SPESIFIKASI GEDUNG FRAKSI
Syarat-Syarat Teknis Pekerjaan
Pasal 1
U M U M
Persyaratan Teknis ini berlaku untuk seluruh pekerjaan, secara umum persyaratan ini bisa ditetapkan dan merupakan kesatuan dengan dokumen lainya.
Semua pekerjaan yang dilaksanakan adalah berdasarkan/berpedoman kepada dokumen kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Pihak Proyek dan Pihak Pemborong).
Pekerjaan ini mencakup mendatangkan bahan, tenaga dan peralatan serta mengerjakan semua pekerjaan sampai selesai, sesuai dokumen kontrak yang telah disepakati.
Pasal 2
R E F E R E N S I
2.1 Secara umum dalam pelaksanaan pekerjaan kecuali bila ditentukan lain, berlaku
ketentuan-ketentuan dibawah ini termasuk segala perubahannya.
a. Undang-Undang/Keputusan Presiden Nomor 54 tahun 2010
b. Peraturan / Surat Keputusan dari Departemen / Instansi yang berwenang.
c. Peraturan Daerah
d. Standart / Pedoman Seperti:
1 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
3 Peraturan Perencana Bangunan Baja Indonesia 1984
4 Peraturan Muatan Indonesia
5 Peraturan Umum Baja Bangunan Indonesia 1970
6 Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 2000 dan Peraturan PLN setempat
7 Peraturan Umum Penangkal Petir Indonesia
8 Pedoman Plambing Indonesia 1979
e. Peraturan AV.41
2.2 Apabila ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam persyaratan teknis
umum/khusus maka Pemborong harus menganjukan salah satu persyaratan berikut ini guna mendapatkan persetujuan pengawas lapangan.
(2)
a. Standar/normal pedoman yang bias diterapkan pada bagian pekerjaan yang bersangkutan yang diterbitkan oleh instalasi, Assiasi, lambaga Pengujian ataupun badan lain yang berwenang.
b. Brosur Teknis dari Produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari lembaga pengujian.
Pasal 3
UKURAN DAN PENJELASAN GAMBAR
3.1 Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar rencana dan detail adalah merupakan
acuan untuk pelaksanan pekerjaan, dan merupakan ukuran jadi.
3.2 Sebelum memulai pelaksanan pekerjaan, Pemborong harus terlebih dahulu mempelajari segala
ukuran yang tertera dalam gambar rencana dan detail. Dan apabila terjadi keraguan atau tidak cocoknya ukuran gambar rencana (gambar skala yang lebih kecil) dengan gambar lain/detail maka pemborong harus mengkonsultasikan dengan pihak Pengawas/Direksi untuk didapati suatu kesepakatan.
3.3 Apabila gambar rencana dalam satu disiplin pekerjaan tidak sama dengan gambar kerja/detail
atau gambar yang lain maupun dengan penjelasan RKS, RAB serta dokumen lainnya, sebelum memulai pekerjaan tersebut pemborong harus mengkonsultasikan dengan Pengawas/Direksi untuk didapat suatu kesepakatan dalam pelaksanaan.
3.4 Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dengan struktur, mekanikal, electrikal atau
gambar disiplin pekerjaan lainya, maka yang berlaku/mengikat adalah gambar kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi kekuatan konstruksi/struktur bangunan, atau dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak Direksi/Pengawas.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidak-jelasan maupun perbedaan menimbulkan
keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka pemborong harus terlebih dahulu melaporkan kepada Pengawas/Direksi untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
3.6 Ketentuan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Pemborong untuk Memperpanjang waktu
pelaksanaan maupun mengajukan “claim” biaya pekerjaan tambah.
Pasal 4
PERSIAPAN PEKERJAAN
4.1 Pekerjaan Persiapan.
4.1.1 Sebelum pekerjaan dilaksanakan dilapangan pemborong terlebih dahulu harus
mempersiapkan peralatan, tenaga kerja dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
(3)
4.1.2 Apabila dilapangan, pihak Direksi/Pengawas menganggap peralatan dan tenaga serta bahan yang didatangkan tidak memenuhi kebutuhan baik kuantitas, maupun kualitasnya, maka Direksi/Pengawas berhak untuk menolak, dan Pemborong harus melakukan penggantian atau penambahan.
4.2Direksi Keet, Gudang dan Barak Kerja.
Dilapangan, pemborong diharuskan menyediakan ruangan untuk kantor Direksi (Direksi Keet ) yang digunakan untuk penunjang pelaksanaan pekerjaan dan juga sebagai ruang rapat lapangan. Direksi Keet minimal harus dilengkapi dengan mobiler seperlunya antara lain:
1Meja tulis setengah biro + kursi : 1 Set
2Meja rapat ukuran 1,2 x 1,8 m’ : 1Bh
3Kursi/bangku untuk rapat : Secukupnya
4Papan tulis/ whiteboard + Spidol : 1 Set
5Triplek untuk menempel gambar
Pemborong juga harus menyediakan ruangan untuk kantor Pemborong dan gudang bahan serta los kerja sesuai kebutuhan.
Segala biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut diatas adalah tanggung jawab pemborong, dan tidak bisa dimasukkan dalam item pekerjaan/penawaran. Dan semua kelengkapan tersebut menjadi milik pemborong dan dapat dibuka/diambil kembali setelah pekerjaan dinyatakan selesai (setelah serah terima ke II pekerjaan).
4.3 Keamanan.
4.3.1 Pemborong harus menempatkan personil satuan pengaman /penjagaan untuk
kepentingan Pemborong sendiri dilokasi pekerjaan.
4.3.2 Segala sesuatu yang dapat merugikan pemborong yang disebabkan oleh tidak adanya
pengamanan adalah merupakan resiko pemborong dan tidak dapat di klaim kepada pihak proyek, atau sebagai alasan untuk mengurangi suatu pekerjaan/keterlambatan.
4.3.3 Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak proyek seperti yang
ditentukan dengan tinggi 2 M. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang pada tiang rangka pada tiang dan rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan beton setempat. Pada tempat-tempat yang ditentukan dalam gambar dibuat pintu masuk untuk kendaraan angkutan dan pintu masuk orang, pintu terbuat dari rangka kayu dan selanjutnya ditutup dengan finish cat dengan persetujuan direksi lapangan.
4.4Penerangan / Daya Listrik
4.4.1 Daya listrik yang diperlukan untuk penerangan dan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan
(4)
4.4.2 Segala biaya yang disebabkan oleh penyediaan daya listrik tersebut merupakan tanggung jawab pemborong.
4.5 Air Kerja
4.5.1 Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan mengambil sumber dari yang
ada di lokasi pekerjaan atau sumber lain atas persetujuan Pemberi Tugas/Pengawas.
4.5.2 Apabila sumber air yang ada tidak dapat menjamin kebutuhan, pemborong harus
membuat bak penampungan air/reservoir dengan kapasitas yang mencukupi untuk air kerja, sesuai dengan petunjuk Pengawas
Pasal 5
PEKERJAAN PERMULAAN
5.1 Pembersihan Lapangan.
5.1.1 Sebelum memulai pekerjaan Pemborong harus membersihkan lokasi pekerjaan (Site)
dari tumbuhan, sampah atau benda lainnya yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan, dan juga yang dapat merusak/mengurangi mutu pekerjaan.
5.1.2 Semua material/bahan bekas pembersihan lapangan tersebut harus dibuang dari lokasi,
sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan atau menganggu/merusak kebersihan lingkungan.
5.2Pasang Bouwplank
5.3.1 Bouwplank dipasang pada patok kayu kasau berukuran 5/7, yang ditanamkan ditanah
sehingga tidak dapat di gerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak maksimum 1,50 m dari garis as bangunan dan maksimum 2,00 M’ antara patok satu dengan patok yang lainnya.
5.3.2 Bouwplank dibuat dari papan dengan ukuran tebal 2 cm dan lebar 20 cm dipasang lurus
dan diserut rata pada sisi di sebelah atasnya. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama satu dengan yang lainya dan rata/waterpass, kecuali dii kehendaki lain oleh pengawas.
5.3.3 Setelah selesai pemasangan bouwplank, pemborong harus melaporkan kepada
pengawas untuk mendapatkan persetujuan dan harus menjaga serta memelihara keutuhan dan ketetapan letak bouwplank selama pelaksanaan pekerjaan, sampai dinyatakan oleh Direksi/Pengawas bowplank dapat dibuka (tidak diperlukan lagi).
(5)
Pasal 6
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN TANAH
6.1 Galian Tanah.
6.1.1 Yang dimaksud pekerjaan galian tanah adalah Galian tanah untuk pondasi, dan
pekerjaan kebutuhan bangunan lainnya sesuai gambar rencana.
6.1.2 Ukuran masing-masing galian harus disesuaikan dengan gambar rencana atau
kebutuhan dilapangan.
6.1.3 Pekerjaan galian tanah baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank selesai terpasang
lengkap dengan penempatan titik / tempat penggalian telah ditetapkan sesuai gambar/kebutuhan. kedalaman serta bentuk galian harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas.
6.1.4 Pemborong harus mencegah genangan air dalam galian yang disebabkan oleh hujan,
rembesan air, dengan jalan memompa atau menyalurkan selokan atau tempat lain sesuai petunjuk Pengawas. Bila diperlukan untuk mencegah kelongsoran maka dapat digunakan penyanggah galian.
6.1.5 Apabila dan atau karena permukaan air tinggi. Pemborong harus menyediakan pompa
air secukupnya untuk mengeringkan air yang menggenangi galian.
6.1.6 Apabila ada kesalahan penggalian/galian lebih dalam dari yang dikehendaki atau
posisinya berlainan dengan yang tertera dalam gambar, maka Pemborong harus mengisi kembali dengan pasir urug atau bahan lain yang disetujui pengawas, dan dipadatkan sampai sempurna, atas biaya pemborong tanpa penggantian biaya dari Pemberi tugas.
6.1.7 Bila dasar galian sampai pada kedalaman (dasar galian) tidak mencapai kepadatan yang
dipersyaratkan, maka pemborong harus melakukan penggalian sampai ditemukan dasar galian yang memenuhi kekerasan tanahnya, atau dengan cara perbaikan tanah tersebut dengan mengganti dengan bahan dengan urugan lain dan dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang dipersyaratkan atas biaya pemborong.
6.1.8 Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang ke tempat yang telah ditentukan oleh
Direksi/ Pengawas. lokasi antara papan patok ukur (bouwplank) dan galian harus bebas dari timbunan tanah.
6.2 Pekerjaan Pengurugan Tanah.
6.2.1 Urugan tanah dilaksanakan untuk mengisi kembali lobang bekas galian yang tidak terisi
oleh pasangan dan sekeliling bangunan yang kurang rata serta urugan tanah bawah lantai.
6.2.2 Urugan tanah harus dilaksanakan lapis demi lapis (maksimum t = 20 cm untuk setiap
(6)
dengan alat pemadat getar/mesin pemadat (Stamper) yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
6.2.3 Jika menurut penilaian Direksi/Pengawas pemadatan harus dibantu dengan cara
penyiraman, maka pemborong harus melaksanakannya.
6.2.4 Tanah urug harus bebas dari segala bahan-bahan yang dapat membusuk atau dapat
mempengaruhi kepadatan urugan yang akan dilaksanakan.
6.2.5 Bahan-bahan bekas bongkaran bangunan sama sekali tidak boleh dipergunankan
sebagai bahan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari bekas galian, atau tanah yang didatangkan dari luar yang telah disetujui oleh Direksi/ Pegawas.
Pasal 7
BAHAN BATU KALI DAN PASANGAN
7.1Batu Kali.
7.1.1 Bahan batu kali untuk semua jenis pekerjaan harus baik dan cukup keras serta bebas
dari tanah/Lumpur, atau bahan lainnya yang dapat mengurangi pengikatan dengan spesi.
7.1.2 Ukuran batu kali yang dipakai yang dizinkan untuk dipakai adalah berkisar Ø 15 s/d 25
Cm. Dan apabila terdapat ukuran yang lebih besar dapat diperkecil dengan cara memecahkan/membelah dengan syarat tidak mengurangi kekuatan /kekerasannya.
7.2Agregat.
7.2.1 Agregat yang digunakan untuk semua pekerjan harus berkwalitas baik.
7.2.2 Untuk Pekerjaan pasangan dan beton agregat harus memenuhi yang disyaratkan dalam
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. dan Pemborong harus mengajukan sample dan hasil test aggregat yang akan digunakan sebelum agregat tersebut dikirim ketempat pekerjaan.
7.2.3 Agregat kasar adalah aggregat yang tertahan pada ayakan no. 5, aggregat halus adalah
aggregat yang dapat melewati ayakan no. 5.
7.2.4 Agregat kasar harus bersih dari Lumpur, tumbuhan dan bahan-bahan kimia yang dapat
mempengaruhi kekuatan beton, serta harus memiliki ukuran yang beragam, keras dan bentuk yang baik.
7.2.5 Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis kerang,
silk, clay, garam dan bahan-bahan lain.
7.2.6 Apabila kadar Lumpur agregat halus melebihi 5% dan agregat kasar melebihi 1%, maka
agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sesuai trial mix yang dilakukan, aggregat yang digunakan untuk campuran beton harus berasal satu sumber, yang telah disetujui oleh Direksi/ Pengawas.
(7)
7.2.7 Agregat harus disimpan dalam keadaaan terpisah satu sama lain berdasarkan ukurannya diatas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air disekitar penyimpanan agar kadar air dari aggregat tidak berubah terlalu banyak.
7.3Batu Bata
7.3.1 Batu bata yang dipakai harus bermutu baik, dengan kekerasan /pembakaran yang
sempurna dengan sudut-sudutnya yang sempurna dan siku antara sesuatu sisi dengan sisi yang lainnya.
7.3.2 Ukuran dan bentuk semua batu bata yang akan dipakai harus sama. Jika terjadi
perbedaan ukuran bata yang dipakai tidak boleh melebihi 5 mm.
7.3.3 Prosentase pemakaian batu bata patah tidak boleh lebih dari 10% dari volume bata
yang dipakai pada bidang yang akan dipasang.
7.3.4 Penyimpanan batu bata harus diatur sedemikian rupa agar batu bata tidak rusak atau
berkurang mutunya. Direksi/Pengawas berhak menolak pemakaian batu bata yang rusak atau kurang baik mutunya akibat kesalahan penumpukkan/penyimpanan.
7.4A i r.
7.4.1 Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari segala macam campuran atau larutan
minyak, Lumpur, asam/garam/basa dan bahan-bahan organis lainnya yang dapat merusak dan mengurangi mutu dan kekerasan beton.
7.4.2 Pemakaian air untuk setiap campuran beton harus sesuai dengan ketentuan/syarat
yang disebutkan dalam PBI-71 atau yang disyaratkan dalam hasil test labor (Mix Design).
7.5Cement Portland
7.5.1 Cement Portland yang dipakai adalah Type I menurut PUBI 1982 dan memenuhi SII/SNI
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak Direksi/Pengawas.
7.5.2 Semen harus dikirim ketempat pekerjaan dalam keadaan tertutup rapat dalam
kemasan aslinya dari pabrik, sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas. Semen harus diletakkan dalam ruangan tertutup, sehingga tidak mendapatkan pengaruh langsung dari perubahan cuaca dan kelembaban gudang penyimpanan semen tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan penyimpanan pada saat pengiriman maupun pengambilan pada saat pemakaian. Semen yang digunakan harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
(8)
7.5.3 Semen yang sudah mengalami perubahan akibat cuaca maupun kelembaban tidak diizinkan untuk dipakai. Semen yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan, dengan sepengetahuan Direksi/Pengawas.
7.6Baja Tulangan
7.6.1 Baja Tulangan harus bebas dari kotoran, oli, minyak karatan/keropos serta bahan
lainnya yang dapat merusak mutu baja tulangan.
7.6.2 Jenis/mutu serta ukuran baja tulangan yang dipakai harus disesuaikan dengan gambar
rencana/detail yang akan dikerjakan atau diatur dalam pasal berikutnya.
7.6.3 Ukuran penampang/diameter baja tulangan yang dipakai adalah ukuran riil dilapangan.
7.6.4 Apabila ukuran / diameter baja tulangan yang diinginkan dalam gambar/perhitungan
struktur tidak terdapat dipasaran pemborong dapat menggunakan ukuran baja tulangan lain yang mendekati ukuran dalam gambar rencana/detail atas persetujuan Direksi / Pengawas, dengan syarat total luas penampang baja yang dipakai tidak kurang dari total luas penampang yang direncanakan dalam gambar/detai.
7.6.5 Penyimpanan baja tulangan dilapangan harus di atur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah dipengaruhi oleh faktor cuaca atau bahan lain yang dapat merusak baja tulangan.
Pasal 8
PEKERJAAN BETON
8.1 Semua pekerjaan beton harus mengacu kepada Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971,
SKSNI T-15-1991-03 dan hasil mix design untuk pekerjaan beton struktur. Pemborong harus mempelajari terlebih dahulu metoda kerja dari pekerjaan beton, dengan mengacu pada peraturan tersebut, serta spesifikasi sesuai dengan perencanaan.
8.2 Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat penyimpangan dari spesifikasi yang telah
ditentukan harus diperbaiki dan seluruh biaya serta resiko menjadi tanggung jawab pemborong.
8.3 Komposisi adukan, jenis/mutu bahan yang dipakai serta pengadukan beton untuk beton
tersebut dalam poim 9.3 diatas harus atas rekomendasi dari hasil test labor pengujian beton. yang resmi dan diakui.
8.4 Untuk pekerjaan beton bertulang lainnya (beton bertulang Praktis) dipakai mutu beton K 225
dan untuk lantai dipakai mutu beton K 175
8.5 Untuk mendapatkan komposisi adukan yang tepat, dan untuk mencapai karakteristik/mutu
beton pemborong harus mengikuti/memakai satuan material yang direkomendasikan oleh Laboratorium pengujian beton.
(9)
8.6 Pengadukan beton harus dilakukan dengan menggunakan alat pengaduk mesin (Molen), type dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari Direksi/ pengawas. Metoda pengadukan,
8.7 Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan pemborong melakukan pemasokan beton (terutama
untuk beton struktur) dari luar lokasi pekerjaan (Beton Ready Mix) Pemasok beton harus dapat mnjamin bahwa karakteristik/mutu beton yang didatangkan sesuai dengan yang disyaratkan dalam RKS ini.
8.8 Dalam pelaksanaan pekerjaan berton bertulang (terutama beton Struktur) pengujian beton
dilapangan harus dilaksanakan sesuai dengan yang disyaratkan/ketentuan dalam APBI 1971.
8.9 Segala hasil pekerjaan struktur beton bertulang yang dilaksanakan oleh pemborong adalah
merupakan tanggung jawab dan jaminan pemborong.
8.10 Sebelum melakukan pengecoran beton, pemborong harus terlebih dahulu memberikan
rekomendasi capuran beton (mix Design) yang dikeluarkan oleh Labortorium pengujian beton yang telah ditunjuk/disepakai.
Pasal 9
PENULANGAN
9.1 Pekerjaan penulangan untuk pekerjaan beton bertulang harus disesuaikan dengan gambar
rencana/detail dan hasil perhitungan struktur.
9.2 Baja tulangan pokok yang digunakan untuk pekerjaan beton struktur (Pondasi Plat Beton
bertulang, Sloof, Kolom, dan Balok) digunakan Besi Ulir dengan mutu U-24. Penempatan dan diameter yang dipakai desesuaikan dengan gambar rencana/detai.
9.3 Untuk Begol, Tulangan Beton Praktis dipakai baja polos U 24 dengan penempatan dan
diameter yang dipakai sesuai dengan gambar rencana/detail.
9.4 Pelaksanaan pekerjaan penulangan beton harus dilaukan oleh tenaga yang berpengalaman, dan
dengan menggunakan peralatan yang memenuhi syarat sehingga tidak menimbulkan cacat (patah, retak dan kropos) yang dapat menimbulkan berkurangnya kekuatan/mutu baja tulangan.
9.5 Pembengkokkan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukuran
posisi Pembengkokkan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
9.6 Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan gambar dan menggunakan
pelindung beton (beton decking) sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi ini, maka dapat digunakan Peraturan Beton Bertulang
(10)
Komponen Struktur/Konstruksi
Selimut beton minimum (Cm)
Plat Beton. 1,50
Dinding Beton. 2,00
Balok Beton 2,50
Kolom Beton 3,00
9.7 Semua pemotongan, Pembengkokkan dan toleransi Pembengkokkan harus sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Dan semua tulangan harus diikat dengan baik dengan kawat beton sehingga tidak mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton. Akhir dari tulangan harus dibengkokkan kearah dalam minimal 5 kali diameter tulangan dan tidak diperkenankan menembus ke selimut beton.
9.8 Potongan atau ketentuan penempatan penyambungan baja tulangan harus sesuai dengan
ketentuan dalam PBI 1971, atau pada tempat yang ditentukan dan disetujui oleh Direksi/ Pengawas.
9.9 Tulangan yang telah terpasang tetapi belum dicor harus dilindungi sepenuhnya terhadap korosi,
pengaruh cuaca sesuai pengarahan yang diberikan oleh Direksi/ Pengawas.
9.10 Apabila tulangan selesai dipasang, pemborong harus melaporkannya kepada Direksi/ Pengawas
untuk diperiksa dan disetujui. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pengecoran sebelum tulangan yang terpasang diperiksa dan disetuji oleh Direksi/ Pegawas, tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari Direksi/ Pengawas.
9.11 Pengelasan Baja atau tulangan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Direksi/ Pengawas.
Pengelasan harus dilakukan oleh personil yang berpengalaman. Sebelum melaksanakan pengelasan, Pemborong harus mengajukan metoda kerja dan system pengelasan yang dipakai untuk disetujui oleh Direksi/ Pengawas.
Pasal 10
BEKESTING/ACUAN
10.1 Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk membentuk
struktur-struktur beton dengan segala detailnya. Acuan yang dibuat harus dapat dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan maupun pengecorannya.
(11)
10.2 Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku, balok, pengikat dan tiang, juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk memikul acuan tanpa menimbulkan settlement.
10.3 Baik acuan maupun perancah harus direncanakan oleh Pemborong untuk menyangga berat
maupun tekanan dari beton dalam keadaan basah dan peralatan yang mungkin ada diatasnya, serta bahan-bahan kejut dan getaran. Kesemuanya ini harus direncanakan dengan metoda ereksi dan pembongkaran yang sederhana sehingga memudahkan pemasangan , penambahan maupun pembongkarannya.
10.4 Defleksi (lendutan) yang diizinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan balok kantilever, lendutan
yang diizinkan adalah 1/300 bentang.
10.5 Bracing-barcing harus dipasang untuk menghindari pergerakan horizontal, transversal maupun
longitudinal yang terjadi.
10.6 Gambar-gambar yang menunjukkan detail dari acuan maupun perancah, perhitungan perancah,
elevasi dari acuan maupun perancah harus diajukan oleh pemborong untuk disetujui oleh Direksi/ Pengawas.
10.7 Papan acuan plat lantai harus dilapisi dengan triplek ketebalan minimum 4 mm, atau material
lain harus dibuat lurus dan rata sehingga permukaan beton betul-betul lurus dan rata .
10.8 Acuan yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran, apabila akan digunakan kembali
acuan harus bersih, acuan yang sudah rusak dan tidak lurus lagi tidak diperkenankan dipakai kembali. Untuk mengejar kecepatan pengecoran, disyaratkan agar Pemborong membuat panel-panel bekisting yang standar untuk acuan bagian konstruksi yang tipikal.
10.9 Tripleks yang digunakan untuk acuan harus ditumpukan sepanjang tepinya. Kaso-Kaso, pengaku
dan penumpu harus dipasang sedemikian rupa sehigga dapat dipertahankan kelurusannya dan kekuatannya selama pengecoran maupun pemadatan beton dilakukan.
10.10 Pengaku, acuan serta perancah yang dibuat harus dipersiapkan terhadap kemungkinan
settlement dari perancah tersebut. Acuan harus diperbaiki apabila ternyata perancah mengalami settlement.
10.11 Semua tiang perancah harus dipasang dengan pengaku vertical horizontal maupun diagonal.
Bracing lateral harus dari dua arah dan bracing diagonal harus dua sisi, baik horizontal maupun vertical. Apabila tiang ternyata perlu disambung, pemasangan bracing harus diatur sesuai dengan lokasi penyambungan tersebut.
10.12 Acuan untuk beton prategang harus diperhitngkan dapa menahan gaya-gaya yang mungkin
terjadi selama penarikan (stressing) berlangsung.
(12)
10.14 Seluruh perancah dan acuan harus diperiksa kembali pada saat pengecoran beton akan dimulai. Apabila ternyata acuan tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pengecoran dilaksanakan.
10.15 Acuan dapat dilepaskan dari beton apabila pembongkarannya dapat dipastikan tidak
mengakibatkan kerusakan beton, dan acuan tersebut sudah mudah dilepaskan dari beton.
10.16 Waktu untuk pelepasan acuan dan perancah tergantung dari cuaca, metoda pemeliharaan
beton, kekuatan beton tipe dari struktur dan beban rencana. Dalam segala hal, waktu untuk melepas acuan dan perancah tidak kurang dari:
Komponen Struktur Waktu
Samping balok, dinding, kolom yang tidak dibebani 24 jam
Pelat (acuannya saja) 3 hari
Balok (acuan saja) 7 hari
Perancah pelat diantara balok 7 hari
Perancah balok dan plat slb 14 hari
Perancah kantilever 28 hari
Pekerjaan pembongkaran acuan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya oleh Direksi/Pengawas.
Pasal 11
PENGECORAN
11.1 Pengecoran Beton
11.1.1 Pengecoran beton tidak dibenarkan dimulai sebelum pemasangan baja tulangan selesai
diperiksa dan mendapat persetujuan dari Direksi/ Pengawas.
11.1.2 Sebelum pengecoran dimulai, seluruh pekerjaan acuan (bekisting), baja tulangan,
tarikan pipa-pipa instalasi air dan listrik serta angkur-angkur yang harus ditanam dalam beton, harus sudah selesai terpasang dan mendapat persetujuan dari Direksi/ pengawas. Tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah, dan lain-lain) dan dibasahi dengan air semen.
11.1.3 Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan
adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan menyebabkan pengendapan agregat.
11.1.4 Pengecoran dilakukan secara terus menerus. Adukan yang tidak dicor dalam waktu
lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
(13)
11.1.5 Pada pengecoranbaru (sambungan antar beton lama dan beton baru), maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan dengan menyikat sampai agregat kasar tampak, kemudian disiram dengan air semen. Lokasi dari Constructrion joint ini harus disetujui oleh Direksi/ pengawas.
11.1.6 beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Jika hal ini harus
dilakukan, Pemborong harus menyediakan pelindung terhadap beton, atau pemborong mengajukan metoda lain untuk melindungi beton dari korosi akibat hujan.
11.2 Transportasi Beton
11.2.1 Pengangkutan beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak
mempengaruhi kekuatan serta sifat-sifat fisik dari beton tersebut, serta misalnya pemisahan beton, kekentalan beton dan lain sebagainya.
11.2.2 Pengangkutan beton harus kontiniu, direncanakan juga tempat pengecoran yang
akan memungkinkan dan metoda pengangkutan beton dilapangan (terutama untuk pengecoran yang dilakkan di ketinggian).
11.2.3 Ketinggian jatuh dari adukan beton perlu diperhatikan, tempat jatuhan beton
tersebut harus bersih dari segala macam kotoran.
11.2.4 Apabila pemisahan adukan beton terjadi, beton harus diaduk kembali (remixed)
sebelum dilakukan pengecoran. Beton yang sudah tercemar bahan-bahan lain tidak diperkenankan untuk dipakai.
11.2.5 Apabila Pemborong bermaksud menggunakan pompa beton (Concrete pump) atau
alat-alat lain, Pemborong harus mengajukan data-data sebagai berikut untuk disetujui Direksi/ pengawas.
¾ Type peralatan.
¾ Susunan serta support dari pipa pompa.
¾ Produser pengisian dan pengosongan kembali pipa.
¾ Produser pengoperasian pompa.
¾ Peoduser apabila ada penundaan pengadaan adukan beton.
11.2.6 Diameter dalam dari pipa tidak boleh lebih kecil dari 3 x diameter agregat
maksimum yang digunakan. Pipa alumunium tidak diperkenankan untuk digunakan.
11.3 Pemadatan Beton
11.3.1 Beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator concrete selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi tulang.
(14)
concrete harus dapat masuk kedalam bekisting sehingga didapatkan pemadatan yang baik. Waktu pengecoran, vibrator concrete tidak boleh mengenai baja tulangan yang dapat menyebabkan perpindahan posisinya.
11.3.3 Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horizontal,
setelah beton dipadatkan dan diratakan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai mengeras.
11.4 Beton pada Suhu Udara Tinggi
11.4.1 Pemborong harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap kemungkinan
beton mengalami perubahan akibat suhu udara yang tinggi, terutama terhadap sifat plastis dan kekuatan beton tersebut.
11.4.2 Pada suhu udara yag terlalu tinggi, Direksi/ pengawas dapat menunda pengecoran
atau menginstruksikan Pemborong untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu sebelum pengecoran dilanjutkan.
11.4.3 Apabila udara sekeliling melebihi 32 C, suhu beton harus diusahakan serendah
mungkin dengan cara menghindari penyinaran langsung dari matahaari terhadap agregat dan mixer atau dengan menggunakan air pencampur yang dingin. Acuan (bekisting) harus diseprot dahulu dengan air tersebut dari dalam acuan.
11.5 Costruction Joint
11.5.1 Posisi pengaturannya harus mendapat persetujuan Direksi/ Pengawas.
11.5.2 Siar dalam kolom sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan bidang bawah
dari balok tertinggi.
11.5.3 Siar dalam balok dan pelat ditempatkan ditengah-tengah bentang.
11.5.4 Siar vertikal dinding sebaiknya dihindari, siar harus dibuat sekecil mungkin dan atas
persetujuan Direksi/ Pengawas.
11.5.5 Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama harus dibersihkan
terlebih dahulu dari segala macam kotoran, dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan cara penyemprotan permukaan dengan air dan minyak sampai agregat kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih, bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata keseluruh permukaan.
11.5.6 Pemborong harus memasang water stop untuk semua siar pelaksanaan pada pelat
(15)
11.6 Pemeliharaan Beton (Curing)
11.6.1 Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap matahari,
pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengrusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
11.6.2 Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah, selam 24 hari dengan
menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut ataupun dengan menutupi dengan karung goni basah.
11.6.3 Metode pemeliharaan beton harus diajukan Pemborong pada Direksi/ Pengawas
untuk disetujui. Selain menggunakan air, apabila diperlukan pemeliharaan beton dapat dilakukan dengan campuran kimia untuk pemeliharaan beton. Campuran kimia ini harus benar-benar telah dibersihkan pada saat pekerjaan finishing dimulai.
11.7 Test Material
11.7.1 Test mutu beton maupun material-material beton harus dilaksanakan oleh
laboratorium resmi yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.
11.7.2 Pengujian slump dan kubus beton harus memenuhi syarat Peraturan Bertulang
Indonesia 1971 atau SKSNI T-15-1991-03.
11.7.3 Untuk pengujian mutu beton dilapangan digunakan pengujian slump dengan
menggunakan kerucut Abrams. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, ketinggian slump yang disyaratkan oleh Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 berkisar antara 7,5 cm sampai dengan 15 cm. Cara pengujian Slump adalah sebagai berikut: adukan beton diambil saat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting), cetakan slump dibasahi dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat baja. Masukkan adukan beton kedalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira sama
tebalnya. Setiap lapis dipadatkan dengan menusuk-nusuk tongkat pemadat ∅ 16 mm
panjang 60 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti Peluru) masing-masing 25 kali. Ratakan permukaan adukan beton dan biarkan selama 30 detik. Selama waktu menunggu ini cetakan dan plat slump dibersihkan dari adukan beton yang berjatuhan. Angkat cetakan perlahan-lahan. Dalam pengangkatan, posisi cetakan harus dijaga tetap dalam keadaan vertikal. Ukur penurunan dari adukan beton (slump), pengukuran dilakukan pada 4 titik, yang nilai penurunannya diambil harga rata-rata.
11.7.4 Sedangkan pengujian mutu beton dilaboratorium digunakan test kuat tekan yang
berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x15 cm.
11.7.5 Pengambilan adukan beton, pencetakan dan curingnya harus dibawah Direksi/
(16)
11.7.6 Pengambilan beton untuk kubus uji dilakukan sedekat mungkin pada lokasi yang akan dicor, untuk menggunakan concrete pump, kubus diambil setelah beton dipompa.
11.7.7 Untuk pembuatan campuran beton dilapangan, maka pengambilan kubus uji sebagai
berikut.
11.7.8 Tiga kubus uji harus diambil dari setiap 5 meter kubik beton yang dicor, serta satu
slump test untuk setiap sample test.
PASAL 12
PEKERJAAN DINDING
12.1 Untuk pasangan bata kedap air (trasraam) dipakai adukan 1 Pc : 2 psr dipasang pada:
Dari sloof sampai setinggi 30 cm diatas permukan lantai (untuk dinding biasa). Dari slof sampai setinggi 150 Cm diatas permulaan lantai dipasang pada dinding KM/WC. Pada semua pasangan bata yang berhubungan lansung dengan tanah.
12.2 Pasangan bata dengan adukan 1 Pc : 4 psr, dipasang pada dinding bangunan biasa ( dimulai
diatas pas dinding trassraam ).
12.3 Sebelum dimulai pasang, batu bata harus terlebih dahulu direndam sampai kenyal dan
permukaan bata yang akan dipasang harus basah.
12.4 Pertemuan pasangan bata dengan kolom struktur harus diperkuat dengan angker besi beton ∅ 8
mm, dan permukaan/sisi kolom harus yang menyentuh pasangan bata harus dikasarkan.
12.5 Tebalnya siar pasangan batu bata tidak boleh kurang dari 1,5 cm ( 15 mm) dan siarnya harus
benar-benar terisi merata dengan spesi. Dan untuk persiapan plesteran, siar harus
ditekuk/dikorek sedalam 1 Cm.
12.6 Tinggi pasangan rata-rata tidak boleh melebihi boleh lebih dari satu meter dan pengakhiran
pasangan sementara harus dibuat bertangga menurun (tidak boleh pengakhiran dibuat tegak),
12.7 Semua pasangan harus rata (horizontal) dan lot (tegak lurus). Untuk membuat pasangan bata
tersebut lurus, rata (horizontal) dan tegak lurus (lot) harus dimabtu dengan benang. Pemasangan benang untuk setiap antara benang tidak boleh dari 5 (lima) lapis pasangan bata atau maksimal setiap jarak 30 cm dari pasangan di bawahnya.
12.8 Tidak dibenarkan menggunakan batu bata patah yang kurang dari ½ (separoh) panjang bata ,
kecuali sesuai dengan peraturannya (di sudut).
12.9 Siar tegah pasangan bata lapis satu dengan lapis yang lainnya didak boleh satu garis (harus
berbeda setengah bata).
12.10 Semua pasangan bata harus dijaga jangan sampai terkena matahari langsung dan Pemborong
harus melindungi pasangan bata dari sinar mata hari langsung (minimal selama proses pengeringan)
(17)
PASAL 13
PEKERJAAN KOZEN
13.1 Pekerjaan kozen dilaksanakan adalah pemasangan kozen baru yang penempatan masing-masing
kozen dilaksanakan sesuai dengan Gambar Rencana.
13.2 Bahan kozen yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah kozen Aluminium sesuai dengan rencana,
bentuk, ukuran dan penempatannya disesuaikan dengan gambar rencana.
13.3 Pekerjaan kozen pintu dan jendela dibuat dari Aluminum (yang disetujui Direksi/Pengawas).
13.4 Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan pembuatan kozen dilakukan diluar lokasi, maka
Pemborong harus memberikantahukan kepada Pihak Direksi/Pengawas untuk mendapat persetujuan dan dikontrol pelaksanaan pembuatannya.
PASAL 14
PEKERJAAN PLESTERAN
14.1 Semua bagian yang akan diplester harus disiram terlebih dahulu dan dibersihkan dari kotoran
(minyak, debu/tanah) serta bahan lainnya yang mungkin dapat merusak/mengurangi mutu pekerjaan plesteran.
14.2 Pasir untuk spesi plesteran adalah pasir kali dan harus diayak hingga mendapat butiran yang
sama.
14.3 Pemborong tidak diizinkan memakai campuran atau mencampur pasir kali dengan pasir
gunung/pasir putih atau pun pasir yang mengandung tanah/Lumpur.
14.4 Plesteran diaduk 1 Pc : 4 Psr dilaksanakan untuk semua pasangan bata dengan spesi 1 Pc : 4
Psr.
14.5 Plesteran diaduk 1 Pc : 2 Psr dilaksanakan untuk semua pasangan bata dengan spesi 1 Pc : 2 Psr
(Trasraam).
14.6 Untuk afwerking beton dipakai spesi adukan 1 Pc : 1,5 Psr.
14.7 Pekerjaan plesteran harus rata, rapi dan tidak ada retak-retak, dan seluruh pekerjaan
(18)
14.8 Untuk mendapatkan permukaan plesteran rata dan rapi, pada jarak tertentu (sesuai pengarahan Direksi/Pengawas) dibuat rol/kepala plesteran.
PASAL 15
PEKERJAAN KUDA-KUDA DAN ATAP
15.1 Kuda-Kuda
15.1.1 Pekerjaan kuda-kuda dilaksanakan pada pekerjaan sesuai dengan Gambar Rencana
Kap/atap.
15.1.2 Kayu kuda kuda dan gording dipakai kayu kelas III.
15.1.3 Kuda kuda dipakai kayu 6/12 dan gording 5/10.
15.1.4 Pekerjaan Kuda-kuda di kerjakan oleh professional yang telah berpengalaman
15.2 Bahan Penutup Atap
15.1.1 Atap yang dipakai adalah Atap Seng Warna BJLS 20x3”x6’ bd 11 KW I.
15.1.2 Paku yang dipakai adalah paku atap dengan kwalitas baik (baik untuk atap).
PASAL 16
PEKERJAAN PLAFOND
16.1 Rangka Plafond
16.1.1 Rangka loteng dipakai adalah metal furring
16.2 Bahan Plafond
16.2.1 Bahan penutup loteng dipakai adalah gypsum t 9 mm jaya board/setara.
Penempatan dari masing-masing bahan loteng harus disesuaikan dengan gambar rencana.
16.2.2 Pertemuan loteng dengan dinding dipasang les profil gypsum. Penempatannya
ditentukan /dikonsultasikan kemudian dengan pihak proyek maupun pihak Direksi/Pengawas dan Perencana.
(19)
PASAL 17
PEKERJAAN LANTAI
17.1 Lantai dicor dengan beton mutu K 175.
17.2 Untuk keramik ruangan dipakai keramik ukuran 40 x 40 cm , KM keramik lantai 20 x 20 dan
keramik dinding 20 x 25 cm kwalitas baik yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas/Pihak Proyek.
17.3 Bahan keramik yang dipakai harus kwalitas baik yang memiliki ukuran yang tepat dan sama, dan
juga sisi satu dengan sisi lainya harus tepat dan siku, sehingga pada waktu pemasangan keramik cukup rapi.
17.4 Pemasangan lantai keramik dilaksanakan dengan rapi dan rata-rata datar (Waterpass). Dan naad
antara masing-masing keramik dibuat maksimal 3 mm (ukuran Sama).
17.5 Seluruh naad pasangan keramik harus dicor /diisi penuh dengan bahan semen khusus untuk itu
(grounting) kwalitas baik, dengan warna sesuaikan dengan warna keramik atau atas persetujuan Direksi/Pengawas.
17.6 Pengisian naad dilaksanakan paling cepat 24 jam setelah pemasangan lantai, pada saat
pengisian, naad harus dibersihkan dari kotoran, pasir/debu dan bahan lain yang dapat mengurangi perekatan terhadap keramik.
17.7 Pada saat pengisian naad, keramik lantai harus benar-benar melekat dengan kuat/sempurna
dengan spesi pasangan lantai.
17.8 Warna keramik lantai yang dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
Direksi/Pengawas atau Pihak Proyek.
17.9 Pada setiap ujung (Pengakhiran) serta pertemuan sudut pasangan keramik harus dipasang
bon-bon keramik.
PASAL 18
PEKERJAAN PINTU/JENDELA
18.1 Pintu dan Jendela
18.1.1 Rangka Pintu dan jendela terbuat dari besi aluminium
18.1.2 Penempatan, bentuk dan ukuran masing-masing daun pintu/jendela disesuaikan
dengan gambar.
18.1.3 Untuk pasangan kaca mati jendela dipasang kaca t = 5 mm
(20)
PASAL 19
PEKERJAAN LISTRIK
19.1 Persyaratan instalasi.
19.1.1 Dalam melaksanakan pekerjaan instalasi Listrik, Pemborong harus mengikuti semua
persyaratan yang ada seperti:
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
b. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No: 023/PRT/78 tentang
Peraturan Instalasi Listrik.
c. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No:024/PRT/78 tentang
Syarat-syarat penyambungan Listrik.
19.1.2 Sub Kontraktor/Instalatur yang melaksanakan pekerjaan instalasi listrik harus
dilaksanakan oleh instalatur yang telah berpengalaman dan memiliki Surat Izin (SIKA) dari PLN, serta mendapat persetujuan dari pihak Direksi/pengawas.
19.1.3 Semua peralatan, bahan dan aksesories serta lampu-lampu yang dipakai harus
memenuhi persyaratan/standarisasi dari PLN.
19.1.4 Pemborong harus mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang tercantum
dalam :
a. Spesifikasi yang disyaratkan dalan peraturan yang disebutkan pada poin 20.1.1
(a, b, c )
b. Gambar Rencana.
c. Berita Acara Aanwijzing.
19.1.5 Insalasi listrik yang dilaksanakan harus menggunakan system 3 (tiga) core dan core
yang ketiga merupakan jaringan pentahanan (arde). Dan panel listrik/Box MCB harus diberi pentahanan dengan kawat BC yang ukurannya sesuaikan dengan ketentuan teknis dari PUIL/PLN, dan Tegangan Listrik menggunakan tenaga listrik 220 Volt/1 Phase /50 Hz.
19.1.6 Sebelum melaksanakan pekerjaan terlebih dahulu Pemborong diharuskan membuat
gambar-gambar kerja (Shop Drawing), dan rencana kerja, dan harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas. Gambar serta rencana kerja ini tersedia di ruang Pemborong dan mudah diperiksa sewaktu-waktu oleh Direksi/ Pengawas.
19.1.7 Setelah pekerjaan selesai Pemborong diharuskan menyerahkan gambar instalasi
yang telah direvisi dan disahkan oleh PLN dalam angkap 4 (empat), dilengkapi dengan Surat Jaminan Instalasi yang menyatakan bahwa pemasangan instalasi tersebt telah memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan.
(21)
19.1.8 Kapasitas/spesifikasi yang tercantum dalam gambar adalah minimum. Pemborong boleh memilih kapasitas/spesifikasi yang lebih besar dari yang diminta, dengan syarat:
1. Tidak menyebabkan system menjadi lebih sulit.
2. Tidak menyebabkan pertambahan bahan.
3. Tidak meminta pertambahan ruang.
4. Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya.
5. Tidak menurunkan mutu.bahan
19.1.9 Intalasi yang dipakai untuk Instalasi dalam ruangan adalah kabel NYA dan NYM ∅
2,5 mm (atau sejenisnya) yang telah memenuhi standarisasi PLN (tertera SPPLN) dan pemakaiannya sesuai kebutuhan atau sesuai menurut ketentuan teknis.
19.1.10 Armature lampu, Fitting, Saklar, stockkontak, Ballast dan kondensator serta
perlengkapan lainnya harus berkualitas baik dan memenuhi persyaratan teknis PLN.
19.1.11 Semua pipa/bahan yang terpasang dalam tanah harus terbuat dari bahan yang
tahan terhadap pelapukan atau bahan metal yang diberi perlindungan anti karat.
19.1.12 Bola lampu dan perlengkapan penerangan lainnya yang dipasang harus berkwalitas
baik (Philips/setara).
Penempatan dan jumlah titik lampu dan stockantak untuk masing-masing ruangandisesuaikan dengan Gambar Rencana.
Pasal 20
PEKERJAAN CAT
20.1Cat Minyak.
20.1.1. Kayu/kozen yang dipasang baru yang akan dicat dengan cat minyak / cat Ultran, terlebih
dahulu harus dibersihkan dari kotoran yang menempel pada kayu yang dapat merusak/mengurangi hasil.
20.1.2. Jenis/merek cat untuk cat minyak dipakai Platone atau sekwalitas, dan warna akan
ditentukan kemudian atas persetujuan dari pihak Proyek Direksi/Pengawas.
20.1.3. Pekerjaan pengecatan harus dilakukan oleh tenaga yang telah berpengalaman serta
mengikuti petunjuk dari Brosur/pabrik cat yang dipakai.
20.1.4. Kayu yang dicat dengan cat minyak dilaksanakan dengan komposisi sbb:
o 1 x jalan cat dasar.
o Permukaan kayu harus didempul rata, semua sambungan kayu harus ditutup dengan
(22)
o Dicat dengan cat minyak/warna minimal 3 kali jalan atau sampai rata, rapi dan bersih atas
persetujuan Direksi/Pengawas.
20.2. Cat Tembok
20.2.1. Pasangan dinding baru dan loteng triplek yang akan dicat, terlebih dahulu harus
dibersihkan dari debu, minyak dan bahan lain yang dapat merusak/mengurangi mutu pekerjaan cat.
20.2.2. Pasangan dinding baru yang akan dicat terlebih dahulu harus diplamur merata dan
diamplas sampai rata dan rapi, baru kemudian dicat dengan cat tembok hingga rata (minimal 3 x jalan) atau sampai sempurna dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
20.2.3. Untuk cat dinding terutama dinding bagian luar dicat dulu dengan cat Alkali , dan
dilanjutkan dengan proses pengecatan lainnya.
20.2.4. Seluruh dinding tembok dan loteng dicat dengan cat tembok merk Platon (setara),
yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.
20.2.5. Pekerjaan Pengecatan harus dilakukan oleh tenaga yang telah berpengalaman serta
mengikuti petunjuk dari brosur/pabrik cat yang dipakai.
20.2.6. Warna cat yang akan dipakai ditentukan kemudian oleh Direksi/Pengawas ataupun
pihak proyek.
Pasal 22
PEMASUKAN DAN PERSETUJUAN BAHAN
22.1 Semua bahan/material yang akan dimasukan kelokasi pekerjan, baik kwalitas, maupun
kwantitas serta jenis bahan, harus atas persetujuan Direksi/Pengawas.
22.2 Jenis/type dan ukuran serta spesifikasi bahan/material harus disesuaikan dengan kebutuhan
/gambar rencana/RAB atau RKS.
22.3 Direksi/Pengawas berhak menolak bahan yang dimasukkan apabila tidak sesuai dengan
kebutuhan, kwalitas ukuran serta persyaratan/spesifikasi yang diinginkan.
22.4 Apabila tidak ada bahan yang dibutuhkan dipasaran, baik kwalitas, kwantitas, ukuran serta
spesifikasi tidak sesuai dengan kebutuhan pemborong dapat mengajukan secara tertulis perobahan atau penggantian bahan kepada Direksi/Pengawas dan kemudian akan ditetapkan dalam rapat lapangan dengan berita acara rapat lapangan. Dan pemborong tidak diizinkan mengganti pemakaian bahan tanpa persetujuan Direksi/Pengawas. Bahan yang masuk dinyatakan tidak dipakai/ditolak oleh Direksi/Pengawas, harus disingkirkan /dikeluarkan dari
(23)
lokasi, selambat-lambatnya 2 x 24 jam. Setelah penolakan /instruksi tertulis dari Direksi/Pengawas untuk diperiksa dan disetujui.
Pasal 23
PENUTUP dan PEMELIHARAAN
Setelah seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, dan sebelum dilaksanakan serah terima pekerjaan, pemborong diharuskan:
23.1.1 Membersikan seluruh lokasi pekerjaan dari segala kotoran/sampah bekas pekerjaan sehingga
bangunan dan lokasi bangunan kelihatan rapi dan bersih, serta tidak mengganggu pemakaian bangunan.
24.2 Membersihkan seluruh komponen/bagian bangunan dari kotoran/noda bekas pekerjaan
sehingga bangunan rapi dan bersih.
24.3 Selama masa pemeliharaan pemborong wajib memeriksa kembali seluruh hasil pekerjaannya.
Apabila ternyata terjadi kerusakan atau ketidak sempurnaan, maka pemborong wajib memperbaikinya baik atas inisiatif sendiri maupun atas instruksi Direksi/Pengawas.
24.4 Walaupun dalam RKS ini tidak diuraikan satu persatu tentang persyaratan khusus, baik teknis
maupun bahan serta peraturan/undang-undang daerah setempat, namun pemborong dianggap telah memahaminya, dan pemborong diharuskan untuk memenuhi/ melaksanakan nya dan segala hal tersebut diatas. Apabila membutuhkan biaya, pemborong tidak dapat mengajukannya sebagai pekerjaan tambah. Dan hal tersebut telah termasuk dalam harga penawaran.
Konsultan Perencana
CV. VISTA INDAH STUDIO
MAIZAR KURNIAWAN, ST, MT Direktur
(1)
14.8 Untuk mendapatkan permukaan plesteran rata dan rapi, pada jarak tertentu (sesuai pengarahan Direksi/Pengawas) dibuat rol/kepala plesteran.
PASAL 15
PEKERJAAN KUDA-KUDA DAN ATAP
15.1 Kuda-Kuda
15.1.1 Pekerjaan kuda-kuda dilaksanakan pada pekerjaan sesuai dengan Gambar Rencana Kap/atap.
15.1.2 Kayu kuda kuda dan gording dipakai kayu kelas III. 15.1.3 Kuda kuda dipakai kayu 6/12 dan gording 5/10.
15.1.4 Pekerjaan Kuda-kuda di kerjakan oleh professional yang telah berpengalaman 15.2 Bahan Penutup Atap
15.1.1 Atap yang dipakai adalah Atap Seng Warna BJLS 20x3”x6’ bd 11 KW I.
15.1.2 Paku yang dipakai adalah paku atap dengan kwalitas baik (baik untuk atap).
PASAL 16
PEKERJAAN PLAFOND
16.1 Rangka Plafond
16.1.1 Rangka loteng dipakai adalah metal furring 16.2 Bahan Plafond
16.2.1 Bahan penutup loteng dipakai adalah gypsum t 9 mm jaya board/setara. Penempatan dari masing-masing bahan loteng harus disesuaikan dengan gambar rencana.
16.2.2 Pertemuan loteng dengan dinding dipasang les profil gypsum. Penempatannya ditentukan /dikonsultasikan kemudian dengan pihak proyek maupun pihak Direksi/Pengawas dan Perencana.
(2)
PASAL 17
PEKERJAAN LANTAI
17.1 Lantai dicor dengan beton mutu K 175.
17.2 Untuk keramik ruangan dipakai keramik ukuran 40 x 40 cm , KM keramik lantai 20 x 20 dan keramik dinding 20 x 25 cm kwalitas baik yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas/Pihak Proyek.
17.3 Bahan keramik yang dipakai harus kwalitas baik yang memiliki ukuran yang tepat dan sama, dan juga sisi satu dengan sisi lainya harus tepat dan siku, sehingga pada waktu pemasangan keramik cukup rapi.
17.4 Pemasangan lantai keramik dilaksanakan dengan rapi dan rata-rata datar (Waterpass). Dan naad antara masing-masing keramik dibuat maksimal 3 mm (ukuran Sama).
17.5 Seluruh naad pasangan keramik harus dicor /diisi penuh dengan bahan semen khusus untuk itu (grounting) kwalitas baik, dengan warna sesuaikan dengan warna keramik atau atas persetujuan Direksi/Pengawas.
17.6 Pengisian naad dilaksanakan paling cepat 24 jam setelah pemasangan lantai, pada saat pengisian, naad harus dibersihkan dari kotoran, pasir/debu dan bahan lain yang dapat mengurangi perekatan terhadap keramik.
17.7 Pada saat pengisian naad, keramik lantai harus benar-benar melekat dengan kuat/sempurna dengan spesi pasangan lantai.
17.8 Warna keramik lantai yang dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi/Pengawas atau Pihak Proyek.
17.9 Pada setiap ujung (Pengakhiran) serta pertemuan sudut pasangan keramik harus dipasang bon-bon keramik.
PASAL 18
PEKERJAAN PINTU/JENDELA
18.1 Pintu dan Jendela
18.1.1 Rangka Pintu dan jendela terbuat dari besi aluminium
18.1.2 Penempatan, bentuk dan ukuran masing-masing daun pintu/jendela disesuaikan dengan gambar.
18.1.3 Untuk pasangan kaca mati jendela dipasang kaca t = 5 mm
(3)
PASAL 19
PEKERJAAN LISTRIK
19.1 Persyaratan instalasi.
19.1.1 Dalam melaksanakan pekerjaan instalasi Listrik, Pemborong harus mengikuti semua persyaratan yang ada seperti:
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
b. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No: 023/PRT/78 tentang Peraturan Instalasi Listrik.
c. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No:024/PRT/78 tentang Syarat-syarat penyambungan Listrik.
19.1.2 Sub Kontraktor/Instalatur yang melaksanakan pekerjaan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatur yang telah berpengalaman dan memiliki Surat Izin (SIKA) dari PLN, serta mendapat persetujuan dari pihak Direksi/pengawas.
19.1.3 Semua peralatan, bahan dan aksesories serta lampu-lampu yang dipakai harus memenuhi persyaratan/standarisasi dari PLN.
19.1.4 Pemborong harus mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang tercantum dalam :
a. Spesifikasi yang disyaratkan dalan peraturan yang disebutkan pada poin 20.1.1 (a, b, c )
b. Gambar Rencana. c. Berita Acara Aanwijzing.
19.1.5 Insalasi listrik yang dilaksanakan harus menggunakan system 3 (tiga) core dan core yang ketiga merupakan jaringan pentahanan (arde). Dan panel listrik/Box MCB harus diberi pentahanan dengan kawat BC yang ukurannya sesuaikan dengan ketentuan teknis dari PUIL/PLN, dan Tegangan Listrik menggunakan tenaga listrik 220 Volt/1 Phase /50 Hz.
19.1.6 Sebelum melaksanakan pekerjaan terlebih dahulu Pemborong diharuskan membuat gambar-gambar kerja (Shop Drawing), dan rencana kerja, dan harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas. Gambar serta rencana kerja ini tersedia di ruang Pemborong dan mudah diperiksa sewaktu-waktu oleh Direksi/ Pengawas. 19.1.7 Setelah pekerjaan selesai Pemborong diharuskan menyerahkan gambar instalasi
yang telah direvisi dan disahkan oleh PLN dalam angkap 4 (empat), dilengkapi dengan Surat Jaminan Instalasi yang menyatakan bahwa pemasangan instalasi tersebt telah memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan.
(4)
19.1.8 Kapasitas/spesifikasi yang tercantum dalam gambar adalah minimum. Pemborong boleh memilih kapasitas/spesifikasi yang lebih besar dari yang diminta, dengan syarat:
1. Tidak menyebabkan system menjadi lebih sulit. 2. Tidak menyebabkan pertambahan bahan. 3. Tidak meminta pertambahan ruang.
4. Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya. 5. Tidak menurunkan mutu.bahan
19.1.9 Intalasi yang dipakai untuk Instalasi dalam ruangan adalah kabel NYA dan NYM ∅ 2,5 mm (atau sejenisnya) yang telah memenuhi standarisasi PLN (tertera SPPLN) dan pemakaiannya sesuai kebutuhan atau sesuai menurut ketentuan teknis.
19.1.10 Armature lampu, Fitting, Saklar, stockkontak, Ballast dan kondensator serta perlengkapan lainnya harus berkualitas baik dan memenuhi persyaratan teknis PLN. 19.1.11 Semua pipa/bahan yang terpasang dalam tanah harus terbuat dari bahan yang
tahan terhadap pelapukan atau bahan metal yang diberi perlindungan anti karat. 19.1.12 Bola lampu dan perlengkapan penerangan lainnya yang dipasang harus berkwalitas
baik (Philips/setara).
Penempatan dan jumlah titik lampu dan stockantak untuk masing-masing ruangandisesuaikan dengan Gambar Rencana.
Pasal 20
PEKERJAAN CAT
20.1Cat Minyak.
20.1.1. Kayu/kozen yang dipasang baru yang akan dicat dengan cat minyak / cat Ultran, terlebih dahulu harus dibersihkan dari kotoran yang menempel pada kayu yang dapat merusak/mengurangi hasil.
20.1.2. Jenis/merek cat untuk cat minyak dipakai Platone atau sekwalitas, dan warna akan ditentukan kemudian atas persetujuan dari pihak Proyek Direksi/Pengawas.
20.1.3. Pekerjaan pengecatan harus dilakukan oleh tenaga yang telah berpengalaman serta mengikuti petunjuk dari Brosur/pabrik cat yang dipakai.
20.1.4. Kayu yang dicat dengan cat minyak dilaksanakan dengan komposisi sbb:
o 1 x jalan cat dasar.
o Permukaan kayu harus didempul rata, semua sambungan kayu harus ditutup dengan dempul kayu serta diamplas sampai halus/rata.
(5)
o Dicat dengan cat minyak/warna minimal 3 kali jalan atau sampai rata, rapi dan bersih atas
persetujuan Direksi/Pengawas.
20.2. Cat Tembok
20.2.1. Pasangan dinding baru dan loteng triplek yang akan dicat, terlebih dahulu harus dibersihkan dari debu, minyak dan bahan lain yang dapat merusak/mengurangi mutu pekerjaan cat.
20.2.2. Pasangan dinding baru yang akan dicat terlebih dahulu harus diplamur merata dan diamplas sampai rata dan rapi, baru kemudian dicat dengan cat tembok hingga rata (minimal 3 x jalan) atau sampai sempurna dan disetujui oleh Direksi/Pengawas. 20.2.3. Untuk cat dinding terutama dinding bagian luar dicat dulu dengan cat Alkali , dan
dilanjutkan dengan proses pengecatan lainnya.
20.2.4. Seluruh dinding tembok dan loteng dicat dengan cat tembok merk Platon (setara), yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.
20.2.5. Pekerjaan Pengecatan harus dilakukan oleh tenaga yang telah berpengalaman serta mengikuti petunjuk dari brosur/pabrik cat yang dipakai.
20.2.6. Warna cat yang akan dipakai ditentukan kemudian oleh Direksi/Pengawas ataupun pihak proyek.
Pasal 22
PEMASUKAN DAN PERSETUJUAN BAHAN
22.1 Semua bahan/material yang akan dimasukan kelokasi pekerjan, baik kwalitas, maupun kwantitas serta jenis bahan, harus atas persetujuan Direksi/Pengawas.
22.2 Jenis/type dan ukuran serta spesifikasi bahan/material harus disesuaikan dengan kebutuhan /gambar rencana/RAB atau RKS.
22.3 Direksi/Pengawas berhak menolak bahan yang dimasukkan apabila tidak sesuai dengan kebutuhan, kwalitas ukuran serta persyaratan/spesifikasi yang diinginkan.
22.4 Apabila tidak ada bahan yang dibutuhkan dipasaran, baik kwalitas, kwantitas, ukuran serta spesifikasi tidak sesuai dengan kebutuhan pemborong dapat mengajukan secara tertulis perobahan atau penggantian bahan kepada Direksi/Pengawas dan kemudian akan ditetapkan dalam rapat lapangan dengan berita acara rapat lapangan. Dan pemborong tidak diizinkan mengganti pemakaian bahan tanpa persetujuan Direksi/Pengawas. Bahan yang masuk dinyatakan tidak dipakai/ditolak oleh Direksi/Pengawas, harus disingkirkan /dikeluarkan dari
(6)
lokasi, selambat-lambatnya 2 x 24 jam. Setelah penolakan /instruksi tertulis dari Direksi/Pengawas untuk diperiksa dan disetujui.
Pasal 23
PENUTUP dan PEMELIHARAAN
Setelah seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, dan sebelum dilaksanakan serah terima pekerjaan, pemborong diharuskan:
23.1.1 Membersikan seluruh lokasi pekerjaan dari segala kotoran/sampah bekas pekerjaan sehingga bangunan dan lokasi bangunan kelihatan rapi dan bersih, serta tidak mengganggu pemakaian bangunan.
24.2 Membersihkan seluruh komponen/bagian bangunan dari kotoran/noda bekas pekerjaan sehingga bangunan rapi dan bersih.
24.3 Selama masa pemeliharaan pemborong wajib memeriksa kembali seluruh hasil pekerjaannya. Apabila ternyata terjadi kerusakan atau ketidak sempurnaan, maka pemborong wajib memperbaikinya baik atas inisiatif sendiri maupun atas instruksi Direksi/Pengawas.
24.4 Walaupun dalam RKS ini tidak diuraikan satu persatu tentang persyaratan khusus, baik teknis maupun bahan serta peraturan/undang-undang daerah setempat, namun pemborong dianggap telah memahaminya, dan pemborong diharuskan untuk memenuhi/ melaksanakan nya dan segala hal tersebut diatas. Apabila membutuhkan biaya, pemborong tidak dapat mengajukannya sebagai pekerjaan tambah. Dan hal tersebut telah termasuk dalam harga penawaran.
Konsultan Perencana
CV. VISTA INDAH STUDIO
MAIZAR KURNIAWAN, ST, MT Direktur