T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Video Promosi Pariwisata Kabupaten Boyolali T1 BAB IV

BAB IV
PRODUKSI MEDIA
4.1. Tahap Pra-Produksi
Sebelum melakukan proses produksi, Penulis melakukan beberapa proses lain
yaitu proses riset, proses pembuatan storyline dan proses pembuatan storyboard.
4.1.1. Proses Riset
Tahap pertama pra-produksi, Penulis melakukan riset pada tanggal 7
Februari 2016 dengan mewawancarai langsung Ibu Neneng Dewi Setyowati, selaku
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Boyolali.
Penulis mendapatkan berbagai informasi mulai dari beberapa tempat tujuan
pariwisata di Boyolali dan media-media yang digunakan oleh Pemkab Boyolali
dalam mempromosikan pariwisata. Penulis juga diberikan contoh DVD yang berisi
pariwisata di Boyolali dalam durasi 45 menit dan disebarluaskan dalam bentuk
DVD saja. Ibu Neneng mendukung penuh pembuatan video promosi pariwisata
Boyolali dengan alasan ide-ide segar dari kaum muda tentunya akan lebih menarik
dan kreatif.
Untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan beberapa orang
mengenai wisata Boyolali, pada tanggal 20 Maret 2016, penulis melakukan
wawancara ke beberapa orang di kota yang berdekatan dengan Boyolali, seperti
Kota Solo, Kota Salatiga dan Kota Yogyakarta. Beberapa orang yang penulis
wawancarai belum mengetahui pariwisata apa saja yang ada di Boyolali dan

beberapa orang belum pernah berwisata di daerah Boyolali.
Penulis melakukan wawancara dan beberapa pengamatan langsung ke
beberapa orang yang merupakan calon target konsumen untuk mendapatkan
informasi mengenai pemilihan media yang tepat. Bagian ini merupakan proses
membuat Consumer Journey dan Consumer Insight. Penulis melakukan wawancara
ke target konsumen dari apa yang mereka lakukan dari pagi hari hingga malam hari,
mencatat media apa saja yang mereka lalui, sehingga ketika para calon target ini
melakukan kegiatan sehari-hari, mereka akan melihat iklan pada media-media yang
30

telah dilalui pada aktifitas setiap hari. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan Point
of Contact yang nantinya akan digunakan sebagai pemilihan media yang tepat

dalam mempromosikan iklan video pariwisata ini.

4.1.2

Proses Persiapan Peralatan
Penulis menggunakan kamera DSLR Canon 600D dan DSLR Canon D60
dalam pembuatan video pariwisata ini karena kamera ini cukup mudah dalam

pengoperasianya, cukup mudah untuk dibawa kemana-mana dan gambar yang
dihasilkan pun cukup baik. Untuk mendukung beberapa tehnik pengambilan
gambar, penulis membuat beberapa alat seperti slider dan stabilizer kamera agar
gambar yang dihasilkan dapat memuaskan. Pengambilan gambar juga
menggunakan beberapa alat seperti tripod, monopod, lensa 50mm dan lensa 1855mm. Untuk mendukung pencahayaan yang kurang dibeberapa tempat, penulis
membawa beberapa lampu tambahan agar cahaya dalam proses pengambilan
gambar dapat baik.

4.1.3

Proses Perancangan Video
Video promosi pariwisata ini memiliki durasi kurang lebih 3,5 menit
dengan mengusung tema Travel Guide, yaitu video ini akan menampilkan beberapa
destinasi wisata yang dapat dikunjungi oleh calon traveler . Video ini akan
menampilkan keindahan yang memanjakan mata seperti keindahan pegunungan,
kesenian, budaya, dan beberapa objek wisata lain. Penulis telah merancang
storyline sebagai berikut.

Video dimulai dengan pengambilan gambar long shot Patung Petruk di
Tikungan Irung Petuk, Selo, saat matahari mulai bersinar. Pengambilan wide

pemandangan dengan tehnik panning agar keseluruhan pemandangan pegunungan
dapat terlihat. Pada scene ini menggambarkan bahwa Boyolali dapat diknikmati
keindahan pesona alamnya mulai dari pagi hari. Kemudian dilanjutkan
pengambilan gambar destinasi wisata yang berada di Desa Selo. Menampilkan
orang-orang yang sedang asyik berwisata di daerah ini. Menjelang siang dengan
panas yang cukup terik, wisatawan dapat berwisata ke daerah perairan seperti
31

taman air, umbul, ataupun kolam renang. Pengambilan gambar dilanjutkan ke
perkebunan dan pertanian sayur. Scene ini menggambarkan bahwa Boyolali
memiliki kekayaan hasil bumi dalam bidang pertanian seperti sayur dan buah.
Pengambilan gambar dengan frame long shot agar pemandangan perkebunan
terlihat keseluruhan. Pengambilan gambar juga difokuskan ke frame close up dalam
beberapa bagian seperti kesegaran sayur dan buah. Boyolali terkenal pula sebagai
kota susu, sehingga penulis juga mengambil gambar mengenai peternakan sapi
perah menggunakan tehnik panning-long shot untuk view peteranakan dan tehnik
zoom-close up untuk pengambilan gambar sapi perah.

Dalam Kategori seni dan budaya, Boyolali memiliki beberapa kerajinan
unggulan. Salah satu diantaranya adalah kerajinan tembaga di Tumang, Boyolali.

Pengambilan gambar di tempat ini memfokuskan camera shot ke display dari
produk-produk kerajinan tembaga. Tehnik pengambilan gambar dengan frame
close up. Kerajinan Kayu juga merupakan produk unggulan dalam bidang kesenian.

Pada bagian ini, pengambilan gambar akan difokuskan dalam pengerjaan kerajinan
untuk menggambarkan proses pembuatan kerajinan yang memerlukan tingkat
kreatifitas dan kesenian yang tinggi. Tehnik pengambilan gambar menggunakan
medium long shot dengan pergerakan kamera tracking dan

panning untuk

mengambil keseluruhan gambar pembuatan kerajinan. Masih dalam bagian
kesenian dan budaya, Boyolali memiliki Museum yang menyimpan sejarah-sejaran
mengenai Boyolali. Pengambilan gambar difokuskan ke beberapa objek di dalam
museum seperti arca, peninggalan-peninggalan kuno, dan lain-lain.
Boyolali juga menyimpan berbagai ragam kesenian tarian daerah. Dalam
festival kesenian Boyolali menampilkan berbagai kesenian tarian daerah di
Boyolali dengan keunikan masing-masing. Pengambilan gambar difokuskan ke
ekspresi dari penari. Untuk wisata kuliner, Boyolali memiliki makanan khas yang
dapat ditemui di beberapa sudut di Kota Boyolali yakni soto. Pengambilan gambar

dalam menyajikan soto dan beberapa pengunjung sedang menyantap hidangan soto.
Tehnik pengambilan gambar pada bagian ini menggunakan tehnik frame close up
dan medium long shot kemudian menggunakan pergerakan panning. Pada bagian
terakhir, wisatawan tentunya ingin membeli beberapa buah tangan untuk keluarga
32

dirumah. Toko oleh-oleh di Boyolali menyajikan beberapa makanan khas Boyolali
yakni aneka olahan Marning, Abon Sapi khas daerah Ampel dan Keju yang berasal
dari susu asli Boyolali dan pembuatan di kota ini. Bagian terakhir video akan
menampilkan penutup video dari berbagai wisata. Pada bagian ini merupakan
kesimpulan dari tujuan-tujuan wisata di Boyolali. Video promosi pariwisata ini
juga diperkuat dengan adanya thypography dan voice over untuk memberikan
informasi kepada target konsumen.

4.2 Proses Produksi
Pada proses produksi video promosi ini, penulis dibantu oleh dua rekan. Penulis
berperan sebagai sutradara dan cameraman, dan dua rekan lainya sebagai persiapan
peralatan dan membantu penulis dalam mengambil beberapa gambar yang memerlukan
dua orang cameraman. Pada awal produksi, penulis memfokuskan pengambilan gambar di
daerah lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, tepatnya di Desa Selo. Penulis

melakukan pengambilan pada pagi hari saat matahari mulai bersinar. Dalam proses
pengambilan gambar pertama ini, memiliki kendala pada cuaca. Pengambilan gambar pada
proses pagi hari ini memerlukan cuaca yang cerah agar matahari terlihat saat pagi hari,
sehingga sulit menentukan hari yang tepat untuk berangkat menuju lokasi pengambilan
gambar. Menuju Desa Selo hanya memerlukan waktu sekitar 15-20 menit. Kami
menggunakan sepeda motor karena medan yang ditempuh merupakan jalanan yang sangat
menanjak. Pengambilan gambar di Selo ini difokuskan pada tempat Tikungan Irung Petruk,
New Selo, dan Gancik Hill Top. Pengambilan gambar dilakukan pada pagi hari karena saat
pagi hari daerah pegunungan masih bebas dari awan dan kabut yang menutupi sehingga
proses produksi berjalan dengan baik dengan cuaca yang baik pula. Proses produksi di
Desa Wisata Selo ini memerlukan waktu 2 hari hanya saat pagi hari saja.
Proses produksi selanjutnya difokuskan ke beberapa objek wisata taman dan
ekowisata seperti taman air, umbul, kolam renang, dan taman kota. Destinasi wisata
selanjutnya yaitu Taman Air Tlatar. Lokasi tidak terlalu jauh dari pusat kota, hanya
memerlukan waktu 10 menit. Pengambilan gambar difokuskan pada objek wisatawan
sedang aysik bermain air dan suasana tenang wisatawan dalam menikmati pemandangan
33

alam dan taman di Tlatar. Dalam bagian ini, penulis menggunakan talent sebagai objek
wisatawan yang sedang tenang menikmati suasana alam di taman. Talent merupakan

seorang perempuan berusia 23 tahun yang menggambarkan seorang wisatawan. Kemudian
pengambilan gambar pada objek kolam renang dengan beberapa perenang remaja.
Selanjutnya objek wisata umbul pengging dan pemancingan. Menempuh 20 menit
perjalanan dari pusat kota. Pengambilan gambar difokuskan ke wisatawan yang sedang
berenang di umbul, keseruan memancing ikan dan kebersamaan keluarga atau rekan dalam
menyantap hidangan ikan. Selanjutnya pengambilan gambar di taman kota. Terletak
dipusat kota, sehingga cukup mudah akses perjalanannya. Taman ini merupakan taman
bermain anak-anak dengan permainan yang cukup lengkap. Pengambilan gambar didaerah
ini difokuskan pada keceriaan anak-anak yang sedang asik bermain. Proses pengambilan
video dibeberapa tempat ini memerlukan waktu satu minggu karena beberapa kendala
cuaca yang tidak menentu.
Pengambilan gambar selanjutnya yaitu perkebunan sayur dan buah serta peternakan
sapi perah. Perjalanan memerlukan waktu 10 menit dari pusat kota. Waktu pengambilan
gambar yaitu siang menjelang sore karena cahaya matahari tidak terlalu terang.
Pengambilan gambar difokuskan ke talent yang sedang menikmati wisata di perkebunan
sayur dan buah serta pengambilan gambar keseluruhan dari perkebunan dan peternakan
sapi. Proses pengambilan gambar ini memerlukan waktu dua hari. Selanjutnya,
pengambilan gambar pada kesenian dan budaya. Pertama merupakan kerajinan tembaga di
Desa Tumang. Pengambilan gambar difokuskan ke objek kerajinan yang dipajang di
showroom kerajinan. Pengambilan gambar sedikit terkendala dengan cuaca hujan deras,


kondisi ruangan yang gelap, namun dapat diselesaikan dengan penambahan penerangan
lampu dan penambahan cahaya di proses editing nanti.
Kesenian selanjutnya yaitu kerajinan kayu di Mojosongo. Lokasi tidak terlalu jauh
dari pusat kota. Pengambilan gambar difokuskan ke pembuatan kerajinan. Proses
pengambilan gambar di kerajinan kayu ini terbilang cukup lama karena saat pertama kali
datang, para pengrajin mengerjakan bagian-bagian dari kendaraan saja. Sehingga jika
penulis hanya mengambil pada bagian tersebut menghasilkan video yang kurang
memuaskan. Sehingga penulis berniat untuk menunggu hingga 2 minggu sampai proses
34

perakitan kendaraan. Selanjutnya dalam hal budaya, pengambilan gambar pada objekobjek di Museum R. Hamong Wardoyo seperti arca, meriam, kereta kerajaan dan objek
lain. Kemudian kesenian dan budaya selanjutnya yaitu tarian-tarian daerah yang terangkum
dalam festival kesenian Boyolali. Pengambilan gambar difokuskan ke ekspresi penari,
keunikan budaya dan ragam kostum kesenian. Proses produksi pada bagian ini memerlukan
waktu sekitar satu minggu.
Proses pengambilan gambar selanjutnya difokuskan ke makanan khas di daerah
Boyolali, yaitu soto. Waktu pengambilan gambar saat pagi hari karena pada umumnya soto
lebih nikmat disantap pada pagi hari dan juga karena pagi hari lebih banyak pengunjung.
Pengambilan gambar difokuskan pada penyajian soto dan pengunjung yang sendang

menyantap hidangan. Kemudian makanan khas juga terdapat di toko oleh-oleh di Boyolali.
Berada di pusat kota sehingga mudah dalam akese menuju ke lokasi. Pengambilan gambar
difokuskan hanya ke makanan khas Boyolali saja yaitu olahan marning, abon sapi, dan keju
asli Boyolali. Pengambilan gambar pada bagian ini memerlukan waktu 2 hari.
Pada bagian akhir proses produksi, penulis mengambil beberapa icon-icon Boyolali
yang menjadi symbol khas Boyolali. Pengambilan gambar seperti Patung Kuda Simpang
Lima, 5 tempat ibadah, Kantor Bupati, Patung Soekarno dan Gedung Lembu Sora.
Pergerakan kamera dengan tehnik tracking memberikan efek pergerakan yang stabil pada
objek yang cukup luas dan panjang seperti pada objek Patung Kuda Simpang lima, 5
Tempat Ibadah dan Kantor Bupati Boyolali. Pengambilan gambar bagian ini nantinya akan
menjadi pembuka dan penutup video promosi pariwisata Boyolali.

35

4.3 Pasca Produksi
Setelah menyelesaikan berbagai proses pra produksi dan produksi, proses
selanjutnya yaitu proses pasca produksi. Proses pasca produksi ini meliputi editing video,
editing thypography, dan editing voice over . Proses editing video ini merupakan proses

yang cukup penting karena selain untuk memproses penataan video juga untuk

memberikan warna pada video dan mengatur segala jenis suara yang ada di video. Pada
proses ini, penulis sendirilah yang melakukan proses editing. Pada proses editing ini,
penulis menggunakan perangkat lunak editing video Adobe Premiere Pro CC 2015.4 yang
pengoprasianya cukup mudah dan dikuasai oleh penulis. Sebelum masuk ke Adobe
Premiere, penulis melakukan pengelompokan video dan pemilihan video untuk menyeleksi
video-video yang terpakai dan tidak terpakai. Berikut merupakan tahapan dalam proses
editing video :

4.3.1. Pengelompokan dan Pemilihan Video
Pada tahapan ini, video-video yang telah dipindahkan dari sd card kamera
dikelompokan ke beberapa folder agar lebih mudah dalam mencari video. Pengelompokan
ini nantinya akan mempermudah dalam memasukan video/importing video ke Adobe
Premiere.

Setelah

dikelompokkan,

video-video


tersebut

membuang/menghapus file video yang tidak dipergunakan.

Gambar 2
Proses Pengelompokan Video ke dalam Folder

36

diseleksi

dan

Gambar 3
Proses Pemilihan Video

4.3.2. Memasukan Video ke Adobe Premiere Pro CC / Import Video
Setelah video dikelompokan dan diseleksi, video tersebut dimasukkan kedalam
program editing Adobe Premiere Pro CC. Proses import tidak terlalu sulit karena
sebelumnya video telah dikelompokkan sehingga dalam program editing pun video sudah
mengelompok berdasarkan folder yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 4
Adobe Premiere Pro CC 2015.4

37

Gambar 5
Proses Import File Video
4.3.3 Proses Editing
Setelah proses import video, proses selanjutnya yaitu menyusun video. Video
disusun dari awal hingga akhir video, kemudian diperlukan cutting video pada bagian video
yang tidak diperlukan. Dalam beberapa perpindahan antar video, ditambahkan fade in dan
fade out yang berfungsi untuk memperhalus perpindahan antar video. Namun beberapa

video juga tidak memerlukan fade in dan fade out karena antara kedua video atau lebih
masih memiliki keterkaitan. Setelah video tersusun rapi, proses selanjutnya yaitu proses
color correcting dan color grading. Color correcting merupakan proses dimana warna

dalam video tersebut dikoreksi kembali. Seperti beberapa video yang memiliki
pencahayaan yang kurang atau cahaya yang lebih, dapat diatur dengan mengatur highlights,
shadows, whites dan blacks pada video. Setelah seluruh video sudah memiliki warna yang

baik, proses selanjutnya ialah color grading. Color grading adalah proses memberikan
warna pada video untuk memperkuat feel / rasa atau keadaan. Seperti pada video suasana
alam di Taman Air Tlatar agar suasana lebih halus dan objek kerajinan tembaga untuk
memperkuat warna tembaga. Setelah proses tersebut selesai, selanjutnya mengatur segala
jenis suara. Pertama memberikan backsound pada video. Lagu yang dipilih merupakan lagu
yang bebas untuk digunakan oleh siapa saja untuk karya video apapun. Selanjutnya
memberikan efek suara ambient untuk memperkuat suasana dalam video. Terakhir,
memasukan voice over yang disesuaikan dengan frame yang telah dibuat sebelumnya.

38

Gambar 6
Proses Penyusunan Video

Gambar 7
Proses Color Correting dan Color Grading
4.3.4. Editing Typography
Proses selanjutnya yaitu proses editing typography. Penulis menggunakan
perangkat lunak Adobe After Effect CC 2015 dalam meng edit typography ini. Typography
ditambahkan ke dalam video untuk memberikan informasi kepada target wisatawan serta
untuk memberikan efek dalam video agar video lebih bervariasi.. Pemilihan warna putih
dan merah yang cerah dalam typography tersebut dimaksudkan agar text lebih terlihat jika
dipadukan dengan warna video yang selalu berubah. Setelah selesai, file typography ini
disatukan dengan video utama ke dalam Adobe Premiere.

39

Gambar 8
Proses Editing Typography

4.3.5. Rendering Video
Setelah semua tahapan selesai dan melakukan pengecekan ulang, langkah terakhir
adalah mengubah file editing video tersebut ke dalam satu file video. Proses rendering
video menggunakan format MP4 H.264 dengan resolusi Full HD 1920x1080p untuk

menghasilkan resolusi yang baik.

Gambar 9
Proses Rendering Video

40

4.4 Pembahasan
Video Promosi Pariwisata Boyolali ini menyampaikan pesan yang berisi sebuah
promosi atau iklan yang bertujuan agar pesan tesebut dapat diterima baik oleh penonton.
Video promosi ini memiliki tujuan untuk membujuk atau mempersuasif para penonton agar
timbul ketertarikan untuk berwisata ke Boyolali. Selain memiliki tujuan untuk membujuk,
video promosi ini juga berisi mengenai informasi tentang daerah wisata namun dengan
bobot yang lebih sedikit. Seperti yang dikemukakan Kotler (2005:278) bahwa iklan yang
memiliki bobot informatif lebih besar cenderung kurang menarik karena sebagian besar
tujuannya hanya untuk memberikan informasi saja. Sehingga dalam video ini, bertujuan
untuk membujuk dan memberikan beberapa informasi mengenai daerah wisata di Boyolali.
Kotler juga mengungkapkan bahwa video yang bertujuan untuk membujuk harus
dapat mengambil simpati dan emosi para penonton video. Hal ini bertujuan agar penonton
ikut larut dalam emosi video. Sehingga video promosi pariwisata ini memiliki unsur-unsur
video yang memberikan rasa (feel) atau emosi untuk membentuk simpati dan emosi para
penonton.

4.4.1

Teori Komunikasi Dalam Ide & Tehnik Pengambilan Gambar
Proses pembentukan ide merupakan proses yang cukup penting dalam
membuat iklan agar iklan dapat menarik dan membujuk. Pembentukan ide dalam
video ini tidak hanya membangun sebuah konsep atau tema video, namun juga
memperhatikan kebiasaan individu atau khalayak sasaran dari segi sikap maupun
mengenai cara berfikir.
1. ELM (Elaboration Likelyhood Model)
Dalam pembuatan ide video promosi ini, berdasarkan teori
Model Kemungkinan Elaborasi atau Elaboration Likelyhood Model
(ELM) bahwa terdapat dua jalur dimana individu akan terpersuasi atau
tidak akan terpersuasi sebuah pesan, yakni central route dan peripheral
route. Jalur central route individu akan terpersuasi dengan sebuah pesan

yang mengandung pesan yang kuat. Untuk meraih khalayak pada jalur
41

central rute, beberapa scene video ini mengandung pesan saran kepada

khalayak seperti pada scene Umbul Pengging dengan voice over
,“Kesegaran sumber mata air di Umbul Pengging, dapat anda rasakan di

tengah teriknya matahari”. Pada scene ini penulis memberikan sebuah
saran atau ajakan kepada khalayak bahwa ketika cuaca sedang panas,
Umbul Pengging merupakan solusi untuk menyegarkan tubuh. Contoh
lain, pada scene yang menampilkan pernak-pernik kerajinan tembaga
dengan voice over “Pernak-pernik kerajinan yang cukup memanjakan
mata dapat menghiasi rumah anda, Kerajinan Tembaga Tumang cukup
menarik sebagai buah tangan kerajinan khas Boyolali”. Pesan ini
merupakan sebuah saran atau ajakan dimana ketika hiasan rumah masih
kurang menarik, dapat membeli kerajinan-kerajinan ini. Pesan-pesan
inilah yang berada dijalur central route dimana pesan perlu
dipertimbangkan dan dipahami.
Pada

jalur

peripheral

route,

seorang

individu

tidak

memperhatikan isi pesan, tidak menganalisa atau mengevaluasi sebuah
informasi. Peripheral route merupakan jalur dimana seseorang akan
terpersuai dengan gambar, warna dan unsur-unsur yang menarik
perhatian tanpa memperhatikan isi pesan. Sehingga agar video promosi
ini dapat mempersuasif khalayak pada jalur ini, video promosi ini
menampilkan gambar-gambar pada video yang cukup menarik dengan
keindahan alamnya. Sebagai contoh, keindahan pemandangan
pegunungan dari atas Bukit Gancik, keindahan taman di Ekowisata
Tlatar, warna-warni kostum penari di Festival Kesenian Boyolali,
gambar kemegahan Gedung Lembu Sora dan keindahan-keindahan
pemandangan lain. Individu pada jalur ini tidak berfikir secara
mendalam dalam memahami sebuah pesan, sehingga mudah terpersuasi
oleh visual yang menarik. Pemamaran di atas merupakan prediksi
mengenai kapan orang akan terbujuk dan tidak akan terbujuk.

2. Komunikasi Persuasif
42

Dalam komunikasi persuasif, membahas tentang sikap-sikap
individu yang hendak dipengaruhi, sehingga pesan persuasif yang
disampaikan dapat disesuaikan dengan sikap-sikap tersebut, agar pesan
persuasif dapat efektif. Liliweri (2011) mengemukakan sikap-sikap
tersebut yaitu kognitif, afektif dan konatif. Sikap kognitif merupakan
sikap dimana individu dalam tahapan mengenal atau mengetahui sebuah
produk. Dalam video ini ada beberapa pesan dalam bentuk saran, seperti
pada Obyek Wisata Umbul Pengging, sikap kognitif tahu mengenai
objek Umbul ini, sehingga dalam video ini memberikan pesan berupa
saran berwisata ke Umbul Pengging ini akan lebih segar jika dikunjungi
pada siang hari. Pada sikap afektif, video ini menampilkan ekspresiekpresi seseorang yang dapat membangun emosi para penonton.
Sebagai contoh, keceriaan seorang anak kecil yang sedang asik bermain
di Taman Pandan Alas. Pada sikap konatif, video ini mengilustrasikan
bagaimana wisatawan sedang melakukan wisata di obyek wisata.
Contoh, seorang yang sedang memancing, anak kecil yang sedang
menangkap ikan.

3. Konsep AIDDA dan Rangkaian Video
Merangkai sebuah video perlu diperhatikan agar video yang
ditonton sejak durasi awal, hingga durasi akhir memiliki daya tarik
tersendiri. Video promosi ini dirangkai dengan mengutamakan konsep
atau tema video yaitu traveling guide dimana akan ditampilkan petunjuk
atau saran-saran wisata saat berkunjung ke Boyolali. Saran ini tidak
hanya mengenai objek wisata saja namun berkaitan dengan waktu
berwisata. Contoh, awal video ditampilkan matahari terbit di Tikungan
Irung Petruk dan keindahan panorama pegunungan di pagi hari.
Rangkaian awal ini memberikan sebuah informasi atau saran kepada
penonton bahwa awal perjalanan wisata sangat baik jika diawali di
pegunungan, karena cuaca pagi hari tidak terlalu berawan, sehingga
pemandangan pegunungan masih terlihat. Ekowisata Tlatar dan Umbul
43

Pengging ditampilkan pada siang hari. Hal ini memberikan informasi
bahwa Ekowisata Tlatar dan Umbul Pengging merupakan saran wisata
saat siang hari karena berhubungan dengan air untuk mengurangi panas
terik matahari. Di akhir video, menampilkan makanan khas Boyolali
dimana wisatawan yang hendak mengakhiri perjalanan wisatanya
diberikan informasi berupa saran untuk mencoba beberapa makanan
khas Boyolali untuk oleh-oleh.
Rangkaian video promosi ini juga didukung dengan konsep
AIDDA yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm dalam Effendy (2003).
Analisa konsep AIDDA terhadap video promosi ini sebagai berikut :
A. Attention (Perhatian)
Dalam video ini, menarik perhatian merupakan komponen
penting agar khalayak dapat tetap menonton video dari awal
hingga akhir. Dalam menarik perhatian, video ini
menampilkan intro atau awalan video dengan menampilkan
beberapa lokasi-lokasi wisata yang memiliki keindahan
yang cukup menarik dengan perpindahan scene yang cukup
cepat. Hal ini akan menimbulkan rasa penasaran pada
penonton. Untuk menarik perhatian dalam keseluruhan
video, ditampilkan pula keindahan alam, obyek wisata dan
keberagaman seni.
B. Interest (Daya Tarik)
Setelah khalayak sudah tertarik, mereka akan mencari tahu
lebih rinci mengenai lokasi wisata yang ditampilkan. Ini
merupakan bagian inti video yakni memperkenalkan wisatawisata yang ada di Boyolali. Seperti wisata Gancik Hill Top,
Ekowisata Tlatar, Umbul Pengging, kerajinan-kerajinan,
Musem R. Hamong Wardoyo dan lain-lain. Tentunya dalam
menampilkan gambar video yang lebih rinci ini masih
menampilkan gambar-gambar yang menarik.
C. Desire (Kebutuhan)
44

Tahapan ini merupakan tahapan dimana kebutuhan atau
keinginan

konsumen

menciptakan

perlu

kebutuhan

akan

dibangkitkan.
penonton,

Untuk

video

ini

menampilkan wisata-wisata yang menarik untuk memenuhi
kebutuhan akan berlibur. Tidak hanyak kebutuhan akan
berlibur, kebutuhan akan pernak-pernik juga ditamplikan
pada bagian Kerajinan Tembaga Tumang dan Kerajinan
Kayu Mojosongo.
D. Decision (Keputusan)
Untuk menciptakan rasa yakin penonton agar berwisata ke
Boyolali, pada akhir video ini menampilkan kesimpulan
akan keseluruhan video, dimana Boyolali memiliki
kekayaan akan wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Bagian ini memberikan keyakinan akan penonton bahwa
Boyolali memiliki wisata-wisata yang menarik untuk
dikunjungi sehingga penonton dapat memberikan keputusan
untuk berwisata ke Boyolali.
E. Action (Melakukan Tindakan)
Pada bagian akhir video, terdapat voice over dengan kalimat
ajakan untuk berwisata ke Boyolali, yakni,”Ayo, jalan-jalan
ke Boyolali”. VO ini menciptakan sebuah ajakan untuk
bertindak dengan berwisata ke Boyolali.
Berdasarkan pemahaman teori-teori dan konsep di atas, makan di bawah ini
merupakan pemaparan visual dan tehnik-tehnik pengambilan gambar untuk
menciptakan gambar video yang menarik perhatian.

45

4.4.2 Unsur Visual
Tehnik pengambilan gambar pergerakan kamera dalam pembuatan video dapat
memberikan makna dan emosi tertentu.
1. Analisa Pengambilan Gambar Kamera
Pada proses produksi ini, penulis yang sekaligus cameraman menggunakan
beberapa tehnik pengambilan sudut kamera dan tehnik pergerakan kamera agar
dalam suatu bidikan memberikan makna atau kesan yang hidup dan berbeda.
Sudut pengambilan kamera yang digunakan meliputi 3 sudut, yaitu high angle,
eye level, dan low angle. Seperti yang dikemukakan oleh Fachruddin (2012),

bahwa ketiga tehnik pengambilan sudut kamera memiliki makna yang berbeda.
Seperti pada scene pengambilan gambar di daerah Selo (Gambar 10),
memberikan kesan kecil pada pepohonan, objek manusia, jalan raya dan
pemandangan lembah. Tehnik ini memberikan makna bahwa di daerah wisata
Selo ini kita dapat melihat pemandangan lembah yang indah nan kecil dari
tempat yang tinggi dengan pemandangan yang luas. Tehnik eye level
merupakan tehnik yang lebih banyak digunakan dalam video karena tehnik ini
memberikan kesetaraan antara objek dengan kamera. Sehingga tehnik ini
digunakan untuk memperkuat ekspresi, emosi atau detail dari suatu objek.
Seperti pada Gambar 11, tehnik ini memberikan kesetaraan pada anak kecil
yang sedang bermain, sehingga memperkuat ekspresi keceriaan dari anak kecil
yang sedang bermain. Tehnik ketiga merupakan tehnik low angle. Tehnik ini
memberikan kesan megah dan tinggi pada objek. Boyolali memiliki berbagai
icon dan gedung-gedung yang menjadi ciri khas Boyolali seperti Gedung

Lembu Sora akan terlihat megah dan tinggi ketika menggunakan tehnik ini.
Pada gambar 12, tempat ibadah Pura memiliki kesan megah, kokoh dan tinggi
sehingga terlihat lebih menarik.

46

Gambar 10
Tehnik pengambilan gambar High Angle
memberikan makna kecil dan luas pada pemandangan lembah

Gambar 11
Tehnik pengambilan gambar Eye Level
memberikan kesetaraan sehingga memperkuat ekspresi

47

Gambar 12
Tehnik pengambilan gambar Low Angle Pada Pura
memberikan kesan megah dan tinggi

2. Analisa Tehnik Bidikan Kamera
Pada setiap bidikan kamera pun dapat memberikan kesan dan makna
berbeda. Pengambilan bidikan kamera secara jauh, sedang atau dekat. Masingmasing memiliki makna tersendiri dan memperkuat peran tertentu. Seperti yang
diungkapkan oleh Fachruddin (2012), bahwa ia membagi tehnik bidikan
kamera dengan maknanya masing-masing. Pada bidikan jauh (long shot) terdiri
dari extreme long shot, very long shot, long shot dan medium long shot. Dari
keempat tehnik long shot tersebut memiliki makna yang hampir sama hanya
berbeda jarak dan objek. Long shot memberikan kesan atau makna keluasan
suatu objek sehingga memperkuat keindahan sebuah pemandangan. Seperti
pada Gambar 13 dimana scene tersebut menggunakan tehnik extreme long shot
untuk mengambil keindahan Gunung Merapi dan lembah. Tehnik ini
memberikan kesan bahwa keindahan alam pemandangan di daerah wisata
pegunungan di Boyolali ini sangatlah luas dan indah.

Gambar 13
Tehnik Bidikan Kamera Extreme Long Shot

48

Gambar 14
Tehnik Bidikan Kamera Long Shot

Tehnik bidikan kamera selanjutnya yaitu medium shot. Pada
Gambar 15 menunjukan ekspresi seseorang dengan wajah yang senang
sedang berada di sebuah objek wisata pekebunan. Sehingga tehnik ini dapat
memperkuat ekspresi dari objek sehingga memberikan kesan bahwa
berwisata ke Boyolali memberikan keceriaan atau kesenangan menikmati
dengan keindahan alam dan objek wisata. Tehnik Middle close up dan close
up juga memunculkan kesan yang sama dengan medium shot namun sedikit

lebih kuat dalam menunjukan ekspresi dan detail objek yang jelas karena
objek lebih dekat dengan kamera. Seperti bidikan objek Keju hasil olahan
asli Boyolali, menggunakan tehnik close up sehingga memunculkan kesan
bahwa Keju ini diolah dan dikemas baik dengan memperlihatkan detail keju
dan label.

49

Gambar 15
Tehnik bidikan kamera medium shot
memperkuat ekspresi dari objek

Gambar 16
Tehnik bidikan kamera middle close up
lebih memperkuat ekspresi dari objek

50

Gambar 17
Tehnik bidikan kamera close up
memperkuat detail dari objek Keju

3. Analisa Pergerakan Kamera
Pembuatan video ini menggunakan beberapa tehnik pergerakan kamera
antara lain crab, panning, dan tilt. Masing-masing memberikan kesan dan
makna yang berbeda pula. Fachruddin (2012), mengemukakan makna-makna
tersendiri dalam pergerakan kamera, seperti pada Gambar 18, merupakan
pergerakan kamera crab pada objek Patung Kuda Simpang Lima Boyolali.
Pergerakan semacam ini digunakan pada objek yang memiliki susunan berbaris
memanjang atau pemandangan sehingga memberikan kesan rapi dan
pergerakan yang stabil. Tehnik panning pada scene pemandangan pegunungan
di Boyolali, memberikan makna bahwa pemandangan pegunungan di Boyolali
cukup luas dan dapat dinikmati dari dari sudut kiri hingga kanan. Tehnik
selanjutnya merupakan tehnik tilt. Tehnik ini digunakan pada gedung, patung
atau objek yang tinggi. Seperti pada scene pengambilan gambar Patung
Soekarno memberikan kesan megah dan tinggi.

51

Gambar 18
Tehnik Pergerakan Kamera Crab
memberikan kesan rapi, sejajar dan stabil

Gambar 19
Tehnik Pergerakan Kamera Panning
memberikan kesan luas

Gambar 20
Tehnik pergerakan kamera Tilt
memberikan kesan tinggi pada objek

52

4. Unsur Warna
Proses mewarnai sebuah video merupakan proses yang cukup penting untuk
memberikan rasa atau untuk memperkuat kesan pada video. Warna dapat
menjadi sebuah komunikasi yang cukup kuat karena warna dapat menciptakan
suasana dan emosi dalam video. Nugroho (2008) dalam bukunya yang berjudul
“Teori Warna” memaparkan bahwa warna memiliki dampak psikologis
terhadap manusia.
A. Warna Hijau
Warna hijau memunculkan dampak psikologis yaitu alami,
semangat, kehidupan, udara, bumi, pembaruan, lingkungan, alam,
kesehatan. Warna hijau dalam video promosi ini muncul pada objekobjek wisata yang berada di alam pemandangan seperti Gunung dan
Taman. Ketika seseorang melihat tayangan pada warna ini, akan
memunculkan sisi psikologis mengenai warna tersebut dan memberikan
kesan bahwa Boyolali merupakan tempat wisata yang alami, asri, sejuk,
memiliki berbagai keindahan pemandangan alam yang indah.
B. Warna Oranye
Warna oranye memberikan dampak psikologis energi, kehangatan,
keseimbangan, kecerahan, keceriaan. Warna oranye dalam video
promosi ini dijumpai pada awal video untuk menggambarkan semangat
dan suasana cerah dalam video promosi.
C. Warna Biru
Biru merupakan warna yang memiliki arti damai, kesejukan, laut,
harmoni, udara, air, langit. Ketika seseorang melihat warna biru muncul
rasa tenang dan memberikan kesan stabil. Warna dominan biru muncul
pada daerah wisata perairan seperti kolam renang Tlatar dan umbul
Pengging akan memberikan kesan kesejukan dan kesegaran di daerah
wisata tersebut.
D. Warna Kuning/Emas
Warna Emas memiliki arti sebuah kekayaan, sinar, kebahagiaan,
kemakmuran, keceriaan. Warna ini muncul pada scene Kerajinan
53

Tembaga yang memiliki warna keemas-emasan. Warna ini memberikan
kesan bahwa Kerajinan Tembaga Tumang ini memiliki arti sebuah
kekayaan budaya Boyolali dan kemakmuran para pengrajin tembaga.
Selain warna-warna dalam pengambilan gambar video, pemilihan warna juga
dilakukan dalam proses editing. Dalam pewarnaan video, penulis menggunakan preset
warna dari Adobe Premiere yaitu Lumetri Color. Warna dalam video ialah warna
transparan yang akan mengubah beberapa warna asli menjadi warna yang lebih hidup.
Dalam pembuatan Video Promosi Pariwisata ini penulis menggunakan skema
warna komplementer (complementary). Warna komplementer merupakan warna yang
berlawanan arah satu sama lain pada roda warna. Warna komplementer ini memiliki
warna kontras yang cukup kuat sehingga cocok digunakan sebagai warna latar
belakang.

Gambar 21
Skema Warna Komplementer

Penulis menggunakan warna filter dengan mengusung konsep skema warna
komplementer yaitu warna oranye dan warna biru. Warna oranye digunakan untuk
mewarnai bagian terang (highlights) dan warna biru digunakan untuk mewarnai bagian
gelap (shadows) pada video ini. Warna Oranye memberikan kesan semangat enerjik
54

dan dianggap sebagai warna yang ramah dibandingkan dengan warna lainya, sehingga
penulis menempatkan warna ini pada bagian terang (highlights) pada video. Warna
Biru memberikan kesan tenang, serius dan keseimbangan, sehingga warna biru ini
digunakan dalam mewarnai bagian gelap (shadows) pada video.
Selain penggunaan dan pemilihan warna diatas, warna juga terbagi dalam tingkat
penekananya. Setiap penekanan warna memiliki makna yang berbeda pula. Menurut
Nugroho (2008) ada 3 dimensi warna yaitu hue, saturasi, dan kecerahan. Hue
merupakan perbedaan warna karena perbedaan gelombang warna. Saturasi merupakan
warna yang memiliki kontras ketajaman warna yang tinggi ataupun rendah. Kecerahan
merupakan gelap terangnya warna pada suatu video.

Gambar 22
Skema 3 Dimensi Warna

Penekanan warna Hue merupakan penekanan warna yang dijelaskan pada
pemilihan warna yang memiliki makna berbeda-beda. Saturasi dalam video ini,
digunakan dalam memperkuat warna hijau pada pemandangan pegunungan dan Taman
Tlatar, serta warna-warna bunga dan burung agar warna lebih kuat dan terlihat hidup.
Tingkat kecerahan dalam video ini selalu menggunakan tingkat sedang agar tampilan
video dapat nyaman dimata manusia. Jika terlalu tinggi, daerah highlights akan menjadi
sangat cerah dan tidak nyaman dimata manusia, sebaliknya, jika terlalu rendah, daerah
shadow akan terlalu gelap dan gambar yang ditampilkan tidak akan terlihat jelas.

55

5. Unsur Text / Typography
Tipografi juga memiliki peran penting dalam sebuah video. Tipografi digunakan
untuk memperkuat informasi melalui text. Tipografi memiliki dua fungsi, fungsi estetis
dan fungsi komunikasi. Fungsi estetis, tipografi digunakan untuk menunjang
penampilan sebuah pesan agar lebih menarik, senfangkan fungsi komunikasi yaitu
digunakan untuk menyampaikan pesan berupa text dengan jelas dan tepat.
(Danton:2001)
Dalam video ini, penulis menggunakan huruf Lato dengan character huruf Black,
tipe Sans Serif atau huruf tanpa kait. Huruf tipe ini memiliki ketebalan yang hampir
sama disetiap sisi dan tidak memiliki sirip pada ujung huruf. Huruf tipe ini memberikan
kesan modern, kontemporer, efesien dan tegas. Huruf ini digunakan dengan tujuan agar
pesan text dapat terlihat dengan jelas.

Gambar 23
Huruf Lato dengan character huruf Black

4.4.3 Strategi Dalam Penentuan PoC (Point of Contact) Iklan
Proses penyampaian pesan dalam beriklan diharapkan dapat tepat sasaran agar
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Dalam perancangan
Video Promosi Pariwisata Boyolali ini juga diharapkan dapat tepat sasaran agar pesanpesan yang ada dialam video ini tersampaikan dengan baik. Untuk itu, dalam merancang
video ini, target sasaran dikelompokan dalam kategori tertentu agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Kasali (2007)
bahwa segmentasi merupakan proses mengkotak-kotakan pasar (heterogen) ke
56

dalam kelompok yang memiliki kesamaan kebutuhan dan karakter. Pengelompokan target
dalam video ini antara lain :
1. Segmentasi Geografis : Wisatawan Domestik
Segmentasi Demografis : Laki-laki dan perempuan usia 20-35 tahun, kelas
menengah kebawah, dari pelajar hingga pekerja.
2. Positioning
Memposisikan Kabupaten Boyolali sebagai tujuan wisata yang menarik,
terjangkau dan lebih murah bagi wisatawan.
3. Targeting
Wisatawan domestik yang memiliki gaya hidup berlibur setiap akhir pekan.
Untuk menjangkau wisatawan domestik video ini dirancang dengan konsep yang
ringan dan mudah dipahami. Menampilkan objek-objek destinasi wisata yang cukup
digemari oleh masyarakat wisatawan domestik sehingga diharapkan dapat menarik
wisatawan domestik. Dari segi segmentasi demografis, video ini menampilkan objek
destinasi wisata yang menarik bagi kaum muda dan golongan usia 18-35 tahun. Seperti
pada scene objek destinasi wisata Gancik Hill Top, merupakan objek yang digemari
kaum muda yang gemar berfoto di ketinggian pegunungan. Scene objek wisata di
Taman Air Tlatar dan Pemancingan Pengging menggambarkan keceriaan anak-anak
bermain air dan keluarga yang sedang menyantap hasil memancing, menjadi referensi
target sasaran keluarga nantinya dalam berwisata ke Boyolali.
Pemilihan media dalam video ini menggunakan strategi Consumer Insight dan Consumer
Journey oleh Kasilo (2008:23) dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Cinta. Consumer
insight penulis menemukan beberapa pandangan dari target audiens tentang apa saja yang

membuat menarik dalam video promosi pariwisata. Penulis juga menemukan Point of
Contact dari paparan consumer journey calon target yaitu media internet berupa audio

visual yang telah diuraikan pada Bab 3.

4.4.4 Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dalam Video Promosi Pariwisata
Festinger mengemukakan bahwa disonansi merupakan ketidaksesuaian antara
kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang (Effendy,
2003). Teori ini mengkaji seseorang dalam rangka pengambilan keputusan saat terjadinya
57

disonansi, sehingga memiliki keterkaitan dengan komunikasi persuasif. Dalam kaitanya
dengan komunikasi periklanan, bahwa seseorang dapat menerima sebuah informasi atau
menerima sebuah iklan dengan persepi yang berbeda-beda. Perbedaan persepi tersebut
dapat timbul dari dalam diri seseorang tersebut, informasi dan media yang digunakan
dalam sebuah iklan.
Beberapa orang yang penulis temui kurang mengerti tentang wisata-wisata di
Boyolali, beberapa orang juga hanya melintas daerah Boyolali dan beristirahat sejenak
mengingat lokasi Boyolali berada dijalur yang menghubungkan Kota Solo dan Semarang.
Sehingga penulis sebagai komunikasi dalam bidang periklanan, serta berdasarkan teoriteori yang diaplikasikan dalam video promosi dan berdasarkan pemahaman tersebut,
menciptakan sebuah media promosi pariwisata yang menarik yaitu Video Promosi
Pariwisata Boyolali berduarsi kurang lebih 3,5 menit yang menampilkan beragam destinasi
wisata yang menarik di Boyolali sehingga media ini dapat menjadi sebuah jawaban
masyarakat bahwa Boyolali adalah merupakan destinasi wisata yang beragam dan menarik.
Solusi yang menarik ini akan membuat beberapa orang yang mengalami kebingungan akan
Boyolali, mudah dalam mengambil keputusan bahwa Boyolali memiliki potensi wisata
yang beragam dan sangat menarik.

4.5 Hasil Uji Publik
Penulis menyebarkan kuisioner kepada 20 responden yang berada dalam lingkup
wisatawan domestic. Penulis mengambil beberapa responden dari dalam Kabupaten Boyolali
dan luar Kabupaten Boyolali mengingat bahwa target sasaran dari video promosi pariwisata
ini merupakan wisatawan domestik. Berikut merupakan aspek yang dinilai dalam form uji
publik:
1. Nama video promosi pariwisata ini menarik untuk khalayak sasarannya.
2. Pesan dalam video promosi pariwisata ini sesuai untuk khalayak sasarannya.
3. Khalayak sasaran dapat memahami dengan jelas pesan yang disampaikan melalui video
promosi pariwisata ini.
4. Konten dalam video promosi pariwisata ini sesuai untuk khalayak sasarannya.
5. Konten dalam video yang digunakan dalam video promosi pariwisata ini menarik perhatian
audien.
58

6. Gambar video yang ditampilkan dalam video promosi ini menarik perhatian audien
7. Kualitas video dalam video promosi ini baik dan jelas.
8. Narasumber dapat menyampaikan pesan dengan baik, tepat sasaran tujuannya.
9. Bahasa pada tulisan yang digunakan dalam video promosi pariwisata ini sesuai dan dapat
dipahami oleh khalayak sasarannya.
10. Video promosi pariwisata ini layak untuk di publikasikan kepada khalayak sasarannya.
11. Konten isi video promosi ini telah memenuhi Etika.
12. Ada penyajian grafis/animasi yang berisi data untuk memperjelas pesan yang disampaikan
melalui video promosi pariwisata ini.
Dengan Skala Penilaian
➢ SB

➢ B

➢ CB

➢ KB
➢ TB

: Sangat Bagus
: Bagus
: Cukup Bagus
: Kurang Bagus
: Tidak Bagus

Berdasarkan uji public yang telah dilakukan, didapatkan hasil uji public sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Uji Publik Video Promosi Pariwisata Boyolali
No.

Keterangan

Frekuensi

Persentase (%)

1.

Sangat Bagus

9

45 %

2.

Bagus

10

50 %

3.

Cukup Bagus

1

5%

4.

Kurang Bagus

-

-

5.

Tidak Bagus

-

-

4.5.1 Analisa Hasil Uji Publik
Hasil uji publik 12 aspek yang dinilai oleh 20 responden dari Video Promosi Pariwisata
Boyolali didapatkan sebanyak 9 orang atau 45 % responden menjawab bahwa Video
Promosi Pariwisata ini sangat bagus, sebanyak 10 orang atau 50% orang menjawab bagus
dan sebanyak 1 orang atau 5% menjawab cukup bagus. Tidak dijumpai orang yang
menjawab kurang bagus dan tidak bagus dari 20 responden ini. Keseluruhan dari video ini
59

responden menjawab sangat bagus dan bagus, sehingga dapat disimpulkan dari uji public
yang telah dilakukan ini bahwa Video Promosi Pariwisata Boyolali ini sudah cukup
menarik. Adapun beberapa tanggapan-tanggapan tambahan mengenai video promosi ini
bahwa video promosi ini sudah cukup menarik, gambar video yang cukup menarik dan
beragam wisata yang ditampilkan.

4.6 Kendala Produksi
Selama melakukan produksi Video Promosi Pariwisata Boyolali dari tahapan pra
produksi dan hingga pasca produksi, penulis mengalami beberapa kendala diataranya :
a. Saat melakukan produksi, penulis mengalami kendala pada cuaca yang tidak menentu.
Jadwal produksi sudah direncanakan jauh hari namun saat hari produksi tiba cuaca
tidak mendukung. Kendala ini dialami penulis beberapa kali. Solusi untuk masalah ini
penulis dan crew selalu siap setiap hari dan waktu dari pagi hingga sore saat cuaca
mendukung. Kendala cuaca berawan juga dialami saat proses pengambilan gambar
pagi hari di daerah pegunungan.
b. Proses produksi di Kerajinan Kayu juga mengalami kendala. Saat pertama kali tiba di
lokasi, para pengrajin sedang membuat bagian-bagian dari kendaraan saja dan tidak
ada bentuk yang menyerupai kendaraan, sehingga jika penulis mengambil gambar
video saat itu tidak akan mendapat gambar yang baik. Penulis mengunjungi lokasi
kerajinan kayu dua hari sekali untuk melihat apakah proses perakitan sudah dimulai.
Hingga pada akhirnya setelah dua minggu proses perakitan dimulai. Penulis tidak
mendapatkan gambar perakitan kendaraan yang telah selesai karena proses tersebut
memakan waktu lebih dari dua bulan. Namun penulis sudah mendapatkan gambar saat
merakit beberapa bagian sehingga sudah terbentuk rangkaian kendaraan.
c. Kendala pencahayaan juga dialami oleh penulis. Saat melakukan produksi di tempat
indoor terjadi hujan deras dan kondisi ruangan minim cahaya. Penulis sudah membawa

lampu untuk pencahayaan namun ternyata masih kurang baik. Hal ini dapat diatasi
dalam proses editing untuk memperkuat cahaya dalam video.
d. Kendala terakhir hanya masalah perangkat editing saja. Penulis menggunakan laptop
dengan spesifikasi yang tidak terlalu tinggi namun masih lancer untuk proses editing.
60

Kendalanya pada saat proses rendering yang memakan waktu 5 sampai 6 jam. Hal ini
menjadi masalah ketika video ingin dilihat hasil akhirnya namun belum final rendering.
Kendala ini dapat diatas dengan menggunakan format yang lebih ringan saat rendering
video yaitu dengan format HD 1280x720p yang memakan waktu rendering video 2

jam.

Demikianlah pemaparan dan analisa dari proses pembuatan TA Video Promosi
Pariwisata Kabupaten Boyolali dengan durasi kurang lebih 3,5 menit. Adapun masukan
dan saran akan dibahas dalam bab selanjutnya.

61

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5