T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Redesain Sign System Kantor Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana T1 Full text

Perancangan Redesain Sign System
Kantor Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Artikel Ilmiah

Oleh:
Lia Setiyani (692012053)
Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.
Birmanti Setia Utami, M.Sn.

Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017

1. Pendahuluan
Fakultas Teknologi Informasi (FTI) merupakan salah satu Fakultas di Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Berdiri pada tahun 2003 dengan program studi pertama
adalah Teknik Informatika, FTI mulai menerima mahasiswa baru ditahun tersebut. Pada
tahun 2004 dibentuklah program studi Strata 1(S1) Sistem Informatika dan dalam 10 tahun

perjalanannya saat ini FTI telah memiliki 10 Program Studi yaitu 2 Progdi Diploma 3 (D3)
yaitu D3 Teknik Informatika, D3 Komputerisasi Akuntansi), 6 Progdi S1 yaitu S1 Teknik
Informatika, S1 Sistem Informasi, S1 Desain Komunikasi Visual, S1 Pendidikan Teknik
Informatika dan Komputer, S1 Public Relation, S1 Ilmu Perpustakaan), dan satu Progdi D4
yaitu D4 Destinasi Pariwisata serta 1 progdi S2 Magister Sistem Informasi.[1] Visi dan misi
dari FTI UKSW adalah pada tahun 2020 dapat menjadi pusat teknologi informasi yang
menjunjung tinggi nilai kebenaran dan iman Kristiani serta memiliki kepekaan terhadap
perubahan berlandaskan nilai kritis, kreatif dan inovatif. FTI UKSW merancang sebuah
fasilitas berupa gedung terpadu yang akan mampu menampung seluruh aktivitas perkuliahan.
Gedung tersebut berlokasi di Kampus 3 UKSW Blotongan. Pada bulan Agustus 2016, FTI
resmi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Gedung baru FTI UKSW ini diharapkan
nantinya menjadi tempat perkuliahan yang baik terutama untuk mahasiswa - mahasiswa
angkatan baru.[2] Namun, di dalam suatu ruang publik seperti gedung fakultas harus
memiliki beberapa syarat penunjang peningkatan fasilitas yang dapat membantu suatu
kegiatan didalamnya. Salah satunya adalah penggunaan sign system.
Sign system merupakan simbol yang bertujuan untuk mewakili media interaksi manusia
dengan ruang publik. Sign system juga sebagai tanda yang menunjukkan alur informasi atau
pesan tertentu yang dapat membantu memudahkan manusia dalam berinteraksi. Sign system
meliputi tanda pengenal (identification), tanda petunjuk arah (direction), tanda peringatan
atau larangan (regulation). Berbagai aspek yang mempengaruhi dari sign system itu sendiri

juga harus diperhatikan seperti desain dan material yang digunakan, penempatan sign system,
dan kesesuaian sign system dengan ruangan.[3] Penggunaan sign system ini sangatlah
penting terutama untuk orang – orang baru yang datang ke kantor FTI agar tidak merasa
kebingungan dalam mencari ruangan yang akan mereka tuju. Selain itu, karena kantor
fakultas ini tergolong gedung baru dan menggunakan konsep moving class untuk
perkuliahan, maka dosen atau mahasiswa sangat membutuhkan petunjuk. Dengan kurangnya
petunjuk yang ada, mahasiswa merasa kebingungan dan akibatnya mereka akan telat
mengikuti perkuliahan. Hal ini akan sangat merugikan waktu mereka. Sign system yang ada
saat ini, masih memerlukan evaluasi. Masalah yang dapat dievaluasi yaitu beberapa petunjuk
menggunakan kertas yang ditempel menggunakan isolasi, hal ini menjadi pandangan yang
kurang baik, ketahanan dari sign system tersebut tidak akan bertahan lama, selain itu dilihat
dari keterbacaan sign system yang menggunakan font dengan ukuran kecil membuat
informasi tidak dapat di baca dari kejauhan.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi serta mengevaluasi sign
system yang ada guna meningkatkan fungsi sign system itu sendiri. Sign system ini dapat
menjadi acuan yang baik untuk penggunanya serta dapat memudahkan dalam mengakses
kebutuhan audience di ruang publik terutama di kantor FTI UKSW yang baru. Mengusung
tema “world of technology” yang ingin menggambarkan Fakultas dengan konsentrasi pada

1


pendidikan IT. Selain itu, konsep gedung yang sudah menggunakan teknologi modern seperti
teknis pintu pada ruangan yang menggunakan kinerja sensor.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu “Perancangan Redesain Sign System Universitas Kristen Petra
Surabaya.” oleh Santoso, (2013) membahas tentang sign system di Universitas Kristen Petra
yang masih perlu dilakukan perubahan, sebab kurangnya tanda yang menunjukkan gedung,
fasilitas, dan ruangan yang ada sehingga hal itu menyebabkan seringkali mahasiswa ataupun
orang luar yang datang ke Universitas Kristen Petra kebingungan dalam mencari ruangan
ataupun fasilitas yang dituju. Sign system di Universitas Kristen Petra memiliki suatu
kesatuan atau unity yaitu dengan penggunaan warna, typeface dan layout yang memiliki ciri
khas yang sama sehingga sign system dapat terintegrasi dengan baik. Dengan penggunaan
elemen-elemen dari visual desain dari sign system yang baik dan benar, maka diharapkan
dari perancangan tersebut dapat membantu orang mengenali berbagai gedung dan fasilitas
yang ada di Universitas Kristen Petra. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi
dan wawancara. Hasil dari perancangan redesain sign system Universitas Kristen Petra
Surabaya diantaranya adalah wayfinding dan tanda pengenal (identification) yang
ditunjukkan pada gambar 1.[4]

Gambar 1. Wayfinding dan Tanda Pengenal (identification)

Universitas Kristen Petra Surabaya
“Perancangan Environmental Graphic Design Museum Sepuluh Nopember Surabaya
Area Dalam” oleh Ramandhita dan Indrayana menyatakan bahwa untuk memaksimalkan
infrastruktur, service, dan information pada Museum Sepuluh Nopember, maka pihak
pengelolah menginginkan diadakannya branding fisik yang mencakup dari segi identitas
visual, sarana dan prasarana (papan informasi, papan penunjuk arah), maupun dari segi
promosi, hal ini semakin diperkuat oleh keinginan pemerintah kota untuk memaksimalkan
potensi yang ada pada Museum Sepuluh Nopember sebagai salah satu tempat wisata yang
mengalami peningkatan pengunjung, serta service quality dibanding tempat wisata lain yang
ada di Surabaya, namun sangat dibutuhkan untuk program pengembangannya. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisa stakeholder dan studi eksisting serta observasi.
Hasil penelitian ini berupa konsep perancangan Environmen graphic design Museum
Sepuluh Nopember area dalam, menggunakan konsep Playback the historical battle, konsep
ini memiliki makna menghadirkan sebuah edukasi akan sejarah yang disampaikan melalui
2

EGD dengan materi yang ada sesuai data sejarah dan dikemas dengan media baru yang lebih
modern, serta tampilan visual yang lebih menarik tetapi tetap menonjolkan suasana
perjuangan kepahlawanan pada masa lampau, sehingga pengunjung dapat merasakan sebuah
pengalaman mengenai peperangan dalam peristiwa sejarah tersebut. Penggunaan konsep

modern dapat diartikan sebagai acuan penentuan desain EGD yang mengadopsi bangunan
Museum tugu pahlawan yang memiliki bentukan bangunan yang modern desain dan juga
berdasarkan pada konten koleksi yang dipamerkan pada museum luar Museum Sepuluh
Nopember. Teori communicative pada pembuatan IGD digunakan sebagai acuan penggunaan
warna serta visual yang berfungsi sebagai petanda di Museum Sepuluh Nopember yang
mempermudah pengunjung untuk menyerap informasi dan menemukan tempat yang akan
dituju.[5]
Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya adalah
hasil akhir yang dilakukan penulis. Untuk jurnal “Perancangan Redesain Sign System
Universitas Kristen Petra Surabaya.” oleh Santoso, 2013 lebih menekankan penerapan desain
sign system, serta pemasangan pada area yang dibutuhkan. Sedangkan jurnal “Perancangan
Environmental Graphic Design Museum Sepuluh Nopember Surabaya Area Dalam” oleh
Ramandhita dan Indrayana, hasil akhirnya berupa perancangan konsep EGD sign system
yang sesuai dengan Museum Sepuluh Nopember yaitu Playback the historical battle.
Sedangkan keunggulan perancangan ini dibanding dengan perancangan sebelumnya
adalah pada konsep “world of techonology” yang ditunjukkan dengan pattern serta
konsistensi bentuk dan warna. Pattern yang digunakan juga memiliki kesan 3D.
Enviromental Graphic Design (EGD) atau disebut juga grafik lingkungan adalah segala
bentuk grafik yang ada di lingkungan terdiri dari beberapa multidisiplin profesi. EGD
merupakan sebuah profesi desain untuk menciptakan sebuah suasana dan komunikasi yang

efektif guna menghubungkan informasi antara orang ke tempat. Enviromental design dapat
diciptakan melalui interior desain, arsitektur, dan desain grafis. Terdapat faktor – faktor
penting yang dapat menunjang terciptanya sebuah EGD yang baik diantaranya wayfinding
yang berarti sekelompok signage yang berfungsi sebagai petunjuk arah. Informasi yang di
berikan dapat berupa sitemap, petunjuk arah, identitas ruangan dan tempat tertentu.
Sedangkan signage adalah segala bentuk grafis yang menunjukkan suatu informasi. Biasanya
berupa logo, informasi ajakan, larangan, identitas toko, dan sejenisnya.[6] Information design
menjadi hal yang sangat penting didalam suatu EGD. Elemen grafis yang digunakan haruslah
singkat padat dan jelas namun tidak membingungkan audience. Biasanya informasi yang
disampaikan berupa nama atau identitas, data, dan juga informasi penting lainnya yang
menyangkut dengan lingkungan tersebut. Exhibition Design juga menjadi faktor yang
mempengaruhi peletakan sign untuk membentuk satu kesatuan serta menjadikan interaksi
pengunjung dengan ruangan, atau antara pengunjung dengan pengunjung lainnya . Exhibition
Design disini adalah penataan ruang.[7]
Sign system merupakan bagian daripada EGD. Sign system adalah suatu simbol yang
bertujuan sebagai media dalam melakukan interaksi manusia dengan ruang publik. Peirce
dalam buku “sign in use “ oleh Johansen dan Larsen menyatakan bahwa sign adalah tanda
berbentuk simbol yang dapat mengartikan suatu pesan atau istilah, sign dibuat untuk menjadi
pembeda atau pembanding dengan tanda-tanda yang lain. Sign system haruslah mempunyai
fungsi yang jelas dan efisien. Penggunaan sign system harus memenuhi beberapa kriteria

diantaranya mudah dipahami, mudah dibaca, tidak ambiguitas, penempatan yang sesuai, dan
bersifat jangka panjang. Sign system dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu Identification
3

(tanda pengenal), Direction (petunjuk arah), Regulation (tanda larangan atau peringatan).
Didalam sign system terdapat elemen – elemen yang mempengaruhi fungsi sign system yaitu
pictogram dan typography.[8]
Pictogram merupakan gambar yang mewakili suatu informasi dan disampaikan melalui
perupaan bentuk aslinya. Dengan kata lain, pictogram merupakan stilasi atau
penyederhanaan gambar untuk mewakili informasi dari fungsi ruangan tersebut. Pictogram
digunakan untuk mengkompensasi ketiadaan teks karena buta huruf atau perbedaan
bahasa[9]. Konsep pictogram mengacu pada ilmu semiotika yaitu ilmu yang mempelajari
tentang tanda. Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada
kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu
yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya sebagai tanda. Merujuk teori Pierce, maka tandatanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di
antaranya: ikon, indeks dan simbol.[10]
Selain pictogram, elemen lain yang mempengaruhi sign system adalah typography
disebut juga dengan istilah seni rupa huruf. Pengaturan susunan huruf menjadi hal yang
utama. Didalam sign system, typography memiliki fungsi sebagai penjelasan dari pictogram.
Jika tidak ada salah satu dari elemen tersebut, fungsi sign system akan berkurang. Didalam

standarisasi sign system terdapat aturan jarak keterbacaan antara mata manusia dengan sign
system, yang akan di jelaskan pada tabel 1.[11]
Tabel 1. Tinggi huruf minimum jarak pandang sign system.
Jarak Pandang

Tinggi Huruf Minimal
untuk Mata Normal

Tinggi Huruf Minimal
untuk Mata Bermasalah

3,1 m
4,65 m
6,2 m
7,6 m
9,3 m
10,85 m
12,4 m
13,95 m
15,2 m

16,75 m
18,3 m
19,85 m
21,4 m
22,9 m
24,5 m
26,05 m
27,6 m
29,1 m
30,5 m

10 mm
12,5 mm
16 mm
16 mm
18,75 mm
18,75 mm
23 mm
23 mm
25 mm

25 mm
28 mm
31 mm
35 mm
38 mm
38 mm
41 mm
44 mm
47 mm
51 mm

16 mm
18,75 mm
23 mm
25 mm
28 mm
35 mm
42 mm
47 mm
53 mm

53 mm
60 mm
67 mm
72mm
76 mm
79 mm
86 mm
92 mm
98 mm
102 mm

4

3. Metode Penelitian
Perancangan ini menggunakan salah satu metode dari metodologi desain yaitu metode
merancang dengan gambar (design by drawing). Dalam metode ini besifat simulasi melalui
gambar dengan skala tertentu dilengkapi dengan model, pola, maket atau prototype sebagai
penggambaran keadaan sebenarnya dan terpisah dari proses produksi barang sehingga
menghasilkan gagasan serta usulan yang bersifat visual dan teknis. Hasil akhir pada metode
ini adalah simulasi gambar yang siap dilaksanakan pembuatannya sehingga menjadi
barang[12]. Menggunakan linear strategy. Linear strategy menetapkan urutan logis pada
tahapan perancangan yang sederhana dan relative sudah dipahami komponennya [13], Tahap
– tahap yang dilakukan ditunjukan pada gambar 2.
Pengumpulan
data

Analisis Data

Konsep

Perancangan
media

Pengujian

Gambar 2. Tahapan Metode Penelitian
Langkah awal dalam perancangan sign system ini adalah pengumpulan data. Dalam
pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kegiatan ini dilakukan dengan cara
mendatangi langsung kantor FTI guna mencari informasi tentang masalah yang terjadi di
gedung baru kantor FTI, juga untuk menganalisis perilaku mahasiswa, dosen, dan seluruh
staff pekerja di kantor FTI sekaligus respon mereka terhadap keberadaan sign system saat ini.
Selain dari pengguna, observasi juga meliputi dari observasi lingkungan. Gedung kantor FTI
UKSW terdiri dari 5 tingkat. Pada gedung ini terbagi menjadi 4 blog yaitu blog A, B, C,dan
D.
Kondisi lingkungan akan sangat berpengaruh dengan perancangan media untuk sign
system nantinya. Wawancara dilakukan dengan beberapa pihak yang bersangkutan yaitu
pengelola gedung baru, dekan serta dosen dan beberapa mahasiswa Fakultas Teknologi
Informasi. Dari hasil wawancara di peroleh bahwa sebagian besar penduduk gedung tersebut
masih sangat kesulitan dalam melakukan kegiatan mereka dikarenakan minimnya sign system
yang ada. Seringkali setiap akan mencari ruangan mahasiswa atau dosen masih bertanya, hal
ini mempengaruhi efektifitas waktu para pengguna gedung. Selain melalui observasi dan
wawancara, untuk dapat melihat kondisi gedung yang nantinya akan menjadi acuan dalam
perancangan redesain sign system, pengumpulan data juga disertai dengan dokumentasi.
Dokumentasi meliputi sign system yang sudah ada saat ini dan juga kondisi didalam gedung.
Adapun kondisi ruangan kantor FTI UKSW dapat dilihat pada gambar 3.

5

Gambar 3. Dokumentasi kondisi didalam gedung FTI UKSW.
Semua kegiatan perkuliahan mahasiswa FTI UKSW terpusat di kantor FTI Kampus 3
UKSW Blotongan. Gedung ini memiliki ruangan – ruangan yang di bagi menjadi beberapa
bagian serta fasilitas penunjangnya. Untuk sign system yang digunakan kantor FTI dapat
dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Sign system Kantor FTI UKSW
Gambar diatas menjelaskan sign system saat ini yang digunakan di Kantor FTI UKSW.
Untuk ruangan yang terdapat di dalam gedung tersebut, dapat dilihat pada tabel 2.

6

Tabel 2. Daftar Ruangan Kantor FTI UKSW
Nama Ruangan dan fasilitas

Jumlah

Ruang Dosen
Art Gallery
Lembaga Kemahasiswaan
Test Center CTC
Infrastructure Office
Ruang Kuliah Umum
Lab Sistem Informasi Geografis
Lab Komputerisasi Akuntansi
Lab Bahasa
Colaborative Room
Lab Pascasarjana
Studio Audio/Video
Lab Komputer
Ruang Laboran
Ruang Asisten
Ruang Transit Dosen
Pantry
Ruang VIP
Ruang Persiapan
Ruang Microteaching
Test Center CISCO
Lab Oracle
Lab CISCO
Studio Gambar
Lab Public Relation
Ruang KPTA
Ruang Tata Usaha
Open space
Toilet
Parkir
Halte

Identitas Warna

1
1
1
1
10
1
1
1
3
1
1
13
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1

Beberapa ruangan pada gedung FTI ini menggunakan tambahan identitas warna tembok,
agar sedikit menghilangkan kesan monoton untuk gambaran besar kondisi didalam gedung.
Setelah pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah analisis data yang meliputi analisis
konsep gedung, analisis target audience, dan analisis sign system. Gedung FTI mengusung
desain yang memiliki filosofi bangunan berupa komposisi dinamis masa solid dan tekstur
facade untuk memberi kesan modern, futuristik, ruang – ruang terbuka.[14] Hal ini
7

ditunjukkan dengan adanya kaca – kaca besar disetiap sisi gedung. Gedung FTI ini berada
diatas bukit dan jauh keramaian seperti jalan raya dan pemukiman warga. Di lantai paling
atas dari gedung FTI terdapat arsitek susunan kaca – kaca besar yang langsung terlihat
pemandangan alam dari gunug Merbabu. Pemandangan alam ini menambah kesan sejuk
didalam gedung. Selain itu, konsep identitas per ruangan dibedakan dengan menggunakan
warna seperti kelas yang menggunakan warna hijau dan galeri yang menggunakan warna
kuning. Namun didalam gedung FTI terdapat pilar – pilar besar dan juga berlorong – lorong.
Keadaan ini membuat ruangan terlihat sempit atau ruang aktivitas yang terbatas. Gedung ini
merupakan gedung bebas rokok. Hanya beberapa bagian dari gedung saja yang digunakan
sebagai smoking area. Gedung ini, dipergunakan sampai jam 18.00 wib. Kecuali pada saat
perayaan acara tertentu. Salah satu hal yang menunjukkan kosep modern adalah pada kinerja
pintu disetiap ruangan karena penggunaan pintu saat ini sudah tidak secara manual lagi tetapi
sudah menggunakan teknik sensor. Karena FTI memiliki beberapa jurusan dan konsentrasi,
maka pembagian gedung terpusat di masing – masing area disesuaikan dengan jurusan.
Gedung FTI ini juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti toilet, lift, dua area parkir,
kantin dan pantry. Selain itu, tersedia juga bus antar jemput yang beroperasi pada jam kerja.
Bus ini berfungsi untuk memudahkan transportasi mahasiswa menuju kampus 3. Namun, bus
ini beroperasi dari kampus pusat ke kampus 3, dengan kata lain bus ini hanya akan
mengangkut mahasiswa di kampus 1 dan kampus 3 dan tidak dapat menaik turunkan
penumpang dijalan.
Setelah menganalisis gedung, langkah selanjutnya adalah menganalisis target audience.
Target audience disini adalah warga FTI, terutama mahasiswa. Analisis target audience
dilihat dari tiga aspek yaitu demografis, psikografis, behavioral. Target audience dari aspek
demografis adalah mahasiswa usia 18 – 22 tahun, tidak terbatas jenis kelamin, berasal dari
kalangan menengah ke atas. Berasal dari luar kota Salatiga bahkan luar Jawa atau lebih
tepatnya adalah pendatang. Target audience dilihat dari aspek psikografis biasanya sangat
memikirkan efektifitas waktu. Lebih cenderung menyukai hal yang instan. Memiliki pola
pikir dan kreativitas yang maju. Target audience dilihat dari aspek behavioral adalah
mahasiswa yang sering menghabiskan waktunya berkumpul dengan teman untuk membahas
sesuatu yang dirasa menguntungkan bagi mereka.
Selanjutnya adalah menganalisis sign system yang menjadi hal utama pada perancangan
ini. Kantor FTI UKSW sudah memiliki sign system yang menunjukkan segala kebutuhan
mahasiswa dan juga dosen. Namun, banyak hal yang masih harus dievaluasi dalam
penggunaan sign system. Yang pertama adalah thypography. Penggunaan thypography dalam
sign system saat ini belum sesuai dengan aturan jarak pandangnya. Untuk ukuran yang
digunakan terlalu kecil akibatnya informasi tidak dapat dibaca dari jarak jauh sehingga untuk
mengetahui atau mencari ruangan, mahasiswa harus membaca informasi lebih dekat lagi. Hal
ini akan memakan waktu dan kurang efektif untuk audience. Selain itu, ada beberapa
informasi yang dicetak pada kertas dan pemasangannya dengan ditempel pada pintu, atau
jendela informasi. Dampak untuk lingkungan kantor FTI UKSW terlihat kurang rapi dalam
penataan dan juga terkesan kotor. Yang kedua adalah penggunaan pictogram. Sesuai dengan
fungsinya, pictogram juga memiliki peran yang penting dalam sign system. Saat ini, sign
system di kantor FTI UKSW belum menerapkan adanya pictogram disetiap sign. Yang ketiga
adalah layout pada sign system. Penentuan layout menggunakan acuan pada teori golden
ratio. Golden ratio merupakan acuan utama dalam membuat segala bentuk produk desain.

8

Dalam istilah sederhana, golden ratio adalah konstanta matematika yang muncul berulang
kali di alam dan karya seni. Teori golden ratio dapat dilihat pada gambar 5. [15]

Gambar 5. Teori Golden Ratio.
Dengan menggunakan teori tersebut, penentuan point of interest dari fungsi sign system
akan lebih mudah. Penataan layout juga akan lebih menarik. Selain dari desain, media sign
system juga berpengaruh dalam keberhasilan sign system itu sendiri. Material yang di
gunakan harus disesuaikan dengan konsep lingkungan agar terlihat satu kesatuan dengan
visual branding dari lingkungan tersebut. Material yang digunakan pada sign system saat ini
adalah bahan acrylic dengan informasi yang dicetak pada kertas dan diselipkan diantara
acrylic dengan background sign system. Penggunaan kertas sebagai bahan sign system dilihat
dari ketahanan barang masih diragukan, karena kertas merupakan benda yang mudah rusak
dan hancur. Sedangkan sign system berfungsi untuk jangka waktu yang panjang.
Setelah melaui proses analisis, tahap selanjutnya adalah perancangan konsep kreatif sign
system. Yang pertama adalah konsep typography. Dalam sign system, penggunaan
typography menjadi hal yang pokok untuk menunjukkan suatu makna dari informasi. Dalam
hal ini konsep kosakata yang digunakan akan disajikan dengan dua bahasa yakni bahasa
indonesia dan bahasa inggris. Mengacu pada konsep gedung yang modern dan berbasis
teknologi, maka menggunakan jenis font “ Futura Md Bt” untuk keterangan nama dan jenis
font ”Dense” untuk penulisan nomer. Perpaduan kedua font tersebut bertujuan untuk
mempermudah audience dalam membacanya serta menambah kesan simpel dan modern
namun tidak menghilangkan kesan dari teknologi. Jenis kedua font tersebut dapat dilihat
pada gambar 6.

9

Gambar 6. Font “Futura Md Bt” dan “Dense”
Ukuran yang digunakan adalah 50pt untuk Informasi utama, dan untuk keterangan
tambahan ukuran font yang digunakan adalah 30pt. Khusus pada penulisan nomer
menggunakan ukuran font 160pt.
Yang selanjutnya adalah konsep pictogram. Pictogram yang akan digunakan dalam
perancangan ini adalah hasil dari analisa lingkungan serta fungsi ruangan. Konsep pictogram
mengangkat konsep stilasi dengan menyederhanakan ilusi gambar yang menunjukkan fungsi
atau aktifitas didalamnya. Stilasi ini digambarkan dengan line art agar terkesan simpel, tegas
dan tidak mengganggu layout dari sign system. Konsep Pictogram yang akan digunakan
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Ilustrasi Ikon
Nama Ruangan dan fasilitas

Ilustrasi

Ruang Dosen
Galeri
Lembaga Kemahasiswaan
Test Center CTC
Infrastructure Office
Ruang Kuliah Umum
Lab Sistem Informasi Geografis
Lab Komputerisasi Akuntansi
Lab Bahasa
Colaborative Room
Lab Pascasarjana
Studio Audio Video
Lab Komputer
Ruang Asisten

10

Icon

Ruang Transit Dosen
Pantry
Ruang VIP
Ruang rapat
Ruang Microteaching
Test Center CISCO
Lab Oracle
Lab CISCO
Studio Gambar
Lab Public Relation
Ruang KPTA
Ruang Tata Usaha
Toilet
Parkir

Pictogram dibuat dengan menyesuaikan fungsi atau kinerja dari masing-masing ruangan
yang ada di kantor FTI UKSW. Pictogram digunakan untuk sign system identity dan
beberapa sign system regulation. Setiap ikon memiliki proses stilasi dengan mengilustrasikan
atau dengan menyederhanakan dari gambar aslinya. Dimulai dari ruang dosen, ikon yang
digunakan berupa stilasi orang berdasi. Hal ini menunjukkan dasi sebagai ikon resmi yang
selalu dipakai berbagai profesi termasuk dosen. Art gallery memiliki ikon yang terbentuk
melalui stilasi dari stand lukisan sebagai penggambaran gallery dan lukisan sendiri yang
diilustrasikan gambar pemandangan yang mewakili dari art. Lembaga kemahasiswaan
menggunakan ikon berupa susunan organisasi. Karena lembaga kemahasiswaan terdapat
organisasi – organisasi di dalamnya yang dibagi sesuai kinerja masing – masing. Maka dari
itu, ikon tersebut mewakili tugas dari lembaga kemahasiswaan. Test center CTC
menggunakan ikon kertas pada papan ujian dan gambar centang atau ikon benar, karena ikon
tersebut menceritakan tentang hal yang selalu berhubungan pada setiap tes atau ujian yaitu
salah satunya papan ujian, lembar ujian, dan bentuk centang sebagai penilaian. Infrastructure
office digambarkan dengan ilustrasi dari gabungan tas kantor dan kunci. Tas kantor
merepresentasikan tempat atau wadah dan kunci menjadi penggambaran dari hal yang
rahasia atau tertutup. Ruang kuliah umum memiliki ikon dosen dengan background papan
tulis. Kedua hal tersebut mewakili makna dari proses pembelajaran yang ada di kelas. Lab
sistem informasi geografis menggunakan ikon bola dunia. Penggambaran tersebut mewakili
kata geografis yang selalu berhubungan dengan ilmu geografi. Lab komputerisasi akuntansi
menggunakan ikon kalkulator. Akuntan selalu berhubungan dengan penghitungan yang

11

cepat. Kalkulator menjadi hal utama bagi para akuntan. Maka dari itu penggunaan ikon
tersebut sudah mewakili daripada kinerja ruangan.
Lab bahasa menggunakan ikon orang yang mengenakan headset, karena lab bahasa selalu
berhubungan dengan komunikasi yang melibatkan pendengaran dan bicara. Collaborative
room digambarkan dengan ruangan dengan dua pintu. Sesuai dengan namanya, collaborative
yang berarti gabungan. Gabungan tersebut diilustrasikan dengan dua pintu yang terbuka
seolah – olah terdapat dua ruangan yang berbeda, namun ternyata dua pintu tersebut
memasuki satu ruangan yang sama. Lab pascasarjana digambarkan dengan stilasi topi toga
yang sudah menjadi ikonik disetiap acara wisuda. Studio audio video, ikon yang digunakan
merupakan gabungan dari headset sebagai penggambaran audio, dan ikon segitiga yang
sudah menjadi ikon play pada pemutaran video. Ruang asisten digambarkan dengan ikon
kartu identitas, karena asisten merupakan pendamping atau orang yang membantu dosen,
dalam hal ini diibaratkan sebagai karyawan. Dan setiap karyawan memiliki nametag atau
identitas diri sebagai tanda pengenal. Ruang transit digambarkan dengan penyederhanaan
bentuk dari sofa, karena transit merupakan ruang sementara dan biasanya digunakan untuk
istirahat yang tidak cukup lama. Pantry digambarkan dengan cangkir kopi, sesuai dengan
fungsi ruangannya. Pantry biasanya menjadi dapur disetiap gedung perkantoran , biasanya
karyawan membuat kopi atau minuman lainnya disana. Ruang VIP menggunakan ikon yang
hampir sama dengan ruang transit, namun di tambahkan dengan ilustrasi standing lamp yang
ingin menunjukkan fasilitas serta kenyamanan dari ruangan. Ruang micro teaching
digambarkan dengan kegiatan pembelajaran dengan dua mahasiswa untuk menunjukkan
pembelajaran khusus.
Test center CISCO penggunaan ikonnya diambil dari logo CISCO sendiri. Lab Oracle
menggunakan bentuk stilasi dari gambar database oracle. Lab CISCO sedikit berbeda
dengan ikon test center CISCO. Jika pada test center CISCO diambil dari logonya, pada ikon
Lab CISCO ditambahkan dengan obeng dan kunci yang mewakili makna sebagai reparasi.
Studio Gambar digambarkan dengan perpaduan lampu dengan pensil. Lampu melambangkan
ide atau gagasan, sedangkan pensil melambangkan alat menggambar. Kedua hal tersebut
mewakili fungsi dari studio gambar sebagai tempat menuangkan ide melalui gambar. Lab
public relation digambarkan dengan ikon microphone. Public relation identik dengan hal
yang berhubungan tentang publik atau kepentingan banyak orang. Microphone menjadi wakil
dari kinerja yang memiliki makna penyebar informasi ke banyak orang atau tidak melalui
perorangan. Ruang KPTA menggunakan ikon clip, karena KPTA selalu berhubungan dengan
bendel proposal maupun persyaratan – persyaratan lainnya, penggunaan ikon clip ini
merepresentasikan tentang benda yang memudahkan mahasiswa dalam pengumpulan bendel.
Toilet digambarkan dengan stilasi orang yang menunjukkan wanita dan pria. Perbedaan
tersebut diambil dari bentuk badan persegi untuk pria dan segitiga untuk wanita.
Layout sign system dibagi menjadi empat komponen yaitu wayfinding, sign identity, sign
direction, dan sign regulation. Pada perancangan media ini, ditambahkan aksen yang diambil
dari salah satu bagian gedung FTI UKSW dan selanjutnya dikembangkan melalui digital.
Pattern tersebut ditunjukkan pada gambar 7.

12

Gambar 7. Konsep pattern
Aksen tersebut diambil dari konstruksi di salah satu bagian gedung yang menggambarkan
gabungan dari bentuk segitiga. Segitiga sendiri merepresentasikan tentang hubungan antara
manusia, alam , dan Tuhan sesuai dengan visi FTI UKSW. Menggunakan warna biru sesuai
dengan identitas Fakultas, selain itu warna biru menunjukkan warna teknologi, juga memiliki
kesan sejuk. Dari hasil perancangan konsep diatas, maka selanjutnya adalah implementasi
pada media. Yang pertama adalah wayfinding. Dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Layout dan Ukuran Wayfinding
Wayfinding untuk FTI UKSW berukuran 2m x 1m dengan total ketebalan 7cm. Kedua
layout wayfinding ini menyesuaikan posisi warna pada setiap informasi. Jika background
pada posisi biru, maka warna font adalah hitam. Jika background pada posisi besi, maka font
berwarna biru. Untuk menunjukkan konsistensi sign system, layout yang sama digunakan
juga pada sign identity, sign direction dan sign regulation. Ukuran serta penggambaran kedua
sign tersebut dapat dilihat pada gambar 9.

13

Sign Identity

Sign Direction

Sign Regulation

Gambar 9. Layout dan Ukuran Sign System (Identity, Direction, Regulation)
Layout pada setiap jenis sign sedikit dibedakan melalui ukuran sign menyesuaikan
dengan fungsi dan kebutuhan dalam keterbacaan pada sign. Selain itu, juga untuk
meminimalis sign system agar ruangan tidak terlihat terlalu penuh dengan keberadaan sign
system itu sendiri. Untuk ukuran pada sign identity adalah 30cm x 10cm karena banyak
informasi yang harus ditunjukkan. Sign direction memiliki ukuran 40cm x 15cm karena
menyesuaikan jarak pandang agar audience dapat mengerti dengan jelas. Dan untuk sign
regulation menggunakan ukuran 20cm x 20cm karena dalam sign ini lebih menonjolkan ikon
dan informasi pada layout tidak sebanyak pada sign lainnya.
Selain dilihat dari sisi desain, material yang akan digunakan juga menjadi evaluasi dari
sign system sebelumnya. Untuk memperkuat konsep “world of technology” maka material
yang akan digunakan adalah perpaduan dari besi plat dengan acrylic sebagai media sign
system. Sedangkan untuk penulisan informasi menggunakan cat semprot khusus kaca, karena
bersifat tahan lama dibanding dengan bahan yang lainnya. Penyusunan pemasangan atau
lapisan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10 . Material sign system
Penggunaan material tersebut berlaku untuk semua jenis sign maupun wayfinding. Pada
plat besi yang berada ditengah dibuat sedikit menonjol berbentuk gabungan dari segitiga
14

yang difungsikan sebagai aksen pada setiap sign system selain itu juga merupakan konsep
dari representasi teknologi.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari perancangan redesain sign system ini adalah desain wayfinding, sign identity,
sign direction, dan sign regulation. Selain desain, ditambahkan dengan contoh pemasangan
sign system. Hasil redesain dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Desain sign system
Selanjutnya adalah teknik pemasangan sign system pada beberapa bagian gedung. Sign
system pada perancangan ini terbagi menjadi 2 yaitu indoor dan outdoor. Sign indoor terdiri
dari sign identity, sign direction, dan sign regulation. Teknik pemasangan pada sign identity
adalah ditempel pada dinding samping pintu. Pada sign identity untuk keterangan nama
dosen, sedikit berbeda dengan sign identity lainnya. Karena disetiap ruang dosen tidak semua
ditempati hanya satu orang saja, maka ditambahkan slot kecil sebagai tempat untuk
menambah sign identitas nama dosen yang lainnya. Selanjutnya teknik pemasangan pada
sign direction , adalah dengan digantung pada atap. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
audience yang membaca dari kejauhan. Sign regulation terdapat disetiap bagian yang
dilarang atau berbahaya. Pemasangan sign regulation adalah ditempel pada dinding yang
dapat diakses dengan mata secara mudah, seperti contoh didalam kamar mandi terdapat sign
regulation “dilarang jongkok” ditempel pada dinding diatas closet tujuannya adalah jika
orang masuk, mereka akan dapat langsung membaca peringatan tersebut.
Sign outdoor terdiri dari informasi wayfinding, area parkir, dan halte. Teknik
pemasangannya adalah dengan ditempel pada lantai dengan posisi berdiri. Wayfinding utama
berada didekat pintu masuk. Selain wayfinding utama, wayfinding juga terdapat disetiap
lantai pada gedung. Pemasangan untuk wayfinding adalah didekat lift. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah audience ketika keluar dari lift untuk mencari ruangan yang mereka tuju
dengan membaca wayfinding tersebut. Sign area parkir berada didaerah alur masuk area
parkir, karena pada informasi parkir menunjukkan arah parkir mahasiswa dan dosen yang
berbeda. Yang terakhir adalah halte yang dipasang didekat area halte.

15

Setelah melalui tahap perancangan media, tahap selanjutnya adalah pengujian yang
dilakukan secara wawancara kepada penguji. Pengujian pertama dilakukan dengan bapak
Teguh Indra Bayu selaku Kepala Sarana dan Prasarana (Sarpras) FTI UKSW, menyatakan
bahwa redesain sign system lebih menarik dari segi desain dibanding dengan sign system
yang sebelumnya, konsep yang sesuai dengan konsep gedung. Selain itu, disarankan untuk
menambahkan space sebagai informasi tambahan, contoh jika ada informasi kelas kosong
atau dosen sedang tidak ada di tempat. Ditambahkan dengan sign yang memiliki unsur
teknologi touchscreen agar dapat diakses mahasiswa maupun dosen secara mudah.
Pengujian kedua dilakukan dengan target audience yaitu mahasiswa FTI UKSW.
Pengujian ini dilakukan kepada 10 mahasiswa dari berbagai progdi. Dalam pengujian ini,
hasil yang didapatkan adalah warna yang sesuai. Dengan warna tersebut menghilangkan
kesan boring. Informasi mudah dibaca, dan pictogram yang sesuai. Selain itu, sign system
terlihat mewah. Namun, layout biru sebagai background sedikit mengganggu, disarankan
untuk lebih diperkecil agar font terbaca dengan jelas.
Pengujian ketiga dilakukan dengan ahli desain yaitu bapak Djoko Hartanto, pada
pengujian ini lebih menekankan pada segi desain. Hasil dari pengujian yaitu konsep menarik,
material yang mudah didapatkan. Namun terdapat sedikit kekurangan pada dummy yaitu
pertimbangan scale pada dummy kurang diperhatikan. Disarankan untuk menggunakan
kerming atau spasi per huruf yang tidak terlalu lebar. Selain itu, pada penggunaan material
akan lebih baik jika hanya terdiri dari satu layer saja karena akan lebih menghemat biaya.
Dari ketiga pengujian tersebut, disimpulkan melalui analisis pengujian bahwa pada
perancangan ini memiliki kekurangan dan kelebihan serta saran dari masing- masing penguji.
Kelebihan dari redesain sign system ini adalah desain yang lebih menarik dari sebelumnya,
pictogram menjadi nilai tambahan pada sign system ini, warna yang digunakan sesuai dengan
konsep gedung. Sedangkan kekurangan dari sign system ini adalah spasi pada font terlalu
lebar sehingga pemenggalan kata kurang jelas. Material yang digunakan tergolong material
yang mewah. Saran untuk perancangan ini yang pertama adalah penggunaan material
sebaiknya menggunakan satu layer saja atau satu jenis material untuk menghemat biaya.
Pada penulisan informasi lebih baik menggunakan jenis font yang memiliki kerming atau
jarak antar huruf yang tidak terlalu lebar untuk mempermudah keterbacaannya. Ditambahkan
space pada sign identity sebagai informasi tambahan.
5. Simpulan
Melalui perancangan redesain ini, dapat disimpulkan bahwa sign system menjadi hal yang
penting dalam suatu ruang publik. Berbagai unsur dalam merancang sebuah sign system
harus diperhatikan, khususnya adalah menganalisis berbagai unsur yang menjadi bahan
proses pembuatan sign system yang sesuai dengan visi dan misi serta standarisasi sign
system. Penggunaan tema “world of technology” dimaksudkan sebagai representasi Fakultas
yang memiliki konsentrasi pendidikan dalam bidang IT. Perancangan redesain sign system ini
dapat menjadi evaluasi untuk lebih meningkatkan kualitas serta fasilitas gedung kantor
Fakultas Teknologi Informasi terkhususnya untuk mempermudah audience dalam mengerti
maksud atau fungsi sign system sehingga mempermudah audience dalam melakukan kegiatan
didalamnya.
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan perancangan ini dapat menjadi acuan yang
baik. Analisis yang kuat akan mempermudah dalam merancang sebuah sign system. Selain
itu, penataan ruang juga berpengaruh dengan layout sign system untuk menciptakan suasana
16

yang sesuai dengan kondisi ruang. Saran untuk FTI, kedepannya sign system di kantor FTI
dapat lebih menunjang kebutuhan audience bukan hanya sebagai perlengkapan gedung,
namun fungsi dari sign system sendiri dapat dimengerti audience dengan baik. Jika melihat
dari konsep gedung, dapat ditambahkan dengan wayfinding yang bersifat interaktif. Nantinya
wayfinding bukan hanya sebagai petunjuk arah atau informasi tempat namun sekaligus dapat
menjadi pusat informasi – informasi penting lainnya.
6. Daftar Pustaka
[1] Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, Akademik :
http://fti.uksw.edu/akademik. Diakses pada 8 Maret 2017.
[2] Visi & Misi FTI UKSW: http://fti.uksw.edu/tentang-kami/visi-a-misi. Diakses pada 8
Maret 2017.
[3] Bab II II 1.Sign System II 1.1. Definisi Sign System:
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/599/jbptunikompp-gdl-irpandjuli-29909-8-unikom_ii.pdf . Diakses pada 10 Maret 2017.
[4]Santoso, Ade, Marvin, 2013, Perancangan Redesain Sign System. Universitas Kristen
Petra Surabaya.
[5]Ramandhita, Dwipa dan Indrayana, Denny, 2012, Perancangan Environmental Graphic
Design Museum Sepuluh Nopember Surabaya Area Dalam.
[6] Hutajulu,Rina.(2008). Concept Enviromental Graphic Design, Edisi 23.Jakarta :
PT.Konsep Media.
[7] Locker, Pam. (2010). Basic Interior design 02 Exhibition design.
[8] Johansen, Jorgen Dines and Svend Erik Larsen. (2002). Sign In Use ( An Introduction To
Semiotics). London: Routledge.
[9] Katz, Joel.(1943) Designing Information : Human Factors and Common Sense In
Information Design. Newyork : Wiley
[10]Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Analisis Tanda pada Karya Desain Komunikasi Visual :
http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/2235.pdf. Diakses pada 12 Maret 2017.
[11]Sihombing, Danton, (2001), Tipografi dalam Desain Grafis. : Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
[12] Christoper, Jhones. (1969). Design Method.
[13] Sarwono, Jonathan & Lubis, Hary.(2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi
visual.Yogyakarta : C.V Andi offset.
[14] Pembangunan Gedung FTI UKSW : http://www.ftiuksw.org/gedung-fti. Diakses pada
tanggal 15 Maret 2017.
[15] Applying the Golden Ratio in Modern Designs : http://www.hongkiat.com/blog/goldenratio-in-moden-designs/.15 Maret 2017.

17

Dokumen yang terkait

Perancangan Sarana Praktikum Prestasi Mesin Pendingin Pembuat Es Batu

10 135 1

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas Pada Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat)

13 113 104

Citra IAIN dan Fakultas Dakwah pada komunitas publiknya: studi FGD terhadap sepuluh komunitas sekitar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 53 125

Sistem Informasi Penjualan, Pembelian Dan Persediaan Barang Pada Toko Sejati Bandung

19 106 156

Perancangan media katalog sebagai sarana meningkatkan penjualan Bananpaper : laporan kerja praktek

8 71 19