Available online at https:jurnal.pascaumnaw.ac.idindex.php Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 1 (1), 2018, 52-59

  

Available online at https://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/

Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 1 (1), 2018, 52-59

Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi Konsep Melalui

Pendekatan Contextual Teaching and Learning

  

Dedy Juliandri Panjaitan

  Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Muslim Nusantara. Jalan Garu II No. 93, Medan, Sumatera Utara, 20147, Indonesia.

  E-mail: juliandr, Telp: +6281361141563

  

Abstrak

  Pembelajaran Konstruktivistik merupakan suatu pembelajaran dengan siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan pemahamannya, hal ini berkaitan dengan proses belajar mengajar matematika. Adanya paradigma Konstruktivistik berpengaruh kepada strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada proses pembelajaran berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif sehingga pembelajaran tidak berpusat kepada guru tetapi berpusat pada siswa

  (student center)

  . Pelaksanaan proses pembelajaran matematika diharapkan menggunakan model pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik, yang salah satunya adalah model pembelajaran

  

learning cycle . artikel ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan aplikasi konsep

  matematika siswa dengan pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Learning

  

Cycle pada materi bangun ruang sisi datar. Artikel ini merupakan hasil Penelitian Tindakan Kelas

  (PTK) dimana pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning Cycle dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar.

  Kata kunci : Learning Cycle, contextual Teaching and Learning, student center Improved Understanding and Concept Application Through the Contextual Teaching and

  

Learning Approach

Abstract

  

Constructivistic learning is a learning with students construct their own knowledge and

understanding, it is related to the process of learning to teach mathematics. The existence of

Constructivistic paradigm affects the learning strategy applied by the teacher. In the learning process

acts as a facilitator and students as an active learner so that learning is not centered on the teacher

but centered on the students. Implementation of mathematics learning process is expected to use

constructivist-oriented learning model, one of which is learning cycle learning model. this article aims

to know the improvement of understanding and application of mathematical concepts of students with

contextual approach Teaching and Learning through Learning Cycle on the material of building flat

side space. This article is the result of Class Action Research where the cycle cycle review consists of

four stages. Based on the results of the study concluded that the contextual approach through learning

Cycle can improve understanding and application of concepts.

  Keywords

  : Learning Cycle, contextual Teaching and Learning, student center

  

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

  

D e d y j u l i a n d r i P a n j a i t a n

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

  (Inquiry),

  center)

  pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

  Learning Cycle merupakan model

  Menyadarkan siswa agar menerapakan strategi mereka sendiri dalam belajar.

  c.

  Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

  Menurut kontruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Dalam pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan hal-hal berikut (Trianto, 2007:109) : a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa b.

  bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).

  ), menemukan

  PENDAHULUAN

  (Constructivism

  Menurut Trianto (2007:105), Pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu Konstruktivisme

  (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Pembelajaran kontekstual diartikan sebagai proses pendidikan yang mampu memotivasi siswa untuk lebih memahami makna belajar suatu kompetensi dan mengkaitkannya dengan konteks, baik pribadi, sosial maupun budaya. Langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut : 1) Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, 2) Melaksanakan kegiatan inkuiri sejauh mungkin untuk semua topik, 3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, 4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), 5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, 6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan, 7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. (Panjaitan,DJ., 2016).

  Contextual Teaching and Learning

  Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk meningkatkan kualitas SDM. Salah satunya adalah ilmu matematika. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Oleh karena itu diperlukan kreativitas dan gagasan yang baru untuk` mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, model, pendekatan dan media yang tepat dalam menyajikan materi pelajaran. Pembelajaran CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan mereka. (Panjaitan,DJ., 2016).

  cycle .

  Pembelajaran Konstruktivistik merupakan suatu pembelajaran dengan siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan pemahamannya, hal ini berkaitan dengan proses belajar mengajar matematika. Adanya paradigma konstruktivistik berpengaruh kepada strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada proses pembelajaran berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif sehingga pembelajaran tidak berpusat kepada guru tetapi berpusat pada siswa (student center). Pelaksanaan proses pembelajaran matematika diharapkan menggunakan model pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik, yang salah satunya adalah model pembelajaran learning

  Dewasa ini Pendidikan Nasional sedang dihadapkan pada berbagai krisis yang perlu mendapatkan penanganan secepatnya, diantaranya mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermartabat, unggul dan berdaya saing. Dengan kata lain pendidikan harus didesain yang konkrit dan riil untuk mempersiapkan generasi bukan sekedar bertahan hidup dalam era globalisasi tetapi juga untuk menguasai globalisasi. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dilakukan perubahan dan perbaikan guna meningkatkan pendidikan.

  , berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang harus dicapai dalam

  

D e d y j u l i a n d r i P a n j a i t a n

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

  (Menjelaskan), Pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri; (4) Fase

  2. Pengenalan konsep bangun ruang Guru mengenalkan konsep bangun ruang sisi datar,disertai dengan benda konkrit yang berbentuk bangun ruang sisi datar ,juga alat-alat yang digunakan untuk membuat bangun ruang.Di mana siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

  1. Mengamati lingkungan sekitar (ekplorasi) Guru meminta siswa untuk mengelompokkan benda-benda disekitarnya yang berbentuk bangun ruang sisi datar.

  Adapun aktivitas dan langkah-langkah pembelajran dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui Learning Cycle adalah sebagai berikut:

  Implementasi learning cycle dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase- fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) dan evaluasi (Fajarah dan Dasna, 2007).

  and learning dengan learning cycle sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

  Berdasarkan hasi observasi tersebut,peneliti ingin menerapkan model pembelajaran learning cycle 5 fase yang memberikan dampak positif terhadap hasil belajar,oleh sebab itu peneliti juga ingin menggabungkan penerapan contextual teaching

  Fajarah dan Dsana (2007) menyatakan penerapan learning cycle 5 fase dilihat dari segi guru memberi keuntungan karena memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran, sedangkan ditinjau dari dimensi siswa, penerapan strategi ini memberi keuntungan diantaranya: (1) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa; (3) pembelajaran menjadi bermakna.

  (Evaluasi), Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan.Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.

  Fase Evaluation

  . Pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah mereka miliki terhadap situasi lain; (5)

  extension

  Explaination

  

ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online)

  eksplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase ini menurut teori Piaget merupakan fase “ ketidak seimbangan” dimana siswa harus dibuat bingung. Fase ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji prediksi mereka, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan menetapkan keputusan; (3) Fase

  Exploration (Eksplorasi). Selama fase

  (fase menjelaskan),4) fase to extend (fase penerapan konsep) dan 5)fase to evaluate (fase evaluasi), kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut (Dasna,2006): (1) Fase Engagement (Menarik Perhatian ), Fase engagement merupakan fase awal . Pada fase ini guru menciptakan situasi teka –teki yang sesuai dengan topic yang akan dipelajari siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan ( misalnya : mengapa hal ini terjadi ? dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka; (2) Fase

  to explain

  (menggali), 3).fase

  cycle as a Tool for planning Science Instructer dalam learning cycle terdiri dari 5 fase yaitu fase to engage (fase menarik), 2).fase to explore

  Menurut Lorsbach dalam The Learning

  siswa menjadi lebih aktif. Dalam proses pembelajaran learning cycle setiap fase dapat dilalui jika konsep pada fase sebelumnya sudah dipahami. Setiap fase yang baru dan sebelumnya saling berkaitan sehingga membuat siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi.

  cycle lebih banyak ditentukan siswa sehingga

  Aktivitas dalam pembelajaran learning

  pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Fajarah dan Dasna: 2007). Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam struktur kognitif siswa terlaksana dengan baik.Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajarinya.

  2. Memberi masalah menarik Setelah konsep bangun ruang sisi datar di jelaskan ,baik melalui percobaan maupun lab mini, kemudian guru memberikan kasus menarik kepada siswa, dimana siswa harus mampu menganalisa masalah didalamnya

  

D e d y j u l i a n d r i P a n j a i t a n

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

  2. Sebagai bahan masukan mengenai Model dan strategi pembelajaran CTL yang ideal dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar.

  Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu upaya meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang melalui pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan model learning cycle. Adapun indikator dalam penelitian ini keberhasilan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar matematika siswa.

  sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang.

  contextual teaching and leaning melalui leaning cycle

  Karena penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, maka objek peneliltian ini adalah tindakan pembelajaran yaitu dengan pendekatan

  Pelaksanaan penelitian dimulai dari siklus pertama 1. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan letak ketidak berhasilan pada tindakan siklus pertama, maka penulis merancang siklus kedua dan begitu seterusnya sampai peningkatan yang diinginkan tercapai. Proses pengembangan konsep dan ide matematika yang dimulai dari dunia nyata disebut Matematisasi Konsep dan memiliki model skematis proses belajar seperti gambar berikut:

  VIII SMP yang dilaksanakan pada bulan November 2017 tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikemukan oleh Kemnis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2005 : 97).

  Penelitian ini dilaksanakan di SMP Harapan 1 Medan, yang dilaksanakan pada kelas

  METODE

  3. Sebagai bahan masukan bagi pemegang kebijakan pendidikan untuk dijadikan bahan diskusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika

  1. Bagi siswa adalah untuk mengeliminasikan kesulitan dalam belajar matematika, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dan kebermaknaan belajar.

  secara individual dan terjadilah proses inkuiri.

  Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka diperoleh manfaat dari penelitian. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

  and Learning (CTL) melalui Learning Cycle pada materi bangun ruang sisi datar.

  dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka artikel ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman dan aplikasi konsep matematika siswa dengan pendekatan contextual Teaching

  learning cycle

  melalui

  Apakah penerapan contextual teaching and learning

  Rumusan masalah penelitian ini adalah

  6. Penilaian otentik Tahap terakhir guru memberikan tes untuk melihat kemampuan siswa dalam pelajaran bangun ruang sisi datar.

  5. Refleksi Guru membantu siswa untuk mengaitkan konsep bangun ruang dengan kehidupan nyata ,lalu meminta siswa untuk mengisi lembar refleksi.

  3. Menyelesaikan masalah Setiap siswa harus dapat memahami masalah yang diberikan guru,siswa yang kurang paham dapat bertanya secara langsung kepada guru atau pun teman sebangku 4. Membandingkan dan mendiskripsikan jawaban Setelah masalah yang diberikan secara individual dikerjakan kemudian dibentuk kelompok belajar, untuk membandingkan jawaban dari tiap –tiap kelompok .Lalu dilakukan pemodelan didepan kelas.

  Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini adalah: (1) Membuat lembar observasi, Observasi dilakukan secara langsung selama proses belajar mengajar di kelas. Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa pada saat diskusi berlangsung. Lembar observasi dibuat sesuai indikator pendekatan

  

D e d y j u l i a n d r i P a n j a i t a n

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

  % 100   N

  = 67,65% Dari tes awal dan tes akhir belajar 1, diperoleh peningkatan ketuntasan sebesar

  34 . 100%

  23

  =

  = . 100%

  65. Nilai terendah yang didapat siswa adalah 40, sedangkan nilai tertinggi yang didapat siswa adalah 95 dengan rata-rata 67,65 dan tingkat ketuntasan secara klasikal adalah:

  Berdasarkan hasil tes pada hasil belajar dapat dilihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi datar meningkat dari sebelumnya ( hasil tes awal). Dari 34 siswa diperoleh 23 atau 67,65% telah mencapai tingkat ketuntasan belajar yang mencapai nilai minimal

  Observasi ( pengamatan ) dilakukan oleh guru kelas mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai berakhir pelaksanaan tindakan. Guru kelas mengamati aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan guru kelas juga mengamati tindakan peneliti dalam melaksanakan 7 tahapan belajar dalam pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle.

  Pada akhir tindakan siklus I ini diberikan tes hasil akhir belajar I yang bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberi tindakan. Dari hasil tes yang diberikan (tes hasil belajar I) kepada 34 orang siswa diperoleh 11 orang siswa atau 32,35% memperoleh nilai 65 kebawah, sedangkan 23 siswa atau 67,65% mencapai nilai minimal 65 (syarat ketuntasan belajar), dengan nilai rata-rata 67,65. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar yang cukup baik dari kemampuan awal siswa yaitu sebesar 17,35%.

  Berdasarkan pengamatan pada siklus I, pada umumnya keaktifan siswa dalam belajar belum meningkat, dan meskipun dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar ada beberapa siswa yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar yang berkelompok, dan kebiasaan belajar sebelumnya yang lebih didominasi oleh guru, sehingga siswa pasif. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle siswa tampak senang selama proses belajar mengajar karena mereka terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dan siswa menggali pengetahuannya sendiri.

  PPK = Persentase kelas yang sudah tuntas belajar X = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar N = Jumlah siswa

  X PPK

    % 100 P Siswa sudah tuntas Sedangkan untuk mencari persentase siswa yang sudah tuntas secara klasikal dari tiap siklus dirumuskan dengan :

  

ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online)

contextual teaching and learning melalui learning cycle ; (2) Tes essay sebanyak 5 butir,

   

  65%

    P Siswa belum tuntas

  65  

  Kriteria : 0% %

   t S Jumlah skor total seluruh soal

  seluruh butir soal

   i S Jumlah skor yang dicapai siswa terhadap

  (Dikembangkan dari Depdikbud, 2000) P = Persentase ketuntasan belajar siswa

  % 100   t i S S P

  Menurut petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar, Depdikbud (2000) Bahwa “Seseorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya s erap lebih dari 65%”. Sementara itu untuk mencari persentase ketuntasan siswa secara individual dari tiap siklus maka digunakan rumus :

  Test tertulis diberikan agar guru dapat mengetahui hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Test berbentuk essay sebanyak 5 butir, dimana skor idealnya adalah 20 dan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut adalah 40 menit. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa yang bukan responden tetapi mempunyai kemiripan dengan responden untuk melihat validitas dan reabilitas instrumen.

  26,47%. Selanjutnya hasil dari tes belajar 1

  

D e d y j u l i a n d r i P a n j a i t a n

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

Hasil belajar siswa pada siklus pertama mengalami peningkatan dibandingkan

  Memberi motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran b.

  b. Terjadinya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 17,64 % dengan tingkat ketuntasan belajar diperoleh

  Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini ádalah sebagai berikut: a. Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah kepembelajaran yang menggunakan kontekstual (CTL) melalui learning cycle . Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasekan hasil kerjanya dan antusias siswa dalam kegiatan PBM meningkat hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang meningkat dari 49,51 % pada siklus I menjadi 82,75 pada siklus II. Selain itu aktivitas peneliti dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle meningkat dari 75,75 % pada siklus I menjadi 82,75 pada siklus II.

  Dari pos-tes I dan pos-tes II, diperoleh peningkatan sebesar 17,64 % dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 100 dan rata-rata 73,23. Karena ketuntasan sudah mencapai lebih 85 % maka proses pembelajaran sudah berhasil dan siklus dihentikan.

  Berdasarkan dari hasil tes relajar II, diperoleh kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada sub pokok bahasan bangun ruang meningkat dari sebelumnya (hasil pos-tes 1). Dari 34 siswa diperoleh 29 atau 85,29 % mencapai tingkat ketuntasan belajar yang mencapai nilai minimal 65, tingkat ketuntasan secara klasikal ádalah 85,29 %

  Observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru kelas ( guru matematika ) mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai akhirnya pelaksanaan tindakan. Guru mengamati ktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan mengamati tindakan ppeneliti yang menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle . Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan tindakan untuk siswa yang memiliki kemampuan rendah dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

  Pada akhir tindakan siklus II, diberikan tes hasil belajar II yang bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan. Dari hasil yang diberikan (tes hasil belajar II) kepada 34 orang siswa, diperoleh 5 orang siswa atau 14,71 % memperoleh nilai di bawah 65, sedangkan 29 siswa atau 85,29 % mencapai nilai minimmal 65 (syarat ketuntasan belajar) dengan rata-rata 73,23. karena ketuntasannya sudah mencapai lebih dari 85 % maka proses pembelajarn ini sudah dianggap berhasil.

  Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan kegiatan. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut : a.

  digunakan sebagai acuan dalam memberikan tindakan pada siklus II untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada sub pokok bahasan menghitung volume bangun ruang sisi datar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam sub pokok bahasan tersebut.

  e.

  d. Masih ada kelompok yang belum biasa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.

  hasil tes awal sebesar 26,47 % dengan tingkat ketuntasan hasil belajar secara kiasikal sebesar 67,65%.

  c.

  Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 49,51%.

  b.

  Peneliti belum dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dalam PBM hanya sebesar 75,75%.

  Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut: a.

Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

  

D e d y j u l i a n d r i P a n j a i t a n

  85,29 %. Hasil ini menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA tindakan pembelajaran dengan Avianti Agus, Nuniek, 2008. Mudah Belajar pendekatan kontekstual (CTL) melalui

  Matematika untuk SMP kelas VIII. learning cycle dapat meningkatkan

  Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas hasil belajar siswa dengan pemahaman Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur penelitian. konsep bangun ruang, sisi datar dengan

  Jakarta: Bina aksara nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50 Arikunto Suharsimi,Prof. dan nilai rata-rata sebesar 73,23.

  Suhardjono,Prof.Supardi, Prof. 2006. Hasil analisis pada setiap siklus

  PenelitianTindakan kelas . Jakarta: PT

  menunjukkan ada kemajuan tentang hasil belajar Bumi Aksara konsep bangun ruang sisi datar oleh siswa kelas

  Deporter Bobbi, Reardon Mark, Nourie-Singer

  VIII SMP Harapan 1 Medan. Hal ini terlihat Sarah. 2000. Quantum Teaching. pada perolehan hasil tes awal siswa dari siklus I

  Bandung: KAIFA dan siklus II. Bila dilihat dari ketuntasan belajar

  Model Heruman, S.Pd, M.Pd. 2007.

  siswa secara klasikal berarti bila telah terdapat

  Pembelajaran Matematika .Bandung:

  85 % memperoleh nilai minimal 65. Merujuk PT Remaja Rosdakarya pada ketentuan tersebut pada setiap siklus,

  Komalasari. 2013. Pembelajaran Contextual

  ketuntasan belajar klasikal sebesar 67,65 % pada

  Teaching and Learning . Bandung:

  siklus I, 85,29 % pada siklus II. Dan aktivitas

  Refika Aditama

  siswa meningkat dari 49,51 % pada siklus I menjadi 82,84 % pada siklus II. Dari data di

  Kunandar, (2007). Guru Profesional

  atas terjadi peningkatan hasil belajar konsep

  Implementasi Kurikulum Tingkat bangun ruang sisi datar yang cukup baik. Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses

  Peningkatan ini menunjukkan bahwa proses

  dalam Sertifikasi Guru, Rajawali

  pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Press, Jakarta. kontekstual (CTL) melalui learning cycle pada

  Panjaitan., Dedy. (2014). Penerapan pelajaran matematika dapat meningkatkan Pembelajaran Matematika Realistik pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar sisi datar di kelas VIII SMP Harapan 1 Medan. Sistem Persamaan Linear Dua

  Hal ini disebabkan karena pendekatan

  Jurnal Mathematics Variabel.

  kontekstual (CTL) berangkat dari masalah nyata Paedagogic . Volume 5 Nomor 1 : 37. yang sering dialami siswa lalu beranjak

  Panjaitan., Dedy. (2016). Penerepan Pendekatan kebentuk abstrak. Sehingga konsekuensi logis Contextual Teaching and Learning dari penerapan pendekatan kontekstual (CTL) (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil melalui learning cycle dalam pembelajaran Belajar Statistika. Jurnal Penelitian adalah meningkatkan pemahaman dan aplikasi

  Pendidikan MIPA

  . Volume 1 Nomor konsep bangun ruang sisi datar serta 1 : 1 meningkatkan hasil belajar siswa. Panjaitan., Dedy. (2016). Meningkatkan Hasil

  Belajar Siswa Dengan Metode Pembelajaran Langsung. Jurnal

  SIMPULAN Mathematics Paedagogic . Volume 7

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah Nomor 1 : 83 diuraikan dan sesuai dengan rumusan masalah

  Panjaitan., Dedy. (2016) Penerapan Permaianan maka dapat disimpulkan bahwa presentase Domino Untuk Meningkatkan ketuntasan belajar pada siklus II tergolong Penguasaan Operasi Hitung Bilangan tinggi, sehingga upaya peningkatan pemahaman Bulat. Jurnal Kultura. Volume 17 dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar Nomor 1 : 6104 dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui

  Sudjana, DR.Prof,M.A.M.Sc.2005.Metoda learning Cycle berhasil.

  Statistika .Bandung:Tarsito Sanjaya,W., (2006), Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

  

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

  

ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online)

  

D e d y j u l i a n d r i P a n j a i t a n

Pendidikan, Jakarta.Wiriaatmadja Rochiati, Dr.Prof. 2005.

  Kencana Frenada Media Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Grup, Jakarta.

  PT Remaja Rosdakarya Sanjaya Wina, M.Pd. 2005. Pembelajaran

  dalam Implementasi Kurikulum

  Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran

  Berbasis Kompetensi

  . Bandung: Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi

  Kencana Prenada Media Group Pustaka Publisher, Jakarta

  Sobel,M., Maletsky,M., (2001),Mengajar

  Matematika

  ,Penerbit Erlangga,

  

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara