Kata Kunci: Prilaku, Sifat, Mausuf, Sintaksis Bahasa Arab PENDAHULUAN - Prilaku Sifat dan Mausuf dalam Hubungan Sintaksis Bahasa Arab

Telangkai Bahasa dan Sastra, Juli 2014, 1-16
Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

Tahun ke-8, No 2

PRILAKU SIFAT DAN MAUSUF DALAM HUBUNGAN
SINTAKSIS BAHASA ARAB
Abdul Kholiq
ypputrisalsabila_ramadhani@yahoo.com
Abstrak
Hubungan sintaksis membicarakan mengenai pengetahuan tentang susunan
kata dan kalimat agar menjadi kalimat yang dimengerti. Dalam bahasa Arab,
sifat dan mausuf terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, pengkaji
akan menjelaskan satu persatu dalam tulisan ini. Sifat adalah setiap isim
yang mengikuti kepada yang diikuti dan menunjukkan atas sifat pada isim
(kata benda) sebelumnya dituliskan bahwa ‫ﻓﻰﻛﺗﺎﺐﻤﻠﺧﺺﻗﻮﺍﻋﺪﺍﻠﻠﻐﺔﺍﻠﻌﺮﺒﻳﺔﻳﻗﻮﻞﺍﻟﻧﻌﺕ‬
‫ﺗﺎﺒﻊ ﻴﺪﻞ ﻋﻟﻰ ﺼﻓﺔ ﻓﻰ ﺍﺳﻡ ﻗﺒﻟﻪ‬
,‫(ﻧﻌﻤﻪ‬
)٥١ :
Yang dimaksud dengan sifat dalam kajian ini adalah kata sifat atau yang
bermakna sifat yang mengikuti kata benda yang menunjukkan arti sifat pada

kata benda tersebut, baik pada saat rofa‟, nasab, khofad, dan pada saat
Ma‟rifat atau Nakirah. Sedangkan mausuf adalah isim yang menunjukkkan
atas zat (benda) sesuatu dan hakekatnya dan didalam mausuf tersebut
terkandung
makna
sifat.
Dituliskan
sebagai
berikut
‫ﻓﻰﻛﺗﺎﺐﺠﻤﻴﻊﺍﻠﺪﺮﻮﺲﻳﻗﻮﻞﺍﻠﻤﻭﺼﻭﻑ ﻫﻭ ﻤﺎ ﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺬ ﺍ ﺖ ﺍﻠﺷﺊ ﻭﺤﻗﻴﻗﺗﻪ ﻭﻫﻭﻣﻭﺿﻭﻉ ﻠﺗﺤﻣﻞ ﻋﻠﻴﻪ‬
)٩٦ :١٩٨٧‫ﺍﻠﺼﻓﺔ (ﺍﻠﻐﻼﻳﻳﻥ‬
Yang dimaksud dengan mausuf dalam kajian ini adalah setiap kata benda
(Isim) yang diikuti oleh kata (kalimat) yang menunjukan makna sifat bagi
kata benda tersebut (Isim), baik kata benda tersebut dalam keadaan Rofa‟,
Nasab, Khofad, dan pada saat Ma‟rifat atau Nakirah, serta jenis dan adad.
Kata Kunci: Prilaku, Sifat, Mausuf, Sintaksis Bahasa Arab

PENDAHULUAN
Sebagai manusia kita tidak akan pernah berhenti saling berinteraksi dengan
manusia yang lainnya karena antara manusia yang satu dengan yang lainnya sangat saling

membutuhkan dan sebagian cara berinteraksi manusia dengan manusia yang lainnya
adalah dengan cara komunikasi antara sesama, baik itu dengan bahasa lisan atau bahasa
tulisan. Sebagai media komunikasi berbagai Bahasa mengalami kemajuan sejalan dengan
perkembangan budaya-masing-masing termasuk Bahasa Arab. Bahkan Bahasa Inggris
dan Bahasa Arab sudah dijadikan Bahasa Internasional dan kedua bahasa ini dijadikan
sebagai mata pelajaran yang penting di Lembaga Pendidikan yang berciri khas Agama
Islam. Dalam mempelajari bahasa-bahasa tersebut para siswa tidak akan luput dari
kesulitan-kesulitan, karena bahasa-bahasa tersebut sangat variatif dan mempunyai aturanaturan yang sangat banyak terutama Bahasa Arab.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki tingkat kemajuan yang sangat
pesat, sehingga Bahasa Arab sangat potensial untuk dijadikan sebagai Bahasa
Internasional, karena Bahasa Arab dijadikan sebagai pelajaran yang sangat mendasar di
1

Abdul Kholiq

lembaga-lembaga pendidikan terutama Lembaga Pendidikan yang bernaung di bawah
Depertemen Agama.
Mempelajari Bahasa Arab, tidak akan pernah sempurna hanya dengan mempelajari
Bahasa Arab itu sendiri, karena siswa akan menemukan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, sehingga memperlambat siswa dalam memahami Bahasa Arab tersebut.

Membicarakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para siswa dalam mempelajari
Bahasa, terutama Bahasa Arab, maka kita akan membicarakan pelajaran-pelajaran yang
sangat mendukung para siswa untuk lebih cepat memahami Bahasa Arab terutama
pelajaran Nahwu, karena dengan pelajaran Nahwulah para siswa bisa berbahasa Arab
dengan baik dan benar, bahkan dalam sebuah syair Bahasa Arab telah di sebutkan
“‫( ”ﻢﻬﻓﻴﻦﻠﻪﻧﻭﺩﻢﻼﻜﻠﺍﺬﺍ‬Muhammad, ibnu Aqil) yang artinya “Perkataan tanpa Ilmu Nahwu
maka perkataan tersebut sulit dipahami”. Dengan demikian pelajaran Nahwu merupakan
pelajaran dasar bagi para siswa untuk bisa berbahasa dengan baik dan benar. Tapi sering
kita jumpai banyak para siswa yang mengeluh dengan pelajaran Nahwu, karena siswa
sering salah dalam menggunakan atau menerapkan kaidah atau aturan yang ada dalam
pelajaran Nahwu tersebut. Terutama mengenai sifat dan mausuf (Na‟at dan Man‟ut)
padahal Sifat dan Mausuf merupakan hubungan sintaksis frasiologis yang tidak mencapai
makna klausa yang banyak digunakan dalam berbahasa, baik bahasa lisan atau tulisan.
Kemudian dalam penerapan hubungan sintaksis sifat dan mausuf sering kali terjadi
kesalahan di kalangan pengguna Bahasa Arab, baik di Madrasah, Pondok pesantren, dan
di Perguruan.
Setiap kajian perlu di tetapkan tujuan yang jelas karena dengan tujuan yang jelas
akan memudahkan dalam bekerja atau berbuat. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku dan bentuk sifat dan mausuf
dalam hubungan sintaksis Bahasa Arab dan makna apa yang muncul dalam hubungan

sintaksis sifat mausuf.
KAJIAN PUSTAKA
1. Prilaku
Dalam buku kamus umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Prilaku adalah
tingkah laku; kelakuan; perbuatan, bagaimana caranya” ( Poerwadarminta, 1984: 730).
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud prilaku dalam kajian ini adalah prilaku
sintaksis sifat mausuf yakni ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku dalam hubungan
sintaksis sifat mausuf sebagai fungsi bahasa seperti bilamana harus Muwafaqoh dan
kapan harus Mukholafah, baik ditinjau dari segi jenis, jumlah dan I‟rob.
2. Sifat Dan Mausuf
Sifat dan mausuf terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, pengkaji akan
menjelaskan satu persatu.
a. Sifat
)٥١ :
,‫ﻓﻰﻛﺗﺎﺐﻤﻠﺧﺺﻗﻮﺍﻋﺪﺍﻠﻠﻐﺔﺍﻠﻌﺮﺒﻳﺔﻳﻗﻮﻞﺍﻟﻧﻌﺕ ﺗﺎﺒﻊ ﻴﺪﻞ ﻋﻟﻰ ﺼﻓﺔ ﻓﻰ ﺍﺳﻡ ﻗﺒﻟﻪ (ﻧﻌﻤﻪ‬
Artinya: “Sifat adalah setiap isim yang mengikuti kepada yang diikuti dan
menunjukkan atas sifat pada isim (kata benda) sebelumnya “.
,‫ﻭﻔﻰﻜﺗﺎﺐﺍﻠﻌﺴﻤﺎﻭﻯﻴﻗﻭﻞﺍﻟﺗﺎ ﺒﻊ ﺗﺎ ﺒﻊ ﻟﻟﻤﻧﻌﻭﺖ ﻓﻰ ﺭﻓﻌﻪ ﻭﻧﺼﺒﻪ ﻭﺧﻓﺿﻪ ﻭ ﺗﻌﺭﻴﻓﻪ ﻭ ﺗﻧﻜﻴﺭ (ﻋﺒﺪﺍﷲﻭﺍﻠﻌﺷﻤﺎﻭﻯ‬
) ٣٢ :
Artinya: “Sifat menurut istilah adalah setiap isim yang mengikuti kepada yang

diikuti (mausuf) baik pada saat rofa‟, nasab, khofad, dan baik pada saat ma‟rifat atau
nakirah”.
Berdasarkan batasan - batasan di atas maka yang dimaksud dengan sifat dalam
kajian ini adalah kata sifat atau yang bermakna sifat yang mengikuti kata benda yang
menunjukkan arti sifat pada kata benda tersebut, baik pada saat rofa‟, nasab, khofad, dan
pada saat Ma‟rifat atau Nakirah.
2

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

b. Mausuf
‫ﻓﻰﻛﺗﺎﺐﺠﻤﻴﻊﺍﻠﺪﺮﻮﺲﻳﻗﻮﻞﺍﻠﻤﻭﺼﻭﻑ ﻫﻭ ﻤﺎ ﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺬ ﺍ ﺖ ﺍﻠﺷﺊ ﻭﺤﻗﻴﻗﺗﻪ ﻭﻫﻭﻣﻭﺿﻭﻉ ﻠﺗﺤﻣﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻠﺼﻓﺔ‬
)٩٦ :١٩٨٧‫(ﺍﻠﻐﻼﻳﻳﻥ‬
Artinya: “Mausuf adalah isim yang menunjukkkan atas zat (benda) sesuatu dan
hakekatnya dan didalam mausuf tersebut terkandung makna sifat”.
Yang dimaksud dengan mausuf dalam kajian ini adalah setiap kata benda (Isim)
yang diikuti oleh kata (kalimat) yang menunjukan makna sifat bagi kata benda tersebut
(Isim), baik kata benda tersebut dalam keadaan Rofa‟, Nasab, Khofad, dan pada saat
Ma‟rifat atau Nakirah, serta jenis dan adad.
3. Hubungan Sintaksis

Hubungan sintaksis terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, akan di
uraikan satu persatu:
a. Hubungan
Di dalam Buku Kamus Umum Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa Hubungan
adalah keadaan berhubungan atau dihubungkan, berkenaan dengan apa yang di sebutkan
dahulu, suatu yang dipakai untuk Berhubungan, Pertalian : Sangkut Paut; Kontak; Ikatan
(Keluarga, Persahabatan). (Poerwadarminta, 1984: 362).
Yang dimaksud dengan hubungan dalam kajian ini adalah nisbah, yaitu
menggabungkan suatu kata dengan kata lain dengan ketentuan kata kedua merupakan
kata sifat atau jumlah. Yang pertama menunjukkan makna Isim.
b. Sintaksis
Dalam Buku Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Sintaksis adalah
Pengetahuan tentang susunan kata dan kalimat; Ilmu Tata Kalimat”. (Poerwadarminta,
1984: 951).
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan hubungan sintaksis dalam
kajian ini adalah hubungan kata dengan kata lain yang akan melahirkan makna baru
selain makna Juzu‟ (unsurnya) yang dalam hal ini adalah hubungan sintaksis Sifat dan
Mausuf. Makna baru yang muncul dari hubungan kata dengan kata lain dapat berupa
makna klausa atau Frasa.
Hubungan makna klausa adalah hubungan yang membuat kedua kata itu dianggap

sebagai kalimat dasar. karena kata-kata tersebut sudah syah mengisi fungsi inti bahasa,
sedangkan hubungan frasa adalah hubungan kata dengan kata lain yang maknanya tidak
mencapai makna klausa atau kalimat, seperti hubungan Idhofah dan sifat Mausuf.

PEMBAHASAN
Analisis Fungsi Bahasa Dalam Bahasa Arab
Sifat dan Mausuf meupakan persamaan dari Na‟at dan Man‟ut, dan untuk lebih
memudahkan kajian, maka dalam Skripsi ini, pengkaji akan memakai Qaidah Sifat dan
Mausuf. Namun untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya, ternyata jarang ada
batasan yang sama antara ahli (Ulama‟) Nahwu yang satu dengan Ulama‟ Nahwu yang
lain.
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut akan dikemukakan batasan-batasan
pengertian Sifat dari berbagai ahli Nawu seperti di bawah ini :
Di dalam kitab Taswik Al-Khallan, dijelaskan menurut bahasa bahwa “Sifat adalah
menSifati sesuatu dengan apa yang ada padanya, baik atau buruk“. (Ma‟sum, : -:163).
Contoh :
‫ﺠﺎﺀﺰﻳﺪﺍﻠﻌﺎﻗﻞ‬
3

Abdul Kholiq


Sedangkan didalam Kitab Syarah Ibnu Aqil, Juzu‟ At-Sani dijelaskan bahwa, ”Sifat
adalah kata yang menyempurnakan kata sebelumnya dengan bentuknya sendiri atau
dengan isim (kalimat yang berhubungan dengannya)“. (Abdullah, - :163 ).
Contoh :
‫ﻤﺭﺭﺖ ﺒﺭﺠﻞ ﻜﺭﻴﻡ‬
‫ﻤﺭﺭﺖ ﺒﺭﺠﻞ ﻜﺭﻴﻡﺍﺒﻮﻩ‬
Sementara di dalam Kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa, “Sifat adalah Kata Sifat
yang disebut setelah Kata Benda (‫ )ﺍﺴﻢ‬untuk menjelaskan sebagian keadaannya (‫ )ﺍﺴﻢ‬atau
keadaan apa yang berhubungan dengannya (‫“ )ﺍﺴﻢ‬. (Al-Galyani : 1987 : 221 ).
Contoh :
‫ﺟﺎﺀﺍﻟﺗﻟﻣﻳﺬﺍﻟﻣﺟﺗﻬﺪ‬
‫ﺟﺎﺀ ﺍﻠﺗﻟﻣﻳﺬ ﺍﻟﻣﺟﺗﻬﺪﺍﺧﻭﻩ‬
Berdasarkan batasan-batasan pengertian di atas maka, yang dimaksud dengan Sifat
dalam kajian ini adalah Kata Sifat yang mengikuti yang disifatinya (Mausuf) untuk
menjelaskan dan menyempurnakan sebagian keadaan Mausufnya, baik pada I‟rab,
Ma‟rifat, Nakirah, maupun pada Mufrad, Jumlah dan Syibhul Jumlah.
Dan di dalam Kitab Jami‟ uddurus dijelaskan bahwa,”Mausuf adalah isim yang
menunjukkan atas zat sesuatu dan hakekatnya, dan dia ditempatkan untuk dibebani
atasnya Sifat”. (Al-Galyani,1987: 97).

Berdasarkan batasan pengertian di atas, yang dimaksud dengan mausuf dalam
Skripsi ini adalah Isim yang menunjukkan atas zat sesuatu dan hakekatnya, dan diikuti
oleh kalimat yang menunjukkan makna Sifat kepada isim tersebut baik pada I‟rab,
Ma‟rifat, Nakirah, maupun pada Mufrad, jumah dan Sibhul Jumlah.
Dan dipandang perlu dalam Skripsi ini. Bahwa bahwa pengkaji akan memaparkan
beberapa hal yang sangat mendasar dalam hal ini:
Persamaan Dan Perbedaan Sifat Dan Na’at.
Dijelaskan diberbagai kitab Nahwu, bahwa Sifat dan Na‟at memiliki makna yang
sama yaitu mengikuti sesuatu, akan tetapi, Na‟at lebih dikhususkan kepada yang
berubah–ubah seperti kata ‫ﺏﺭﺎﻀ‬, ‫ﻢﺌﺎﻗ‬. Sedangkan Sifat tidak dikhususkan kepada yang
berubah–ubah. Bahkan secara umum, boleh dipakai pada yang berubah–ubah dan boleh
dipakai kepada yang tidak berubah–ubah seperti kata ‫ ﻡﻟﺎﻋ‬, ‫ ﻦﺳﺤ‬.
Dan mengenai perbedaan antara Sifat dan Na‟at, dijelaskan di dalam kitab Syaikh
Kholid bahwa:
- Sifat adalah lafaz –lafaz yang semakna dengan apa yang berlaku sebenarnya.
Contoh : ‫ ﻪﻟﻟﺍﻖﺎﺼﻮﺍ‬/ Sifat – Sifat Allah dan disini kita bilang Sifat–Sifat Allah
bukan Na‟at –na‟at Allah.
Dalam bahasa sifat berperan sebagai kata (kata sifat) dan sebagai fungsi
(tataran fungsi bahasa)
- Na‟at adalah lafaz–lafaznya yang dikhususkan kepada yang berubah–ubah.

Contoh :
‫ ﺐﺮﺎﻀ‬, ‫ﻡﺌﺎﻗ‬
Na‟at hanya bermakna sama dengan sifat sebagai fungsi bahasa.
Contoh :
‫ﻫﺬﺍﻤﺣﻣﺪﺍﻟﻜﺎﻤﻞ‬
1. Penggunaan Sifat ( Na’at )
Di dalam kitab – kitab Nahwu, dijelaskan bahwa ada 5 tempat digunakan Sifat.
a) Untuk Mengkhususkan ( ‫) ﺺﻳﺼﺧﺘﻟﻟ‬
Contoh :
‫ﺖﺭﺭﻣ ﻁﺎﻳﺤﻠﺍﺪﻳﺰﺑ‬
b) Untuk Memuji (‫)ﻠﻠﻤﺩﺡ‬
Contoh :
‫ﻫﺬﺍﻤﺣﻣﺪﺍﻟﻜﺎﻤﻞ‬
‫ﻟﺮﺣﻴﻢ‬١‫ﻟﺮﺣﻤﻥ‬١‫ﷲ‬١‫ﺒﺴﻢ‬
4

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

c) Untuk Merendahkan / Melecehkan (‫)ﻠﻠﺬﻢ‬
Contoh :

d) Untuk Menghormati (‫)ﺍﻠﺗﺭﺣﻢ‬
Contoh :
e) Untuk Menguatkan (‫)ﻠﻠﺗﻮﻜﻴﺪ‬
Contoh :

‫ﺬﺍﻠﻚﺍﻟﺭﺟﻝﺍﻟﺒﺧﻞ‬
‫ﺍﻋﻮﺬﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻠﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻠﺮﺟﻴﻢ‬
‫ﺍﻠﻠﻬﻢ ﺮﻔﻗﺎ ﺒﻌﺒﺪﻚ ﺍﻠﻤﺴﻜﻴﻦ‬
‫ﺍﻤﺲ ﺍﻠﺪﺍﺒﺮﻻﻴﻌﻮﺪ‬
‫ﻔﺗﻠﻚ ﻋﺷﺮﺓ ﻜﺎﻤﻠﺔ‬

2. Bentuk – Bentuk Kata Sifat
Di dalam kitab – kitab Nahwu dijelaskan bahwa pada dasarnya Na‟at (Sifat) itu.
Terjadi dari Isim Mustak yaitu Isim yang diambil dari Masdar untuk menujukkan satu
tujuan dan yang mempunyai Sifat.
Isim Mustaq meliputi:
1. Isim Fa‟il yaitu Sifat yang diambil dari Fi‟il Ma‟lum, untuk menunjukkan atas
makna yang berpengaruh dari Mausuf dengannya atau yang berdiri atas bentuk–
bentuk kejadian yang tidak kuat/tetap. Dan Isim Fa‟il ini mempunyai dua
timbangan:
a. Timbangan dari At–Sulasi Al–Mujarrad
Dan terjadi dari At–Sulasi Al–Mujarrad atas timbangan ‫ﻝﻋﺎﻔ‬.
Contoh :
‫ﻜﺎﺗﺐ‬
, ‫ﺠﺎﺀﺰﻴﺪﺍﻠﻜﺎﺗﺐ‬
Dan apabila „Ain Fiil berillat, maka diganti „Ain Fiil tersebut dengan hamzah
pada Isim Fa‟il.
Contoh : ‫ ﺑﺎﻉ‬menjadi ‫ﺒﺎﺌﻊ‬
‫ﺭﺃﻴﺖ ﺰﻴﺪﺍ ﺍﻠﺒﺎﺌﻊ‬
b. Timbangan Dari Selain At–Sulasi Al–Mujarrad
Dan yang di maksud timbangan selain dari At-Sulasi Al-Mujarrad adalah
Isim Fail yang terdiri dari At-Sulasi Al-Mazid dan Al-Ruba‟i Mujarrad atau
Mazid.
Contoh At-Sulasi Al-Mazid:
- Timbangan ‫ ﻔﻌﻞ‬dengan menambahkan tasydid.
Contoh:
‫ﻔﺭﺡ ﻔﻬﻮ ﻤﻔﺭﺡ‬
‫ﻔﻌﻞ ﻔﻬﻮ ﻤﻔﻌﻞ‬
- Timbangan ‫ ﻔﺎﻋﻞ‬dengan menambahkan Alif.
Contoh:
‫ﻗﺎﺗﻞ ﻔﻬﻮ ﻤﻗﺎﺗﻞ‬
‫ﻔﺎﻋﻞ ﻔﻬﻮ ﻤﻔﺎﻋﻞ‬
‫ﺠﺎﺀﺰﻴﺪﻤﻗﺎﺗﻞﻋﻤﺭﺍ‬
- Timbangan ‫ ﺗﻔﻌﻞ‬dengan menambahkan Ta‟ dan Tasydid
Contoh:
‫ﺠﺎﺀﺍﻻﺴﺗﺎﺬﺍﻠﻤﺗﺒﻴﻦﺍﻠﺪﺮﺲ‬
‫ﺗﻔﻌﻞ ﻔﻬﻭ ﻤﺗﻔﻌﻞ‬
‫ﺗﺒﻴﻦ ﻔﻬﻭ ﻤﺗﺒﻴﻦ‬
- Timbangan ‫ ﺍﻔﺗﻌﻞ‬dengan menambah Alif dan Ta‟
Contoh:
‫ﺠﺎﺀﺰﻳﺪﺍﻠﻤﺠﺗﻤﻊﺍﻠﻗﻭﻢ‬
‫ﺍﻔﺗﻌﻞ ﻔﻬﻭ ﻤﻔﺗﻌﻞ‬
‫ﺍﺠﺗﻤﻊ ﻔﻬﻭ ﻤﺠﺗﻤﻊ‬
- Timbangan ‫ ﺍﻧﻓﻌﻞ‬dengan menambahkan Hamzah dan Nun di awalnya.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀ ﻋﻣﺮ ﺍﻟﻣﻧﻗﻄﻊ ﺍﻜﺎﻓﺮ‬
‫ﺍﻧﻓﻌﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻧﻓﻌﻞ‬
‫ﺍﻧﻗﻄﻊﻓﻬﻭﻣﻧﻗﻄﻊ‬
- Timbangan ‫ ﺍﻓﻌﻞ‬dengan menambahkan Hamzah Wasal dan mentasydid
Lam.
Contoh:
‫ﷲ ﺬﺍﻟﻚ ﺍﻟﻬﺟﺮ ﺍﻟﻣﺴﻭﺪ‬
‫ﺍﻓﻌﻞﻓﻬﻭﻣﻓﻌﻞ‬
‫ﺍﺴﻭﺪﻓﻬﻭﻣﺴﻭﺪ‬
5

Abdul Kholiq

- Timbangan ‫ ﺍﺴﺗﻓﻌﻞ‬dengan menambahkan Hamzah Wasal Sin dan Ta‟
Contoh:
‫ﺪﻋﻭﺓ ﺍﻟﻰﺍﷲ ﺍﻟﻣﺴﺗﻐﻓﺮﺍﻟﺬﻧﻭﺐ‬
‫ﺍﺴﺗﻓﻌﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﺴﺗﻓﻌﻞ‬
‫ﺍﺴﺗﻐﻓﺮﻓﻬﻭﻣﺴﺗﻐﻓﺮ‬
- Timbangan ‫ ﺍﻓﻌﻭﻋﻞ‬dengan menambahkan Hamzah Al-Wasal dan
menggandakan „Ain yang diantaranya Huruf Waw.
Contoh: ‫ﺮﺃﻳﺖ ﻣﺤﻣﺪﺍ ﺍﻟﻣﺤﺪﻭﺪﺐ ﻓﻰ ﻄﻟﺐ ﺍﻟﻌﻟﻢ‬
‫ﺍﻓﻌﻭﻋﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻭﻋﻞ‬
‫ﺍﺤﺪﻭﺪﺐ ﻓﻬﻭ ﻣﺤﺪﻭﺪﺐ‬
- Timbangan ‫ ﺍﻓﻌﺎﻞ‬dengan menambahkan Hamzah Al-Wasal dan Alif setelah
„Ain dan memberikan tasydid kepada huruf Lam.
Contoh:
‫ﺍﻜﻟﺖ ﺍﻟﻣﻭﺮ ﺍﻟﻣﺼﻓﺎﺮ‬
‫ﺍﻓﻌﺎﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﺎﻞ‬
‫ﺍﺼﻓﺎﺮﻓﻬﻭﻣﺼﻓﺎﺮ‬
- Timbangan ‫ ﺍﻓﻌﻭﻞ‬dengan menambahkan Hamzah Al-Wasal dan dua Waw
setelah Alif.
Contoh:
‫ﺷﻌﺎﻉ ﺍﻠﺷﻣﺲ ﻣﺧﺮﻭﻄ‬
‫ﺍﻓﻌﻭﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻭﻞ‬
‫ﺍﺧﺮﻭﻄ ﻓﻬﻭﻣﺧﺮﻭﻄ‬
Timbangan Selain At-Sulasi Al-Mujarrad Yaitu:
1. Ruba’i Al-Mujarrad
Ruba‟i Al-Mujarrad memiliki Tujuh Bab yaitu:
- Timbangan ‫ﻓﻌﻟﻞ‬
Contoh:
‫ﻓﻌﻟﻞ ﻓﻬﻭﻣﻓﻌﻟﻞ‬
‫ﺠﻟﺒﺐ ﻓﻬﻭﻣﺠﻟﺒﺐ‬
- Timbangan ‫ﻓﻭﻋﻞ‬
Contoh:
‫ﻓﻭﻋﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻭﻋﻞ‬
‫ﺤﻭﻗﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﺤﻭﻗﻞ‬
- Timbangan ‫ﻓﻳﻌﻞ‬
Contoh:
‫ﻓﻳﻌﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻳﻌﻞ‬
‫ﺒﻳﻄﺮ ﻓﻬﻭ ﻣﺒﻳﻄﺮ‬
- Timbangan ‫ﻓﻌﻭﻞ‬
Contoh:
‫ﻓﻌﻭﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻭﻞ‬
‫ﺠﻬﻭﺮ ﻓﻬﻭ ﻣﺠﻬﻭﺮ‬
- Timbangan ‫ﻓﻌﻳﻞ‬
Contoh:
‫ﻓﻌﻳﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻳﻞ‬
‫ﺷﺮﻳﻕ ﻓﻬﻭ ﻣﺷﺮﻳﻕ‬
- Timbangan ‫ﻓﻌﻠﻰ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻞ‬
‫ﺷﻠﻗﻰ ﻓﻬﻭ ﻣﺷﻠﻕ‬
- Timbangan ‫ﻓﻌﻧﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻧﻞ‬
‫ﻓﻠﻧﺲ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻠﻧﺲ‬
2. Ruba’i Mazid
- Timbangan ‫ﺗﻓﻌﻠﻞ‬
‫ﺗﻓﻌﻠﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﺗﻓﻌﻠﻞ‬
‫ﺗﺪﺧﺮﺝ ﻓﻬﻭ ﻣﺗﺪﺧﺮﺝ‬
- Timbangan ‫ﺍﻓﻌﻧﻠﻞ‬
‫ﺍﻓﻌﻧﻠﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻧﻠﻞ‬
‫ﺍﺧﺮﻧﺟﻢ ﻓﻬﻭ ﻣﺧﺮﻧﺟﻢ‬
- Timbangan ‫ﺍﻓﻌﻠﻞ‬
‫ﺍﻓﻌﻠﻞ ﻓﻬﻭ ﻣﻓﻌﻠﻞ‬
‫ﺍﻄﻣﺄﻦ ﻓﻬﻭ ﻣﻄﻣﺄﻦ‬
2. Isim Maf‟ul yaitu Isim Sifat yang diambil dari Fi‟il Majhul untuk menunjukkan
kejadian yang berpengaruh terhadap Mausuf dengannya atas bentuk-bentuk
kejadian dan menjadi baru.

6

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

Dan Isim Maf‟ul kalau dibuat dari At-Sulasi Mujarrad, maka timbangannya
adalah seperti‫ ﻣﻧﺼﻭﺮ‬, ‫ ﻣﺤﺬﻭﻞ‬.
Contoh:
‫ﻫﺬﺍﺍﻠﺮﺠﻞﺍﻠﻣﻧﺼﻭﺮﺰﻴﺪ‬
Apabila Fi‟il Assulasi, ada di tengahnya huruf illat yaitu alif, seperti
‫ﺸﺎﺪ‬,‫ﻋﺎﺏ‬,‫ ﺒﺎﻉ‬, maka isim mafulnya adalah ‫ﻤﺸﻴﺩ‬,‫ﻣﻌﻴﺐ‬,‫ﻤﺒﻴﻊ‬
Contoh:
‫ﺠﺎﺀ ﺭﺠﻝﻣﺒﻴﻊﺍﻠﻜﺘﺎﺏ‬
- Apabila fi‟il assulasi, ada di tengahnya huruf illat yaitu alif yang sebenarnya
waw seperti ‫ﺼﺎﻥ‬,‫ﻻﻢ‬,‫ ﻘﺎﻞ‬Maka isim maf‟ulnya adalah ‫ﻣﺼﻮﻥ‬,‫ﻣﻠﻮﻢ‬,‫ﻤﻘﻮﻞ‬
Contoh:
‫ﻗﺎﻞﺍﻠﺭﺠﻞﺍﻠﻤﻘﻮﻞﺍﻠﻘﻮﻞ‬
- Apabila Fi‟il Assulasi, ada di akhirnya huruf illat yaitu alif yang sebenarnya
ya‟ seperti ‫ ﺭﺿﻰ‬,‫ ﺭﻤﻰ‬,‫ ﺒﻧﻰ‬Maka isim maf‟ulnya adalah ‫ ﻤﺭﻀﻲ‬,‫ ﻣﺮﻤﻲ‬,‫ﻤﺒﻧﻲ‬
Contoh:
‫ﺬﻫﺏﺍﻟﻃﺎﻠﺐﺍﻠﻤﺭﺿﻲﺍﻻﺴﺗﺎﺫ‬
- Apabila Fi‟il Assulasi, ada di akhirnya huruf illat yaitu alif yang sebenarnya
waw seperti ‫ ﺸﻜﺎ‬,‫ ﺮﺠﺎ‬,‫ ﺩﻋﺎ‬Maka Isim Maf‟ulnya adalah ‫ ﻤﺸﻜﻮ‬,‫ ﻣﺭﺠﻭ‬,‫ﻤﺩﻋﻮ‬
Contoh:
‫ﻜﺭﻡﺭﺟﻼﻣﺪﻋﻮﺍﻠﻪ‬
Dan apabila dibuat dari At-Sulasi Mujarrad, dengan lafaz Mudaroah Majhul maka
diganti dengan Hurup Mim yang baris dapan.
Contoh:
‫ﺍﺳﺘﻐﻓﺮﻓﻬﻭﻣﺳﺘﻐﻓﺮ‬
‫ﻫﺫﺍ ﺍﻠﻌﺒﺪﺍﻠﻣﺳﺘﻐﻓﺮ ﺍﻠﺫﻧﻭﺏ‬
3. Sifat Musabahah adalah kata Sifat yang diambil dari Fi‟il Lazim untuk
menunjukkan makna yang berdiri dengan Mausufnya atas bentuk .
Contoh:
‫ ﺣﺳﻦ‬, ‫ﻜﺮﻴﻢ‬
‫ﺠﺎﺀ ﺯﻴﺪﺣﺳﻦ ﺧﻠﻗﻪ‬
4. Isim Tafdil yaitu kata yang diambil dari Fi‟il untuk menunjukkan atas dua
sesuatu yang bersatu pada Sifat, dan ada kelebihan salah satu dari keduanya atas
yang lain padanya.
Contoh:
‫ﺧﻠﻴﻞ ﺍﻋﻠﻢ ﻤﻦﺳﻌﻴﺪ ﻭﺍﻓﺿﻞ ﻤﻧﻪ‬
Dan kadang–kadang Isim tafdil diantara dua sesuatu (Isim) menjadi Sifat yang
Muhalafah.
Contoh:
‫ﺍﻜﺭﻤﺖ ﺍﻠﻗﻭﻢ ﺍﺼﻐﺭﻫﻢ ﻭﺍﻜﺒﺭﻫﻢ‬
Wazan (Timbangan) Isim Tafdil itu ada satu yakni
‫ ﺍﻔﻌﻞ‬Untuk lakilaki ‫ ﻓﻌﻠﻰ‬Untuk perempuan.
Contoh:
‫ﺍﻓﺿﻞ ﻓﺿﻠﻰ‬
‫ﺍﻜﺒﺭ ﻜﺒﺭﻯ‬
Dan ada 3 kata, tempat boleh dibuang Alif pada timbangan Isim Tafdil yaitu:
‫ﺧﻳﺭ ﻣﺛﻞ ﺧﻳﺭ ﺍﻠﻧﺎﺲ ﻣﻦ ﻳﻧﻓﻊ ﺍﻠﻧﺎﺲ‬
‫ﺷﺭ ﻣﺛﻞ ﺷﺍﻠﻧﺎﺲ ﺍﻠﻣﻓﺴﺪ‬
‫ﺤﺐ ﻣﺛﻞ ﺤﺏﺸﺊﺍﻠﻰﺍﻻﻧﺴﺎﻦﻤﺎﻣﻧﻌﺎ‬
Kadang Na‟at itu terdiri dari Isim Jamid yang dipindahkan dari Isim Mustak Isim
jamid yang dipindahkan dari isim mustak itu meliputi:
1. Al-Masdar yaitu lafaz yang menunjukkan atas kejadian yang sunyi dari
waktu dan mengandung huruf-huruf fi‟il secara lafaz atau takdir.
Contoh:
‫ﻫﻮ ﺮﺟﻞ ﺜﻗﺔﺍﻯ ﻣﻮﺜﻮﻕ ﺒﻪ‬
‫ﺍﻧﺖ ﺮﺟﻞ ﻋﺪﻞ ﺍﻯ ﻋﺎﺪﻞ‬
2. Isim Al-Isyarah adalah Isim yang menunjukkan sesuatu yang sudah jelas
dengan perantaraan isarat yang jelas baik dengan tangan atau seumpanya.
Contoh:
‫ﺍﻜﺮﻢ ﻋﻠﻳﺎ ﻫﺬﺍ ﺍﻯ ﺍﻠﻣﺷﺎﺮﺍﻠﻳﻪ‬
-

7

Abdul Kholiq

3. Kata “‫ ”ﻮﺬ‬yang berarti pemilik (laki – laki) dan kata " ‫ " ﺬﺍﺖ‬yang berarti
pemilik (Perempuan).
Contoh:
‫ﺠﺎﺀ ﺮﺠﻞ ﺬﻮﻋﻠﻢ ﺍﻯ ﺼﺎﺤﺐ ﻋﻠﻢ‬
‫ﺠﺎﺀﺖ ﺍﻤﺮﺍﺓ ﺬﺍﺖ ﻓﺿﻞ ﺍﻯ ﺼﺎﺣﺒﻪ ﻓﺿﻞ‬
4. Isim Mausul yang diikuti oleh Alif dan Lam.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀ ﺍﻠﺭﺟﻞ ﺍﻠﺬﻯ ﺍﺟﺗﻬﺪ ﺍﻯ ﺍﻠﻤﺟﺗﻬﺪ‬
5. Kata yang menunjukkan atas bilangan Mausuf.
Contoh:
‫ﺠﺎﺀ ﺭﺠﺎﻞ ﺍﺭﺑﻌﺔ‬
6. Isim yang dipakai untuk menghubungkan Ya‟ ( ‫ )ﻱ‬Nisbah.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺪﻤﺷﻗﻰ ﺍﻯ ﻤﺴﻮﺐ ﺍﻠﻰ ﺪﻤﺷﻖ‬
7. Kata yang menujukkan atas penyerupaan.
Contoh:
‫ﺭﺃﻴﺖ ﺭﺠﻼ ﺍﺴﺪﺍ ﺍﻱ ﺴﺠﺎﻋﺎ‬
‫ﻔﻼﻦ ﺭﺠﻞ ﺗﻌﻠﺐ ﺍﻱ ﻤﺤﺗﺎﻞ‬
8. (‫)ﻣﺎ‬Nakirah yang menunjukkan arti umum.
Contoh:
‫ﺍﻜﺭﻢ ﺭﺠﻼﻣﺎ‬
Dan kadang–kadang yang dimaksud ‫ ﺎﻤ‬Nakirah itu makna umum yang
berkeadaan.
Contoh:
‫ﻹﻣﺭﻣﺎﺠﺪﻉ ﻗﺼﻴﺭ ﺍﻧﻔﻪ ﺍﻱ ﻹﻣﺭﻋﻆﻴﻢ‬
9. Kata (‫ )ﻜﻞ‬dan (‫ )ﺍﻱ‬dua kata yang menunjukkan untuk menyempurnakan
mausuf untuk sifat.
Contoh:
‫ﺍﻧﺖ ﺭﺠﻞ ﻜﻞ ﺍﻟﺭﺠﻞ ﺍﻱ ﺍﻟﻜﺎﻣﻞ ﻔﻰ ﺍﻟﺭﺠﻮﻟﻴﺔ‬
‫ﺠﺎﺀ ﻔﻰ ﺭﺠﻞﺍﻱ ﺭﺠﻞ ﺍﻱ ﻜﺎﻣﻞ ﻔﻰ ﺍﻟﺭﺠﻮﻟﻴﺔ‬
‫ﺠﺎﻔﻰ ﺭﺠﻞ ﺍﻴﻣﺎ ﺭﺠﻞ‬
Pembagian Sifat Sebagai Suatu Analisis Fungsi Bahasa Dalam Bahasa Arab
Sebelum pengkaji memaparkan pembagian sifat (na‟at), pengkaji akan
mengelompokkan pembagian sifat sesuai dengan fungsi sifat secara langsung dan tidak
langsung dan bentuk kata atau kalimat yang menjadi sifat.
1. Sifat (Na‟at) Haqiqi dan Sababi
(Pembagian sifat sesuai dengan fungsi secara langsung dan tidak langsung)
a. Sifat Haqiqi dan Sababi adalah kaidah yang berbeda, untuk lebih jelasnya
maka diuraikan satu persatu.
Didalam kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa Sifat atau Na‟at Haqiqi kata Sifat
yang menjelaskan Sifat dari Sifat – Sifat yang diikuti (Mausuf ). (Al-Galyani 1987: 224).
Contoh :
‫ﺠﺎﺀ ﺧﺎﻟﺪ ﺍﻻﺪﻴﺐ‬
Sedangkan dalam Kitab A-Tukhfatussaniyah dijelaskan bahwa Sifat Haqiqi adalah
Sifat yang merofa‟kan domir yang tersembunyi dan Sifat tersebut kembali kepada yang
diikuti (Mausuf). ( Muhammad, -: 141).
Semetara di dalam Kitab Mulakhas Qawaid Al-Lugah Al-Arabiyah dijelaskan
bahwa Sifat atau Na‟at Haqiqi adalah kata yang menunjukkan atas Sifat pada jiwa yang
diikutinya (Matbu‟ah).( Na‟mah,- : 51).
Berdasarkan batasan–batasan diatas yang dimaksud dengan Sifat (Na‟at) Haqiqi
dalam hal ini adalah kata Sifat yang menjelaskan Sifat dari sifat–sifat jiwa yang
diikutinya.
Di dalam kitab–kitab Nahwu dijelaskan bahwa Sifat (Na‟at) Haqiqi itu harus cocok
empat dari sepuluh, maksudnya mengikuti:
‫ﺭﻔﻊ‬
‫ﻣﻌﺭﻔﺔ‬
‫ﻣﻔﺭﺪ‬
‫ﻣﺬﻜﺭ‬
‫ﻧﺼﺐ‬
‫ﺗﺜﻧﻴﺔ‬
‫ﺧﻔﺽ‬
‫ﻧﻜﺭﺓ‬
‫ﺠﻣﻊ‬
‫ﻣﺆﻧﺚ‬

8

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

Contoh :
‫ﺠﺎﺌﺕﻔﺎﻂﻤﺔ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺔ‬
‫ﺭﺃﻴﺖ ﻔﺎﻂﻤﺔ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺔ‬
‫ﻤﺭﺭﺖ ﺒﻔﺎﻂﻤﺔ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺔ‬
‫ﺠﺎﺌﺕ ﻔﺎﻂﻤﺗﺎﻥ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺗﺎﻥ‬
‫ﺭﺃﻴﺕ ﻔﺎﻂﻤﺗﻴﻥ ﺍﻠﻌﻗﻠﺗﻴﻥ‬
‫ﻤﺭﺭﺕ ﺒﻔﺎﻂﻤﺗﻴﻥ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺗﻴﻥ‬
‫ﺠﺎﺌﺕﻔﺎﻣﺎﺕﺍﻠﻌﺎﻗﻼﺕ‬
‫ﺮﺃﻴﺕﺍﻠﻔﺎﻄﻣﺎﺕﺍﻠﻌﺎﻗﻼﺕ‬
‫ﻣﺮﺮﺕﺒﺎﻠﻔﺎﻄﻣﺎﺕﺍﻠﻌﺎﻗﻼﺕ‬

‫ﺠﺎﺀ ﺍﻠﺭﺠﻞ ﺍﻠﻌﺎﻗﻞ‬
‫ﺭﺃﻴﺖﺍﻠﺭﺠﻞﺍﻠﻌﺎﻗﻞ‬
‫ﻤﺭﺭﺖ ﺒﺎﻠﺭﺠﻞﺍﻠﻌﺎﻗﻞ‬
‫ﺠﺎﺀﺍﻠﺭﺠﻼﻥ ﺍﻠﻌﺎﻗﻼﻥ‬
‫ﺭﺃﻴﺕ ﺍﻠﺭﺠﻠﻴﻥ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻴﻥ‬
‫ﻤﺭﺭﺕ ﺑﺎ ﺍﻠﺭﺠﻠﻴﻥ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻴﻥ‬
‫ﺠﺎﺀﺍﻠﺮﺠﺎﻞﺍﻠﻌﻗﻼﺀ‬
‫ﺮﺃﻴﺕﺍﻠﺮﺠﺎﻞﺍﻠﻌﻗﻼﺀ‬
‫ﻣﺮﺮﺕ ﺒﺎﻠﺮﺠﺎﻞﺍﻠﻌﻗﻼﺀ‬

b. Sedangkan Sifat atau Na‟at Sababi adalah dijelaskan di dalam Kitab
Mulakhas Qana‟id Al-Lugah Al-Arabiyah “Sifat Sababi adalah kata Sifat
yang menujukkan Sifat pada kata benda yang berkaitan dengan yang diikuti
“. (Na‟mah, - :52).
Dan di dalam kitab Tukhfatussaniyah dijelaskan bahwa Sifat atau Na‟at Sababi
adalah Sifat yang merafa‟kan kata benda (Isim) yang nyata, padanya domir yang kembali
pada Sifat (Muhammad,-:141).
Sementara di Kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa Sifat Sababi adalah kata Sifat
yang menjelaskan Sifat–Sifat kata yang berkaitan dengan yang diikutinya dan yang
berkaitan dengan Sifat itu sendiri (Al galyani, 1987: 224).
Berdasarkan batasan–batasan di atas yang dimaksud dengan Sifat Sababi dalam
Skripsi ini adalah kata yang menjelaskan Sifat atas Sifat–sifat kata benda (Isim) yang
berkaitan dengan yang diikuti oleh Sifat tersebut.
Adapun mengenai Sifat Sababi dibagi dua: saat mengikuti Mausuf atau Man‟utnya.
a. Sifat (Na‟at) Sababi yang tidak mengadung Domir Man‟ut, maka dia
harus cocok dua dari lima yaitu dari Rofa‟, Nasab, Khafad, Ma‟rifat dan
Nakirah.
Contoh :
‫ﺮﺋﻳﺖﺍﻠﺮﺟﻝﺍﻠﻜﺮﻴﻤﺔﺍﻤﻪ‬
‫ﺟﺎﺀ ﺍﻠﺮﺟﻝ ﺍﻠﻜﺮﻴﻢ ﺍﺒﻮﻩ‬
‫ﺮﺌﻴﺖﺍﻠﺮﺟﻼﻦﺍﻠﻜﺮﻴﻤﺔﺍﻣﻬﻣﺎ‬
‫ﺟﺎﺀﺍﻠﺮﺟﻶﻦﺍﻠﻜﺮﻴﻢﺍﺒﻮﻫﻣﺎ‬
‫ﺮﺌﻴﺖﺍﻠﺮﺠﺎﻝﺍﻠﻜﺮﻴﻤﺔﺍﻤﻬﻢ‬
‫ﺠﺎﺀﺍﻠﺮﺠﺎﻝﺍﻠﻜﺮﻴﻢﺍﺒﻮﻫﻢ‬
‫ﺠﺎﺌﺖﺍﻠﻤﺮﺌﺔﺍﻠﻜﺮﻴﻤﺔﺍﻤﻬﺎ‬
‫ﻤﺮﺮﺖ ﺒﺎﻠﻤﺮﺌﺔ ﺍﻠﻜﺮﻴﻢ ﺍﺒﻮﻫﺎ‬
‫ﺠﺎﺌﺖﺍﻠﻤﺮﺌﺗﺎﻦﺍﻠﻜﺮﻴﻤﺔﺍﻤﻬﻤﺎ‬
‫ﻤﺮﺮﺖﺒﺎﻠﻤﺮﺌﺗﺎﻦﺍﻠﻜﺮﻴﻢﺍﺒﻮﻫﻤﺎ‬
‫ﺟﺎﺌﺖﺍﻠﻧﺴﺎﺀﺍﻠﻜﺭﻳﻣﺔﺍﻣﻬﻦ‬
‫ﻤﺮﺮﺖﺑﺎﻠﻧﺴﺎﺀﺍﻠﻜﺮﻴﻢﺍﺑﻮﻫﻦ‬

b. Sifat (Naa‟t) Sababi yang mengandung Dlamir Man‟ut, maka harus

mengikuti Man‟utnya baik pada saat Mufrad, Tasniyah, Jamak dan pada
saat Muzakkar dan Mu‟annas sebagaimana sifat tersebut mengikuti I‟rab,
Ma‟rifat dan Nakirah, jadi Sifat tersebut mengikuti I‟rob, Ma‟rifat dan
Nakirah, jadi Sifat (Na‟at) Sababi ini harus cocok 4 dari 10.
9

Abdul Kholiq

Contoh :
‫ﺠﺎﺌﺖﺍﻠﻤﺮﺌﺗﺎﻦﺍﻠﻜﺭﻳﻣﺗﺎﺍﻻﺐ‬
‫ﺟﺎﺌﺖﺍﻠﻧﺴﺎﺀﺍﻠﻜﺭﻳﻣﺎﺖﺍﻻﺐ‬

‫ﺟﺎﺀ ﺍﻠﺮﺟﻝ ﺍﻠﻜﺮﻴﻢ ﺍﻻﺐ‬
‫ﺟﺎﺀﺍﻠﺮﺟﻶﻦﺍﻠﻜﺭﻣﺎﺍﻻﺐ‬
‫ﺠﺎﺀﺍﻠﺮﺠﺎﻝﺍﻠﻜﺭﺍﻢﺍﻻﺐ‬

Secara Kaidah ungkapan dan contoh di atas sudah benar, tetapi dalam penggunaan
bahasa arab, kaidah tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi.
Sifat Mufrad, Jumlah dan Syibhul Jumlah (Pembagian sifat sesuai dengan bentuk
kata atau kalimat yang menjadi sifat). Untuk lebih jelasnya maka, pengkaji akan
memaparkan satu persatu.
Mufrad
Di dalam kitab-kitab Nahwu dijelaskan bahwa, yang dimaksud dengan Sifat
mufrad adalah adalah kata Sifat selain dari jumlah dan yang serupa dengan jumlah, dan
termasuk di dalam Mufrad adalah Tasniah dan Jama‟.
‫ﺠﺎﺀﺰﻳﺪﺍﻠﻌﺎﻗﻞ‬
‫ﺮﺌﻳﺖﺍﻠﺰﻳﺪﻳﻥﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻥ‬
‫ﻣﺮﺮﺖﺑﺎﻠﺯﻳﺪﻳﻥﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻥ‬

Contoh :

Jumlah
Dijelaskan dalam Kitab Mulakhas Qawid Al-Lugah Al-Arabiyah bahwa “Jumlah
adalah kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memberi pemahaman yang
sempurna”. ( Na‟mah,- : 19).
Sedangkan dalam Kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa “Jumlah adalah kalimat
ayang terdiri dari Jumlah Isimiyah atau Jumlah Fi‟liyah”. (Al-Galyani, 1987: 227)
Berdasarkan batasan-batasan di atas yang dimaksud dengan Sifat (Na‟at) jumlah
dalam Skripsi ini adalah kalimat yang terdiri dari Jumlah Isimiyah atau Jumlah Fi‟liyah
dan menempati tempat Sifat yang diikutinya.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﺮﺟﻞﻳﺤﻤﻞﻜﺗﺎﺒﺎ‬
Dan tidak terjadi jumlah itu menjadi sifat bagi ma‟rifat, hanya sifat itu terjadi untuk
nakirah, maka jika berada setelah ma‟rifat dia menduduki tempat “Hal”.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﺯﻳﺪﻳﺤﻤﻞﻜﺗﺎﺒﺎ‬
Kecuali jika jumlah tersebut berada setelah Ma‟rifat yang menggunakan Alif dan
Lam Jinsiyah (Menunjukkan jenis), maka boleh jumlah itu menjadi “Sifat” untuk ma‟rifat
ditinjau dari segi makna, karena dianggap Nakirah dari segi makna, dan boleh menjadi
“Hal”. Ditinjau dari segi Lafaz, karena lafaznya Ma‟rifat dengan Alif dan Lam.
Contoh:
‫ﻻﺗﺧﺎﻠﻃﺍﻠﺮﺟﻞﻳﻌﻤﻞﻋﻤﻞﺍﻠﺴﻓﻬﺎﺀ‬
‫ﻠﻗﺪﺍﻤﺮﻋﻠﻰﺍﻠﻠﺌﻳﻢﻳﺴﺑﻧﻰ‬
Sifat (Na’at) Syibhu Al-Jumlah
Dijelaskan dalam Kitab Mulakhas Qawaid Al-Lugas Al-Arabiyah bahwa “Syibhu
Al-Jumlah adalah setiap ibarat yang terdiri dari Zharf setelah Mudofun Ilaih dan JarMajrur”. (Na‟mah: 19).
Contoh:
‫ﻋﻠﻰﺍﻠﻤﻜﺗﺐ‬,‫ﻗﺑﻞﺍﻠﻇﻬﺮ‬
Sedangkan yang dimaksud dengan Sifat (Na‟at) Syibhu Al-Jumlah dalam Skipsi ini
adalah Jumlah Zharf dan Jar- Majrur yang menempati tempat Sifat, seperti menempati
tempat Khobar dan Hal.
10

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

Contoh:
‫ﻔﻰﺍﻠﺪﺍﺮﺮﺠﻞﺍﻤﺎﻢﺍﻠﻜﺮﺴﻰ ﺍﺼﻠﻪ ﻔﻰﺍﻠﺪﺍﺮﺮﺠﻞﻜﺎﺌﻦﺍﻮﻤﻮﺠﻮﺪﺍﺍﻤﺎﻢﺍﻠﻜﺮﺴﻰ‬

‫ﺮﺌﻴﺖﺮﺠﻼ ﻔﻰﺤﺻﺎﻧﻪ ﺍﺻﻠﻪ ﻜﺎﺌﻧﺎﺍﻮﻣﻮﺠﻮﺪﺍﻔﻰﺤﺻﺎﻧﻪ‬

Dan semua ini termasuk dalam katagori Sifat (Na‟at) Hakiki.
Dan perlu ketahui apabila Sifat (Na‟at) terdiri dari Mufrad, Zharf, Jar-Majrur dan
jumlah maka, boleh mendahulukan dan boleh membelakangkan Jumlah, seperti firman
Allah SWT:
‫ﻔﺴﻮﻒﻴﺄﺗﻰﺍﷲﺑﻗﻮﻢﻳﺠﻬﺮﻮﻴﺤﺒﻮﻧﻪﺍﺪﻠﺔﻋﻠﻰﺍﻠﻤﺌﻤﻧﻴﻦﺃﻋﺯﺓﻋﻠﻰﺍﻠﻜﺎﻓﺮﻴﻦ‬
‫ﻭﻗﺎﻞﺮﺠﻞﻤﻦﺍﻞﻓﺮﻋﻭﻦﻴﻜﺗﻢﺍﻴﻤﺎﻧﻪ‬
Dan sebagai pengetahuan bagi kita semua adalah:
- Apabila Na‟at (Sifat) itu bukan untuk satu, maka bisa Na‟at (Sifat) itu
Mukhalafah atau bisa juga Muwafaqah.
Jika Muhakhalafah, wajib dipisahkan dengan huruf Ataf.
Contoh:
‫ﺮﺌﻴﺖﺒﺎﻠﺰﻴﺪﻴﻦﺍﻠﻜﺮﻴﻢﻭﺍﻠﺑﺧﻴﻝ‬
Dan jika Na‟at (Sifat) itu Muwafakoh, harus sifatnya itu didatangkan
secara Musanna atau Jama‟.
Contoh:
‫ﻤﺮﺮﺖﺒﺮﺟﻠﻴﻦﻜﺮﻴﻤﻴﻦﻭﺒﺮﺟﺎﻞﻜﺮﻤﺎ‬
- Apabila disifati dua perbuatan dengan satu Amil perlakuan dari segi
makna dan perbuatan, maka Na‟at (Sifat) itu mengikuti Man‟ut (Mausuf)
nya dari segi I‟rab.
Contoh:
‫ﺬﻫﺐﺯﻴﺪﻭﺍﻧﻄﻠﻖﻋﻤﺮﻭﺍﻠﻌﺎﻗﻼﻥ‬
‫ﺣﺪﺜﺖ ﺯﻴﺪ ﺍﻭﻜﻠﻣﺖ ﻋﻣﺭﻮﺍ ﺍﻠﻜﺭﻴﻣﻴﻥ‬
‫ﻣﺭﺭﺖﺒﺯﻳﺪﻭﺠﺯﺖﻋﻠﻰﻋﻣﺭﻭﺍﻠﺻﺎﻠﺤﻳﻦ‬
- Apabila berselisih/Mukhalafah makna dua Amil, atau perbuatan
keduanya maka, wajib diputuskan dan tidak bisa mengikuti.
Contoh:
۰١‫ﺠﺎﺀﺯﻴﺪﻭﺬﻫﺐﻋﻤﺭﻭﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻥ‬
۰٢‫ﺠﺎﺀﺯﻴﺪﻭﺬﻫﺐﻋﻤﺭﻭﺍﻠﻌﺎﻗﻼﻥ‬
Contoh yang pertama dinasabkan Karena Fi‟il yang tersembunyi yaitu:
‫ ﺍﻋﻧﻰﺍﻟﻌﺎﻗﻠﻴﻦ‬sedangkan contoh yang kedua dirofa‟kan karena Mubtadak
yang tersembunyi yaitu: ‫ﻫﻣﺎﺍﻠﻌﺎﻗﻼﻦ‬
Dan ini semua dinamakan dengan Sifat (Na‟at) yang terputus.
Catatan:
1. Isim Alam (Nama) tidak bisa menjadi Sifat, dan dia harus menjadi Mausuf. Dan dia
itu disifati dengan empat syarat (macam):
a. Ma‟rifat Dengan Alif Dan Lam
Contoh:
‫ﺠﺎﺀﺧﻠﻳﻝﺍﻠﻣﺠﺗﻬﺪ‬
b. Diidafatkan Kepada Ma‟rifat
Contoh:
‫ﺠﺎﺀﻋﻠﻲﺼﺪﻴﻖﺧﺎﻠﺪ‬
c. Harus Dengan Isim Isaroh
Contoh:
‫ﺍﻜﺮﻢﻋﻠﻴﺎﻫﻨ ﺍ‬
d. Dengan Isim Mausul Yang dimulai dengan Alif Dan Lam.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﻋﻠﻰﺍﻠﻨﻯﺍﺟﺗﻬﺪ‬
2.

Yang Dima‟rifatkan Dengan “Alif Dan Lam” Dan Disifati Dengan lafaz yang ada
didalamnya “Alif Lam”.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﺍﻠﻐﻼﻢﺍﻠﻣﺟﺗﻬﺪ‬
Dan disandarkan kepada lafaz yang
ada alif dan lam
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﺍﻠﺮﺟﻝﺼﺪﻳﻖﺍﻟﻗﻮﻢ‬
11

Abdul Kholiq

3.

4.

5.

6.

7.

Diidofatkan (disandarkan) kepada Alam (Nama) yang disifati dengan sifat nama itu
sendiri.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﺗﻟﻣﻳﺬﻋﻟﻲﺼﺪﻳﻕﺧﺎﻟﺪ‬, ‫ﺟﺎﺀﺗﻟﻣﻳﺬﻋﻟﻲﺍﻟﻣﺟﺗﻬﺪ‬
Isim Isaroh dan kata ‫ ﺍﻱ‬yang keduanya disifati dengan lafaz yang ada alif dan lam.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﻫﺬﺍﺍﻟﺮﺟﻞ‬
‫ﻳﺎﺍﻳﻬﺎﺍﻺﻧﺳﺎﻥ‬
Dan juga bisa kata ‫ ﺍﻱ‬itu, disifatkan dengan isim isyarah
Contoh:
‫ﻴﺎﺍﻴﻬﺎﺍﻠﺮﺠﻞ‬
Apabila berulang ulang Sifat, dan bentuk sifat itu satu. maka cukup dengan
ditasniahkan atau dijamakkan daripada memisahkannya.
Contoh:
‫ﺠﺎﺀﻋﻟﻲﻮﺧﺎﻟﺪﺍﻟﺸﺎﻋﺮﺍﻦ‬
‫ﺠﺎﺀﻋﻟﻲﻮﺧﺎﻟﺪﻮﺴﻌﻴﺪﺍﻟﺷﻌﺮﺍﺀ‬
Dan apabila Sifatnya berbeda, maka wajib dipisahkan Ataf dengan Waw.
Contoh:
‫ﺟﺎﺌﻧﻰﺮﺟﻼﻦﻜﺎﺗﺐﻮﺷﺎﻋﺮ‬
‫ﺟﺎﺌﻧﻰﺮﺟﺎﻞ ﻜﺎﺗﺐﻮﺷﺎﻋﺮﻮﻔﻗﻴﻪ‬
Sebenarnya Sifat itu, ada untuk menjelaskan Mausuf dan kadang-kadang sifat itu
digunakan untuk memuji, menghormati, mencela, dan menguatkan.
Contoh:
‫ﺟﺎﺀﻤﺤﺪﺍﻠﻜﺮﻴﻢ‬
‫ﺒﺴﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ‬
‫ﺍﻋﻮﺬﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻠﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻠﺮﺟﻴﻢ‬
‫ﺍﻤﺲﺍﻠﺪﺍﺑﺮﻻﻴﻌﻮﺪ‬

Hak sifat kepada Mausufnya adalah untuk dimiliki, dan kadang- kadang Mausuf itu
dibuang karena sangat jelas dan tidak perlu untuk disebut, maka Sifat menempati
tempat Mausuf.
Contoh:
‫ﺍﻦﺍﻋﻣﻞﺴﺎﺑﻐﺎﺕﺍﻱﺪﺮﻮﻋﺎﺴﺎﺑﻐﺎﺕ‬
‫ﺍﻧﺎﺍﺑﻦﺟﻼﺍﻱﺍﺑﻦﺮﺟﻞﺟﻼ‬
‫ﻧﺤﻦﻔﺮﻴﻗﺎﻦﻤﻧﺎﻅﻌﻦﻮﻤﻧﺎﺍﻗﺎﻢﺗﻗﺪﻴﺮﻩﻤﻧﺎﻮﻴﻖﻅﻌﻦﻮﻤﻧﺎﻮﻴﻖﺍﻗﺎﻢ‬

I’rab Sifat
Sebelum pengkaji membicarakan I‟rab Sifat, terlebih dahulu akan dijelaskan
mengenai I‟rab.
Di dalam Kitab Al- Kawakib Al-Duriah dijelaskan bahwa I‟rab adalah perubahan
baris akhir kalimat yang berbeda Amil (Perlakuan) yang masuk pada kalimat tersebut,
baik secara nyata maupun tersembunyi (Muhammad Bin Ahmad:12).
Dengan batasan di atas maka yang dimaksud dengan I‟rob adalah perubahan baris
di akhir kalimat karena perbedaan perlakuan yang diterima oleh kalimat tersebut, baik itu
Rofa‟, Nasab, Khofad dan Jazam.
Sedangkan yang dimaksud dengan I‟rob Sifat adalah keadaan baris akhir Sifat
tersebut dengan ketentuan mengikuti baris akhir dari Mausufnya, yakni jika Mausufnya
Rofa‟ maka Na‟at (Sifat) harus Rofa‟, baik itu dengan baris depan (Alif apabila Tastniah)
dan Wawu (Apabila Jamak).
Contoh:
‫* ﺠﺎﺀﺯﻴﺪﺍﻠﻌﺎﻗﻞﺍﻋﺮﺍﺑﻪﺠﺎﺀﻔﻌﻞﻣﺎﺿﻰﺯﻴﺪﻔﺎﻋﻞﻮﺍﻠﻌﺎﻗﻞﺼﻔﺔﻠﺯﻴﺪﻤﺮﻔﻮﻉ ﻮﻋﻼﻤﺔﺮﻔﻌﻪﺿﻤﺔﻷﻧﻪﻤﻔﺮﺪ‬
‫ﺟﺎﺀﺰﻴﺪﺍﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻼﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻼﻦﺼﻔﺔﻠﺰﻴﺪﺍﻦﻣﺮﻔﻮﻉﻮﻋﻼﻣﺔﺮﻔﻋﻪﺍﻻﻠﻒﻧﻴﺎﺑﺔ ﻋﻦﺍﻻﻠﻒﻷﻧﻪﻣﺜﻧﻰ‬
‫ﺠﺎﺀﺯﻴﺪﻮﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻮﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻮﻦﺼﻓﺔﻠﺯﻴﺪﻮﻦﻤﺮﻓﻮﻉﻮﻋﻼﻤﺔﺮﻓﻌﻪﺍﻠﻮﺍﻮﻧﻴﺎﺒﺔﻋﻦ ﺍﻻﻠﻒﻷﻧﻪﺟﻤﻊ‬
*

12

‫‪Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014‬‬

‫ﺠﺎﺀ ﻔﻌﻞ ﻤﺎﺾ ﺍﻠﺗﺎﺀ ﺗﺎﺀﺍﻠﺘﺌﻧﻴﺚ ﻔﺎﻂﻤﺔ ﻔﺎﻋﻞ ﺍﻠﻌﺎﻗﻟﺔ ﺻﻔﺔ ﻠﻔﺎﻁﻣﺔ ﻣﺭﻔﻭﻉ‬
‫ﻮﻋﻼﻣﺔ ﺭﻓﻌﻪ ﻀﻤﺔ ﻅﺎﻫﺭﺓ ﻓﻰﺍﺨﺭﻩﻷﻧﻪﺍﻠﻣﻓﺮﺪ‬
‫ﺠﺎﺀ ﻔﻌﻞ ﻤﺎﺾ ﺍﻠﺗﺎﺀ ﺗﺎﺀﺍﻠﺘﺌﻧﻴﺚ ﻓﺎﻄﻤﺘﺎﻥ ﻔﺎﻋﻞ ﺍﻠﻌﺎﻘﻠﺘﺎﻥ ﺻﻔﺔ ﻠﻓﺎﻄﻤﺘﺎﻥ‬
‫ﻤﺭﻔﻭﻉ ﻭﻋﻼﻣﺔ ﺮﻔﻌﻪﺍﻷﻠﻒ ﻧﻳﺎﺒﺔ ﻋﻦﺍﻠﺿﻣﺔ ﻷﻧﻪ ﻣﺜﻧﻰ‬
‫ﺠﺎﺀ ﻔﻌﻞ ﻤﺎﺾ ﺍﻠﺗﺎﺀ ﺗﺎﺀﺍﻠﺘﺌﻧﻴﺚ ﻔﺎﻃﻤﺎﺖ ﻔﺎﻋﻞ ﺍﻠﻌﺎﻘﻼﺖ ﺻﻔﺔ ﻠﻔﺎﻃﻤﺎﺖ‬
‫ﻣﺭﻔﻭﻉ ﻮﻋﻼﻣﺔ ﺭﻓﻌﻪ ﻀﻤﺔ ﻅﺎﻫﺭﺓ ﻓﻰﺍﺨﺭﻩﻷﻧﻪﺟﻣﻊﺍﻠﻣﺆﻧﺚﺍﻠﺴﺎﻠﻡ‬

‫ﺠﺎﺋﺖ ﻔﺎﻄﻣﺔﺍﻟﻌﺎﻘﻠﺔ‪:‬‬
‫ﺠﺎﺋﺖ ﻓﺎﻄﻤﺘﺎﻥﺍﻠﻌﺎﻘﻠﺘﺎﻥ ‪:‬‬
‫ﺟﺎﺌﺕ ﻔﺎﻃﻤﺎﺖﺍﻠﻌﺎﻘﻼﺖ ‪:‬‬

‫‪Dan apabila Mausufnya mansuf, maka Sifat (Na‟at) nya harus mansuf baik itu‬‬
‫‪) apabila‬ﻱ( ‟‪dengan baris atas, apabila Isim Mufrad dan Jamak Taksir, dengan Ya‬‬
‫‪Tasniyah dan Jamak Muzakkar, dan dengan Kasrah apabila Jamak Muannas.‬‬
‫‪Contoh:‬‬
‫*‬
‫ﺮﺌﻳﺖﺯﻳﺪﺍﺍﻠﻌ ‪ ‬ﺍﻠﻌﻗﻼﺀﺼﻔﺔﻠﺯﻳﺪﻤﻧﺼﻮﺐﻮﻋﻼﻤﺔﻧﺼﺑﻪ ﻔﺗﺣﺔﻇﺎﻫﺮﺓﻔﻰﺍﺧﺮﻩﻷﻧﻪﻤﻔﺮﺪ‬
‫ﻞﻘﺎ‬
‫ﺍﻠﻌﻗﻼﺀﺼﻔﺔﻠﻠﺮﺠﺎﻞﻤﻧﺼﻮﺐﻮﻋﻼﻤﺔﻧﺼﺑﻪ‬
‫*‬
‫ﺮﺌﻳﺖﺍﻠﺮﺠﺎﻞﺍﻠﻌﻗﻼﺀ ‪ ‬ﻔﺗﺣﺔﻇﺎﻫﺮﺓﻔﻰﺍﺧﺮﻩﻷﻧﻪﺟﻤﻊﺍﻠﺗﻜﺴﻳﺮ‬
‫*‬
‫*‬

‫ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦﺼﻔﺔﻠﻠﺮﺟﻠﻳﻦﻤﻧﺼﻮﺐﻮﻼﻤﺔﻧﺼﺒﻪﺍﻠﻴﺎﺀﻧﻴﺎﺒﺔ‬
‫ﻋﻦﺍﻔﺗﺤﺔﻷﻧﻪﻤﺜﻧﻰ‬
‫ﺮﺍﻳﺖﺍﻠﺮﺟﻠﻳﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦ‬
‫‪ ‬ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦﺼﻔﺔﻠﻠﺯﻳﺪﻴﻦﻤﻧﺼﻮﺐﻮﻋﻼﻤﺔﻧﺼﺒﻪﺍﻠﻴﺎﺀﻧﻴﺎﺒﺔ‬
‫ﻋﻦﺍﻔﺗﺤﺔﻷﻧﻪﺠﻤﻊﻤﺬﻜﺮﺍﻠﺴﺎﻠﻢ‬
‫ﺮﺍﻳﺖﺍﻠﺯﻳﺪﻴﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦ‬
‫ﺮﺃﻴﺖ ﻔﺎﻄﻣﺔﺍﻟﻌﺎﻘﻠﺔ ‪ :‬ﺮﺃﻴﺖ ﻔﻌﻞ ﻭﻔﺎﻋﻞ ﻔﺎﻄﻣﺔ ﻤﻔﻌﻭﻞ ﺒﻪ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺔ ﺻﻔﺔ ﻠﻔﺎﻁﻣﺔ ﻤﻧﺼﻭﺏ‬
‫ﻮﻋﻼﻤﺔ ﻧﺻﺒﻪ ﻔﺘﺤﺔ ﻅﺎﻫﺮﺓ ﻓﻰﺍﺨﺮﻩ ﻷﻧﻪ ﻣﻔﺭﺪ‬
‫ﺭﺃﻳﺖ ﻫﻧﻭﺩﺍﺍﻠﻌﻗﻼﺀ ‪ :‬ﺮﺃﻴﺖ ﻔﻌﻞ ﻭﻔﺎﻋﻞ ﻫﻧﻭﺩﺍ ﻤﻔﻌﻭﻞ ﺒﻪﺍﻠﻌﻗﻼﺀ ﺻﻔﺔ ﻟﻬﻧﻭﺩ ﻤﻧﺼﻭﺏ ﻮﻋﻼﻤﺔ‬
‫ﻧﺻﺒﻪ ﻔﺘﺤﺔ ﻅﺎﻫﺮﺓ ﻓﻰﺍﺨﺮﻩ ﻷﻧﻪﺠﻣﻊﺍﻠﺘﻛﺳﻴﺭ‬
‫ﺭﺋﻴﺖ ﻔﺎﻃﻣﺘﻳﻥﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺘﻴﻥ ‪ :‬ﺮﺃﻴﺖ ﻔﻌﻞ ﻭﻔﺎﻋﻞ ﻔﺎﻃﻣﺘﻳﻥ ﻤﻔﻌﻭﻞ ﺒﻪ ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﺘﻴﻥ ﺻﻔﺔ ﻠﻔﺎﻃﻣﺘﻳﻥ ﻤﻧﺼﻭﺏ‬
‫ﻮﻋﻼﻤﺔ ﻧﺻﺒﻪ ﺍﻠﻴﺎﺀ ﻧﻴﺎﺑﺔ ﻋﻦﺍﻠﻀﻤﺔﻷﻧﻪ ﻤﺜﻧﻰ‬
‫ﺮﺃﻳﺕ ﻔﺎﻂﻤﺎﺖﺍﻠﻌﺎﻗﻼﺖ ‪ :‬ﺮﺃﻴﺖ ﻔﻌﻞ ﻭﻔﺎﻋﻞ ﻔﺎﻂﻤﺎﺖ ﻤﻔﻌﻭﻞ ﺒﻪ ﺍﻠﻌﺎﻗﻼﺖ ﺻﻔﺔ ﻟﻔﺎﻂﻤﺎﺖ ﻤﻧﺼﻭﺏ‬
‫ﻮﻋﻼﻤﺔ ﻧﺻﺒﻪ ﻜﺴﺮﺓ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻔﻰﺍﺧﺭﻩ ﻧﻴﺎﺒﺔ ﻋﻦﺍﻠﻔﺘﺢﻷﻧﻪ‬
‫ﺠﻤﻊﺍﻠﻣﺅﻧﺚﺍﻠﺴﺎﻠﻡ‬

‫‪Dan apabila Mausufnya Khofad, maka Sifat (Na‟at) nya harus khofad, baik itu‬‬
‫‪dengan baris bawah apabila Isim Mufrad, Jamak Taksir dan Jamak Muannas, dan dengan‬‬
‫‪) apabila Tasniyah dan Jamak Muzakkar.‬ﻱ( ‟‪Ya‬‬
‫‪Contoh:‬‬
‫*‬
‫*‬

‫ﻤﺮﺮﺖﺒﺯﻳﺪﺍﻠﻌﺎﻗﻞ‬
‫ﻣﺮﺮﺖﺒﺎﻠﺮﺠﺎﻞﺍﻠﻌﻗﻼﺀ‬

‫‪‬‬
‫‪‬‬

‫*‬

‫ﻣﺮﺮﺖﺒﺎﻠﺯﻳﺪﻴﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦ‬

‫‪‬‬

‫*‬

‫ﻣﺮﺮﺖﺒﺎﻠﺯﻳﺪﻴﻦﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦ‬
‫ﻤﺮﺮﺖ ﺒﻔﺎﻂﻤﺔﺍﻠﻌﺎﻘﻠﺔ ‪:‬‬
‫ﻤﺮﺮﺖ ﺒﻬﻧﻭﺪﺍﻠﻌﻘﻼﺀ ‪:‬‬
‫ﻤﺮﺮﺖ ﺒﻔﺎﻄﻤﺎﺖﺍﻠﻌﺎﻘﻼﺖ ‪:‬‬
‫ﻤﺭﺭﺖ ﺒﻔﺎﻄﻣﺘﻴﻥﺍﻠﻌﺎﻘﻠﺗﻴﻥ ‪:‬‬

‫ﺍﻠﻌﺎﻗﻞﻤﺠﺮﻮﺮﻮﻋﻼﻤﺔﺠﺮﻩﺍﻠﻜﺴﺮﺓﻇﺎﻫﺮﺓﻔﻰﺍﺧﺮﻩﻷﻧﻪﻣﻔﺮﺪ‬
‫ﺍﻠﻌﻗﻼﺀ ﻣﺠﺮﻮﺮﻮﻋﻼﻤﺔﺠﺮﻩﺍﻠﻛﺴﺮﺓﻅﺎﻫﺮﺓ ﻔﻰﺍﺧﺮﻩﻷﻧﻪﺠﻤﻊﺍﻠﺗﻜﺴﻴﺮ‬
‫ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦﺼﻔﺔﻠﻠﺯﻳﺪﻴﻦﻣﺠﺮﻮﺮﻮﻋﻼﻤﺔﺠﺮﻩﺍﻠﻴﺎﺀﻧﻴﺎﺒﺔ‬
‫ﻋﻦﺍﻠﻛﺴﺮﺓﻷﻧﻪﻤﺜﻧﻰ‬
‫ﺍﻠﻌﺎﻗﻠﻳﻦﺼﻔﺔﻠﻠﺯﻳﺪﻴﻦﻣﺠﺮﻮﺮﻮﻋﻼﻤﺔﺠﺮﻩﺍﻠﻴﺎﺀﻧﻴﺎﺒﺔ‬
‫ﻋﻦﺍﻠﻛﺴﺮﺓﻷﻧﻪﺠﻤﻊﻤﺬﻜﺮﺍﻠﺴﺎﻠﻢ‬
‫ﺍﻠﻌﺎﻘﻠﺔ ﺼﻔﺔ ﻠﻔﺎﻃﻣﺔ ﻣﺠﺭﻭﺭ ﻮﻋﻼﻣﺔ ﺟﺭﻩ ﻜﺴﺭﺓ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻔﻰﺍﺨﺮﻩﻷﻧﻪ ﻣﻓﺭﺩ‬
‫ﺍﻠﻌﻘﻼﺀ ﺼﻔﺔ ﻠﻬﻧﻭﺩﻣﺠﺭﻭﺭ ﻮﻋﻼﻣﺔ ﺟﺭﻩ ﻜﺴﺭﺓ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻔﻰﺍﺨﺮﻩﻷﻧﻪ‬
‫ﺠﻣﻊﺍﻠﺘﻜﺴﻴﺭ‬
‫ﺍﻠﻌﺎﻘﻼﺖ ﺼﻔﺔ ﻠﻔﺎﻄﻣﺎﺕ ﻣﺠﺭﻭﺭ ﻮﻋﻼﻣﺔ ﺟﺭﻩ ﻜﺴﺭﺓ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻔﻰﺍﺨﺮﻩﻷﻧﻪ ﺠﻣﻊ‬
‫ﻣﺅﻧﺚﺍﻠﺴﺎﻠﻡ‬
‫ﺍﻠﻌﺎﻘﻠﺗﻴﻥ ﺼﻔﺔ ﻠﻔﺎﻃﻣﺗﻴﻦ ﻣﺠﺭﻭﺭ ﻮﻋﻼﻣﺔ ﺟﺭﻩﺍﻠﻴﺎﺀ ﻧﻴﺎﺑﺔ ﻋﻦﺍﻟﻜﺴﺭﺓ ﻷﻧﻪ‬
‫ﻣﺜﻧﻰ‬
‫ﻆﺎﻫﺭﺓ‬

‫‪13‬‬

Abdul Kholiq

Begitu juga dengan Na‟at (Sifat) sebab cara mengi‟rabnya semua yaitu dengan
mengikuti baris ahir yang disifatinya (Yang diikutinya).
- ‫ﺍﻠﻀﻣﺔ‬
- ‫ﻤﺭﻔﻮﻉ‬
‫ﻅﺎﻫﺮﺓ‬
*
‫ﻅﺎﻫﺮﺓ‬
‫ﻧﻴﺎﺒﺔ‬
‫ﺍﻠﻭﺍﻭ‬
‫ﺍﻻﻟﻒ‬
‫ﺍﻠﻧﻭﻦ‬
- ‫ﺍﻠﻔﺗﺤﺔ‬
- ‫ﻤﻧﺼﻮﺐ‬
*
‫ﻅﺎﻫﺮﺓ‬
‫ﺍﻻﻟﻒ‬
‫ﻧﻴﺎﺒﺔ‬
‫ﺍﻟﻴﺎﺀ‬
‫ﺍﻠﻜﺴﺮﺓ‬
- ‫ﺍﻠﻜﺴﺮﺓ‬
- ‫ﻤﺠﺮﻮﺭ‬
*
‫ﻅﺎﻫﺮﺓ‬
- ‫ﺍﻠﻜﺴﺮﺓ‬
‫ﻧﻴﺎﺒﺔ‬
- ‫ﻧﻴﺎﺒﺔ‬
- ‫ﺍﻠﻔﺗﺤﺔ‬
‫ﺍﺴﻢ ﺍﻠﺬﻯ ﻻ ﻴﻧﺼﺮﻒ‬
‫ﺍﺴﻡ ﺍﻠﻣﻔﺭﺪ‬
‫ﺠﻣﻊ ﺍﻠﺘﻜﺴﻴﺭ‬
‫ﺠﻣﻊ ﺍﻠﻣﺅﻧﺚ ﺍﻠﺳﺎﻠﻡ‬
‫ﺍﺴﻢ ﺍﻠﺘﺜﻧﻴﺔ‬
‫ﺠﻣﻊ ﻤﺬﻜﺮﺍﻠﺴﺎﻠﻡ‬
‫ﺍﺴﻤﺎﺀ ﺍﻠﺨﻣﺴﺔ‬
‫ﻴﺎﺀ ﻟﻆﻴﻤﺔ‬
‫ﺍﻠﻒ ﻠﻆﻴﻤﺔ‬
‫ﺍﺫﺍ ﻜﺎﻥ ﺍﻠﺼﻓﺔ ﻤﻥ ﺟﻣﻠﺔ ﻤﺛﻞ‬

‫ﺠﺎﺀ ﻣﺤﻣﺩ ﻣﺭﺽ ﺍﺒﻭﻩ‬
‫ﺠﺎﺀ ﻣﺣﻣﺪﺍﺒﻮﻩ ﻣﺭﻴﺾ‬

- ‫ﻅﺎﻫﺮﺓ‬
- ‫ﻧﻴﺎﺒﺔ‬
-- ‫ﺘﻘﺩﻴﺭ‬

*

‫ﻣﺣﻠﻰ‬

*

-

*

*

Semantik sintaksis sifat mausuf dalam bahasa Arab
Pada Bab ini pengkaji akan membicarakan Simantrik (Makna) Sintaksis Sifat
Mausuf dalam Bahasa Arab.
Simantik Sitaksis terdiri dari dua istilah untuk lebih jelasnya, maka akan di uraikan
satu persatu dari kedua istilah tersebut.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ”Simantik (Makna)
adalah arti dan maksud sebuah kata” (Poerwadarminta, 1984:624).
Sedangkan Simantik dijelaskan pula di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa “Simantik (Makna) adalah pengetahuan tentang kata dan Kalimat”
(Poerwadarminta, 1984: 951).
Berdasarkan batasan-batasan di atas maka yang dimaksud dengan Simantik
Sintaksis adalah makna kata yang muncul dengan adanya hubungan kata tersebut dengan
kata lain, selain makna Juzu‟ (Unsur) nya, yang dalam hal ini adalah Simantik (Makna)
Sintaksis Sifat Mausuf. Makna kata yang muncul dari Simantik Sintaksis dapat berupa
Makna Klausa dan Makna Frasa.
Makna Klausa adalah makna yang membuat dua kata itu dianggap syah mengisi
fungsi inti bahasa. Sedangkan makna Frasa adalah makna kata yang tidak mencapai
makna Klausa atau Kalimat, seperti hubungan Idafat dan Sifat Mausuf.
Simantik Sintaksis Sifat Mausuf dalam Bahasa Arab yang muncul adalah Simantik
(Makna) Sifat berupa “Yang” dan makna Sifat berupa “Lokatif” atau yang menunjukkan
tempat (waktu).
14

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

1.

2.

Adapun Sifat yang bermakna “Yang” terdiri dari:
Isim Sarih (Mustak)
Contoh: ‫ﻫﺬﺍ ﻜﺗﺎﺐ ﺠﺪﻳﺪ‬
‫ﺮﺍﻴﺕ ﻮﻠﺪﺍ ﻋﺎﻠﻣﺎ‬
‫ﻣﺮﺮﺕ ﺒﻮﻠﺪ ﻋﺎﻠﻢ‬
Terdiri Dari Mu’awwal Atau Yang Dipindahkan Dari Isim Sarih
Contoh : ﴾‫﴿ﺫﺍﺒﻤﻌﻰﺼﺎﺤﺐ‬
‫ﺠﺎﺀ ﺯﻴﺪﻫﺫﺍ‬
﴾‫﴿ﺫﺍﺒﻤﻌﻰﺼﺎﺤﺐ‬
‫ﺭﺍﻴﺖ ﺰﻴﺪﺍﻫﺫﺍ‬
﴾‫ﻤﺭﺭﺖ ﺒﺭﺠﻞ ﺫﻯ ﻤﺎﻞ ﴿ﺫﻯﺒﻤﻌﻧﻰﺼﺎﺣﺐ‬
Sedangkan Sifat Yang Bermakna “Tempat“ Adalah Terdiri Dari:
1. Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi‟liyah
Contoh Jumlah Ismiyah : ‫ﻤﺿﻰﻳﻮﻡ ﻜﺎﻥﺍﻠﺒﺮﺪﻔﻴﻪ‬
‫ﻫﺫﺍﻫﻭﻜﺗﺎﺐ ﺍﺍﻟﺬﻯ ﻧﻗﻠﺖﻤﻧﻪﻫﺬﺍﻻﻣﺮﻯ‬
Contoh Jumlah Fi’liyah : ‫ﻫﺬﺍ ﻗﻮﻞ ﻧﻗﻠﺖ ﻤﻦ ﻜﺗﺎﺐ ﺍﻠﻠﻐﺔ ﺍﻠﻌﺮﺒﻴﺔ‬
‫ﻫﺬﺍ ﻛﺘﺎﺐ ﻧﻗﻟﺖ ﻤﻧﻪﻫﺫﺍﺍﻠﻸﻤﺭ‬
2. Sibhu Al-Jumlah Yakni Sifat Yang Terdiri dari Zharf Dan Jar-Majrur
Contoh : ‫ﺗﺬﺍﻉ ﺍﻠﺤﺎﻦ ﻤﻦﺮﻮﺍ ﺌﻊ ﺍﻠﻧﻐﻢ‬
‫ﺠﺎﺀ ﺮﺟﻞ ﺍﻤﺎ ﻤﻚ‬
‫ﺮﺃﻴﺖ ﺭﺠﻼ ﺍﻤﺎﻤﻚ‬
‫ﻤﺮﺮﺖ ﺑﺮﺠﻞ ﺍﻤﺎﻤﻚ‬

SIMPULAN
Setiap kajian atau penelitian yang dilakukan pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah: ingin mengetahui bagaimana
prilaku sifat maupun dalam hubungan sintaksis bahasa arab.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengkaji menggunakan pendekatan atau
pengumpulan data berupa membaca dan menganalisis sesuai dengan bab atau pasal yang
telah dirancang.
Dari hasil pengumpulan data dengan teknik membaca dan menganalisis sesuai
dengan Bab atau Pasal yang dirancang, maka jelas bahwa ada perilaku, bentuk, dan
makna yang muncul dalam hubungan Sintaksis Sifat dan Mausuf, yakni:
1. Perilaku sifat yaitu mensifati sesuatu dengan apayang ada padanya, baik ataupun
buruk dengan cara mengikuti kata benda (Isim) baik pada I‟rab, Makrifat,
Nakirah, Mufrad, Jumlah, Syibhul Jumlah.
2. Bentuk Sifat yaitu Sifat (Na‟at) Hakiki dan Sifat (Na‟at) Sababi dan disertai
dengan Sifat (Na‟at) Mufrad, Jumlah, dan Syibhul Jumlah.
3. Makna yang muncul dari hubungan Sintaksis Sifat Mausuf yaitu Simantik
(makna) sifat berupa “Yang” dan makna Sifat berupa “Lokotif” atau yang
menunjukkkan tempat (waktu).

15

Abdul Kholiq

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghalayani, Mu

Dokumen yang terkait

Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining

0 0 14

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) - Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining

0 4 19

2. Index.php - Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi untuk Pasangan Suami Istri Menggunakan Metode Bayes dan Forward Chaining

0 0 12

Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi untuk Pasangan Suami Istri Menggunakan Metode Bayes dan Forward Chaining

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 9

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Menggunakan Metode Certainty Faktor dan Backward Chaining

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Menggunakan Metode Certainty Faktor dan Backward Chaining

0 0 15

MOTIVASI INTRINSIK, KECERDASAN GANDA, DAN SIKAP TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KETURUNAN TIONGHOA Yulia Fitra Balai Bahasa Sumatera Utara yulfi-sakinahyahoo.com Abstrak - Motivasi Intrinsik, Kecerdasan Ganda, Dan Sikap Terhadap Kemampuan Ber

0 0 12

BAB II DASAR TEORI - Pengaruh Penambahan Kutub Bantu Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt Untuk Memperkecil Rugi-Rugi

0 0 31