AnalisisPerbandingan Kadar Aluminium (Al) pada Air Baku dengan Air Reservoir PDAM Tirtanadi IPA Sunggal Secara Kolorimetri

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkunganrumah tangga, terutama berbeda untuk tiap tempat, tiap lingkungan kehidupanatau untuk tiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakinmeningkat pula kebutuhan manusia terhadap air(Suriawiria, 1996).

2.2. Sumber-Sumber Air

2.2.1 Pembagian Air Berdasarkan Sumbernya

Sumber air minum yang dapat kita manfaatkan pada dasarnyadapat digolongkan sebagai : Air permukaan (air baku), Air tanah dan juga Air hujan. Ketigasumber air tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu mata rantai


(2)

yang tidak putus-putusnya, sehingga merupakan suatu siklus yang dikenal dengan daurhidrologi.

2.2.1.1 Air Permukaan (Air Baku)

Air permukaan merupakan air baku utama bagi produksi air minum dikota kota besar. Sumber air permukaan dapat berupa sungai kecil, sungai-sungai besar, danau, waduk, dan air dari saluran irigasi.Umumnya air permukaansudah mengalami pencemaran, sedangkan derajat pencemarannya tergantung dari lokasi daerahnya, misalnya bagian muara sungai lebih tinggi derajatpencemarannya dari bagian hulu(Winarno, 1986).

Sebelum digunakan air permukaan tersebut dilakukan pengolahan,penyaringan dan pembubuhan zat kimia agar syarat air yang dapat diminum dapattercapai.Sebaiknya air tanah diprioritaskan bagi konsumen rumah tangga,sedangkan untuk industri digunakan air permukaan yang diolah. Hal ini perludiperhatikan karena distribusi air bagi tempat industri yang terkonsentrasiletaknya akan lebih murah dan mudah. Dimana konsumen industri lebih mampudari pada konsumen rumah tangga(Winarno, 1986).

Di negara-negara berkembang kebutuhan air minum tidak banyak dimungkinkan dari sistem perpipaan, tetapi banyak menggunakan air permukaan secara langsung tanpa treatment.Karena peledakan penduduk yang memungkinkan secara luas tersebar dan terkontaminirnya air permukaan dengan berbagai kotoran, maka pengendalian terhadap penggunaan air dari sumber ini harus diperketat (Slamet, 1984).


(3)

Penggunaan sumber air minum bagi P.A.M di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sepanjang berkilo-kilo meter sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak.Lebih-lebih bila disekitar sungai terdapat daerah industri yang membuang bahan buangan logam atau bahan racun (toxic material). Penggunaan sumber air yang telah mengalami pencemaran total (gross pollution) merupakan problema dimana treatment harus dilakukan secara modern dan intensif (Slamet, 1984).

Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya kualitas air baku ini menggunakan tabel sbb:

Tabel 2.2 Parameter kualitas air baku

Parameter kualitas Ambang standart air bagi Badan Air yang dianjurkan

Density faecal coliform Effluent standart hampir sama dengan kadar secara alamiah pada air permukaan.

Ph 6.5-8.5

Dissolved oxygen Lebih d/p 2 mg/l

Arsenic Kurang d/p 0.05 mg/l


(4)

Chromium (hex avalent) Kurang d/p 0.05 mg/l

Cyanide Kurang d/p 0.2 mg/l

Bahan-bahan Phenol Kurang d/p 0.02 mg/l

Chlorides Kurang d/p 1000 mg/l

Total dissolved solid Kurang d/p 4000 mg/l

(Slamet, 1984).

Karena air memilki jaringan aliran yang luas (hydrological cycle), maka air yang berada di suatu tempat baik mengalir maupun menetap (relatif) pada permukaan tanah disebut “Badan Air” yang termasuk dalam klasifikasi Badan Air adalah sungai, waduk, saluran air, dan rawa-rawa (Slamet, 1984).

Karena masing-masing badan air itu didalam kehidupan sehari-hari dihubungkan dengan kepentingan manusia, maka sering badan-badan air itu diklasifisir lagi menurut kepentingan kegunaannya bagi manusia, khususnya bila kegunaannya dihubungkan dengan kesehatan, Apakah Air baku itu digunakan sebagai sumber baku sebagai sumber baku bagi Perusahaan Air Minum atau yang lainnya, beberapa pokok-pokok yang ditekankan pada pengertian pencemaran air meliputi dasar-dasar sbb:Air pada suatu “badan air” baru dikatakan mengalami pencemaran, bila pembebasan akan bahan-bahan buangan (kontaminan) sampai pada suatu tingkat/keadaan tertentu dapat membahayakan fungsi air dari badan air tersebut (Slamet, 1984).


(5)

2.2.1.2 Air Hujan

Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan uap airbercampur melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu, bakteriserta berbagai senyawa yang terdapat di udara. Jadi kualitas air tersebut akanbanyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Air hujan yang jatuh di daerahpeindustrian akan lebih banyak tercemar dari pada jatuh di daerah pengununganyang belum ada industrinya. Di daerah gunung berapi yang masih memiliki kawahdengan kandungan belerang yang cukup tinggi, uap ini akan bereaksi dengan airhujan di udara sehingga air hujan yang turun bersifat asam karena terbentuknyaasam sulfat. Air hujan walaupun tidak murni adalah air lunak, tetapi dapatdigunakan sebagai sumber air minum dengan cara mendidihkannya sebelumdigunakan sebagai air minum.

2.2.1.3 Air Tanah

Air tanah merupakan sumber air bagi masyarakat di pedesaan dalambentuk mata air atau sumur gali maupun sumur pompa dalam dan sumur pompadangkal. Air tanah secara normal akan bebas dari kekeruhan dan mikroorganismepathogen(Winarno, 1986).

2.3. Karakteristik Air

Dari segi kualitas air minum harus memenuhi beberapa parameterberdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, dan bakteriologinya.


(6)

2.3.1. Parameter Fisik

1. Bau dan Rasa

Bau air tergantung dari sumber airnya.Bau air dapat disebabkan olehbahan kimia-kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan, dan hewan air, baik yanghidup maupun yang sudah mati.Air yang berbau sulfite dapat disebabkan olehreduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan mikroorganismeanaerobic.

Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa.Timbulnya rasayang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yangmenyimpang tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan.Air yang mempunyai bau tidak normal jugadianggap mempunyai rasa yang tidak normal(Effendi, 2003).

2. Warna

Dalam proses pengolahan air warna merupakan salah satu parameter fisika yang digunakan sebagai persyaratan kualitas air baik untuk air bersih maupun untuk air minum. Prinsip yang berlaku dalam penentuan parameter warna adalah memisahkan terlebih dahulu zat atau bahan-bahan yang terlarut yang menyebabkan kekeruhan.Warna air dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan suatu skala warna dengan spektrofotometer.Skala warna air yang paling banyak digunakan saat ini adalah skala APHA (TheAmerican Public Healt Association) dan skala Platina-Cobalt (Pt-Co unit) (Effendi, 2003).


(7)

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawaberwarna kuning, coklat atau kehijauan.Warna air tidak normal biasanyamenunjukkan adanya polusi.Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaituwarna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warnatidak sejati (apparent color) yang disebabkan adanya bahan-bahan tersuspensi,termasuk diantaranya yang bersifat koloid(Srikandi, 1992).

3. Suhu

Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai prosesindustri. Ukuran-ukuran suhu adalah berguna dalam memperlihatkankecenderungan aktifitas-aktifitas kimiawi dan biologis.Suhu dari air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap airtersebut. Kenaikkan suhu air akan menimbulkan jumlah oksigen terlarut didalamair menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, dan kehidupan ikan dan hewanair lainnya terganggu (Srikandi, 1992).

2.3.2. Parameter Kimia

1. Derajat Keasaman (pH)

Ph menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan, melaluikonsentrasi (sebetulnya aktivitas) ion hidrogen H+. Ion hidrogen merupakan faktor utama untuk mengetahui reaksi kimiawi dalam ilmu teknik penyehatan karena:


(8)

• H+ selalu ada dalam keseimbanagan dinamis dengan air/ H20, yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis.

• H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa lain, hingga jumlah reaksi tanpa H+ dapat dikatakan hanya sedikit saja.

Cara uji derajat keasaman Ph dalam air dan air limbah dengan menggunakan alat pH meter. Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan Ph meter SNI 06-6989.11-2004 (Hamonangan, 2011).

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu pH 6 sampaipH 8.Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH airatau besarnya konsentrasi ion hydrogen didalam air. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari padapenyimpangan kualitas air minum dalam pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecildari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipaair, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yangmenganggu kesehatan.

2. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracunseperti sianida, sulfide, fenolik.


(9)

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ionlogam seperti Fe, Mg, Ca, Hg, Zn, Mn, Cl, dan Cr.

4. Kesadahan Rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yangterlarutdidalam air terutama garam Ca dan Mg.

5. Tidak mengandung bahan organic

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zatyang berbahaya bagi kesehatan(Kusnaedi, 2004).

2.3.3 Turbidity (Kekeruhan)

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya.Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi tidak dapat dihubungkan secara langsung, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butiran. Ada 3 metode pengukuran kekeruhan:

a. Metode Nefelometrik (unit keseluruhan nefelometrik FTU atau NTU)

b. Metode Hellige Turbidity (unit keseluruhan silika) c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson)

Metode visuil adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan yang tinggi, yaitu lebih dari 25 unit. Sedangkan metode nefelometrik lebih sensitif dan dapat dipergunakan untuk segala tingkat kekeruhan.


(10)

Prinsip metode nefelometrik adalah perbandingan antara intensiti cahaya yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensiti cahaya yang dihamburkan oleh sesuatu larutan keruh standart pada kondisi yang sama. Makin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi pula kekeruhannya.Sebagai standart kekeruhan dipergunakan suspensi polimer formazin(Hamonangan, 2011).

2.4 Karakteristik Biologi Air

Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup, sedangkan air tanah biasanya lebih bersih, karena proses penyaringan oleh akifer. Jenis-jenis organisme hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi makroskopik, mikroskopik, dan bakteri.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen, sedangkan bakteri yang tidak membahayakan bagi kesehatan disebut non-pathogen.Escherichia coli (colon bacilli atau coliform) adalah bakteri non-pathogen yang hidup di dalam usus binatang berdarah panas.Dalam air, bakteri ini biasanya dikeluarkan melalui tinja, sehingga keberadaannya di dalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri

pathogen.Kualitas air bersih ditentukan dengan keberadaan atau ketidakberadaan

bakteri ini melalui E-coli Test, Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010, coliform tidak boleh terdapat di dalamair minum(Suripin, 2002).


(11)

Organisme mikroskopik seperti jamur dan alga dapat ditemukan dalam air tanah.Alga adalah tumbuhan kecil yang hidup di air.Jika dalam jumlah besar dapat mempengaruhi kekeruhan dan warna air, disamping juga memberi andil terhadap rasa dan bau air yang tidak dikehendaki. Organisme makroskopik seperti ganggang dan rumput laut dapat menurunkan kualitas air dalam hal rasa, warna dan bau, namun dapat dihilangkan dalam proses purifikasi (Suripin, 2002).

2.5 Pembagian Air Berdasarkan Peruntukannya

Di Indonesia, peruntukan badan air / air sungai menurut kegunaannya ditetapkan oleh Gubernur. Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Golongan C : Airyang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

Golongan D : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (Mulia, 2005).


(12)

2.6 Pengolahan Air Minum

Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standar air minum yang berlaku dapat di lihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010.

Menurut Kusnaedi (2002), tujuan pengolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.

Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan, penghilangan mikroba pathogen, memperbaiki derajat keasaman (pH) serta memisahkan gas-gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan (Mulia, 2005).

Air tidak jernih umumnya mengandung residu. Residu tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses penghilangan residu tersebut dapat ditambahkan koagulan. Bahan koagulan yang sering dipakai adalah alum /tawas(Mulia, 2005).

2.7 Aluminium

Aluminium merupakan salah satu logam anorganik yang dijumpai dalam air minum.Konsentrasi aluminium yang tinggi bisa mengendap sebagai


(13)

aluminium hidroksida yang mempengaruhi kehidupan air.Perannya tidak bisa dihindari karena senyawa-senyawa aluminium ditambahkan bukan hanya ke suplai air tetapi juga kebanyak makanan dan obat yang diproses.Sifat-sifat kimia dan fisiknya membuat ideal untuk berbagai jenis pemakaian, misalnya dalam makan (sebagai aditif), dalam obat-obatan (misalnya antacid), dalam produk-produk konsumen (alat-alat masak dan aluminium foil), dan dalam pengujian air minum /sebagai koagulan(Snigh, 2006).

Kebanyakan perusahaan penguji air permukaan menggunakan aluminium dalam bentuk alum (aluminium sulfat) untuk membantu menghilangkan mikroorganisme berbahaya yang dibawa oleh air dan partikel-partikel lain. Pemberian alum ini mengakibatkan partikel-partikel menggumpal menjadi partikel-prtikel yang lebih besaryang kemudian lebih mudahdihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi (Snigh, 2006).

2.7.1 Pemerian Aluminium

Aluminium adalahlogam putih, yang liat dan dapat di tempa, bubuknya berwarna abu-abu.Ia melebur pada 659oC.Bila terkena udara, objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari oksida lebih lanjut.Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer (Vogel, 1990).

Alumunium adalah tervalen dalam senyawa-senyawanya.Ion-ionalumunium membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anionyang tak berwarna. Alumunium sulfide dapat dibuat hanya dalam keadaan


(14)

padatsaja, dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk alumunium hidroksida (Vogel, 1990).

Aluminium adalah satu unsur berlimpah-limpah dan tersebar luas, jumlahnya sekitar 18 % kerak bumi, itu ditemukan sebagai unsur pokok pada tanah, tumbuhan, dan jaringan hewan. Di dalam aluminium, kadar besi secara normal terlalu rendah untuk masalah penyebab pelunturan yang mungkin dihasilkan oleh air. Timbulnya pelunturan di dalam air sistem distribusi, dan oleh karena itu frekuensi dari keluhan-keluhan konsumen meningkat jika tingkatan aluminium melebihi sekitar 0,1-0,2 mg/liter didalam air. Aluminium biasanya ditemukan pada pembuatan air minum dalam bentuk reaktif dimana berat molekulnya relatif rendah pada air murni, biasanya dihubungkan dengan zat partikel atau kompleks organik dari berat molekul yang tinggi.Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asam alumunium bersifat lebih toksis dan memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Begitu juga menurut peratuan Menteri Kesehatan dimana kadar maksimum aluminium dalam air minum adalah 0,2 mg/liter (Effendy, 2003).

Aluminium bersifat amfoter dan pada perairan alami dengan pH diatas kurang lebih 10 terbentuk ion aluminat yang larut Al(OH)4-. Ion fluorida membentuk kompleks yang sangat kuat dengan aluminium dan dengan adanyaseperti AlF2+ mungkin akan terbentuk dalam air. Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti


(15)

gangguan suara, kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum.Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum(Achmad, 2004).

2.7.2 Efek Samping Aluminium (Al)

Dampak paparan aluminium terhadap manusia dapat terjadi melalui minuman, makanan, pernapasan, dan kontak dengan kulit.Dampak apabila terkena kulit adalah tersumbatnya pori-pori kulit.Akibatnya, kulit tidak bisa mengeluarkan racun secara alami.Eksposur jangka panjang dan konsentrasi tinggi aluminium dapat mengakibatkan efek kesehatan yang serius, seperti kerusakan pada sistem syaraf pusat, demensia, kehilangan memori, kelesuan, gemetar parah.Walaupun aluminium berbahaya jika terdapat dalam kadar tinggi di air minimum (0.2 mg/L Permenkes 492/2010), akan tetapi kadar aluminium ini dapat berfungsi sebagai dasar perencanaan unit pengolahan lumpur (Reynolds, 1982).

2.7.3 Tawas/Aluminium Sulfat

Tawas/aluminium sulfat adalah bahan kimia yang sering digunakan orang untuk proses penjernihan air. Fungsi tawas/aluminium sulfat adalah sebagai bahan penggumpal padatan-padatan yang terlarut di dalam air. Tawas/aluminium sulfat mempunyai rumus kimia Al2(SO4)3. Aluminium dalam tawas adalah ion logam berat yang toksik dan kebanyakan masuk ke dalam tubuh manusia bersama dengan makanan. Pada usus ion logam tersebut diserap ke dalam darah, dan akan terikat sekitar 90% pada eritrosit dan sisanya berada dalam plasma. Ion aluminium tersebut terdistribusi ke seluruh jaringan dan berikatan dengan protein pengikat


(16)

logam (metalotionein) karena logam tersebut mempunyai kecenderungan untuk berikatan dengan gugus sulfidrilnya (Cheung, 2001).

Toksisitas logam berat pada manusia menyebabkan beberapaakibat negatif terutamamenyebabkan kerusakan jaringan detoksifikasi dan ekskresi yakni hati dan ginjal.Beberapa logam berat juga bersifat karsinogenik dan teratogenik (salah bentuk organ pada embrio). Pada tubuh, logam berat dapat dideteksi dalam 3 jaringan utama yang menjadi kompartemen, yaitu di dalam darah terikat pada eritrosit, dalam hati dan ginjal serta pada tulang dan jaringan keras seperti gigi dan kuku. Jika kandungan logam berat tersebut dalam plasma proporsi onal, kandungan tersebut terdapat dalam bentuk faeses, keringat, air susu ibu serta didepositkan dalam kuku dan rambut. Akan tetapi biasanya ekskresi tersebut adalah sangat kecil(Darmono, 1996).

2.8 Kolorimetri

Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran yang berdasarkan diabsorbsinya cahaya oleh zat berwarna baik warna yang berasal dari zat itu sendiri maupun warna yang terbentuk akibat reaksi dengan zat lain(Khopkar, 2007).

Kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni: 1. Kolorimetri visual, dan

2. Kolorimetri fotolistrik

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya.Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu


(17)

instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna, dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata.

Sementara itu, dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya.

Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%.

Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan: 1. Kespesifikan reaksi warna.

Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).

2. Kestabilan warna

Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat.Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.

3. Kejernihan larutan

Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.


(18)

4. Kepekaan tinggi

Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akanditetapkan sangat kecil(Basset, 1994).

2.8.1 Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri

Pada penetapan kadar aluminium secara kolorimetri ini digunakan metodealuminon untuk pembentukan warna.

Metode aluminon merupakan metode yang umum digunakan untuk menganalisis aluminium yang terdapat dalam air.Dalam metode ini menggunakan pereaksi alu ver 3 yang dikemas dalam bentuk powder pillow untuk menjamin stabilitas dari pereaksi.Alu ver 3 merupakan pereaksi yang berisi aluminon dikombinasikan dengan buffer pH. Aluminon akan bereaksi dengan aluminium yang terdapat dalam sampel membentuk pewarnaan merah jingga. Intensitas warna yang terbentuk tergantung pada jumlah aluminium yang terdapat dalam sampel.

Ascorbic acid (asam askorbat) ditambahkan terlebih dahulu sebelum

penambahan alu ver 3 untuk menghilangkan besi, karena besi dapat mengganggu dan tidak boleh ada.Setelah penambahan alu ver 3, sampel dibagi 2 bagian.Kemudian pada salah satu bagian tersebut ditambahkan bleaching 3

reagentpowder pillow dan campuran ini merupakan blanko.

Aluminon (larutan garam amonium dari asam aurina-trikarboksilat) zat pewarna ini diadsorbsi oleh alumunium hidroksida, menghasilkan suatu kompleks adsorpsi atau bubuk pewarna merah terang. Uji ini dipakai terhadap endapan


(19)

aluminium hidroksida yang diperoleh dalam pengerjaan analisis secara biasa, karena unsur-unsur lain tertentu, mengganggu (Vogel, 1979).


(1)

padatsaja, dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk alumunium hidroksida (Vogel, 1990).

Aluminium adalah satu unsur berlimpah-limpah dan tersebar luas, jumlahnya sekitar 18 % kerak bumi, itu ditemukan sebagai unsur pokok pada tanah, tumbuhan, dan jaringan hewan. Di dalam aluminium, kadar besi secara normal terlalu rendah untuk masalah penyebab pelunturan yang mungkin dihasilkan oleh air. Timbulnya pelunturan di dalam air sistem distribusi, dan oleh karena itu frekuensi dari keluhan-keluhan konsumen meningkat jika tingkatan aluminium melebihi sekitar 0,1-0,2 mg/liter didalam air. Aluminium biasanya ditemukan pada pembuatan air minum dalam bentuk reaktif dimana berat molekulnya relatif rendah pada air murni, biasanya dihubungkan dengan zat partikel atau kompleks organik dari berat molekul yang tinggi.Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asam alumunium bersifat lebih toksis dan memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Begitu juga menurut peratuan Menteri Kesehatan dimana kadar maksimum aluminium dalam air minum adalah 0,2 mg/liter (Effendy, 2003).

Aluminium bersifat amfoter dan pada perairan alami dengan pH diatas kurang lebih 10 terbentuk ion aluminat yang larut Al(OH)4-. Ion fluorida membentuk kompleks yang sangat kuat dengan aluminium dan dengan adanyaseperti AlF2+ mungkin akan terbentuk dalam air. Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti


(2)

gangguan suara, kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum.Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum(Achmad, 2004).

2.7.2 Efek Samping Aluminium (Al)

Dampak paparan aluminium terhadap manusia dapat terjadi melalui minuman, makanan, pernapasan, dan kontak dengan kulit.Dampak apabila terkena kulit adalah tersumbatnya pori-pori kulit.Akibatnya, kulit tidak bisa mengeluarkan racun secara alami.Eksposur jangka panjang dan konsentrasi tinggi aluminium dapat mengakibatkan efek kesehatan yang serius, seperti kerusakan pada sistem syaraf pusat, demensia, kehilangan memori, kelesuan, gemetar parah.Walaupun aluminium berbahaya jika terdapat dalam kadar tinggi di air minimum (0.2 mg/L Permenkes 492/2010), akan tetapi kadar aluminium ini dapat berfungsi sebagai dasar perencanaan unit pengolahan lumpur (Reynolds, 1982).

2.7.3 Tawas/Aluminium Sulfat

Tawas/aluminium sulfat adalah bahan kimia yang sering digunakan orang untuk proses penjernihan air. Fungsi tawas/aluminium sulfat adalah sebagai bahan penggumpal padatan-padatan yang terlarut di dalam air. Tawas/aluminium sulfat mempunyai rumus kimia Al2(SO4)3. Aluminium dalam tawas adalah ion logam berat yang toksik dan kebanyakan masuk ke dalam tubuh manusia bersama dengan makanan. Pada usus ion logam tersebut diserap ke dalam darah, dan akan terikat sekitar 90% pada eritrosit dan sisanya berada dalam plasma. Ion aluminium tersebut terdistribusi ke seluruh jaringan dan berikatan dengan protein pengikat


(3)

logam (metalotionein) karena logam tersebut mempunyai kecenderungan untuk berikatan dengan gugus sulfidrilnya (Cheung, 2001).

Toksisitas logam berat pada manusia menyebabkan beberapaakibat negatif terutamamenyebabkan kerusakan jaringan detoksifikasi dan ekskresi yakni hati dan ginjal.Beberapa logam berat juga bersifat karsinogenik dan teratogenik (salah bentuk organ pada embrio). Pada tubuh, logam berat dapat dideteksi dalam 3 jaringan utama yang menjadi kompartemen, yaitu di dalam darah terikat pada eritrosit, dalam hati dan ginjal serta pada tulang dan jaringan keras seperti gigi dan kuku. Jika kandungan logam berat tersebut dalam plasma proporsi onal, kandungan tersebut terdapat dalam bentuk faeses, keringat, air susu ibu serta didepositkan dalam kuku dan rambut. Akan tetapi biasanya ekskresi tersebut adalah sangat kecil(Darmono, 1996).

2.8 Kolorimetri

Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran yang berdasarkan diabsorbsinya cahaya oleh zat berwarna baik warna yang berasal dari zat itu sendiri maupun warna yang terbentuk akibat reaksi dengan zat lain(Khopkar, 2007).

Kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni: 1. Kolorimetri visual, dan

2. Kolorimetri fotolistrik

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya.Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu


(4)

instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna, dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata.

Sementara itu, dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya.

Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%.

Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan: 1. Kespesifikan reaksi warna.

Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).

2. Kestabilan warna

Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat.Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.

3. Kejernihan larutan

Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.


(5)

4. Kepekaan tinggi

Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akanditetapkan sangat kecil(Basset, 1994).

2.8.1 Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri

Pada penetapan kadar aluminium secara kolorimetri ini digunakan metodealuminon untuk pembentukan warna.

Metode aluminon merupakan metode yang umum digunakan untuk menganalisis aluminium yang terdapat dalam air.Dalam metode ini menggunakan pereaksi alu ver 3 yang dikemas dalam bentuk powder pillow untuk menjamin stabilitas dari pereaksi.Alu ver 3 merupakan pereaksi yang berisi aluminon dikombinasikan dengan buffer pH. Aluminon akan bereaksi dengan aluminium yang terdapat dalam sampel membentuk pewarnaan merah jingga. Intensitas warna yang terbentuk tergantung pada jumlah aluminium yang terdapat dalam sampel.

Ascorbic acid (asam askorbat) ditambahkan terlebih dahulu sebelum penambahan alu ver 3 untuk menghilangkan besi, karena besi dapat mengganggu dan tidak boleh ada.Setelah penambahan alu ver 3, sampel dibagi 2 bagian.Kemudian pada salah satu bagian tersebut ditambahkan bleaching 3 reagentpowder pillow dan campuran ini merupakan blanko.

Aluminon (larutan garam amonium dari asam aurina-trikarboksilat) zat pewarna ini diadsorbsi oleh alumunium hidroksida, menghasilkan suatu kompleks adsorpsi atau bubuk pewarna merah terang. Uji ini dipakai terhadap endapan


(6)

aluminium hidroksida yang diperoleh dalam pengerjaan analisis secara biasa, karena unsur-unsur lain tertentu, mengganggu (Vogel, 1979).