Bird responses to habitat change in the karst area of Bantimurung Bulusaraung National Park
RESPONS BURUNG TERHADAP PERUBAHAN HABITAT DI AREA KARST TAMAN
NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG
(Bird responses to habitat change in the karst area of Bantimurung Bulusaraung
National Park)
Indra A.S.L.P. Putri , Bayu W. Broto dan Fajri Ansari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 16. Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, Kode Pos 90243
Telp. +62 411554049, Fax. +62 411554058 Article Info
ABSTRAK Article History:
Received 20 May 2017; received in revised form 06 July 2017; accepted 12 July 2017. Available online since
31 August 2017
Burung merupakan bioindikator perubahan habitat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons burung yang berhabitat di karst Maros-Pangkep, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung terhadap perubahan habitat. Penelitian dilakukan di tiga lokasi, dengan perbedaan tingkat gangguan, yaitu zona inti (minim gangguan), zona rimba (tingkat gangguan sedang), kebun masyarakat (tingkat gangguan tinggi). Pengumpulan data vegetasi habitat burung dilakukan menggunakan modifikasi metode garis berpetak. Pengumpulan data burung dilakukan menggunakan metode point count. Analisis data vegetasi habitat burung dilakukan menggunakan kerapatan vegetasi. Perbedaan komposisi vegetasi habitat burung dianalisis menggunakan indeks kesamaan komunitas Sorensen. Analisis data burung dilakukan menggunakan kepadatan populasi, indeks keragaman jenis Shannon-Weinner, indeks dominansi Simpson, indeks kemerataan jenis Pielou, serta indeks kekayaan jenis Margalef. Beda nyata pada populasi burung diuji menggunakan uji ANOVA satu arah, serta uji Tukey dan Bonferroni. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa burung yang hidup di karst tergolong peka akan perubahan habitat, yang terlihat dari adanya perbedaan nyata pada populasi. Degradasi habitat berdampak pada berbagai tingkatan trofik, dan direspons burung dalam bentuk berkurangnya jumlah individu dan spesies, peralihan spesies burung yang memiliki indeks nilai penting (INP) tertinggi dari spesies dengan tingkat toleransi rendah ke tingkat toleransi tinggi, peralihan feeding guild burung yang memiliki INP tinggi dari frugivora ke frugivora-insektivora dan selanjutnya ke granivora, berkurangnya jumlah spesies berukuran tubuh besar, serta berkurangnya jumlah spesies yang membutuhkan tempat khusus untuk bersarang. Mengingat karst Maros-Pangkep memiliki berbagai peran penting, maupun nilai ilmiah dan keragaman hayati yang tinggi, maka diperlukan pelibatan berbagai pihak, untuk menjaga kelestariannya, termasuk penetapan seluruh areal karst Maros-Pangkep menjadi kawasan bentang-alam karst.
Kata kunci:
Keterkaitan habitat dengan spesies, Burung, Habitat, Karst, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Keywords:
Species-area relationship, Birds, Habitat, Karst, Bantimurung Bulusaraung National Park
ABSTRACT
Birds are useful bioindicators to habitat changes. This study aims to determine the responses of birds to habitat change at Maros-Pangkep karst area, Bantimurung-Bulusaraung National Park. The research was carried out in three disturbance degrees (core-zone, wilderness-zone, and the community-gardens), which represents minimal, middle, and high interference level. A modified square-line method was used to observe vegetation of bird habitat. Point count method was used to observe bird population. Data of the bird habitat vegetation was analyzed using vegetation density. The difference of vegetation composition was analyzed using Sorensen-similarity index. Data of the bird was analyzed using abundance, and indexes of Shannon-Weinner diversity, Simpson dominance, Pielou evenness, and Margalef species richness. Significant differences between the number of the individual bird were tested using one-way ANOVA, Tukey-Bonferroni test. The results showed that birds living in karst were sensitive to habitat changes. Birds responded through reducing the number of individuals and species, shifting the species of bird that has high importance value index from low tolerance species to high tolerance species. Birds also responded by shifting the feeding guild that has high important value index from frugivore to frugivore-insectivore and then to granivore, decreasing the number of bird species with large body size, reducing the number of bird species that need a special location to build nest. Considering that Maros-Pangkep Karst has vital roles, scientific values, and biodiversity richness, it is necessary to involve all stakeholders to maintain its sustainability, including the establishment of entire Maros-Pangkep Karst area as the karst-landscape area.
Corresponding author. Tel.: +62 81342595358 E-mail address: indra.arsulipp@gmail.com (I.A.S.L.P. Putri)
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 101 - 112
I. PENDAHULUAN
Beynen, 2011), yang menyebabkan perubahan dan Karst merupakan
kerusakan pada karst (Clements et al., 2008; Day, terbentuk akibat pelarutan air pada batuan
bentang alam
yang
2010a; Day 2010b; Fleury, 2011). Jika telah karbonat (van Beynen, 2011; Menteri Energi dan
rusak, maka ekosistem karst tergolong sangat sulit Sumber Daya Mineral, 2012). Salah satu bentang
untuk dapat dipulihkan kembali (Shu et al., 2013). alam karst yang dapat dijumpai di Indonesia adalah
Meskipun dikenal memiliki nilai penting karst Maros-Pangkep yang terletak di Provinsi
secara biologi karena kekayaan dan kespesifikan Sulawesi Selatan. Karst Maros-Pangkep memiliki
namun karst luas sekitar 46.200 hektare dan sekitar 22.800
keragaman
hayatinya,
Maros-Pangkep juga tidak luput dari degradasi hektare telah ditetapkan menjadi bagian dari
akibat berbagai aktivitas manusia. Degradasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN
yang terjadi karst Maros-Pangkep disebabkan nilai Babul). Karst Maros-Pangkep memiliki nilai
ekonomi langsung dari pemanfaatan karst, baik penting dan strategis, baik di tingkat lokal bahkan
berupa penambangan untuk bahan baku semen, di tingkat internasional, karena merupakan karst
penambangan marmer, maupun penambangan terbesar kedua di dunia setelah karst yang
batu gamping untuk bahan pondasi rumah. terdapat di Cina dan menjadi satu-satunya karst
Tekanan lain terhadap karst Maros-Pangkep menara yang dijumpai di Indonesia, bahkan
disebabkan oleh pemanfaatan berbagai sumber menurut Badan Lingkungan Hidup Daerah
daya hayati karst, yang belum terkontrol dengan Sulawesi Selatan (2011), menjadi salah satu dari
baik. Hal ini menyebabkan di beberapa tempat, hanya tiga kawasan karst menara di dunia. Nilai
termasuk di areal yang dikelola oleh TN Babul, penting dan strategis dari karst Maros Pangkep
telah mengalami perubahan akibat aktivitas makin bertambah karena karst Maros-Pangkep
manusia.
memiliki tingkat keunikan dan kespesifikan yang Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk tinggi. Karst Maros-Pangkep juga menjadi
mengetahui bagaimana respons keragaman hayati habitat dari beragam kekayaan hayati yang khas
yang hidup di areal tersebut terhadap perubahan yang hanya dijumpai di areal karst tersebut.
yang terjadi. Salah satu kekayaan hayati yang Bahkan
dijumpai di karst adalah burung. Clements et al. Bantimurung
menurut Balai
Taman
Nasional
(2006) menyatakan bahwa bentang alam karst Maros-Pangkep memiliki keragaman hayati yang
kaya akan keragaman spesies burung dan burung tertinggi di Asia Tropika.
dapat menjadi bioindikator degradasi lingkungan Menurut Williams (2008) dan Streubig et al.
karst (Buzan dan Pallavicini, 2014; Kmecl et al. (2009), banyaknya keragaman hayati yang
(2014). Dengan pertimbangan tersebut, maka dijumpai di karst, menyebabkan bentang alam
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk karst, secara internasional, telah diakui memiliki
mengetahui respons komunitas burung yang hidup nilai biologis yang sangat tinggi. Nilai biologi yang
Maros-Pangkep Taman Nasional penting dan strategis dari kawasan karst makin
di
karst
Bantimurung Bulusaraung, terhadap degradasi bertambah karena bentang alam karst dipandang
yang terjadi di areal tersebut. sebagai “pulau di dalam pulau” (Clements et al., 2006; Esposito et al., 2015) dan menjadi hotspot keragaman hayati (Clements et al., 2008). Hal ini
II. METODE PENELITIAN
disebabkan pada bentang alam karst, dijumpai
A. Lokasi penelitian
banyak keragaman hayati (Day, 2011; Clements et Penelitian dilakukan di karst Maros-Pangkep al., 2008; Struebig et al., 2009) terutama yang
yang menjadi bagian dari TN Babul (Gambar 1). berupa spesies endemik lokal, langka, dilindungi,
Secara administratif, lokasi penelitian masuk dalam yang telah beradaptasi dengan sangat baik pada
wilayah dusun Bangkesangkeang, Kelurahan Kassi, lingkungan
Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene dan bergantung pada karst (karst-dependent species).
karst, maupun
spesies
yang
Kepulauan. Untuk mengetahui respons burung Selain itu, pada bentang alam karst juga dapat
terhadap perubahan habitat, maka penelitian dijumpai spesies yang memiliki populasi terbatas
dilaksanakan di tiga lokasi, yang berbeda tingkat (Clements et al., 2006; Buzan dan Pallavicini,
gangguannya. Lokasi pertama merupakan areal 2014).
karst dengan tingkat gangguan yang minim, yang Adanya adaptasi yang
menjadi bagian dari zona inti TN Babul. Lokasi terhadap
sangat spesifik
kedua merupakan areal karst yang menjadi bagian keragaman hayati yang dijumpai di karst tergolong
dari zona rimba. Areal ini cukup sering dimasuki peka akan perubahan dan gangguan (Yue et al.,
oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. 2010; Fleury, 2011; Buzan dan Pallavicini, 2014).
Sebelum ditetapkan menjadi bagian dari kawasan Padahal areal karst memiliki tingkat gangguan
TN Babul, lokasi penelitian pertama dan kedua yang tinggi (Day, 2010a; Day, 2010b), dan tingkat
merupakan areal hutan lindung. Namun terdapat degradasi yang tinggi (Fleury, 2011), akibat
perbedaan kondisi hutan di kedua zona tersebut. berbagai aktivitas manusia (van Beynen dan van Areal karst yang terletak di zona inti memiliki
Respons Burung Terhadap Perubahan Habitat di Area Karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Indra A.S.L.P. Putri et al.
hutan dengan kondisi yang lebih baik karena kaki dan tepi karst menara. Pada lokasi ketiga, terletak lebih jauh dari permukiman penduduk,
jalur pengamatan dibuat menyusuri kebun milik dengan kondisi medan yang lebih berat, sehingga
masyarakat yang terletak di sekitar dusun. Pada lebih sulit diakses dibanding zona rimba. Lokasi
setiap jalur dilakukan pengulangan pengamatan ketiga berada di kebun masyarakat dusun
sebanyak tiga kali. Untuk melakukan pencatatan Bangkesangkeang,
jenis burung yang dijumpai di setiap lokasi, maka berdekatan dengan areal karst yang menjadi
saat menyelusuri transek, pengamat berhenti pada bagian dari zona rimba TN Babul. Pengamatan
titik-titik tertentu yang digunakan sebagai titik dilakukan berulang mulai tahun 2010, 2011 dan
pengamatan. Titik pengamatan dibuat menyerupai 2014.
lingkaran imajiner dengan radius 20 meter. Jarak antar titik pengamatan sekitar 150 meter (Amar et
B. Bahan dan Alat Penelitian
al., 2008). Jumlah titik pengamatan pada setiap Peralatan yang digunakan selama penelitian
jalur adalah 15-18 buah, bergantung pada kondisi adalah altimeter, binokuler, GPS, alat perekam,
medan.
tallysheet, alat tulis menulis, buku panduan identifikasi.
C. Tahapan Pelaksanaan/Rancangan Penelitian
1. Pengamatan vegetasi habitat burung
Pengamatan vegetasi habitat burung dilakukan dengan membuat 15 – 18 buah plot pengamatan di setiap lokasi. Pengamatan menggunakan metode garis berpetak (Indriyanto, 2008). Lokasi pertama memiliki medan yang sulit dan banyak terdapat tebing atau dinding yang cukup terjal, sehingga plot pengamatan vegetasi diletakkan secara purposif, yaitu pada tempat yang cukup datar dan lapang, baik di celah di antara tebing karst atau di tepi tebing karst hingga puncak karst. Jarak minimal antar plot adalah 100 meter. Areal datar di antara tebing karst, seringkali hanya berupa celah yang sempit. Demikian juga areal datar di tepi tebing karst, seringkali hanya memiliki lebar yang sempit, sehingga beberapa plot pengamatan vegetasi tingkat pohon, sedikit dimodifikasi, tidak berbentuk bujusangkar, melainkan berbentuk memanjang,
lapangan, dengan tetap menggunakan luas baku, yaitu luas 400 m 2
Gambar 1. Lokasi penelitian di areal karst . Identifikasi sampel tumbuhan
Maros-Pangkep TN Babul yang terletak di dusun dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Bangkesangkeang.
2. Pengamatan burung
Figure 1. Research location at Maros-Pangkep Pengamatan burung dilakukan saat cuaca
limestone area Bantimurung Bulusaraung National cerah (Danielsen et al., 2010) dan burung sedang
Park-Bangkesangkeang village. aktif (06.00 – 10.00) (Rajashekara dan Venkatesha, 2013; Daru et al., 2015). Pengamatan di ketiga
Pengamatan pada setiap titik dilakukan lokasi dilakukan dengan berjalan kaki menelusuri
selama ± 15 menit (Volpato et al., 2009), dengan jalur
bantuan binokular. Pencatatan dilakukan terhadap orang-orang yang sama (Cherkaoui et al., 2009;
pengamatan (Cavarzere,
oleh
burung yang terlihat dan terdengar suaranya oleh Jiguet, 2009; Eglington et al., 2010), menggunakan
pengamat. Pencatatan juga dilakukan terhadap metode point count (Volpato et al., 2009; Cavarzere,
sarang burung, dengan menggunakan metode 2013). Pada setiap lokasi terdapat tiga jalur
accidental, yaitu jika di sekitar jalur pengamatan, pengamatan. Lokasi pertama memiliki medan
pengamat menjumpai sarang burung atau aktivitas yang sulit dan seringkali menemui tebing vertikal,
burung yang sedang bersarang. Identifikasi sehingga jalur pengamatan tidak benar-benar
spesies dan kisaran ukuran tubuh burung berbentuk garis lurus, tetapi mengikuti jalur di
dilakukan berdasarkan Coates et al. (2000). antara atau di tepi tebing, yang agak mudah
lindung dilakukan dilewati. Pada lokasi kedua, jalur pengamatan
Penggolongan
status
berdasarkan CITES (CITES, 2017), IUCN (2017) dibuat menelusuri kawasan hutan yang terletak di
dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 101 - 112
(Presiden Republik
dan menjadi areal dengan tingkat campur tangan Penggolongan
Indonesia,
manusia yang tertinggi. Pada areal kebun, berdasarkan Coates et al. (2000).
spesies pohon yang memiliki nilai penting tertinggi adalah mangga (Mangifera indica) dan jati
D. Analisis Data
(Tectona grandis).
Analisis data vegetasi habitat burung dilakukan Kondisi vegetasi habitat burung terbaik yang dengan menghitung nilai kerapatan vegetasi pada dijumpai di zona inti juga dapat terlihat dari lebih setiap tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, tingginya nilai kerapatan pada tingkat pohon dan pohon),
tiang yang dijumpai di lokasi ini dibanding kedua kerapatan vegetasi, serta menghitung nilai indeks lokasi lainnya (Tabel 1). Vegetasi pada zona kesamaan komunitas Sorensen (Fachrul, 2012). rimba, yang merupakan areal hutan yang menjadi Analisis data burung dilakukan dengan barrier antara zona inti dengan areal masyarakat, menghitung kepadatan populasi, indeks keragaman telah mengalami perubahan. Namun, lebih jenis Shannon- Weinner (indeks H’), indeks tingginya kerapatan vegetasi pada tingkat pancang dominansi Simpson (indeks D), indeks kemerataan yang dijumpai di zona rimba, dapat menunjukkan jenis Pielou (indeks E), serta indeks kekayaan jenis adanya proses suksesi, yang jika tidak mendapat Margalef (indeks R) (Fachrul, 2012). Perbedaan gangguan atau tekanan, maka areal tersebut kelak nyata populasi burung di ketiga lokasi penelitian, akan memiliki vegetasi dengan kerapatan yang diketahui melalui uji statistik parametrik anova tinggi dan dapat menjadi habitat yang baik bagi satu arah, menggunakan SPSS 21. Hipotesis yang burung (Tabel 1). Kebun menjadi areal yang
digunakan dalam uji ini adalah H 0 : tidak terdapat
memiliki kerapatan vegetasi tingkat pohon yang perbedaan nyata pada populasi burung di ketiga terendah. Kebun merupakan hasil pembukaan lokasi penelitian, H 1 : terdapat perbedaan nyata kawasan hutan yang kemudian ditanami dengan pada populasi burung di ketiga lokasi penelitian. tanaman budidaya, namun petani umumnya Dasar pengambilan keputusan yaitu jika nilai mengatur jarak tanam, sehingga jarak antar pohon
probabilitas > 0.05 maka H 0 diterima, dan jika nilai
tidak serapat di zona rimba dan zona inti. Lebih
probabilitas < 0.05 maka H 0
terbukanya kebun juga menyebabkan areal mengetahui lokasi mana saja yang populasi tersebut memiliki kerapatan vegetasi tingkat burungnya berbeda secara nyata, maka dilakukan semai dan tumbuhan bawah yang lebih tinggi uji lanjutan berupa uji Tukey dan Bonferroni dibanding kedua lokasi penelitian lainnya. (Santoso, 2013). Hasil analisis data memperlihatkan bahwa
ditolak. Untuk
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai indeks kesamaan komunitas Sorensen
tergolong rendah (Tabel 2), yang berarti bahwa ada
A. Hasil
perbedaan
komposisi
vegetasi penyusun
1. Habitat burung
komunitas tumbuhan di ketiga lokasi penelitian. Di ketiga lokasi penelitian terdapat perbedaan
Pada hampir semua tingkat pertumbuhan, terlihat kondisi habitat burung. Zona inti memiliki
bahwa nilai indeks kesamaan komunitas yang kondisi vegetasi habitat burung yang lebih baik
terendah adalah antara areal yang paling minim dibanding zona rimba dan kebun masyarakat.
gangguan (zona inti) dengan areal yang paling Spesies tumbuhan yang memiliki nilai penting
banyak mendapat gangguan (kebun). Sebaliknya, tertinggi pada zona inti merupakan spesies yang
nilai indeks kesamaan komunitas terbesar adalah menjadi penghasil buah atau pakan burung,
antara kedua areal yang telah mendapat gangguan seperti biraeng (Ficus spp), tumbuhan berbunga
manusia (antara zona rimba dan kebun). Hal ini yang menjadi pakan bagi burung nektarivora,
perubahan komposisi seperti langoting (Lagerstroemia sp), maupun
menunjukkan
adanya
vegetasi di areal yang mengalami gangguan akibat tumbuhan yang dapat menjadi tempat bersarang,
aktivitas masyarakat.
bermain kawin dan berlindung bagi berbagai Tekanan masyarakat pada vegetasi asli spesies burung karena ketinggian pohon dan
karst menyebabkan kerindangan
penyusun
komunitas
penurunan populasi vegetasi karst. Hal ini terlihat (Tetrameles nudiflora). Di zona inti juga dapat
dari cukup banyaknya spesies tumbuhan yang dijumpai spesies tumbuhan lain penghasil pakan
dijumpai di zona inti, namun tidak dijumpai di seperti jambu-jambuan (Syzygium sp), dao
zona rimba maupun kebun, misalnya beberapa (Dracontomelon dao), rao-rao (Dyxosilum sp).
spesies tumbuhan yang bernilai ekonomi tinggi Zona rimba merupakan areal yang telah mendapat
dimanfaatkan oleh campur tangan manusia. Spesies pohon yang
masyarakat sebagai bahan bangunan, seperti memiliki nilai penting tertinggi di areal ini adalah
eboni (Diospyros celebica), bitti (Vitex sp), jati (Tectona grandis), rita (Alstonia scholaris),
sugimanai (Anthocephalus chinensis). Spesies maupun kelapa (Cocos
tumbuhan tersebut juga menjadi tempat bermain, merupakan areal tempat beraktivitas masyarakat
nucifera).
Kebun
berlindung, bersarang dan beristirahat burung.
Respons Burung Terhadap Perubahan Habitat di Area Karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Indra A.S.L.P. Putri et al.
Bentuk lain tekanan masyarakat terhadap vegetasi, sebelumnya tumbuh di areal karst tersebut dan yang terlihat dari lebih tingginya nilai indeks
belum mengganti semua spesies tumbuhan hutan kesamaan komunitas antara zona rimba dan kebun
dengan tanaman budidaya.
adalah dijumpainya jati (Tectona grandis) dan jambu monyet (Anacardium occidentale). Kedua
2. Populasi burung
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa spesies tumbuhan tersebut merupakan jenis jumlah individu, jumlah spesies, jumlah spesies tanaman yang sengaja ditanam masyarakat di zona dilindungi, jumlah spesies endemik, kelimpahan rimba pada saat sebelum terbentuknya TN Babul.
Bentuk berikutnya dari tekanan masyarakat dan indeks H’, indeks D dan indeks E, pada zona
inti > zona rimba > kebun. Hal tersebut terhadap
vegetasi di
menunjukkan bahwa pada ekosistem karst, dijumpainya tanaman yang tumbuh karena bijinya
secara tidak sengaja tersebar oleh masyarakat, burung yang hidup di areal yang minim gangguan akan memiliki kondisi yang lebih baik dibanding
misal jeruk (Citrus sp), mangga (Mangifera sp), areal yang mendapat gangguan (Tabel 3). jambu air (Syzygium guajava). Hasil uji statistik terhadap jumlah individu burung Hasil penelitian memperlihatkan tingginya
nilai indeks kesamaan komunitas pada tingkat (Tabel 4), menunjukkan bahwa banyak spesies burung yang hidup di karst tergolong peka
semai dan pancang antara zona inti dan zona terhadap gangguan. Hal ini terlihat dari adanya rimba. Hal ini mengindikasikan adanya suksesi
alami pada vegetasi penyusun zona rimba.
Selain
perbedaan nyata pada jumlah individu burung yang hidup di ketiga lokasi penelitian, yaitu antara
itu, meskipun nilai indeks kesamaan komunitas populasi burung yang hidup di areal yang minim yang dijumpai di ketiga lokasi penelitian tergolong gangguan (zona inti) dengan areal yang telah rendah, namun nilai tersebut belum mencapai nol.
Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun terjadi mendapat gangguan (zona rimba dan kebun). Pada populasi burung yang hidup di zona rimba
perubahan yang besar pada vegetasi akibat dan kebun tidak terdapat perbedaan nyata, aktivitas masyarakat, namun di kebun masih dapat meskipun jumlah spesies dan jumlah individu dijumpai spesies tumbuhan hutan, atau dengan
kata lain, masyarakat belum menebang dan burung di kebun lebih rendah dibanding zona rimba.
menghabiskan semua spesies tumbuhan yang
Tabel 1. Kerapatan vegetasi di lokasi penelitian Table 1. Vegetation density at the research area
Tingkat pertumbuhan (Stage) No
Lokasi (Research location)
Semai
Pancang
Tiang Pohon
(Seedling)
(Sapling)
(Poles) (Trees)
1 Jumlah spesies Zona inti (Core zone)
33 18 20 26 Zona rimba (Wilderness zone)
34 40 19 19 Kebun masyarakat (Community garden)
2 Jumlah familia Zona inti (Core zone)
23 16 15 19 Zona rimba (Wilderness zone)
20 19 12 13 Kebun masyarakat (Community garden)
3 Kerapatan (Density) (individu/Ha) Zona inti (Core zone)
331,25 245,31 Zona rimba (Wilderness zone)
306,25 148,437 Kebun masyarakat (Community garden)
Tabel 2. Indeks kesamaan komunitas Sorensen pada berbagai tingkat pertumbuhan vegetasi di lokasi penelitian Table 2. Sorensen similarity index at the research area
Indeks kesamaan Sorensen Tingkat pertumbuhan (Stage) (Sorensen similarity index) (%)
Semai
Pancang
Tiang Pohon
(Seedling)
(Sapling)
(Poles) (Tree)
14,63 12,77 Zona inti - kebun (Core zone -
Zona inti - zona rimba (Core zone - wilderness zone)
11,11 10,81 community garden)
Zona rimba - kebun (Wilderness zone
21,62 – community garden) 31,25
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 101 - 112
Tabel 3. Jumlah spesies, jumlah spesies yang tercantum dalam CITES, IUCN dan PP7/99, serta nilai kelimpahan, indeks keragaman jenis, dominansi, keseragaman dan kekayaan jenis di lokasi penelitian Table 3. Number of bird species, number of species that list at CITES, IUCN and Government Reguation No 7 of 1999, Abundance, Shannon-Weinner diversity index, Simpson dominance index, Pielou evenness index and Margalef species richness index at the research area
Jumlah
Jumlah spesies yang
Jumlah
spesies
tercantum dalam IUCN
spesies
Jumlah
Indeks E Lokasi Indeks R lindung (research
Jumlah Jumlah
I ndeks H’ familia
(Simpson (Pielou (Margalef species location)
yang
(Number of species that list
spesies
Kelim
Indeks D
(Number (Number tercantum
spesies
in IUCN)
(Number endemik
(Shannon-
dalam (Number of
(Number
pahan
dominance evenness famila)
Weinner
of bird of bird
protected endemik
index) index) richness
CITES App II
Zona inti 26 52 9 1 2 47 13 24 95.45 3.79 0.02 0.93 9.48 (core zone) Zona rimba
2 22 9 12 51.80 2.84 0.07 0.89 4.79 (wilderness zone) Kebun
16 25 6 ---
15 4 2 43.09 2.65 0.07 0.64 4.07 (community garden)
Tabel 4. Uji Tukey dan Bonferroni terhadap populasi burung di lokasi penelitian Table 4. Tukey dan Bonferroni test for bird population at the research area
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah individu burung (Bird numbers)
95% Confidence (I) Lokasi penelitian
Interval (Research location)
(J) Lokasi penelitian
Mean
Std.
(Research location)
Lower Upper Bound
Bound
.000 2.63 9.10 Tukey HSD
Zona inti (core zone)
Zona rimba (Wilderness zone)
Kebun (Community garden)
Zona rimba (wilderness zone) * Zona inti (Core zone) -4.609 1.199
.001 -7.47 -1.75
.693 -2.41 4.93 Kebun (community garden)
Kebun (Community garden)
Zona inti (Core zone)
.000 -9.10 -2.63
Zona rimba (Wilderness zone)
.001 1.68 7.53 Zona inti (core zone)
Zona rimba (Wilderness zone)
.000 2.56 9.18 Bonferroni Zona rimba (widerness zone)
Kebun (Community garden)
Zona inti (Core zone)
.001 -7.53 -1.68
Kebun (Community garden)
1.540 1.000 -2.50 5.02
Zona inti (Core zone)
-5.869 * .000 -9.18 -2.56
1.540 1.000 -5.02 2.50 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kebun (community garden)
Zona rimba (Wilderness zone)
B. Pembahasan
ketersediaan pakan, kondisi relung, serta faktor
lingkungan lain. Rangkaian perubahan tersebut
1. Bagaimana perubahan habitat di karst
dapat berdampak terhadap fauna yang berhabitat
mempengaruhi populasi burung?
di kawasan karst.
Bentang alam karst merupakan salah satu Kondisi serupa juga dijumpai di areal karst TN bentuk ekosistem yang unik dan spesifik dengan
Babul. Di areal karst ini, peran penting vegetasi tingkat kekayaan keragaman hayati yang sangat
terhadap kehidupan burung dapat terlihat dengan tinggi, termasuk dalam hal kekayaan flora. Qin et
jelas. Areal karst TN Babul yang mempunyai al.
kondisi hutan yang lebih baik, yang dicirikan keragaman kondisi edafik dan topografi yang
beragamnya variasi tempat dijumpai di areal karst, menyebabkan kawasan ini
dengan
lebih
berlindung, sumber pakan, dan mikrohabitat, akan memiliki tipe vegetasi yang spesifik, sangat
lebih mampu menyediakan beragam sumber daya beragam dan secara taksonomi tergolong sangat
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lebih kaya. Yue et al. (2010) menyatakan bahwa
banyak spesies burung, sehingga akan menjadi vegetasi yang hidup di kawasan karst merupakan
habitat yang lebih beragam bagi spesies burung. vegetasi yang khas yang merefleksikan kondisi
Areal zona inti TN Babul memiliki kondisi lingkungan, geologi dan ekologi khas yang hanya
vegetasi yang baik. Zona inti memiliki lebih dijumpai di kawasan karst. Keadaan ini
banyak tumbuhan yang berperan sebagai sumber menyebabkan berbagai jenis satwa yang dijumpai
pakan dibanding kedua lokasi penelitian lainnya. di karst juga merupakan spesies yang khas, yang
Salah satu familia tumbuhan yang banyak dijumpai beradaptasi
di kawasan karst TN Babul adalah Moraceae, lingkungan karst, sehingga perubahan pada
utamanya Ficus spp. Terdapat 43 spesies Ficus vegetasi akan menimbulkan terjadinya rangkaian
spp yang hidup di areal karst TN Babul (Balai perubahan lain, termasuk perubahan iklim mikro,
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, 2008).
Respons Burung Terhadap Perubahan Habitat di Area Karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Indra A.S.L.P. Putri et al.
Tumbuhan ini merupakan pakan utama banyak dedaunan berperan sebagai tempat berlindung spesies burung yang hidup di areal karst, misal
bagi berbagai spesies burung. Zona inti, yang spesies burung pemakan buah (frugivora), seperti
memiliki kerapatan vegetasi lebih tinggi dibanding burung-burung
areal yang mengalami gangguan, akan mampu Columbidae. Kitamura et al. (2011) dan Bamotiwa
menjadi tempat berlindung yang lebih baik bagi et al. (2014) menyatakan bahwa burung yang
lebih banyak spesies burung, sehingga menjadi berasal dari familia Bucerotidae, seperti julang
habitat bagi lebih banyak spesies burung. Hal ini sulawesi (Rhyticeros cassidix) dan kangkareng
disebabkan rapatnya dedaunan dari pohon-pohon sulawesi (Penelopides exharatus), mengkonsumsi
di zona inti dapat memberi rasa lebih terlindungi buah Ficus spp sebagai pakan utamanya. Buah
dan lebih aman bagi banyak spesies burung, Ficus spp juga menjadi pakan favorit berbagai
terutama spesies burung pemalu. spesies burung pemakan buah dan serangga
Peran penting lain dari vegetasi bagi burung (frugivora-insektivora), seperti burung
adalah sebagai tempat kawin dan bersarang. berasal dari familia Oriolidae.
yang
Pinho dan Marini (2013) menyatakan bahwa Perubahan habitat burung di areal zona
kerapatan vegetasi berpengaruh pada jumlah rimba dan kebun masyarakat, mengakibatkan
sarang dan tingkat reproduksi burung. Pinho dan terjadinya penurunan jumlah individu maupun
Marini (2013) juga menyatakan bahwa hutan jumlah spesies tumbuhan penghasil pakan burung.
dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi Salah satu spesies tumbuhan penghasil pakan
memiliki jumlah sarang dan tingkat reproduksi burung yang mengalami penurunan jumlah
yang lebih tinggi dibandingkan hutan dengan individu dan jumlah spesies di areal zona rimba
kerapatan pohon yang rendah. Pada kawasan dan kebun adalah Ficus spp. Selain Ficus spp,
karst TN Babul, penebangan pohon di zona rimba spesies tumbuhan penghasil pakan burung lain
dan kebun, berdampak pada penurunan jumlah yang juga menurun jumlah atau tidak dijumpai lagi
pepohonan berukuran besar dan tinggi. Padahal, di areal kebun masyarakat adalah beberapa
beberapa spesies burung, memiliki kebutuhan spesies jambu (Syzygium sp), rao-rao atau kedoya
khusus untuk membangun sarang. Misal, burung (Dysoxylum sp), Salacia macrophylla, serta spesies
Bucerotidae dan Psittacidae, dari familia Leeaceae, seperti mali-malisi (Leea
dari
familia
membutuhkan pohon berukuran besar dan aequata), Leea aculeata dan Leea angulata.
berlubang sebagai tempat bersarang (Cockle et al., Adanya gangguan
2010). Selain itu, spesies burung dari familia menyebabkan berkurang atau hilangnya tumbuhan
pada vegetasi
yang
Accipitridae, membutuhkan pohon tinggi sebagai penghasil pakan di areal yang mengalami
tempat bersarang dan bertengger (Johnsgard, gangguan, ternyata berdampak negatif pada
atau bahkan tidak berbagai tingkatan trofik burung. Hal ini terlihat
Berkurangnya
dijumpainya pohon berukuran besar, sebagai dari penurunan jumlah individu maupun jumlah
tempat bersarang bagi berbagai spesies burung, spesies burung pada berbagai tingkatan rantai
seperti Ficus spp, kedoya (Dysoxylum sp) dan makanan, baik pada konsumen tingkat satu
maralikeng (Tetrameles nudiflora ) di zona rimba (seperti burung pemakan bagian tumbuhan yang
dan kebun, menyebabkan menyingkir atau berasal dari familia Columbidae, Psittacidae dan
berkurangnya spesies burung tersebut, ke lokasi Bucerotidae), konsumen tingkat dua (seperti
lain yang masih memiliki pohon yang sesuai burung pemakan serangga, invertebrata dan
kebutuhan burung tersebut untuk vertebrata kecil, yang berasal dari familia
dengan
terlihat dari tidak Cuculidae), maupun konsumen tingkat tiga
dijumpainya lagi sarang beberapa spesies burung (seperti
tersebut, di areal karst yang berada di zona rimba berasal dari familia Accipitridae). Bahkan cukup
burung karnivora-insektivora
yang
dan kebun. Padahal di areal karst yang berada di banyak diantara spesies burung tersebut yang
zona inti, masih dijumpai satu buah sarang tidak dijumpai di areal dengan tingkat gangguan
burung julang sulawesi (Rhyticeros cassidix), satu yang tinggi, seperti burung-burung yang berasal
buah sarang kangkareng sulawesi (Penelopides dari familia Bucerotidae (Rhyticeros cassidix dan
exharatus), satu buah sarang elang hitam Penelopides
(Ictinaetus malayensis), serta tiga buah sarang berasal dari familia Psittacidae (Loriculus exilis dan
exharatus),
burung-burung yang
serindit paruh merah (Loriculus exilis). Trichoglossus ornatus),
burung-burung
yang
berasal dari familia Columbidae (Ptilinopus
2. Respons burung yang hidup di karst TN
melanospila, Columba vitiensis, Ducula radiata,
Babul terhadap perubahan habitat
Ducula luctuosa). Terdapat beragam respons burung yang Berbagai spesies tumbuhan karst juga
hidup di karst TN Babul terhadap perubahan berperan sebagai tempat beristirahat, berlindung,
habitat. Salah satu bentuk respons terlihat dalam dan bermain berbagai spesies burung. Pinho dan
bentuk pergeseran spesies burung yang memiliki Marini (2013) menyatakan bahwa kerapatan
indeks nilai penting (INP) tertinggi. Semakin
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 101 - 112
besar gangguan pada vegetasi karst akibat dengan habitat yang berupa lahan pertanian, berbagai aktivitas menusia akan menyebabkan
misalnya bondol taruk (Lonchura molucca), cucak semakin besarnya perubahan habitat. Seiring
kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan bondol rawa dengan semakin besarnya perubahan habitat,
(Lonchura malacca).
maka burung yang memiliki nilai penting tertinggi Respons lain dari komunitas burung yang akan bergeser ke arah spesies burung yang lebih
Maros-Pangkep terhadap toleran terhadap perubahan habitat. Dengan kata
perubahan habitat adalah pergeseran feeding guild. lain, seiring dengan makin besarnya perubahan
Pada zona inti, spesies burung frugivora, seperti habitat, maka spesies burung yang memiliki peran
rangkong sulawesi (Rhyticeros cassidix) menjadi penting dalam komunitas adalah spesies yang
spesies yang memiliki nilai penting tertinggi. memiliki tingkat toleransi dan adaptasi yang lebih
Pada zona rimba, burung yang memiliki nilai baik terhadap perubahan, sehingga spesies yang
penting tertinggi bergeser ke arah burung toleran terhadap perubahan habitat, akan bertahan
frugivora-insektivora, yang mengkonsumsi buah dan bahkan dapat meningkat jumlah individunya.
berukuran kecil dan serangga sebagai pakannya. Bentuk lain dari respons burung yang hidup
Di kebun, burung granivora merupakan spesies di areal karst TN Babul terhadap perubahan
yang memiliki nilai penting tertinggi. Pergeseran habitat adalah
feeding guild ini disebabkan seiring dengan perubahan habitat, maka terjadi penurunan
perubahan habitat, akan jumlah spesies burung yang tergolong peka
makin
besarnya
menyebabkan makin berkurangnya jumlah dan terhadap perubahan habitat. Hal ini terlihat dari
spesies pepohonan penghasil buah berukuran lebih banyaknya spesies burung yang tergolong
besar, yang dikonsumsi oleh burung frugivora peka terhadap perubahan habitat, yang dijumpai
hanya menyisakan di zona inti, di banding lokasi lain. Misal, di zona
tumbuhan penghasil buah berukuran kecil yang inti lebih banyak dijumpai burung-burung yang
frugivora-insektivora berasal dari familia Bucerotidae, seperti julang
dikonsumsi
burung
berukuran kecil hingga sedang. Selanjutnya, di sulawesi (Rhyticeros cassidix) dan kangkareng
areal dengan tingkat perubahan habitat yang lebih sulawesi (Penelopides exharatus), maupun burung
tinggi lagi, seperti kebun, maka pepohonan dan yang berasal dari familia Accipitridae, seperti
perdu penghasil buah akan lebih berkurang lagi elang-ular sulawesi (Spilornis rufipectus) dan elang
dan hanya menyisakan herba, semak dan hitam (Ictinaetus malayensis), burung yang berasal
rumput-rumputan penghasil buah berukuran kecil dari
dan biji-bijian, yang dikonsumsi burung granivora paruh-merah (Loriculus exilis), serindit sulawesi
familia Psittacidae,
seperti
serindit
dan pemakan buah berukuran kecil. (Loriculus stigmatus), maupun berbagai spesies
Respons lain dari komunitas burung terhadap burung yang berasal dari familia Columbidae,
perubahan habitat yang terjadi di kawasan karst seperti pergam putih (Ducula luctuosa), pergam
dapat terlihat dari penurunan ukuran tubuh kepala-kelabu (Ducula radiata). Kondisi ini
burung. Di areal yang minim atau tidak sesuai dengan pernyataan dari Martin dan
mengalami perubahan habitat seperti di areal Blackburn (2012), bahwa kawasan hutan primer
karst yang berada di zona inti, spesies yang dan hutan sekunder yang telah tua merupakan
memiliki nilai penting tertinggi adalah spesies habitat bagi lebih banyak spesies burung yang
burung yang berukuran besar, misal julang memiliki tingkat toleransi ekologis yang rendah,
sulawesi (Rhyticeros cassidix), dengan panjang atau peka terhadap perubahan habitat. Berbeda
tubuh 70 – 80 cm. Di areal zona inti juga masih dengan kondisi pada zona inti, maka pada zona
dapat dijumpai berbagai spesies burung lain yang rimba, yang merupakan areal yang telah
memiiki ukuran tubuh yang tergolong besar, mengalami perubahan habitat, spesies burung
seperti elang hitam (Ictinaetus malayensis), yang memiliki nilai penting tertinggi bukan lagi
panjang tubuh 65 – 80 cm, elang-ular sulawesi spesies yang peka terhadap perubahan habitat.
(Spilornis rufipectus), panjang tubuh 41-54 cm, Spesies burung yang memiliki nilai penting
kangkareng sulawesi (Penelopides exharatus), tertinggi
panjang tubuh sekitar 45 cm. Pada areal yang kemampuan yang cukup tinggi untuk beradaptasi
adalah spesies
yang
memiliki
telah mengalami perubahan habitat, seperti zona dengan perubahan habitat, misal cucak kutilang
rimba, terlihat adanya penurunan ukuran tubuh (Pycnonotus aurigaster), burung-madu hitam
burung yang memiliki nilai penting tertinggi, (Nectarinia aspasia) dan srigunting jambul-rambut
sehingga mayoritas spesies burung yang dijumpai (Dicrurus hottentotus). Pada kebun, yang
merupakan burung berukuran tubuh sedang. memiliki tingkat perubahan habitat yang tertinggi,
Walaupun di areal ini masih dapat dijumpai serta berdekatan dengan lahan persawahan,
spesies burung yang berukuran besar, namun terlihat bahwa spesies yang memiliki nilai penting
jumlah individunya telah sangat berkurang dan tertinggi adalah spesies yang umum dijumpai di
tidak sebanyak jumlah individu spesies yang sama sekitar permukiman dan spesies yang beradaptasi
yang dijumpai di zona inti. Selanjutnya, pada
Respons Burung Terhadap Perubahan Habitat di Area Karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Indra A.S.L.P. Putri et al.
areal yang mengalami lebih banyak perubahan bahwa pada kawasan hutan dengan tingkat habitat seperti pada kebun, maka spesies burung
kerapatan vegetasi yang lebih tinggi, predasi yang memiliki nilai penting tertinggi adalah burung
sarang burung lain oleh burung yang berasal dari yang berukuran lebih kecil lagi, seperti burung
familia Cuculidae juga tinggi. Tingginya tingkat bondol (Lonchura sp). Kondisi yang dijumpai di
predasi burung Cuculidae pada areal yang karst TN Babul tersebut sesuai dengan pernyataan
vegetasinya lebih rapat, menunjukkan bahwa pada Gomes et al. (2008) yang menyebutkan bahwa
kawasan hutan yang lebih rapat akan memiliki pada areal yang mengalami perubahan habitat,
kondisi vegetasi yang lebih baik, yang mampu akan terjadi penurunan jumlah spesies burung
menyediakan lebih beragam spesies burung yang berukuran besar. Penurunan jumlah spesies
bisa dipredasi sarangnya. Beragam spesies burung yang berukuran besar tersebut diduga
burung yang bisa dipredasi sarangnya oleh burung berkaitan
meningkatkan kesuksesan ketersediaan pakan . Burns (2009) menyatakan
dengan penurunan
reproduksi, sehingga dapat dijumpai dalam jumlah bahwa burung mengkonsumsi pakan sesuai
individu serta jumlah spesies yang lebih banyak. dengan bentuk dan ukuran paruh. Burung yang berukuran besar akan mengkonsumsi pakan yang
3. Implikasi konservasi
berukuran besar, dalam jumlah yang lebih banyak, Banyaknya spesies burung yang mengalami dibanding burung yang berukuran kecil. Dengan
penurunan kelimpahan maupun yang tidak adanya penurunan variasi dan jumlah pakan yang
dijumpai lagi di areal yang telah mengalami tersedia pada areal yang telah mengalami banyak
gangguan, menunjukkan bahwa burung yang perubahan habitat, akan menyebabkan burung
hidup di kawasan karst sebenarnya tergolong peka yang berukuran besar akan kesulitan memenuhi
habitat. Padahal karst kebutuhan energinya.
akan
perubahan
Maros-Pangkep, termasuk yang dikelola oleh TN Respon selanjutnya dari burung yang hidup di
Babul, memiliki tingkat keterancaman yang karst TN Babul terhadap perubahan habitat adalah
tergolong tinggi terhadap gangguan perubahan penurunan kelimpahan dan jumlah spesies burung,
habitat. Hal ini disebabkan karena nilai ekonomi termasuk spesies
yang terasa lebih Kondisi ini sesuai dengan pernyataan dari
menjanjikan jika dimanfaatkan untuk berbagai Abrahamczyk et al. (2008), Schulze dan Riedl
kepentingan ekonomi jangka pendek, misal melalui (2008), Maas (2009), yang menyatakan bahwa
penambangan atau pemanfaatan sumber daya spesies endemik lebih peka terhadap gangguan
hutan di karst secara tidak terkontrol. perubahan habitat, sehingga seringkali tingkat
Mengingat ekosistem karst tergolong rapuh, gangguan yang rendah, dapat membuat burung
mudah rusak oleh perubahan, serta sangat sulit endemik tersingkir atau menjauhi habitatnya
untuk pulih kembali, maka sebaiknya pelestarian semula. Fenomena penurunan jumlah spesies
kawasan karst Maros-Pangkep lebih digalakkan burung pada areal yang terganggu juga diperkuat
lagi, dengan melibatkan semua pihak, dari tingkat oleh pernyataan dari Martin dan Blackburn (2010)
masyarakat lokal, hingga tingkat dunia. Apalagi dan Sodhi et al. (2010) yang menyatakan bahwa
karst Maros- Pangkep sebenarnya memiliki sangat adanya gangguan dalam bentuk perubahan habitat
banyak peran penting, yang hanya bisa dirasakan dapat menyebabkan penurunan jumlah individu,
jika karst di areal tersebut berada dalam kondisi jumlah spesies dan keragaman jenis.
baik. Misal, berbagai jasa lingkungan, yang akan Respons berikutnya dari burung di karst TN
menghasilkan manfaat ekonomi (baik jangka Babul
pendek maupun jangka panjang), yang jika menurunnya
terhadap perubahan
habitat
adalah
dihitung, maka nilainya akan jauh lebih besar membutuhkan kondisi khusus untuk dapat
dibanding manfaat ekonomi yang diperoleh dari bersarang.
hasil mengekploitasi sumber daya alam yang membutuhkan pohon besar berlubang atau pohon
terdapat di karst serta menambang karst. tinggi untuk membangun sarang, penurunan juga
Salah satu langkah yang penting untuk segera terjadi pada burung berkebutuhan khusus lain,
diwujudkan adalah penetapan seluruh areal karst misalnya burung yang tergolong dalam familia
merupakan kawasan Cuculidae. Burung yang berasal dari familia
Maros-Pangkep
yang
ekosistem karst sebagai kawasan bentang alam Cuculidae dikenal sebagai burung yang bersifat
karst dan kawasan ekosistem esensial. Penetapan parasit (Kruger et al., 2009; Ducatez, 2014).
karst Maros-Pangkep sebagai kawasan bentang Penurunan jumlah individu dan jumlah spesies
alam karst dan kawasan ekosistem esensial dapat burung dari familia Cuculidae di areal karst yang
memberi status perlindungan yang lebih kuat dan mengalami gangguan, dapat mengindikasikan
sah secara hukum, sehingga kelestarian ekosistem adanya penurunan spesies burung yang menjadi
karst Maros-Pangkep beserta nilai ilmiah yang inang burung ini di areal yang mengalami
dimiliki, termasuk flora dan faunanya dapat lebih gangguan. Pinho dan Marini (2013) menyebutkan
terjamin.
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 101 - 112
III. KESIMPULAN DAN SARAN
UCAPAN TERIMA KASIH
A. Kesimpulan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Areal karst TN Babul memiliki hutan yang Hidup dan Kehutanan Makassar dan Balai Taman menjadi habitat bagi banyak spesies burung, yang Nasional Bantimurung Bulusaraung atas dukungan bergantung pada hutan yang menjadi habitatnya. sehingga kegiatan penelitian ini dapat berjalan Berbagai spesies tumbuhan hutan yang terdapat di
dengan baik.
areal karst TN Babul berperan sebagai penyedia
pakan, tempat berlindung, bermain, kawin
DAFTAR PUSTAKA
maupun sebagai tempat membangun sarang. Abrahamczyk, S., M.Kessler, D.D. Putra, M. Waltert, T. Dengan demikian, areal hutan dengan kondisi yang Tscharntke. (2008). The value of differently
lebih baik, akan lebih mampu menyediakan managed cacao plantations for forest bird sumberdaya yang dibutuhkan burung, sehingga
conservation in Sulawesi, Indonesia. Bird areal hutan yang kondisinya lebih baik seperti di
Conservation International, 18, 349 –362. BirdLife zona inti, akan memiliki kekayaan spesies burung
International. doi:10.1017/S0959270908007570. yang lebih tinggi dibanding areal yang telah
Amar, A., F. Amidon, B. Arroyo, J.A. Esselstyn, A.P. mengalami perubahan habitat, seperti di zona
Marshall. (2008). Population Trends of the Forest rimba dan kebun. Perubahan habitat dalam bentuk
Bird Community on the Pacific Island of Rota, penurunan kerapatan vegetasi akibat aktivitas
Mariana Islands. The Condor, 110(3), 421-427. masyarakat, berpengaruh pada semua tingkatan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Sulawesi Selatan. trofik burung. Perubahan habitat tersebut
(2011). Rencana Aksi Pengelolaan Ekosistem direspons burung dalam bentuk penurunan jumlah
Pangkep. Makassar: Badan individu dan jumlah spesies, penurunan jumlah
Karst
Maros
Lingkungan Hidup Daerah Sulawesi Selatan. spesies endemik, dilindungi, penurunan jumlah
Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. spesies berukuran besar, maupun penurunan
(2008). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang jumlah spesies yang membutuhkan tempat khusus
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung untuk membangun sarang. Selain itu terlihat
Periode 2008-2027 Kabupaten Maros dan Pangkep adanya peralihan spesies burung yang memiliki
Provinsi Sulawesi Selatan. Maros: Balai Taman INP tertinggi dari spesies dengan tingkat toleransi Nasional Bantimurung Bulusaraung. 151 h.
rendah ke tingkat toleransi tinggi, peralihan Bamotiwa, D., E. Labiro, M. Ihsan. (2014). Asosiasi feeding guild burung yang memiliki INP tertinggi
burung Julang sulawesi (Rhyticeros cassidix) dari frugivora ke frugivora-insektivora dan
dengan jenis-jenis pohon di kawasan hutan lindung Desa Ensa Kecamatan Mori atas Kab.
selanjutnya ke granivora. Berbagai respons Morowali Utara. Warta Rimba, 2(2), 67-74. tersebut menunjukkan bahwa burung yang hidup