabel makro ekonomi


(18)

yang berpengaruh sangat besar terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi adalah variabel kurs

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel makroekonomi apakah yang sebenarnya berpengaruh terhadap Return Market dan dampaknya terhadap Return Saham LQ 45. Oleh karena itu, dalam skripsi peneliti mengambil judul “Analisis Tingkat Sertifikat Bank Indonesia, Inflasi, dan Nilai Kurs Terhadap Return Saham LQ 45 dan Dampaknya Terhadap IHSG”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh SBI, Inflasi dan Nilai Kurs terhadap Return Saham LQ 45?

2. Apakah terdapat pengaruh Return Saham LQ 45 terhadap IHSG?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan SBI, Inflasi dan Nilai Kurs terhadap Return Saham LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG baik secara langsung maupun secara tidak langsung ?


(19)

1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis pengaruh SBI, Inflasi dan Nilai Kurs terhadap Return Saham LQ 45.

b. Untuk menganalisis pengaruh Return Saham LQ 45 terhadap IHSG.

c. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan dari SBI, Inflasi dan Nilai Kurs terhadap Return Saham LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Investor

Bagi investor yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini dapat membantu mereka dalam menentukan apakah akan menjual, membeli, ataukah menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan perubahan kurs rupiah terhadap dollar AS, tingkat suku bunga SBI, dan Inflasi.

b. Bagi Akademisi

Hasil Penelitian ini dapat menambah khasanah pustaka bagi yang berminat mendalami pengetahuan dalam Nilai Kurs, SBI, Inflasi dan Return Saham

c. Bagi Pemerintah

Dengan diketahuinya dampak dari kurs rupiah/US$, tingkat suku bunga SBI dan Inflasi terhadap IHSG dan dampaknya terhadap Return Saham LQ 45, maka pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan kurs


(20)

rupiah/US$, tingkat suku bunga SBI, dan Inflasi sehingga pengaruh yang telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya.

d. Bagi Penulis

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat membuka wawasan baru. Bahwa faktor-faktor ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja bursa saham, jadi tidak hanya faktor-faktor internal bursa itu sendiri saja.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal

Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Sementara pasar uang atau money market berkaitan dengan instrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak nyata. Menurut Husnan (2001:3) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.

Menurut Arthesa dan Handiman (2006:215) Pasar Modal adalah Lembaga Keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu pasar modal juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek. Dengan demikian Pasar Modal dikenal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dana.

Pengertian pasar modal menurut Undang Undang pasar modal no.8 tahun 1995 pasal 1 adalah kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.


(22)

Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek (Ahmad Rodoni, 2006:158).

Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik surat utang (obligasi), equity (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal berupa instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti : saham, obligasi, waran, right, reksadana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, future dan lain-lain.

Menurut Ahmad Rodoni (2006:168), produk-produk yang ada di pasar modal adalah sebagai berikut :

1. Reksadana

Reksadana atau disebut mutual fund atau investmen fund merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal berinvestasi. Pada prinsipnya investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar pada beberapa alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang

2. Saham

Saham adalah penyertaan modal dan pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau disebut emiten. Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau


(23)

badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga dapat memperoleh capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual diatas harga beli.

3. Saham Preferen

Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa artinya di samping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa. Karakteristik obligasi misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya.

4. Obligasi

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi.

5. Obligasi Konversi (Convertible Bond)

Obligasi Konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, biasanya dengan memberika kupon yang tetap, memiliki jatuh tempo dan memiliki nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukarkan dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi.


(24)

6. Waran

Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbitan waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun setelah obligasi, saham yang disertai waran memasuki pasar baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.

7. Right issue

Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Karena merupkan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham.

B. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).


(25)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004

tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System. 4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):

a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu dan 3 bulan.

b. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar.


(26)

c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.

d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:

e. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%. g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).

h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder. 5. Tingkat Suku Bunga SBI dan IHSG BEI

SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagaipengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Tingkat suku bunga merupakan daya tarik bagi investor menanamkan investasinya dalam bentuk deposito atau SBI sehingga investasi dalam bentuk saham akan tersaingi.

Menurut Cahyono (2000:117) terdapat 2 penjelasan mengapa kenaikan suku bunga dapat mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi.

Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga emiten, sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen


(27)

mungkin akan menunda pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan

perusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan harga saham.

C. Inflasi

Pengertian inflasi dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang serta jasa-jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan mata uang nasional (Winardi, dalam Setiawan : 2006).

Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak pernah menghendaki. Milton Friedman menyatakan inflasi ada dimana saja dan selalu merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan moneter yang berlebihan dan tidak stabil.

Inflasi menunjukan kenaikan harga umum atau suatu fenomena ekonomi yang berkaitan dengan terjadinya penurunan nilai uang yang ditandai dengan kenaikan harga hampir semua barang dalam waktu yang lama.

Dalam perekonomian modern, masalah inflasi sangatlah rentan karena penyebab inflasi sangat komplek. Inflasi bukan saja disebabkan oleh penawaran uang yang berlebihan, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti kenaikan gaji, ketidakstabilan politik, pengaruh inflasi dari luar negeri dan kemorosotan nilai uang.


(28)

Inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis (Boediono, 2009), pertama demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan permintaan agregat dari masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Jenis yang kedua, adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena meningkatnya harga-harga faktor produksi sehingga menaikkan harga komoditi di pasar komoditi.

Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persetase kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari suatu negara ke negara lainnya. Inflasi adalah suatu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Sadono Sukirno : 2004:15).

Kenaikan harga secara terus menerus dalam suatu periode diukur berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks harga konsumen merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan para konsumen dengan memakai indeks harga tahunan sebelumnya sebagai tahun dasar. Cara pengukuran inflasi yaitu:

IHKt - IHKt-1

Laju inflasi =

IHKt-1

Nasution dan Maharani (2006) inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan harga input produk naik sehingga biaya produksi naik, akibatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan turun, maka dapat dikatakan inflasi mempunyai hubungan negatif dengan harga saham.


(29)

1. Moderat Inflation (7% - 10% setahun)

Adalah inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lamban. 2. Galloping Inflation (20% - 100%)

Adalah inflasi ganas dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap perekonomian dan timbulnya distorsi-distorsi besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai oleh uang kehilangan nilainya dengan cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang atau lebih baik memegang barang. Kredit jangka panjang didasarkan pada indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti dollar. Kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.

3. Hyper Inflation (diatas 100%)

Adalah inflasi yang sangat tinggi. Inflasi ini sangat mematikan kegiatan perekonomian masyarakat. Kondisi hyper inflation dapat digambarkan

”Sebelum inflasi, bila ke pasar membawa uang sesaku dapat digunakan untuk membeli barang sekeranjang, disaat terjadi hyper inflation untuk membeli barang sesaku memerlukan uang sekeranjang” (Samuelson:2001).

Menurut penyebabnya inflasi terdiri dari :

a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai uang dan barang yang terlalu kuat. Inflasi ini disebut Demand Inflation.

b. Inflasi yang timbul karena desakan biaya dan kenaikan ongkos produksi disebut Cost Inflation.


(30)

Inflasi meningkat berdampak negatif bagi investor di pasar modal dan pasar uang, dan mempunyai dampak positif terhadap kinerja perusahaan, naiknya harga jual produk dapat meningkatkan biaya per kapita, biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.

Hubungan Inflasi dan IHSG BEI menurut Nasution dan Maharani (2006) inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan harga input produk naik sehingga biaya produksi naik, akibatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan turun, maka dapat dikatakan inflasi mempunyai hubungan negatif dengan harga saham.

D. Nilai Tukar (Kurs).

Mankiw (2005:492) exchange rate atau kurs adalah tingkat dimana negara melakukan pertukaran di pasar dunia. Krugman (2000 ; 355) kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lain.

Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Kasmir (2001:213) Pasar valuta asing adalah pasar dimana transaksi valuta asing dilakukan baik antar negara maupun dalam suatu negara. Transaksi tersebut dapat dilakukan oleh badan atau perusahaan atau secara perorangan dengan berbagai tujuan. Dalam setiap kali melakukan transaksi valuta asing maka digunakan kurs


(31)

(nilai tukar). Nilai tukar ini dapat berubah-ubah setiap saat sesuai kondisi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti ekonomi dan politik.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar termasuk ke dalam makro ekonomi yang bisa mempengaruhi return yang di dapat oleh investor. Nilai tukar rupiah terhadap dollar ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar, atau dengan kata lain kurs rupiah ditentukan oleh mekanisme pasar.

Harga rupiah terhadap kurs dollar melemah, maka permintaan terhadap mata uang dollar akan meningkat. Hal ini disebabkan karena investor cenderung melepas rupiah dan akan membeli dollar. Akibat dari beralihnya minat investor kepada mata uang dollar atau investor lebih memilih option untuk menyimpan uangnya di bank daripada berinvestasi di pasar modal, maka harga saham cenderung turun yang mengakibatkan menurunnya indeks harga saham yang berakibat lagi pada menurunnya kinerja pasar modal.

Hubungan secara teoritis antara nilai tukar rupiah dengan harga saham bersifat negatif yaitu apabila terjadi penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar (rupiah terdepresiasi), maka akan menurunkan tingkat pengembalian investasi saham. Dengan merosotnya nilai tukar rupiah menunjuk kepada merosotnya kemampuan ekonomi nasional Indonesia, maka kemampuan fundamental perusahaan juga cenderung merosot, sehingga menurunkan tingkat pengembalian saham. Sedangkan nilai tukar rupiah dengan harga saham bersifat positif yaitu apabila terjadi sebaliknya. (Ruhendi dan Johan A, 2003).

1. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):


(32)

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

b. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

c. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem


(33)

ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.


(34)

d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

3. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:


(35)

a. Sistem kurs tetap (1970- 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.

b. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.

c. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.


(36)

Menurut Sri Adinigsih (1998: 160-161) bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal. Naiknya tingkat bunga akan mengurangi pemodal untuk melakukan investasi dipasar modal.

Dengan demikian, maka melemahnya nilai tukar rupiah secara signifikan akan dapat mempengaruhi tingkat pengembalian investasi suatu perusahaan khususnya perusahaan yang hanya mengandalkan bahan baku dari luar negeri, dan hal tersebut juga akan dapat menimpa perusahan yang hanya mengandalkan pinjaman luar negeri dalam bentuk dollar US untuk membiayai operasi perusahaan.

Jadi dengan terdepresiasinya kurs rupiah akan mengakibatkan biaya yang akan ditanggung perusahaan akan semakin besar sehingga akan menekan tingkat

keuntungan yang diperoleh perusahaan, dan hal tersebut akan dapat menurunkan harga saham perusahaan yang diperjualbelikan di pasar modal.

Model Indeks

Perekonomian Model faktor tunggal (Single faktor model) membagi sumber

ketidakpastian ke dalam faktor sistematik (ekonomi makro) dan faktor spesifik perusahaan (ekonomi mikro). Model Indeks berasumsi bahwa faktor makro dapat diwakili dengan indeks dari imbal hasil.

Model indeks tunggal secara drastis mengurangi input yang dibutuhkan dalam prosedur pemilihan portofolio Markowitz. Model ini juga membantu untuk spesialisasi analisis sekuritas.

SIM (Single Indeks Model)


(37)

E. Indeks Harga Saham

Saat ini di Bursa Efek Jakarta (BEJ) terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, sebagai berikut (www.jsx.co.id):

1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing-masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).

4. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut.

5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah Islam. Dewan Pengawas Syariah PT. DIM (Danareksa Investment Management) terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII.

6. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukkan bagi perusahaan dengan track record yang baik.

7. Indeks Papan Pengembang (Development Board Index/DBX), untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan Papan Utama, tetapi


(38)

masuk pada kategori perusahaan berprospek. Disamping itu Papan Pengembang diperuntukkan bagi perusahaan yang mengalami restrukturisasi atau pemulihan performa.

Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

Indeks Harga Saham Gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia baik saham biasa maupun saham preferen.

Anoraga dan Piji (2001: 100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu.

Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar.

Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan


(39)

keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.

Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001:102) ;

Dimana :

Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku Ho : Total harga semua saham pada waktu dasar

F. Return Saham

Horne dan Wackovis (1998,2006) mendefinisikan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari deviden dan capital gain atau loss. Deviden merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Capital gain dalam suatu periode merupakan selisih antara harga saham semula (awal periode dengan harganya di akhir periode). Bila harga saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awal, maka dikatakan investor memperoleh capital gain, sedangkan bila yang terjadi sebaliknya maka investor dikatakan memperoleh capital loss.

Jenis Return Menurut Jogiyanto (2003:109) saham dibedakan menjadi dua : (1) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari


(40)

investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden.

Return Saham adalah tingkat pengembalian atau hasil yang diperoleh dari suatu investasi, dalam hal ini investasi saham. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi. Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return saham diukur dengan rumus sebagai berikut:

Ri = Pt – Pt – 1

Pt – 1

Keterangan :

Ri = Return saham

Pt = Harga saham pada periode t

Pt – 1 = Harga saham pada periode t -1

G. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6 bulan. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut : 1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-

rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).


(41)

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.

Perusahaan yang paling sering masuk pada indeks LQ 45 adalah perusahaan telekomunikasi. Salah satunya adalah PT.TELKOM dan PT.INDOSAT. Kedua perusahaan tersebut adalah perusahaan yang cukup besar dan akan menjadi primadona pada pasar saham. Karena berdasarkan riset pasar di Indonesia pada tahun 2006 perusahaan yang akan menjadi primadona adalah pada sektor telekomunikasi, sektor pertambangan dan energi.

H. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi.

Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu:

1. Gupta (2000)

Gupta (2000) yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan menggunakan metode analisis regresi memakai data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham.


(42)

Mereka menyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dolar terhadap rupiah) naik satu satuan berarti akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG) saham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada saat kondisi pasar sedang bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish, indikator pasar saham dan indikator pasar uang secara bersama-sama berpengaruh positif. Terutama padaindikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk mempengaruhi pasar saham.

3. Maurin Sitorus (2004)

Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh variabel makro ekonomi ( Inflasi, Suku bunga SBI, kurs, dan jumlah uang beredar). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa variabel-variabel makro ekonomi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi. Dan variabel makro ekonomi yang berpengaruh sangat besar terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi adalah variabel kurs.

4. Tendi, Trimanto dan Rosi (2005)

Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda linear berganda mereka menyimpulkan bahwa nilai tukar dollar AS merupakan salah satu indikator perkembangan IHSG dengan diketahui bahwa hubungan antara nilai tukar rupiah per dollar AS dengan IHSG di Bursa Efek Indonesia kuat yaitu sebesar 64,9%. Dengan nilai negatif, artinya jika nilai tukar rupiah per dollar AS naik maka IHSG akan menurun.

5. Murwaningsari (2008)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Etty Murwaningsari periode tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 tentang pengaruh volume perdagangan saham,


(43)

deposito dan kurs terhadap IHSG beserta prediksi IHSG dengan model Garch dan Arima menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG dan kurs tidak memiliki pengaruh signifikan pada IHSG.

6. Moh Mansyur (2009)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moh Mansyur (2009) yang meneliti sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh tingkat suku bunga SBI dan kurs dollar AS terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan analisis jalur memberikan hasil yang menyatakan bahwa pergerakan ISHG sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dollar AS sebesar 51,55% dengan arah pengaruh yang negatif, artinya apabila rupiah terdepresiasi terhadap dollar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dollar AS maka IHSG akan mengalami penguatan.

Tidak signifikannya tingkat suku bunga SBi terjadi karena pada periode

penelitian, yaitu tahun 2000 sampai tahun 2002 terjadi banyak sentimen diluar variable yang diteliti, seperti : situasi politik, ekonomi dan keamanan dalam negeri. Berdasarkan uraian di atas, ringkasan dari penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1


(44)

Tabel 2.1.

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Tahun Variabel Sampel /Model

Penelitian

Hasil Penelitian

Gupta 2000 - Tingkat bunga

- Nilai Tukar - Harga Saham

Regresi Tidak ada

kasualitas antara ketiga variabel tersebut. Sitinjak dan

Kurniasari

2003 - SBI

- IHK - Kurs - Pasar Saham

Non Linear Combination

Kurs berpengaruh signifikan negatif dan SBI berpengaruh signifikan positif terhadap Pasar Saham Maurin Sitorus 2004 - Inflasi

- SBI - Kurs

- Jumlah Uang Beredar - Return Saham

Regresi Kurs memiliki

pengaruh sangat besar terhadap Return Saham Tendi Haruman

dkk.

2005 - Kurs

- SBI - Inflasi - IHSG

Regresi Kurs memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap IHSG Etty

Murwaningsari

2008 - Volume Perdagangan saham

- Suku Bunga Deposito - Kurs - IHSG Garch dan Arima Suku Bunga Deposito berpengaruh negatif terhadap IHSG dan Kurs tidak memiliki pengaruh signifikan pada IHSG.

Moh. Mansyur 2009 - SBI

- Kurs - IHSG

Path Analysis Kurs memiliki pengaruh siginfikan terhadap IHSG


(45)

dan SBI tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG

Sumber : Data Diolah

I. Kerangka Pemikiran

Pada kerangka pemikiran ini menunjukkan bahwa adanya hubungan langsung antara SBI, Inflasi, dan Nilai Kurs terhadap Return Saham LQ 45, dan IHSG. Dan juga adanya hubungan korelasional antara SBI dengan Inflasi, Inflasi dengan Nilai Kurs, dan juga SBI dengan Nilai Kurs, sedangkan Return Saham LQ 45 berhubungan langsung terhadap IHSG. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar kerangka pemikiran dibawah ini

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

SBI

Inflasi

Nilai Kurs

Return Saham


(46)

J. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Ho : i = 0, Indikator ekonomi makro (SBI, Inflasi, Kurs), tidak berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap variabel dependen (Return Saham LQ 45 dan IHSG).

Ha : j 0, Indikator ekonomi makro (SBI, Inflasi, Kurs), berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap variabel dependen (Return Saham LQ 45 dan IHSG).

2. Ho : i = 0, Indikator ekonomi makro (SBI, Inflasi, Kurs), tidak

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen (Return Saham LQ 45 dan IHSG).

Ha : j 0, Indikator ekonomi makro (SBI Inflasi, Kurs), berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap variabel dependen (Return Saham LQ 45 dan IHSG).


(47)

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh Nilai SBI, Inflasi, dan Nilai Kurs sebagai variabel independent dan Return Market IHSG dan Return Saham LQ 45 sebagai variabel dependen. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Objek yang diteliti adalah Return Saham LQ45 dan IHSG. 2. Periode penelitian dari Januari 2006 sampai Desember 2009. 3. Varibel dependen adalah Return Saham LQ45 dan IHSG.

4. Variabel independent adalah tingkat suku bunga SBI, Nilai Kurs, dan Inflasi.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:55).

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah kurs rupiah/US$, tingkat suku bunga SBI dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan dampaknya terhadap Return Saham LQ 45. Karena yang menjadi obyek penelitian adalah Return Market IHSG dan Return Saham LQ 45, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah harga seluruh saham yang tergabung dalam IHSG yang terdaftar dari 1 Januari 2006 sampai 31 Desember 2009. 2. Sampel


(48)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

a. Saham tersebut terdaftar di LQ45.

b. Perusahaan konsisten terdaftar dalam LQ 45 minimal 4 tahun berturut-turut dalam periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2009.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data-data atau informasi yang berhubungan dengan substansi penelitian, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini dengan cara :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang mendukung penelitian ini dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah literature-literatur berupa buku, majalah, dan jurnal yang berhubungan dengan topik penelitian.

2. Sumber data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini menguji pengaruh tingkat suku bunga SBI, Inflasi, dan nilai kurs terhadap IHSG dan dampaknya terhadap Return Saham LQ 45. Data tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai kurs mata uang asing dikumpulkan dari publikasi Bank Indonesia dari publikasi terbitan maupun situs Bank Indonesia. Harga saham perusahaan dan sampel dikumpulkan dari situs www.finance.yahoo.com


(49)

Analisis jalur adalah hubungan antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen. (Yahya Hamza, 2008:1).

Rumus Analisis Jalur :

Y1 = ρρρρy1x1X1 + ρρρρy1x2X2 + ρρρρy1x3X3 + εεεε

Y2 = ρρρρy2x1X1 + ρρρρy2x2X2 + ρρρρy2x3Y1 + εεεε Keterangan :

Y1 = Return Saham LQ 45

Y2 = IHSG

X1 = SBI

X2 = Inflasi

X3 = Nilai Tukar

= Standar Error

E. Uji Hipotesis

Pengujian data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software pengolah data statistik SPSS for windows version 13. Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (path analysis) untuk menganalisa pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Pada diagram jalur, tanda panah berujung ganda ( ) menunjukkan hubungan korelasional dan tanda panah satu arah ( ) menunjukkan pengaruh langsung dari sebuah variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y). (Riduwan dan Engkos, 2007:7).


(50)

Teknik analisis jalur (path analysis) akan digunakan dalam pengujian besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antara variabel X1 (Suku Bunga SBI), X2 (Inflasi), dan X3 (Nilai Tukar) terhadap

Y1 (Return Saham LQ 45) dan Y2 (IHSG). Kerangka hubungan kausal antara jalur (X1

terhadap Y1 , X1 terhadap Y2, X2 terhadap Y1, X2 terhadap Y2 , X3 terhadap Y1 , X3

terhadap Y2 , X1 dan X2 terhadap Y1, X1 dan X2 terhadap Y2, X2 dan X3 terhadap Y1, X2

dan X3 terhadap Y2 , X1 dan X3 terhadap Y1, X1 dan X3 terhadap Y2 ) dan hubungan

korelasional antara jalur (X1 dengan X2, X2 dengan X3, X1 dengan X3, Y1 dengan Y2).

dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut:

Y1 = ρρρρY1X1 X1 + ρρρρY1X2X2 + ρρρρY1X3X3 +

Y2 = ρρρρY2X1 X1 + ρρρρY2X3 X2 + ρρρρY2X3 X3 +ρρρρY2X3 Y1 +

Keterangan:

ρYX1X1 - ρY X2 X2 = Standardized Coefficients, koefisien jalur pengaruh langsung X1–

X3 terhadap Y

X1 = Tingkat Suku Bunga SBI ( eksogen = variabel bebas)

X2 = Inflasi (variabel eksogen = variabel bebas)

X3 = Nilai Tukar (variable eksogen = variable bebas)

Y1 = Return Saham LQ 45(variabel endogen = variabel terikat)

Y2 = IHSG (variabel endogen = variabel terikat)


(51)

1. Pengujian Hipotesis secara Parsial

a. Suku Bunga SBI (X1) Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Return

Saham LQ 45(Y1).

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut : H0 : ρy1x1 = 0

Ha : ρy1x1 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Suku Bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return

Saham LQ 45.

Ha : Suku Bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham LQ 45.

Kaidah keputusan :

1) Jika nilai tukar probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha ditolak,


(52)

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima, artinya signifikan

(Riduan, 2007 : 103-104).

b. Suku Bunga SBI (X1) Berpengaruh secara Signifikan terhadap IHSG(Y2). Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut :

H0 : ρy2x1 = 0

Ha : ρy2x1 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Suku Bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

IHSG.

Ha : Suku Bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

Kaidah keputusan :

1) Jika nilai tukar probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

c. Inflasi (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG (Y1). Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut : H0 : ρy1x2 = 0

Ha : ρy1x2 0


(53)

H0 : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham

LQ 45.

Ha : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham LQ 45. Kaidah keputusan :

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak

signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

d. Inflasi (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG (Y2). Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagi berikut :

H0 : y2x2 = 0

Ha : y2x2 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

Ha : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Kaidah keputusan :

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha


(54)

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

e. Nilai Tukar (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham LQ

45 (Y1).

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut : H0 : y1x3 = 0

Ha : y1x3 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Nilai Tukar tidak signifikan terhadap Return Saham LQ 45.

Ha : Nilai Tukar signifikan terhadap Return Saham LQ 45. Kaidah keputusan :

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

f. Nilai Tukar (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG (Y2). Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut :

H0 : y2x3 = 0

Ha : y2x3 0


(55)

H0 : Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

IHSG.

Ha : Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Kaidah keputusan :

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan

a. Suku Bunga SBI (X1) dan Inflasi (X2) berpengaruh secara signifikan

dan simultan terhadap Return Saham LQ 45 (Y1). H0 : y1x1 = y1x2 = y1 1 = 0

Ha : y1x1 y1x2 y1 1 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Suku Bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap Return Saham LQ 45.

Ha : Suku Bunga SBI dan Inflasi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Return Saham LQ 45.

Untuk mengetahui signifikan analisis jalur yaitu dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengembalian keputusan sebagai berikut:


(56)

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

b. Suku Bunga SBI (X1) dan Inflasi (X2) berpengaruh secara signifikan dan

simultan terhadap IHSG (Y2). H0 : y2x1 = y2x2 = y2 3 = 0

Ha : y2x1 y2x2 y2 3 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Suku Bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap IHSG.

Ha : Suku Bunga SBI dan Inflasi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap IHSG.

Untuk mengetahui signifikan analisis jalur yaitu dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengembalian keputusan sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha


(57)

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

c. Inflasi (X2) dan Nilai Tukar (X3) berpengaruh secara signifikan dan

simultan terhadap Return Saham LQ 45 (Y1). H0 : y1x2 = y1x3 = y1 1 = 0

Ha : y1x2 y1x3 y1 1 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Inflasi dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap Return Saham LQ 45.

Ha : Inflasi dan Nilai Tukar berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Return Saham LQ 45.

Untuk mengetahui signifikan analisis jalur yaitu dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengembalian keputusan sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007 : 103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007 : 103-104).

d. Inflasi (X2) dan Nilai Tukar (X3) berpengaruh secara signifikan dan simultan


(58)

H0 : y2x2 = y2x3 = y2 3 = 0

Ha : y2x2 y2x3 y2 3 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Inflasi dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap IHSG.

Ha : Inflasi dan Nilai Tukar berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap IHSG.

Untuk mengetahui signifikan analisis jalur yaitu dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengembalian keputusan sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

e. Suku Bunga SBI (X1) dan Nilai Tukar (X3) berpengaruh secara signifikan

dan simultan terhadap Return Saham LQ 45 (Y1). H0 : y1x1 = y1x3 = y1 1 = 0

Ha : y1x1 y1x3 y1 1 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara simultan dan


(59)

Ha : Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Return Saham LQ 45.

Untuk mengetahui signifikan analisis jalur yaitu dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengembalian keputusan sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007 : 103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007 : 103-104).

f. Suku Bunga SBI (X1) dan Nilai Tukar (X3) berpengaruh secara signifikan

dan simultan terhadap IHSG (Y2). H0 : y2x1 = y2x3 = y2 3 = 0

Ha : y2x1 y2x3 y2 3 0

Hipotesis bentuk kalimat :

H0 : Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap IHSG.

Ha : Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap IHSG.

Untuk mengetahui signifikan analisis jalur yaitu dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengembalian keputusan sebagai berikut:


(60)

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007:103-104).

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau [ 0,05 sig ] , maka H0 ditolak Ha diterima,

artinya signifikan (Riduan, 2007:103-104).

F. Operasional Variabel Penelitian

Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Tingkat Suku Bunga SBI

Tingkat suku bunga SBI adalah ukuran keuntungan investasi berupa sertifikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari 2006-Desember 2009.

Tingkat Suku BUnga SBI = Mi . Wi

2. Inflasi

Inflasi adalah ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktivitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Tingkat inflasi dapat diukur dengan menggunakan laju inflasi yang terlihat dalam Indeks Harga Konsumen (IHK), adapun cara menghitung IHK adalah sebagai berikut :


(61)

Sumber : Sadono Sukirno

3. Nilai Tukar Rupiah/US$

Dalam penelitian inivariabel kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap US Dollar.

Savatore (1997:49) Nilai tukar atau kurs (Exchange Rate) didefinisikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang domestik.

Kurgmnan (2000:355) kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lain. Mankiw (2000:192).

Adapun untuk nilai tukar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah nilai tukar (kurs) tengah, dengan persamaan sebagai berikut:

Nilai Tukar Rp / $ = Kurs Nilai Tengah Rp / $t x Kurs Nilai Tengah Rp / $t – 1

Kurs Tengah Rp / $t – 1

Sumber : Mankiw 4. Return Saham

Return Saham adalah tingkat pengembalian atau hasil yang diperoleh dari suatu investasi, dalam hal ini investasi saham. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi. Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return saham diukur dengan rumus sebagai berikut:


(62)

Rit = Pt – Pt – 1

Pt – 1

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG adalah indeks yang diperoleh dari seluruh saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu. Pengukuran yang digunakan adalah dalam satu satuan poin, dan data yang diperoleh merupakan data IHSG sejak Januari 2006-Desember 2009.

IHSG = IHSGt – IHSGt – 1


(63)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek Belanda lainnya.

Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya Perang Dunia kedua.

Sejak tahun 1956 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya, pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan


(64)

kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan uangnya.

Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangannya pada tahun 1990.

Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi dapat


(1)

Lampiran 4

DataPerkembangan Inflasi

Periode 2006-2009

)

* * +,

*

*

! " #+ %

%& " ' + "

Sumber :

www.bi.go.id

Lampiran 5

Data Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/US$

Pada Bank Indonesia Periode 2003-2005

*

* ! " #$ %


(2)

%& " ' "

Sumber : www.bi.go.id

Lampiran 6

Output SPSS

Tabel 4.6.

Koefisien Korelasi Variabel-ariabel karakteristik

makro ekonomi

dan

IHSG

Correlations

1 .892** -.097 -.021 -.790** .000 .514 .887 .000

48 48 48 48 48

.892** 1 -.067 -.020 -.655**

.000 .649 .892 .000

48 48 48 48 48

-.097 -.067 1 .033 -.375**

.514 .649 .825 .009

48 48 48 48 48

-.021 -.020 .033 1 .025

.887 .892 .825 .866

48 48 48 48 48

-.790** -.655** -.375** .025 1 .000 .000 .009 .866

48 48 48 48 48

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tingkat SBI Inflasi

Nilai Tukar Rupiah

Return Saham LQ 45

IHSG

Tingkat SBI Inflasi

Nilai Tukar Rupiah

Return

Saham LQ 45 IHSG

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Tabel 4.7.

Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel

Hubungan Koefisien


(3)

Coefficientsa -.010 -.009 .031 Tingkat SBI Inflasi

Nilai Tukar Rupiah Model

1

Beta Standardized

Coefficients

Dependent Variable: Return Saham LQ 45 a. Coefficientsa -1.091 .287 -.462 .023 Tingkat SBI Inflasi

Nilai Tukar Rupiah Return Saham LQ 45 Model

1

Beta Standardized

Coefficients

Dependent Variable: IHSG a.

IHSG dengan Tingkat SBI (X1) -0. 790 Erat 0.000 Signifikan IHSG dengan Inflasi (X2) -0. 655 Erat 0.000 Signifikan IHSG dengan Kurs Rupiah (X3) -0.375 Cukup Erat 0.009 Signifikan

Return Saham LQ45dengan

Tingkat SBI (X1) -0. 021 Tidak Erat 0.887

Tidak Signifikan Return Saham LQ45 dengan

Inflasi (X2) -0. 020 Tidak Erat 0.892

Tidak Signifikan Return Saham LQ45 dengan

Kurs Rupiah (X3) 0.033 Tidak Erat 0.825

Tidak Signifikan Tingkat SBI (X1) dengan Inflasi

(X2) 0.892 Sangat Erat 0.000 Signifikan Tingkat SBI (X1) dengan Kurs

Rupiah (X3) -0.091 Tidak Erat 0.514

Tidak Signifikan Inflasi (X2) dengan Kurs

Rupiah (X3) -0.067 Tidak Erat 0.649

Tidak Signifikan Return Saham LQ45 dengan

IHSG 0.025 Tidak Erat 0.866

Tidak Signifikan

Tabel 4.8.

Koefisien Persamaan Analisis Jalur

Tabel 4.9.


(4)

ANOVAb

59.789 .000a

Regression Model

1

F Sig.

Predictors: (Constant), Return Saham LQ 45, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat SBI a.

Dependent Variable: IHSG b.

Coefficientsa

16.230 .000 -8.250 .000 2.176 .035 -7.706 .000

.384 .703

(Constant) Tingkat SBI Inflasi

Nilai Tukar Rupiah Return Saham LQ 45 Model

1

t Sig.

Dependent Variable: IHSG a.

Tabel 4.10.

Uji F

Tabel 4.11.

Uji T

Table 4.12.

Pengujian Individual

No Hipotesis t hitung t tabel Kesimpulan 1 0 8.250 2.02 H0 ditolak

1 0 2.176 2.02 H0 ditolak

2 0 7.706 2.02 H0 ditolak

3 0 0.384 2.02 H0 tidak ditolak


(5)

(Sumber : Data Diolah)

Tabel 4.13.

Pengaruh Tingkat SBI (X

1

)

Terhadap IHSG (Y)

Pengaruh langsung dan tidak langsung Perhitungan Besar Kontribusi

X1 langsung py1x1 -1.091 -1.091

Total pengaruh X1 terhadap Y1 -1.091

(Sumber : Data Diolah)

Tabel 4.14.

Pengaruh Langsung Kurs Rupiah (X

2

) Terhadap IHSG (Y)

Pengaruh langsung dan tidak langsung Perhitungan Besar Kontribusi

X2 langsung py1x2 0. 287 0. 287

Total pengaruh X2 terhadap Y1 0. 287

(Sumber : Data Diolah)

Tabel 4.15.

Pengaruh Langsung Kurs Rupiah (X

3

) Terhadap IHSG (Y

1

)

Pengaruh langsung dan tidak langsung Perhitungan Besar Kontribusi

X3 langsung py1x3 -0.462 -0.462

Total pengaruh X3 terhadap Y1 -0.462

(Sumber : Data Diolah)

Tabel 4.16.

Uji R Square


(6)

Model Summary

.921a .848 .833 201.4398481

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Return Saham LQ 45, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat SBI