BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemecahan Saham (Stock Split) - Analisis Dampakstock Split Terhadap Harga Saham Dan Volume Perdagangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei (Sektor manufaktur, pertambangan, finansial dan agrikulturdari tahun 2010-2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemecahan Saham (Stock Split)

  Kegiatan stock split pada umumnya dilakukan apabila harga pasar saham dirasakan terlalu tinggi dan perusahaan merasa bahwa harga saham yang lebih rendah akan menghasilkan pasaran yang lebih baik dan distribusi kepemilikan yang lebih luas. Dengan kondisi ini maka perusahaan dapat mengesahkan untuk mengganti saham yang beredar dengan cara yang dikenal sebagai pemecahan saham atau stock split. Stock split merupakan kegiatan memecah selembar saham menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split adalah 1/n dari saham per lembar sebelumnya. (Jogiyanto, 2003).

  Atau dengan kata lain stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil, misalnya dari nominal Rp 1.000 per saham menjadi nominal Rp 500 per saham. Pemecahan nominal saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi banyak (Basir dan Fakhrudin, 2005).

2.1.1 Pengertian pemecahan saham

  Pemecahan saham (stock split) adalah penerbitan saham tambahan bagipemegang saham sesuai dengan persentase kepemilikan.Melakukanpemecahan saham berarti menurunkan nilai nominal atau nilai tertera disaham (Weygandt, 2008:191).

  Menurut Brigham (1999:95), “pemecahan saham (stock split) adalah tindakan suatu perusahaan untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan memberikan kepada setiap pemegang saham dua lembar saham baru untuk satu saham yang sebelumnya dipegang”. Pemecahan saham biasanya digunakan untuk yang tajam.

  Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang

  lebih kecil (Darmadji, 2001:131). Menurut Brigham and Gapeski (dalam Lestari dan Sudaryono, 2008) stock split adalah aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan publik untuk menaikkan jumlah saham yang beredar.

2.1.2 Jenis Pemecahan Saham

  Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu pemecahan naik (split up) dan pemecahan turun (split down atau reverse split).

  Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecah 1:2; 1:3; dan 1:4. Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar.

  Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecah 2:1; 3:1; dan 4:1. Perbandingan antara jumlah lembar saham yang bernominal lama dengan jumlah lembar saham yang bernominal baru disebut dengan rasio stock split. Misalnya 2:1 berarti 1 lembar saham nominal lama dipecah menjadi 2 lembar saham nominal baru (Basir dan Fakhrudin, 2005).

2.1.3 Teori Pemecahan Saham

  Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock

  

split serta dampak yang ditimbulkannya sejalan dengan teori-teori dibawah ini

  (Mason, Helen B and Roger M. Shelor dalam Rohana dkk, 2003): Trading range theory

  Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split di dorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan

  

stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah

  karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

  Mc. Gough dalam Rohana dkk (2003), mengemukakan bahwa manfaat yang diperoleh dari stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham menjadi lebih likuid untuk diperdagangkan dan mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot adalah kondisi dimana investor membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan investor round lot yaitu adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot).

  Selain itu stock split juga dapat mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dan alasan utama manajer malakukan stock split yaitu untuk alasan likuiditas (Ikenberry dkk, dalam Rohana dkk, 2003).

  Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi (Marwata, 2001).

  Signalling theory

  Signalling theory telah digunakan dalam banyak penelitian untuk menjelaskan

  reaksi pasar terhadap pengumuman perubahan kebijakan suatu perusahaan. Dalam kegiatan pemecahan saham teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya.

  Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tidak semata-mata karena informasi stock split yang tidakmempunyai nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa depanperusahaan yang bersangkutan.

  Bar- Josef dan Brown dalam Marwata (2001) menyebutkan bahwa dalam

  

signalling theory ini pemecahan saham memberikan informasi kepada investor

  tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Retrun yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan laba jangka panjang.

  Doran dalam Khomsiyah dan Sulistyo (2001), menyebutkan bahwa analis akan menangkap sinyal tersebut dan menggunakannya untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang. Reaksi pasar terhadap pemecahan saham sebenarnya bukan terhadap tindakan pemecahan saham itu sendiri yang tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan oleh aktivitas tersebut. sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif.

  Perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang bagus dan mencoba memberikan sinyal lewat stock split, justru akan mengakibatkan menurunnya harga sekuritas jika pasar mengetahui bahwa perusahaan tersebut tidak mempunyai prospek kinerja yang bagus atau dengan kata lain perusahaan tidak mampu menanggung biaya yang timbul jika perusahaan akan melakukan stock split (Wahyu Anggraini dan Jogianto, 2000).

2.1.4 Tujuan Pemecahan Saham

  Menurut Weygandt (2008:191), “tujuan pemecahan saham adalah meningkatkan daya jual saham dengan cara menurunkan nilai pasar perlembarnya”. Menurut Sinaga (1994:64), “tujuan utama pemecahan adalahuntuk menempatkan saham dalam suatu keadaan perdagangan yang lebih populer, sehingga dengan demikian menarik lebih banyak pembeli”. Menurut Darmadji (2001:131), “stock split bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah”.

  Stock split akan efektif jika dilakukan terhadap saham-saham yang harganya

  sudah cukup tinggi. Mengambil keputusan stock split dalam suatu perusahaan harus didasarkan atas persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham. Ketika keputusan untuk melakukan stock split dilakukan, maka dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil. Tetapi pada saat yang bersamaan, harga saham tersebut secara teoritis akan turun secara proporsional. Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan.Dalam stock split, pemegang saham harus menukarkan sahamnya yang memiliki nilai nominal lebih kecil sebab setelah batas periode penukaran yang ditetapkan telah kadaluarsa, saham dengan nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa.

2.2 Harga Saham dan Stock Split

  Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerjaperusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangiminat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkatlagi.

  Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangatberharga bagi para perilaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEJ,Bapepam dan IAI. Para pelaku pasar modal, khususnya investor sangatdipengaruhi oleh pergerakan harga saham suatu perusahaan dan informasi yangmenyebabkan perubahan harga saham tersebut. Beaver (1989) dalam Ewijaya danIndriantoro (1999), mengatakan bahwa harga saham menjadi sangat penting bagiinvestor, karena mempunyai konsekuensi ekonomi. Perubahan harga saham akanmengubah yang akan diperoleh investor di masa depan. Secara umum perubahanharga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasiinvestor.

  Harga saham yang tinggi (mahal) menjadi alasan bagi perusahaan untukmelakukan pemecahan saham. Hal tersebut dapat dipahami karena apabila hargapasar saham terlalu mahal maka menjadi tidak menarik bagi investor, terutamainvestor kecil, dan akhirnya saham menjadi tidak likuid. Dengan alasan tersebut,semakin mahal harga saham dan semakin rendah likuiditas saham maka semakinbesar kemungkinan perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (Widyastutidan Usmara, 2005).

2.2.1 Pengaruh Stock Split terhadap Harga Saham di Bursa

  Saat perdagangan saham dimulai dengan nilai nominal yang baru, maka harga saham yang ada dibursa akan dikoreksi dengan rasio dari stock split atas dasar harga terakhir perdagangan dengan nilai nominal yang lama. Contohnya, nilai nominal suatu saham dipecah dari Rp 500 menjadi Rp 100. Harga terakhir perdagangan saham tersebut dengan nilai nominal lama adalah Rp 750, maka harga pembukaan pada perdagangan dengan nilai nominal yang baru adalah

  100/500 dikalikan dengan Rp 750 yang hasilnya sama dengan Rp 150. Stock split juga dipengaruhi oleh waktu dan rasio atau pemecahan harga nominal.

2.2.2 Perubahan Harga Saham

  Salah satu faktor yang memotivasi investor untuk melakukan investasi investasinya. Return dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi.Return realisasi adalah yang telah terjadi yang dihitung bedasarkan data historis, sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.

  Return realisasi penting diketahui karena dapat digunakan sebagai salah satu

  pengukur kinerja perusahaan serta sebagai dasar penentu expected return untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Apabila kinerja suatu perusahaan baik, maka tingkat return yang akan diperoleh pemegang saham akan semakin besar, hal ini akan memberi dampak pada harga saham yang kemungkinan akan naik. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.

  Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan perusahaan tersebut dan sebaliknya.Meskipun begitu, harga saham yang terlalu tinggi tidak selamanya memberikan keuntungan pada perusahaan.Harga saham yang terlalu tinggi dapat menurunkan minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi.Pergerakan saham tersebut sangat mempengaruhi para pelaku pasar modal, khususnya investor. Perubahan harga saham yang dinamis dapat mengubah nilai kesejahteraan investor dan selanjutnya akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa perubahan harga saham menyebabkan perubahan perilaku konsumen dan investasi investor.

  Frekuensi perdagangan saham adalah berapa kali terjadinya transaksi jual beli pada saham yang bersangkutan pada waktu tertentu (Rohana dkk, 2003). Dalam aktivitas bursa efek ataupun pasar modal, aktivitas frekuensi perdagangansaham merupakan salah satu elemen yang menjadi salah satu bahan untuk melihatreaksi pasar terhadap sebuah informasi yang masuk pada pasar modal.

  Perkembangan harga saham dan aktivitas frekuensi perdagangan saham dipasar modal merupakan indikasi penting untuk mempelajari tingkah laku pasarsebagai acuan pasar modal dalam menentukan transaksi di pasar modal. Biasanyainvestor akan mendasarkan keputusan pada berbagai informasi dalam pasar modalatau lingkungan luar dari pasar modal tersebut (Sunartri, 2004 dalam Gunawandan Yulia Indah, 2005).

  Dalam hubungannya dengan stock split, rencana pemecahan saham padaumumnya ditujukan untuk meningkatkan frekuensi transaksi atas saham- sahamyang mengalami stock split karena harganya lebih murah. Kemungkinan ataukeuntungan lain yang diterima yaitu dengan stock split yaitu dengan adanyakenaikan frekuensi transaksi yang tinggi seringkali diikuti dengan naiknya hargasaham karena semakin likuid (Basir dan Fakhrudin, 2005).

  2.4 Volume Perdagangan

  Volume perdagangan dapat diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan atau ditransaksikan pada kurun waktu tertentu.Volume perdagangan dapat volume perdagangan dapat menjadi ukuran besarnya volume dalam memperdagangkan saham tersebut.

  Edward (2011) menjelaskan bahwa Trading Volume Activity merupakan sautu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal.Besarnya variabel volume perdagangan dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang harian dengan melihat aktivitas volume perdagangan.

  2.5 Likuiditas saham

  Likuiditas menurut Bursa Efek Indonesia (informasi umum pasar modal, stock

  exchange ) adalah kelancaran yang menunjukkan tingkat kemudahan dalam

  mencairkan modal investasi. Koentin menyatakan bahwa likuiditas saham adalah mudahnya saham yang dimiliki seseorang dapat diubah menjadi uang tunai melalui mekanisme pasar modal, likuiditas saham baik berarti bahwa setiap saat ia dapat datang ke pialang dan menjual sahamnya (dalam Deden Mulyana, 2011).

  Parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas suatu saham, menurut Conroy et.al., (dalam Mulyana, 2011) adalah sebagai berikut: a.

  Volume perdagangan

  b.

   Tingkat spread c.

  Information flow (aliran informasi) d. Jumlah pemegang saham e. Jumlah saham yang beredar

  Transaction cost (besarnya biaya transaksi) g.

  Harga saham h. Volatilitas harga saham

2.6 Return Saham

  Return merupakan salah satu aspek terpenting dalam analisis investasi. Ketika

  investor menanamkan modalnya, mereka mengharapkan suatu tingkat keuntungan tertentu. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003).

  Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasidan

  juga merupakan imbalan atas keberanian investor untuk menanggung resikoatas investasi yang dilakukan. Return dapat dibagi dalam dua macam yaitu:

  1. Return realisasi yaitu hasil keuntungan yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur dari kinerja perusahaan dan berguna juga untuk menentukan expected return dan resiko dimasa datang.

  2. Return ekspektasi yaitu return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya mudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Untuk menghitung besarnya return saham digunakan rumus: −

  • 1

  =

  Keterangan: Ri = return saham Wt-1= harga saham pada akhir periode Wt = harga saham pada awal periode

  Untuk menghitung besarnya return market digunakan rumus sebagai berikut: −

  −1

  =

  −1 Keterangan: Rmt = return market

  IHSGt = IHSG periode t

  IHSGt-1 = IHSG periode t-1 Expected return dihitung dengan menggunakan rumus:

  ∑ ( ) ) =

  (

  Keterangan: n merupakan banyaknya periode saham.

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu 1.

  Ewijaya dan Nur Indriantoro (1999), dengan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham, menyimpulkan bahwa pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan saham relatif. Harga saham setelah 4,5 bulan pemecahan saham akan menurun sehingga bila para investor memegang saham tersebut sejak 7,5 bulan sebelum tanggal pemecahan saham sampai 4,5 bulan stelah pemecahan saham akan mengalami kerugian. Oleh karena itu sebaiknya para investor menjual saham yang dipecah tersebut sebelum 4,5 bulan setelah tanggal pemecahan saham agar tidak mengalami kerugian. Sedangkan untuk setelah 4,5 bulan setelah tanggal pemecahan saham karena harga pasarnya akan lebih rendah bila dibandingkan pada saat pemecahan. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia keputusan untuk melakukan pemecahan saham akan merugikan para investor lama yang telah memiliki saham yang dipecah sejak 8,5 bulan sebelum pemecahan. Variabel deviden dan perubahan deviden memberikan pengaruh yang positif signifikan pada perubahan harga saham relatif. Artinya informasi mengenai deviden memberikan pengaruh yang positif kepada investor. Oleh karena itu dianjurkan bagi perusahaan yang melakukan pemecahans saham sebaiknya juga meningkatkan deviden yang akan dibayarkan sehingga penurunan harga saham setelah pemecahan tidak mencapai posisi harga yang terlalu rendah. Variabel laba per saham dan perubahan laba per saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan harga saham relatif. Hasil ini menunjukkan bahwa pada periode pengamatan dalam penelitian ini informasi laba per saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi para investor. Variabel indeks harga industri menunjukkan pengaruh yang signifikan pada perubahan harga relatif.

  2. Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005), dengan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan, menyimpulkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PBV (Price to Book Value) berpengaruh positif Namun penilaian ini tidak berhasil menunjukkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PER (Price to Earning Ratio) merupakan variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Likuiditas yang diukur dengan bid- ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s q menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock

  

split, sedangkan nilai perusahaan yang diukur dengan Earning tidak

  menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock

  

split. Penelitian ini menyarankan perpanjangan periode penelitian, jumlah

  sampel yang mewakili jenis industri secara proporsional dan penggunaan variabel independen lain yang mempengaruhi kegiatan pemecahan saham seperti kinerja perusahaan.

  3. Rohana, Jeannet dan Mukhlasin (2003) dengan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak yang ditimbulkannya, menemukan bahwa: (1) harga saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split. Hal ini berarti semakin tinggi harga saham maka semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan stock split. Dengan stock split manajemen dapat menata harga saham pada rentang tertentu sehingga investor kecil dapat membuat pasar saham lebih stabil perdagangannya. (2) frekuensi perdagangan

  

stock split . Hal ini menyatakan bahwa likuiditas pasar cenderung menjadi

  lebih rendah setelah stock split dimana frekuensi perdagangan secara proporsional lebih rendah daripada saat sebelum stock split. (3) terdapat perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dan dua kuartal sesudah stock split, (4) earning perusahaan yang diproksi dengan operating income setelah stock split tidak lebih tinggi dari earning sebelum stock split. Kondisi ini menunjukkan bahwa stock split tidak memberikan suatu signal mengenai kenaikan laba di masa yang akan datang. Hal ini diduga karena penelitian stock split dilakukan di Indonesia dimana pasar modalnya merupakan pasar yang inefisien.

  4. Winda Sari Lubis (2010), menguji pengaruh stock split terhadap perubahan harga saham dan likuiditas saham. Hasil dari penelitian Winda Sari Lubis adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan return saham antara sebelum dan sesudah stock split, terdapat perbedaan signifikan Bid-Ask Spread antara sebelum dan sesudah stock split, dan tidak terdapat perbedaan signifikan

Trading Volume Activity antara sebelum dan sesudah stock split.

2.8 Kerangka Pemikiran

  Harga Saham Sebelum Stock Split Harga Saham Harga Saham

  Setelah Stock Split Stock Split Volume Perdagangan

  Sebelum Stock Split Volume Perdagangan Volume

  Perdagangan Setelah Stock Split

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

  sebagai tindakan memecah saham menjadi n lembar saham dengan

  Stock split

  harga per lembar saham baru sebesar 1/n harga saham sebelumnya, dilakukan oleh manajer perusahaan dengan tujuan untuk menata kembali harga pasar saham supaya harga saham tidak terlalu mahal, dapat meningkatkan jumlah pemegang saham atau likuiditas perdagangan saham pada ukuran perdagangan rata-rata saham serta membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa laba dan deviden kas.

  Dari kerangka pemikiran diatas hal yang akan diuji adalah harga saham yang dapat dilihat dari harga saham penutupan (closing price) dan volume perdagangan saham. Untuk mengetahui apakah stock split memiliki dampak terhadap harga saham dan volume perdagangan, maka hal yang dilakukan adalah dengan uji beda rata-rata berpasangan antara sebelum terjadinya stock split dan sesudah terjadinya

stock split dari masing-masing variabel harga saham dan volume perdagangan.

2.9 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan

  • H1: terdapat perbedaan pada harga saham sebelum dan sesudah dilakukan

  stock split

  • H2: terdapat perbedaan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukan stock split

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta JKN di Puskesmas Rawat Inap Batang Kuis Kabupaten Deli SerdangTahun 2015

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) - Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta JKN di Puskesmas Rawat Inap Batang Kuis Kabupaten Deli SerdangTahun 2015

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta JKN di Puskesmas Rawat Inap Batang Kuis Kabupaten Deli SerdangTahun 2015

0 0 10

Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta JKN di Puskesmas Rawat Inap Batang Kuis Kabupaten Deli SerdangTahun 2015

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mixing - Perancangan Dan Simulasi Mesin Mixer Kapasitas 6,9 Liter Putaran 280 Rpm Menggunakan Ansys Fluent 14.0 Dan Pengujian

0 2 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelapisan Permukaan Logam - Analisa Kekerasan Dan Struktur Mikro Pada Daerah Interface Hasil Proses Cladding Material Stainless Steel Terhadap Baja Karbon Menengah

0 0 31

Pengaruh Penggunaan Metode Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara pada Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Padangsidimpuan

0 3 10

19.0 within Motivasi Kerja 10.5 26.3 63.2 100.0 Total Count 3 14 13 30 Expected Count 3.0 14.0 13.0 30.0 within Motivasi Kerja 10.0 46.7 43.3 100.0 - Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo

0 0 39

II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo

0 0 22

1.1.Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo

0 0 10