Edukasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang Dilakukan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN

3.1.

Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual penelitian ini memiliki tujuan untuk melihatedukasi

pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

Edukasi
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
yang
dilakukan perawat:
- Hand hygiene dan five moments
for hand hygiene
- Penggunaan alat pelindung diri:

sarung tangan,
pelindung mata dan dan wajah
- Keamanan injeksi
- Hygiene respiratory/ etika
batuk

3.2.
No
1.

Hasil ukur:
- Ya
- Tidak

Defenisi Operasional
Defenisi
Alat ukur
Operasional
Edukasi
Edukasi

Kuesioner
pencegahan dan pencegahan
dan
pengendalian
pengendalian
infeksi
infeksi
adalah
penambahan
pengetahuan dan
kemampuan pasien
yang
dilakukan
perawat
dengan
memberikan
pengajaran/informa
si kepada pasien di
rawat inap rindu A
RSUP Adam Malik

Medan
tentang
pencegahan
dan
Variabel

Hasil
ukur
0=
Tidak
1= Ya

Skala
ukur
Ordinal

22
Universitas Sumatera Utara

23

pengendalian
infeksi
meliputi
hand hygiene dan
five moments for
hand
hygiene,
penggunaan
alat
pelindung
diri:sarung tangan,
pelindung mata dan
dan
wajah,
keamanan injeksi,
hygiene
respiratory/etika
batuk.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengidentifikasi edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan.
4.2.

Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Bila dihitung dari jumlah rata-rata
kunjungan perbulan. Perhitungannya adalah sebagai berikut: jumlah pasien rawat

inap selama periode bulan Januari sampai Desember

2016 sebanyak 35115

pasien. Jumlah rata-rata pasien rawat inap per bulan adalah: 35115 dibagi dua
belas, sebanyak 2927 pasien.
4.2.2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability
sampling dengan jenis pupposive sampling.
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan :
n
N
d

�=


1 + � (�)2


= besarsampel
= besarpopulasi
= tingkatsignifikansi/ketepatan yang diinginkan (0,1)

24
Universitas Sumatera Utara

25
Besar sampel yang diambil berdasarkan rumus adalah sebagai berikut:
n=

2927
1 + 2927 (0,12 )

n = 96,69
Dibulatkan menjadi 97.
Didapatkan jumlah sampel keseluruhan yang diambil adalah 97 orang.
Kriteriasampeldibedakanmenjadi


2

bagian,

yaituinklusidaneksklusi.Karakteristikinklusiadalahkarakteristikumumsubjekpeneli
tiandarisuatupopulasi target yang terjangkau yang akanditeliti (Nursalam, 2003).
Kriteriasampeluntukmengetahui

edukasi

adalahsebagaiberikut:

pasiendalamkeadaan sadar, pasien dapat berkoordinasi dengan peneliti, minimal
hari

rawatan

pasien
≥ 1


hari,

pasientidakdalamperawatanintensif,

tidakmengalamigangguanpendengaran dan fungsi bicara, padapasien dewasa,dan
bersedia menjadi sampel penelitian.
4.3.

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji
Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena
rumah sakit ini sudah menetapkan standar PPI. Di rumah sakit ini juga belum
pernah dilakukan penelitian mengenai edukasi pencegahan dan pengendalian
infeksi yang dilakukan oleh perawat. Selain ini, rumah sakit ini merupakan rumah
sakit pendidikan yang mudah di jangkau oleh peneliti.
4.3.2. Waktu Penelitian

Universitas Sumatera Utara


26
Penelitian inidilakukan mulai dari tahap penyusunan proposal sampai pada
pengumpulan data, yaitu dari bulan September 2016 sampai Mei 2017.
4.4.

Pertimbangan Etik
Pengumpulan

datadilakukan

dengan

memperhatikan

aspek-aspek

autonomy, confidentialy, dan beneficience (Polit & Back, 2012).
Autonomy yaitu pasien memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas
dari


paksaan

untuk

berpartisipasi

dalam

penelitian.

Peneliti

akan

menghormatikeputusan dari responden dengan memberikan informed consent
untuk meminta persetujuan pasien yang terdiri dari penjelasan manfaat penelitian,
penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan,
penjelasan manfaat yang akan didapatkan, persetujuan pasien mengundurkan diri
kapan saja dan jaminan anoimitas dan kerahasian.
Confidentiality yaitu peneliti menjelaskan kepada pasien bahwa identitas
tidak akan ditampilkan untuk menjaga anonimitas dan kerahasian identitas pasien.
Peneliti menggunakan koding (nomor responden) sebagai ganti identitas.
Beneficince yaitu penelitian yang dilakukan membawa manfaat yang besar
khususnya bagi institusi yang di teliti. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi
managemen rumah sakit, khususnya bagi komite PPI dalam peningkatan
kinerjanya.
4.5.

Instrumen Penelitian
Peneliti dalam pengumpulan informasi dari pasien menggunakan alat

pengumpulan data dalam bentuk kuesioner. Karena belum tersedianya instrumen
yang terstandar untuk persepsi pasien tentng edukasi pencegahan dan

Universitas Sumatera Utara

27
pengendalian infeksi yang dilakukan perawat, maka peneliti menyusun sendiri
instrumen penelitian ini dalam bentuk kuesioner berdasarkan dari tinjauan
pustaka. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu
lembar data demografi dan kuesioner pencegahan dan pengendalian infeksi.
4.5.1. Lembar data demografi
Lembar data demografi terdiri dari: nomorpasien, umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, dan suku.
4.5.2. Kuesioner
Kuesioner ini berisi pertanyaan tentang edukasi pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dilakukan perawat. Alat ukur yang digunakan dalam
kuesioner ini adalah berupa pernyataan yang menggunakan skala gutmend
sebanyak 27 pernyataan. Keseluruh pernyataan dalam kuesioner ini merupakan
pernyataan tertutup dengan pilihan jawaban Y (ya) dan T (tidak). Pernyataan
dalam kuesioner ini terdiri dari pernyataan positif. Jawaban tidak diberi nilai 0
dan jawaban ya diberikan nilai 1. Maka nilai yang paling rendah adalah 0dan nilai
paling tinggi adalah 27. Skala ukur yang digunakan dalam pengukuran variabel ini
adalah skala guttmend yaitu membagi menjadi 2 pernyataan (tidak dilakukan dan
dilakukan). Berdasarkan rumus statistik:
������������

p=

�����������

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 27 (selisih
nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas adalah 2 pernyataan (tidak
dilakukan dan dilakukan). Dengan menggunakan p=7, maka diperoleh edukasi
pencegahan dan pengendalian infeksiyang dilakukan perawatyaitu:

Universitas Sumatera Utara

28
Tidak dilakukan = 0-13
Dilakukan
4.6.

= 14-27

Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur suatu instrumen yang seharusnya
diukur (Polit & Beck, 2012). Content validity berkaitan dengan kemampuan suatu
instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Content validity diukur
dengan menetapkan ahli untuk mengevaluasi instrument dan menentukan
relevensi dan kesesuaian pernyataan. Content validity dilakukan oleh orang yang
berkompeten dibidangnya dengan menguji setiap butir instrument pengumpulan
data. Pada kuesioner ini peneliti melakukan uji validitas pada 1 orang dosen
Fakultaas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Afrinayanti.W.Siregar,
S.Kep.,Ns. Dan berdasarkan penghitungan content validity didapatkan nilai
instrument tersebut 0,8.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas akan dilakukan kepada 30 pasien yang dirawat di ruang
rawat inap rumah sakit tempat penelitian, dimana pasien dalam uji tersebut
mempunyai karakteristik dan kriteria yang sama dengan pasien penelitian. Pasien
yang menjadi sampel untuk uji reliabilitas berbeda dengan sampel yang akan

Universitas Sumatera Utara

29
dijadikan sebagai sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas isi
yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Kuesioner
edukasi pencegahan dan pengendalian infeksidiuji menggunakan KuderRicharson 21, karena skor dalam instrumen variabel penelitian ini merupakan
rentang daridua nilai (skala gutmend). Pollit &Beck (2012) menyatakan bahwa
kuesioner dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,70.
Hasil yang diperoleh dari uji reabilitas yaitu 0,9 dengan menggunakan
KR-21. Sehingga, kuesioner ini dapat dikatakan layak untuk menjadi alat ukur
penelitian edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi ini.
4.7.

Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan pengisian kuesioner oleh pasien. Pengumpulan data dimulai setelah
peneliti mendapat surat izin dari Institusi Pendidikan Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian
yaitu Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan, yang berkoordinasi dengan
Bidang Keperawatan dan Kepala Ruangan masing-masing ruang Rawat Inap. Dan
kemudian peniliti memulai pengumpulan data dengan langsung bertemu pasien.
Pembagian kuesioner dilakukan peneliti dengan mendatangi pasien ke
masing-masing ruangan. Sebelum menemui pasien peneliti terlebih dahulu
memastikan apakah pasien merupakan sampel yang dinginkan berdasarkan
kriteria inklusi. Pada saat pengumpulan data penelitian menjelaskan waktu,
manfaat dan cara pengisian kuesioner kepada pasien. Setelah pasien menyatakan
bersedia menjadi sampel penelitian dalam penelitian ini maka pasien diminta

Universitas Sumatera Utara

30
untuk menandatangani surat persetujuan menjadi sampel penelitian. Selanjutnya
pasien mengisi kuesioner penelitian sampai batas waktu yang telah ditentukan,
sebelumnya pasien maupun keluarga diberi waktu untuk bertanya apabila ada
pernyataan yang kurang jelas. Setelah pasien selesai mengisi kuesioner maka
peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban kuesioner. Apabila ada data
yang kurang pasien diminta untuk melengkapinya kembali. Setelah semua data
terkumpul kemudian dilakukan analisis data.
4.8.

Analisis Data
Analisis datadimulai dengan tahap editing untuk memeriksa kelengkapan

data, kemudian memberikan kode untuk memudahkan dalam tabulasi. Selanjutnya
data dimasukkan ke dalam komputer dan diolah dengan menggunakan program
statistik komputer. Analisis dalam penelitian ini menggunakan univariat dengan
tujuan untuk mendapatkan deskriptif dari variabel.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan hasil serta pembahasan penelitian mengenai
edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang
rawat inap Rumah Sakit Haji Haji Adam Malik Medan. Hasil diperoleh dari
pengumpulan data terhadap 97 orang pasien di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan selama bulan Mei sampai Juni 2017.
5.1.

Hasil
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini

menguraikan data pasien dan edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan sesuai dengan materi edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang
terdiri dari 27 pernyataan.
5.1.1. Karakteristik Pasien
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa umur pasien berada pada rentang
usia 20-78 tahun. Terbanyak berada pada rentang usia 41-60 tahun yaitu sebanyak
53,6%. Jenis kelamin pasien sebagian besar adalah perempuan sebanyak 59,8%.
Latar belakang pendidikan pasien terbanyak adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebanyak 30,9%. Lebih dari setengah pasien bersuku Batak 53,6%. Data
demografi karakteristik pasien dapat dilihat pada Tabel 5.1 dibawah ini.

31
Universitas Sumatera Utara

32
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Pasien yang di
Edukasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang dilakukan Perawat
di ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan Juni 2017 (n=97)
Data Demografi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Kategori Usia
- 20-40 tahun
32
33,0
- 41-60 tahun
52
53,6
- > 60 tahun
13
13,4
Jenis Kelamin
- Laki-laki
39
40,2
- Perempuan
58
59,8
Pendidikan Terakhir
- Tidak Sekolah
6
6,2
- SD
26
26,8
- SMP
26
26,8
- SMA
30
30,9
- Sarjana
9
9,3
Suku
- Batak
52
53,6
- Melayu
8
8,2
- Jawa
26
26,8
- Lainnya
11
11,3
5.1.2. Edukasi Pencegahan dan
Perawat

Pengendalian Infeksi yang dilakukan

Tindakan perawat dalam pemberian edukasi pencegahan dan pengendalian
infeksi dibagi menjadi 2 kategori yaitu tidak dilakukan dan dilakukan. Secara
keseluruhan diperoleh data bahwa sebanyak 28,9%

menyatakan edukasi

pencegahan dan pengendalian infeksi tidak dilakukan. Namun terdapat 71,1%
yang menyatakan edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan. Data
tersebut dapat di lihat pada Tabel 5.2 dibawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Edukasi Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang dilakukan Perawat di ruang Rawat Inap
RSUP Haji Adam Malik Medan Juni 2017 (n=97)
Pernyataan Edukasi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Tidak Dilakukan
28
28,9
Dilakukan
69
71,1

Universitas Sumatera Utara

33
Tabel 5.3 dibawah ini menunjukkan secara khusus setiap bagian
pernyataan edukasi hand hygiene dan five moment for hand hygine yang
dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan. Pernyataan sesuai dengan materi edukasi pencegahan dan pengendalian
infeksi yaitu tentang hand hygiene dan five moments for hand hygiene dengan
membagi menjadi 2 kategori tidak dan ya.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Edukasi hand hygiene dan five
moment for hand hygiene yang dilakukan Perawat di ruang Rawat Inap
RSUP Haji Adam Malik Medan Juni 2017 (n=97)
Jawaban
Pernyataan
Total
No
Pernyataan Edukasi
f (%)
Tidak
Ya
f (%) f (%)
Hand hygiene dan five moment for hand
25
72
97
1.
hygiene.
(25,8) (74,2) (100)
a. Perawat menjelaskan pentingnya melakukan
21
76
97
kebersihan tangan dengan 6 langkah.
(21,6) (78,4) (100)
b. Perawat
menjelaskan
cara
melakukan
25
72
97
kebersihan tangan dengan 6 langkah.
(25,8) (74,2) (100)
c. Perawat menjelaskan jika tangan tidak terlihat
12
85
97
kotor maka harus dibersihkan dengan cairan
(12,4) (87,6) (100)
berbasis alkohol.
d. Perawat menjelaskan jika tangan perawat
15
82
97
terlihat kotor maka harus dibersihkan dengan
(15,5) (84,5) (100)
sabun dan air mengalir.
e. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
30
67
97
melakukan
kebersihan
tangan
sebelum
(30,9) (69,1) (100)
bersentuhan dengan saya.
f. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
28
69
97
melakukan kebersihan tangan saat akan
(28,9) (71,1) (100)
melakukan tindakan perawatan.
g. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
melakukan
kebersihan
tangan
setelah
34
63
97
menyentuh cairan tubuh saya seperti muntahan, (35,1) (64,9) (100)
dahak, darah, dan urine saya.
h. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
47
50
97
melakukan
kebersihan
tangan
setelah
(48,5) (51,5) (100)
bersentuhan dengan saya.
i. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
52
45
97
melakukan
kebersihan
tangan
setelah (53,6) (46,4) (100)

Universitas Sumatera Utara

34
menyentuh peralatan disekitar saya.
j. Perawat menjelaskan pengunjung harus
melakukan
kebersihan
tangan
sebelum
mengunjungi saya.
k. Perawat menjelaskan pengunjung harus
melakukan
kebersihan
tangan
setelah
mengunjungi saya.

18
(18,6)

79
(81,4)

97
(100)

16
(16,5)

81
(83,5)

97
(100)

Tabel 5.4 dibawah ini menunjukkan secara khusus setiap bagian
pernyataan edukasi hygiene respiratory/etika batuk yang dilakukan perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Pernyataan
sesuai dengan materi edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu tentang
hygiene respiratory/etika batukdengan membagi menjadi 2 kategori tidak dan ya.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Edukasi hygiene respiratory/etika
batuk yang dilakukan Perawat di ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam
Malik Medan Juni 2017 (n=97)
Jawaban
pernyataan
Total
No
Pernyataan Edukasi
(%)
Tidak
Ya
f (%) f (%)
37
60
97
1.
Hygiene respiratory/etika batuk.
(38.1) (61,9) (100)
a. Perawat menjelaskan agar saya menggunakan
37
60
97
tissue ketika batuk/bersin.
(38,1) (61,9) (100)
b. Perawat menjelaskan agar saya menggunakan
38
59
97
sapu tangan ketika batuk/bersin.
(39,2) (60,8) (100)
c. Perawat menjelasakan agar saya menggunakan
38
59
97
lengan baju bagian dalam untuk menutup mulut
(39,2) (60,8) (100)
ketika batuk/bersin.
d. Perawat menjelaskan agar saya membuang
1
96
97
tissue ke tempat sampah bewarna kuning.
(1,0) (99,0) (100)
e. Perawat menjelaskan agar saya membuang
15
82
97
dahak pada wadah tertutup.
(15,5) (84,5) (100)
f. Perawat menjelaskan agar saya melakukan
54
43
97
kebersihan tangan setelah batuk/bersin.
(55,7) (44,3) (100)
g. Perawat menjelaskan agar saya tidak
72
25
97
menyentuh hidung, mata, dan mulut setelah
(74,2) (25,8) (100)
bersin.
h. Perawat menjelaskan agar saya menggunakan
57
40
97
masker apabila saya batuk/bersin, menderita (58,8) (41,2) (100)

Universitas Sumatera Utara

35
TB aktif ketika pengunjung datang untuk
mencegah penularan.

Tabel 5.5 Dibawah ini menunjukkan secara khusus setiap bagian
pernyataan edukasi penggunaan alat pelindung diri: sarung tangan, pelindung
mata, dan pelindung wajah yang dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Pernyataan sesuai dengan materi edukasi
pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu tentang penggunaan alat pelindung
diri: sarung tangan, pelindung mata, dan pelindung wajah dengan membagi
menjadi 2 kategori tidak dan ya.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Edukasi penggunaan alat pelindung
diri: sarung tangan, pelindung mata, dan pelindung wajah yang
dilakukan Perawat di ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan
Juni 2017 (n=97)
Jawaban
Pernyataan
Total
No.
Pernyataan Edukasi
(%)
Tidak
Ya
f (%) f (%)
1.
Penggunaan alat pelindung diri: sarung tangan,
47
50
97
pelindung mata, dan pelindung wajah.
(48,5) (51,5) (100)
a. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
menggunakan
sarung
tangan
sebelum
2
95
97
melakukan tindakan perawatan yang beresiko (2,1) (97,9) (100)
terkena cairan tubuh pasien.
b. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
36
61
97
melepaskan sarung tangan sebelum melakukan
(37,1) (62,9) (100)
perawatan kepada pasien yang lain.
c. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
melakukan kebersihan tangan sebelum
50
47
97
menggunakan alat pelindung diri seperti (51,5) (48,5) (100)
sarung tangan, pelindung mata, dan masker.
d. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
menggunakan pelindung mata pada prosedur
55
42
97
yang memungkinkan menimbulkan percikan (56,7) (43,3) (100)
darah atau cairan tubuh lainnya.
e. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
3
94
97
menggunakan masker untuk menahan percikan
(3,1) (96,9) (100)
darah atau cairan lainnya masuk ke hidung dan

Universitas Sumatera Utara

36
mulut.
f. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
melakukan
kebersihan
tangan
setelah
melepaskan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, pelindung mata, dan masker.

54
(55,7)

43
(44,3)

97
(100)

Tabel 5.6 Dibawah ini menunjukkan secara khusus setiap bagian
pernyataan edukasi keamanan injeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Pernyataan sesuai dengan materi
edukasi keamanan injeksi dengan membagi menjadi 2 kategori tidak dan ya.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Edukasi keamanan injeksi yang
dilakukan Perawat di ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan
Juni 2017 (n=97)
Tindakan
Perawat
Total
No
Pernyataan Edukasi
(%)
Tidak
Ya
f (%) f (%)
1.
Keamanan injeksi.
27
70
97
(27,8) (72,2) (100)
a. Perawat menjelaskan bahwa perawat tidak
31
66
97
boleh menggunakan jarum suntik yang sama
(32,0) (68,0) (100)
pada pasien yang berbeda.
b. Perawat menjelaskan bahwa perawat harus
29
68
97
mempersiapkan obat di tempat yang bersih.
(29,9) (70,1) (100)

5.2.

Pembahasan
Edukasi adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada

perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain
edukasi mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(Notoatmodjo, 2003). Kesehatan layanan preventif dapat mengurangi biaya
kesehatan dan menurunkan beban bagi individu, keluarga, dan komunitas.

Universitas Sumatera Utara

37
Perawat memberikan informasi dan keterampilan yang dapat mengubah perilaku
pasien menjadi lebih sehat (Potter & Perry, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pasien menyatakan edukasi
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan sudah dilakukan sebanyak 71,1%.
Hal ini sejalan dengan salah satu program Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan. Program tersebut adalah melaksanakan pencegahan dan pengendalian
infeksi untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang berfokus pada
keselamatan pasien, petugas dan kesehatan lingkungan. Hal ini ditujukan agar
tidak terjadi transmisi infeksi di rumah sakit. Edukasi yang dilakukan diharapkan
dapat mengurangi transmisi kuman baik selama prosedur invasive maupun
transmisi melalui udara atau droplet.
Salah satu usaha yang dilakukan perawat dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi tersebut adalah dengan melakukan edukasi pasien dan
keluarga selama menjalani rawatan. Hal yang di edukasi perawat tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi diantaranya hand hygiene dan five moments
for hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri: sarung tangan, pelindung mata,
dan wajah, keamanan injeksi hygiene respiratory/etika batuk.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa edukasi hand hygiene dan
five moment for hand hygiene merupakan bagian yang sering di edukasi oleh
perawat. Pasien menyatakan bahwa perawat cukup sering memberikan penjelasan
bahwa pengunjung harus melakukan kebersihan tangan sebelum mengunjungi
pasien dan setelah mengunjungi pasien. dengan mencuci tangan sebelum

Universitas Sumatera Utara

38
mengunjungi pasien diharapkan dapat mencegah transmisi kuman yang dibawa
pengunjung dari luar ke pasien. Sebaliknya, pengunjung mencuci tangan sesudah
mengunjungi pasien diharapkan mencegah pengunjung membawa kuman dari
rumah sakit keluar rumah sakit. Mencuci tangan setelah berkunjung juga
mencegah pengunjung tertular kuman infeksi selama berkunjung di rumah sakit.
Pasien juga menyatakan perawat juga sering mengingatkan untuk membersihkan
tangan menggunakan cairan berbasis alkohol ketika tangan tidak terlihat kotor.
Mencuci tangan dengan menggunakan cairan berbasis alkohol diharapkan cukup
efisien yaitu mudah dilakukan dan dapat meminimalisasi kuman dengna mudah.
Hasil penelitian juga menunjukkan perawat memberikan edukasi hygiene
respiratory/etika batuk kepada pasien. Penyebaran melalui udara termasuk sangat
cepat. Sehingga pencegahan dan pengendalian infeksi melalui batuk ataupun
bersin cukup penting. Diantaranya dengan cara perawat menjelaskan agar pasien
membuang tissue ke tempat sampah bewarna kuning dan perawat menjelaskan
agar pasien membuang dahak pada wadah tertutup. Hal ini di harapkan dapat
mencegah penyebaran kuman infeksi. Terutama penyebaran infeksi melalui udara.
Membuang sampah tissue sehabis batuk ataupun bersin pada wadah khusus
sampah infesius artinya menutup penyebaran infeksi. Selain itu, membuang dahak
pada wadah tertutup juga memungkinkan kuman infeksi lebih banyak
terperangkap di wadah tertutup dan memungkinkan kuman infeksi yang keluar
hanya sedikit. Hal tersebut akan mengurangi jumlah kuman infeksi yang tersebar
di udara.

Universitas Sumatera Utara

39
Perawat juga menggunakan alat pelindung diri yang cukup ketika
melakukan perawatan. Penggunaan alat pelindung diri tersebut diharapkan dapat
membantu perawat terhindar dari infeksi kuman penyakit selama melakukan
perawatan terhadap pasien. Pasien menyatakan perawat menjelaskan bahwa
perawat harus menggunakan sarung tangan sebelum melakukan tindakan
perawatan yang beresiko terkena cairan tubuh pasien. Penggunakan sarung tangan
akan membantu perawat terhindar dari tertularnya infeksi baik melalui cairan
tubuh ataupun kulit. Selama melakukan rawatan terhadap pasien akan
memungkinkan perawat bersentuhan dengan pasien. Perawat juga menjelaskan
bahwa perawat harus menggunakan masker untuk menahan percikan darah atau
cairan lainnya masuk ke hidung dan mulut. Melakukan rawatan terhadap pasien
juga memungkinkan perawat akan terkena percikan baik droplet melalui batuk
atau bersin ataupun percikan darah atau cairan tubuh lainnya selama rawatan.
Selain untuk melindungi perawat dari paparan penyebaran infeksi juga
melindungi pasien dan keluarga dari kuman infeksi yang di bawa oleh perawat.
Pasien juga menerima penjelasan tentang prosedur pemberian obat yaitu
keamanan injeksi. Saat akan memberikan obat injeksi pasien menyatakan perawat
menjelaskan bahwa suntik yang digunakan merupakan suntik yang baru. Hal ini
menjadi penting karena jika pemberian suntikan menggunakan suntik yang sama
akan memungkinkan terkenanya infeksi yang tertular melalui darah. Penggunaan
suntik yang digunakan pada beberapa pasien yang berbeda juga akan
menyebabkan jarum suntik yang digunakan menjadi tumpul. Hal ini menyebabkan
injury yang didapakan pasien lebih besar. Obat yang perawat siapkan untuk

Universitas Sumatera Utara

40
pemberian obat injeksi juga disiapkan ditempat yang bersih. Hal ini dibutuhkan
untuk mencegah adanya kuman infeksi yang akan ikut dalam penyuntikan obat
terhadap pasien. Selain itu, menyipkan obat ditempat yang bersih akan mencegah
kontaminasi kuman infeksi terhadap obat yang akan diberiakan kepada pasien.
Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Puspitasari (2012) tentang gambaran cuci tangan perawat selama pelaksaan
tindakan keperawatan di ruang Ra, Rb, CVCU, dan ICU RSUP Haji Adam Malik
Medan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dari 79 perawat gambaran tindakan
cuci tangan sudah baik. Selain itu penelitian yang dilakukan

Fauzia (2014)

tentang kepatuhan standar prosedur operasional hand hygiene pada perawat di
ruang rawat inap rumah sakit sudah sesuai secara keseluruhan.
Hasil penelitian juga memperoleh perawat yang melakukan hand hygiene
sebelum tindakan perawatan pasien dan sesudah tindakan perawatan pasien
menyatakan perawat melakukannya. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Ramadhan (2016) tentang hubungan pengawasan kepala ruangan terhadap
tindakan mencuci tangan di rumah sakit Mitra Sejati Medan dengan jumlah
perawat sebanyak 33 orang. Diperoleh perawat melaksanakan tindakan cuci
tangan sebelum tindakan sebanyak 60,6% dan melaksanakan tindakan cuci tangan
sesudah tindakan sebanyak 51,5%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 28,9% pasien dan
keluarga tidak mendapatkan edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi. Ketika
diberikan pernyataan terkait dengan pengendalian dan pencegahan infeksi pasien
maupun keluarga tidak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

41
Hal tersebut membuktikan bahwa edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi
tidak didapatkan oleh pasien dan keluarga.
Edukasi hand hygiene dan five moment for hand hygiene terutama tentang
penjelasan bahwa perawat harus melakukan kebersihan tangan setelah menyentuh
peralatan disekitar pasien kurang diedukasi perawat. Hal tersebut dimungkinkan
karena prosedur hand hygiene dilakukan perawat setelah keluar dari ruangan
pasien tanpa memberikan penjelasan akan mencuci tangan setelah keluar.
Mencuci tangan setelah bersentuhan dengan pasien merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari five moment for hand hygiene. Tidak hanya perawat yang perlu
mengetahui hal tersebut. Pasien perlu mendapatkan pemberitahuan tersebut agar
merasa aman bahwa dirinya ataupun orang lain tidak akan saling menularkan
kuman infeksi melalui tangna perawat selama melakukan rawatan.
Edukasi terkait dengan hygiene respiratory/etika batuk dimana pasien
dianjurkan untuk mencuci tangan setelah batuk/bersin pun kurang diedukasi oleh
perawat. Pasien yang batuk maupun bersin sedikit banyaknya akan mengenai
tangan sehingga seharusnya perawat memberitahukan hal tersebut. Setelah batuk
ataupun bersih jika tidak mencuci tangan dengan baik akan berdampak
penyebaran kuman infeksi baik dengan bersalaman ataupun menyentuh barang
yang berada di sekitar pasien. Pemberian edukasi terkait penggunaan alat
pelindung diri terutama penggunaan kaca mata pelindung juga dirasakan pasien
kurang. Hal ini dapat disebabkan penggunaan kaca mata pelindung juga memang
kurang digunakan selama prosedur perawatan. Kurangnya penggunaan kaca mata

Universitas Sumatera Utara

42
pelindung diprosedur perwatan memungkinkan perawat tidak melakukan
penjelasan terkait hal tersebut.
Berdasarkan hasil tersebut edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi
yang dilakukan perawat belumlah optimal. Perlu adanya pemerataan pemberian
edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit khususnya ruang
rawat

inap.

Perawat

diharapkan

memberikan

edukasi

pencegahan

dan

pengendalian infeksi setiap saat menerima pasien baru di rawat inap. Hal ini akan
membantu terjangkaunya edukasi tersebut kesemua pasien. setiap pasien dapat
dipastikan menerima edukasi tersebut jika ditetapkan setiap pasien baru masuk
wajib menerima edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi. Hal ini dapat
diterapkan jika rumah sakit bersangkutan menetapkan peraturan tersebut menjadi
prosedur yang wajib dilakukan perawat. Hal tersebut akan memastikan edukasi
pencegahan dan pengendalian infeksi diberikan secara optimal pada pasien
maupun keluarga pasien.
Sejalan dengan Roshdahl dan Kowalski (2014) yang menyatakan perawat
harusnya mengajarkan pasien, keluarga dan pengunjung mengenai infeksi, cara
penyebaran infeksi, dan metode pencegahan. Dengan demikian mutu pelayanan
terkait keselamatan pasien dari infeksi nosokomial dapat diturunkan. Sebab
terjadinya infeksi nosokomial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien
secara menyeluruh yang dapat menyebabkan hari rawatan lebih lama dan beban
biaya menjadi lebih besar bahkan dapat menyebabkan kematian (Darmadi, 2008).
Selain itu hal ini tidak sejalan dengan program rumah sakit yaitu meningkatkan
mutu pelayanan dengan berfokus keselamatan pasien.

Universitas Sumatera Utara

43
Hal yang memungkinkan menyebabkan pasien dan keluarga menyatakan
edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat tidak
dilakukan juga dimungkinkan karena diperolehnya usia pasien >60 tahun. Pada
usia tersebut kemampuan pasien dalam menerima pembelajaran menurun. Hal
tersebut dapat disebabkan karena penurunan fungsi tubuh. Sehingga tidak semua
yang diedukasi oleh perawat dapat dipahami dan diingat oleh pasien.
Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa terdapat pasien yang
tidak sekolah. Tidak adanya latar belakang pendidikan memungkinkan pemberian
edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi terhambat. Dikarenakan pasien akan
kesulitan untuk memahami hal yang diedukasi oleh perawat dan didudukung
dengan tidak adanya keluarga yang menjaga pasien. Pelaksanaan untuk
pencegahan dan pengendalian infeksi maka akan menurun.
Edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi dalam prosedur perawatan
pasien sangatlah penting. Edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi dapat
memberikan keuntungan bagi pasien dan keluarga, yaitu dapat mencegah pasien
mendapatkan penyakit tambahan selama dirumah sakit. Selain itu, edukasi
pencegahan dan pengendalian infeksi juga dapat mecegah tambahan hari rawatan
karena bertambahnya penyakit yang disebabkan infeksi yang didapatkan dirumah
sakit. Hal tersebut juga memberikan dampak pada perawat, yaitu perawat akan
dapat mengurangi beban kerjanya dengan berkurangnya jumlah pasien yang
keluar rumah sakit dalam keadaan sudah sehat.
Edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi diharapkan benar-benar
dilaksanakan dengan baik oleh perawat selama rawatan pasien. Hal ini akan

Universitas Sumatera Utara

44
memperoleh mutu pelayanan rumah sakit yang berfokus pada keselamatan pasien,
petugas, dan kesehatan lingkungan. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi transimisi
infeksi di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan
Hasil penelitian tentan edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang

dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan di dapatkan bahwa perawat melakukan perannya dalam memberikan
edukasi. Hal ini ditunjukkan dengan sebanyak 71,1% pasien menyatakan perawat
telah memberikan pasien dan keluarga edukasi pencegahan dan pengendalian
infeksi.
Namun tidak sedikit pasien yang menyatakan perawat tidak melakukan
perannya sebagai pemberi edukasi. Hal ini ditunjukkan dengan 28,9% pasien
menyatakan bahwa perawat tidak melakukan edukasi pencegahan dan
pengendalian infeksi. Hasil penelitian ini didapatkan edukasi pencegahan dan
pengendalian infeksi telah dilakukan perawat, namun angka pasien yang
menyatakan bahwa edukasi tersebut masih belum dilakukan perawat masih cukup
tinggi. Perlu di tingkatkan edukasi tersebut, sehingga mengurangi angka infeksi
nosokomial di rumah sakit.
6.2.

Saran

6.2.1. Bagi Pelayan Kesehatan
Seluruh perawat saat menerima pasien baru masuk harus melakukan
edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi.
6.2.2. Bagi Pendidikan
Diharapkan instansi pendidikan keperawatan selama masa perkuliahan
menjadikan pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi kebiasaan mahasiswa
45
Universitas Sumatera Utara

46
keperawatan. Sehingga ketika langsung berhadapan dengan pasien pencegahan da
npengendalian infeksi sudah merupakan hal yang biasa bagi mahasiswa
keperawatan. Sehingga pencegahan dan pengendalian infeksi di pelayanan
kesehatan dapat optimal.
6.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitianinihanyamenggambarkan edukasi pencegahan dan pengendalian
infeksi yang di lakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik

Medan.

Olehkarenaitu,

untukpenelitianselanjutnyadiharapkanuntukmenelitihubunganpengetahuandansikappa
siententang edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat.

Kuisioner yang digunakandalampenelitianinibelumsepenuhnyamewakili tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi karenaketerbatasanpenelitidalampembuatan
kuesioner.

Universitas Sumatera Utara