Hal hal yang Tentang Jepang




Gallery

Photos On Japan

Blog Archive


▼ 2011 (5)
o ▼ April (2)


Hal Yang Harus Diketahui Tentang Jepang



EMPIRE JC SHONEN AI FANFIC COMPETITION 2011

o ► Maret (3)



► 2010 (14)

Categoriez
Band/Artist Biography (7) Discography (3) Jepang (2) Laruku Biography (1) Manga (1)
Software (1)

Features
Naruto Logo Creator
Bleach Logo Creator
Your Name In Japan
Syllabary Translator

About EMPIRE JC
EMPIRE JAPAN CLUB *dengan huruf besar semua* adalah sebuah komunitas pecinta semua
kebudayaan, life style, dan entertaiment negara matahari terbit dengan berorientasi kerajaan
agung yang dipimpin oleh seorang Ratu, The Queen. Terdiri dari 7 orang Knights yang siap
melayani dan mengabdi pada The Queen dan 57 orang Outter yang setia mendampingi Sang
Ratu yang tersebar diantara 7 Devisi pilihan. Mempunyai misi untuk lebih berkembang dan

sukses lebih dari komunitas manapun, saat ini kami telah mengembangkan sayap untuk merekrut
anggota inti yang tak berkhianat, setia dan cerdas dalam berbagai hal. Contramundi (Sang
Pendosa) adalah sebutan kami untuk siapapun yang tak sepaham dengan kami. EMPIRE JC
membuka diri pada siapapun yang mau berkembang. Kami tidak menerima ORANG YANG
SOK SUCI, SOK POLOS, MERASA DIRINYA PALING BENAR, TAK PUNYA PENDIRIAN
DAN GEMAR MENEBAR FITNAH. Persahabatan bagi kami disimbolkan oleh THE QUEEN,
tak ada persahabatan yang abadi, yang abadi hanyalah pengabdian. 7 Devisi yang diakui THE
QUEEN adalah: -ANIME DEVISION -JBAND DEVISION -ROULETTE DEVISION
-TEATHRE AND ACT DEVISION -TECH N HACK DEVISION -FANFIC DEVISION
-COSPLAY DEVISION

Hal Yang Harus Diketahui Tentang Jepang
1 Zaman di Jepang
Pada dasarnya, Jepang memiliki banyak jaman sesuai dengan perubahan masa dan kekuasaan. Namun,
secara garis besar Jepang dibagi menjadi 5 periode. Periode tersebut meliputi

1. Abad kuno atau disebut dengan ‘Kodai’. Periode ini meliputi zaman primitif / Genshi Jidai (abad
ke-3), zaman Yamato (592), zaman Nara (710), dan zaman Hei An (794-1192)

2. Abad pertengahan atau disebut dengan ‘Chuusei’ yang meliputi zaman Kamakura (1192-1333),

zaman Muromachi (1334-1573), dan zaman Azuchi Momoyama (1573-1603)

3. Abad pra modern atau ‘Kinsei’ yang dimulai dengan zaman Edo (1603-1868)
4. Abad modern atau ’Kindai’. Pada periode Jepang banyak mengalami perubahan dan mulai
dikenal dunia luar. Zaman yan sering dibicarakan ini dikenal dengan zaman Meiji (1868-1912)

5. Dewasa ini atau lebih dikenal dengan ‘Gendai’. Periode ini meliputi zaman Taisho (1912-1926),
zaman Showa (1926-1991), dan zaman Heisei (1991-sekarang)
Dalam perputaran tiap zaman, Jepang juga mengalami perubahan kebudayaan. Namun, perubahan yang
paling besar (meliputi sosial dan politik) adalah saat terjadinya ‘Restorasi Meiji’. Pada saat itu, Jepang
dipaksa untuk kembali membuka diri untuk negara luar.
2 Nama-nama orang Jepang
Sejarah

Penggunaan

Nama

Keluarga


Sebelum zaman Meiji (1868-1912), penggunaan nama keluarga adalah sesuatu yang jarang dilakukan
kecuali oleh keluarga samurai, bangsawan, pedagang, dan pekerja seni. Rakyat jelata yang menjadi
mayoritas masyarakat pada saat itu ditunjukkan oleh nama pemberian mereka dan wilayah tempat
mereka berasal. Selama berlangsungnya zaman Meiji, pemerintah bakufu dengan pengesahan dari
Tenno Meiji menjadikan penggunaan nama keluarga ini wajib bagi setiap orang dan mereka harus
memilih nama keluarga dari daftar huruf kanji yang belum disahkan seperti sekarang.

Karakteristik

Nama

Keluarga

Mayoritas nama keluarga Jepang terdiri dari satu atau dua kanji yang sebagian besar merupakan
petunjuk geografis seperti sungai (kawa), gunung (yama), atau hutan (mori) juga kata sifat yang
menggambarkan sesuatu yang mudah dihafal seperti kanji satu (ichi), kecil (koba), atau bambu (take).
Nama keluarga muncul dengan beragam frekuensi di beberapa daerah; contohnya, nama keluarga
Chinen ( 知 念 ), Higa ( 比 嘉 ), dan Shimabukuro ( 島 袋 ) sangat umum di Okinawa tapi tidak di daerah;
sebagian besar karena perbedaan bahasa dan budaya antara orang Yamato (kelompok etnis asli
dominan di Jepang) dan orang Okinawa. Di Jepang, memanggil seseorang dengan nama keluarga

bahkan di antara teman menjadi sebuah kebiasaan. Sama ketika menulis nama seseorang, nama
keluarga selalu disimpan sebelum nama pemberian (nama depan). Banyak orang Jepang yang
tersinggung ketika nama depan dan nama belakang mereka dipertukarkan seenaknya.
Berdasarkan Kamus Nama Keluarga Jepang (日本苗字大辞典) yang dikeluarkan Juli 1996, terdapat
291.129 nama keluarga yang berbeda di Jepang. Jika nama-nama keluarga tersebut dilafalkan atau
dilatinkan sama tapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda maka dihitung sebagai nama keluarga yang
berbeda pula, dari sini dipercaya terdapat kira-kira 300.000 nama keluarga di Jepang. Sepuluh nama
keluarga dipakai sekitar 10% populasi, dan 7000 nama keluarga yang paling sering dipakai melingkupi
lebih dari 96%. Sedangkan, 100 nama keluarga yang paling sering digunakan di bawah melingkupi
hampir satu pertiga populasi. Berikut adalah keseratus satu nama tersebut:
1. Sato memiliki arti "wisteria bantuan" (佐藤)
2. Suzuki memiliki arti "pohon lonceng kecil" (鈴木)
3. Takahashi memiliki arti "jembatan tinggi" (高橋)
4. Tanaka memiliki arti "tengah sawah" (田中)

5. Watanabe memiliki arti "batas seberang" (渡辺)
6. Ito memiliki arti "wisteria itu" (伊藤)
7. Yamamoto memiliki arti "gunung asal" (山本)
8. Nakamura memiliki arti "tengah kampung" (中村)
9. Ohayashi memiliki arti "hutan kecil" (小林)

10. Kobayashi memiliki arti "hutan kecil" (小林)
11. Kato memiliki arti "wisteria yang menambah" (加藤)
12. Kichida memiliki arti "sawah kegembiraan" (吉田)
13. Yoshida memiliki arti "sawah kegembiraan" (吉田)
14. Yamada memiliki arti "sawah di gunung" (山田)
15. Sasaki memiliki arti "pohon bantuan" (佐々木)
16. Yamaguchi memiliki arti "mulut gunung" (山口)
17. Matsumoto memiliki arti "pohon pinus asal" (松本)
18. Ine memiliki arti "atas sumur" (井上)
19. Inoue memiliki arti "atas sumur" (井上)
20. Saito memiliki arti "wisteria penyucian" (斎藤)
21. Kimura memiliki arti "kampung pohon" (木村)
22. Hayashi memiliki arti "hutan kecil" (林)
23. Rin memiliki arti "hutan kecil" (林)
24. Kiyomizu memiliki arti "air suci" (清水)
25. Shimizu memiliki arti "asir suci" (清水)
26. Yamasaki memiliki arti "lembah gunung" (山崎)
27. Ikeda memiliki arti "sawah berkolam" (池田)
28. Abe memiliki arti "bagian sudut" (阿部)
29. Mori memiliki arti "hutan" (森)

30. Hashimoto memiliki arti "jembatan asal" (橋本)
31. Yamashita memiliki arti "gunung di bawah" (山下)
32. Ishikawa memiliki arti "sungai berbatu" (石川)
33. Nakashima memiliki arti "pulau pusat" (中島)
34. Maeda memiliki arti "depan sawah" (前田)
35. Fujita memiliki arti "sawah wisteria" (藤田)
36. Ogawa memiliki arti "sungai kecil" (小川)
37. Kokawa memiliki arti "sungai kecil" (小川)
38. Okada memiliki arti "sawah di bukit" (岡田)
39. Gato memiliki arti "belakang wisteria" (後藤)
40. Goto memiliki arti "belakang wisteria" (後藤)
41. Hasegawa memiliki arti "sungai lembah panjang" (長谷川)
42. Hayagawa memiliki arti "sungai lembah panjang" (長谷川)
43. Samurakami memiliki arti "kampung atas" (村上)
44. Murakami memiliki arti "kampung atas" (村上)
45. Kondo memiliki arti "dekat wisteria" (近藤)
46. Chikafuji memiliki arti "dekat wisteria" (近藤)
47. Ishii memiliki arti "sumur berbatu" (石井)
48. Sakamoto memiliki arti "bukit asal" (坂本)
49. Endo memiliki arti "wisteria yang jauh" (遠藤)

50. Aoki memiliki arti "pohon hijau" (青木)
51. Fujii memiliki arti "sumur wisteria" (藤井)
52. Nishimura memiliki arti "kampung barat" (西村)
53. Fukuda memiliki arti "sawah keberuntungan" (福田)
54. Oota memiliki arti "sawah besar" (太田)
55. Miura memiliki arti "tiga teluk" (三浦)
56. Fujihara memiliki arti "padang wisteria" (藤原)
57. Okamoto memiliki arti "bukit asal" (岡本)
58. Matsuda memiliki arti "sawah berpohon pinus" (松田)
59. Saitou memiliki arti "wisteria yang sama" (斉藤)

60. Nakagawa memiliki arti "sungai tengah" (中川)
61. Nakano memiliki arti "padang tengah" (中野)
62. Harada memiliki arti "sawah di padang rumput" (原田)
63. Ono memiliki arti "padang kecil" (小野)
64. Kono memiliki arti "padang kecil" (小野)
65. Sanu memiliki arti "padang kecil" (小野)
66. Takeuchi memiliki arti "rumah bambu" (竹内)
67. Tamura memiliki arti "kampung bersawah" (田村)
68. Kaneko memiliki arti "anak emas" (金子)

69. Wada memiliki arti "sawah Jepang" (和田)
70. Nakayama memiliki arti "gunung tengah" (中山)
71. Ishida memiliki arti "sawah berbatu" (石田)
72. Ageda memiliki arti "sawah atas" (上田)
73. Ueda memiliki arti "sawah atas" (上田)
74. Kamida memiliki arti "sawah atas" (上田)
75. Jouda memiliki arti "sawah atas" (上田)
76. Morita memiliki arti "sawah hutan" (森田)
77. Hara memiliki arti "padang rumput" (原)
78. Shibata memiliki arti "sawah kayu bakar" (柴田)
79. Sakai memiliki arti "sumur tuak" (酒井)
80. Sakei memiliki arti "sumur tuak" (酒井)
81. Kudo memiliki arti "pendirian wisteria" (工藤)
82. Kodo memiliki arti "pendirian wisteria" (工藤)
83. Yokoyama memiliki arti "gunung datar" (横山)
84. Miyazaki memiliki arti "tanjung istana" (宮崎)
85. Miyamoto memiliki arti "istana asal" (宮本)
86. Uchida memiliki arti "sawah dalam" (内田)
87. Kouki memiliki arti "pohon tinggi" (高木)
88. Takaki memiliki arti "pohon tinggi" (高木)

89. Ando memiliki arti "wisteria yang damai" (安藤)
90. Taniguchi memiliki arti "mulut lebah" (谷口)
91. Oono memiliki arti "padang luas" (大野)
92. Imai memiliki arti "sumur sekarang" (今井)
93. Maruyama memiliki arti "gunung melingkar" (丸山)
94. Kouda memiliki arti "sawah tinggi" (高田)
95. Takata memiliki arti "sawah tinggi" (高田)
96. Kawano memiliki arti "padang sungai" (河野)
97. Kouno memiliki arti "padang sungai" (河野)
98. Fujimoto memiliki arti "wisteria asal" (藤本)
99. Ojima memiliki arti "pulau kecil" (小島)
100. Kojima memiliki arti "pulau kecil" (小島)
101. Takeda memiliki arti "sawah prajurit" (武田)
Nama Jepang modern terdiri dari nama keluarga, diikuti oleh nama panggilan,m nama tengah tidak
dikenal di Jepang. Setelah nama gelar seperti san, mirip dengan tuan atau nyonya, atau sensei, mirip
dengan Dokter atau Guru, juga digunakan. Dalam bahasa Indonesia, setara dengan sebutan Bapak atau
Ibu atau Dokter. Contoh: Tanaka-san, bisa berarti Bapak Tanaka, atau Ibu Tanaka, atau Saudara Tanaka.
Gelar ini digunakan untuk memanggil orang lain, bukan diri sendiri. Misalnya jika seseorang bernama
Budi, seyogyanya jangan memperkenalkan dirinya sebagai 'saya Budi-san' sebab nanti akan
ditertawakan.

Nama keluarga Jepang harus ditulis dalam aksara Kanji, tidak ada nama keluarga Jepang yang tidak
mempunyai Kanji. Nama panggilan juga biasanya ditulis dalam aksara Kanji meskipun tidak selalu. Ada
juga orang Jepang yang menggunakan huruf hiragana atau katakana saja untuk nama panggilannya.
Suatu tulisan kanji dari sebuah nama dapat memiliki beberapa kemungkinan pengucapan. Nama Jepang
biasanya juga mempunyai marga seperti halnya nama Tionghoa.

Gelar Kehormatan Jepang
Bahasa Jepang menggunakan sufiks yang luas ketika menyebut atau memanggil orang. Gelar
kehormatan ini adalah gender-netral dan dapat digunakan baik pada nama pertama atau nama keluarga.
Ketika memanggil atau menyebut seseorang dengan nama dalam bahasa Jepang, suatu akhiran
kehormatan biasanya ditambahkan dibelakang nama. Tidak menggunakan gelar kehormatan - atau
disebut yobisute mengindikasikan bahwa ada hubungan intim dan biasanya digunakan untuk pasangan,
anggota keluarga yang lebih mudah, sahabat dekat, meskipun dalam tim olahraga atau sesama teman
kelas hal ini bisa dimaklumi dengan memanggil nama keluarga saja tanpa gelar kehormatan tersebut.
Ketika menyebutkan orang ketika, gelar ini digunakan kecuali saat menyebutkan anggota keluarga sendiri
saat berbicara kepada bukan anggota keluarga, atau saat menyebutkan anggota dari perusahaan sendiri
saat berbicara pada pelanggan atau seseorang dari perusahaan lain. Gelar kehormatan tidak digunakan
untuk diri sendiri, kecuali jika bersikap sombong (lihat ore-sama, dibawah), merasa imut (lihat chan), atau
saat berbicara pada anak kecil, untuk mengajari berbicara sopan dengan orang lain saat menyebut
nama.
Gelar kehormatan umum
San
San (さん), kadang-kadang diucapkan han (はん) pada Dialek Kansai, adalah gelar kehormatan paling
umum dan mempunyai arti hormat yang sama dengan "Tuan", "Nyonya", "Nona", dll. Tetapi, selain
digunakan untuk nama orang, gelar ini juga digunakan dalam cara lain.
San digunakan dengan kata tempat kerja, seperti penjual buku bisa dipanggil atau disebut honya-san
("toko buku" + san).
San juga digunakan bersama dengan nama perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan atau toko yang
bernama Kojima Denki bisa dipanggil sebagai "Kojima Denki-san" oleh perusahaan lain. Ini bisa dilihat
pada peta kecil di buku telepon dan kartu nama di Jepang, dimana perusahaan di sekeliling perusahaan
tersebut disebut menggunakan san.
San juga bisa digunakan pada nama binatang atau objek tidak bergerak. Sebagi contoh, kelinci
peliharaan bisa dipanggil usagi-san, dan ikan untuk dimasak bisa disebut sakana-san. Keduanya bisa
dianggap sebagai hal kekanak-kanakan (contoh Tuan Kelinci dalam bahasa Indonesia) dan biasanya
tidak digunakan dalam pembicaraan formal. Penggunaan san juga jarang digunakan pada pasangan
yang sudah menikah.
Dalam dunia maya, Pemain game Jepang sering menggunakan angka 3 pada pemain lain untuk
menyebutkan san (contoh Taro3 artinya Taro-san), karena angka tiga ditulis 三 (さん, san) yang
diucapkan "san".
Chan
Chan (ちゃん?) adalah akhiran kecil, gelar ini mengungkapkan bahwa si pembicara sedang berbicara
pada orang yang dikasihi. Maka, menggunakan chan dengan nama orang yang lebih tinggi dari kita akan
dianggap merendahkan dan kasar. Secara umum, chan digunakan untuk bayi, anak kecil, dan gadis
remaja. Gelar ini bisa diaplikasikan pada binatang imut, pasangan, teman dekat, atau pada perempuan
muda lainnya.
Walaupun secara tradisional gelar kehormatan tidak digunakan pada diri sendiri, beberapa gadis muda
mengadopsi atau memangil dirinya kepada orang ketiga dengan menggunakan chan. Sebagai contoh,
gadis muda bernama Kanako mungkin akan menyebut namanya dengan Kanako-chan daripada
menggunakan nama nya sendiri.
Kun
Kun (君【くん】) digunakan oleh orang dengan status senior ketika menyebutkan atau memanggil orang
yang lebih junior dari dirinya, atau kepada seseorang lain saat menyebut atau memanggil anak atau

remaja laki-laki. Gelar ini bisa digunakan juga oleh perempuan ketika menyebutkan laki-laki yang sangat
berarti baginya atau dikenalnya sejak lama. Walapun secara umum kun digunakan untuk laki-laki, hal ini
tidak kaku. Sebagai contoh, dalam lingkungan bisni, pegawai wanita yang junior bisa dipanggil kun oleh
laki-laki yang senior.
Pada Parlemen Jepang, ketua menggunakan kun ketika menyebutkan anggota parlemen dan menteri.
Sebuah perkecualian saat Takako Doi adalah ketua Majelis rendah jepang, dia menggunakan gelar san.
Sama
Sama (様 【さま】) adalah versi lebih hormat dari san. Gelar ini digunakan untuk menyebut orang
dengan tingkat yang lebih tinggi dari dirinya, pada pelanggan, atau pada orang yang dikaguminya. Ketika
menyebut untuk dirinya sendiri, sama hal ini bisa dianggap sombong atau angkuh.
Sama digunakan pada nama penerima dalam surat dan paket pos dan dalam e-mail bisnis.
Sama juga muncul dalam frasa seperti o-machidō sama ("maaf menunggu lama"), o-tsukare sama
(sebuah ekspresi empati dari orang yang telah lama bekerja keras).
Senpai dan kōhai
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Senpai dan Kohai
Senpai (先輩 【せんぱい】) digunakan untuk menyebut atau memanggil rekan yang lebih senior di
sekolah, perusahaan, klub olahraga, atau grup lain. Di sekolah, siswa dengan kelas lebih tinggi dari
dirinya dipanggil senpai. Siswa dengan kelas atau kelas lebih rendah dan guru tidak akan dipanggil
senpai. Pada lingkungan bisnis, rekan dengan pengalaman kerja tinggi dipanggil senpai, tetapi boss tidak
akan dipanggil senpai. Seperti "guru", "dokter", senpai bisa digunakan tanpa menyebutkan nama orang
tersebut.
Kōhai (後輩 【こうはい】) adalah untuk senior pada junior, kebalikan dari senpai, tetapi jarang
digunakan.
Sensei
Sensei (先生 【せんせい】) (secara harafiah "lahir lebih dahulu") digunakan untuk menyebut atau
memanggil guru, dokter, politikus, atau tokoh yang mempunyai wewenang. Gelar ini digunakan untuk
menunjukkan hormat pada seseorang yang telah menguasai tingkat tertentu dalam seni atau
kemampuan lain, gelar ini bisa juga digunakan pada novel, penyair, pelukis, dan seniman lain, termasuk
seniman manga. Pada Seni bela diri jepang, sensei biasanya digunakan untuk menyebut ketua dojo.
Sama dengan senpai, sensei bisa digunakan tidak hanya sebagai akhiran, tetapi juga gelar yang berdiri
sendiri.
Shi
Shi (氏 【し】) digunakan untuk tulisan formal, kadang-kadang juga dalam pembicaraan sangat formal,
untuk menyebut seseorang yang tidak dikenal pembicara, biasanya orang yang dikenal pembicara
melalui publikasi tapi tidak pernah bertemu. Sebagai contoh gelar shi digunakan untuk dalam perkataan
pembawa berita. Shi lebih digunakan dalam dokumen resmi, jurnal akademis, dan beberapa tulisan lain.
Sekali nama seseorang disebutkan dengan shi, orang itu dapat dipanggil dengan shi saja, tanpa nama,
selama hanya satu orang saja yang disebut dengan shi.
Gelar lain
Gelar terkait pekerjaan

Sangat umum untuk menggunakan nama pekerjaan seseorang setelah nama orang tersebut. Seperti,
seorang atlet (選手 senshu) bernama Ichiro bisa dipanggil sebagai "Ichiro-senshu" daripada "Ichiro-san",
dan tukang kayu (棟梁 tōryō) bernama Suzuki bisa dipanggil sebagai "Suzuki-tōryō" daripada "Suzukisan".
Pada lingkungan bisnis, sangat umum untuk menyebut orang dengan tingkatannya, terutama
jabatan/wewenangnya, seperti kepala departemen (部長 buchō) atau presiden direktur (社長 shachō).
Baik dalam perusahaan sendiri atau ketika berbicara tentang perusahaan lain, jabatan + san digunakan,
jadi presdir adalah Shachō-san. Ketika berbicara dalam perusahaan sendiri kepada konsumen atau
perusahaan lain, jabatan digunakan sendiri atau ditambahkan nama orang tersebut, jadi kepala
departemen bernama Suzuki disebut dengan Buchō atau Suzuki-buchō.
Variasi Baby talk (ucapan bayi)
Beberapa gelar mempunyai versi ucapan bayi-yang sering salah diucapka dan diasosiasikan dengan
anak kecil, dan keimutan. Versi ucapan bayi dari sama adalah chama (ちゃま), sebagai contoh, faktanya
chan adalah versi ucapan bayi dari san yang kemudian digunakan secara umum.
Bahkan ada versi ucapan bayi dari versi ucapan bayi. Chan diganti menjadi tan (たん), dan versi kurang
umum, chama (ちゃま) menjadi tama (たま). Gelar ini biasanya digunakan untuk moe antromoforsisme,
dimana perempuan imut, atau karakter laki-laki (jarang) merepresentasikan objek, konsep, atau produk
populer tertentu.
Gelar dalam keluarga
Kata untuk anggota keluarga mempunyai dua bentuk dalam bahasa Jepang. Saat menyebut keluarga
sendiri pada saat berbicara pada orang bukan keluarga, kata benda deskriptif digunakan, seperti haha
(母) untuk "ibu" dan ani (兄) untuk "kakak laki-laki". Ketika menyebut keluarga sendiri atau menyebut
pada anggota keluarga orang lain, gelar kehormatan digunakan. Dengan menggunakan sufiks san,
secara umum, "ibu" menjadi okaa-san (お母さん) dan "kakak laki-laki" menjadi onii-san (お兄さん).
Kadang gelar kecil seperti chan atau gelar hormat sama digunakan daripada menggunakan san.
Sementara itu, saat saudara lebih muda menyebut saudara lebih tua dengan onii-san atau onee-san,
saudara yang lebih tua memanggil saudara mudanya dengan nama saja. Sama dengan orang tua
memanggil anaknya hanya dengan nama saja tanpa gelar.



Otou-san (お父さん): ayah, atau otou-sama (さま). Dari chichi (父).

o Oji-san (叔父さん/小父さん/伯父さん 【おじさん】): paman (atau pria paruh baya).
-san bisa diganti dengan -sama atau -chan (ちゃん).

o Ojii-san (お祖父さん/御爺さん/お爺さん/御祖父さん 【おじいさん】): kakek . -san
bisa diganti dengan -sama atau -chan.



Okaa-san (お母さん): Ibu, ata okaa-sama. dari haha (母).

o Oba-san (伯母さん/小母さん/叔母さん 【おばさん】): Bibi (perempuan paruh baya).
-san bisa diganti dengan -sama atau -chan.

o Obaa-san (お祖母さん/御祖母さん/御婆さん/お婆さん 【おばあさん】): nenek.
-san bisa diganti dengan -sama atau -chan.



Onii-san (お兄さん): Kakak laki-laki (laki-laki muda), atau onii-sama, atau onii-chan. dari ani (兄).



Onee-san (お姉さん): Kakak perempuan (perempuan muda), atau onee-sama, atau onee-chan.
dari ane (姉).

hal-hal yang Harus Diketahui Sebelum Pergi ke Jepang
Berikut adalah 10 hal yang harus kalian ketahui sebelum berkunjung ke Jepang
1. Hormat

Membungkuk merupakan hal yang bagi masyarakat Jepang untuk memberi salam atau meminta
maaf. Dari saat mereka memasuki sekolah dasar, orang Jepang belajar untuk menghormati orang
tua – dan membungkuk adalah bagian dari itu. Seberapa dalam tunduk kepada siapa adalah
penting juga. Tunduk pada teman pada diambil sudut 30 derajat sedangkan untuk atasan di
tempat kerja atau orang tua dan orang-orang yang di hormati lain nya pada sudut 70 derajat di
ikuti dengan tutur bahasa yang sopan. Ketika memanggil orang yang lebih tua harus selalu
menambahkan “san”, yang merupakan nama kehormatan untuk mereka.
2. Etika di Meja Makan

Jika diundang ke sebuah pesta minum (“nomikai”), jangan menuangkan bir hanya untuk diri
sendiri dan mulai minumnya. Sikap yang baik mengharuskan kalian untuk ‘toast‘ terlebih
dahulu, angkat gelas dengan satu tangan dan mengatakan “Kanpai!” (Cheers!) Biasanya, ketika
mengambil tempat duduk, pelayan akan memberikan “oshibori” (handuk basah kecil) untuk
membersihkan tangan. Etika makan merupakan hal yang ketat di Jepang, tapi kita juga bisa
membuat kebisingan saat menyantap makanan, seperti menyeruput mie dengan kencang. Yang
memungkinkan untuk koki mengetahui bahwa kalian menikmati makanan buatannya.
3. Memberi ‘Tip’ bukan keharusan

Di Jepang kita tidak perlu memberi tip kepada pegawai hotel, bar dan staf restoran, sopir taksi,
dan sebagainya. Bahkan, memberi seseorang tip akan mempermalukan mereka, karena itu
merupakan hal yang sedikit agak kasar untuk dilakukan di Jepang. Hal yang biasa bagi pelayan
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada tamu dan harga sudah termasuk tips.
4. Sumpit

Kalian diharuskan untuk bisa menggunakan sumpit ketika makan di restauran Jepang. Orang
Jepang menghargai turis asing yang bisa menggunakan sumpit karena mereka pikir,
menggunakan sumpit adalah hal yang tidak mudah untuk orang asing. Jadi mereka akan sedikit
terkejut jika kita bisa menggunakan sumpit hehe
5. Memasuki Rumah

Budaya di Jepang mengharuskan kita melepas sepatu saat memasuki rumah atau berkunjung ke
rumah orang Jepang. Di setiap rumah di Jepang selalu tersedia sandal rumah yang untuk kita
pakai saat berada di dalam rumah. Bahkan sebagian orang Jepang membawa sendiri sendal
mereka. Ada juga sendal lain saat kita hendak masuk ke toilet. Jadi pastikan kita tidak kelupaan
memakai sendal toilet di dalam rumah haha...
6. Masker Muka

Di Jepang kita akan melihat banyak orang memakai masker muka, terutama saat musim gugur
dan musim dingin. Masker itu membantu mereka supaya tidak sakit terkena udara dingin juga
menghalau udara bagi sebagian orang yang memiliki masalah alergi. Jadi msker ini cukup
penting digunakan saat berada di Jepang.

7. Ketertiban dalam bersosialisasi

Orang Jepang tidak suka mengganggu ketertiban dan keharmonisan suatu kelompok. Menjadi
mencolok dan menonjolkan diri adalah kebajikan bagi orang-orang Barat, tetapi tidak di Jepang.
Sebagai contoh, berbicara di telepon selular di dalam kereta atau bis, membuang ingus di depan
orang lain, makan makanan disaat acara khusus dianggap sebagai suatu perilaku yang buruk di
Jepang.

8. Pemandian umum

Ada banyak spa dan pemandian umum di kota-kota dan daerah pedesaan di Jepang. Gaya mandi
Jepang berbeda dengan di Barat atau di Indonesia. Pertama-tama, kita harus mencuci tubuh kita
sebelum masuk ke bak mandi untuk berendam. Pemandian umum “sento” adalah tempat yang
tepat untuk bersantai. Tentu saja kita juga harus terbiasa bertelanjang di depan orang lain hahaha
tapi saat di pemandian umum ya ^_^

9. Berbahasa Inggris

Hampir keseluruhan orang Jepang berfikiran bahwa orang asing tidak bisa berbahasa Jepang atau
mungkin hanya bisa sedikit berbahasa Jepang. Jadi sebagian masyarakat Jepang akan berusaha
untuk berbicara dalam bahasa Inggris kepada kita. Mungkin akan sedikit sulit dimengerti karena
orang Jepang memiliki aksen Jepang yang kuat. Jangan tersinggung karena mereka hanya
berusaha untuk menjadi rendah hati dan mencoba untuk bersikap sopan kepada Anda. Tapi juga

mungkin sebagian orang tidak akan menggubris kita karena mereka terlalu sibuk dengan
urusannya masing-masing ^_^
10. Keamanan

Dibandingkan dengan negara lain, Jepang adalah tempat yang relatif aman. Tentu saja,
pembunuhan, pencurian, penganiayaan dan perkosaan terjadi di Jepang, tetapi ketika Anda
melihat para pekerja Jepang tidur di kereta api, kita akan merasa bahwa Jepang adalah negara
yang aman. Tapi tidak menutup kemungkinan juga, karena kejahatan bisa terjadi dimana saja dan
kita adalah orang asing di negara mereka. Harap untuk selalu waspada ^_^