Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang cukup
tinggi, salah satu contoh yaitu keanekaragaman jenis bambu. Tumbuhan yang
bisa diolah untuk berbagai kebutuhan ini, juga memiliki peran penting
menyelamatkan lingkungan dan mempunyai manfaat tersembunyi di masa depan,
ditinjau dari segi lingkungan bambu dapat menjaga sistem hidrologis sebagai
pengikat tanah dan air, sehingga mampu mengurangi erosi, sedimentasi, dan
longsor. Selain itu, bambu juga berperan penting untuk menyimpan air dan
karbon, menahan kebisingan serta mempunyai nilai ekonomis. Dari hasil peneltian
(Wicaksono, 2012), besarnya gas CO2 yang dapat diserap oleh bambu petung
adalah

sebesar

26,028±6.064

kg/m2/th

atau


sekitar

260,028±60,64 ton/ha/th. Salah satu permasalah penting yang dihadapi Indonesia
mulai sekarang ini adalah pemanasan global akibat dari efek rumah kaca dan
eksploitasi sumber daya alam yang kurang terkendali. Namun demikian
keuntungan Indonesia dibandingkan negara lainnya adalah relatif masih luasnya
hutan hujan tropis yang tersisa, walaupun luasan hutan tersebut semakin menurun
seiring dengan menigkatnya eksploitasi (Mahdalifah dkk, 2014).
Bambu merupakan salah satu jenis hutan homogen, dengan persentasi
tutupan lahannya lebih dari 75 % didominasi oleh tumbuhan bambu. Dalam buku
Berlian dan Estu (1995), bambu merupakan tanaman tahunan dan sudah dikenal

sejak lama di Indonesia. Bambu dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai
kering dari dataran rendah hingga daerah pegunungan. Tanaman bambu banyak di
temukan di daerah tropika, benua Asia, Afrika, dan Amerika. Benua Asia
merupakan daerah penyebaran bambu terbesar, meliputi wilayah Indoburma,
India, Cina, dan Jepang. Selain daerah Tropis bambu juga menyebar kedaerah
Subtropik dan daerah iklim sedang di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Menurut Tambaru (2012), dalam Arniaty dkk (2014), mengatakan bahwa

bambu merupakan sekelompok tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk
menyerap CO2 dalam konsentrasi yang tinggi dikarenakan, memiliki jumlah
stomata pada daun bambu yang relatif rapat dan banyak yaitu lebih dari 500
stomata per mm2. Dengan demikian bambu dapat dijadikan sebagai tumbuhan
bioakumulator yang efektif yang dapat mengurangi peningkatan emisi karbon di
atmosfer. Melalui tahapan proses fotosintesis, bambu berpean penting dalam
siklus karbon sehingga dapat mereduksi CO2 di atmosfer, dan sekaligus secara
bersamaan juga dapat meningkatkan kadar oksigen dan menurunkan suhu di
sekitarnya.
Manfaat bambu sebagai penyerap karbon belum banyak dibicarakan
padahal menurut Sutiyono (2010), bambu memiliki daya serap karbondioksida
(CO2) yang besar. Hal ini karena bambu memiliki mekanisme fotosintesis C4,
sedangkan pohon jenis lainnya C3. Artinya, fotosintesis bambu lebih efisien, yaitu
menyerap kembali sebagian karbondioksida yang dihasilkan.. Tanaman bambu
merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan memiliki potensi ekonomi
yang tinggi. Tanaman bambu dapat dijadikan milik pribadi yang ditanam di atas
lahan milik perorangan yang juga diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang

Hutan Tanaman Rakyat.


Dari pernyataan diatas maka dilakukan penelitian

dengan judul “Analisis

Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke

(Gigantochloa pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian
Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”.
Tujuan Penelitian
1.

Mengetahui kandungan biomassa bambu, dan cadangan karbon pada hutan
rakyat bambu

2.

Menganalisis serapan CO2 pada hutan tanaman rakyat bambu belangke
(Gigantochloa pruriens Widjaja)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi
informasi bagi civitas, para peneliti, masyarakat secara umum, dan pihak-pihak
yang membutuhkan terkait dengan kandungan biomassa dan karbon pada bambu
Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat, Desa
Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Dokumen yang terkait

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

0 42 63

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

3 43 69

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 1 8

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

1 0 7

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

0 0 15

MODEL ALLOMETRIK BIOMASSA DAN MASSA KARBON BAMBU BELANGKE (Gigantochloa pruriens Widjaja.) DI HUTAN RAKYAT DESA SIRPANG SIGODANG, KECAMATAN PANEI, KABUPATEN SIMALUNGUN

0 2 10