SPESIFIKASI PNK GEDUNG

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT (RKS)
PEKERJAAN STRUKTUR DAN ARSITEKTUR
LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG
KANTOR PENGADILAN NEGERI KELAS IA KUPANG
TAHUN ANGGARAN 2014

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 1

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

BAB XII
SPESIFIKASI TEKNIS
1.

URAIAN UMUM

1.1.


1.2.

1.3.

1.4.

2.

LINGKUP PEKERJAAN

2.1.

2.2.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Gedung
Kantor Pengadilan Negeri Kelas IA Kupang Tahap
III
Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada :

a. Rencana kerja dan syarat-syarat
b. Bestek, detail dan gambar kerja
c. Risalah Aanwizjing
d. Keputusan Direksi lapangan
Apabila terjadi perbedaan teknis/ persepsi
pelaksanaan maka diharuskan
tentang
berkonsultasi dan persetujuan pihak Direksi
Pemborong diharuskan menyerahkan contoh
material/ bahan/ barang sebelum digunakan/
dipasang di lapangan
Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi
pengadaan material, tenaga kerja dan peralatan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan yang termasuk dalam kontrak
Lingkup pekerjaan adalah :
a. Pekerjaan Bangunan Standar
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Struktur :
I.

Struktur Lantai
c. Pekerjaan Arsitektur
I. Pekerjaan Lantai Dasar
II. Pekerjaan Lantai 2 (Dua)
III. Pekerjaan Exterior
d. Pekerjaan Mekanikal dan Eletrikal
I. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
II. Pekerjaan Plumbing dan Sanitary

3.

SITUASI

BAB XII Spesifikasi Teknis

3.1. Lokasi Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan
Negeri Kelas IA Kupang adalah :
Jalan Pala - Kota Kupang
3.2. Pembangunan yang akan dilaksanakan terdiri
dari :


Halaman 2

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

a. Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan
Negeri Kelas IA Kupang Tahap III ini adalah
lebih ke pekerjaan Arsitektur dan ME,
sedangkan pekerjaan strukturnya hanya
sebagian kecil saja, seperti Plat lantai 1 yang
masih ada beberapa bagian belum tercor.

BAB XII Spesifikasi Teknis

3.3.

Pada saat Aanwizjing lapangan lokasi akan
ditunjukan pekerjaan yang akan dilaksanakan,
Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak, terutama
keadaan tanah, sifat dan luasnya pekerjaan, dan

hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga
penawaran. untuk itu setiap rekanan diharuskan
meneliti dengan seksama setiap detail bangunan
rencana

3.4.

Ukuran luas tersebut dalam pasal 1 ayat-ayat
terdahulu dimaksudkan sebagai garis besar/
prinsip/ patokan pelaksanaan dan pegangan
Kontraktor.

3.5.

Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala
kondisi yang ada (Existing) di Tapak yang meliputi
antara lain, pepohonan, saluran drainase, pipa,
kabel dibawah tanah dan lain sebagainya yang
dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.


3.6.

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus
dilakukan pembongkaran ataupun pemindahan
hal-hal tersebut diatas, maka Kontraktor
diwajibkan
memperbaiki
kembali,
atau
menyelesaikan
pekerjaan
tersebut
sebaik
mungkin tanpa mengganggu system yang ada.

3.7.

Didalam kasus ini Kontraktor tidak dapat
mengajukan “klaim” biaya pekerjaan tambah,

sebelum
melakukan
pemindahan/
pembongkaran segala sesuatu yang ada di
lapangan, Kontraktor diwajibkan melaporkan
dahulu ke Konsultan Pengawas/Direksi.

3.8.

Kelalaian atau kekurangtelitian Kontraktor dalam
hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim baik dari segi waktu maupun
biaya.

Halaman 3

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

4.


UKURAN TINGGI DAN
PATOK

3.9.

Lahan bangunan akan diserahkan kepada
pemborong dengan kondisi seperti pada saat
Aanwizjing lapangan, seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk meneliti dan meninjau
lapangan adalah menjadi tanggung jawab
sepenuhnya pihak rekanan.

4.1.

Satuan
Semua ukuran yang ada dalam rencana adalah
dalam cm (centi meter) untuk ukuran baja dalam
mm atau inch
Permukaan atas lantai keramik (P + 0,00) adalah
100 cm dari tanah setelah ukuran tanah hasil

timbunan, kecuali ditetapkan lain pada saat
rapat penjelasan pekerjaan (sesuai gambar
rencana)
Ukuran penduga dari Pipa dia 2” setinggi 100 cm
dari muka tanah asli, yang dilakukan dengan cor
beton untuk pondasinya. Ukuran penduga
tersebut merupakan titik pikat tetap yang harus
dibuat pemborong sesuai arahan Direksi.
Mengukur letak bangunan
Ketentuan letak bangunan harus dibawah
arahan dan pengawasan pihak Direksi,
pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan
alat ukur THEODOLITE dan perlengkapan lainnya
yang dibutuhkan dalam pengukuran
Kontraktor harus menyediakan pembantu yang
ahli dalam cara-cara mengukur, alat-alat
penyipat datar (Theodolit, Waterpass), prisma
silang pengukuran menurut kondisi dan situasi
tanah bangunan, yang selalu berada di
lapangan.


4.2.

4.3.

4.4.

4.5.

BAB XII Spesifikasi Teknis

4.6.

Perbedaan antara gambar Kerja Dokumen
dengan keadaan di lapangan harus dilaporkan
kepada Konsultan Pengawas/Direksi, selanjutnya
Konsultan Pengawas/Direksi berkonsultasi dengan
Konsultan Perencana.

4.7.


Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan
tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/
Direksi.

Halaman 4

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

5.

DIREKSI KEET/ LOS
KERJA

5.1.

5.2.

Pada awal pelaksanaan pekerjaan tahap
pertama
berlangsung,
pemborong
telah
menyiapkan
bangunan
sementara
yang
berfungsi sebagai kantor proyek dan atau los
kerja yang dipergunakan sebagai operasional
kantor dan tempat menyimpan barang/ material,
peralatan maupun dapat digunakan sebagai los
kerja bagi tempat tinggal sementara tenaga
kerja
Bangunan sementara ini masih terus dapat
difungsikan untuk pelaksanaan pekerjaan tahap
III.

6.

GAMBAR-GAMBAR
DOKUMEN

6.1.

Rencana Kerja dan syarat-syarat ini
(RKS)
dilampiri
a. Gambar Site Plan
b. Gambar Kerja Struktur ( SI )
c. Gambar Kerja Arsitektur ( AR )
d. Gambar Kerja Mekanikal / Elektrikal ( ME/EL )

7.

PERATURAN TEKNIS
PEMBANGUNAN
YANG DIGUNAKAN

7.1.

Dalam melaksanakan Pekerjan, kecuali bila
ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syaratsyarat ini, berlaku dan mengikat ketentuanketentuan dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 5

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

a.

Peraturan Umum tentang Pelaksanaan
Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwarden voor de Uitvoering bij Aaneming
vanoenbare Werken (AV) 1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia
untuk Arbitasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia.
c. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan
Kerja Departemen Tenaga Kerja.
d. Peraturan Beton bertulang Indonesia NI - 2
PBI 1971.
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI 5 PKKI.
f.
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia PPBI 1984.
g. Peraturan Muatan Indonesia PMI.
h. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
NI - PUBI 1970.
i.
Peraturan Umum Listrik Indonesia PUIL 1979
dan Peraturan PLN setempat.
j.
SK SNI No. T - 15 - 1991 - 03.
k. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir
Indonesia PUIPP.
l.
Pedoman Plumbing Indonesia PPI 1979.
m. Persyaratan Cat Indonesia NI - 4.
n. Peraturan Kapur Indonesia NI - 7.
o. Peraturan Semen Portland Indonesia NI - 8.
p. Peraturan Bata merah sebagai bahan
bangunan NI - 10.
q. Peraturan dan ketentuan lain yang
dikeluarkan oleh Dinas/Instansi Pemerintah
setempat yang bersangkutan dengan
masalah bangunan.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 6

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

r.

8.

PENJELASAN RKS DAN
GAMBAR

BAB XII Spesifikasi Teknis

Untuk melaksanakan Pekerjaan ini, berlaku
dan mengikat pula :
Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan
Perencana dan disahkan oleh Pemberi
Tugas termasuk pula Gambar Detail
(Shop Drawing) yang
Pelaksanaan
diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah
disahkan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
Gambar dan Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan (AANWIJZING).
Berita Acara Penunjukan.
Surat Keputusan Pemimpin Pelaksana
tentang Penunjukan Kontraktor.
Surat Perintah Kerja (SPK).
Jadwal Pelaksanaan
(Tentative Time
Schedule) yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas/Direksi dan Pemberi

8.1.

Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja,
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS); termasuk
tambahan dan perubahannya dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan yang dibantu
Konsultan Pengawas/Direksi.

8.2.

Ukuran.
Pada dasarnya semua ukuran utama yang
tertera dalam Gambar Kerja meliputi :
As
As
Luar
Luar
Dalam
Dalam
Luar
Dalam

Halaman 7

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

8.3.

Perbedaan Gambar.
a. Bila Gambar Kerja tidak sesuai dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah
Gambar.
b. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan
Gambar yang lain dalam satu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai
skala yang lebih besar yang
berlaku/mengikat.
c. Bila ada perbedaan antara Gambar
Kerja Arsitektur dengan Struktur, maka
yang berlaku/ mengikat adalah Gambar
Kerja
Arsitektur
sepanjang tidak
mengurangi segi Konstruksi

8.4.

Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).
a. Gambar Detail Pelaksanaan atau Shop
Drawing adalah Gambar Kerja yang
wajib dibuat Kontraktor berdasarkan
Gambar Kerja Dokumen yang telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing
untuk Detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja
Dokumen, maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas/Direksi dan atau
Konsultan Perencana.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 8

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

c. Dalam Shop Drawing ini harus dicantum
Konsultan
Pengawas/Direksi
dan
digambarkan
semua
data
yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh
jadi dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/ persyaratan khusus seuai
dengan spesifikasi pabrik yang belum
tercakup
secara
lengkap
didalam
Gambar
Kerja
Dokumen
maupun
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
d. Kontraktor wajib mengajukan Shop
Drawing
kepada
Konsultan
Pengawas/Direksi
dan
Konsultan
Perencana
untuk
mendapatkan
persetujuan tertulis bagi pelaksanaan.
e. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah
atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum didalam gambar Kerja
Dokumen
tanpa
sepengetahuan
Konsultan Pengawas/Direksi.
Segala akibat yang terjadi adalah
tanggung jawab Kontraktor, baik dari
segi biaya maupun waktu pelaksanaan.
9.

JADWAL
PELAKSANAAN

BAB XII Spesifikasi Teknis

9.1

Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana
kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan
berupa Bar Chart & S-Curve Bahan dan Tenaga
dan mengkoordinasikan hasilnya kepada
Konsultan
Pengawas/Direksi,
sehingga
pelaksanaan pekerjaan terkendali dan tidak
mengganggu
kelancaran
proyek
secara
keseluruhan dan kelancaran kegiatan di sekitar
lokasi pekerjaan.

9.2.

Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas/Direksi, paling lambat dalam waktu 14
(empat belas) hari kalender setelah surat
keputusan penunjukan (SKP) diterima oleh
Kontraktor.

9.3.

Rencana Kerja yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi, akan disahkan oleh Pemberi
Tugas.

Halaman 9

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

10.

KUASA KONTRAKTOR
DI LAPANGAN

BAB XII Spesifikasi Teknis

9.4.

Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana
Kerja rangkap 4
(empat) kepada Konsultan
Pengawas/Direksi, 1 (satu) salinan Rencana Kerja
harus ditempel pada bangsal Kontraktor di
lapangan yang selaluy diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan/prestasi kerja.

9.5.

Konsultan Pengawas/Direksi akan menilai prestasi
pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana Kerja
tersebut.

10.1.

Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong
„wajib‟ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut „Pelaksana‟ yang cakap dan ahli
untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal
sarjana teknik sipil atau sederajat dengan
pengalaman minimum 5 (lima) tahun, atau STM
jurusan Bangunan dengan pengalaman minimum
10 (sepuluh) tahun.

10.2.

Dengan adanya „Pelaksana‟ tidak berarti bahwa
Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan
terhadap
kewajibannya.

10.3.

Kontraktor/Pemborong wajib
memberi
tahu
secara tertulis kepada Tim Pengelola Teknis
Wilayah dan Konsultan Pengawas/Direksi, nama
dan jabatan „Pelaksana‟ untuk mendapat
persetujuan.

10.4.

Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis
Wilayah dan Konsultan Pengawas/Direksi bahwa
„Pelaksana‟ dianggap kurang mampu atau tidak
cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong
secara tertulis untuk mengganti „Pelaksana‟.

10.5.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan
surat
pemberitahuan,
Kontraktor/Pemborong
harus sudah menunjuk „Pelaksana‟ yang baru
atau Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung
jawab/Direktur
Perusahaan)
yang akan
memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Halaman 10

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

11.

12.

13.

TEMPAT TINGGAL
(DOMISILI)
KONTRAKTOR

PENJAGA
KEAMANAN
LAPANGAN

JAMINAN DAN
KESELAMATAN KERJA

BAB XII Spesifikasi Teknis

11.1.

Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam
kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak,
Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan
secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi
kepada Tim Pengelola Teknis setempat dan
Konsultan Pengawas/Direksi.

11.2.

Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan
alamat Bengkel Kerja (Workshop) dan peralatan
yang dimiliki dimana pekerjaan pemborongan
akan dilaksanakan.

11.3.

Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan
tidak berubah selama pekerjaan. Bila terjadi
perubahan alamat Kontraktor dan Pelaksana
wajib memberitahukan secara tertulis.

12.1.

Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan
lapangan terhadap barang-barang milik proyek,
Konsultan Pengawas/Direksi dan milik Pihak Ketiga
yang ada dilapangan.

12.2.

Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan
yang
telah
disetujui
Konsultan
Pengawas/Direksi/Konsultan Perencanaan, baik
yang telah dipasang maupun yang belum,
adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak
akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambah.

12.3.

Apabila
terjadi
kebakaran,
Kontraktor
bertanggungjawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan
jiwa.
Untuk
itu
Kontraktor
diwajibkan
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran
yang siap ditempatkan yang akan ditetapkan
kemudian oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

13.1.

Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan
menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi
segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dan pekerja dilapangan.

Halaman 11

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

13.2.

Kontraktor wajib menyediakan air minum yang
cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua petugas yang ada
dibawah kekuasaan Kontraktor.

13.3.

Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar
Mandi dan WC yang layak dan bersih bagi
semua petugas dan pekerja.

13.4.

Tidak diperkenankan, membuat penginapan
didalam lapangan pekerjaan untuk Pekerja,
kecuali untuk penjaga keamanan.

13.5.

Kontraktor
Pelaksana
Wajib
Menjaga
Keselamatan seluruh personil yang terlibat di
dalamnya
Segala hal yang menyangkut jaminan social dan
keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh
Kontraktor
sesuai
dengan
peraturan
perundangan yang berlaku.

13.6.

14.

15.

ALAT-ALAT
PELAKSANAAN

PEMERIKSAAN
BAHAN DAN
KOMPONEN JADI

BAB XII Spesifikasi Teknis

14.1

Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan
harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum
pekerjaan fisik dimulai, dalam keadaan baik dan
siap pakai, antara lain :
a. Beton molen yang akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
b. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
c.
Perlengkapan penerangan untuk kerja
lembur.
d. Pompa air sesuai kebutuhan untuk system
pengeringan, jika diperlukan.
e.
Penggetar beton yang jumlah dan tipenya
akan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
f.
Mesin Pemadat.
g. Alat-alat besar sesuai dengan besaran
(magnitude) pekerjaan tanah apabila
diperlukan.

15.1

Semua bahan dan material dan komponen jadi
yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam buku RKS ini.

Halaman 12

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

16.

PEMERIKSAAN HASIL
PEKERJAAN

BAB XII Spesifikasi Teknis

15.2.

Konsultan
Pengawas/Direksi
berwenang
menanyakan asal bahan/material
dan
komponen jadi, dan Kontraktor wajib memberi
tahu.

15.3.

Contoh bahan/material dan komponen jadi yang
akan digunakan harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapatkan “standard of
appearance”. Paling lambat waktu penyerahan
contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum
jadwal pelaksanaan. Keputusan bahan, jenis,
warna, tekstur, dan produk yang dipilih; akan
diinformasikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi
kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7
(tujuh) hari dari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.

15.4.

Semua bahan/material dan komponen jadi harus
disetujui
secara tertulis
oleh Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas/Direksi sebelum
dipasang.

15.5.

Bahan/material dan komponen jadi yang telah
didatangkan
oleh
Kontraktor
dilapangan
pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya oleh
Konsultan
Pengawas/Direksi
harus
segera
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambatlambatnya dalam waktu 2x24 jam terhitung dari
jam penolakan.

15.6.

Penyimpanan dan pemeliharaan bahan/material
dan komponen jadi harus sesuai dengan
persyaratan dari pabrik pembuat, dan atau
sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

16.1.

Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah
dilakukan
Kontraktor
tetapi
karena
bahan/material ataupun komponen jadi,
maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh
Konsultan
Pengawas/Direksi
harus
segera
dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor.

Halaman 13

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

16.2. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang
apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan
tetapi belum diperiksa oleh Konsultan
Pengawas/Direksi, Kontraktor diwajibkan meminta
persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi. Baru
apabila Konsultan Pengawas/Direksi telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor
dapat meneruskan pekerjaannya.
16.3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2
x 24 jam dihitung dari jam diterimanya Surat
Permohonan Pemeriksaan, maka Kontraktor
dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian
yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui Konsultan Pengawas/Direksi. Hal ini
dikecualikan bila Konsultan Pengawas/Direksi
minta perpanjangan waktu.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 14

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

7.

PEKERJAAN TAMBAH
KURANG DAN
PERSIAPAN
PEKERJAAN

BAB XII Spesifikasi Teknis

17.1.

Pekerjaan Tambah Kurang.
a. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah
kurang diberitahukan dengan tertulis
atau ditulis dalam buku harian oleh
Konsultan
Pengawas/Direksi
serta
disetujui oleh Pemberi Tugas.
b. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku
bila memang nyata-nyata ada perintah
tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi
atas persetujuan Pemberi Tugas.
c. Biaya pekerjaan Tambah Kurang akan
diperhitungkan menurut daftar harga
satuan pekerjaan, yang dimasukan oleh
Kontraktor sesuai AV 41 Artikel 50 dan 51
yang pembayarannya diperhitungkan
bersama angsuran terakhir.
d. Untuk pekerjaan tambah yang harga
satuannya tidak tercantum dalam harga
satuan yang dimasukan dalam
penawaran, maka harga satuannya
akan ditentukan lebih lanjut oleh
Konsultan Pengawas/Direksi bersamasama Kontraktor dengan persetujuan
Pemberi Tugas.
e. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat
dijadikan alasan sebagai penyebab
kelambatan penyerahan pekerjaan,
tetapi Konsultan Pengawas/Direksi/Tim
Pengelola
Teknis
dapat
mempertimbangkan
perpanjangan
waktu karena adanya pekerjaan
tambah tersebut.

Halaman 15

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

18.

PEKERJAAN
PERSIAPAN

BAB XII Spesifikasi Teknis

17.2.

Persiapan Pekerjaan
a. Izin Bangunan
Izin Bangunan secara administrasi akan
diurus oleh Pemberi Tugas dalam
pelaksanaannya izin bangunan akan
diurus
oleh
Kontraktor.
Biaya
izin
bangunan menjadi
tanggung jawab
Kontraktor.
b. Papan Reklame
Kontraktor
tidak
diperkenankan
menempatkan papan reklame dalam
bentuk apapun dalam lingkungan
halaman tapak pekerjaan atau pada
pagar halaman pekerjaan.
c. Papan nama Proyek
Kontraktor
diwajibkan
memasang
Papan Nama Proyek sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d. Ijin-ijin lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan, misalnya ijin pemakaian
jalan, ijin lingkungan menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.

18.1.

Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan penyediaan air dan daya
listrik untuk bekerja.
b. Pekerjaan penyediaan alat pemadam
kebakaran.
c. Pekerjaan pemasangan patok ukur dan
papan bangunan (bouwplank).

Halaman 16

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

18.2. Pekerjaan Penyediaan air dan Daya Listrik untuk
Bekerja.
a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh
Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak atau didatangkan dari
luar tapak dan disediakan pula tempat
penampungannya.
b. Air harus bersih bebas dari bau, bebas
dari Lumpur, minyak dan bahan kimia
lain yang merusak. Penyediaan air harus
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi.
c. Kontraktor harus membuat tempat
penampungan air yang senantiasa terisi
penuh untuk sarana kerja dengan
kapasitas minimal 3,5 meter kubik, dibuat
dari pasangan batako setengah batako
dengan spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester,
atau dari drum-drum.

d. Listrik untuk bekerja harus disediakan
Kontraktor
dan
diperoleh
dari
sambungan sementara PLN setempat
selama
masa
pembangunan
berlangsung dan pemasangan diesel
untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan
untuk
penggunaan
sementara atas persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 17

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

BAB XII Spesifikasi Teknis

18.3.

Pekerjaan Penyediaan air dan Daya Listrik untuk
Bekerja.
e. Air untuk bekerja harus disediakan oleh
Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak atau didatangkan dari
luar tapak dan disediakan pula tempat
penampungannya.
f. Air harus bersih bebas dari bau, bebas
dari Lumpur, minyak dan bahan kimia
lain yang merusak. Penyediaan air harus
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi.
g. Kontraktor harus membuat tempat
penampungan air yang senantiasa terisi
penuh untuk sarana kerja dengan
kapasitas minimal 3,5 meter kubik, dibuat
dari pasangan batako setengah batako
dengan spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester,
atau dari drum-drum.
h. Listrik untuk bekerja harus disediakan
Kontraktor
dan
diperoleh
dari
sambungan sementara PLN setempat
selama
masa
pembangunan
berlangsung dan pemasangan diesel
untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan
untuk
penggunaan
sementara atas persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.

18.4.

Pekerjaan Pembongkaran, Pembersihan dan
Pengamanan Sebelum Pelaksanaan.
a. Pembongkaran dan Pembersihan.
b. Kontraktor
harus
membongkar
/membersihkan /memindahkan keluar dari
tapak segala sesuatu yang tidak akan
dipakai
selama
pembangunan
yang
mungkin akan mengganggu pelaksanaan
pekerjaan baik diatas maupun tertanam
dalam tanah tapak, sesuai dengan petunjuk
dan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi.
c. Hasil pembongkaran dan pembersihan harus
dikeluarkan dari dalam tapak, sesuai dengan
peraturan setempat.

Halaman 18

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

d. Pengamanan
Kontraktor
harus
melindungi
dan
mengamankan dari segala kerusakan
selama pelaksanaan pekerjaan terhadap
segala sesuatu yang dinyatakan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi tidak boleh
dibongkar,
baik
berupa
bangunan,
bagian dari bangunan, jaringan listrik, gas,
saluran air minum, drainase, maupun
pepohonan yang telah ada.
Apabila terjadi kerusakan atas segala
sesuatu yang dinyatakan dipertahankan,
Kontraktor wajib memperbaiki hingga
keadaan semula.
Dalam hal ini biaya adalah tanggung
jawab Kontraktor, tidak dapat diajukan
sebagai “klaim” biaya pekerjaan tambah.
Apabila segala sesuatu yang dinyatakan
dipertahankan mengganggu pelaksanaan
pekerjaan, maka Kontraktor harus
memindahkannya atas persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi.
e. Biaya untuk pekerjaan pembongkaran,
pembersihan,
pengamanan
menjadi
tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat
diajukan sebagai “klaim” biaya pekerjaan
tambah.
Benda-benda/ barang yang berada di atas
lahan yang akan dibangun adalah milik pemberi
tugas. Segala yang mengakibatkan kerugian
yang terjadi
sebagai
akibat
pelaksanaan
pekerjaan adalah menjadi tangung jawab penuh
pihak pelaksana.
19.

PEMASANGAN
BOWPLANK

BAB XII Spesifikasi Teknis

19.1.

Pasangan bouwplank dibuat untuk membantu
menentukan
as-as/sumbu-sumbu
dalam
perletakan
bangunan,
baik
mengenai
kesikuannya atau ukuran-ukuran lainnya.

Halaman 19

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

BAB XII Spesifikasi Teknis

19.2.

Semua papan bouwplank menggunakan kayu
kelas II/terentang, papan-papan harus lurus
diserut
rata,
permukaan papan harus
“WATERPASS” DENGAN PIEL LANTAI + 0,00. Setiap
jarak 1,50 m; papan bouwplank diperkuat
dengan patok kayu berukuran 6/10 cm atau
dolken. Pada papan bouwplank ini harus di cat
sumbu-sumbu yang diperlukan, dengan cat yang
tidak luntur oleh pengaruh cuaca.

19.3.

Jarak papan bouwplank minimal 2,00 m; dari
garis
bangunan
terluar, untuk
mencegah
kelongsoran
terhadap
galian-galian
tanah
pondasi.

19.4.

Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai,
pemborong wajib meminta pemeriksaan dan
persetujuan tertulis dari direksi.

19.5.

Dalam hal ini, piel lantai (+ 0,00) ditentukan + 0,65
m dari muka tanah yang ada sekarang atau
+2,00 dari permukaan jalan atau ditentukan lain
dalam penjelasan gambar.

Halaman 20

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

A.

PEKERJAAN STRUKTUR DAN ARSITEKTUR

20.

PEKERJAAN TANAH

20.1.

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan galian dan
urugan tanah serta urugan pasir dengan
penyelesaian
dan
pembentukan
galian/urugannya harus mengikuti kemiringan/
elevasi dan ukuran-ukuran sesuai gambar
rencana, adapun pelaksanaannya sebagai
berikut :

20.2.

Pekerjaan tanah halaman dan tanah untuk
struktur
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengupasan
(stripping) dan perataan (grading) tanah pada
daerah/area yang diatasnya akan didirikan
bangunan, jalan dan perkerasan.

20.3.

Pekerjaan Penggalian
Pekerjaan ini meliputi penggalian tanah untuk :
Pondasi
Galian tanah untuk Peresapan
Galian tanah untuk Septiktank
Dan lain-lain seperti tercantum dalam Gambar
Kerja

BAB XII Spesifikasi Teknis

20.4.

Galian tanah dilaksanakan untuk pembuatan
lubang pondasi, lubang septictank/rembesan,
lubang-lubang saluran dan pekerjaan-pekerjaan
lain yang menurut kondisinya memerlukan
adanya galian tanah.

20.5.

Galian tanah dilaksanakan setelah kontraktor
bersama-sama
pengawas
lapangan
menetapkan as-as + elevasi yang akan dilakukan
galian pada papan bouwplank.

20.6.

Pekerjaan Pengurugan
Pekerjaan ini meliputi pengurugan dan
pemadatan tanah untuk :
Penimbunan galian tanah dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Pengurugan tanah untuk peninggian lantai
Dan lain-lain seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.

Halaman 21

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

BAB XII Spesifikasi Teknis

20.7.

Pekerjaan Pemadatan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan memadatkan
kembali tanah yang selesai diurug dalam rangka
pelaksanaan
pekerjaan
Konstruksi
dan
peninggian
untuk
pembentukan
tanah/
peninggian lantai.

20.8.

Pekerjaan Pembentukan Muka Tanah
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembentukan
tanah dimana bangunan akan didirikan dan
tanah disekitarnya sesuai dengan ketinggian atau
kedalaman seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.

20.9.

Persyaratan Bahan
a. Tanah
Tanah dari dalam tapak atau tanah dari luar
tapak
Tanah untuk pengurugan, pemadatan, dan
pembentukan muka tanah harus tanah asli
bukan tanah humus, bebas dari kapur,
bekas bongkaran, Lumpur maupun unsurunsur lain yang dapat mengurangi kualitas
pekerjaan.
b. Alat
pelaksanaan
pekerjaan
untuk
pembongkaran, penggalian, pengurugan dan
pemadatan

Halaman 22

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

c. Pekerjaan Penggalian
Tanah humus digali dan dipisahkan dari
lapisan tanah dibawahnya. Pengupasan
(stripping) dengan kedalaman rata-rata 10
cm dan akan digunakan sebagai lapisan
penutup untuk urugan tanah subur/sekeliling
bangunan atau ditempatkan langsung
berdekatan fungsi tersebut.
Sisa tanah humus harus diambil dan dibuang
keluar
halaman. Pembuangan dan
pengangkutan
adalah
menjadi
tanggungjawab Kontraktor. Biaya apapun
untuk pembuangan dan pengangkutan
dianggap sudah termasuk dalam seluruh
kontrak.
Semua penggalian harus dikerjakan sesuai
dengan panjang, kedalaman, kemiringan
dan lingkungan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan seperti dinyatakan
dalam gambar.
Persetujuan terhadap tempat pengambilan
tanah untuk memenuhi keperluan
pengurugan seluruhnya harus dari kualitas
yang sama dan hanya dapat dipakai jika
ada
persetujuan
dari
Konsultan
Pengawas/Direksi terlebih dahulu.
Galian tanah dilaksanakan untuk semua
galian pondasi dan semua pasangan
lainnya di bawah tanah seperti : rollag atau
sloof dan lainnya harus dilakukan sesuai
rencana gambar.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 23

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

20.10

Persyaratan Pelaksanaan
a.
Selama pelaksanaan pekerjaan dan masa
pemeliharaan,
Kontraktor
harus
mengadakan tindakan pencegahan, baik
terhadap gebangan atau arus air yang
dapat menyebabkan terjadinya erosi.
Pencegahan ini termasuk pembuatan
tanggul-tanggul,
parit-parit
sementara,
sumur-sumur penampung, pompa air dan
tindakan yang dapat diterapkan guna
mencegah
penundaan
pekerjaan
termasuk
pencegahan
terhadap
masuknya air hujan atau air dari daerah
sekitarnya dan sebagainya.
b.

c.

d.

e.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Pekerjaan tanah halaman dan tanah
untuk struktur
Pekerjaan pengupasan lapisan tanah
bagian teratas :
Pada prinsipnya, lapisan humus harus
dibuang 10 cm
Tanah hasil kupasan ini hanya boleh
untuk
mengurug
daerah-daerah
yang rendah yang tidak akan
didirikan bangunan diatasnya.
Bila kondisi tanah sangat jelek atau labil,
maka lapisan teratas ini harus digali
sampai kedalaman tertentu atau sampai
lapisan tanah keras dan harus diganti atau
diurug dengan tanah yang baik atau sirtu
(pasir dan batu gunung).
Galian tanah tidak boleh melebihi
kedalaman yang ditentukan dan bila ini
terjadi pengurugan
harus
kembali
dilakukan dengan pasangan atau beton
tanpa biaya tambahan dari Pemberi
Tugas.
Pada bagian-bagian galian yang
dianggap mudah longsor, Kontraktor harus
mengadakan
tindakan
pencegahan
dengan
memasang
papan-papan
pengaman atau cara lain. Kerusakankerusakan yang terjadi akibat gugurnya
tanah dengan alasan apapun menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

Halaman 24

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

f.

g.

h.

i.

20.11

Pekerjaan urugan tanah dan pemadatan
meliputi :
a.
Urugan tanah dilaksanakan pada lubanglubang sisa pondasi, peninggian tanah
untuk nol lantai dan pada bagian-bagian
pekerjaan yang kondisinya mengharuskan
adanya pekerjaan urugan tanah.
b.
Tanah urugan harus berbutir, bersih dari
humus, sampah atau kotoran lainnya, bila
terlalu basah harus dihamparkan dahulu
hingga kering, dan bila terlalu kering harus
dengan air sesuai persyaratan.
c.
Setelah lapisan tanah dikupas, daerah
bangunan tersebut harus dipadatkan
sehingga mencapai 90% kepadatan
maksimum paling sedikit sedalam 15 cm
sebelum urugan dilaksanakan.
d.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Pengeringan tempat kerja
Tempat kerja terutama galian pondasi
harus dalam keadaan bebas air, untuk itu
Kontraktor harus mengadakan alat-alat
pengering dengan keadaan siap pakai
dengan daya dan jumlah yang dapat
menjamin kelancaran pekerjaan.
Apabila dasar tanah galian untuk pondasi
diperlukan daya dukung lebih baik, maka
dasar galian harus dipadatkan/ditumbuk.
Kelebihan kedalaman galian tanah akibat
hal-hal
tertentu,
kontraktor
harus
melaksanakan penimbunan kembali serta
dipadatkan sesuai dengan persyaratan,
akibat hal ini tidak dilakukan biaya
tambahan.
Hasil akhir pekerjaan galian tanah pondasi
harus selalu diperiksa dahulu oleh direksi/
pengawas lapangan.

Urugan harus dilakukan lapis demi lapis
dengan ketebalan tidak melebihi 20 cm,
dan setiap lapis harus dipadatkan dengan
hand compactor atau tandem roller atau
steel wheel power rollers. Rollers yang
digunakan maksimum 5 ton kecuali atas
persetujuan
Konsultan
Pengawas/Direksi
digunakan peralatan yang lebih kecil
guna mencegah kerusakan struktur yang
sudah ada.

Halaman 25

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

e.

Tanah urug yang terlalu kering harus
dibasahi dengan sprinkler yang diikuti
dengan mesin penggilas dibelakangnya,
atau dengan cara lain yang diusulkan
Konsultan Pengawas/Direksi.

f.

Urugan pada lereng harus dilakukan
dengan membuat “bertangga” pada
lereng tersebut untuk memberikan kaitan
yang kokoh terhadap tanah urugan.
Urugan kembali lubang pondasi hanya
boleh dilaksanakan seijin Konsultan
Pengawas/Direksi
setelah
dilakukan
pemeriksaan pondasi.

g.

Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari
tunas tumbuh-tumbuhan dan segala
macam sampah atau kotoran. Tanah
urugan harus dari jenis berbutir (tanah
lading atau berpasir) dan tidak terlalu
basah.

h.

Urugan tanah harus dipadatkan dengan
mesin pemadat (compactor) dan tidak
dibenarkan hanya menggunakan timbres
Urugan tanah untuk meninggikan atau
untuk memperbaiki permukaan akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas/
Direksi menurut ketinggian, lebar dan
kedalaman yang diperlukan.

i.

BAB XII Spesifikasi Teknis

j.

Kekurangan atau kelebihan tanah harus
ditambah atau disingkirkan dari atau ke
tempat-tempat yang akan ditentukan
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

k.

Urugan pasir harus dilaksanakan di bawah
semua lantai dan di bawah rabat sesuai
gambar kerja.

Halaman 26

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

l.

21.

PEKERJAAN
PASANGAN PONDASI

20.12

Urugan pasir
a.
Urugan pasir harus dilaksanakan pada
bagian-bagian dasar/bawah pasangan
pondasi telapak / foot palet sesuai
gambar
b.
Ketebalan urugan pasir ditentukan Tebal
10 cm untuk dibawah pondasi
c.
Ketebalan ukuran pasir tersebut, adalah
ketebalan padat dengan cara ditimbris
sambil disiram air.
d.
Pasir urug yang digunakan harus bersih
dari kotoran-kotoran/humus-humus.

21.1.

Pekerjaan pasangan ini dilaksanakan pada :

21.2.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Pekerjaan pembentukan tanah :
Muka tanah dimana akan didirikan
bangunan
diatasnya
harus
dibentuk dengan rata menurut
garis-garis dan ketinggian yang
telah ditentukan di dalam Gambar
Kerja.
Muka tanah dimana bangunan
akan berdiri diatasnya harus
dibentuk dengan rata.

a.
Pasangan pondasi batu karang
b.
Pasangan Tembok
Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua
jenis bahan yang dugunakan dalam pekerjaan ini
harus memenuhi persyaratan NI-10 dan PUBI 1970
(NI-3), diantaranya :
a.
PC/semen : digunakan satu jenis semen
sekualitas TIGA RODA atau yang
memenuhi persyaratan dalam peraturan
Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM
C-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
b.
Pasir
pasang : digunakan pasir yang
berbutir tajam dan keras dengan kadar
Lumpur yang terkandung maximal pasir
harus bersih dan tidak mengandung
bahan organic/kotoran yang merusak
kondisi campuran.
c.
Batu belah/batu karang
: digunakan
batuan keras, bersih, tidak keropos dan
mempunyai permukaan yang kasar.

Halaman 27

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

d.

Air : digunakan air yang bersih, tawar dan
tidak
mengandung bahan yang
merugikan pasangan, seperti asam alkali,
atau bahan organik lainnya.
21.3. Pemakaian jenis adukan :
Didalam mengatur perbandingan campuran
yang sempurna, kontraktor harus menggunakan
dolak-dolak pengatur campuran bahan, terbuat
dari papan berukuran 40x40x20 cm. Campuran
adukan yang digunakan antara lain :
Tabel jenis adukan
JENIS
PERBANDINGAN
ADUKAN
BAHAN
(SPESI)

DIGUNAKAN
UNTUK
1.

1.

M2

1 pc : 3 pc

2.

3.
1.
2.

M2

1 pc : 5 pc

2.
3.
4.

4.

Pasangan batu kosong,
tanpa
adukan
21.4

BAB XII Spesifikasi Teknis

Pondasi batu karang setebal rata-rata
60 cm dibawah permukaan sloof.
Lapisan plester beton pada kolom,
sloof, ring balk dan pembalokan yang
permukaannya akan tampak.
Pasangan batu kedap air.
Semua pasangan pondasi batu karang
yang bukan kedap air.
Semua pasangan dinding dan plesteran
bata merah bukan kedap air.
Pasangan ubin/tegel semua ruangan.
Lantai kerja dibawah pasangan keramik
Sebagian dasar dari bagian pondasi
batu karang setebal 15 cm.

Cara pelaksanaan :
a. Pasangan batu karang :
1). Dilaksanakan
pada
pasangan
pondasi atau pekerjaan lain yang
dinyatakan memakai pasangan batu
karang.
2). Batu karang sebelum dipasang harus
bersih dari segala kotoran.
3)
Pemasangan batu karang harus
bersilang, pemberian adukan harus
penuh berisi/tidak boleh ada yang
berongga.
4). Tinggi pasangan batu karang tidak
boleh lebih dari 0,50 m‟ pada setiap
harinya.
5). Bagian pasangan batu karang harus
diplester ciprat sesuai dengan jenis
adukan yang dipakai pasangan.
Halaman 28

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

6).
7).

22.

PEKERJAAN BETON

Proses pengeringan pasangan harus
dibantu dengan siraman air.
Selama pasangan batu karang
belum secara utuh selesai (persekian
meter), lobang pondasi tidak
dibenarkan diurug.

22.1

Pekerjaan Beton ini dilaksanakan pada :
a.
Pekerjaan Kolom Praktis
b.
Pekerjaan Balok Lintel 15/15
c.
Pekerjaan Balok Luifel
d.
Pekerjaan Plat lantai

22.2

Bahan yang digunakan, pada dasarnya
semua jenis bahan yang digunakan dalam
pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan
diantaranya :
Semen Portland
a.
PC/semen : digunakan satu jenis semen
sekualitas TIGA RODA atau yang
memenuhi persyaratan dalam peraturan
Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM
C-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
b.
Semen yang telah mengeras sebagian /
seluruhnya,tidak diperkenankan untuk
digunakan.
c.
Tempat penyimpanan semen harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga
semen bebas dari kelembapan
d.
Konsultan pengawas dapat memeriksa
semen yang disimpan dalam gudang
pada
setiap
waktu
sebelum
dipergunakan. Kontraktor harus bersedia
untuk memberi bantuan yang dibutuhkan
oleh Konsultan pengawas Pekerjaan untuk
pengambilan contoh-contoh tersebut,
semen yang tidak dapat diterima sesuai
pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas,
harus tidak dipergunakan/diafkir
e.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Jika semen yang dinyatakan tidak
memuaskan tersebut telah dipergunakan
untuk beton, maka Konsultan Pengawas
dapat memerintahkan untuk dibongkar,
beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas
beban kontraktor.

Halaman 29

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

f.

Pasir Beton harus terdiri dari pasir dengan
butir-butir yang bersih dan bebas dari
bahan - bahan organis,Lumpur dan lain
sebagainya,serta
memenuhi
komposisi
butir dan
kekerasan
seperti
yang
tercantum dalam NI - 2 PBI 1971.

g.

Koral yang digunakan harus bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi
dan kekerasan sesuai persyaratan yang
tercantum dalam NI-2 PBI 1971 ,koral yang
digunakan ukuran 2/3 cm

h.

Air yang digunakan harus air tawar yang
bersih dan tidak mengandung minyak
,asam,garam alkalis serta bahan-bahan
organis/bahan lain yang dapat merusak
beton.

i.

Apabila dipandang pertlu Pengawas
dapat meminta kepada pemborong
supaya
air
yang
dipakai
diperiksa
dilaboratorium pemerisaan bahan yang
resmi atas biaya pemborong.

Baja Tulangan
a. Baja tulangan yang dipakai harus dari
mutu U-32 untuk baja diameter lebih besar
atau sama dengan 12 dan U-24 untuk baja
diameter lebih kecil 12, kecuali untuk
diameter 16 keatas harus menggunakan
U-32 (ulir) sesuai dengan PBI 1971, JIS SR 24
British Standard No 785 atau ASTM
Designation A-15. dan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Konsultan Pengawas berhak meminta
kepada kontraktor,surat keterangan
tentang pengujian oleh pabrik dari semua
baja tulangan beton yang disediakan
untuk persetujuan konsultan pengawas
sesuai dengan persyaratan mutu untuk
setiap bagian konstruksi seperti tercantum
dalam gambar rencana

Halaman 30

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

c.

Baja tulangan Beton harus bersih dari
lapisan minyak/lemak dan bebas dari
cacat-cacat
seperti
serpih-serpih,karat
dan zat kimia lainnya yang dapat
mengurangi/merusak daya lekat antara
baja tulangan dengan beton.

d.

Ukuran diameter baja tulangan harus
sesuai dengan gambar rencana dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk
ukuran.diameter besi ulir adalah diameter
dalam.

e.

Ukuran baja tulangan tersebut harus sesuai
dalam
Gambar
Kerja,
penggantian
dengan diameter lain harus dengan
persetujuan tertulis dari Direksi. Segala
biaya yang diakibatkan oleh penggantian
tulangan terhadap yang digambar sejauh
bukan kesalahan Gambar Kerja adalah
tanggung jawab Kontraktor.

f.

Semua baja tulangan harus disimpan
pada tempat yang bebas lembab,
disesuaikan
diameter
serta
asal
pembelian. Semua baja tulangan harus
dilindungi
terhadap
semua
macam
kotoran dan lemak serta sejauh mungkin
dilindungi terhadap karat.

Bahan campuran tambahan (Additives)
a. Pemakaian bahan tambahan kimiawi
(Concrete admixture / Additives) kecuali
yang disebut tegas dalam Gambar Kerja
atau RKS harus seijin tertulis dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
b. Bahan tambahan yang mempercepat
pengerasan awal (initial set) tidak boleh
dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air
di bawah tanah (hydrostatic pressure)
tidak boleh bahan kedap air yang
mengandung garam stearate.
c.
Bahan campuran tambahan beton harus
sesuai dengan iklim tropis dan memenuhi AS
1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D
sekaligus sebagai pengurang air adukan
dan penunda pengerasan awal.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 31

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

d.

e.

Semua Admixture yang akan digunakan,
ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan
benda uji / contoh-contoh yang dibuat
dan telah mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas / Direksi.
Untuk penyambungan kembali akibat
terhentinya suatu pengecoran beton
dipakai bahan perekat CALBOND sebelum
dicor dengan beton baru, serta
permukaannya harus dikasarkan.
Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3
liter calbond dicampur dengan larutan
semen/PC sekitar 25% nya dengan cara
ditaburkan.

Bekisting
a. Bekisting dibuat dari panel multiplex 12 mm
atau papan borneo tenal minimal 2 cm
dengan rangka penguat penyokong dan
penyangga dibuat dari kayu borneo 5/7,
5/10 secukupnya, sehingga mampu
mendapatkan kekuatan dan kekakuan
mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Untuk kolom struktur dipakai
papan borneo tebal 3/20.
b. Steger cetakan / Bekisting dipakai kayu
borneo dengan ukuran minimum 5/10 cm
atau pipa besi (scaffolding). Tidak
diperkenankan memakai bamboo.
c.
Khusus cetakan bekisting untuk beton
pracetak harus dibuat lebih kokoh dan
lebih kaku, permukaan panel lurus, halus
sehingga menghasilkan bidang yang rata
dan halus.

22.3 Persyaratan Teknis
Komposisi campuran beton
Beton dibentuk dari semen Portland/PC,
pasir, kerikil, batu pecah, air seperti yang
ditentukan; semuanya dicampur dalam
perbandingan yang sesuai dan diolah
sebaik-baiknya sehingg sampai didapat
kekentalan yang tepat.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 32

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Komposisi
campuran
beton
dibuat
dengan perbandingan volume dengan
multibeton berdasarkan mix disain sebagai
berikut :
Macam

Perbandingan

C1

1 PC : 2 PS : 3 KR

C2

C3

Penggunaan
Untuk pekerjaan beton tumbuk,
rabat dan lantai kerja.

Mutu beton K-175

Untuk pekerjaan beton bertulang :
sirip beton kolom praktis dan ring
balk dan listplank beton

Mutu beton K-225

Untuk pekerjaan beton bertulang :
sloof, kolom, balok, plat lantai,
tangga beton.

22.4 Perrsyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton
Kelas dan Mutu Beton
a.
Kelas dan Mutu dari beton harus sesuai
dengan standard Beton Indonesia NI-2 ,
PBI-1971
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton
adalah
persyaratan bahwa hasil
pengujian benda-benda uji harus
memberikan „BK‟(kekuatan tekan beton
kareteristik) yang lebih besar dari yang
ditentukan.
Komposisi Campuran Beton
a. Beton harus dibentuk dari semen
Portland,pasir,kerikil,dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya.
Bahan
beton
dicampur
dalam
perbandingan yang serasi dan diolah
sebaik-baiknya sampai pada kekentalan
yang tepat/baik.
b.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Untuk mendapatkan mutu beton yang
sesuai
dengan
yang
disyaratkan/ditentukan dalam spesipikasi
ini,harus
dipakai
“campuran yang
direncanakan”(MIX DESIGNED)

Halaman 33

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

c.

Ukuran maxsimal dari Agregat kasar dalam
beton untuk
bagian-bagian
dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran
yang ditetapkan
dalam persyaratan
bahan beton,

d.

Perbandingan antara bahan-bahan
pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai mutu,harus ditetapkan dari
waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan,demikian
juga
pemeriksaan
terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.

e.

Perbandingan campuran dan factor air
semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang
mempunyai
kepadatan
yang
tepat,keawetan dan kekuatan yang
dikehendaki.

f.

Kekentalan (Konsistensi) adukan beton
untuk
bagian-bagian
konstruksi
beton,harus disesuaiukan dengan jenis
konstruksi
yang
bersangkutan,cara
pengangkutan adukan beton dan cara
pemadatannya.Kekentalan adukan beton
antara lain ditentukan oleh faktor air
semen.

g.

Agar dihasilkan suatu konstruksi beton
yang
sesuai
dengan
yang
direncanakan,maka factor air semen
ditentukan sebagai berikut:
Faktor air semen untuk kolom
balok, plat lantai, tangga, dinding
beton, dan listplank
/parapet
maksimum 0,60
Faktor air semen untuk konstruksi
plat atap, dan tempat-tempat
basah lainnya maksimum 0,55.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 34

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

h.

Untuk lebih mempermudah dalam
pengerjaan beton,dan dapat dihasilkan
suatu
mutu
sesuai
dengan
yang
direncanakan,maka untuk konstruksi beton
dengan factor air semen maksimum 0,55
harus memakai Plasticizer sebagai bahan
additive. Pemakaian merk dari bahan
additive
tersebut
harus
mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas/
direksi.

i.

Pengujian beton akan dilakukan oleh
konsultan pengawas pekerjaan atas biaya
kontraktor pelaksana.
Perbandingan
campuran beton jika dipandang perlu
harus diubah untuk tujuan penghematan
yang dikehendaki, workability, kepadatan,
kekedapan,
atau
kekuatan.
dan
kontraktor tidak berhak atas claim yang
disebabkan perubahan yang demikian.

22.5 Pengujian Konsistensi Beton dan Bendabenda Uji Beton
a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton
harus diatur menurut keperluan untuk
menjamin beton dengan konsistensi yang
baik dan untuk menyesuaikan variasi
kandungan lembab atau gradasi dari
agregat waktu masuk dalam mesin
pengaduk (Mixer).
Penambahan
air
untuk
mencairkan
kembali beton padat hasil pengadukan
yang terlalu yang terlalu lama atau yang
menjadi kering sebelum dipasang sama
sekali tidak diperkenankan.

BAB XII Spesifikasi Teknis

b.

Keseragaman Konsistensi beton untuk
setiap kali pengadukan sangat perlu.

c.

Nilai Slump dari beton(pengujian kerucut
slump),tidak boleh kurang dari 8 cm dan
tidak melampaui 12 cm,untuk segala
beton yang dipergunakan.

Halaman 35

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

d.

e.

Semua pengujian harus sesuai dengan NI2 , PBI - 1971.Konsultan Pengawas berhak
untuk menuntut nilai Slump yang lebih kecil
bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan
akan menghasilkan beton berkualitas lebih
tinggi atau alas an penghematan.
Kekuatan tekan beton harus ditetapkan
oleh konsultan
pengawas melalui
pengujian biasa dengan kubus ukuran
15x15cm,dibuat dan diuji sesuai dengan
NI-2 PBI 1971
Kontraktor pelaksana harus menyediakan
fasilitas
yang
diperlukan
untuk
mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan
yang representative.

22.6 Baja Tulangan
a.
Baja
tulangan
beton
harus
dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai
dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
tertera pada gambar -gambar konstruksi
Semua batang harus dibengkokan dalam
keadaan dingin,pemanasan dari besi
beton hanya dapat diperkenankan bila
seluruh cara pengerjaan disetujui oleh
konsultan pengawas

BAB XII Spesifikasi Teknis

b.

Besi beton harus dipasang dengan teliti
sesuai dengan gambar rencana . Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat
ditempatnya maka tulangan harus diikat
kuat dengan kawat beton dengan
bantalan beton decking atau kursi-kursi
besi/cakar
ayam
perenggang.dalam
segala hal untuk besi beton yang
horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat,sehingga tidak ada batang
yang turun.

c.

Jarak bersih terkecil antara batang yang
pararel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali
ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya
alat penggetar beton.

Halaman 36

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

d.

22.7

Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus
sesuai dengan gambar rencana dan
perhitungan,apabila dipakai dimensi
tulangan yang berbeda dengan
gambar,maka yang menentukan adalah
luas tulangan, dalam hal ini kontraktor
diwajibkan meminta persetujuan terlebih
dahulu dari konsultan pengawas.

Selimut Beton
Penempatan besi beton di dalam cetakan
tidak boleh menyinggung dinding atau dasar
cetakan,serta harus mempunyai jarak tetap
untuk setiap bagian - bagian konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar
rencana, maka tebal selimut beton untuk satu
sisi pada masing-masing konstruksi adalah
sebgai berikut :
a. Balok Sloof
= 4,00 cm
b. Kolom
= 3,00 cm
c. Balok
= 2,50 cm
d. Pelat Dak Beton
= 1,50 cm

Sambungan Baja Tulangan
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan
pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukan
pada gambar - gambar, bentuk dari
sambungan harus disetujui oleh konsultan
pengawas.
Overlap
pada
sambungansambungan tulangan harus minimal 40 kali
diameter batang yang
dipakai/ digunakan,
kecuali jika ditetapkan dalam secara pasti di
dalam gambar rencana dan harus mendapat
persetujuan konsultan pengawas.
22.8 Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan
perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi
jumlah dari masing-masing bahan beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan
pengerjaannya selalu harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

BAB XII Spesifikasi Teknis

Halaman 37

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Mengaduk
a.
Bahan-bahan pembentuk beton harus
dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton yaitu “ Batch Mixer”.
Konsultan pengawas berwenang untuk
menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan
gagal untuk mend