budidaya jagung dgn PTT yang efisien scr (1)

TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG MELALUI PENDEKATAN
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) YANG LAYAK SECARA
TEKNIS DAN EKONOMIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah
Teknologi Produksi Tanamana pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Oleh:
Kelas/Kelompok : H/7
Aulia Rachima Yani

(131510601085)

Nurfitriani

(131510601088)

Bagas Yanuar Kafaby

(131510601089)


LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris. Lebih dari 60% penduduk Indonesia
menggantungkan

kehidupan

pada

sektor

pertanian.


Berbagai

tanaman

dikembangkan di Indonesia, baik tanaman pangan seperti: padi, jagung, kedelai
dan kacang-kacangan, ubi-ubian, maupun berbagai jenis tanaman holtikultura.
Hasil pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri serta sebagai salah satu komoditas ekspor. Melimpahnya hasil pertanian
Indonesia membuat Indonesia pernah menjadi negara berswasembada beras pada
masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mulai
ditingkatkan nilai tambahnya melalui pengembangan agroindustri pedesaan.
Jagung sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, sosial dan keamanan
nasional. Hal ini disebabkan Jagung sebagai bahan pangan yang merupakan
sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu jagung juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri makanan dan pakan ternak.Seiring dengan
berjalannya waktu yang kebutuhan pangan di Indonesia semakin meningkat
dikarenakan pertambahan jumlah penduduk yang besar, jika penduduk
menggantungkan hidup pada salah satu jenis makanan pokok dirasakan kurang
tepat lagi. Ini merupakan salah satu masalah serius bagi bangsa Indonesia.

Dalam budidaya jagung terdapat beberapa faktor umum yang harus
diperhatikan. Faktor umum yang harus diperhatiakan antara lain seperti faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal menyangkut sifat genetis yang
terkandung pada tanaman yang akan dibudidayakan.
Sebagai salah satu tanaman yang serumpun dengan padi, yaitu jagung (Zea
mays L) termasuk bahan makanan pokok andalan Indonesia dengan kandungan
gizi yang sebanding dengan beras. Di beberapa daerah seperti: Madura, Nusa
Tenggara, dan Sulawesi, jagung bahkan menjadi bahan makanan pokok. Seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat hal itu juga akan
menambah kebutuhan pangan penduduk kita. Untuk itu perlu dilakukan
diversivikasi pangan secara optimal dengan jalan memaksimalkan potensi,

intensifikasi, serta ekstensifikasi tanaman pangan berpotensi selain padi salah
satunya jagung.
Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi
produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang
sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para
peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih
meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih
meningkat. Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan

industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia
dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan
baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi
nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut.
Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri
makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan
kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku
industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai
tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan bahan baku industri
pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok dibeberapa daerah di Indonesia.
Salah satu usaha yang saat ini sedang diusahakan oleh Departemen Pertanian
untuk meningkatkan produktifitas jagung ialah dengan melalui Pendekatan PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu). Laporan ini akan membahas mengenai
bagaimana teknik produksi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang efektif
secara teknis dan ekonomis.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud dengan teknik produksi melalui pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) ?


2.

Bagaimana teknik produksi jagung melalui pendekatan PTT yang layak
secara teknis maupun ekonomis ?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan

1.

Mengetahui teknik produksi melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT).

2.

Mengetahui teknik produksi jagung melalui pendekatan PTT yang layak
secara teknis maupun ekonomis.

1.3.2 Manfaat

1.

Bagi mahasiswa dapat mengetahui produksi melalui pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu.

2.

Bagi mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teknik produksi jagung
melalui pendekatan PTT yang layak secara teknis maupun ekonomis.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang
ekonomis dan berpeluang untuk dikembangkan. Jagung biasanya digunakan
sebagai bahan baku industri makanan, industri kimia, industri farmasi dan pakan
ternak. Perkembangan produksi jagung di Indonesia selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan (Pranasari, 2012). Jagung masih satu keluarga dengan
gandum dan padi yang merupakan tanaman asli benua Amerika. Tanaman ini
menjadi makanan pokok penduduk suku Indian di Amerika (Agung, 2010).
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peran
strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian nasional (Syafruddin,

2011). Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua
terpenting sebagai sumber karbohidrat setelah beras. Hingga akhir tahun 2010
impor jagung mencapai 2,5 juta ton dari kebutuhan 5,5 juta ton atau meningkat
65% dari tahun 2009 (Mubarakkan, 2012). Salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah dengan memilih sistem pola
tanam yang tepat (Marliah, 2010).
Jagung merupakan salah satu sereal paling banyak dibudidayakan di dunia.
Berpigmen jagung telah menerima perhatian meningkat dari perspektif
nutraceutical karena mengandung beberapa bioaktif fitokimia seperti karotenoid,
tokoferol, asam fitat dan senyawa fenolik. Meskipun senyawa ini dianggap non
gizi, minat antioksidan dan bioaktif mereka properti telah meningkat karena
manfaat kesehatan potensial mereka (Bacchetti, 2013).
Jagung memiliki aplikasi kuliner yang beragam di seluruh dunia. Sebagian
besar varietas jagung manis yang digunakan dalam pembuatan hidangan jagung.
Jagung atau jagung dianggap sebagai makanan pokok di banyak bagian dunia.
Resep jagung paling sering dibuat adalah popcorn. The jagung manis umumnya
dimakan sebagai baku dan sayang digunakan dalam sup, salad, sebagai hiasan.
Jagung secara luas digunakan dalam pembuatan tepung jagung, 'roti makkiki' dan
sarapan yang paling umum sereal, corn flakes adalah resep jagung paling populer
(Milind dan Dhamija Isha, 2013).


Jagung muda adalah telinga tanaman jagung (Zea mays L.) dipanen muda,
terutama sebelum atau setelah sutra telah muncul dan tidak ada pembuahan telah
mengambil tempat yang tergantung pada kultivar. Hal ini umumnya digunakan
sebagai sayuran dan memiliki telah menunjukkan memiliki kandungan serat yang
tinggi, yang kering bubuk jagung muda mengandung 30,4% dari total diet serat
(Lim, 2013). Jagung (Zea mays L.) membutuhkan air dan mineral untuk tumbuh
dan mengembangkan organnya (Islam, 2011).
Kebutuhan pokok berbahan baku jagung untuk pakan ternak, bahan pangan,
dan industri di Indonesia setiap tahunnya meningkat (Mubarakkan, 2012). Sebagai
bahan pakan, jagung terutama digunakan sebagai pakan unggas dengan proporsi
lebih dari 50% dari total bahan pakan yang digunakan. Hal ini menyebabkan
permintaan jagung terus meningkat, baik di pasar domestik maupun internasional
(Syafruddin, 2011).
Tanaman jagung hibrida sebagaimana tanaman jagung pada umumnya akan
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila semua syarat-syarat tumbuh
terpenuhi (Warisno, 2005). Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah
hingga dataran tinggi. Secara umum, tanaman ini sangat toleran dan mampu
beradaptasi dengan iklim di Indonesia. Lahan tanam yang baik untuk budidaya
jagung adalah lahan kering yang berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan

terasering, lahan gambut yang telah diperbaiki, atau lahan basah bekas menanam
padi (Agung, 2010).
Cara bertanam jagung hibrida biasanya menggunakan suatu alat yang
disebut tugal atau ponjo. Tugal atau ponjo terbuat dari kayu yang salah satu
ujungnya dibuat runcing. Tugal tersebut ada yang bermata tunggal, bermata dua,
atau bermata tiga, disesuaikan dengan kebutuhannya (Warisno, 2005).

4.1

BAB 3. PEMBAHASAN
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Jagung
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung adalah suatu pendekatan

inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani
melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Prinsip
utama penerapan PTT : 1) Partisipatif 2) Petani berperan aktif memilih dan
menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan
kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapang (LL). 3)
Spesifik Lokasi 4) Kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya
dan ekonomi petani setempat. 5) Terpadu. 6) Sumber daya tanaman, tanah dan air

dikelola dengan baik secara terpadu 7) Sinergis atau Serasi 8) Pemanfaatan
teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang
saling mendukung. 9) Dinamis 10) Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial-ekonomi setempat.
Ada beberapa komponen teknologi yang harus diperhatikan pada PTT ini
antara lain: varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, populasi tanaman
optimal, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah,
penyiapan lahan, pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi, pemberian
bahan organik dan pengendalian opt yang tepat sasaran. Komponen yang pertama
ialah varietas unggul. Varietas Unggu Baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi,
tahan terhadap hama penyakit dan deraan lingkungan setempat atau memiliki sifat
khusus tertentu. VUB hibrida antara lain adalah Bima 3, Bima 4, Bima 5, Bima 6,
sedangkan VUB komposit antara lain Lamuru, Bisma, Sukmaraga, Srikandi
Kuning 1 dan Srikandi Putih 1.Penggunaan varietas unggul akan memberikan
pendapatan yang lebih tinggi. Pemilihan varietas disesuaikan dengan kondisi
setempat, keinginan petani, dan permintaan pasar.
Contoh penentuan varietas unggul berdasarkan kondisi lahan dan
permodalan :
a.


Untuk lahan semi-marjinal sebaiknya diarahkan ke varietas komposit
(Lamuru, Sukmaraga, Gumarang, Pulut, dll.)

b.

Untuk lahan produktif dengan modal tersedia sebaiknya diarahkan ke
varietas hibrida.

c.

Untuk lahan produktif akan tetapi modal terbatas maka sebaiknya diarahkan
penggunaan ke varietas komposit (Lamuru, Bisma, Srikandi Putih/ Kuning,
Anoman dll).
Komponen selanjutnya ialah benih bermutu adalah benih dengan tingkat

kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%) yang umumnya ditemukan pada
benih yang berlabel.Perlakuan benih dengan bahan aktif kimia anjuran yaitu
metalaksil diperlukan untuk mencegah penularan penyakit bulai.
Komponen berikutnya ialah populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam
dan mutu benih yang digunakan. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 70 - 75 cm x
20 cm (1 biji per lubang: 70 - 75 cm x 40 cm (2 biji per lubang): legowo : (80 100) x 40 x 20 cm (1 biji per lubang), (80 -100) x 40 x 40 (2 biji per lubang).
Benih yang mempunyai daya tumbuh >95% dapat memenuhi populasi 66.000 75.000 tanaman/ha. Dalam budidaya jagung tidak dianjurkan menyulam karena
pengisian biji dari tanaman sulaman tidak optimal.
Setelah populasi ditentukan, pemberian pupuk juga harus diperhatikan,
berbeda antar lokasi, pola tanam, jenis jagung yang digunakan hibrida atau
komposit dan pengelolaan tanaman. Penggunaan pupuk spesifik lokasi
meningkatkan hasil dan menghemat pupuk. Kebutuhan hara N tanaman dapat
diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan daun jagung dengan Bagan
Warna Daun (BWD), sedangkan kebutuhan hara P dan K dengan Perangkat Uji
Tanah Kering (PUTK) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Rekomendasi
pemupukan : Phonska 250 - 300 kg/ha dan Urea 300 - 450 kg/ha.
Ada 2 hal penting dalam komponen teknologi PTT pada penyiapan lahan
meliputi : 1) Olah Tanah Sempurna (OTS) pada lahan kering. Tanah diolah dengan
bajak ditarik traktor atau sapi atau dapat menggunakan cangkul, kemudian digaru
dan disisir hingga rata. 2) Tanpa Olah Tanah (TOT) atau olah tanah minimum
pada lahan sawah setelah padi. Setelah tanah diolah lalu juga harus
memperhatikan saluran drainase dan irigasi. Pembuatan saluran ini juga
memperhatikan kondisi lahan yang digunakan baik sawah maupun kering.

Pada lahan kering, saluran drainase diperlukan untuk pengairan air dari areal
pertanaman, terutama pada musim hujan, karena tanaman jagung peka terhadap
kelebihan air. Saluran drainase dibuat pada saat penyiangan pertama dengan
menggunakan cangkul. Pada lahan kering, saluran drainase berfungsi sebagai
permatus air pada saat hujan. Alternatif pemberian air bisa dilakukan melalui
sistem kocor bersamaan dengan pemupukan, khususnya untuk tanah-tanah yang
berliat. Sedangkan pada lahan sawah, saluran irigasi diperlukan untuk
mempermudah pengaturan pengairan tanaman, dibuat pada saat penyiangan
pertama. Saluran irigasi yang dibuat untuk setiap dua baris tanaman lebih efisien
dibandingkan dengan setiap baris tanaman.
Pemberian Bahan Organik
a.

Bahan organik berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan
kompos (humus) merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat
berbentuk padat atau cair.

b.

Manfaat penggunaan pupuk organik :


Memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah.



Membantu menyediakan unsur hara (mikro).

 Membantu

mengatasi kekurangan hara P dan K khususnya untuk tanah-

tanah volkan.
c.

Penggunaan pupuk organik dianjurkan untuk lahan sawah sebanyak 2 - 3
t/ha dan lahan kering 3 - 5 t/ha.

d.

Pupuk organik sebaiknya diberikan melalui kowakan larikan (alur tanaman)
atau bersamaan dengan pengolahan tanah.

Pembumbunan
a.

Pembumbunan bertujuan untuk meberikan lingkungan akar yang lebih baik,
agar tanaman tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah.

b.

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan
pembuatan saluran, atau setelah pemupukan kedua bersamaan dengan
penyiangan kedua secara mekanis.

Pengendalian Gulma secara Manual atau Herbisida


Penyiangan pertama pada pertanaman jagung sebaiknya dilakukan pada
umur 14 - 20 HST bersamaan dengan pembuatan alur drainase atau
pengairan.



Penyiangan bisa dilakukan secara manual atau herbisida kontak (bahan aktif
paraquat) 1 - 1,5 liter/ha. Untuk menghindarkan tanaman jagung dari
herbisida, disarankan nozle sprayer diberi pelindung agar tidak mengenai
daun jagung ± 20 cm di atas permukaan tanah.



Periode kritis tanaman jagung terhadap gulma adalah pada dua bulan
pertama masa pertumbuhan.

Pengendalian OPT Tepat Sasaran
Berdasarkan pendekatan pengendalian secara terpadu :
a. Identifikasi jenis dan populasi hama
b. Penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian ekonomi atau ambang
tindakan.
c. Cara pengendalian :


Mengusahakan tanaman selalu sehat



Pengendalian secara hayati



Penggunaan varietas tahan



Secara fisik dan mekanis



Penggunaan pestisida kimia

d.

Hama utama : lalat bibit, penggerek batang, penggerek tongkol

e.

Penyakit

utama

:

bulai,

bercak

daun

dan

busuk

pelepah.

Panen Tepat Waktu


Panen dilakukan jika kelobot tongkol telah mengering (berwarna coklat),
biji telah mengeras dan terbentuk lapisan hitam minimal 50% pada setiap
baris biji.



Panen lebih awal kadar air biji tinggi menyebabkan biji keriput, warna
kusam dan bobot biji lebih ringan.

Jika terlambat panen pada musim hujan menyebab-kan tumbuhnya jamur



dan bahkan biji berkecambah.


Jagung pipil dijemur hingga kadar air biji mencapai sekitar 15%.

4.2

Teknik Produksi Jagung dengan PTT secara Teknis Maupun Ekonomis
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung merupakan rakitan beberapa

teknologi yang mempertimbangkan segala sumber daya yang ada.
1. Benih
• Kebutuhan 20 kg/ha
• Mutu: Bagus (daya kecambah > 85% dan CVL < 0,5%)
• Tersedia saat dibutuhkan secara cukup
2. Varietas
• Hibrida (Bisi-2, P11, NK22 dan lain-lain)
• Komposit (Srikandi Kuning, Lamuru, Gumerang, dan lain-lain)
• Varietas local
3. Persiapan Lahan :
a. Olah tanah
– Diolah sempurna bila tanahnya keras
– Diolah minimum, diolah di tempat biji akan ditanam
– Tanpa olah tanah, bila tanah cukup gembur.
b. Pembuatan drainase, dibuat saluran sedalam 30 cm, dengan jarak 3-5 m
antar saluran, dan saluran pinggir (dekat pematang) dibuat lebih dalam (60
cm)
c. Dilakukan pengguludan bila tanam musim hujan.
4. Penanaman
- Ditugal, dengan jarak 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang, untuk jagung
lokal 60 cm X 20 cm, 2 tanaman/lubang.
- Sebelum biji ditanam diperlakukan dengan mefenoksom dan monhozeb
dan bersamaan tanam di karbofuran yang dimasukkan dalam lubang
tugalan.

- Setelah biji ditanam, tutup lubang dengan tanah atau pupuk kandang atau
abu sekam.
5. Pemupukan
(a) Dosis pupuk
• Hibrida : 400 kg Urea, 100-150 kg SP 36, dan 50-100 kg KCI per ha.
• Komposit : 300 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 100 kg KCI per ha 50 kg SP 36
dan 50 kg KCI per ha. Dianjurkan menggunakan pupuk organik (pupuk
kandang) minimal 1,0 t/ ha.
(b) Cara memupuk
• Seluruh dosis pupuk organik + SP 36 + KCI diberikan bersamaan tanam.
• 1/3 dosis Urea diberikan pada saat tanaman umur 7-10 hari, 1/3 dosis lagi
saat umur 3-4 minggu dan 1/3 dosis sisa diberikan saat umur 6 minggu.
• Cara memupuk, dianjurkan untuk disret/ditugal di samping tanaman
kemudian ditutup dengan tanah. Setelah dipupuk segera diairi.
6. Penyiangan
• Dilakukan sebelum pemupukan.
• Sebaiknya digunakan herhisida sebelum tanam.
7. Pengendalian hama dan penyakit
• Penyakit utama jagung adalah bulai, dikendalikan dengan metaloksil (2 gr/1
kg biji), yang dicampurkan pada biji sebelum ditanam.
• Hama pengerek batang (lalat bibit, Heliothis sp, dll.) dikendalikan dengan
karbofuran yang diletakkan dalam lubang saat tanam, atau dengan
meletakkan beberapa butir pada pucuk tanaman.
8. Pengairan
• Dilaksanakan bila tidak ada hujan, 6 kali selama musim tanam, yakni saat
tanam umur 15, 30, 45, 60, dan 75 hari setelah tanam.
• Diairi secara merata dan tidak menggenang.
• Bila hujan cukup banyak pengairan tidak diperlukan.
9. Pemeliharaan lain
Bila air melimpah di perlukan pengguludan dan memperdalam saluran
drainase.

10. Panen
Jagung siap dipanen ditandai oleh kelobot mengering, biji mengkilat dan
bila ditekan dengan kuku tidak luka (k.a. ± 22-26%).
11. Pemipilan
Bila cukup kering (k.a. 18%), mudah dipipil dan lembaga tidak rusak.

BAB 4. PENUTUP
4.1

Simpulan

1.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung adalah suatu pendekatan
inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan
petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama
petani.

2.

Komponen PTT ini antara lain: varietas unggul, benih bermutu dan berlabel,
populasi tanaman optimal, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan
status hara tanah, penyiapan lahan, pembuatan saluran drainase atau saluran
irigasi, pemberian bahan organik dan pengendalian opt yang tepat sasaran.

4.2

Saran
Dalam melaksanakan penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

sebaiknya diperhatikan dengan sungguh-sungguh komponen apa yang akan
diterapkan. Hal ini dimaksudkan agar dalam penerapan PTT dapat memberikan
dampak yang positif dan dapat meningkatkan produktifitas.

DAFTAR PUSTAKA

Islam, M. Robiul, Z. Zeng, J. Mao, A. Egrinya Eneji, X. Xue1, Y. Hu. 2011.
Feasibility Of Summer Corn (Zea Mays L.) Production in Drought Affected
Areas of Northern China Using Water-Saving Superabsorbent Polymer.
Plant Soil Environt, 57(6):279–285.
Marliah, Ainun, Jumini, dan Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam antar Barisan
pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang
Merah terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Agrista, 14(1):30-38
Milind, Parle and Dhamija Isha. 2013. Zea Maize: A Modern Craze. International
Research Journal of Pharmacy, 4(6):39-43.
Mubarakkan, M. Taufik, Bieng Brata. 2012. Produktivitas dan Mutu Jagung
Hibrida Pengembangan dari Jagung Lokal pada Kondisi Input Rendah
Sebagai Sumber Bahan Pakan Ternak Ayam. Penelitian Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(1):67-74.
Pranasari, Rizka Amalia, Tutik Nurhidayati, dan Kristanti Indah Purwani. 2012.
Persaingan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Rumput Teki (Cyperus
rotundus) pada Pengaruh Cekaman Garam (NaCl). Sains dan Seni ITS,
1(1):54-56.
S, Agung. 2010. Budidaya Jagung Hibrida. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.
Syafruddin. 2011. Modifikasi Sistem Pertanaman Jagung dan Pengolahan
Brangkasan untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Lahan Kering.
Litbang Pertanian, 30(1):16-22.
T, Bacchetti, Masciangelo S, Mischetti A, and Feratti G. 2013. Carotenoids,
Phenolic Compounds and Antioxidant Capacity of Five Local Italian Corn
(Zea Mays L.) Kernels. Nutrition and Food Science, 3(6):2-4.
Warisno. 2005. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta : Kanisius.
Y, J. Lim and Wan Rosli. W.I. 2013. The Ability of Zea Mays Ears (Young Corn)
Powder in Enhancing Nutritional Composition and Changing Textural
Properties and Sensory Acceptability of Yeast Bread. International Food
Reaserch Journal, 20(2):799-804.