S PGSD 1202770 Chapter3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research), yang mengacu pada tindakan guru ketika
melaksanakan pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas atau di ruang
kuliah.
Dengan melaksanakan PTK, guru dapat menemukan solusi dari
masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan
menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan
secara kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2008, hlm. 21) yang
mengemukakan bahwa “Penelitian Tindakan (action research) merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang
lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu
proses pembelajaran dikelasnya”. Adapun menurut Kemmis dan Mc. Taggart
(dalam Kunandar, 2008, hlm.42), penelitian tindakan adalah suatu bentuk
self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi
sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau
pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka

terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah
suatu kegiatan mencermati peserta didik dengan rangkaian siklus kegiatan
untuk peserta didik yang sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu. Kegiatan
PTK yang dilakukan secara kolaboratif memerlukan kerjasama dengan
berbagai pihak seperti kepala sekolah, siswa, dan sebagainya. Bentuk
kerjasama itulah yang dapat menjadikan suatu proses PTK dapat berlangsung.
Tujuan utama guru atau dosen, dan peneliti lainnya mengadakan penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi
dalam

proses

pembelajaran

di

Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

kelas.

33

Menurut Suharjono (dalam Kunandar, 2008, hlm. 33) Secara lebih rinci,
tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai berikut :
a. Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil
pendidikan dan pembelajaran di kelas, sekolah.
b. Membantu guru atau dosen, serta tenaga kependidikan lainya mengatasi
masalah pembelajaran di dalam dan luar kelas.
c. Mencari jawaban secara ilmiah (rasional, sistematis, empiris) mengapa
masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan.
d. Meningkatkan sikap profesionalisme sebagai pendidik.
e. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan sekolah,
sehingga tercipta perbaikan dan peningkatan mutu atau kualitas
pembelajaran secara berkelanjutan.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PTK
adalah tindakan yang dilakukan guru dalam perancangan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi diri pada pada kemampuannya sebagai seorang guru
profesional yang kedepannya diharapkan dapat berpengaruh pada kualitas
siswa, baik dalam aspek penalaran, keterampilan, pengetahuan, hubungan
sosial maupun aspek-aspek lainnya yang bermanfaat bagi siswa untuk
menjadi dewasa melalui mencari kebenaran lewat penemuan, pembuktian,
pengembangan atau peningkatan dan perbaikan”.
PTK secara kolaboratif diperlukan kerjasama antara pihak-pihak lain
seperti kepala sekolah, teman sejawat, mahasiswa dan sebagainya. Hakikat
peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar
yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, melainkan terlibat
langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerjasama atau
kolaborasi diantara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan
suatu proses dapat berlangsung.
Tindakan Kelas yang akan digunakan dalam peneliti ini adalah dari
Kemmis dan Mc Taggart, dilaksanakan selama dua siklus. Adapun langkahlangkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian sebagai berikut: 1)
perencanaan (planning), 2) pelaksanaan (action), 3) pengamatan (observing),
4) refleksi (reflecting). Untuk lebih jelas, dapat di lihat dalam gambar 3.1
berikut ini:

Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

Rencana
awal
Refleksi
Tindakan/
observasi

Rencana
yang direvisi
refleksi
Tindakan/
observasi
Hasil


Gambar 3. 1 Prinsip Pelaksanaan Penelitian Kelas Menurut Kemmis dan Mc
Taggart (dalam Arikunto, 2010, hlm. 16)

Metode penelitiian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research). Alasan menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai upaya yang
ditunjukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, selain itu siswa akan lebih aktif
ketika mengikuti pembelajaran. Dilakukan secara kolaborasi antara guru,
peneliti dan siswa guna mengadakan perubahan, perbaikan dan peningkatan
pada proses pembelajaran.

Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

B. Partisipan dan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN C 1 yang terletak di jalan
Cihampelas No. 280 Kelurahan Cipaganti Kecamatan Coblong Kota
Bandung. SDN C 1 ini memiliki akreditasi B. Pelaksanaan penelitian ini
berlangsung di kelas IV pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April, untuk jadwal pembelajaran pagi
dari pukul 07.00-10.20 dan jadwal siang pukul 11-14.40. Sasaran penelitian
ini adalah siswa kelas IV A SDN Cihampelas 1 yang berjumlah 26 siswa
yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Mereka berasal
dari keluarga yang berekonomi menengah ke bawah hingga sedang dengan
mata pencaharian umumnya wiraswasta.

C. Prosedur Administratif Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa kelas IV terhadap materi permasalahan sosial dengan
menggunakan siklus pembelajaran. Peneliti mengamati proses pembelajaran
dalam kelas, peneliti mendiagnosa bahwa siswa kelas IV di sekolah lokasi
penelitian menunjukkan dalam pembelajaran IPS kemampuan berpikir kritis
siswa rendah, hal ini dilihat dari kurangnya antusias siswa dalam menanggapi
pertanyaan, pendapat yang dikembangkan oleh siswa masih rendah serta
banyak siswa yang kebingungan dalam menjawab soal uraian. Peneliti

merencanakan dalam penelitian ini sebanyak dua siklus. Dari permasalahan
yang telah dijelaskan, maka akan diuraikan tahapan-tahapan kegiatan pada
dua siklus tersebut diantaranya:
1. Tahap Perencanaan (Planning)
a. Memohon izin penelitian kepada kepala sekolah.
b. Menentukan kelas penelitian, waktu dan kolaborator.
c. Menganalisis kondisi awal kelas, mengenai masalah dan kebutuhan
kelas yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.
d. Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang akan dilaksanakan pada saat penelitian.

Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

e. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian.
f. Menyusun materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran agar

terciptanya kondisi yang kondusif bagi tumbuhnya berpikir kritis.
g. Menentukan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share.
h. Menyusun alat ukur yang dapat melihat tingkat keberhasilan belajar
siswa dalam hal menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam kegiatan belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share.
i. Menyiapkan instrumen lembar observasi yang akan digunakan dalam
penelitian untuk melihat aktivitas guru dan siswa dalam penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang digunakan
dalam penelitian.
j. Mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing dan
kemudian melakukan revisi jika diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan (Action)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Peneltian ini
dilaksankan dalam dua siklus untuk membahas satu pokok bahasan yaitu
permasalahan sosial. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan
ini dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran, adapun

tahapan tindakan dijabarkan pada setiap siklus sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun pada tahap perencanaan tindakan seperti langkahlangkah pembelajaran atau sintak sesuai dengan silabus dan RPP
dengan alokasi waktu 3 x 35 menit satu kali pertemuan.
2) Menerapkan strategi pembelajaran model kooperatif tipe Think
Pair Share dalam pembelajaran IPS materi masalah sosial.
3) Melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung,
observasi dilakukan oleh tiga orang observer.
Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

4) Menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai
alat observasi untuk melihat dan merekam atau mencatat
aktivitas siswa ketika penerapan pola pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share dalam kegiatan belajar mengajar.

5) Mengadakan evaluasi dengan melaksanakan tes formatif di akhir
pembelajaran terkait dengan peningkatan kemampuan berpikir
kritis terhadap diri siswa.
6) Menganalisis dan merefleksi bersama observer terhadap
pelaksanaan dari hasil tindakan siklus I untuk melihat gambaran
secara kualitatif untuk dijadikan rekomendasi pelaksanaan pada
rencana siklus II.
b. Siklus II
1) Melaksanakan tindakan pembelajaran siklus II dengan materi
pokok dampak permasalahan sosial dilikungkungan sekitar,
dengan alokasi waktu 3 x 35 menit satu kali petemuan.
2) Menerapkan strategi pembelajaran model kooperatif tipe Think
Pair Share dalam pembelajaran IPS materi masalah sosial.
3) Melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung,
observasi dilakukan oleh tiga orang observer.
4) Melakukan evaluasi dengan melaksanakan tes formatif di akhir
pembelajaran.
5) Hasil data observasi dianalisis, sehingga dapat diketahui
penerapan pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.

6) Melakukan pengolahan data.
3. Tahap Observasi (observing)
Pada tahap observasi, observer meneliti aktifitas guru (peneliti) dan
siswa.

Selain

itu

observasi

dalam

penelitian

berfungsi

untuk

mendokumentasikan implikasi tindakan yang diberikan kepada siswa.
Tahap observasi dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
2) Pengamatan terhadap proses belajar mengajar dikelas menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

3) Pengamatan terhadap penerapan pola pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share terhadap kemampuan berpikir kritis.
1. Tahap Refleksi (reflecting)
Tahap refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian
kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan di
catat dalam observasi langkah refleksi ini berusaha mencari alur
pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, kekurangan,
kesalahan dan hambatan yang muncul dalam perencanaan dan
pelaksanaan tindakan sebagai bahan perbaikan pada siklus selanjutnya.

D. Prosedur Substantif Penelitian
1.

Pengumpulan Data
Data penelitian yang dibutuhkan adalah kemampuan berpikir kritis

siswa pada pra penelitian maupun pada saat tindakan dilaksanakan. Oleh
karena itu dalam mengumpulkan semua data yang ada dilapangan diperlukan
beberapa perangkat penelitian.
a. Observasi
Observasi adalah instrumen dalam teknik pengumpulan data,
dimana peneliti lebih banyak menggunakan salah satu panca indranya
yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan efektif jika informasi
yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan
hasil

kerja

responden

dalam

situasi

alami.

Selain

itu

untuk

memaksimalkan hasil observasi, biasanya peneliti akan menggunakan
alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan. Diantara alat bantu
observasi tersebut misalnya buku catatan yang berisi objek yang perlu
mendapat perhatian lebih dari pengamatan (dalam Yuliani,2012, hlm.
40).
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dua jenis, yaitu observasi terhadap aktivitas atau kinerja guru, observasi
terhadap aktivitas belajar siswa selama pengembangan tindakan dalam
pembelajaran IPS materi permasalahan sosial dengan menggunakan

Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

model kooperatif tipe Think Pair Share untuk meningkatakan
kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Lembar Kerja Siswa
Instrumen tes dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang disusun mengacu terhadap tahapan penerapan pembelajaran
kooperatif dan digunakan sebagai instrumen data untuk mengetahui
tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang dilakukan pada setiap
siklus. LKS disesuaikan dengan empat indikator kemampuan berpikir
kritis yang diadaptasi oleh Ennis, yaitu: (1) memfokuskan pertanyaan,
yaitu siswa mampu merumuskan pertanyaan yang mengarah untuk
memperoleh jawaban; (2) bertanya dan menjawab pertanyaan, yaitu siswa
mampu mengemukakan pendapatnya dan menjawab pertanyaan; (3)
membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, yaitu siswa
mampu menarik kesimpulan berdasarkan data dan hipotesis; (4)
menentukan suatu tindakan, yaitu siswa mampu menentukan solusi
berdasarkan masalah yang disajikan.
LKS dirancang berupa LKS individu dan kelompok yang bertujuan
untuk

mempermudah

memperoleh

data

mengenai

perkembangan

kemampuan berpikir kritis siswa pada saat pembelajaran berlangsung,
selain itu juga, siswa dapat bekerjasama, bertukar informasi/pengetahuan
serta bersosialisasi dengan teman-temannya. (dalam Arifenty. R, 2015,
hlm.27)
c. Tes formatif
Yaitu tes evaluasi mengenai pembelajaran IPS diberikan kepada
siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa mengenai materi tersebut
setelah diberikan tindakan di setiap siklus. Tes evaluasi ini disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan pada RPP
dan diberikan dalam bentuk soal dan dilakukan setelah akhir tindakan.

E. Pengolahan Data
1. Data Kualitatif

Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

Data kualitatif didapatkan dari lembanr observasi aktivitas guru dan
siswa, lembar observasi kemampuan berpikir kritis dan LKS sebagai data
hasil kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran. Data
tersebut diperoleh dari hasil observasi yang dituliskan secara deskripsi
pada lembar observasi. Teknis analisis data menggunakan model Miles
dan Hiberman. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 337), analisis data
kualitatif mencakup tiga tahapan yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman
terhadap data yang telah terkumpul dari hasil observasi dengan cara
merangkum dan mengklasifikasikannya sesuai dengan masalah yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini aspek yang akan direduksi adalah
perkembangan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam
pembelajaran IPS materi pokok permasalahan sosial.
b. Display (penyajian data)
Penyajian data berupa teks naratif, matriks, grafik untuk
melihat gambaran data yang diperoleh secara keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dan kemudian diklasifikasi. Penyajian data
yang disusun secara singkat, jelas, terperinci dan menyeluruh akan
memudahkan dalam memahami gambaran terhadap aspek yang
diteliti. Penyajian data dalam penelitian ini banyak dituangkan dalam
bentuk uraian sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Langkah ketiga yaitu kesimpulan dilakukan peneliti dengan
maksud untuk mencari makna, penjelasan yang dilakukan terhadap
data yang dikumpulkan dengan mencari hal-hal yang penting. Agar
memperoleh kesimpulan yang tepat maka kesimpulan tersebut
kemudian diverifikasi.
2. Data Kuantitatif
Pengolahan data dengan menggunakan kuantitatif adalah data-data
yang di dapatkan dalam penelitian yang berupa angka-angka.
a. Mengolah Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis dalam LKS
Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

Pencapaian kemampuan berpikir kritis yang diperoleh siswa
dilihat dari IPK (Indeks Prestasi Kelompok). Untuk menghitung IPK
menggunakan rumus penghitungan persentase berikut ini:
IPK =
Panggabean (dalam Sa’adah,2011)
Keterangan:
IPK

= Indeks Prestasi Kelompok

Mean

= Rata-rata

SMI

= Skor Maksimal Aspek

Dalam mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa
ditentukan dalam skala lima, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Kategori Berpikir Kritis
IPK %

Kategori

90% < x ≤ 100%

Sangat Tinggi

75% < x ≤ 89%

Tinggi

55% < x ≤ 74%

Sedang

31% < x ≤ 54%

Rendah

0% < x ≤ 31%

Kurang

Diadaptasi dari Wayan & Sumartana dalam (Pangabean Luhut P,
1989:29 dalam Ramadhaniwan, I, 2011, hlm. 58)

Indikator dalam keberhasilan pada penelitian ini kemampuan
berpikir kritis siswa berada dalam kategori tinggi atau sangat tinggi,
yaitu 75% < x ≤ 100%. Selain itu analisis data kuantitatif digunakan
dalam pengolahan data hasil belajar. Data diperoleh dari hasil
evaluasi tertulis yang diberikan setelah tindakan pada setiap
pelaksanann siklus, tes tertulis dilaksanakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa.
b. Menghitung Ketuntasan Belajar Klasikal
Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak
sekolah, persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat
diketahui dengan rumus:
TB =

x 100%

Dimodifikasi dari Purnomo, A dan Suprayitno (2013, hlm. 5)

Keterangan:
TB

= Ketuntasan belajar

∑S ≥ 68

= Jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih besar
dari atau sama dengan

n

= Banyak siswa

100%

= Bilangan tetap

c. Menghitung Nilai Rata-Rata Kelas
Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata kelas
hasil belajar siswa adalah:
X=
Dimodifikasi dari Purnomo, A & Suprayitno (2013, hlm.
5)

Keterangan:
∑N

= Total nilai yang diperoleh

n

= Jumlah siswa

X

=

Nilai

rata-rata

Merry Fitri Nurdiyani, 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu