Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan ketetapan Konvensi Hukum Laut PBB atau United Nations

Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982, Indonesia merupakan negara kepulauan. Dengan luas laut yang begitu besar yang terdiri dari

luas perairan nusantara 3,1 juta km2 ditambah dengan luas kawasan Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km2 sehingga luas total perairan

Indonesia sekitar 5,8 km2. Pengakuan resmi asas negara kepulauan ini merupakan

hal yang sangat penting bagi bangsa Indonesia didalam mewujudkan satu kesatuan wilayah yang utuh sesuai dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957

yang berisikan konsepsi Negara Nusantara (Archipelago State)1

Undang-Undang No.17 tahun 1985 tentang pengesahan United Nations

Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) menyatakan bahwa batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di segmen-segmen perairan yang berhadapan dengan negara lain dan lebarnya kurang dari 400 mil laut, maka Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) merupakan garis median. Jika mengacu kepada konvensi tersebut, , maka wilayah laut Indonesia menjadi sangat luas yaitu 5,8 juta km sama dengan tiga per empat dari keseluruhan luas wilayah Indonesia dan menjadi dasar bagi perwujudan kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.

1


(2)

maka batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) yang merupakan garis median pada

wilayah laut yang berhadapan dengan negara-negara tetangga yaitu2

1. Berhadapan dengan Malaysia dan Singapura di Selat Malaka.

:

2. Berhadapan dengan Malaysia di Laut Natuna sebelah Barat dan Timur.

3. Berhadapan dengan Vietnam di Laut Cina Selatan sebelah Utara.

4. Berhadapan dengan Filiipina di Laut Sulawesi hingga Laut Fillipina.

5. Berhadapan dengan Palau di Samudera Pasifik.

6. Berhadapan dengan Australia di Laut Arafura hingga Laut Timor.

7. Berhadapan dengan Pulau Christmas (Australia) di Samudera Hindia.

8. Berhadapan dengan Timor Leste di Selat Wetar.

9. Berhadapan dengan India di Laut Andaman.

Dengan posisi silang yang sangat strategis yakni diapit dengan dua benua dan dua samudera, tentunya menjadikan wilayah Indonesia sebagai jalur pelayaran internasional yang sangat penting bagi negara-negara maritim dan negara lainnya yang memiliki kepentingan baik dibidang ekonomi, politik dan pertahanan keamanan. Salah satu jalur pelayaran penting dari tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang dimiliki Indonesia adalah Selat Malaka. Selat terpendek yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan India dengan Teluk Persia, serta menjadi pintu masuk antara pelabuhan-pelabuhan Eropa via Terusan Suez dan Laut Merah dengan daratan Asia Timur ini menjadi arena pertarungan kepentingan politik dan komersial berbagai negara.

2

M. Danusaputro. 1980. Tata Lautan Nusantara: Dalam Hukum dan Sejarahnya. Bandung: Binacipta. hal. 26.


(3)

Selat Malaka berada pada jalur laut sepanjang 900 km di Asia Tenggara ini, adalah sebua Malaka memisahkan Semenanjung Malaysia disebelah Timur dan Pulau Sumatera disebelah Barat. Selat Malaka dilihat lebih luas akan terlihat menghubungkan Samudera Pasifik di Timur dan Samudera India di Barat.

Selat Malaka merupakan wilayah yang sebagian besar terbentang antara Indonesia dan Malaysia juga Singapura, yang memanjang antara Laut Andaman di Barat Laut dan Selat Singapura di Tenggara sejauh kurang lebih 520 mil laut dengan lebar bervariasi 11-200 mil laut. Sedangkan selat antara Indonesia dan Singapura, terbentang menurut arah Barat-Timur sejauh 30 mil laut dengan lebar sekitar 10 mil laut. Daerah yang tersempit dari jalur ini adalah Phillips Channel yang berada mendekati Selat Singapura yaitu hanya mempunyai lebar 1,5 mil laut3

Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Lebar Selat Malaka hanya 1,5 mil laut pada titik tersempit yaitu Selat Phillips mendekati Singapura dan merupakan salah satu dari kemacetan lalu lintas pelayaran terpenting di dunia. Semua faktor tersebut menyebabkan kawasan Selat Malaka menjadi sebuah target

.

Geografis Selat Malaka menjadikannya rapuh terhadap praktik perompakan.

3

I Made Pasek Diantha. 2002. Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, Berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB 1982 Denpasar: Mandar Maju. hal.61.


(4)

Pembajakan di Selat Malaka menjadi masalah yang mendalam akhir-akhir ini meningkat dari 25 serangan pada ta

ta4

Dari atas Peta dan Atlas, sesungguhnya selat ini menjadi seperti penghubung dunia belahan Timur dan Barat. Hal ini menjadikan perananan Selat Malaka tidak pernah sepi dari catatan sejarah. Bangsa-bangsa Eropa telah mengenal lama jalur ini, bahkan bangsa China dan Arab yang pada saat itu menjadikan jalur ini sebagai “pasar” terbaik dan mendirikan pemukiaman-pemukiman, hingga menetap dan menjadi bagian dari masyarakat disana

.

5

Terkait sisi ekonomi yang dimilki Selat Malaka, sudah sejak lama merupakan sebuah jalur penting yang menghubungka

.

digunakan untuk tujuan perdagangan. Di era modern, selat ini merupakan jalur antar serta pelabuhan-pelabuhan strategis tersebut dapat dilihat bahwa Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, sama pentingnya seperti

dan

4

Djalal, Hasyim. 2012. Persoalan Selat Malaka. dalam

Oktober 2013 pkl 12:20.

5


(5)

dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yait

Seperti yang dikutip dari koran Tempo .

7

bahwa aktifitas perdagangan dunia sebesar 30%-40% dari total mobilitas perdagangan dunia sebanyak 50 - 60 ribu kapal per tahun keluar-masuk di sekitar Selat Malaka. Bahkan jika dilakukan studi perbandingan transportasi perdagangan dengan lalu lintas pelayaran lainnya akan terlihat bahwa bahan energi yang melintas di Selat Malaka volumenya mencapai tiga kali Terusan Suez dan dua puluh kali Terusan Panama. Sebanyak sebelas juta

barel minyak dan dua pertiga (2/3) Liquefied Natural Gas (LNG) dunia diangkut

kapal tanker setiap harinya termasuk sebagai pemasok 80% kebutuhan minyak

Jepang, China, Korea dan Taiwan8

Dengan data-data potensi dan bagaimana Selat Malaka memiliki peranan besar dalam perekonomian, bukan hanya di Asia Tenggara dan Asia secara keseluruhan, jalur Selat Malaka sudah seperti urat nadi perekonomian dunia. Jalur pasokan minyak dari Timur Tengah dan Teluk Persia ke Jepang dan Amerika Serikat misalnya, dimana sekitar 70% pelayarannya melewati perairan Indonesia. Oleh karena itua sangat wajar bila berbagai negara berkepentingan mengamankan

.

6

Sengketa Antar Negara di Kawasan Asia Pasific. Dalam

7

Tempo, Edisi 26 Februari – 4 Maret 2007 dalam tulisan Pemanfaatan di Selat Malaka.

8

Selat Malaka Rawan Konflik Energi Antar Negara. dalam


(6)

jalur pasokan minyak ini, termasuk di perairan nusantara seperti Selat Malaka,

Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar, Selat Ombai Wetar, dan lain-lain9

9

S. Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. vi-vii.

. Potensi geografi strategis dan kekayaan ekonomi yang dapat dihasilkan serta peran Selat Malaka sebagai jembatan emas dunia Barat dan Timur saat ini diwarnai dengan ancaman dan konflik. Diantara ketiga negara yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka sampai saat ini masih didera persoalan-persoalan bilateral maupun multilateral yang belum terselesaikan. Hal itu memperlihatkan bahwa masalah perbatasan dengan negara-negara tetanggga masih menjadi pekerjaan rumah dan hal yang rawan mengancam integritas sebuah bangsa.

Inilah yang menjadi perhatian tiga negara yang saling berbatasan di wilayah Selat Malaka. Bagi Singapura yang hanya sebuah negara kecil berbentuk pulau, pasti akan sangat waspada bila perekonomian di Selat Malaka terganggu. Negara ini hidup dari usaha jasa transit kapal-kapal besar yang akan melewati Selat Malaka ditambah setelah dua daerah lainnya yaitu Johor (Malaysia) dan Batam (Indonesia) pertumbuhannya sebagai daerah transit dan kota industri dan jasa semakin pesat. Maka dengan ini Singapura sangat giat meningkatkan kapasitas pertahanan negaranya dengan terus memperbaharui Alat Utama Sistem Pertahanan Negara (Alutsista) yang dimiliki dan sering melakukan latihan militer bersama guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat tensi politik dan gesekan kepentingan di kawasan Selat Malaka semakin meningkat.


(7)

Dengan dijadikannya Selat Malaka sebagai fasilitas pelayaran internasional maka negara lain tentu akan berpartisipasi dalam menjaga keamanan

melihat kondisi selat yang kian strategis10. Terdapat tiga faktor yang menjadi

kepentingan banyak negara di Selat Malaka, yaitu11

1. Peperangan dan proyeksi kekuatan militer melintasi dunia

:

2. Kepentingan komersial dan perdagangan maritim

3. Eksploitasi ekonomi sumber daya laut

Negara-negara besar yang menjadi aktor ekstra-regional dan pengguna selat memiliki kepentingan besar pada dua faktor pertama, yaitu peperangan dan proyeksi kekuatan militer melintasi dunia serta kepentingan komersial dan perdagangan maritim. Sedangkan negara-negara pantai di Selat Malaka lebih mempunyai kepentingan pada faktor ketiga yaitu ekspolitasi ekonomi sumber daya laut.

Fakta pergulatan kekuatan dan situasi keamanan di kawasan Samudera Hindia yang berdinamika tinggi, memberikan tantangan besar bagi keamanan dan keselamatan pelayaran di Selat Malaka. Selat Malaka secara Geopolitik sangat vital sebagai jalur laut terpendek antara Samudera India dan Laut China Selatan atau Samudera Pasifik, yang memiliki nilai strategis tidak hanya bagi

negara-negara pantai (littoral states) tetapi juga bagi negara pengguna (user states).

Relevansi posisi Selat Malaka ini jika dihadapkan dengan perkembangan lingkungan strategis global, regional maupun nasional akan menciptakan korelasi

10

Djalal, Hasjim. 2006. Persoalan Selat Malaka. Dal

11


(8)

bersifat kausalitas antara situasi yang cenderung saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Data United Nations Conference on Trade and Development (2010)

memperlihatkan dari dua puluh pelabuhan terminal kontainer terbaik di dunia pada tahun 2009 lima di antaranya adalah Singapura, Shanghai, Hong Kong, Shenzhen, dan Busan. Perbedaan antara Singapura dan Shanghai menjadi lebih

pendek pada tahun 2009, yakni 864.400 TEUs (ten-foot equivalent units), dari 1,9

juta TEUs (ten-foot equivalent units) di tahun sebelumnya12

Oleh karena itu, sangat logis jika eksistensi Selat Malaka turut menjadi faktor pertimbangan Geostrategi, Geopolitik maupun Geoekonomi bagi kepentingan seluruh negara di dunia dan sudah seharusnya Indonesia turut mengambil peran penting untuk mendayagunakan Selat Malaka terutama bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia. Dalam rangka maksud tersebut penulis berupaya mendeskripsikan pemanfaatan Selat Malaka oleh negara - negara

pantai (littoral states) dan bagaimana peran Indonesia dalam pemanfaatan Selat

Malaka bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia. Dengan demikian

penulis memberi judul penelitian ini dengan “Posisi Geopolitik Selat Malaka

. Hal ini menunjukan bahwa dari tahun ke tahun negara-negara di kawasan terus mengembangkan kapasitas ekonomi kelautannya. Indonesia belum melakukan banyak pembenahan untuk memaksimalkan Geostrateginya.

12


(9)

Bagi Kepentingan Nasional Indonesia (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Di Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)”.

B.Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi

rumusan masalah adalah “Bagaimana Pemanfaatan Posisi Geopolitik Selat

Malaka Bagi Kepentingan Ekonomi Nasional Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono?”

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terfokus pada permasalahan, akan lebih baik jika dibuat pembatasan masalahnya. Adapun masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Pemanfaatan Selat Malaka oleh tiga negara pantai yaitu Singapura,

Malaysia dan Indonesia.

2. Posisi strategis Selat Malaka dan rezim lintas pelayaran internasional (free

transit) sesuai keinginan Singapura yang berlaku di Selat Malaka.

3. Posisi Geopolitik Selat Malaka terhadap pemenuhan kepentingan ekonomi

politik nasional Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.


(10)

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mendiskripsikan posisi strategis Selat Malaka

2. Untuk menganalisis posisi Geopolitik Selat Malaka bagi kepentingan

ekonomi politik nasional Indonesia pada masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bermanfaat kepada semua pihak yang secara umum, yaitu:

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan

berpikir penulis dalam membuat suatu karya tulis ilmiah serta memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri tentang posisi Geopolitik Selat Malaka bila dilihat dari aspek kedaerahan yaitu Provinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan secara umum

mengenai posisi Geopolitik Selat Malaka terkhususnya bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan bagi mahasiswa Ilmu Politik FISIP USU.

3. Menambah bahan refrensi mengenai Selat Malaka. Penelitian ini sebagai

bahan informasi tentang pentingnya pemanfaatan Selat Malaka bagi Indonesia, serta dapat dijadikan tambahan bahan diskusi untuk ketepatan pemerintah dalam pengambilan kebijakan terhadap Selat Malaka.


(11)

D.Kerangka Teori

1.Pengertian dan Definisi Geopolitik

Istilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh Rudolf Kjellen, seorang ahli politik dari Swedia pada tahun 1905. Sebagai cabang dari geografi politik, Geopolitik fokus pada perkembangan dan kebutuhan akan ruang bagi suatu negara. Geopolitik menurut Rudolf Kjellen adalah ilmu yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial dengan merujuk kepada politik internasional. Salah satu pokok teorinya adalah negara merupakan

suatu sistem politik yang meliputi ekonomi politik13. Dan secara pengertian

umum Geopolitik adalah suatu sistem perpolitikan yang mengatur hubungan antar negara-negara yang letaknya berdekatan di atas permukaan planet bumi ini, yang mutlak dimiliki dan diterapkan oleh setiap negara dalam melakukan

interaksi dengan sesama negara di sekitarnya14

Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai empat unsur pembangunan, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan. Keempat unsur tersebut dapat menjadikan sarana bagi pengembengan Geopolitik bagi Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau,

.

13

A. Harsawaskita. 2007. Great Power Politics. Bandung: Graha Ilmu. hal. 45.

14

S. Toto Pandoyo. 1985. Wawasan Nusantara dan Implementasinya Dalam UUD 1945 Serta Pembangunan Nasional. Jakarta: Bina Aksara. hal. 18.


(12)

sehingga potensi pulau-pulau tersebut dapat dimanfaatkan dan dijaga dari

gangguan negara lain yang mengklaimnya agar dapat masuk ke wilayahnya15

15

Daldjoeni, N. 1991. Dasar-Dasar Geografi Politik. Bandung: Citra Aditya Bakti. hal. 31.

. Indonesia harus memiliki sistem Geopolitik yang cocok diterapkan dengan kondisi kepulauannya yang unik dan letak geografis negara Indonesia di atas permukaan planet bumi ini. Sedangkan Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi lingkungan didalam upaya mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia adalah merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Geostrategi Indonesia bukanlah merupakan Geopolitik untuk kepentingan politik dan perang, melainkan untuk kepentingan kesejahteraan dan keamanan.

Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi pembangunan dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan sejahtera. Geopolitik Indonesia merupakan suatu kajian yang melihat masalah atau hubungan internasional dari sudut pandang ruang geosentrik. Konteks teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor dari nasional, internasional, sampai benua kawasan, juga provinsi atau lokal. Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah, ilmu sosial, dengan merajuk kepada percaturan politik internasional.


(13)

Untuk itu negara harus memahami peranan-peranan Geopolitik, adapun

peranan-peranan tersebut adalah16

1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang

tersedia.

:

2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan

kondisi alam.

3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri.

4. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan.

5. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara

berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori Geopolitik lainnya.

6. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu

negara.

Geopolitik menjadi prasarat doktrin dari suatu negara, bila telah disepakati oleh bangsa. Sebagai doktrin dasar negara, Geopolitik mengandung empat unsur utama yakni konsepsi ruang, konsepsi frontier,

konsepsi politik kekuatan, konsepsi keamanan negara dan bangsa17

1. Konsepsi ruang

.

Konsepsi ini diperkenalkan oleh Karl Haushofer yang menyimpulkan bahwa ruang merupakan wadah dinamika politik dan militer, teori ini disebut

16

Kurniawan Setyanta. 2012. Kegagalan Formulasi kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia Tahun 2002 dalam persfektif Geopolitik Negara Kepulauan. Jakarta: PPS Universitas Indonesia. hal. 17.

17


(14)

sebagai teori kombinasi ruang dan kekuatan. Realitanya kekuatan politik selalu menghendaki penguasaan ruang dan sebaliknya penguasaan ruang secara de facto dan de jure akan memberikan legitimasi kekuasaan politik.

2. Konsepsi frontier

Frontier merupakan balas imajiner dari dua negara. Frontier terjadi karena

pengaruh dari negara di luar batas resmi dua negara (boundary). Sifatnya

sangat dinamis dan dapat digeser-geser dan berada diantara masyarakat bangsa. Secara politis pengaruh efektif dari pemerintah pusat tidak lagi mencakup seluruh wilayah kedaulatan tapi dikurangi luas wilayah sampai dengan batas frontier yang sudah dipengaruhi kekuasaan asing dari seberang boundary. Pengaruh asing dapat berawal dari budaya, ekonomi, sosial, agama, maupun ras.

3. Konsepsi politik kekuatan

Politik kekuatan menjadi salah satu faktor dalam melaksanakan konsepsi Geopolitik yang terkait langsung dengan kepentingan nasional. Sedangkan kepentingan nasional harus di pertahankan demi tercapainya cita-cita bangsa dan negara. Untuk dapat mencapai cita-cita tersebut hendaknya dilandasi atas kekuatan politik, ekonomi, dan militer.

4. Konsepsi keamanan

Pada saat ini konsep keamanan negara yang telah dikembangkan pada umumnya adalah konsep pertahanan nasional. Kini dikembangkan pula konsep daerah penyangga yang dapat digunakan untuk menghadapi ancaman fisik dari luar. Dalam upaya keamanan negara dan bangsa, semangat kesatuan


(15)

dan persatuan menjadi salah satu kekuatan untuk menghambat datangnya ancaman dari luar negeri.

2. Teori Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional adalah tujuan mendasar dan penentu utama yang mendasari para pembuat keputusan dalam membuat sebuah kebijakan berupa politik luar negeri. Kepentingan nasional suatu negara khas dengan konsep umum yang di dalamnya terdapat bagian-bagian yang paling penting bagi sebuah negara. Di dalamnya terdapat penjagaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, integritas teritorial, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi. Dikarenakan tidak adanya kepentingan tunggal yang mendominasi pembuatan keputusan pemerintah, konsep tersebut mungkin lebih tepat disebut secara jamak sebagai kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri sebagai dasar sebuah negara semata-mata berlandaskan kepentingan nasional dengan sedikit perhatian atau tidak sama sekali untuk prinsip-prinsip universal. yang bisa digambarkan melalui keadaan dimana ada pertentangan antara kebijakan

realis dan kebijakan idealis18

Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar kekuatan dimana kekuatan adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara lain. Hubungan kekuasaan atau

.

18


(16)

pengendalian ini dapat melalui teknik paksaan, atau kerjasama (cooperation). Karena itu, kekuasaan nasional dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan suatu negara untuk bertahan hidup

dalam politik internasional19

Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi negara. Unsur tersebut menyangkut kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan bangsa dan negara, kemerdekaan, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi. Karena tidak ada kepentingan secara tunggal mendominasi fungsi pembuatan keputusan pemerintah, maka konsep ini lebih menjadi akurat jika dianggap sebagai kepentingan nasional (national interest). Manakala sebuah negara mendasarkan politik luar negeri sepenuhnya pada kepentingan nasional secara kukuh dengan sedikit atau tidak

.

Dalam teori ini menjelaskan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain yaitu mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan nasional maka negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan dengan kata lain jika kepentingan nasional terpenuhi maka negara akan tetap bertahan.

19

M. Finnemore. 1996. National Interest in International Society (terj). London: Cornell University Press. hal. 32.


(17)

menghiraukan prinsip-prinsip moral universal, maka negara tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang menjalankan kebijakan realistik, berlawanan dengan kebijakan idealis yang memperlihatkan prinsip moral internasional.

Menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional (national interest)

merupakan pilar utama bagi teorinya tentang politik luar negeri dan politik internasional yang realis. Pendekatan Morgenthau ini begitu terkenal sehingga telah menjadi suatu paradigma dominan dalam studi politik internasional sesudah Perang Dunia II. Pemikiran Morgenthau didasarkan pada premis bahwa strategi diplomasi harus didasarkan pada kepentingan nasional, bukan pada alasan-alasan moral, legal dan ideologi yang dianggapnya utopis dan bahkan berbahaya. Ia menyatakan kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain.

Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini bisa diciptakan melalui teknik-teknik paksaan maupun kerjasama. Demikianlan Morgenthau membangun konsep abstrak yang artinya tidak mudah di definisikan, yaitu

kekuasaan (power) dan kepentingan (interest), yang dianggapnya sebagai

sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan politik internasional. Para pengkritiknya, terutama ilmuan dari aliran saintifik, menuntut definisi operasional yang jelas tentang konsep-konsep dasar itu.


(18)

Morgenthau tetap bertahan pada pendapatnya bahwa konsep-konsep abstrak seperti kekuasaan dan kepentingan itu tidak dapat dan tidak boleh dikuantifikasikan. Menurut Morgenthau:

”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik”20

Kepentingan nasional sering dijadikan tolak ukur atau kriteria pokok

bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara

sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap

langkah kebijakan luar negeri (foreign policy) perlu dilandaskan kepada

kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”

.

Tentang kaitan antara “Kepentingan Nasional” dengan “Kepentingan Regional”. Sekali lagi Morgenthau menyatakan bahwa kepentingan nasional mendahului kepentingan regional. Bagi teoritisi ini, aliansi yang bermanfaat harus dilandasi oleh keuntungan dan keamanan timbal balik negara-negara yang ikut serta, bukan pada ikatan-ikatan ideologis atau moral. Suatu aliansi regional yang tidak betul-betul memenuhi kepentingan negara yang ikut serta, tidak mungkin bertahan atau tidak akan efektif dalam jangka panjang.

21

20

H.J. Morgenthau. 1951. In Defense of the National Interest: A Critical Examination of American Foreign Policy (terj). New York: University Press of America. hal. 43.

21

T. Rudy. 2002. Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin. Bandung: Refika Aditama. hal. 42.


(19)

a. Jenis-jenis Kepentingan Nasional

Adapun mengenai jenis-jenis kepentingan nasional juga terdapat identifikasi yang beragam. Namun Donald E. Nuechterlin sedikitnya menyebutkan 4 jenis kepentingan nasional. Dalam pada itu K.J Holsti

mengidentifikasikan kepentingan nasional dalam 3 klasifikasi yaitu22

Menurut Padelford dan Lincoln (1692) jenis-jenis kepentingan nasional dapat terdiri dari

:

1. Core values atau sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara.

2. Middle-range objectives, biasanya menyangkut kebutuhan memperbaiki derajat perekonomian.

3. Long-range goals, merupakan sesuatu yang bersifat ideal, misalnya keinginan mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia.

23

b. Fungsi Kepentingan Nasional :

1. Kepentingan keamanan nasional. 2. Kepentingan pengembangan ekonomi. 3. Kepentingan peningkatan kekuatan nasional. 4. Kepentingan prestise nasional.

1. Penggunaan oleh para politisi dalam mencari dukungan untuk tindakan tertentu, terutama dalam kebijakan luar negeri. Mengingat lampiran

22

Umar Suryadi Bakry. 1987. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Jayabaya: University Press. hal. 32.

23


(20)

luas kepada bangsa sebagai organisasi sosial dan politik, kepentingan nasional adalah perangkat yang ampuh untuk memohon dukungan. Istilah ini digunakan oleh politisi untuk mencari dukungan untuk tujuan-tujuan kebijakan domestik, tapi di sini adalah kurang persuasif mengingat perbedaan tingkat normal pada kebijakan domestik dan dalam kebijakan luar negeri. Sebaliknya, istilah memanggil sebuah citra bangsa, atau negara-bangsa, membela kepentingannya anarkis dalam sistem internasional dimana bahaya berlimpah dan kepentingan bangsa

selalu beresiko24

2. Digunakan sebagai alat untuk menganalisis kebijakan luar negeri, terutama oleh realis politik, seperti Hans Morgenthau. Disini kepentingan nasional digunakan sebagai semacam kebijakan luar negeri versi istilah 'kepentingan' publik yang menunjukkan apa yang terbaik bagi bangsa dalam hubungannya dengan negara lain. Penggunaan istilah bukan hanya menekankan ancaman terhadap bangsa dari anarki internasional, tetapi juga kendala eksternal pada kebebasan manuver negara dari perjanjian, kepentingan dan kekuatan negara-negara lain, dan faktor lain di luar kendali dari bangsa seperti lokasi geografis dan ketergantungan pada perdagangan luar negeri. Analisis ini terletak pada penekanan peran negara sebagai perwujudan dari kepentingan bangsa. Para realis menggunakan istilah kepentingan nasional dalam

.

24


(21)

mengevaluasi kebijakan luar negeri telah memusatkan perhatian pada keamanan nasional sebagai inti kepentingan nasional. 'Bunga negara'

dan 'kepentingan keamanan nasional' adalah istilah serumpun25

c. Motivasi Negara Menerapkan Kepentingan Nasional

.

Kesulitan dengan analisis penggunaan istilah adalah tidak adanya metodologi disepakati dimana kepentingan terbaik bangsa dapat diuji. Beberapa penulis berpendapat bahwa kepentingan terbaik, bagaimanapun secara objektif ditentukan oleh situasi negara dalam sistem internasional dan dapat disimpulkan dari suatu studi tentang sejarah dan keberhasilan atau kegagalan kebijakan.

Motivasi negara dalam menerapkan kepentingan nasional itu sendiri adalah tergantung dari kebutuhan negara tersebut dan posisi negara itu sendiri. Kepentingan suatu negara tersebut juga adalah cara upaya suatu negara untuk mendapatkan power. Dimana power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain. Contoh: Pada saat Jerman Perang Dunia ke II. Saat itu kepentingan nasionalnya jelas berbeda dengan kepentingan nasional dari negara Inggris di era yang sama.

Politik Jerman (Labensraum) penerapannya memakai expansionist. Jadi kepentingan nasionalnya adalah wilayah, sehingga Jerman mengambil wilayah negara lain akan tetapi masih di dalam Negara Eropa. Sedangkan

25


(22)

Inggris (imperialist) penerapannya memakai kolonialisme. Jadi kepentingan nasionalnya adalah sumber daya alam, namun sumber daya alam tersebut

didapat dari luar negara Eropa26

d. Tipe-tipe Kepentingan Nasional .

Mula-mula tampaknya penggunaan istilah Morgenthau tentang kepentingan nasional dalam berbagai cara untuk mencakup berbagai makna mungkin membingungkan. Tampaknya ini dibuktikan dengan istilah kepentingan umum dan kepentingan yang saling bertentangan, kepentingan utama atau pelengkap, kepentingan belum lengkap, kepentingan masyarakat, kepentingan identik dan saling melengkapi, kepentingan vital, kepentingan yang sah, spesifik atau kepentingan terbatas, kepentingan-kepentingan material diperlukan dan berharga. Setelah penyelidikan lebih lanjut, istilah ini dapat jatuh ke dalam kategori umum.

a. Kepentingan utama meliputi perlindungan fisik bangsa, politik, dan identitas budaya dan kelangsungan hidup terhadap bentuk pelanggaran di luar. Kepentingan utama dapat dikompromikan atau diperdagangkan. b. Kepentingan sekunder adalah mereka yang jatuh di luar sebuah tetapi

memberikan kontribusinya.

c. Kepentingan permanen adalah mereka yang relatif konstan selama jangka waktu panjang yang bervariasi dengan waktu, tetapi hanya perlahan-lahan.

26


(23)

d. Kepentingan variabel adalah mereka yang fungsi dari "semua arus salib kepribadian, opini publik, penampang kepentingan, partisan politik, dan politik dan moral Folkways" dari suatu bangsa. Mereka adalah apa yang diberikan negara pada waktu tertentu memilih untuk menganggap sebagai kepentingan nasional.

e. Kepentingan umum adalah bangsa dapat menerapkan dalam cara yang positif untuk wilayah geografis besar, untuk sejumlah besar negara, atau dalam beberapa bidang tertentu seperti, ekonomi, perdagangan, hubungan diplomatik, hukum internasional, dan lain-lain.

f. Kepentingan spesifik kepentingan positif yang tidak termasuk di dalamnya. Kepentingan spesifik biasanya didefinisikan dalam waktu dekat dan atau ruang dan logis sering adalah hasil dari kepentingan-kepentingan umum misalnya historis Britania menganggap kemerdekaan tetap negara-negara yang rendah sebagai prasyarat mutlak untuk memelihara keseimbangan

kekuasaan di Eropa27

e. Dimensi Kepentingan Nasional .

Menurut Donald E. Nuechterlin sedikitnya menyebutkan empat jenis kepentingan nasional:

1. Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politik dari ancaman negara lain.

27


(24)

2. Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain. 3. Kepentingan tata internasional, yaitu kepentingan untuk mewujudkan atau

mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya.

4. Kepentingan ideologi, yaitu kepentingan untuk mempertahankan atau

melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain28

3. Teori Ekonomi Politik

.

Munculnya teori ekonomi dapat dilacak dari periode antara abad ke 14 dan ke 16, yang biasa disebut masa “transformasi besar” di Eropa Barat sebagai implikasi dari sistem perdagangan yang secara perlahan menyisihkan sistem ekonomi feodal pada abad pertengahan. Tumbuhnya pasar ekonomi baru yang besar tersebut telah memunculkan peluang ekspresi bagi aspirasi-aspirasi individu dan memperkuat jiwa kewirausahaan yang sebelumnya ditekan oleh lembaga gereja, negara dan komunitas. Selanjutnya, pada abad 18 muncul abad pencerahaan yang marak di Perancis dengan para pelopornya

antara lain, Voltaire, Diderot, D’Alembert, dan Condilac29

Pusat gagasan dari pencerahan ide tersebut adalah adanya otonomi individu dan eksplanasi kapasitas manusia. Para pemimpin dari aliran ini mempercayai bahwa kekuatan akal akan dapat menyingkirkan manusia dari

.

28

Ibid. hal 38-40.

29


(25)

segala bentuk kesalahan. Ide dari abad pencerah inilah yang bertumpu kepada

ilmu pengetahuan masyarakat (science of society), yang sebetulnya menjadi

dasar ekonomi politik. Sedangkan istilah ekonomi politik sendiri pertama sekali diperkenalkan oleh penulis Perancis, Antoyne de Montchetien

(1575-1621), dalam bukunya yang bertajuk Triatise on Political Economy.

Sedangkan dalam bahasa Inggris, penggunaan istilah ekonomi politik terjadi pada tahun 1767 lewat publikasi Sir James Steuart (1712-1789) berjudul

Inequiry into the Principles of Political Economy30

Perdebatan antara para ahli ekonomi politik ini akhirnya memunculkan banyak aliran dalam tradisi pemikiran ekonomi politik. Secara garis besar,

mazhab itu dapat dipecah dalam tiga kategori, yakni: pertama, aliran ekonomi

politik konservatif yang dimotori oleh Edmund Burke; kedua, aliran ekonomi

.

Pada awal-awal masa itu, para ahli ekonomi politik mengembangkan ide tentang keperluan negara untuk menstimulasi kegiatan ekonomi (bisnis). Pasar dianggap masih belum berkembang pada saat itu, sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab untuk membuka wilayah baru perdagangan, memberikan perlindungan (pelaku ekonomi) dari kompetisi, dan menyediakan pengawasan untuk produk yang bermutu. Namun, akhir abad 18, pandangan itu ditentang karena dianggap pemerintah bukan lagi sebagai agen yang baik untuk mengatur kegiatan ekonomi, tetapi justru sebagai badan yang merintangi upaya untuk memperoleh kesejahteraan.

30


(26)

politik klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, Thomas Malthus, David

Ricardo, Nassau Senior, dan Jean Baptiste Say; ketiga, aliran ekonomi politik

radikal yang dipropagandakan oleh William Godwin, Thomas Paine, Marquis

de Condorcet, dan Karl Marx31

Kembali keasal ilmu ekonomi, sebenarnya ilmu ekonomi eksis kedalam ranah ilmu pengetahuan karena dipandang sebagai cabang ilmu sosialyang bisa menerangkan dengan tepat problem manusia, yakni ketersediaan sumber daya ekonomi yang terbatas. Implikasi dari keterbatasan sumber daya

berujung dalam dua hal: pertama, bagaimana mengalokasikan sumber daya

tersebut secara efisien sehingga bisa menghasilkan output yang maksimal;

kedua, menyusun formulasi kerjasama (cooperation) ataupun kompetisi (competition) secara detail sehingga tidak terjadi konflik

.

32

Bagi ahli ekonomi politik, problem serius dalam perekonomian tidak

semata kendala sumber-sumber internal (resource constraints), tetapi insentif.

Syarat sistem insentif bekerja adalah tersedianya informasi yang lengkap sehingga dapat diakses oleh semua pelaku ekonomi. Informasi yang kurang lengkap menyebabkan sistem insentif tidak pernah bekerja dengan sempurna. Bagi scholars ekonomi politik, kegagalan terpenting mekanisme pasar adalah ketidaksanggupannya memfasilitasi informasi yang lengkap. Dengan kata lain . Teori ekonomi politik secara umum sebenarnya juga bekerja untuk mencapai dua tujuan tersebut.

31

Ibid. hal 39-40.

32


(27)

informasi yang selalu diberikan oleh pasar adalah selalu asimetris. Disinilah teori ekonomi politik digunakan diantara kelangkaan informasi (di satu sisi) dan kemampuan untuk mencari model kompensasi atas ketidaksempurnaan pasar (di sisi lain).

Isu yang dibangun oleh teori ekonomi politik adalah bagaimana pemerintah menyusun mekanisme yang memungkinkan seluruh partisipan di pasar mau berbagi informasi. Inilah yang melatari terjadinya peristiwa negosiasi. Dengan prinsip regulasi itu, yang sebetulnya sudah dikembangkan oleh teori ekonomi kelembagaan, suatu tindakan dan keputusan ekonomi diambil dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak sehingga kemungkinan kerugian yang bakal diderita oleh salah satu partisipan dapat dieliminir. Jika ini terjadi, maka prinsip efisiensi dan kerja sama atau kompetisi dalam kegiatan ekonomi bisa dicapai.

a. Struktur ekonomi politik

Pendekatan ekonomi politik sendiri secara definitiv dimaknai sebagai interelasi diantara aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi (produksi, investasi, penciptaan harga, perdagangan, konsumsi dan lain sebagainya), mengacu pada definisi tersebut, pendekatan ekonomi polititk mengaitkan seluruh penyelenggaraan politik, baik yang menyangkut aspek, proses, maupun kelembagaan dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintrodusir oleh pemerintah. Instrument-instrumen ekonomi seperti mekanisme pasar, harga dan investasi


(28)

dianalisis dengan menggunakan setting sistem politik dimana kebijakan atau

peristiwa ekonomi tersebut terjadi33

Pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan tindakan, sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut. Pengertian ini sekaligus bermanfaat untuk mengakhiri keyakinan yang salah, yang menyatakan bahwa pendekatan ekonomi politik berupaya untuk mencampur analisis ekonomi dan politik untuk mengkaji suatu persoalan. Antara analisis ekonomi dan politik tidak dapat dicampur karena keduanya dalam banyak hal memiliki dasar yang berbeda

.

34 .

Antara ilmu ekonomi dan ilmu politik memang berlainan dalam pengertian diantara keduanya mempunyai alat analisis sendiri-sendiri yang bahkan memiliki asumsi yang berlawanan. Dengan demikian, tidak mungkin menggabungkan alat analisis ilmu ekonomi dan politik karena bisa membingungkan. Antara ilmu ekonomi dan politik bisa disandingkan dengan pertimbangan keduanya mempunyai proses yang sama. Setidaknya, keduanya memiliki perhatian yang sama terhadap isu-isu mengorganisasi dan mengkoordinasi kegiatan manusia, mengelola konflik, mengalokasikan beban dan keuntungan, menyediakan kepuasan bagi kebutuhan dan keinginan manusia.

33

Ahmad Erani Yustika. 2009. Ekonomi: Politik Kajian Teoritis Analisis Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 25.

34


(29)

E.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitan kualitatif biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendiskripsikan statistik, untuk menunjukan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman, atau mendiskripsikan banyak hal. Penelitian kualitatif cenderung dipakai untuk

mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul35

a. Jenis Penelitian

.

Penelitian ini mengguanakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode kualitatif deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif kualitatif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan, serta proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena36

b. Teknik Pengumpulan Data

.

Data dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder yang merupakan data primer, dimana data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai

35

Burhan Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. hal. 123.

36


(30)

tangan kedua). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua

atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan37

c. Teknik Analisis Data

.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, data sekunder nantinya akan diperoleh dari literatur, buku, media cetak, jurnal atau internet. Adapun literatur yang dianggap relavan adalah buku-buku mengenai Wawasan Nusantara, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, hukum laut internasional, ekonomi perairan dan berbagai informasi terkait masalah pemanfaatan Selat Malaka oleh negara-negara diluar negara pantai serta posisi Geopolitik Selat Malaka bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Di dalam suatu penelitian dibutuhkan analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri dalam 4 (empat) bab, yakni :

37

Burhan Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. hal. 123-128.


(31)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: PROFIL GEOPOLITIK SELAT MALAKA

Bab ini akan menjelaskan profil Selat Malaka, kerentanan wilayah Selat Malaka, pengamanan Selat Malaka oleh Indonesia, posisi Singapura dan posisi Malaysia.

BAB III: POSISI GEOPOLITIK SELAT MALAKA BAGI

KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA

Bab ini akan berisikan analisis terhadap masalah penelitian yang dibagi dalam dua sisi yaitu, eksternal dan internal. Sampai pada inti dari kajian penelitian yaitu tantangan pengelolaan Selat Malaka bagi Kepentingan Negara Indonesia dengan pendekatan konsepsi Geopolitik dan Kepentingan Nasional Indonesia secara eksternal dan internal.

BAB IV: PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya.


(1)

politik klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, Thomas Malthus, David Ricardo, Nassau Senior, dan Jean Baptiste Say; ketiga, aliran ekonomi politik radikal yang dipropagandakan oleh William Godwin, Thomas Paine, Marquis de Condorcet, dan Karl Marx31

Kembali keasal ilmu ekonomi, sebenarnya ilmu ekonomi eksis kedalam ranah ilmu pengetahuan karena dipandang sebagai cabang ilmu sosialyang bisa menerangkan dengan tepat problem manusia, yakni ketersediaan sumber daya ekonomi yang terbatas. Implikasi dari keterbatasan sumber daya berujung dalam dua hal: pertama, bagaimana mengalokasikan sumber daya tersebut secara efisien sehingga bisa menghasilkan output yang maksimal;

kedua, menyusun formulasi kerjasama (cooperation) ataupun kompetisi (competition) secara detail sehingga tidak terjadi konflik

.

32

Bagi ahli ekonomi politik, problem serius dalam perekonomian tidak semata kendala sumber-sumber internal (resource constraints), tetapi insentif. Syarat sistem insentif bekerja adalah tersedianya informasi yang lengkap sehingga dapat diakses oleh semua pelaku ekonomi. Informasi yang kurang lengkap menyebabkan sistem insentif tidak pernah bekerja dengan sempurna. Bagi scholars ekonomi politik, kegagalan terpenting mekanisme pasar adalah ketidaksanggupannya memfasilitasi informasi yang lengkap. Dengan kata lain . Teori ekonomi politik secara umum sebenarnya juga bekerja untuk mencapai dua tujuan tersebut.

31

Ibid. hal 39-40. 32


(2)

informasi yang selalu diberikan oleh pasar adalah selalu asimetris. Disinilah teori ekonomi politik digunakan diantara kelangkaan informasi (di satu sisi) dan kemampuan untuk mencari model kompensasi atas ketidaksempurnaan pasar (di sisi lain).

Isu yang dibangun oleh teori ekonomi politik adalah bagaimana pemerintah menyusun mekanisme yang memungkinkan seluruh partisipan di pasar mau berbagi informasi. Inilah yang melatari terjadinya peristiwa negosiasi. Dengan prinsip regulasi itu, yang sebetulnya sudah dikembangkan oleh teori ekonomi kelembagaan, suatu tindakan dan keputusan ekonomi diambil dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak sehingga kemungkinan kerugian yang bakal diderita oleh salah satu partisipan dapat dieliminir. Jika ini terjadi, maka prinsip efisiensi dan kerja sama atau kompetisi dalam kegiatan ekonomi bisa dicapai.

a. Struktur ekonomi politik

Pendekatan ekonomi politik sendiri secara definitiv dimaknai sebagai interelasi diantara aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi (produksi, investasi, penciptaan harga, perdagangan, konsumsi dan lain sebagainya), mengacu pada definisi tersebut, pendekatan ekonomi polititk mengaitkan seluruh penyelenggaraan politik, baik yang menyangkut aspek, proses, maupun kelembagaan dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintrodusir oleh pemerintah. Instrument-instrumen ekonomi seperti mekanisme pasar, harga dan investasi


(3)

dianalisis dengan menggunakan setting sistem politik dimana kebijakan atau peristiwa ekonomi tersebut terjadi33

Pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan tindakan, sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut. Pengertian ini sekaligus bermanfaat untuk mengakhiri keyakinan yang salah, yang menyatakan bahwa pendekatan ekonomi politik berupaya untuk mencampur analisis ekonomi dan politik untuk mengkaji suatu persoalan. Antara analisis ekonomi dan politik tidak dapat dicampur karena keduanya dalam banyak hal memiliki dasar yang berbeda

.

34 .

Antara ilmu ekonomi dan ilmu politik memang berlainan dalam pengertian diantara keduanya mempunyai alat analisis sendiri-sendiri yang bahkan memiliki asumsi yang berlawanan. Dengan demikian, tidak mungkin menggabungkan alat analisis ilmu ekonomi dan politik karena bisa membingungkan. Antara ilmu ekonomi dan politik bisa disandingkan dengan pertimbangan keduanya mempunyai proses yang sama. Setidaknya, keduanya memiliki perhatian yang sama terhadap isu-isu mengorganisasi dan mengkoordinasi kegiatan manusia, mengelola konflik, mengalokasikan beban dan keuntungan, menyediakan kepuasan bagi kebutuhan dan keinginan manusia.

33

Ahmad Erani Yustika. 2009. Ekonomi: Politik Kajian Teoritis Analisis Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 25.

34


(4)

E.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitan kualitatif biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendiskripsikan statistik, untuk menunjukan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman, atau mendiskripsikan banyak hal. Penelitian kualitatif cenderung dipakai untuk mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul35

a. Jenis Penelitian

.

Penelitian ini mengguanakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode kualitatif deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif kualitatif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena36

b. Teknik Pengumpulan Data

.

Data dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder yang merupakan data primer, dimana data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai

35

Burhan Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. hal. 123.

36


(5)

tangan kedua). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan37

c. Teknik Analisis Data

.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, data sekunder nantinya akan diperoleh dari literatur, buku, media cetak, jurnal atau internet. Adapun literatur yang dianggap relavan adalah buku-buku mengenai Wawasan Nusantara, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, hukum laut internasional, ekonomi perairan dan berbagai informasi terkait masalah pemanfaatan Selat Malaka oleh negara-negara diluar negara pantai serta posisi Geopolitik Selat Malaka bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Di dalam suatu penelitian dibutuhkan analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri dalam 4 (empat) bab, yakni :

37

Burhan Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. hal. 123-128.


(6)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: PROFIL GEOPOLITIK SELAT MALAKA

Bab ini akan menjelaskan profil Selat Malaka, kerentanan wilayah Selat Malaka, pengamanan Selat Malaka oleh Indonesia, posisi Singapura dan posisi Malaysia.

BAB III: POSISI GEOPOLITIK SELAT MALAKA BAGI

KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA

Bab ini akan berisikan analisis terhadap masalah penelitian yang dibagi dalam dua sisi yaitu, eksternal dan internal. Sampai pada inti dari kajian penelitian yaitu tantangan pengelolaan Selat Malaka bagi Kepentingan Negara Indonesia dengan pendekatan konsepsi Geopolitik dan Kepentingan Nasional Indonesia secara eksternal dan internal.

BAB IV: PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya.


Dokumen yang terkait

Ekonomi Cina Dan Politik Luar Negeri Indonesia (Studi Kasus : Pengaruh Kebangkitan Ekonomi Cina Terhadap Orientasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

4 86 151

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

5 81 167

PERUBAHAN KEBIJAKAN INDONESIA TERHADAP IMF PADA MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI HINGGA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

1 4 1

KONSISTENSI INDONESIA DALAM MENDUKUNG UPAYA KEMERDEKAAN PALESTINA PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (2004-2009)

1 4 91

PENGARUH BANTUAN USAID DALAM KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

0 2 99

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 9 19

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 0 4

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 2 32

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 2 5

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DIBAWAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Tahun 2009-2011

0 0 15