Unnes Journal of Mathematics Education A

UJME 5 (3) (2015)

Unnes Journal of Mathematics Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN MMP (MISSOURI MATHEMATICS PROJECT) DITINJAU
DARI SELF REGULATED LEARNING
J. E. Chrisna , I. Hidayah, E. Pujiastuti
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, 50229

Info Artikel

Abstrak

________________

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan klasikal kemampuan
pemecahan masalah siswa melalui model pembelajaran MMP dan deskripsi
kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari self regulated learning. Penelitian

ini adalah penelitian mixed methods dengan populasi siswa kelas VIII SMP 1 Ungaran
tahun pelajaran 2015/2016, dengan sampel siswa kelas VIII B dan terpilih 6 subjek
penelitian dari kelas tersebut dengan kategori siswa dengan regulation of cognition (RC),
regulation of motivation (RM), dan regulation of behavior (RB). Pengumpulan data
dilakukan dengan tes, angket, dan wawancara. Analisis kemampuan pemecahan
masalah mengacu pada tahap pemecahan masalah Polya yang meliputi memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan
memeriksa kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemecahan
masalah pada model MMP mencapai ketuntasan klasikal; (2) kemampuan pemecahan
masalah siswa RC pada keempat tahap Polya terklasifikasi baik; (3) siswa RM
terklasifikasi baik pada tahap memahami masalah dan merencanakan dan
terklasifikasi cukup pada dua tahap lainnya; (4) siswa RB terklasifikasi baik pada tahap
memahami masalah dan cukup pada merencanakan penyelesaian dan terklasifikasi
kurang pada dua tahap lainnya.

SejarahArtikel:
Diterima:
Disetujui:
Dipublikasikan:


________________
Kata Kunci:
Analisis; Kemampuan
pemecahan masalah; Self
Regulate Learning; Missouri
Mathematics Project
____________________

Abstract
The purpose of the study are to determine the classical completeness problem solving ability of
students through learning model MMP and description of the problem solving ability of students
in terms of self-regulated learning. This study is a mixed methods study population eighth grade
students of SMP 1 Ungaran on the academic year 2015/2016, with a sample of students in class
VIII B and selected six subjects of the class with the student category with the regulation of
cognition (RC), regulation of motivation (RM ), and the regulation of behavior (RB). The data
collection is done with the tests, questionnaires, and interviews. Analysis of problem-solving
ability refers to the stage Polya’s problem solving that involves understanding the problem,
devising a plan, carrying out the plan, and looking back. The results showed that (1) the ability of
problem solving on MMP achieve mastery of classical completeness; (2) problem solving ability of
RC students on the fourth phase of Polya classified good; (3) students RM classified good at the

stage of understanding the problem and devising a plan and classified quite in the other two
stages; (4) RB students classified good at the stage of understanding the problem and quite at
devising a plan and classified less on the other two stages.

Alamat korespondensi:
E-mail: [email protected]

© 2016 Universitas Negeri Semarang
p-ISSN 2252-6927
e-ISSN 2460-5840

1

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

Kemampuan

PENDAHULUAN

pemecahan


masalah

Matematika merupakan salah satu mata menjadi salah satu aspek yang penting dalam
pelajaran yang dipelajari dari jenjang SD, SMP, kehidupan karena dapat membantu seseorang
sampai SMA. Matematika menjadi salah satu dalam menyelesaikan masalah kehidupan seharimata pelajaran utama karena merupakan disiplin hari, oleh karena itu kemampuan siswa dalam
ilmu

yang

mendasari

Pembelajaran

lainnya. memecahkan masalah perlu untuk

ilmu-ilmu

matematika


ini

tidak

hanya Namun,

pada

kenyataanya

berguna dalam hal akademik saja, tetapi dengan pemecahan masalah

dilatih.

kemampuan

siswa masih rendah.

belajar matematika maka dapat meningkatkan Berdasarkan data yang ditunjukkan dari PISA,
kemampuan berpikir dan kemampuan dalam Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65

memecahkan masalah sehari-hari. Hal ini sejalan negara pada tahun 2012. Padahal, sebagian soaldengan dengan salah satu tujuan pembelajaran soal dari PISA merupakan soal pemecahan
matematika

menurut

No.22 masalah. Selain data tersebut, berdasarkan hasil

Permendiknas

Tahun 2006 yaitu memecahkan masalah yang wawancara
meliputi

kemampuan

merancang

memahami

dengan


guru

pengampu

mata

masalah, pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 1

matematika, Ungaran menunjukkan bahwa kemampuan siswa

pendekatan

menyelesaikan pendekatan, dan menafsirkan dalam meyelesaikan masalah belum sepenuhnya
baik terlebih saat dihadapkan dengan soal cerita

solusi yang diperoleh.

Senthamarai et al. (2016) mengemukakan yang membutuhkan pemikiran lebih tinggi dalam
bahwa pemecahan masalah merupakan jantung menyelesaikannya.
Keberhasilan


dari matematika sehingga dalam pembelajaran
matematika

penting

untuk

pembelajaran

di

kelas

mengembangkan ditunjang oleh berbagai macam komponen,

kemampuan memecahkan masalah matematika selain pendidik dan siswa sebagai komponen
dan menemukan solusi dari permasalahan sehari- utama, pemilihan model pembelajaran juga
hari. Selanjutnya, Russefendi (Effendi, 2012) menjadi


sangat

penting

dalam

mencapai

mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan keberhasilan pembelajaran di kelas. Salah satu
masalah amat penting dalam matematika, bukan model

pembelajaran

saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mengoptimalkan
mendalami
melainkan

atau
juga


mempelajari
bagi

mereka

menguraikan

kemampuan

mampu
pemecahan

matematika, masalah adalah model pembelajaran Missouri
yang

akan Mathematics Project (MMP). Krismanto (2003)

menerapkannya dalam bidang studi lain. Polya mengemukakan
(1973)


yang

langkah-langkah

langkah-langkah

model

dalam pembelajaran MMP adalah review, development,

memecahkan masalah ke dalam empat tahap latihan terkontrol, seatwork, dan penugasan.
yaitu (1) understanding the problem (memahami Good & Grouws (1979) menyatakan bahwa
masalah), (2) devising a plan (merencanakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
penyelesaian),

(3)

carrying

out

the

plan difokuskan

pada

bagaimana

perilaku

guru

(melaksanakan rencana penyelesaian), dan (4) berdampak pada pencapaian belajar siswa yang
looking back (memeriksa kembali).

lebih baik. Selanjutnya, Ansori dan Aulia (2015)

2

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

mengemukakan bahwa model ini bertujuan terdiri dari tiga strategi. Melalui self regulated
untuk

melatih

keterampilan

siswa

dalam learning yang berbeda maka akan menghasilkan

berbagai macam soal salah satunya soal berbasis kemampuan pemecahan masalah yang juga
masalah pada latihan terkontrol dan seatwork. berbeda.
Pendapat tersebut juga didukung oleh Slavin &

Kemampuan pemecahan masalah siswa

Lake (2007) bahwa MMP merupakan program yang belum optimal perlu dikaji lebih lanjut.
yang didesain untuk membantu guru secara Dalam

rangka

efektif menggunakan latihan-latihan agar siswa pemecahan

meningkatkan

masalah,

maka

kemampuan
guru

harus

mendapatkan prestasi yang lebih baik. Melalui mengetahui model pembelajaran yang tepat
latihan terkontrol dan seatwork yang terdiri dari dapat diterapkan di kelas dan

deskripsi dari

soal-soal berbasis masalah maka siswa akan kemampuan pemecahan masalah untuk setiap
memiliki

kemampuan

dalam

memecahkan kategori self regulated learning. Deskripsi ini

masalah.

diharapkan

dapat

Selain model pembelajaran, faktor yang mengoptimalkan

membantu

guru

kemampuan

dalam

pemecahan

yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan masalah siswa.
pembelajaran matematika adalah self-regulated

Berdasarkan

uraian

tersebut

maka

learning. Self-regulated learning dapat diartikan peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian

sebagai pengaturan diri siswa dalam proses dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan
pembelajarannya

untuk

mencapai

tujuan Masalah

Melalui Model Pembelajaran MMP

belajarnya Rohaeti, et al (2014) mengatakan (Missouri Mathematics Project) Ditinjau dari Self

bahwa ada beberapa variabel dalam proses Regulated Learning”. Tujuan penelitian ini adalah
pembelajaran

yang

mampu

mempengaruhi (1)

untuk

kemampuan matematikanya salah satunya yaitu kemampuan

mengetahui
pemecahan

ketuntasan

klasikal

masalah

melalui

self-regulated learning. Menurut Marchis (2011: 9) penerapan model pembelajaran MMP (Missouri
seorang self regulated learners akan menganalisis Mathematics Project); (2) untuk mengetahui hasil
tugas (memahami masalah; mengidentifikasi analisis

kemampuan

pemecahan

masalah

data yang diketahui, data yang tidak diketahui melalui model pembelajaran MMP ditinjau dari
dan

hubungan

menyelesaikan
hasilnya.

antara

masalah,

Berdasarkan

data
dan

tersebut), Self Regulated Learning.

mengevaluasi METODE

beberapa

pendapat

Jenis penelitian yang digunakan adalah

tersebut, dapat disimpulkan bahwa self regulated mixed methods atau metode penelitian kombinasi.
learning mempunyai peran tersendiri dalam Desain penelitian yang digunakan adalah desain
menunjang kemampuan pemecahan masalah concurrent embeded. Populasi dalam penelitian ini
siswa. Wolters, Pintrich, dan Karabenick (2003) adalah siswa kelas VIII SMP 1 Ungaran tahun
mengkategorikan self regulated learning menjadi ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dalam
tiga yaitu regulation of cognition yang terdiri dari penelitian

ini

menggunakan

teknik

cluster

empat strategi, regulation of motivation yang terdiri sampling dan terpilih siswa kelas VIII B serta 6
dari tujuh strategi, dan regulation of behavior yang subjek penelitian menggunakan teknik purposive

3

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

sampling dipilih 6 subjek penelitian yang diambil normal atau tidak. Hasil output uji normalitas
berdasarkan angket self regulated learning dan hasil disajikan pada Tabel 1.1.
tes kemampuan pemecahan masalah.
Instrumen pada penelitian ini adalah
angket self regulated learning yang diadopsi dari
Wolters, et al (2003) dan sudah terstandarisasi,
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah,
dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah tes dan wawancara.
Analisis data kuantatif menggunakan uji Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 16.00
proporsi untuk menguji ketuntasan klasikal hasil diperoleh nilai sig. adalah 0,07. Karena nilai sig.
tes kemampuan pemecahan masalah melalui = 0,07 > 0,05, dapat disimpulkan data hasil tes
model pembelajaran Missouri Mathematics Project. kemampuan pemecahan masalah kelas VIIB
Sedangkan analisis data kualitatif meliputi: (1) berdistribusi normal.
reduksi data, (2) penyajian data, (3) verifikasi/
penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan

Uji

ketuntasan

kalasikal

digunakan

data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dilakukan untuk mengetahui apakah proporsi
dengan membandingkan hasil tes kemampuan siswa yang mendapat nilai pada tes kemampuan
pemecahan

maslah

siswa

dengan

hasil pemecahan

wawancara.

pembelajaran
mencapai

HASIL DAN PEMBAHASAN

dan

tersebut

kemampuan

pemecahan masalah kelas VIII B

berdistribusi

sehingga

dapat

bahwa

disimpulkan

terdapat

≥75%

KKM, maka

siswa

yang

telah

dapat disimpulkan

kemampuan pemecahan masalah siswa tuntas

untuk

tes

menunjukkan

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas

uji

memenuhi
digunakan

ini

dan

untuk KI-3 dan KI-4 suatu kelas dikatakan tuntas

kemudian

normalitas

hasil

ketuntasan

No. 81 A Tahun 2013 yang menetapkan bahwa

ketuntasan klasikal.

apakah

Uji

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit. Data hasil tes

mengetahui

75%.

Project

mencapai ketuntasan secara klasikal. Berdasarkan

kemampuan pemecahan masalah dengan alokasi

normalitas

Mathematics

pada

model pembelajaran Missouri Mathematics Project

empat kali tatap muka dan satu kali tes

Uji

80

kemampuan pemecahan masalah siswa dalam

berlangsung selama lima kali pertemuan dengan

masalah

hal
,

Mathematics Project. Pelaksanaan pembalajaran

uji

dari

dengan
,

B menggunakan model pembelajaran Missouri

dengan

dari

diperoleh

adalah kelas VIII B. Pembelajaran pada kelas VIII

dianalisis

Missouri

lebih

Kelas penelitian pada penelitian ini

pemecahan

lebih

menggunakan uji z. Berdasarkan perhitungan

Hasil dan Pembahasan Kuantitatif

kemampuan

masalah

belajarnya atau mencapai ketuntasan klasikal
sesuai dengan yang ditetapkan.

4

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

Salah satu faktor yang mendukung hasil Hasil dan Pembahasan Kualitatif
tes

kemampuan

pemecahan

masalah

siswa

Berdasarkan hasil angket self regulated

mencapai ketuntasan belajar adalah pembelajaran learning dan tes kemampuan pemecahan masalah
dengan model MMP. MMP merupakan program terpilih 6 subjek penelitian yaitu 2 siswa dengan
yang didesain untuk membantu guru secara regulation of cognition, 2 siswa dengan regulation of
efektif menggunakan latihan-latihan agar siswa motivation, dan 2 siswa dengan regulation of
mendapatkan prestasi yang lebih baik (Slavin & behavior.
Lake, 2007: 31). Siswa akan terbiasa dan terampil

Kemampuan pemecahan masalah dalam

dalam menyelesaikan masalah melalui latihan- tiap tahap pemecahan masalah menurut Polya
latihan berbasis masalah yang diberikan sehingga diklasifikasikan

ke

dalam

tiga

klasifikasi

siswa akan memiliki kemampuan pemecahan penilaian menurut Indarwahyuni, et al. (2014)
masalah yang baik. Hasil penelitian Savitri (2013) yaitu baik, cukup, dan kurang. Kemampuan
juga

menunjukkan

bahwa

melalui

model Pemecahan masalah untuk tiap self regulated

pembelajaran MMP, kemampuan pemecahan learning disajikan pada Tabel 1.2 sebagai berikut.
masalah

siswa

klasikal.

Selain

pembelajaran

mencapai

ketuntasan

secara

itu,

dalam

penelitian

dengan

model

MMP

dengan alat peraga manipulatif

Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa
Self
Tahap
Regulated Subjek Pemecahan Klasifikasi
Learning
Masalah
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Baik
Regulatio
B-11
Penyelesaian
n of
dan BMelaksanakan
Cognition
29
Rencana
Baik
Penyelesaian
Memeriksa
Baik
Kembali
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Regulatio
Baik
B-20
Penyelesaian
n of
dan BMotivatio
Melaksanakan
22
n
Cukup
Rencana
Penyelesaian
Memeriksa
Cukup
Kembali
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Cukup
Regulatio
B-05
Penyelesaian
n of
dan BMelaksanakan
Behavior
33
Rencana
Kurang
Penyelesaian
Memeriksa
Kurang
Kembali

ini,

dibantu

dan tahap

pemecahan masalah menurut Polya. Alat peraga
manipulatif

ini

membantu

siswa

dalam

menggambarkan objek-objek abstrak ke dalam
objek nyata. Selain itu, penggunaan alat peraga
manipulatif membantu guru dalam memberikan
stimulus

kepada

siswa

agar siswa

mampu

menemukan konsep dan prinsip (Hidayah &
Sugiarto, 2014: 201), yang nantinya dapat
diterapkan

dalam

matematika.

memecahkan

masalah

pemecahan

masalah

Tahap

menurut Polya membantu siswa agar lebih
mudah

dalam

matematika,
pemecahan

menyelesaikan

hal

ini

masalah

masalah

dikarenakan
menurut

Polya

tahap
lebih

sederhana sehingga lebih mudah diterapkan
untuk siswa SMP. Carson (2007: 8) mengatakan
bahwa tahap pemecahan masalah menurut Polya
sebagian

besar

terkait

dengan

pemecahan

masalah matematika sehingga memungkinkan
siswa mampu memecahkan masalah matematika.

5

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

siswa dengan regulation of cogniton mampu
Kemampuan pemecahan masalah siswa menyebutkan
dalam model pembelajaran Missouri Mathematics digunakan
Project untuk tiap self

langkah-langkah
dalam

yang

menyelesaikan

akan

masalah

regulated learning dapat dengan urut saat wawancara.
Pada tahap melaksanakan rencana siswa

dideskripsikan sebagai berikut.
Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa dengan

regulation

of

cognition

mampu

melaksanakan rencana yang telah disusun dan

dengan Regulation of Cognition

Subjek wawancara untuk kemampuan menerapkan
pemecahan masalah dengan regulation of coginiton memperoleh

strategi

yang

benar

jawaban

dan

juga

dalam
mampu

adalah B-11 dan B-29. Berdasarkan hasil analisis, menerapkan rumus yang telah disusun. Hal ini
kemampuan pemecahan masalah subjek dengan disebabkan karena siswa terbiasa belajar dengan
regulation of coginiton dapat dideskripsikan sebagai latihan-latihan soal baik di dalam kelas maupun
di luar kelas, sehingga aturan-aturan dalam

berikut.

menyelesaikan masalah sebelumnya diterapkan
kembali untuk memecahkan masalah yang
diberikan. Seperti yang dikatakan oleh Boekaerts
(1996) bahwa siswa yang mengatur kognisinya
akan menggunakan kembali aturan-aturan yang
pernah

diterapkan

sehingga

memungkinkan

untuk menyelesaikan masalah dengan benar.
Pada tahap memeriksa kembali siswa dengan
regulation of cognition mampu memeriksa kembali

Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan Subjek B-11

jawaban yang diperolehnya dengan apa yang

Pada tahap memahami masalah, siswa

ditanyakan melalui kesimpulan yang ditulis dan

dengan regulation of cognition mampu mengetahui
informasi-informasi
ditanyakan

pada

yang
masalah

diketahui
serta

mampu

dan

Boekaerts (1996) bahwa siswa yang mengatur
kognisinya

dan Karabenick (2003) mengemukakan bahwa

rencana yang telah disusun.

untuk

Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa

memahami suatu permasalahan dengan cara

dengan Regulation of Motivation

mengubah ke dalam kalimat atau bahasanya

Subjek wawancara untuk kemampuan

sendiri sehingga memungkinkan siswa untuk
mengetahui

maksud

dan

tujuan

pemantauan

mampu mengecek hasil yang diperoleh melalui

mengubah materi ke dalam kata-kata sendiri. Hal
terbiasa

melakukan

ini berarti siswa dengan regulation of cognition

strategi elaborasi dimana siswa belajar dengan

siswa

mampu

terhadap kemajuan dan hasil yang diperoleh. Hal

siswa dengan regulation of cognition menggunakan

bahwa

yang

benar. Hal ini seperti yang dikatakan oleh

kalimat dan bahasa sendiri. Wolters, Pintrich,

berarti

perhitungan

dilakukannya sehingga memperoleh hasil yang

mampu

menjelaskan maksud dari masalah menggunakan

ini

memeriksa

pemecahan

dari

masalah

dengan

regulation

of

motivation adalah B-20 dan B-22. Berdasarkan

permasalahan. Pada tahap menyusun rencana,

6

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

hasil analisis, kemampuan pemecahan masalah meningkatkan

kebermaknaan

sebuah

tugas

subjek dengan regulation of motivation dapat dengan menghubungkan ke kehidupan atau
minat

dideskripsikan sebagai berikut.

pribadi.

Pada

tahap

merencanakan

penyelesaian siswa dengan regulation of motivation
mampu membuat langkah-langkah yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal dengan
urut dan lengkap. Subjek B-20 bahkan mampu
menuliskan

secara

rencana

penyelesaian

simbol

untuk

rinci

mengenai

dengan

urutan

menggunakan

menyederhanakan

langkah

penyelesaian. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh

Boekaerts

mengatur

(1996)

motivasinya

bahwa

siswa

mampu

yang

memisahkan

rencana penyelesaian sehingga memungkinkan
siswa dengan regulation of motivation mampu
membuat rencana penyelesaian yang baik.
Pada

tahap

melaksanakan

penyelesaian,

siswa

dengan

motivation

mampu

rencana

regulation

meneraakan

of

beberapa

langkah-langkah yang telah disusun dengan
benar, namun pada langkah tertentu siswa tidak
dapat menemukan hasil akhir yang diperoleh.
Namun, pada kasus tertentu siswa dengan
regulation

of

motivation

dapat

melakukan

perhitungan dengan tepat. Hal ini sesuai dengan

Gambar 1.2 Hasil Pekerjaan Subjek B-20

Pada tahap memahami masalah siswa yang dikatakan oleh Wolters, Pintrich, dan
dengan

regulation

of

motivation

mampu Karabenick (2003) bahwa siswa yang mengatur

mengetahui mengenai informasi-informasi dan motivasinya akan berhenti ketika menemui
merumuskan pertanyaan pada soal dengan benar kesulitan, namun akan berusaha lebih baik untuk
serta mampu

membuat gambar ilustrasi dari selanjutnya. Siswa dengan regulation of motivation

permasalahan. Hal ini disebabkan karena siswa cukup
dengan

regulation

of

motivation

mampu

memeriksa

kembali

hasil

ingin pekerjaannya. Hal ini disebabkan pada tahap

memudahkan pemahaman dari soal cerita yang melaksanakan rencana penyelesaian siswa tidak
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari melalui dapat menemukan jawaban yang benar, sehingga
gambar. Hal ini seperti yang dikatakan Wolters, pada

saat

Pintrich, dan Karabenick (2003) bahwa siswa mengalami

menuliskan
hambatan

kesimpulan
dan

tidak

dengan regulation of motivation menggunakan menuliskan kesimpulan dengan lengkap.
strategi relevance enhancement di mana siswa

7

siswa
dapat

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa seharusnya

menggunakan

balok(V)=p×l×t,

dengan Regulation of Behavior

namun

rumus

volume

sebaliknya

yang

Subjek wawancara untuk kemampuan dituliskan adalah rumus luas permukaan balok
pemecahan masalah dengan regulation of behavior dengan menuliskan V=2(pl+pt+lt). Wawancara
adalah B-05 dan B-33. Berdasarkan hasil analisis, yang dilakukan juga menunjukkan bahwa, siswa
kemampuan pemecahan masalah subjek dengan dengan regulation of behavior harus didampingi
regulation of behavior dapat dideskripsikan sebagai dalam mengerjakan soal berbentuk soal cerita
yang membutuhkan pemikiran yang lebih dalam

berikut.

dalam

menyelesaikannya.

Siswa

dengan

regulation of behavior perlu dibimbing dalam
mencari penyelesaian masalah. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh Wolters, Pintrich, dan
Karabenick

(2003)

perilakunya

membutuhkan

bantuan

teman

guru

belajar

dan

bimbingan

dari

siswa

dalam
guru

yang

dan

mengatur

teman

seperti
sehingga
sangat

diperlukan.
Pada

tahap

melaksanakan

rencana

penyelesaian, siswa dengan regulation of behavior
kurang mampu menerapkan strategi yang tepat
dalam menyelesaikan masalah. Seperti pada soal
nomor 2 dan 3, B-20 tidak dapat memperoleh
jawaban yang benar dikarenakan rumus yang
digunakan tidak tepat. Strategi perhitungan yang

Gambar 1.3 Hasil Pekerjaan Subjek B-05

Pada tahap memahami masalah, siswa diterapkan pada soal nomor juga tidak tepat.
dengan regulation of behavior mampu menuliskan Pada soal nomor 2, B-33 bahkan tidak dapat
apa yang diketahui dan yang ditanyakan dengan mengerjakan dan menerapkan strategi apapun
benar. Namun pada kasus tertentu siswa belum dalam menyelesaikan masalah, sehingga hasil
mampu dalam mengartikan maksud dari soal. pekerjaannya

tidak

tampak.

Berdasarkan

Berdasarkan wawancara, hal ini disebabkan wawancara, hal tersebut disebabkan karena siswa
siswa kurang teliti dalam membaca soal sehingga dengan regulation of behavior kurang tekun dalam
terjadi

kesalahan

merencanakan

penulisan.

penyelesaian,

Pada
siswa

tahap mengerjakan latihan soal yang diberikan seperti
dengan PR atau latihan soal selama pelajaran, sehingga

regulation of behavior menuliskan langkah-langkah siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah,
penyelesaian

namun

langkah-langkah

yang padahal dengan berlatih menyelesaikan masalah

dituliskan belum sesuai. Pada kasus tertentu, yang diberikan makan kemampuan siswa dalam
rumus yang dituliskan tidak tepat seperti terlihat memecahkan masalah akan semakin terlatih. Hal
pada soal nomor 2, dimana subjek B-05 ini seperti yang dikatakan oleh Ozcan (2015)

8

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

bahwa

melalui

aktivitas

latihan

soal

dan tahap

memahami

pekerjaan rumah akan mempengaruhi aktivitas penyelesaian,

dengan

regulation

merencanakan

melaksanakan

rencana

penyelesaian, dan memeriksa kembali termasuk

pemecahan masalah matematikanya.
Siswa

masalah,

of behavior dalam klasifikasi baik. (b) Kemampuan siswa

kurang mampu dalam memeriksa kembali. Hal dengan regulation of motivation pada tahap
ini disebabkan karena pada saat melaksanakan memahami

masalah

dan

merencanakan

rencana, siswa dengan regulation of behavior tidak penyelesaian termasuk dalam klasifikasi baik,
dapat menemukan jawaban yang benar, sehingga sedangkan pada tahap melaksanakan rencana
dalam penulisan kesimpulanpun masih ada yang penyelesaian dan memeriksa kembali termasuk
kurang. Pada soal yang belum diselesaikan dalam klasifikasi cukup. (c) Kemampuan siswa
dengan

lengkap,

B-33

tidak

menuliskan dengan

regulation

of

behavior

pada

tahap

kesimpulan. Pada saat wawancara, B-33 juga memahami masalah termasuk dalam klasifikasi
tidak mampu mencari cara lain dalam menjawab baik dan pada tahap merencanakan penyelesaian
soal yang belum diselesaikan, hal ini berarti B-33 termasuk dalam klasifikasi cukup, sedangkan
tidak melakukan pengecekan terhadap masalah pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian
yang harus diselesaikan karena tidak mengetahui dan

memeriksa

kembali

termasuk

dalam

bagaimana cara memeriksa hasil pekerjaannya. klasifikasi kurang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Widodo DAFTAR PUSTAKA
(2013:

112)

bahwa

mayoritas

siswa

tidak Ansori, H & I. Aulia. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran
Missouri
Mathematics
memeriksa kembali hasil pekerjaannya karena
Project (MMP) Terhadap Kemampuan
tidak mengetahui apa yang harus dilakukan di
Pemecahan Masalah Siswa Di Smp. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(1): 49-58.
bagian ini dan tidak terbiasa melakukan tahap
memeriksa kembali dalam pemecahan masalah. Bokaerts, M., 1996. Self regulated learning at the
junction of cognition and motivation.
European Psychologist, 1(2): 100-112.
PENUTUP
Carson, J. 2007. A ProblemWith Problem
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
Solving: Teaching Thinking Without
kemampuan pemecahan masalah melalui model
Teaching Knowledge. The Mathematics
Educator, 17(2): 7-14.
pembelajaran Missouri Mathematics Project ditinjau
dari Self Regulated Learning diperoleh simpulan Effendi, L.A. 2012. Pembelajaran Matematika
Dengan Metode Penemuan Terbimbing
sebagai berikut. (1) Kemampuan pemecahan
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
masalah siswa pada tes kemampuan pemecahan
Representasi Dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Smp. Jurnal Penelitian
masalah materi kubus dan balok mencapai
Pendidikan, 13(2): 1-10.
ketuntasan klasikal atau proporsi siswa yang
Good, T. L dan D. A Grouws. 1979. The
mencapai nilai minimal 80 lebih dari 75%. (2)
Missouri
Mathematics
Effectiveness
Kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau
Project: An Experimental Study in FourthGrade Classrooms. Journal of Educational
dari self regulated learning dapat disimpulkan
Psychology, 71(3): 355-362. Tersedia di
sebagai berikut. (a) Kemampuan pemecahan
https://www.researchgate.net/publication
/232548678 [ diakses 20 Februari 2016]
masalah siswa dengan regulation of cognition pada

9

J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)

Hidayah, I., dan Sugiarto. 2014. The
Implementattiom of Teacher Leadership
in Mathematic Learning Through A Series
of Productive Question. International
Conference on Mathematics, Science, and
Education.

District. International Journal of Applied
Research, 2(1): 797-799. Tersedia di
http://www.allresearchjournal.com/archi
ves/2016/vol2issue1/PartL/2-1-3.pdf
[diakses 7 Juni 2016]

Slavin, R. E & C.Lake. 2007. Effective Programs in
Indarwahyuni, N. A, Sutinah,
dan A. H.
Elementary Mathematics: A Best-Evidence
Rosyidi. 2014. Profil Kemampuan Siswa
Synthesis. U.S: John Hopkins University.
Kelas IX-F SMPN 1 Bangsal Mojokerto
dalam Memecahkan Masalah Matematika Widodo, S. A. 2013. Analisis Kesalahan dalam
Bentuk Soal Cerita Ditinjau dari
Pemecahan Masalah Divergensi Tipe
Kemampuan Spasial. Jurnal Ilmiah
Membuktikan
pada
Mahasiswa
Pendidikan Matematika,3(1): 128-134.
Matematika.Jurnal
Pendidikan
dan
Pengajaran, 46(2): 106-113.
Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan
Strategi
dalam
Pembelajaran Wolters, Christopher. A., Pintrich, Paul. R., dan
Matematika.Yogyakarta:
Departemen
Karabenick, Stuart. A. 2003. Assessing
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Academic
Self-Regulated
Learning.
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat
Conference on Indicator of Positive
Pengembangan Penataran Guru (PPPG)
Development: ChildTrends, National
Matematika.
Institute of Health.
Marchis, I. 2011. How Mathematics Teachers
Develop Theri Pupils’ Self-Regulated
Learning Skills. Acta Didactica Napocensia.
4(2-3):
9-14.
Tersedia
di
http://dppd.ubbcluj.ro/adn/article_4_23_2.pdf [diakses 2 Juni 2016]
Ozcan, Zeynep Cigdem. 2015. The Relationship
Between Mathematical Problem Solving
Skills and Self Regulated Learning
through
Homework
behaviors,
Motivation,
and
Metacognition.
International Journal of Mathematical
Education in Science and Technology, 2(1):113.
Tersedia
di
http://dx.doi.org/10.1080/0020739X.201
5.1080313 [diakses 1 Juni 2016].
Rohaeti, E.E, Budiyanto, & U. Sumarmo.2014.
Enhancing
Students’
Mathematical
Logical Thinking Ability and SelfRegulated Learning Through ProblemBased Learning. International Journal of
Education, 8(1): 54-63.
Savitri, S. N. 2013. Keefektifan Pembelajaran
Matematika Mengacu Pada Missouri
Mathematcs
Project
Kemampuan
Pemecahan Masalah. Unnes Journal of
Mathematics Education, 2(1): 28-33.
Senthamarai, K.B, Sivapragasam C, &
Senthilkumar R. 2016. A Study on
Problem Solving Ability in Mathematics
of IX Standard Students in Dindigul

10