Unnes Journal of Mathematics Education A
UJME 5 (3) (2015)
Unnes Journal of Mathematics Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN MMP (MISSOURI MATHEMATICS PROJECT) DITINJAU
DARI SELF REGULATED LEARNING
J. E. Chrisna , I. Hidayah, E. Pujiastuti
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, 50229
Info Artikel
Abstrak
________________
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan klasikal kemampuan
pemecahan masalah siswa melalui model pembelajaran MMP dan deskripsi
kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari self regulated learning. Penelitian
ini adalah penelitian mixed methods dengan populasi siswa kelas VIII SMP 1 Ungaran
tahun pelajaran 2015/2016, dengan sampel siswa kelas VIII B dan terpilih 6 subjek
penelitian dari kelas tersebut dengan kategori siswa dengan regulation of cognition (RC),
regulation of motivation (RM), dan regulation of behavior (RB). Pengumpulan data
dilakukan dengan tes, angket, dan wawancara. Analisis kemampuan pemecahan
masalah mengacu pada tahap pemecahan masalah Polya yang meliputi memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan
memeriksa kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemecahan
masalah pada model MMP mencapai ketuntasan klasikal; (2) kemampuan pemecahan
masalah siswa RC pada keempat tahap Polya terklasifikasi baik; (3) siswa RM
terklasifikasi baik pada tahap memahami masalah dan merencanakan dan
terklasifikasi cukup pada dua tahap lainnya; (4) siswa RB terklasifikasi baik pada tahap
memahami masalah dan cukup pada merencanakan penyelesaian dan terklasifikasi
kurang pada dua tahap lainnya.
SejarahArtikel:
Diterima:
Disetujui:
Dipublikasikan:
________________
Kata Kunci:
Analisis; Kemampuan
pemecahan masalah; Self
Regulate Learning; Missouri
Mathematics Project
____________________
Abstract
The purpose of the study are to determine the classical completeness problem solving ability of
students through learning model MMP and description of the problem solving ability of students
in terms of self-regulated learning. This study is a mixed methods study population eighth grade
students of SMP 1 Ungaran on the academic year 2015/2016, with a sample of students in class
VIII B and selected six subjects of the class with the student category with the regulation of
cognition (RC), regulation of motivation (RM ), and the regulation of behavior (RB). The data
collection is done with the tests, questionnaires, and interviews. Analysis of problem-solving
ability refers to the stage Polya’s problem solving that involves understanding the problem,
devising a plan, carrying out the plan, and looking back. The results showed that (1) the ability of
problem solving on MMP achieve mastery of classical completeness; (2) problem solving ability of
RC students on the fourth phase of Polya classified good; (3) students RM classified good at the
stage of understanding the problem and devising a plan and classified quite in the other two
stages; (4) RB students classified good at the stage of understanding the problem and quite at
devising a plan and classified less on the other two stages.
Alamat korespondensi:
E-mail: [email protected]
© 2016 Universitas Negeri Semarang
p-ISSN 2252-6927
e-ISSN 2460-5840
1
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Kemampuan
PENDAHULUAN
pemecahan
masalah
Matematika merupakan salah satu mata menjadi salah satu aspek yang penting dalam
pelajaran yang dipelajari dari jenjang SD, SMP, kehidupan karena dapat membantu seseorang
sampai SMA. Matematika menjadi salah satu dalam menyelesaikan masalah kehidupan seharimata pelajaran utama karena merupakan disiplin hari, oleh karena itu kemampuan siswa dalam
ilmu
yang
mendasari
Pembelajaran
lainnya. memecahkan masalah perlu untuk
ilmu-ilmu
matematika
ini
tidak
hanya Namun,
pada
kenyataanya
berguna dalam hal akademik saja, tetapi dengan pemecahan masalah
dilatih.
kemampuan
siswa masih rendah.
belajar matematika maka dapat meningkatkan Berdasarkan data yang ditunjukkan dari PISA,
kemampuan berpikir dan kemampuan dalam Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65
memecahkan masalah sehari-hari. Hal ini sejalan negara pada tahun 2012. Padahal, sebagian soaldengan dengan salah satu tujuan pembelajaran soal dari PISA merupakan soal pemecahan
matematika
menurut
No.22 masalah. Selain data tersebut, berdasarkan hasil
Permendiknas
Tahun 2006 yaitu memecahkan masalah yang wawancara
meliputi
kemampuan
merancang
memahami
dengan
guru
pengampu
mata
masalah, pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 1
matematika, Ungaran menunjukkan bahwa kemampuan siswa
pendekatan
menyelesaikan pendekatan, dan menafsirkan dalam meyelesaikan masalah belum sepenuhnya
baik terlebih saat dihadapkan dengan soal cerita
solusi yang diperoleh.
Senthamarai et al. (2016) mengemukakan yang membutuhkan pemikiran lebih tinggi dalam
bahwa pemecahan masalah merupakan jantung menyelesaikannya.
Keberhasilan
dari matematika sehingga dalam pembelajaran
matematika
penting
untuk
pembelajaran
di
kelas
mengembangkan ditunjang oleh berbagai macam komponen,
kemampuan memecahkan masalah matematika selain pendidik dan siswa sebagai komponen
dan menemukan solusi dari permasalahan sehari- utama, pemilihan model pembelajaran juga
hari. Selanjutnya, Russefendi (Effendi, 2012) menjadi
sangat
penting
dalam
mencapai
mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan keberhasilan pembelajaran di kelas. Salah satu
masalah amat penting dalam matematika, bukan model
pembelajaran
saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mengoptimalkan
mendalami
melainkan
atau
juga
mempelajari
bagi
mereka
menguraikan
kemampuan
mampu
pemecahan
matematika, masalah adalah model pembelajaran Missouri
yang
akan Mathematics Project (MMP). Krismanto (2003)
menerapkannya dalam bidang studi lain. Polya mengemukakan
(1973)
yang
langkah-langkah
langkah-langkah
model
dalam pembelajaran MMP adalah review, development,
memecahkan masalah ke dalam empat tahap latihan terkontrol, seatwork, dan penugasan.
yaitu (1) understanding the problem (memahami Good & Grouws (1979) menyatakan bahwa
masalah), (2) devising a plan (merencanakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
penyelesaian),
(3)
carrying
out
the
plan difokuskan
pada
bagaimana
perilaku
guru
(melaksanakan rencana penyelesaian), dan (4) berdampak pada pencapaian belajar siswa yang
looking back (memeriksa kembali).
lebih baik. Selanjutnya, Ansori dan Aulia (2015)
2
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
mengemukakan bahwa model ini bertujuan terdiri dari tiga strategi. Melalui self regulated
untuk
melatih
keterampilan
siswa
dalam learning yang berbeda maka akan menghasilkan
berbagai macam soal salah satunya soal berbasis kemampuan pemecahan masalah yang juga
masalah pada latihan terkontrol dan seatwork. berbeda.
Pendapat tersebut juga didukung oleh Slavin &
Kemampuan pemecahan masalah siswa
Lake (2007) bahwa MMP merupakan program yang belum optimal perlu dikaji lebih lanjut.
yang didesain untuk membantu guru secara Dalam
rangka
efektif menggunakan latihan-latihan agar siswa pemecahan
meningkatkan
masalah,
maka
kemampuan
guru
harus
mendapatkan prestasi yang lebih baik. Melalui mengetahui model pembelajaran yang tepat
latihan terkontrol dan seatwork yang terdiri dari dapat diterapkan di kelas dan
deskripsi dari
soal-soal berbasis masalah maka siswa akan kemampuan pemecahan masalah untuk setiap
memiliki
kemampuan
dalam
memecahkan kategori self regulated learning. Deskripsi ini
masalah.
diharapkan
dapat
Selain model pembelajaran, faktor yang mengoptimalkan
membantu
guru
kemampuan
dalam
pemecahan
yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan masalah siswa.
pembelajaran matematika adalah self-regulated
Berdasarkan
uraian
tersebut
maka
learning. Self-regulated learning dapat diartikan peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
sebagai pengaturan diri siswa dalam proses dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan
pembelajarannya
untuk
mencapai
tujuan Masalah
Melalui Model Pembelajaran MMP
belajarnya Rohaeti, et al (2014) mengatakan (Missouri Mathematics Project) Ditinjau dari Self
bahwa ada beberapa variabel dalam proses Regulated Learning”. Tujuan penelitian ini adalah
pembelajaran
yang
mampu
mempengaruhi (1)
untuk
kemampuan matematikanya salah satunya yaitu kemampuan
mengetahui
pemecahan
ketuntasan
klasikal
masalah
melalui
self-regulated learning. Menurut Marchis (2011: 9) penerapan model pembelajaran MMP (Missouri
seorang self regulated learners akan menganalisis Mathematics Project); (2) untuk mengetahui hasil
tugas (memahami masalah; mengidentifikasi analisis
kemampuan
pemecahan
masalah
data yang diketahui, data yang tidak diketahui melalui model pembelajaran MMP ditinjau dari
dan
hubungan
menyelesaikan
hasilnya.
antara
masalah,
Berdasarkan
data
dan
tersebut), Self Regulated Learning.
mengevaluasi METODE
beberapa
pendapat
Jenis penelitian yang digunakan adalah
tersebut, dapat disimpulkan bahwa self regulated mixed methods atau metode penelitian kombinasi.
learning mempunyai peran tersendiri dalam Desain penelitian yang digunakan adalah desain
menunjang kemampuan pemecahan masalah concurrent embeded. Populasi dalam penelitian ini
siswa. Wolters, Pintrich, dan Karabenick (2003) adalah siswa kelas VIII SMP 1 Ungaran tahun
mengkategorikan self regulated learning menjadi ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dalam
tiga yaitu regulation of cognition yang terdiri dari penelitian
ini
menggunakan
teknik
cluster
empat strategi, regulation of motivation yang terdiri sampling dan terpilih siswa kelas VIII B serta 6
dari tujuh strategi, dan regulation of behavior yang subjek penelitian menggunakan teknik purposive
3
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
sampling dipilih 6 subjek penelitian yang diambil normal atau tidak. Hasil output uji normalitas
berdasarkan angket self regulated learning dan hasil disajikan pada Tabel 1.1.
tes kemampuan pemecahan masalah.
Instrumen pada penelitian ini adalah
angket self regulated learning yang diadopsi dari
Wolters, et al (2003) dan sudah terstandarisasi,
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah,
dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah tes dan wawancara.
Analisis data kuantatif menggunakan uji Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 16.00
proporsi untuk menguji ketuntasan klasikal hasil diperoleh nilai sig. adalah 0,07. Karena nilai sig.
tes kemampuan pemecahan masalah melalui = 0,07 > 0,05, dapat disimpulkan data hasil tes
model pembelajaran Missouri Mathematics Project. kemampuan pemecahan masalah kelas VIIB
Sedangkan analisis data kualitatif meliputi: (1) berdistribusi normal.
reduksi data, (2) penyajian data, (3) verifikasi/
penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan
Uji
ketuntasan
kalasikal
digunakan
data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dilakukan untuk mengetahui apakah proporsi
dengan membandingkan hasil tes kemampuan siswa yang mendapat nilai pada tes kemampuan
pemecahan
maslah
siswa
dengan
hasil pemecahan
wawancara.
pembelajaran
mencapai
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan
tersebut
kemampuan
pemecahan masalah kelas VIII B
berdistribusi
sehingga
dapat
bahwa
disimpulkan
terdapat
≥75%
KKM, maka
siswa
yang
telah
dapat disimpulkan
kemampuan pemecahan masalah siswa tuntas
untuk
tes
menunjukkan
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas
uji
memenuhi
digunakan
ini
dan
untuk KI-3 dan KI-4 suatu kelas dikatakan tuntas
kemudian
normalitas
hasil
ketuntasan
No. 81 A Tahun 2013 yang menetapkan bahwa
ketuntasan klasikal.
apakah
Uji
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit. Data hasil tes
mengetahui
75%.
Project
mencapai ketuntasan secara klasikal. Berdasarkan
kemampuan pemecahan masalah dengan alokasi
normalitas
Mathematics
pada
model pembelajaran Missouri Mathematics Project
empat kali tatap muka dan satu kali tes
Uji
80
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
berlangsung selama lima kali pertemuan dengan
masalah
hal
,
Mathematics Project. Pelaksanaan pembalajaran
uji
dari
dengan
,
B menggunakan model pembelajaran Missouri
dengan
dari
diperoleh
adalah kelas VIII B. Pembelajaran pada kelas VIII
dianalisis
Missouri
lebih
Kelas penelitian pada penelitian ini
pemecahan
lebih
menggunakan uji z. Berdasarkan perhitungan
Hasil dan Pembahasan Kuantitatif
kemampuan
masalah
belajarnya atau mencapai ketuntasan klasikal
sesuai dengan yang ditetapkan.
4
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Salah satu faktor yang mendukung hasil Hasil dan Pembahasan Kualitatif
tes
kemampuan
pemecahan
masalah
siswa
Berdasarkan hasil angket self regulated
mencapai ketuntasan belajar adalah pembelajaran learning dan tes kemampuan pemecahan masalah
dengan model MMP. MMP merupakan program terpilih 6 subjek penelitian yaitu 2 siswa dengan
yang didesain untuk membantu guru secara regulation of cognition, 2 siswa dengan regulation of
efektif menggunakan latihan-latihan agar siswa motivation, dan 2 siswa dengan regulation of
mendapatkan prestasi yang lebih baik (Slavin & behavior.
Lake, 2007: 31). Siswa akan terbiasa dan terampil
Kemampuan pemecahan masalah dalam
dalam menyelesaikan masalah melalui latihan- tiap tahap pemecahan masalah menurut Polya
latihan berbasis masalah yang diberikan sehingga diklasifikasikan
ke
dalam
tiga
klasifikasi
siswa akan memiliki kemampuan pemecahan penilaian menurut Indarwahyuni, et al. (2014)
masalah yang baik. Hasil penelitian Savitri (2013) yaitu baik, cukup, dan kurang. Kemampuan
juga
menunjukkan
bahwa
melalui
model Pemecahan masalah untuk tiap self regulated
pembelajaran MMP, kemampuan pemecahan learning disajikan pada Tabel 1.2 sebagai berikut.
masalah
siswa
klasikal.
Selain
pembelajaran
mencapai
ketuntasan
secara
itu,
dalam
penelitian
dengan
model
MMP
dengan alat peraga manipulatif
Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa
Self
Tahap
Regulated Subjek Pemecahan Klasifikasi
Learning
Masalah
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Baik
Regulatio
B-11
Penyelesaian
n of
dan BMelaksanakan
Cognition
29
Rencana
Baik
Penyelesaian
Memeriksa
Baik
Kembali
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Regulatio
Baik
B-20
Penyelesaian
n of
dan BMotivatio
Melaksanakan
22
n
Cukup
Rencana
Penyelesaian
Memeriksa
Cukup
Kembali
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Cukup
Regulatio
B-05
Penyelesaian
n of
dan BMelaksanakan
Behavior
33
Rencana
Kurang
Penyelesaian
Memeriksa
Kurang
Kembali
ini,
dibantu
dan tahap
pemecahan masalah menurut Polya. Alat peraga
manipulatif
ini
membantu
siswa
dalam
menggambarkan objek-objek abstrak ke dalam
objek nyata. Selain itu, penggunaan alat peraga
manipulatif membantu guru dalam memberikan
stimulus
kepada
siswa
agar siswa
mampu
menemukan konsep dan prinsip (Hidayah &
Sugiarto, 2014: 201), yang nantinya dapat
diterapkan
dalam
matematika.
memecahkan
masalah
pemecahan
masalah
Tahap
menurut Polya membantu siswa agar lebih
mudah
dalam
matematika,
pemecahan
menyelesaikan
hal
ini
masalah
masalah
dikarenakan
menurut
Polya
tahap
lebih
sederhana sehingga lebih mudah diterapkan
untuk siswa SMP. Carson (2007: 8) mengatakan
bahwa tahap pemecahan masalah menurut Polya
sebagian
besar
terkait
dengan
pemecahan
masalah matematika sehingga memungkinkan
siswa mampu memecahkan masalah matematika.
5
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
siswa dengan regulation of cogniton mampu
Kemampuan pemecahan masalah siswa menyebutkan
dalam model pembelajaran Missouri Mathematics digunakan
Project untuk tiap self
langkah-langkah
dalam
yang
menyelesaikan
akan
masalah
regulated learning dapat dengan urut saat wawancara.
Pada tahap melaksanakan rencana siswa
dideskripsikan sebagai berikut.
Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa dengan
regulation
of
cognition
mampu
melaksanakan rencana yang telah disusun dan
dengan Regulation of Cognition
Subjek wawancara untuk kemampuan menerapkan
pemecahan masalah dengan regulation of coginiton memperoleh
strategi
yang
benar
jawaban
dan
juga
dalam
mampu
adalah B-11 dan B-29. Berdasarkan hasil analisis, menerapkan rumus yang telah disusun. Hal ini
kemampuan pemecahan masalah subjek dengan disebabkan karena siswa terbiasa belajar dengan
regulation of coginiton dapat dideskripsikan sebagai latihan-latihan soal baik di dalam kelas maupun
di luar kelas, sehingga aturan-aturan dalam
berikut.
menyelesaikan masalah sebelumnya diterapkan
kembali untuk memecahkan masalah yang
diberikan. Seperti yang dikatakan oleh Boekaerts
(1996) bahwa siswa yang mengatur kognisinya
akan menggunakan kembali aturan-aturan yang
pernah
diterapkan
sehingga
memungkinkan
untuk menyelesaikan masalah dengan benar.
Pada tahap memeriksa kembali siswa dengan
regulation of cognition mampu memeriksa kembali
Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan Subjek B-11
jawaban yang diperolehnya dengan apa yang
Pada tahap memahami masalah, siswa
ditanyakan melalui kesimpulan yang ditulis dan
dengan regulation of cognition mampu mengetahui
informasi-informasi
ditanyakan
pada
yang
masalah
diketahui
serta
mampu
dan
Boekaerts (1996) bahwa siswa yang mengatur
kognisinya
dan Karabenick (2003) mengemukakan bahwa
rencana yang telah disusun.
untuk
Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa
memahami suatu permasalahan dengan cara
dengan Regulation of Motivation
mengubah ke dalam kalimat atau bahasanya
Subjek wawancara untuk kemampuan
sendiri sehingga memungkinkan siswa untuk
mengetahui
maksud
dan
tujuan
pemantauan
mampu mengecek hasil yang diperoleh melalui
mengubah materi ke dalam kata-kata sendiri. Hal
terbiasa
melakukan
ini berarti siswa dengan regulation of cognition
strategi elaborasi dimana siswa belajar dengan
siswa
mampu
terhadap kemajuan dan hasil yang diperoleh. Hal
siswa dengan regulation of cognition menggunakan
bahwa
yang
benar. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
kalimat dan bahasa sendiri. Wolters, Pintrich,
berarti
perhitungan
dilakukannya sehingga memperoleh hasil yang
mampu
menjelaskan maksud dari masalah menggunakan
ini
memeriksa
pemecahan
dari
masalah
dengan
regulation
of
motivation adalah B-20 dan B-22. Berdasarkan
permasalahan. Pada tahap menyusun rencana,
6
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
hasil analisis, kemampuan pemecahan masalah meningkatkan
kebermaknaan
sebuah
tugas
subjek dengan regulation of motivation dapat dengan menghubungkan ke kehidupan atau
minat
dideskripsikan sebagai berikut.
pribadi.
Pada
tahap
merencanakan
penyelesaian siswa dengan regulation of motivation
mampu membuat langkah-langkah yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal dengan
urut dan lengkap. Subjek B-20 bahkan mampu
menuliskan
secara
rencana
penyelesaian
simbol
untuk
rinci
mengenai
dengan
urutan
menggunakan
menyederhanakan
langkah
penyelesaian. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh
Boekaerts
mengatur
(1996)
motivasinya
bahwa
siswa
mampu
yang
memisahkan
rencana penyelesaian sehingga memungkinkan
siswa dengan regulation of motivation mampu
membuat rencana penyelesaian yang baik.
Pada
tahap
melaksanakan
penyelesaian,
siswa
dengan
motivation
mampu
rencana
regulation
meneraakan
of
beberapa
langkah-langkah yang telah disusun dengan
benar, namun pada langkah tertentu siswa tidak
dapat menemukan hasil akhir yang diperoleh.
Namun, pada kasus tertentu siswa dengan
regulation
of
motivation
dapat
melakukan
perhitungan dengan tepat. Hal ini sesuai dengan
Gambar 1.2 Hasil Pekerjaan Subjek B-20
Pada tahap memahami masalah siswa yang dikatakan oleh Wolters, Pintrich, dan
dengan
regulation
of
motivation
mampu Karabenick (2003) bahwa siswa yang mengatur
mengetahui mengenai informasi-informasi dan motivasinya akan berhenti ketika menemui
merumuskan pertanyaan pada soal dengan benar kesulitan, namun akan berusaha lebih baik untuk
serta mampu
membuat gambar ilustrasi dari selanjutnya. Siswa dengan regulation of motivation
permasalahan. Hal ini disebabkan karena siswa cukup
dengan
regulation
of
motivation
mampu
memeriksa
kembali
hasil
ingin pekerjaannya. Hal ini disebabkan pada tahap
memudahkan pemahaman dari soal cerita yang melaksanakan rencana penyelesaian siswa tidak
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari melalui dapat menemukan jawaban yang benar, sehingga
gambar. Hal ini seperti yang dikatakan Wolters, pada
saat
Pintrich, dan Karabenick (2003) bahwa siswa mengalami
menuliskan
hambatan
kesimpulan
dan
tidak
dengan regulation of motivation menggunakan menuliskan kesimpulan dengan lengkap.
strategi relevance enhancement di mana siswa
7
siswa
dapat
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa seharusnya
menggunakan
balok(V)=p×l×t,
dengan Regulation of Behavior
namun
rumus
volume
sebaliknya
yang
Subjek wawancara untuk kemampuan dituliskan adalah rumus luas permukaan balok
pemecahan masalah dengan regulation of behavior dengan menuliskan V=2(pl+pt+lt). Wawancara
adalah B-05 dan B-33. Berdasarkan hasil analisis, yang dilakukan juga menunjukkan bahwa, siswa
kemampuan pemecahan masalah subjek dengan dengan regulation of behavior harus didampingi
regulation of behavior dapat dideskripsikan sebagai dalam mengerjakan soal berbentuk soal cerita
yang membutuhkan pemikiran yang lebih dalam
berikut.
dalam
menyelesaikannya.
Siswa
dengan
regulation of behavior perlu dibimbing dalam
mencari penyelesaian masalah. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh Wolters, Pintrich, dan
Karabenick
(2003)
perilakunya
membutuhkan
bantuan
teman
guru
belajar
dan
bimbingan
dari
siswa
dalam
guru
yang
dan
mengatur
teman
seperti
sehingga
sangat
diperlukan.
Pada
tahap
melaksanakan
rencana
penyelesaian, siswa dengan regulation of behavior
kurang mampu menerapkan strategi yang tepat
dalam menyelesaikan masalah. Seperti pada soal
nomor 2 dan 3, B-20 tidak dapat memperoleh
jawaban yang benar dikarenakan rumus yang
digunakan tidak tepat. Strategi perhitungan yang
Gambar 1.3 Hasil Pekerjaan Subjek B-05
Pada tahap memahami masalah, siswa diterapkan pada soal nomor juga tidak tepat.
dengan regulation of behavior mampu menuliskan Pada soal nomor 2, B-33 bahkan tidak dapat
apa yang diketahui dan yang ditanyakan dengan mengerjakan dan menerapkan strategi apapun
benar. Namun pada kasus tertentu siswa belum dalam menyelesaikan masalah, sehingga hasil
mampu dalam mengartikan maksud dari soal. pekerjaannya
tidak
tampak.
Berdasarkan
Berdasarkan wawancara, hal ini disebabkan wawancara, hal tersebut disebabkan karena siswa
siswa kurang teliti dalam membaca soal sehingga dengan regulation of behavior kurang tekun dalam
terjadi
kesalahan
merencanakan
penulisan.
penyelesaian,
Pada
siswa
tahap mengerjakan latihan soal yang diberikan seperti
dengan PR atau latihan soal selama pelajaran, sehingga
regulation of behavior menuliskan langkah-langkah siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah,
penyelesaian
namun
langkah-langkah
yang padahal dengan berlatih menyelesaikan masalah
dituliskan belum sesuai. Pada kasus tertentu, yang diberikan makan kemampuan siswa dalam
rumus yang dituliskan tidak tepat seperti terlihat memecahkan masalah akan semakin terlatih. Hal
pada soal nomor 2, dimana subjek B-05 ini seperti yang dikatakan oleh Ozcan (2015)
8
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
bahwa
melalui
aktivitas
latihan
soal
dan tahap
memahami
pekerjaan rumah akan mempengaruhi aktivitas penyelesaian,
dengan
regulation
merencanakan
melaksanakan
rencana
penyelesaian, dan memeriksa kembali termasuk
pemecahan masalah matematikanya.
Siswa
masalah,
of behavior dalam klasifikasi baik. (b) Kemampuan siswa
kurang mampu dalam memeriksa kembali. Hal dengan regulation of motivation pada tahap
ini disebabkan karena pada saat melaksanakan memahami
masalah
dan
merencanakan
rencana, siswa dengan regulation of behavior tidak penyelesaian termasuk dalam klasifikasi baik,
dapat menemukan jawaban yang benar, sehingga sedangkan pada tahap melaksanakan rencana
dalam penulisan kesimpulanpun masih ada yang penyelesaian dan memeriksa kembali termasuk
kurang. Pada soal yang belum diselesaikan dalam klasifikasi cukup. (c) Kemampuan siswa
dengan
lengkap,
B-33
tidak
menuliskan dengan
regulation
of
behavior
pada
tahap
kesimpulan. Pada saat wawancara, B-33 juga memahami masalah termasuk dalam klasifikasi
tidak mampu mencari cara lain dalam menjawab baik dan pada tahap merencanakan penyelesaian
soal yang belum diselesaikan, hal ini berarti B-33 termasuk dalam klasifikasi cukup, sedangkan
tidak melakukan pengecekan terhadap masalah pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian
yang harus diselesaikan karena tidak mengetahui dan
memeriksa
kembali
termasuk
dalam
bagaimana cara memeriksa hasil pekerjaannya. klasifikasi kurang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Widodo DAFTAR PUSTAKA
(2013:
112)
bahwa
mayoritas
siswa
tidak Ansori, H & I. Aulia. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran
Missouri
Mathematics
memeriksa kembali hasil pekerjaannya karena
Project (MMP) Terhadap Kemampuan
tidak mengetahui apa yang harus dilakukan di
Pemecahan Masalah Siswa Di Smp. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(1): 49-58.
bagian ini dan tidak terbiasa melakukan tahap
memeriksa kembali dalam pemecahan masalah. Bokaerts, M., 1996. Self regulated learning at the
junction of cognition and motivation.
European Psychologist, 1(2): 100-112.
PENUTUP
Carson, J. 2007. A ProblemWith Problem
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
Solving: Teaching Thinking Without
kemampuan pemecahan masalah melalui model
Teaching Knowledge. The Mathematics
Educator, 17(2): 7-14.
pembelajaran Missouri Mathematics Project ditinjau
dari Self Regulated Learning diperoleh simpulan Effendi, L.A. 2012. Pembelajaran Matematika
Dengan Metode Penemuan Terbimbing
sebagai berikut. (1) Kemampuan pemecahan
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
masalah siswa pada tes kemampuan pemecahan
Representasi Dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Smp. Jurnal Penelitian
masalah materi kubus dan balok mencapai
Pendidikan, 13(2): 1-10.
ketuntasan klasikal atau proporsi siswa yang
Good, T. L dan D. A Grouws. 1979. The
mencapai nilai minimal 80 lebih dari 75%. (2)
Missouri
Mathematics
Effectiveness
Kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau
Project: An Experimental Study in FourthGrade Classrooms. Journal of Educational
dari self regulated learning dapat disimpulkan
Psychology, 71(3): 355-362. Tersedia di
sebagai berikut. (a) Kemampuan pemecahan
https://www.researchgate.net/publication
/232548678 [ diakses 20 Februari 2016]
masalah siswa dengan regulation of cognition pada
9
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Hidayah, I., dan Sugiarto. 2014. The
Implementattiom of Teacher Leadership
in Mathematic Learning Through A Series
of Productive Question. International
Conference on Mathematics, Science, and
Education.
District. International Journal of Applied
Research, 2(1): 797-799. Tersedia di
http://www.allresearchjournal.com/archi
ves/2016/vol2issue1/PartL/2-1-3.pdf
[diakses 7 Juni 2016]
Slavin, R. E & C.Lake. 2007. Effective Programs in
Indarwahyuni, N. A, Sutinah,
dan A. H.
Elementary Mathematics: A Best-Evidence
Rosyidi. 2014. Profil Kemampuan Siswa
Synthesis. U.S: John Hopkins University.
Kelas IX-F SMPN 1 Bangsal Mojokerto
dalam Memecahkan Masalah Matematika Widodo, S. A. 2013. Analisis Kesalahan dalam
Bentuk Soal Cerita Ditinjau dari
Pemecahan Masalah Divergensi Tipe
Kemampuan Spasial. Jurnal Ilmiah
Membuktikan
pada
Mahasiswa
Pendidikan Matematika,3(1): 128-134.
Matematika.Jurnal
Pendidikan
dan
Pengajaran, 46(2): 106-113.
Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan
Strategi
dalam
Pembelajaran Wolters, Christopher. A., Pintrich, Paul. R., dan
Matematika.Yogyakarta:
Departemen
Karabenick, Stuart. A. 2003. Assessing
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Academic
Self-Regulated
Learning.
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat
Conference on Indicator of Positive
Pengembangan Penataran Guru (PPPG)
Development: ChildTrends, National
Matematika.
Institute of Health.
Marchis, I. 2011. How Mathematics Teachers
Develop Theri Pupils’ Self-Regulated
Learning Skills. Acta Didactica Napocensia.
4(2-3):
9-14.
Tersedia
di
http://dppd.ubbcluj.ro/adn/article_4_23_2.pdf [diakses 2 Juni 2016]
Ozcan, Zeynep Cigdem. 2015. The Relationship
Between Mathematical Problem Solving
Skills and Self Regulated Learning
through
Homework
behaviors,
Motivation,
and
Metacognition.
International Journal of Mathematical
Education in Science and Technology, 2(1):113.
Tersedia
di
http://dx.doi.org/10.1080/0020739X.201
5.1080313 [diakses 1 Juni 2016].
Rohaeti, E.E, Budiyanto, & U. Sumarmo.2014.
Enhancing
Students’
Mathematical
Logical Thinking Ability and SelfRegulated Learning Through ProblemBased Learning. International Journal of
Education, 8(1): 54-63.
Savitri, S. N. 2013. Keefektifan Pembelajaran
Matematika Mengacu Pada Missouri
Mathematcs
Project
Kemampuan
Pemecahan Masalah. Unnes Journal of
Mathematics Education, 2(1): 28-33.
Senthamarai, K.B, Sivapragasam C, &
Senthilkumar R. 2016. A Study on
Problem Solving Ability in Mathematics
of IX Standard Students in Dindigul
10
Unnes Journal of Mathematics Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN MMP (MISSOURI MATHEMATICS PROJECT) DITINJAU
DARI SELF REGULATED LEARNING
J. E. Chrisna , I. Hidayah, E. Pujiastuti
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, 50229
Info Artikel
Abstrak
________________
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan klasikal kemampuan
pemecahan masalah siswa melalui model pembelajaran MMP dan deskripsi
kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari self regulated learning. Penelitian
ini adalah penelitian mixed methods dengan populasi siswa kelas VIII SMP 1 Ungaran
tahun pelajaran 2015/2016, dengan sampel siswa kelas VIII B dan terpilih 6 subjek
penelitian dari kelas tersebut dengan kategori siswa dengan regulation of cognition (RC),
regulation of motivation (RM), dan regulation of behavior (RB). Pengumpulan data
dilakukan dengan tes, angket, dan wawancara. Analisis kemampuan pemecahan
masalah mengacu pada tahap pemecahan masalah Polya yang meliputi memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan
memeriksa kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemecahan
masalah pada model MMP mencapai ketuntasan klasikal; (2) kemampuan pemecahan
masalah siswa RC pada keempat tahap Polya terklasifikasi baik; (3) siswa RM
terklasifikasi baik pada tahap memahami masalah dan merencanakan dan
terklasifikasi cukup pada dua tahap lainnya; (4) siswa RB terklasifikasi baik pada tahap
memahami masalah dan cukup pada merencanakan penyelesaian dan terklasifikasi
kurang pada dua tahap lainnya.
SejarahArtikel:
Diterima:
Disetujui:
Dipublikasikan:
________________
Kata Kunci:
Analisis; Kemampuan
pemecahan masalah; Self
Regulate Learning; Missouri
Mathematics Project
____________________
Abstract
The purpose of the study are to determine the classical completeness problem solving ability of
students through learning model MMP and description of the problem solving ability of students
in terms of self-regulated learning. This study is a mixed methods study population eighth grade
students of SMP 1 Ungaran on the academic year 2015/2016, with a sample of students in class
VIII B and selected six subjects of the class with the student category with the regulation of
cognition (RC), regulation of motivation (RM ), and the regulation of behavior (RB). The data
collection is done with the tests, questionnaires, and interviews. Analysis of problem-solving
ability refers to the stage Polya’s problem solving that involves understanding the problem,
devising a plan, carrying out the plan, and looking back. The results showed that (1) the ability of
problem solving on MMP achieve mastery of classical completeness; (2) problem solving ability of
RC students on the fourth phase of Polya classified good; (3) students RM classified good at the
stage of understanding the problem and devising a plan and classified quite in the other two
stages; (4) RB students classified good at the stage of understanding the problem and quite at
devising a plan and classified less on the other two stages.
Alamat korespondensi:
E-mail: [email protected]
© 2016 Universitas Negeri Semarang
p-ISSN 2252-6927
e-ISSN 2460-5840
1
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Kemampuan
PENDAHULUAN
pemecahan
masalah
Matematika merupakan salah satu mata menjadi salah satu aspek yang penting dalam
pelajaran yang dipelajari dari jenjang SD, SMP, kehidupan karena dapat membantu seseorang
sampai SMA. Matematika menjadi salah satu dalam menyelesaikan masalah kehidupan seharimata pelajaran utama karena merupakan disiplin hari, oleh karena itu kemampuan siswa dalam
ilmu
yang
mendasari
Pembelajaran
lainnya. memecahkan masalah perlu untuk
ilmu-ilmu
matematika
ini
tidak
hanya Namun,
pada
kenyataanya
berguna dalam hal akademik saja, tetapi dengan pemecahan masalah
dilatih.
kemampuan
siswa masih rendah.
belajar matematika maka dapat meningkatkan Berdasarkan data yang ditunjukkan dari PISA,
kemampuan berpikir dan kemampuan dalam Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65
memecahkan masalah sehari-hari. Hal ini sejalan negara pada tahun 2012. Padahal, sebagian soaldengan dengan salah satu tujuan pembelajaran soal dari PISA merupakan soal pemecahan
matematika
menurut
No.22 masalah. Selain data tersebut, berdasarkan hasil
Permendiknas
Tahun 2006 yaitu memecahkan masalah yang wawancara
meliputi
kemampuan
merancang
memahami
dengan
guru
pengampu
mata
masalah, pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 1
matematika, Ungaran menunjukkan bahwa kemampuan siswa
pendekatan
menyelesaikan pendekatan, dan menafsirkan dalam meyelesaikan masalah belum sepenuhnya
baik terlebih saat dihadapkan dengan soal cerita
solusi yang diperoleh.
Senthamarai et al. (2016) mengemukakan yang membutuhkan pemikiran lebih tinggi dalam
bahwa pemecahan masalah merupakan jantung menyelesaikannya.
Keberhasilan
dari matematika sehingga dalam pembelajaran
matematika
penting
untuk
pembelajaran
di
kelas
mengembangkan ditunjang oleh berbagai macam komponen,
kemampuan memecahkan masalah matematika selain pendidik dan siswa sebagai komponen
dan menemukan solusi dari permasalahan sehari- utama, pemilihan model pembelajaran juga
hari. Selanjutnya, Russefendi (Effendi, 2012) menjadi
sangat
penting
dalam
mencapai
mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan keberhasilan pembelajaran di kelas. Salah satu
masalah amat penting dalam matematika, bukan model
pembelajaran
saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mengoptimalkan
mendalami
melainkan
atau
juga
mempelajari
bagi
mereka
menguraikan
kemampuan
mampu
pemecahan
matematika, masalah adalah model pembelajaran Missouri
yang
akan Mathematics Project (MMP). Krismanto (2003)
menerapkannya dalam bidang studi lain. Polya mengemukakan
(1973)
yang
langkah-langkah
langkah-langkah
model
dalam pembelajaran MMP adalah review, development,
memecahkan masalah ke dalam empat tahap latihan terkontrol, seatwork, dan penugasan.
yaitu (1) understanding the problem (memahami Good & Grouws (1979) menyatakan bahwa
masalah), (2) devising a plan (merencanakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
penyelesaian),
(3)
carrying
out
the
plan difokuskan
pada
bagaimana
perilaku
guru
(melaksanakan rencana penyelesaian), dan (4) berdampak pada pencapaian belajar siswa yang
looking back (memeriksa kembali).
lebih baik. Selanjutnya, Ansori dan Aulia (2015)
2
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
mengemukakan bahwa model ini bertujuan terdiri dari tiga strategi. Melalui self regulated
untuk
melatih
keterampilan
siswa
dalam learning yang berbeda maka akan menghasilkan
berbagai macam soal salah satunya soal berbasis kemampuan pemecahan masalah yang juga
masalah pada latihan terkontrol dan seatwork. berbeda.
Pendapat tersebut juga didukung oleh Slavin &
Kemampuan pemecahan masalah siswa
Lake (2007) bahwa MMP merupakan program yang belum optimal perlu dikaji lebih lanjut.
yang didesain untuk membantu guru secara Dalam
rangka
efektif menggunakan latihan-latihan agar siswa pemecahan
meningkatkan
masalah,
maka
kemampuan
guru
harus
mendapatkan prestasi yang lebih baik. Melalui mengetahui model pembelajaran yang tepat
latihan terkontrol dan seatwork yang terdiri dari dapat diterapkan di kelas dan
deskripsi dari
soal-soal berbasis masalah maka siswa akan kemampuan pemecahan masalah untuk setiap
memiliki
kemampuan
dalam
memecahkan kategori self regulated learning. Deskripsi ini
masalah.
diharapkan
dapat
Selain model pembelajaran, faktor yang mengoptimalkan
membantu
guru
kemampuan
dalam
pemecahan
yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan masalah siswa.
pembelajaran matematika adalah self-regulated
Berdasarkan
uraian
tersebut
maka
learning. Self-regulated learning dapat diartikan peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
sebagai pengaturan diri siswa dalam proses dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan
pembelajarannya
untuk
mencapai
tujuan Masalah
Melalui Model Pembelajaran MMP
belajarnya Rohaeti, et al (2014) mengatakan (Missouri Mathematics Project) Ditinjau dari Self
bahwa ada beberapa variabel dalam proses Regulated Learning”. Tujuan penelitian ini adalah
pembelajaran
yang
mampu
mempengaruhi (1)
untuk
kemampuan matematikanya salah satunya yaitu kemampuan
mengetahui
pemecahan
ketuntasan
klasikal
masalah
melalui
self-regulated learning. Menurut Marchis (2011: 9) penerapan model pembelajaran MMP (Missouri
seorang self regulated learners akan menganalisis Mathematics Project); (2) untuk mengetahui hasil
tugas (memahami masalah; mengidentifikasi analisis
kemampuan
pemecahan
masalah
data yang diketahui, data yang tidak diketahui melalui model pembelajaran MMP ditinjau dari
dan
hubungan
menyelesaikan
hasilnya.
antara
masalah,
Berdasarkan
data
dan
tersebut), Self Regulated Learning.
mengevaluasi METODE
beberapa
pendapat
Jenis penelitian yang digunakan adalah
tersebut, dapat disimpulkan bahwa self regulated mixed methods atau metode penelitian kombinasi.
learning mempunyai peran tersendiri dalam Desain penelitian yang digunakan adalah desain
menunjang kemampuan pemecahan masalah concurrent embeded. Populasi dalam penelitian ini
siswa. Wolters, Pintrich, dan Karabenick (2003) adalah siswa kelas VIII SMP 1 Ungaran tahun
mengkategorikan self regulated learning menjadi ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dalam
tiga yaitu regulation of cognition yang terdiri dari penelitian
ini
menggunakan
teknik
cluster
empat strategi, regulation of motivation yang terdiri sampling dan terpilih siswa kelas VIII B serta 6
dari tujuh strategi, dan regulation of behavior yang subjek penelitian menggunakan teknik purposive
3
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
sampling dipilih 6 subjek penelitian yang diambil normal atau tidak. Hasil output uji normalitas
berdasarkan angket self regulated learning dan hasil disajikan pada Tabel 1.1.
tes kemampuan pemecahan masalah.
Instrumen pada penelitian ini adalah
angket self regulated learning yang diadopsi dari
Wolters, et al (2003) dan sudah terstandarisasi,
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah,
dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah tes dan wawancara.
Analisis data kuantatif menggunakan uji Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 16.00
proporsi untuk menguji ketuntasan klasikal hasil diperoleh nilai sig. adalah 0,07. Karena nilai sig.
tes kemampuan pemecahan masalah melalui = 0,07 > 0,05, dapat disimpulkan data hasil tes
model pembelajaran Missouri Mathematics Project. kemampuan pemecahan masalah kelas VIIB
Sedangkan analisis data kualitatif meliputi: (1) berdistribusi normal.
reduksi data, (2) penyajian data, (3) verifikasi/
penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan
Uji
ketuntasan
kalasikal
digunakan
data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dilakukan untuk mengetahui apakah proporsi
dengan membandingkan hasil tes kemampuan siswa yang mendapat nilai pada tes kemampuan
pemecahan
maslah
siswa
dengan
hasil pemecahan
wawancara.
pembelajaran
mencapai
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan
tersebut
kemampuan
pemecahan masalah kelas VIII B
berdistribusi
sehingga
dapat
bahwa
disimpulkan
terdapat
≥75%
KKM, maka
siswa
yang
telah
dapat disimpulkan
kemampuan pemecahan masalah siswa tuntas
untuk
tes
menunjukkan
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas
uji
memenuhi
digunakan
ini
dan
untuk KI-3 dan KI-4 suatu kelas dikatakan tuntas
kemudian
normalitas
hasil
ketuntasan
No. 81 A Tahun 2013 yang menetapkan bahwa
ketuntasan klasikal.
apakah
Uji
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit. Data hasil tes
mengetahui
75%.
Project
mencapai ketuntasan secara klasikal. Berdasarkan
kemampuan pemecahan masalah dengan alokasi
normalitas
Mathematics
pada
model pembelajaran Missouri Mathematics Project
empat kali tatap muka dan satu kali tes
Uji
80
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
berlangsung selama lima kali pertemuan dengan
masalah
hal
,
Mathematics Project. Pelaksanaan pembalajaran
uji
dari
dengan
,
B menggunakan model pembelajaran Missouri
dengan
dari
diperoleh
adalah kelas VIII B. Pembelajaran pada kelas VIII
dianalisis
Missouri
lebih
Kelas penelitian pada penelitian ini
pemecahan
lebih
menggunakan uji z. Berdasarkan perhitungan
Hasil dan Pembahasan Kuantitatif
kemampuan
masalah
belajarnya atau mencapai ketuntasan klasikal
sesuai dengan yang ditetapkan.
4
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Salah satu faktor yang mendukung hasil Hasil dan Pembahasan Kualitatif
tes
kemampuan
pemecahan
masalah
siswa
Berdasarkan hasil angket self regulated
mencapai ketuntasan belajar adalah pembelajaran learning dan tes kemampuan pemecahan masalah
dengan model MMP. MMP merupakan program terpilih 6 subjek penelitian yaitu 2 siswa dengan
yang didesain untuk membantu guru secara regulation of cognition, 2 siswa dengan regulation of
efektif menggunakan latihan-latihan agar siswa motivation, dan 2 siswa dengan regulation of
mendapatkan prestasi yang lebih baik (Slavin & behavior.
Lake, 2007: 31). Siswa akan terbiasa dan terampil
Kemampuan pemecahan masalah dalam
dalam menyelesaikan masalah melalui latihan- tiap tahap pemecahan masalah menurut Polya
latihan berbasis masalah yang diberikan sehingga diklasifikasikan
ke
dalam
tiga
klasifikasi
siswa akan memiliki kemampuan pemecahan penilaian menurut Indarwahyuni, et al. (2014)
masalah yang baik. Hasil penelitian Savitri (2013) yaitu baik, cukup, dan kurang. Kemampuan
juga
menunjukkan
bahwa
melalui
model Pemecahan masalah untuk tiap self regulated
pembelajaran MMP, kemampuan pemecahan learning disajikan pada Tabel 1.2 sebagai berikut.
masalah
siswa
klasikal.
Selain
pembelajaran
mencapai
ketuntasan
secara
itu,
dalam
penelitian
dengan
model
MMP
dengan alat peraga manipulatif
Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa
Self
Tahap
Regulated Subjek Pemecahan Klasifikasi
Learning
Masalah
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Baik
Regulatio
B-11
Penyelesaian
n of
dan BMelaksanakan
Cognition
29
Rencana
Baik
Penyelesaian
Memeriksa
Baik
Kembali
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Regulatio
Baik
B-20
Penyelesaian
n of
dan BMotivatio
Melaksanakan
22
n
Cukup
Rencana
Penyelesaian
Memeriksa
Cukup
Kembali
Memahami
Baik
Masalah
Merencanaka
n
Cukup
Regulatio
B-05
Penyelesaian
n of
dan BMelaksanakan
Behavior
33
Rencana
Kurang
Penyelesaian
Memeriksa
Kurang
Kembali
ini,
dibantu
dan tahap
pemecahan masalah menurut Polya. Alat peraga
manipulatif
ini
membantu
siswa
dalam
menggambarkan objek-objek abstrak ke dalam
objek nyata. Selain itu, penggunaan alat peraga
manipulatif membantu guru dalam memberikan
stimulus
kepada
siswa
agar siswa
mampu
menemukan konsep dan prinsip (Hidayah &
Sugiarto, 2014: 201), yang nantinya dapat
diterapkan
dalam
matematika.
memecahkan
masalah
pemecahan
masalah
Tahap
menurut Polya membantu siswa agar lebih
mudah
dalam
matematika,
pemecahan
menyelesaikan
hal
ini
masalah
masalah
dikarenakan
menurut
Polya
tahap
lebih
sederhana sehingga lebih mudah diterapkan
untuk siswa SMP. Carson (2007: 8) mengatakan
bahwa tahap pemecahan masalah menurut Polya
sebagian
besar
terkait
dengan
pemecahan
masalah matematika sehingga memungkinkan
siswa mampu memecahkan masalah matematika.
5
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
siswa dengan regulation of cogniton mampu
Kemampuan pemecahan masalah siswa menyebutkan
dalam model pembelajaran Missouri Mathematics digunakan
Project untuk tiap self
langkah-langkah
dalam
yang
menyelesaikan
akan
masalah
regulated learning dapat dengan urut saat wawancara.
Pada tahap melaksanakan rencana siswa
dideskripsikan sebagai berikut.
Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa dengan
regulation
of
cognition
mampu
melaksanakan rencana yang telah disusun dan
dengan Regulation of Cognition
Subjek wawancara untuk kemampuan menerapkan
pemecahan masalah dengan regulation of coginiton memperoleh
strategi
yang
benar
jawaban
dan
juga
dalam
mampu
adalah B-11 dan B-29. Berdasarkan hasil analisis, menerapkan rumus yang telah disusun. Hal ini
kemampuan pemecahan masalah subjek dengan disebabkan karena siswa terbiasa belajar dengan
regulation of coginiton dapat dideskripsikan sebagai latihan-latihan soal baik di dalam kelas maupun
di luar kelas, sehingga aturan-aturan dalam
berikut.
menyelesaikan masalah sebelumnya diterapkan
kembali untuk memecahkan masalah yang
diberikan. Seperti yang dikatakan oleh Boekaerts
(1996) bahwa siswa yang mengatur kognisinya
akan menggunakan kembali aturan-aturan yang
pernah
diterapkan
sehingga
memungkinkan
untuk menyelesaikan masalah dengan benar.
Pada tahap memeriksa kembali siswa dengan
regulation of cognition mampu memeriksa kembali
Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan Subjek B-11
jawaban yang diperolehnya dengan apa yang
Pada tahap memahami masalah, siswa
ditanyakan melalui kesimpulan yang ditulis dan
dengan regulation of cognition mampu mengetahui
informasi-informasi
ditanyakan
pada
yang
masalah
diketahui
serta
mampu
dan
Boekaerts (1996) bahwa siswa yang mengatur
kognisinya
dan Karabenick (2003) mengemukakan bahwa
rencana yang telah disusun.
untuk
Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa
memahami suatu permasalahan dengan cara
dengan Regulation of Motivation
mengubah ke dalam kalimat atau bahasanya
Subjek wawancara untuk kemampuan
sendiri sehingga memungkinkan siswa untuk
mengetahui
maksud
dan
tujuan
pemantauan
mampu mengecek hasil yang diperoleh melalui
mengubah materi ke dalam kata-kata sendiri. Hal
terbiasa
melakukan
ini berarti siswa dengan regulation of cognition
strategi elaborasi dimana siswa belajar dengan
siswa
mampu
terhadap kemajuan dan hasil yang diperoleh. Hal
siswa dengan regulation of cognition menggunakan
bahwa
yang
benar. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
kalimat dan bahasa sendiri. Wolters, Pintrich,
berarti
perhitungan
dilakukannya sehingga memperoleh hasil yang
mampu
menjelaskan maksud dari masalah menggunakan
ini
memeriksa
pemecahan
dari
masalah
dengan
regulation
of
motivation adalah B-20 dan B-22. Berdasarkan
permasalahan. Pada tahap menyusun rencana,
6
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
hasil analisis, kemampuan pemecahan masalah meningkatkan
kebermaknaan
sebuah
tugas
subjek dengan regulation of motivation dapat dengan menghubungkan ke kehidupan atau
minat
dideskripsikan sebagai berikut.
pribadi.
Pada
tahap
merencanakan
penyelesaian siswa dengan regulation of motivation
mampu membuat langkah-langkah yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal dengan
urut dan lengkap. Subjek B-20 bahkan mampu
menuliskan
secara
rencana
penyelesaian
simbol
untuk
rinci
mengenai
dengan
urutan
menggunakan
menyederhanakan
langkah
penyelesaian. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh
Boekaerts
mengatur
(1996)
motivasinya
bahwa
siswa
mampu
yang
memisahkan
rencana penyelesaian sehingga memungkinkan
siswa dengan regulation of motivation mampu
membuat rencana penyelesaian yang baik.
Pada
tahap
melaksanakan
penyelesaian,
siswa
dengan
motivation
mampu
rencana
regulation
meneraakan
of
beberapa
langkah-langkah yang telah disusun dengan
benar, namun pada langkah tertentu siswa tidak
dapat menemukan hasil akhir yang diperoleh.
Namun, pada kasus tertentu siswa dengan
regulation
of
motivation
dapat
melakukan
perhitungan dengan tepat. Hal ini sesuai dengan
Gambar 1.2 Hasil Pekerjaan Subjek B-20
Pada tahap memahami masalah siswa yang dikatakan oleh Wolters, Pintrich, dan
dengan
regulation
of
motivation
mampu Karabenick (2003) bahwa siswa yang mengatur
mengetahui mengenai informasi-informasi dan motivasinya akan berhenti ketika menemui
merumuskan pertanyaan pada soal dengan benar kesulitan, namun akan berusaha lebih baik untuk
serta mampu
membuat gambar ilustrasi dari selanjutnya. Siswa dengan regulation of motivation
permasalahan. Hal ini disebabkan karena siswa cukup
dengan
regulation
of
motivation
mampu
memeriksa
kembali
hasil
ingin pekerjaannya. Hal ini disebabkan pada tahap
memudahkan pemahaman dari soal cerita yang melaksanakan rencana penyelesaian siswa tidak
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari melalui dapat menemukan jawaban yang benar, sehingga
gambar. Hal ini seperti yang dikatakan Wolters, pada
saat
Pintrich, dan Karabenick (2003) bahwa siswa mengalami
menuliskan
hambatan
kesimpulan
dan
tidak
dengan regulation of motivation menggunakan menuliskan kesimpulan dengan lengkap.
strategi relevance enhancement di mana siswa
7
siswa
dapat
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Kemampuan Pemecahan Masalah untuk siswa seharusnya
menggunakan
balok(V)=p×l×t,
dengan Regulation of Behavior
namun
rumus
volume
sebaliknya
yang
Subjek wawancara untuk kemampuan dituliskan adalah rumus luas permukaan balok
pemecahan masalah dengan regulation of behavior dengan menuliskan V=2(pl+pt+lt). Wawancara
adalah B-05 dan B-33. Berdasarkan hasil analisis, yang dilakukan juga menunjukkan bahwa, siswa
kemampuan pemecahan masalah subjek dengan dengan regulation of behavior harus didampingi
regulation of behavior dapat dideskripsikan sebagai dalam mengerjakan soal berbentuk soal cerita
yang membutuhkan pemikiran yang lebih dalam
berikut.
dalam
menyelesaikannya.
Siswa
dengan
regulation of behavior perlu dibimbing dalam
mencari penyelesaian masalah. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh Wolters, Pintrich, dan
Karabenick
(2003)
perilakunya
membutuhkan
bantuan
teman
guru
belajar
dan
bimbingan
dari
siswa
dalam
guru
yang
dan
mengatur
teman
seperti
sehingga
sangat
diperlukan.
Pada
tahap
melaksanakan
rencana
penyelesaian, siswa dengan regulation of behavior
kurang mampu menerapkan strategi yang tepat
dalam menyelesaikan masalah. Seperti pada soal
nomor 2 dan 3, B-20 tidak dapat memperoleh
jawaban yang benar dikarenakan rumus yang
digunakan tidak tepat. Strategi perhitungan yang
Gambar 1.3 Hasil Pekerjaan Subjek B-05
Pada tahap memahami masalah, siswa diterapkan pada soal nomor juga tidak tepat.
dengan regulation of behavior mampu menuliskan Pada soal nomor 2, B-33 bahkan tidak dapat
apa yang diketahui dan yang ditanyakan dengan mengerjakan dan menerapkan strategi apapun
benar. Namun pada kasus tertentu siswa belum dalam menyelesaikan masalah, sehingga hasil
mampu dalam mengartikan maksud dari soal. pekerjaannya
tidak
tampak.
Berdasarkan
Berdasarkan wawancara, hal ini disebabkan wawancara, hal tersebut disebabkan karena siswa
siswa kurang teliti dalam membaca soal sehingga dengan regulation of behavior kurang tekun dalam
terjadi
kesalahan
merencanakan
penulisan.
penyelesaian,
Pada
siswa
tahap mengerjakan latihan soal yang diberikan seperti
dengan PR atau latihan soal selama pelajaran, sehingga
regulation of behavior menuliskan langkah-langkah siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah,
penyelesaian
namun
langkah-langkah
yang padahal dengan berlatih menyelesaikan masalah
dituliskan belum sesuai. Pada kasus tertentu, yang diberikan makan kemampuan siswa dalam
rumus yang dituliskan tidak tepat seperti terlihat memecahkan masalah akan semakin terlatih. Hal
pada soal nomor 2, dimana subjek B-05 ini seperti yang dikatakan oleh Ozcan (2015)
8
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
bahwa
melalui
aktivitas
latihan
soal
dan tahap
memahami
pekerjaan rumah akan mempengaruhi aktivitas penyelesaian,
dengan
regulation
merencanakan
melaksanakan
rencana
penyelesaian, dan memeriksa kembali termasuk
pemecahan masalah matematikanya.
Siswa
masalah,
of behavior dalam klasifikasi baik. (b) Kemampuan siswa
kurang mampu dalam memeriksa kembali. Hal dengan regulation of motivation pada tahap
ini disebabkan karena pada saat melaksanakan memahami
masalah
dan
merencanakan
rencana, siswa dengan regulation of behavior tidak penyelesaian termasuk dalam klasifikasi baik,
dapat menemukan jawaban yang benar, sehingga sedangkan pada tahap melaksanakan rencana
dalam penulisan kesimpulanpun masih ada yang penyelesaian dan memeriksa kembali termasuk
kurang. Pada soal yang belum diselesaikan dalam klasifikasi cukup. (c) Kemampuan siswa
dengan
lengkap,
B-33
tidak
menuliskan dengan
regulation
of
behavior
pada
tahap
kesimpulan. Pada saat wawancara, B-33 juga memahami masalah termasuk dalam klasifikasi
tidak mampu mencari cara lain dalam menjawab baik dan pada tahap merencanakan penyelesaian
soal yang belum diselesaikan, hal ini berarti B-33 termasuk dalam klasifikasi cukup, sedangkan
tidak melakukan pengecekan terhadap masalah pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian
yang harus diselesaikan karena tidak mengetahui dan
memeriksa
kembali
termasuk
dalam
bagaimana cara memeriksa hasil pekerjaannya. klasifikasi kurang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Widodo DAFTAR PUSTAKA
(2013:
112)
bahwa
mayoritas
siswa
tidak Ansori, H & I. Aulia. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran
Missouri
Mathematics
memeriksa kembali hasil pekerjaannya karena
Project (MMP) Terhadap Kemampuan
tidak mengetahui apa yang harus dilakukan di
Pemecahan Masalah Siswa Di Smp. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(1): 49-58.
bagian ini dan tidak terbiasa melakukan tahap
memeriksa kembali dalam pemecahan masalah. Bokaerts, M., 1996. Self regulated learning at the
junction of cognition and motivation.
European Psychologist, 1(2): 100-112.
PENUTUP
Carson, J. 2007. A ProblemWith Problem
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
Solving: Teaching Thinking Without
kemampuan pemecahan masalah melalui model
Teaching Knowledge. The Mathematics
Educator, 17(2): 7-14.
pembelajaran Missouri Mathematics Project ditinjau
dari Self Regulated Learning diperoleh simpulan Effendi, L.A. 2012. Pembelajaran Matematika
Dengan Metode Penemuan Terbimbing
sebagai berikut. (1) Kemampuan pemecahan
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
masalah siswa pada tes kemampuan pemecahan
Representasi Dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Smp. Jurnal Penelitian
masalah materi kubus dan balok mencapai
Pendidikan, 13(2): 1-10.
ketuntasan klasikal atau proporsi siswa yang
Good, T. L dan D. A Grouws. 1979. The
mencapai nilai minimal 80 lebih dari 75%. (2)
Missouri
Mathematics
Effectiveness
Kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau
Project: An Experimental Study in FourthGrade Classrooms. Journal of Educational
dari self regulated learning dapat disimpulkan
Psychology, 71(3): 355-362. Tersedia di
sebagai berikut. (a) Kemampuan pemecahan
https://www.researchgate.net/publication
/232548678 [ diakses 20 Februari 2016]
masalah siswa dengan regulation of cognition pada
9
J. E. Chrisna et al. / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (3) (2015)
Hidayah, I., dan Sugiarto. 2014. The
Implementattiom of Teacher Leadership
in Mathematic Learning Through A Series
of Productive Question. International
Conference on Mathematics, Science, and
Education.
District. International Journal of Applied
Research, 2(1): 797-799. Tersedia di
http://www.allresearchjournal.com/archi
ves/2016/vol2issue1/PartL/2-1-3.pdf
[diakses 7 Juni 2016]
Slavin, R. E & C.Lake. 2007. Effective Programs in
Indarwahyuni, N. A, Sutinah,
dan A. H.
Elementary Mathematics: A Best-Evidence
Rosyidi. 2014. Profil Kemampuan Siswa
Synthesis. U.S: John Hopkins University.
Kelas IX-F SMPN 1 Bangsal Mojokerto
dalam Memecahkan Masalah Matematika Widodo, S. A. 2013. Analisis Kesalahan dalam
Bentuk Soal Cerita Ditinjau dari
Pemecahan Masalah Divergensi Tipe
Kemampuan Spasial. Jurnal Ilmiah
Membuktikan
pada
Mahasiswa
Pendidikan Matematika,3(1): 128-134.
Matematika.Jurnal
Pendidikan
dan
Pengajaran, 46(2): 106-113.
Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan
Strategi
dalam
Pembelajaran Wolters, Christopher. A., Pintrich, Paul. R., dan
Matematika.Yogyakarta:
Departemen
Karabenick, Stuart. A. 2003. Assessing
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Academic
Self-Regulated
Learning.
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat
Conference on Indicator of Positive
Pengembangan Penataran Guru (PPPG)
Development: ChildTrends, National
Matematika.
Institute of Health.
Marchis, I. 2011. How Mathematics Teachers
Develop Theri Pupils’ Self-Regulated
Learning Skills. Acta Didactica Napocensia.
4(2-3):
9-14.
Tersedia
di
http://dppd.ubbcluj.ro/adn/article_4_23_2.pdf [diakses 2 Juni 2016]
Ozcan, Zeynep Cigdem. 2015. The Relationship
Between Mathematical Problem Solving
Skills and Self Regulated Learning
through
Homework
behaviors,
Motivation,
and
Metacognition.
International Journal of Mathematical
Education in Science and Technology, 2(1):113.
Tersedia
di
http://dx.doi.org/10.1080/0020739X.201
5.1080313 [diakses 1 Juni 2016].
Rohaeti, E.E, Budiyanto, & U. Sumarmo.2014.
Enhancing
Students’
Mathematical
Logical Thinking Ability and SelfRegulated Learning Through ProblemBased Learning. International Journal of
Education, 8(1): 54-63.
Savitri, S. N. 2013. Keefektifan Pembelajaran
Matematika Mengacu Pada Missouri
Mathematcs
Project
Kemampuan
Pemecahan Masalah. Unnes Journal of
Mathematics Education, 2(1): 28-33.
Senthamarai, K.B, Sivapragasam C, &
Senthilkumar R. 2016. A Study on
Problem Solving Ability in Mathematics
of IX Standard Students in Dindigul
10