Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Prog
Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Full Day School
Ignatius Dharta Ranu Wijaya
Asal Kata Full Day School
Full day school mulai marak pada tahun 1980-an di Amerika Serikat di jenjang sekolah Taman
Kanak-kanak (TK) atau sering dikenal sebagai layanan pendidikan pra sekolah sehari penuh (day
care) bagi anak-anak usia pra sekolah yang diberikan pada orang tua atau keluarga muda yang
sibuk bekerja. Layanan pendidikan ini kemudian meluas pada jenjang yang lebih tinggi sampai
dengan sekolah menengah atas. Latar belakang munculnya Full Day School ini dipicu oleh
semakin banyaknya kaum ibu yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun dan mereka juga
bekerja di luar rumah serta berkembangnya kemajuan di segala aspek kehidupan. Banyak orang
tua kemudian berharap bahwa di sela-sela kesibukan bekerja di luar rumah tetap pendidikan anak
menjadi prioritas. Para orang tua berharap agar prestasi akademis anak-anak mereka meningkat
sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya dan sekaligus juga mampu mengatasi
persoalan kompleksitas hidup anak yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan zaman.
Dengan memasukkan anak-anak ke full day school, orang tua berharap anak-anak lebih banyak
menghabiskan waktu belajar di lingkungan sekolah dari pada di rumah dan anak-anak dapat
pulang ke rumah menjelang sore untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka. Pengertian
layanan
pendidikan
ini
kemudian
dapat
dipahami
sebagai
program
sekolah
yang
menyelenggarakan proses belajar mengajar di sekolah selama sehari penuh.
Secara etiologi sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Inggris ‘day school’ yang artinya hari
sekolah. Layanan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia sekolah diberikan oleh
institusi penyelenggara selama hari sekolah. Tambahan kata full pada day school kemudian
memberikan makna faktual bahwa pendidikan dijalankan sehari penuh mulai dari pagi hari
hingga menjelang sore. Sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan full day school
umumnya memulai kegiatan belajar mengajarnya jam 07.00 dan selesai hingga jam 16.00.
Sangat disayangkan bila kemudian sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sehari
penuh dikenal secara luas dengan label sekolah ‘full day school’ yang secara etiologis tidak
berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Full Day School di Indonesia
Model pendidikan sehari penuh sesungguhnya tidak terlepas dari sejarah pendidikan yang ada di
Indonesia. Secara umum, pendidikan telah dimulai sejak masa kerajaan-kerajaan tumbuh di
nusantara, masa penjajahan barat, masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan hingga masa
modern yang dimulai sejak abad 19 hingga saat ini (2016). Sejarah pendidikan di Indonesia telah
membuktikan keberadaan model pendidikan sehari penuh, model-modelnya telah diwakili baik
oleh padepokan (± abad 7), pesantren (± abad 14) dan asrama (± abad 16).
Menurut catatan I-Tsing" seorang peziarah dari China ketika melewati Sumatera pada abad 7 ia
mendapati banyak sekali kuil-kuil Budha dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan yang
mengajarkan beragam ilmu. Kuil-kuil tersebut tidak saja menjadi pusat transmisi etika dan nilainilai keagamaan tetapi juga seni dan ilmu pengetahuan. Sementara para peserta didik di
pesantren akan belajar sehari penuh bahkan sampai larut malam untuk mempelajari agama selain
pengetahuan umum lainnya. Era masa penjajahan, para misionaris juga menggunakan model full
day school secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman
keagamaan para peserta didik. Pada pelaksanaannya, model full day school semakin berkembang
setelah masa kemerdekaan sampai sekarang. Penyelenggara pendidikan swasta kemudian
menjadi pelopor pelaksanaan program belajar di sekolah selama satu hari penuh. Program full
day school masih terus berevolusi dalam implementasinya di Indonesia hingga dewasa ini.
Bagian selanjutnya dari tulisan ini kemudian akan menggunakan istilah pendidikan sehari di
sekolah sebagai ganti istilah full day school.
Rasionalitas Pendidikan Sehari di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah selama satu hari penuh sesungguhnya
memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah umum lainnya, namun selain aspek akademis
tersebut, ditambahkan berbagai muatan lokal. Penanaman budi pekerti, kecakapan hidup,
kewirausahaan hingga bentuk-bentuk keterampilan vokasional diberikan pada peserta didik dan
disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada. Dengan demikian kondisi peserta didik didik
diharapkan lebih matang baik itu dari segi materi akademik maupun non akademik. Prosesnya
kemudian seperti ‘mengawinkan’ konten dalam pendidikan formal dengan informal.
Beberapa alasan yang dapat disebutkan mengapa mengapa pendidikan sehari di sekolah perlu
dilaksanakan adalah karena:
tidak selamanya globalisasi dan era kemajuan teknologi-informasi-komunikasi (TIK)
membawa pengaruh yang baik, sangat terbuka adanya berbagai dampak negatif terhadap
perkembangan kepribadian para peserta didik
pendidikan sehari di sekolah dapat memberikan solusi terbaik untuk mengantisipasi
berbagai dampak negatif dari kemajuan dan kompleksitas hidup dewasa ini
pendidikan sehari di sekolah memberikan keleluasan bagi seluruh penyelenggara
pendidikan untuk menyeimbangkan konten akademis dengan non akademis seperti
menanamkan budi pekerti, pendidikan agama, kecakapan hidup, dan kewirausahaan bagi
seluruh peserta didik yang ada di sekolah
waktu-waktu kegiatan belajar mengajar yang ramah dan menyenangkan selama satu hari
di sekolah dapat berperan ‘filter’ bagi para peserta didik untuk tidak mudah terpengaruh
dengan lingkungan dan kebiasan yang negatif
waktu-waktu yang bermakna di sekolah diisi dengan berbagai pembelajaran, pembiasaan
yang baik dan pendidikan serta pelatihan yang cukup serta memadai bagi para peserta
didik
pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah juga membuka peluang bagi seluruh
penyelenggara pendidikan dalam mencapai dan memenuhi program jaminan mutu
sekolah
pelaksanaan
pendidikan
sehari
juga
mensyaratkan
kecakapan
guru
dalam
mengoptimalkan tugas-tugasnya di sekolah baik dalam mendidik, mengajar, melatih,
membimbing, mengasihi, mengasah dan mengasuh para peserta didik
pendidikan sehari di sekolah juga akan mengembalikan peran sekolah dalam proses
pendidikan, yaitu sebagai sentra pembelajaran dan pengkaderan siswa.
Namun demikian rasionalitas pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah tidak terlepas dari
berbagai persoalan yang dapat menyertainya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pelaksanaannya diantara lain adalah geografis, budaya, kebiasaan, ekonomi termasuk kesiapan
sarana dan prasarana pendidikan.
Landasan Hukum Pelaksanaan Pendidikan Sehari di Sekolah
Hingga saat ini belum ada landasan yuridis yang mengatur secara formal mengenai pelaksanaan
sistem pendidikan sehari di sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia juga mengakui bahwa konsep pelaksanaan pendidikan sehari di
sekolah masih terus dikaji secara mendalam. Namun demikian, upaya konkret dari Menter
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah dilakukan di bulan September 2016 ini
dengan menunjuk 500 sekolah di Jakarta untuk melaksanakan pendidikan sehari di sekolah.
Nantinya diharapkan adanya berbagai informasi mengenai apa yang positif dan apa yang menjadi
persolan ketika menerapkan sistem pendidikan sehari di sekolah. Hasil-hasil yang positif
tentunya juga akan disosialisasikan oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat Indonesia
sehingga seluruh pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan dapat membangun sinergi yang
baik dalam melaksanakan sistem pendidikan sehari di sekolah.
Kebijakan pendidikan yang telah diambil oleh pemerintah, sesungguhnya tidak terlepas dari
reformasi kerangka hukum bidang pendidikan yang diawali dengan amandemen UUD RI 1945
sejak tahun 1999 hingga 2002. Melalui amandemen kemudian ditetapkan bahwa pendidikan
tidak lagi sekedar menjadi hak seluruh warga negara tetapi juga merupakan hak asasi manusia.
Oleh karena itu, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
berkewajiban membiayainya. Hingga saat ini, UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen
dan hanya bidang pendidikan saja yang ditetapkan alokasi anggarannya sebesar 20% dari
anggaran dalam APBN dan APBD. Ini menunjukkan tekad Bangsa Indonesia untuk memajukan
dunia pendidikan, terutama pendidikan dasar.
Konstitusi
amandemen
UUD
1945
mengamanatkan
kewajiban
pemerintah
untuk
mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun APBD agar masyarakat dapat
menikmati pelayanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Hal tersebut ditegaskan kembali
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Tahun 2003 Pasal 46 Ayat (1)
yang menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Berdasarkan ketentuan ini, dapat ditafsirkan
bahwa tanggung jawab pendanaan pendidikan tidak hanya semata-mata menjadi beban
pemerintah, tetapi harus mendapat dukungan dari kalangan swasta dan masyarakat. Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mendorong perubahan besar
pada sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia. Di dalamnya menyebutkan berbagai sektor
yang diserahkan pengelolaannya ke pemerintah daerah, salah satu sektor yang diserahkan ke
pemerintah daerah adalah sektor pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang akan menyelenggarakan uji
coba pelaksanaan pendidikan sehari di 500 sekolah yang ada di Jakarta, harus dimaknai sebagai
suatu upaya mengembangkan sistem pendidikan di abad 21 yang memiliki daya jangkau luas,
lintas ruang, waktu dan sosio-ekonomi serta berpusat pada peserta didik. Upaya ini juga
bertujuan mencari solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan
akses terhadap pendidikan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karenanya
penerapan sistem pendidikan sehari di sekolah harus memiliki karakteristik yang terbuka
sehingga seluruh peserta didik dapat memperoleh akses pendidikan berkualitas di daerah mereka
masing-masing. Selain memperluas akses, sistem pendidikan sehari di sekolah juga wajib
menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik dan tenaga
kependidikan, bentuk, program dan/atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan kondisi
kebutuhan belajar dan perkembangan peserta didik di wilayah mereka masing-masing.
Pemerintah berkewajiban memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada
tingkat pendidikan dasar; SD/MI dan SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat.
Membangun Kesadaran Masyarakat Terhadap Pendidikan Sehari di Sekolah
Ada beberapa faktor yang kemudian dapat disinyalir berperan terhadap respon masyarakat yang
kurang mendukung terhadap rencana pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah yang
disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada bulan Agustus
2016 lalu. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Faktor Sosial Budaya
Sistem pendidikan sehari di sekolah berkaitan dengan kebijakan publik dapat berjalan
dengan baik dan efektif bila ada sosialisasi berupa pengertian yang baik dan tepat kepada
masyarakat tentang pentingnya program ini di jalankan sehingga mendapat dukungan
sepenuhnya dari seluruh elemen masyarakat. Ditinjau dari sudut sosial budaya, persepsi
orang tua terhadap pendidikan dan tradisi serta kebiasaan tertentu dalam masyarakat dapat
menghambat partisipasi anak mengikuti pendidikan sehari di sekolah.
b. Faktor Ekonomi
Kemiskinan berpengaruh pula pada aspek pendidikan. Jumlah penduduk miskin;
penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di
Indonesia masih terus naik turun hingga saat ini. Angka kemiskinan selalu dianggap
berbanding lurus dengan angka usia putus sekolah. Kekuatiran orang tua terhadap biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan bila diterapkan sistem pendidikan sehari di sekolah
perlu diakomodasikan dengan informasi yang jelas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Informasi mungkin dapat meliputi dukungan pembiayaan dari pemerintah dalam
pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah.
d. Faktor Politik
Kebijakan untuk melaksanakan pendidikan sehari di sekolah pada umumnya masih
dihantui dengan sulitnya pemenuhan anggaran dibidang pendidikan akibat kondisi dan
situasi ekonomi global saaat ini. Kondisi ini dengan sendirinya berpengaruh pula terhadap
kapasitas fiskal pemerintah pusat dan daerah.
Pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah harus berjalan paralel dengan perluasan dan
pemerataan akses pendidikan yang seiring dengan keberhasilan meningkatkan mutu pendidikan.
Pertimbangan penting yang perlu disampaikan diantaranya adalah kurikulum dan materi
pelajaran yang diberikan di tiap jenjang pendidikan, harus mampu membuat peserta didik
mengalami ‘joy of discovery’ dalam proses pembelajarannya. Organisasi kurikulum harus
mengarah pada proses pembelajaran yang membuat peserta didik menguasai cara memperoleh
pengetahuan, berkesempatan menerapkan pengetahuan yang dipelajarinya dan berkesempatan
berinteraksi secara aktif dengan sesama peserta didik sehingga dapat menemukan dirinya.
Kondisi mutu guru di Indonesia yang dinilai masih belum ideal juga menjadi catatan tersendiri.
Secara nasional jumlah guru TK sampai dengan SMA yang telah memiliki kualifikasi pendidikan
S1/D4 belum sebanding dengan guru yang memiliki pendidikan di bawah S1/D4. Sementara itu,
mutu hasil pendidikan yang diukur melalui Ujian Nasional (UN) juga memperlihatkan perbedaan
pencapaian yang cukup jauh. Anak-anak dari daerah yang maju dengan tingkat kesejahteraan
yang baik, cenderung mendapatkan nilai UN tinggi. Pada provinsi yang relatif miskin, hasil UN
relatif rendah. Ini disebakan oleh adanya faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses
pendidikan di daerah masing-masing, misalnya: tingkat sosial ekonomi masyarakat, kondisi
geografis, kesadaran masyarakat terhadap pendidikan dan pengelolaan pendidikan yang sangat
bervariasi. Memberikan pemahaman dan kesadaran pada seluruh pemangku kebijakan
pendidikan di Indonesia akan melibatkan pengelolaan semua isu di atas.
Komponen Penting Pelaksanaan Pendidikan Sehari di Sekolah
Dalam pelaksanaan sistem pendidikan sehari di sekolah ada beberapa komponen penting yang
tidak boleh terlepas. Komponen-komponen tersebut adalah:
1. Isi kurikulum baik menggunakan kurikulum nasional yang berlaku saat ini maupun
integrasi muatan lokal dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Proses pembelajaran dan penilaian dalam sistem pendidikan sehari di sekolah tidak
terbatas pada fungsi kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik di keluarga dan masyarakat.
3. Materi pembelajaran yang bersifat non akademis yang berkaitan dengan norma atau nilainilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
4. Manajemen sekolah, system pendidikan sehari di sekolah terkait juga dengan manajemen
atau pengelolaan sekolah. Manajemen ini meliputi, budi pekerti yang perlu ditumbuhkan,
muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan
komponen terkait lainnya. Manajemen sekolah menjadi salah satu media yang efektif
dalam sistem pendidikan sehari di sekolah.
5. Kegiatan ekstra-kurikuler, seluruh kegiatan ekstra-kurikuler yang diselenggarakan di
sekolah merupakan salah satu wahana potensial dalam pelaksanaan sistem pendidikan
sehari di sekolah dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan seni dan
kerajinan, penanaman budi pekerti, ritual keagamaan, kewirausahaan, dan kecakapan
hidup lainnya dapat menjadi kegiatan yang membantu kebutuhan perkembangan, potensi,
bakat, dan minat para peserta didik. Kegiatan ini mampu mengembangkan rasa tanggung
jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
6. Pemberdayaan sarana prasarana, bangunan fisik, ruang kelas, ruang terbuka hijau, air
besih dan semua sarana-prasarana yang ada harus dioptimalkan bagi kebaikan semua.
7. Pembiayaan, akuntabilitas dan transparansi semua hal yang tekait dengan pembiayaan
memberikan makna keterbukaan dan kejujuran pengelola sekolah.
8. Kualitas hubungan, hubungan positif antar peserta didik dengan guru, peserta didik
dengan peserta didik lainnya, guru dengan keluarga dan masyarakat selalu ditandai
dengan rasa saling menghormati, melindungi, tolong-menolong, dan kerjasama.
9. Etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah, pembinaan etos kerja dibentuk dengan
pembiasaan disiplin kerja. Sistem pendidikan sehari di sekolah pada tingkatan
institusional mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah, dan masyarakat.
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui sistem pendidikan sehari di sekolah,
perlu dipersiapkan adanya disain pendidikan sehari di sekolah untuk setiap jalur, jenjang, dan
jenis satuan pendidikan. Disain tersebut akan menjadi rujukan konseptual dan operasional
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.
Konfigurasi kegiatan belajar mengajar dalam konteks pendidikan sehari di sekolah kemudian
dapat dikelompokan dalam:
1. Olah Hati (Spiritual and Emotional Development)
2. Olah Pikir (Intellectual Development)
3. Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic Development)
4. Olah Rasa dan Karsa ( Affective and Creativity Development)
Keempat proses psikososial tersebut secara terpadu saling berkait dan saling melengkapi, yang
bermuara pada pembentukan pribadi peserta didik di sekolah. Sistem pendidikan sehari di
sekolah juga merupakan antithesis dari
pendidikan informal terutama dalam lingkungan
keluarga yang belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi
dan pembentukan pribadi anak yang utuh. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah melalui sistem pendidikan sehari di sekolah dengan cara memadukan dan
mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di
sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah dioptimalkan agar peningkatan
mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam mewujudkan seluruh peserta didik menjadi
insan paripurna.
Bahan Bacaan
1. A r d i a n s a h . " S e j a r a h
Pendidikan
di
Indonesia”.
http://www.ardiansah.wordpress.pendidikan-sejarah-pendidikan-di-indonesia
diakses
pada tanggal 28 September 2016.
2. Full Day School. http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-full-day-school.html
diakses pada tanggal 28 September 2016.
3. Inilah konsep full day school ala mendikbud. http://pedidikanindonesia.com/inilahkonsep-full-day-school-ala-mendikbud/ diakses pada tanggal 28 September 2016.
4. Sejarah Pendidikan di Indonesia dan Perkembangannya Antar Generasi. http://
www.online.sejarah-pendidikan-di-indonesia-dantanggal 28 September 2016.
perkembangannya"
diakses
pada
Ignatius Dharta Ranu Wijaya
Asal Kata Full Day School
Full day school mulai marak pada tahun 1980-an di Amerika Serikat di jenjang sekolah Taman
Kanak-kanak (TK) atau sering dikenal sebagai layanan pendidikan pra sekolah sehari penuh (day
care) bagi anak-anak usia pra sekolah yang diberikan pada orang tua atau keluarga muda yang
sibuk bekerja. Layanan pendidikan ini kemudian meluas pada jenjang yang lebih tinggi sampai
dengan sekolah menengah atas. Latar belakang munculnya Full Day School ini dipicu oleh
semakin banyaknya kaum ibu yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun dan mereka juga
bekerja di luar rumah serta berkembangnya kemajuan di segala aspek kehidupan. Banyak orang
tua kemudian berharap bahwa di sela-sela kesibukan bekerja di luar rumah tetap pendidikan anak
menjadi prioritas. Para orang tua berharap agar prestasi akademis anak-anak mereka meningkat
sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya dan sekaligus juga mampu mengatasi
persoalan kompleksitas hidup anak yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan zaman.
Dengan memasukkan anak-anak ke full day school, orang tua berharap anak-anak lebih banyak
menghabiskan waktu belajar di lingkungan sekolah dari pada di rumah dan anak-anak dapat
pulang ke rumah menjelang sore untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka. Pengertian
layanan
pendidikan
ini
kemudian
dapat
dipahami
sebagai
program
sekolah
yang
menyelenggarakan proses belajar mengajar di sekolah selama sehari penuh.
Secara etiologi sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Inggris ‘day school’ yang artinya hari
sekolah. Layanan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia sekolah diberikan oleh
institusi penyelenggara selama hari sekolah. Tambahan kata full pada day school kemudian
memberikan makna faktual bahwa pendidikan dijalankan sehari penuh mulai dari pagi hari
hingga menjelang sore. Sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan full day school
umumnya memulai kegiatan belajar mengajarnya jam 07.00 dan selesai hingga jam 16.00.
Sangat disayangkan bila kemudian sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sehari
penuh dikenal secara luas dengan label sekolah ‘full day school’ yang secara etiologis tidak
berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Full Day School di Indonesia
Model pendidikan sehari penuh sesungguhnya tidak terlepas dari sejarah pendidikan yang ada di
Indonesia. Secara umum, pendidikan telah dimulai sejak masa kerajaan-kerajaan tumbuh di
nusantara, masa penjajahan barat, masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan hingga masa
modern yang dimulai sejak abad 19 hingga saat ini (2016). Sejarah pendidikan di Indonesia telah
membuktikan keberadaan model pendidikan sehari penuh, model-modelnya telah diwakili baik
oleh padepokan (± abad 7), pesantren (± abad 14) dan asrama (± abad 16).
Menurut catatan I-Tsing" seorang peziarah dari China ketika melewati Sumatera pada abad 7 ia
mendapati banyak sekali kuil-kuil Budha dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan yang
mengajarkan beragam ilmu. Kuil-kuil tersebut tidak saja menjadi pusat transmisi etika dan nilainilai keagamaan tetapi juga seni dan ilmu pengetahuan. Sementara para peserta didik di
pesantren akan belajar sehari penuh bahkan sampai larut malam untuk mempelajari agama selain
pengetahuan umum lainnya. Era masa penjajahan, para misionaris juga menggunakan model full
day school secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman
keagamaan para peserta didik. Pada pelaksanaannya, model full day school semakin berkembang
setelah masa kemerdekaan sampai sekarang. Penyelenggara pendidikan swasta kemudian
menjadi pelopor pelaksanaan program belajar di sekolah selama satu hari penuh. Program full
day school masih terus berevolusi dalam implementasinya di Indonesia hingga dewasa ini.
Bagian selanjutnya dari tulisan ini kemudian akan menggunakan istilah pendidikan sehari di
sekolah sebagai ganti istilah full day school.
Rasionalitas Pendidikan Sehari di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah selama satu hari penuh sesungguhnya
memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah umum lainnya, namun selain aspek akademis
tersebut, ditambahkan berbagai muatan lokal. Penanaman budi pekerti, kecakapan hidup,
kewirausahaan hingga bentuk-bentuk keterampilan vokasional diberikan pada peserta didik dan
disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada. Dengan demikian kondisi peserta didik didik
diharapkan lebih matang baik itu dari segi materi akademik maupun non akademik. Prosesnya
kemudian seperti ‘mengawinkan’ konten dalam pendidikan formal dengan informal.
Beberapa alasan yang dapat disebutkan mengapa mengapa pendidikan sehari di sekolah perlu
dilaksanakan adalah karena:
tidak selamanya globalisasi dan era kemajuan teknologi-informasi-komunikasi (TIK)
membawa pengaruh yang baik, sangat terbuka adanya berbagai dampak negatif terhadap
perkembangan kepribadian para peserta didik
pendidikan sehari di sekolah dapat memberikan solusi terbaik untuk mengantisipasi
berbagai dampak negatif dari kemajuan dan kompleksitas hidup dewasa ini
pendidikan sehari di sekolah memberikan keleluasan bagi seluruh penyelenggara
pendidikan untuk menyeimbangkan konten akademis dengan non akademis seperti
menanamkan budi pekerti, pendidikan agama, kecakapan hidup, dan kewirausahaan bagi
seluruh peserta didik yang ada di sekolah
waktu-waktu kegiatan belajar mengajar yang ramah dan menyenangkan selama satu hari
di sekolah dapat berperan ‘filter’ bagi para peserta didik untuk tidak mudah terpengaruh
dengan lingkungan dan kebiasan yang negatif
waktu-waktu yang bermakna di sekolah diisi dengan berbagai pembelajaran, pembiasaan
yang baik dan pendidikan serta pelatihan yang cukup serta memadai bagi para peserta
didik
pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah juga membuka peluang bagi seluruh
penyelenggara pendidikan dalam mencapai dan memenuhi program jaminan mutu
sekolah
pelaksanaan
pendidikan
sehari
juga
mensyaratkan
kecakapan
guru
dalam
mengoptimalkan tugas-tugasnya di sekolah baik dalam mendidik, mengajar, melatih,
membimbing, mengasihi, mengasah dan mengasuh para peserta didik
pendidikan sehari di sekolah juga akan mengembalikan peran sekolah dalam proses
pendidikan, yaitu sebagai sentra pembelajaran dan pengkaderan siswa.
Namun demikian rasionalitas pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah tidak terlepas dari
berbagai persoalan yang dapat menyertainya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pelaksanaannya diantara lain adalah geografis, budaya, kebiasaan, ekonomi termasuk kesiapan
sarana dan prasarana pendidikan.
Landasan Hukum Pelaksanaan Pendidikan Sehari di Sekolah
Hingga saat ini belum ada landasan yuridis yang mengatur secara formal mengenai pelaksanaan
sistem pendidikan sehari di sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia juga mengakui bahwa konsep pelaksanaan pendidikan sehari di
sekolah masih terus dikaji secara mendalam. Namun demikian, upaya konkret dari Menter
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah dilakukan di bulan September 2016 ini
dengan menunjuk 500 sekolah di Jakarta untuk melaksanakan pendidikan sehari di sekolah.
Nantinya diharapkan adanya berbagai informasi mengenai apa yang positif dan apa yang menjadi
persolan ketika menerapkan sistem pendidikan sehari di sekolah. Hasil-hasil yang positif
tentunya juga akan disosialisasikan oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat Indonesia
sehingga seluruh pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan dapat membangun sinergi yang
baik dalam melaksanakan sistem pendidikan sehari di sekolah.
Kebijakan pendidikan yang telah diambil oleh pemerintah, sesungguhnya tidak terlepas dari
reformasi kerangka hukum bidang pendidikan yang diawali dengan amandemen UUD RI 1945
sejak tahun 1999 hingga 2002. Melalui amandemen kemudian ditetapkan bahwa pendidikan
tidak lagi sekedar menjadi hak seluruh warga negara tetapi juga merupakan hak asasi manusia.
Oleh karena itu, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
berkewajiban membiayainya. Hingga saat ini, UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen
dan hanya bidang pendidikan saja yang ditetapkan alokasi anggarannya sebesar 20% dari
anggaran dalam APBN dan APBD. Ini menunjukkan tekad Bangsa Indonesia untuk memajukan
dunia pendidikan, terutama pendidikan dasar.
Konstitusi
amandemen
UUD
1945
mengamanatkan
kewajiban
pemerintah
untuk
mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun APBD agar masyarakat dapat
menikmati pelayanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Hal tersebut ditegaskan kembali
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Tahun 2003 Pasal 46 Ayat (1)
yang menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Berdasarkan ketentuan ini, dapat ditafsirkan
bahwa tanggung jawab pendanaan pendidikan tidak hanya semata-mata menjadi beban
pemerintah, tetapi harus mendapat dukungan dari kalangan swasta dan masyarakat. Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mendorong perubahan besar
pada sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia. Di dalamnya menyebutkan berbagai sektor
yang diserahkan pengelolaannya ke pemerintah daerah, salah satu sektor yang diserahkan ke
pemerintah daerah adalah sektor pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang akan menyelenggarakan uji
coba pelaksanaan pendidikan sehari di 500 sekolah yang ada di Jakarta, harus dimaknai sebagai
suatu upaya mengembangkan sistem pendidikan di abad 21 yang memiliki daya jangkau luas,
lintas ruang, waktu dan sosio-ekonomi serta berpusat pada peserta didik. Upaya ini juga
bertujuan mencari solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan
akses terhadap pendidikan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karenanya
penerapan sistem pendidikan sehari di sekolah harus memiliki karakteristik yang terbuka
sehingga seluruh peserta didik dapat memperoleh akses pendidikan berkualitas di daerah mereka
masing-masing. Selain memperluas akses, sistem pendidikan sehari di sekolah juga wajib
menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik dan tenaga
kependidikan, bentuk, program dan/atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan kondisi
kebutuhan belajar dan perkembangan peserta didik di wilayah mereka masing-masing.
Pemerintah berkewajiban memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada
tingkat pendidikan dasar; SD/MI dan SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat.
Membangun Kesadaran Masyarakat Terhadap Pendidikan Sehari di Sekolah
Ada beberapa faktor yang kemudian dapat disinyalir berperan terhadap respon masyarakat yang
kurang mendukung terhadap rencana pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah yang
disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada bulan Agustus
2016 lalu. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Faktor Sosial Budaya
Sistem pendidikan sehari di sekolah berkaitan dengan kebijakan publik dapat berjalan
dengan baik dan efektif bila ada sosialisasi berupa pengertian yang baik dan tepat kepada
masyarakat tentang pentingnya program ini di jalankan sehingga mendapat dukungan
sepenuhnya dari seluruh elemen masyarakat. Ditinjau dari sudut sosial budaya, persepsi
orang tua terhadap pendidikan dan tradisi serta kebiasaan tertentu dalam masyarakat dapat
menghambat partisipasi anak mengikuti pendidikan sehari di sekolah.
b. Faktor Ekonomi
Kemiskinan berpengaruh pula pada aspek pendidikan. Jumlah penduduk miskin;
penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di
Indonesia masih terus naik turun hingga saat ini. Angka kemiskinan selalu dianggap
berbanding lurus dengan angka usia putus sekolah. Kekuatiran orang tua terhadap biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan bila diterapkan sistem pendidikan sehari di sekolah
perlu diakomodasikan dengan informasi yang jelas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Informasi mungkin dapat meliputi dukungan pembiayaan dari pemerintah dalam
pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah.
d. Faktor Politik
Kebijakan untuk melaksanakan pendidikan sehari di sekolah pada umumnya masih
dihantui dengan sulitnya pemenuhan anggaran dibidang pendidikan akibat kondisi dan
situasi ekonomi global saaat ini. Kondisi ini dengan sendirinya berpengaruh pula terhadap
kapasitas fiskal pemerintah pusat dan daerah.
Pelaksanaan pendidikan sehari di sekolah harus berjalan paralel dengan perluasan dan
pemerataan akses pendidikan yang seiring dengan keberhasilan meningkatkan mutu pendidikan.
Pertimbangan penting yang perlu disampaikan diantaranya adalah kurikulum dan materi
pelajaran yang diberikan di tiap jenjang pendidikan, harus mampu membuat peserta didik
mengalami ‘joy of discovery’ dalam proses pembelajarannya. Organisasi kurikulum harus
mengarah pada proses pembelajaran yang membuat peserta didik menguasai cara memperoleh
pengetahuan, berkesempatan menerapkan pengetahuan yang dipelajarinya dan berkesempatan
berinteraksi secara aktif dengan sesama peserta didik sehingga dapat menemukan dirinya.
Kondisi mutu guru di Indonesia yang dinilai masih belum ideal juga menjadi catatan tersendiri.
Secara nasional jumlah guru TK sampai dengan SMA yang telah memiliki kualifikasi pendidikan
S1/D4 belum sebanding dengan guru yang memiliki pendidikan di bawah S1/D4. Sementara itu,
mutu hasil pendidikan yang diukur melalui Ujian Nasional (UN) juga memperlihatkan perbedaan
pencapaian yang cukup jauh. Anak-anak dari daerah yang maju dengan tingkat kesejahteraan
yang baik, cenderung mendapatkan nilai UN tinggi. Pada provinsi yang relatif miskin, hasil UN
relatif rendah. Ini disebakan oleh adanya faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses
pendidikan di daerah masing-masing, misalnya: tingkat sosial ekonomi masyarakat, kondisi
geografis, kesadaran masyarakat terhadap pendidikan dan pengelolaan pendidikan yang sangat
bervariasi. Memberikan pemahaman dan kesadaran pada seluruh pemangku kebijakan
pendidikan di Indonesia akan melibatkan pengelolaan semua isu di atas.
Komponen Penting Pelaksanaan Pendidikan Sehari di Sekolah
Dalam pelaksanaan sistem pendidikan sehari di sekolah ada beberapa komponen penting yang
tidak boleh terlepas. Komponen-komponen tersebut adalah:
1. Isi kurikulum baik menggunakan kurikulum nasional yang berlaku saat ini maupun
integrasi muatan lokal dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Proses pembelajaran dan penilaian dalam sistem pendidikan sehari di sekolah tidak
terbatas pada fungsi kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik di keluarga dan masyarakat.
3. Materi pembelajaran yang bersifat non akademis yang berkaitan dengan norma atau nilainilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
4. Manajemen sekolah, system pendidikan sehari di sekolah terkait juga dengan manajemen
atau pengelolaan sekolah. Manajemen ini meliputi, budi pekerti yang perlu ditumbuhkan,
muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan
komponen terkait lainnya. Manajemen sekolah menjadi salah satu media yang efektif
dalam sistem pendidikan sehari di sekolah.
5. Kegiatan ekstra-kurikuler, seluruh kegiatan ekstra-kurikuler yang diselenggarakan di
sekolah merupakan salah satu wahana potensial dalam pelaksanaan sistem pendidikan
sehari di sekolah dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan seni dan
kerajinan, penanaman budi pekerti, ritual keagamaan, kewirausahaan, dan kecakapan
hidup lainnya dapat menjadi kegiatan yang membantu kebutuhan perkembangan, potensi,
bakat, dan minat para peserta didik. Kegiatan ini mampu mengembangkan rasa tanggung
jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
6. Pemberdayaan sarana prasarana, bangunan fisik, ruang kelas, ruang terbuka hijau, air
besih dan semua sarana-prasarana yang ada harus dioptimalkan bagi kebaikan semua.
7. Pembiayaan, akuntabilitas dan transparansi semua hal yang tekait dengan pembiayaan
memberikan makna keterbukaan dan kejujuran pengelola sekolah.
8. Kualitas hubungan, hubungan positif antar peserta didik dengan guru, peserta didik
dengan peserta didik lainnya, guru dengan keluarga dan masyarakat selalu ditandai
dengan rasa saling menghormati, melindungi, tolong-menolong, dan kerjasama.
9. Etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah, pembinaan etos kerja dibentuk dengan
pembiasaan disiplin kerja. Sistem pendidikan sehari di sekolah pada tingkatan
institusional mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah, dan masyarakat.
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui sistem pendidikan sehari di sekolah,
perlu dipersiapkan adanya disain pendidikan sehari di sekolah untuk setiap jalur, jenjang, dan
jenis satuan pendidikan. Disain tersebut akan menjadi rujukan konseptual dan operasional
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.
Konfigurasi kegiatan belajar mengajar dalam konteks pendidikan sehari di sekolah kemudian
dapat dikelompokan dalam:
1. Olah Hati (Spiritual and Emotional Development)
2. Olah Pikir (Intellectual Development)
3. Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic Development)
4. Olah Rasa dan Karsa ( Affective and Creativity Development)
Keempat proses psikososial tersebut secara terpadu saling berkait dan saling melengkapi, yang
bermuara pada pembentukan pribadi peserta didik di sekolah. Sistem pendidikan sehari di
sekolah juga merupakan antithesis dari
pendidikan informal terutama dalam lingkungan
keluarga yang belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi
dan pembentukan pribadi anak yang utuh. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah melalui sistem pendidikan sehari di sekolah dengan cara memadukan dan
mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di
sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah dioptimalkan agar peningkatan
mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam mewujudkan seluruh peserta didik menjadi
insan paripurna.
Bahan Bacaan
1. A r d i a n s a h . " S e j a r a h
Pendidikan
di
Indonesia”.
http://www.ardiansah.wordpress.pendidikan-sejarah-pendidikan-di-indonesia
diakses
pada tanggal 28 September 2016.
2. Full Day School. http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-full-day-school.html
diakses pada tanggal 28 September 2016.
3. Inilah konsep full day school ala mendikbud. http://pedidikanindonesia.com/inilahkonsep-full-day-school-ala-mendikbud/ diakses pada tanggal 28 September 2016.
4. Sejarah Pendidikan di Indonesia dan Perkembangannya Antar Generasi. http://
www.online.sejarah-pendidikan-di-indonesia-dantanggal 28 September 2016.
perkembangannya"
diakses
pada