S PLS 1205510 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan nasional berperan penting dalam pembangunan sumber daya
manusia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya saing sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sistem pendidikan nasional menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan
pembaharuan
pendidikan
secara
terencana,
terarah,
dan
berkesinambungan. Sistem pendidikan nasional menyatakan jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal. Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:
“Pendidikan nonformal adalah jalur Pendidikan yang diselenggarakan di
luar Pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan Pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan atau pelengkap Pendidikan formal dalam rangka
mendukung Pendidikan sepanjang hayat.”
Penjelasan mengenai pendidikan nonformal di atas merujuk bahwasanya
pendidikan nonformal diselenggarakan sebagai pengganti, penambah, dan atau
pelengkap. Pendidikan nonformal terdiri dari beberapa satuan pendidikan yang
menyelenggarakan layanan pendidikan.
Salah satu program dari pendidikan nonformal yaitu pendidikan kesetaraan.
Pendidikan
kesetaraan
adalah
program
pendidikan
nonformal
yang
menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA
yang mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C. Pendidikan nonformal
pada pendidikan kesetaraan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Program pendidikan kesetaraan
diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat
yang kurang beruntung seperti tidak pernah sekolah dan putus sekolah karena
tidak adanya kesempatan untuk melanjutkan di pendidikan formal. Pendidikan
kesetaraan pada dasarnya dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
kecakapan hidup masyarakat yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kompetensi lulusan program pendidikan kesetaraan setara atau sederajat
dengan lulusan pada pendidikan formal. Lulusan kejar paket A memiliki
kesamaan derajat dengan lulusan SD/MI, lulusan kejar paket B sama derajatnya
dengan lulusan SMP/MTs, dan lulusan kejar paket C sama derajatnya dengan
lulusan SMA/MA. Adanya kesamaan kompetensi lulusan antara pendidikan
formal dengan pendidikan kesetaraan maka lulusan kejar paket A dapat
diterima/melanjutkan pendidikan di SMP/MTs. Begitu pula kejar paket B dan C
dapat diterima/melanjutkan pendidikan di SMA/MA dan di Perguruan Tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan mengacu kepada delapan Standar
Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Salah satu
standar pendidikan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 yaitu standar proses. Standar proses yaitu standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses pembelajaran pada
pendidikan
kesetaraan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran pada program pendidikan kesetaraan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan nonformal selalu memiliki berbagai
permasalahan yang dihadapi. Sejalan dengan Muljono (2008) bahwa karakteristik
warga belajar yang mengikuti pendidikan kesetaraan berbeda dengan karakteristik
peserta didik pada pendidikan formal. Karakteristik pada warga belajar
ditimbulkan dari latar belakang warga belajar yang berbeda. Adanya
permasalahan-permasalahan yang terjadi maka diperlukan strategi pembelajaran
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Strategi pembelajaran dapat
memberikan kemudahan tutor dalam proses belajar mengajar sehingga
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh warga belajar dapat tersampaikan
dengan baik.
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi tertentu yang mampu menunjang pada proses pembelajaran.
Salah satu strategi pembelajaran yang dilakukan adalah menerapkan modus
pembelajaran. Pendidikan kesetaraan memiliki modus pembelajaran yang berbeda
dengan modus pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan formal.
Pendidikan kesetaraan menggunakan tiga modus pembelajaran yang sesuai
dengan Permendiknas No. 3 Tahun 2008 diantaranya modus pembelajaran tatap
muka, tutorial, dan mandiri. Pada pelaksanaan pembelajaran, modus pembelajaran
tatap muka dilaksanakan minimal 20%. modus belajar tutorial dilaksanakan
minimal 30%, dan modus belajar mandiri dilaksanakan maksimal 50%. Modusmodus pembelajaran tersebut tidak dapat terlepas satu sama lainnya karena modus
pembelajaran tersebut saling berkaitan.
Pendidikan kesetaraan di PKBM Bina Cipta Ujungberung dan PKBM
Sukamulya memiliki warga belajar yang mayoritas adalah orang dewasa. Warga
belajar yang mengikuti kegiatan pendidikan kesetaraan kesetaraan di PKBM Bina
Cipta Ujungberung dan PKBM Sukamulya yaitu warga belajar yang sebagian
besar sudah memiliki pekerjaan sehingga akan berpengaruh kepada proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di PKBM Bina Cipta
Ujungberung adalah satu kali pertemuan dalam satu minggu sedangkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di PKBM Sukamulya adalah tiga kali pertemuan
dalam satu minggu. Terbatasnya waktu pertemuan di kelas maka tutor mengambil
strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan modus
pembelajaran mandiri. Hal ini sejalan dengan Haryono (2009) yang menyatakan
bahwa pembelajaran mandiri yang merupakan salah satu modus pembelajaran
pada pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang terjadi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat berupa
keterbatasan waktu saat proses pembelajaran dilaksanakan dan perbedaan
latarbelakang dari setiap warga belajar.
Pembelajaran mandiri merupakan modus pembelajaran yang dilakukan oleh
pengelola dan tutor. Pembelajaran mandiri dikelola secara baik oleh tutor dan
pengelola melalui proses perencanaan secara matang. Peran tutor dalam
pelaksanaan pembelajaran mandiri sangat besar. Tutor harus memiliki tingkat
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
kreativitas yang tinggi dalam menyusun strategi pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Muljono (2008) menyatakan bahwa seorang pendidik harus
memiliki tingkat kreativitas yang tinggi sehingga mampu untuk mencoba
eksperimen dalam melakukan inovasi pada perencanaan pembelajaran, mampu
untuk
mengembangkan
pendekatan
pembelajaran
serta
inovatif
dalam
menghadapi permasalahan yang ada, dan tutor mampu memanfaatkan teknologi
dan komunikasi sebagai bahan ajar dan media pembelajaran yang dapat
digunakan.
Dilihat dari tujuan modus pembelajaran mandiri yang dilakukan mampu
memberikan
solusi
dalam
menghadapi
permasalahan-permasalahan
pada
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran mandiri dapat memberikan sikap
mandiri kepada warga belajar. Tutor kesetaraan sangat berperan besar dalam
pelaksanaan pembelajaran. Atas dasar hal tersebut penelitian ini mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul “Kajian Modus Belajar Mandiri Pada
Pendidikan Kesetaraan Paket B Dan C (studi di PKBM Sukamulya dan PKBM
Bina Cipta Ujungberung)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
1. PKBM Sukamulya dan PKBM Bina Cipta Ujungberung memiliki warga
belajar dengan mayoritas orang dewasa dengan latar belakang yang berbedabedan sehingga berdampak pada perbedaan motivasi belajar dan pengalaman
belajar.
2. Adanya keterbatasan waktu pertemuan belajar secara langsung. PKBM
Sukamulya melaksanakan pembelajaran tiga kali dalam seminggu, PKBM Bina
Cipta Ujungberung melaksanakan pembelajaran satu kali dalam seminggu.
3. Warga belajar di pendidikan kesetaraan masih bergantung kepada tutor
sehingga pada proses pembelajaran tutor lebih banyak berperan dalam
menyampaikan materi belajar.
Berdasarkan hasil identifikasi diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana Modus Belajar Mandiri Pada
Pendidikan Kesetaraan Paket B Dan C di PKBM Sukamulya dan PKBM Bina
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Cipta Ujungberung?”. Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan
permasalahan yang diteliti ini masih luas, untuk menjelaskan dan mempertegas
permasalahannya, penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini pada
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C?
2. Bagaimana Pelaksanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C?
3. Bagaimana
Evaluasi
Modus
Pembelajaran
Mandiri
Pada
Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai Modus Belajar Mandiri Pada Pendidikan Kesetaraan Paket B Dan C di
PKBM Sukamulya dan PKBM Bina Cipta Ujungberung. Adapun secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi serta jawaban dari
permasalahan yang diteliti penulis, sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan Perencanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C.
2. Mendeskripsikan Pelaksanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C.
3. Mendeskripsikan Evaluasi Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan kajian ilmiah pada program pendidikan nonformal melalui
strategi pembelajaran mandiri yang dapat digunakan kepada warga belajar
pendidikan kesetaraan paket B dan C.
b. Sebagai pengembangan
modus pembelajaran yang inovatif dalam
mengembangkan pendidikan nonformal.
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
2. Manfaat praktis
a. Bagi Pengelola manfaat temuan penelitian ini yaitu diharapkan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk evaluasi dan tindak lanjut kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada program pendidikan kesetaraan
khususnya paket B dan C.
b. Bagi masyarakat, diharapkan temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
contoh pembelajaran yang dapat dilakukan di masyarakat.
c. Bagi Dinas Pendidikan Luar Sekolah manfaat temuan penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengevaluasi penggunaan
modus pembelajaran pada pendidikan kesetaraan.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis memberikan gambaran umum mengenai
sistematika penulisan dengan merujuk kepada Peraturan Rektor UPI Nomor
5804/UN40/HK/2015 tentang Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Tahun
Akademik 2015 sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan memaparkan konteks penelitian yang akan
dilakukan. Penulis memaparkan latar belakang mengenai topik atau
isu yang akan diangkat menjadi penelitian secara menarik. Penelitian
tersebut sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi dewasa ini.
Bagian pendahuluan mengidentifikasi secara spesifik mengenai
permasalahan yang akan diteliti dan pertanyaan penelitian yang akan
dibahas pada penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bagian kajian pustaka atau landasan teoritis memberikan konteks
yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat pada
penelitian. Bagian ini memiliki peran yang sangat penting. Melalui
kajian pustaka ditunjukkan teori yang sedang dikaji dan kedudukan
masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bagian
metode
penelitian
merupakan
bagian
yang
bersifat
prosedural, yaitu bagian yang mengarahkan pembaca untuk
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
mengetahui bagaimana alur penelitian dirancang oleh peneliti. Alur
penelitian yang dilakukan dimulai dengan
pendekatan penelitian
yang dilakukan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan
data yang dilaksanakan, hingga langkah-langkah analisis data yang
dilakukan oleh peneliti dalam mendeskripsikan hasil lapangan.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bagian temuan dan pembahasan menyampaikan dua hal utama dari
penelitian yang dilakukan. Temuan penelitian berdasarkan hasil
lapangan yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data
dengan berbagai kemungkinan bentuk sesuai dengan urutan rumusan
permasalahan penelitian, dan pembahasan temuan penelitian
merupakan menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya dengan dikaitkan dengan analisis konseptual.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bagian simpulan dan rekomendasi merupakan bagian dari hasil
akhir. Simpulan penelitian yang disajikan yaitu penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang
dilakukan. Rekomendasi merupakan saran yang diberikan kepada
pihak penyelenggara kegiatan sehingga dapat dimanfaatkan secara
baik dan benar dari hasil penelitian yang dilakukan.
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan nasional berperan penting dalam pembangunan sumber daya
manusia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya saing sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sistem pendidikan nasional menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan
pembaharuan
pendidikan
secara
terencana,
terarah,
dan
berkesinambungan. Sistem pendidikan nasional menyatakan jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal. Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:
“Pendidikan nonformal adalah jalur Pendidikan yang diselenggarakan di
luar Pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan Pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan atau pelengkap Pendidikan formal dalam rangka
mendukung Pendidikan sepanjang hayat.”
Penjelasan mengenai pendidikan nonformal di atas merujuk bahwasanya
pendidikan nonformal diselenggarakan sebagai pengganti, penambah, dan atau
pelengkap. Pendidikan nonformal terdiri dari beberapa satuan pendidikan yang
menyelenggarakan layanan pendidikan.
Salah satu program dari pendidikan nonformal yaitu pendidikan kesetaraan.
Pendidikan
kesetaraan
adalah
program
pendidikan
nonformal
yang
menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA
yang mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C. Pendidikan nonformal
pada pendidikan kesetaraan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Program pendidikan kesetaraan
diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat
yang kurang beruntung seperti tidak pernah sekolah dan putus sekolah karena
tidak adanya kesempatan untuk melanjutkan di pendidikan formal. Pendidikan
kesetaraan pada dasarnya dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
kecakapan hidup masyarakat yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kompetensi lulusan program pendidikan kesetaraan setara atau sederajat
dengan lulusan pada pendidikan formal. Lulusan kejar paket A memiliki
kesamaan derajat dengan lulusan SD/MI, lulusan kejar paket B sama derajatnya
dengan lulusan SMP/MTs, dan lulusan kejar paket C sama derajatnya dengan
lulusan SMA/MA. Adanya kesamaan kompetensi lulusan antara pendidikan
formal dengan pendidikan kesetaraan maka lulusan kejar paket A dapat
diterima/melanjutkan pendidikan di SMP/MTs. Begitu pula kejar paket B dan C
dapat diterima/melanjutkan pendidikan di SMA/MA dan di Perguruan Tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan mengacu kepada delapan Standar
Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Salah satu
standar pendidikan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 yaitu standar proses. Standar proses yaitu standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses pembelajaran pada
pendidikan
kesetaraan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran pada program pendidikan kesetaraan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan nonformal selalu memiliki berbagai
permasalahan yang dihadapi. Sejalan dengan Muljono (2008) bahwa karakteristik
warga belajar yang mengikuti pendidikan kesetaraan berbeda dengan karakteristik
peserta didik pada pendidikan formal. Karakteristik pada warga belajar
ditimbulkan dari latar belakang warga belajar yang berbeda. Adanya
permasalahan-permasalahan yang terjadi maka diperlukan strategi pembelajaran
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Strategi pembelajaran dapat
memberikan kemudahan tutor dalam proses belajar mengajar sehingga
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh warga belajar dapat tersampaikan
dengan baik.
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi tertentu yang mampu menunjang pada proses pembelajaran.
Salah satu strategi pembelajaran yang dilakukan adalah menerapkan modus
pembelajaran. Pendidikan kesetaraan memiliki modus pembelajaran yang berbeda
dengan modus pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan formal.
Pendidikan kesetaraan menggunakan tiga modus pembelajaran yang sesuai
dengan Permendiknas No. 3 Tahun 2008 diantaranya modus pembelajaran tatap
muka, tutorial, dan mandiri. Pada pelaksanaan pembelajaran, modus pembelajaran
tatap muka dilaksanakan minimal 20%. modus belajar tutorial dilaksanakan
minimal 30%, dan modus belajar mandiri dilaksanakan maksimal 50%. Modusmodus pembelajaran tersebut tidak dapat terlepas satu sama lainnya karena modus
pembelajaran tersebut saling berkaitan.
Pendidikan kesetaraan di PKBM Bina Cipta Ujungberung dan PKBM
Sukamulya memiliki warga belajar yang mayoritas adalah orang dewasa. Warga
belajar yang mengikuti kegiatan pendidikan kesetaraan kesetaraan di PKBM Bina
Cipta Ujungberung dan PKBM Sukamulya yaitu warga belajar yang sebagian
besar sudah memiliki pekerjaan sehingga akan berpengaruh kepada proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di PKBM Bina Cipta
Ujungberung adalah satu kali pertemuan dalam satu minggu sedangkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di PKBM Sukamulya adalah tiga kali pertemuan
dalam satu minggu. Terbatasnya waktu pertemuan di kelas maka tutor mengambil
strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan modus
pembelajaran mandiri. Hal ini sejalan dengan Haryono (2009) yang menyatakan
bahwa pembelajaran mandiri yang merupakan salah satu modus pembelajaran
pada pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang terjadi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat berupa
keterbatasan waktu saat proses pembelajaran dilaksanakan dan perbedaan
latarbelakang dari setiap warga belajar.
Pembelajaran mandiri merupakan modus pembelajaran yang dilakukan oleh
pengelola dan tutor. Pembelajaran mandiri dikelola secara baik oleh tutor dan
pengelola melalui proses perencanaan secara matang. Peran tutor dalam
pelaksanaan pembelajaran mandiri sangat besar. Tutor harus memiliki tingkat
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
kreativitas yang tinggi dalam menyusun strategi pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Muljono (2008) menyatakan bahwa seorang pendidik harus
memiliki tingkat kreativitas yang tinggi sehingga mampu untuk mencoba
eksperimen dalam melakukan inovasi pada perencanaan pembelajaran, mampu
untuk
mengembangkan
pendekatan
pembelajaran
serta
inovatif
dalam
menghadapi permasalahan yang ada, dan tutor mampu memanfaatkan teknologi
dan komunikasi sebagai bahan ajar dan media pembelajaran yang dapat
digunakan.
Dilihat dari tujuan modus pembelajaran mandiri yang dilakukan mampu
memberikan
solusi
dalam
menghadapi
permasalahan-permasalahan
pada
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran mandiri dapat memberikan sikap
mandiri kepada warga belajar. Tutor kesetaraan sangat berperan besar dalam
pelaksanaan pembelajaran. Atas dasar hal tersebut penelitian ini mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul “Kajian Modus Belajar Mandiri Pada
Pendidikan Kesetaraan Paket B Dan C (studi di PKBM Sukamulya dan PKBM
Bina Cipta Ujungberung)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
1. PKBM Sukamulya dan PKBM Bina Cipta Ujungberung memiliki warga
belajar dengan mayoritas orang dewasa dengan latar belakang yang berbedabedan sehingga berdampak pada perbedaan motivasi belajar dan pengalaman
belajar.
2. Adanya keterbatasan waktu pertemuan belajar secara langsung. PKBM
Sukamulya melaksanakan pembelajaran tiga kali dalam seminggu, PKBM Bina
Cipta Ujungberung melaksanakan pembelajaran satu kali dalam seminggu.
3. Warga belajar di pendidikan kesetaraan masih bergantung kepada tutor
sehingga pada proses pembelajaran tutor lebih banyak berperan dalam
menyampaikan materi belajar.
Berdasarkan hasil identifikasi diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana Modus Belajar Mandiri Pada
Pendidikan Kesetaraan Paket B Dan C di PKBM Sukamulya dan PKBM Bina
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Cipta Ujungberung?”. Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan
permasalahan yang diteliti ini masih luas, untuk menjelaskan dan mempertegas
permasalahannya, penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini pada
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C?
2. Bagaimana Pelaksanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C?
3. Bagaimana
Evaluasi
Modus
Pembelajaran
Mandiri
Pada
Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai Modus Belajar Mandiri Pada Pendidikan Kesetaraan Paket B Dan C di
PKBM Sukamulya dan PKBM Bina Cipta Ujungberung. Adapun secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi serta jawaban dari
permasalahan yang diteliti penulis, sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan Perencanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C.
2. Mendeskripsikan Pelaksanaan Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C.
3. Mendeskripsikan Evaluasi Modus Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan
Kesetaraan Paket B dan C.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan kajian ilmiah pada program pendidikan nonformal melalui
strategi pembelajaran mandiri yang dapat digunakan kepada warga belajar
pendidikan kesetaraan paket B dan C.
b. Sebagai pengembangan
modus pembelajaran yang inovatif dalam
mengembangkan pendidikan nonformal.
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
2. Manfaat praktis
a. Bagi Pengelola manfaat temuan penelitian ini yaitu diharapkan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk evaluasi dan tindak lanjut kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada program pendidikan kesetaraan
khususnya paket B dan C.
b. Bagi masyarakat, diharapkan temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
contoh pembelajaran yang dapat dilakukan di masyarakat.
c. Bagi Dinas Pendidikan Luar Sekolah manfaat temuan penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengevaluasi penggunaan
modus pembelajaran pada pendidikan kesetaraan.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis memberikan gambaran umum mengenai
sistematika penulisan dengan merujuk kepada Peraturan Rektor UPI Nomor
5804/UN40/HK/2015 tentang Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Tahun
Akademik 2015 sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan memaparkan konteks penelitian yang akan
dilakukan. Penulis memaparkan latar belakang mengenai topik atau
isu yang akan diangkat menjadi penelitian secara menarik. Penelitian
tersebut sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi dewasa ini.
Bagian pendahuluan mengidentifikasi secara spesifik mengenai
permasalahan yang akan diteliti dan pertanyaan penelitian yang akan
dibahas pada penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bagian kajian pustaka atau landasan teoritis memberikan konteks
yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat pada
penelitian. Bagian ini memiliki peran yang sangat penting. Melalui
kajian pustaka ditunjukkan teori yang sedang dikaji dan kedudukan
masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bagian
metode
penelitian
merupakan
bagian
yang
bersifat
prosedural, yaitu bagian yang mengarahkan pembaca untuk
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
mengetahui bagaimana alur penelitian dirancang oleh peneliti. Alur
penelitian yang dilakukan dimulai dengan
pendekatan penelitian
yang dilakukan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan
data yang dilaksanakan, hingga langkah-langkah analisis data yang
dilakukan oleh peneliti dalam mendeskripsikan hasil lapangan.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bagian temuan dan pembahasan menyampaikan dua hal utama dari
penelitian yang dilakukan. Temuan penelitian berdasarkan hasil
lapangan yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data
dengan berbagai kemungkinan bentuk sesuai dengan urutan rumusan
permasalahan penelitian, dan pembahasan temuan penelitian
merupakan menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya dengan dikaitkan dengan analisis konseptual.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bagian simpulan dan rekomendasi merupakan bagian dari hasil
akhir. Simpulan penelitian yang disajikan yaitu penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang
dilakukan. Rekomendasi merupakan saran yang diberikan kepada
pihak penyelenggara kegiatan sehingga dapat dimanfaatkan secara
baik dan benar dari hasil penelitian yang dilakukan.
Fany Laila Fitria, 2016
KAJIAN MODUS BELAJAR MANDIRI PADA PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7