Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia, Inflasi Dan Kurs Dolar Amerika Terhadap Index Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Indeks Harga Saham
Menurut (Samsul, 2006) bahwasanya Indeks saham adalah harga saham yang
dinyatakan dalam angka indeks. Indeks harga saham merupakan ringkasan dari
dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh
terutama fenomena – fenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini indeks harga saham
dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan
analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market). Pada masa kini,
indeks harga saham tidak saja menampung fenomena – fenomena ekonomi, tetapi
juga menampung fenomena sosial dan politik.
Menurut (Lubis, 2006) Indeks harga saham adalah ukuran yang disalurkan
pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham
setiap pada tahun dasar. Indeks harga saham individual sering sekali dipakai
sebagai ukuran investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang
terefleksi dari indeks harga sahamnya. Sedangkan indeks harga saham gabungan
sering sekali dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum
perdagangan efek. Apakah perdagangan efek dalam keadaan bearish atau dalam
keadaan bullish. Indeks harga saham merupakan ringkasan dari dampak simultan

dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh terutama fenomenafenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini indeks harga saham dijadikan barometer
kesehatan ekonomi suatu negara.

Universitas Sumatera Utara

Suatu metode perhitungan Indeks dengan Basis dari Composite Stock Price
Index (CSPI’s) merupakan agregat nilai pasar dari saham yang terdaftar di bursa
pada 10 Agustus 1982. sedangkan nilai agregat merupakan perkalian dari masing
– masing saham (kecuali perusahaan yang dalam program restrukturisasi) dengan
masing – masing harga dari saham pada hari tersebut. Formulasi perhitungan
CSPI’s sebagai berikut (Lubis, 2004)
CPSI =

Market Value
x 100
Base Value

Menurut (Samsul, 2006) pada BEI terdapat 3 (tiga) jenis indeks, yaitu (1)
Indeks harga saham individu (2) Indeks harga saham parsial (3) Indeks harga
saham gabungan.

2.1.1.1 Indeks Harga Saham Individu (individual indeks)
Indeks harga saham individu menggunakan indeks harga masing – masing
saham terhadap harga pasar. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang
sama dengan IHSG yaitu : Harga pasar / Harga dasar x 100. BEI memberikan
angka dasar IHSG 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah
sesuai dengan perubahan harga pasar.
Pada Tabel 2.1 berikut ini menjelaskan contoh penggunaan indeks harga
saham individual. Misalkan PT. Pinang Baris menggunakan harga rata – rata sejak
bulan januari 2010 sebagai waktu dasar, dan waktu lainnya sebagai waktu yang
berlaku. Untuk waktu dasar diberi angka 100 pada Januari 2010.
Indeks harga saham ditentukan dengan menggunakan formulasi sebagai
berikut (Lubis, 2006) :

IHS =

Ht
x 100
H0

Universitas Sumatera Utara


Dimana :
IHS : Indeks Harga Saham
Ht

: Harga Pada Waktu Berlaku

Ho

: Harga Pada Waktu Dasar

Tabel 2.1. Perhitungan Indeks Harga Saham PT. Pinang Baris Tahun 2010
Harga Rata Indeks Harga
rata (Rp)
Saham
Januari
10,000.00
100
Februari
11,000.00

110
Maret
11,500.00
115
April
9,500.00
95
Mei
10,000.00
100
Juni
12,000.00
120
Juli
11,000.00
110
Agustus
11,000.00
110
September

13,000.00
130
Oktober
14,000.00
140
November
14,550.00
145
Desember
90,000.00
90
Sumber : Data buku pasar modal diolah
Bulan

Naik / Turun (%)
10
15
-5
0
20

10
10
30
40
45
-10

Pada Tabel 2.1 menjelaskan bahwa PT. Pinang Baris pada bulan Februari
2010 ditemukan angka 110, angka tersebut diperoleh dengan cara membagi saham
bulan Februari 2000 dengan harga saham bulan Januari 2010. yaitu
(11.000/10.000 x 100%). Dengan demikian bila pada bulan Desember 2010
ditemukan angka indeks 90 (9.000/10.000 x 100 % = 90)
2.1.1.2 Indeks Harga Saham Parsial
Indeks harga saham parsial yang terdiri dari beberapa jenis saham untuk
kepentingan sendiri. Apabila indeks harga saham parsial tersebut baik digunakan
sebagai pedoman bagi investor, maka indeks tersebut akan laris diperdagankan,

Universitas Sumatera Utara

misalnya indeks Nikkei 225 adalah indeks dari 225 jenis saham di Jepang dan

indeks LQ 45 yaitu indeks harga saham gabungan parsial pada BEI.
2.1.1.3 Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Share Price Indeks)
Composite Share Price Indeks (CSPI) merupakan indeks gabungan dari
seluruh jenis salam yang tercatat di bursa efek, Indeks harga saham gabungan
(IHSG) diterbitkan oleh bursa efek. Cara menghitung IHSG sama seperti indeks
harga saham parsial, yang berbeda hanya jumlah emitennya. IHSG dihitung setiap
hari atau setiap detik selama jam perdagangan sesuai dengan kebutuhan. Menurut
(Samsul, 2006) Perubahan IHSG setiap hari disebabkan beberap faktor yaitu (1)
perubahan harga pasar terjadi setiap hari (2) adanya saham tambahan,
pertambahan jumlah saham yang beredar berasal dari emiten baru yang masuk dan
tercatat di BEI atau terjadi tindakan corporate action berupa split, right, waran,
deviden saham, saham bonus dan saham konversi.
Formulasi IHSG yaitu (Lubis, 2003) :

IHSG =

∑H
∑H

t


x 100

0

Dimana :
∑H1 : Total harga semua saham pada waktu berlaku
∑H0 : Total harga semua saham pada waktu dasar
Pada Tabel 2.2 berikut adalah contoh bagaimana cara menghitung IHSG per
bulanan, nilai IHSG diperoleh dari dari tiga perusahaan yaitu (1) PT T Sari, Tbk
(2) PT. Barito, Tbk (3) PT. Mahakam, Tbk. Pada Tabel 2.2 BEI menetapkan
angka dasar dengan asumsi sebesar 100.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2010
T Sari

Barito


Mahakam

Tota
l

Total

IHSG

Naik/Turun

Ht

Ho

(Ht/Ho) x
100

%


10

(Rp)

(Ribu
Lbr)

(Rp
)

(Rib
u
Lbr)

(Rp)

1

2


3

4

5

6

7

8

9

Jan

10

25

6

50

31,5

10

47,5

47,5

100

Feb

11

20

7,5

45,55

32,5

15

51

47,5

107

7

Mar

11,5

15,5

8

47,55 25,75

15,4

45,25

47,5

95

-5

Apr

9,5

22

5,5

35,6

15

12,3

30

47,5

63

-37

Mei

10

25

6

50

31,5

10

47,5

47,5

100

0

Jun

12

25

6

46,8

30

10,2

48

47,5

101

1

Jul

11

16,5

8,5

39,45

28,5

14,5

48

47,5

101

1

Agt

11,5

10

6,5

48,95

29,5

16,5

47,5

47,5

100

0

Sep

13

22,5

8

37,5

31

13,8

52

47,5

109

9

Okt

14

24

7

25,5

25,8

13,5

46,8

47,5

99

-1

Nov

14,5
5

15

6,7
5

14

18,9

13

40,2

47,5

85

-15

Des

9

18,5

6,7

50

15

12

30,7

47,5

65

-35

Waktu

(Ribu
Lbr)

Sumber : Data penelitian olahan
Tabel 2.2 menjelaskan apabila IHSG berada diatas 100, berarti kondisi pasar
sedang dalam keadaan ramai (bullish) disebabkan kondisi pasar didominasi oleh
pembeli, sehingga harga saham cendrung menaik, dengan demikian indeksnya
juga bergerak naik. Sebaliknya bila IHSG berada dibawah 100 berarti pasar dalam
keadaan lesu (bearish) disebabkan pasar didominasi oleh para penjual sehingga
harga saham mengalami penurunan demikian juga ideksnya juga bergerak
menurun. Bila IHSG berada dalam keadaan 100, berarti pasar dalam keaadaan
stabil.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2

Pergerakan Harga Saham

Penilaiaan kinerja saham perusahaan dari luar perusahaan dilakukan oleh
pasar melalui pola prilaku pergerakan saham dari waktu ke waktu. Harga saham
(market price) merupakan nilai pasar (market value) dari setiap lembar
perusahaan. Pergerakan harga saham ditentukan oleh dinamika penawaran
(supply) dan permintaan (demand)

Harga Saham
S0

E1
P1
E0

P2

D1
D0

Kuantitas Saham
0

Q0

Sumber : (Bodie, Kane dan Marcus, 2002)
Gambar 2.1. Kurva Permintaan dan Penawaran Saham
Pada Gambar 2.1 menunjukkan ilustrasi pergerakan IHSG dengan
menggunakan kurva permintaan dan penawaran saham, pada suatu periode
tertentu, penawaran suatu saham adalah tetap sehingga kurvanya vertikal seperti
ditunjukkan oleh kurva S0. Permintaan pasar (market demand) merupakan
permintaan agregat dari seluruh investor, sehingga kurvanya relatif horizontal
seperti ditunjukkan oleh kurva D0, keseimbangan harga terjadi saat kurva
penawaran dan permintaan agregat berpotongan yang terjadi pada titik E0, karena
kurva penawaran bersifat tetap maka pergerakan harga saham diakibatkan oleh

Universitas Sumatera Utara

pergerakan (pergeseran) kurva permintaan, ketika kurva permintaan naik dari D0
menjadi D1, maka keseimbangan baru terjadi pada harga yang lebih tinggi (harga
naik) yaitu P1, jadi prilaku harga suatu saham merupakan cermin permintaan
agregat dari para investor.
Oleh karena pergerakan harga saham disebabkan oleh pergerakan kurva
demand, maka faktor – faktor pergerseran demand seperti harga saham – saham
lainnya, pendapatan investor dan jumlah investor saham menjadi faktor – faktor
yang mempengaruhi perubahan harga saham.
Investor dalam membentuk portofolio aset – aset investasinya akan
mempertimbangkan risiko dan tingkat keuntungan. Apabila seorang investor
membentuk suatu portofolio maka investor akan mendapat keuntungan sebesar
rata – rata terbobot dari tingkat keuntungan aset, dengan resiko portofolio yang
lebih kecil dari resiko terbobot dari masing – masing risiko aset. Besarnya tingkat
keuntungan dari risiko portofolio tergantung dari jumlah aset yang terbentuk
portofolio tersebut. Resiko portofolio tergantung dari korelasi tingkat keuntungan
antar aset, sedangkan rata – rata tingkat keuntungan portofolio tidak tergantung
dari korelasi tingkat kentungan antar aset. Sifat portofolio ini menguntungkan
bagi investor karena investor dapat melakukan divesifikasi untuk mengurangi
risiko portofolionya (Bodie, Kane, Marcus 2002).
2.1.3 Teori Pergerakan Harga Saham
Teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan harga saham secara acak
adalah teori random walk dan teori yang menjelaskan pola perubahan harga saham
adalah teori Elliot wave.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1 Teori Random Walk
Istilah random walk merupakan Teori menyatakan bahwa perubahan harga
suatu saham atau keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk
memprediksi gerakan dimasa yang akan datang. Perubahan harga saham tidak
tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitas yang sama
(Miller, 1998).
Dengan kata lain teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak kearah
yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi, seorang investor tidak mungkin
memperoleh return melebihi retrun pasar tanpa menaggung risiko lebih.
2.1.3.2 Teori Elliot Wave
The Wave Principle merupakan penelitian dari Elliott bahwa perilaku sosial
atau massa mempunyai tren yang mengikuti pola – pola tertentu. Penelitiannya
menemukan bahwa perubahan harga saham di bursa mempunyai struktur tertentu.
Elliott mengemukan bahwa pergerakan harga saham mempunyai pola atau
gelombang yang bersifat repetitif. Hal yang perlu dicatat adalah walapun bersifat
repetitif tetapi pola tersebut tentu berulang dengan waktu dan ketinggian
gelombang yang sama.

Universitas Sumatera Utara

5
A
4

B

3

C

2
1

through

Sumber: (Bodie, Kane danMarcus, 2002)

Gambar 2.2. Pola Dasar Pergerakan Elliott Wave
Pola – pola tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.

Gelombang 1
Harga saham mula – mula bergerak naik membuat beberapa investor merasa
bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut
membuat harga saham naik.

2.

Gelombang 2
Pada saat ini harga saham tersebut sudah dinilai terlalu tinggi sehingga
investor mulai merealisasikan keuntungan dengan menjual saham tersebut.
Hal ini akan mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga turun.
Namun penurunan harga saham ini tidak sampai membuat through
gelombang 2, serendah through gelombang 1 karena investor menilai harga
saham tersebut menjadi murah lagi.

3.

Gelombang 3
Gelombang ini biasanya gelombang yang paling lama dan kuat sebab
didorong oleh lebih banyak investor yang bergabung atau meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

posisi yang mengambil keuntungan dari tren menanjak sehingga perdagangan
menjadi ramai, harga saham saat ini naik sampai melewati harga tertinggi
pada gelombang 1.
4.

Gelombang 4.
Investor mulai merealisasikan keuntungannya sebab harga saham

sudah

terlalu tinggi. Koreksi berpola segitiga – segitiga pada umumnya. Dikenal
dalam gelombang ini, dimana dalam pola koreksi ini volatilitas harga sama
cenderung menurun. Namun gelombang ini lemah sebab masih banyak
investor yang menginginkan saham tersebut.
5.

Gelombang 5
Pada gelombang ini sebahagian investor sudah memegang saham ini dan
sebahagian besar merupakan investor irasional. Akan tetapi tidak sekuat pada
gelombang 3 sebab investor akan berpartisipasi hanya sebahagian kecil saja
jika dibandingkan dengan gelombang 3, investor yang mengetahui hal ini
akan mulai mengadakan transaksi short – selling. Pada saat ini saham dapat
bergerak kembali kegelombang 1, atau mulai mengkoreksi diri.

6.

Gelombang ABC
Saat ini saham akan mengkoreksi dengan melakukan gerakan turun, naik dan
turun. Volatilitas pada periode ini biasanya berkurang dibandingkan dengan
kelima gelombang sebelumnya, karena pasar sedang mengevaluasi ulang dan
sedang dalam tahap istirahat. Berdasarkan teori random walk dan teori Elliot
Wave yang telah dijelaskan diatas maka diduga pergerakan IHSG sangat erat
kaitannya dengan kedua teori tersebut. Pergerakan IHSG memang tidak bisa

Universitas Sumatera Utara

diprediksi secara tepat namun secara umum pergerakan IHSG akan
berfluktuasi mengikuti pola Elliot seperti dijelaskan pada gambar 2.2
2.1.4 Teknik Analisis Saham
Dalam melakukan analisis saham ada dua pendekatan analisis yang dapat
dilakukan, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental (Bodie, Kane, Marcus,
2006).
2.1.4.1 Analisis Teknikal
Analisis teknikal (technical analysis) pada dasarnya merupakan pencarian
pola perulangan yang dapat diprediksi dalam harga saham, meskipun para
pengguna teknik ini mengakui nilai informasi yang terkait dengan prospek
ekonomi perusahaan dimasa depan, mereka percaya bahwa informasi seperti itu
belum tentu merupakan strategi perdagangan yang berhasil, kunci untuk analisis
teknikal yang berhasil adalah respon harga saham yang lambat terhadap faktor –
faktor fundamental permintaan Teori Dow (Dow Theory) dan penawaran.
Teori

Dow

menyebutkan

tiga

kekuatan

yang

secara

bersamaan

mempengaruhi harga saham, yaitu :
1.

Tren primer (primary trend), yaitu pergerakan saham dalam jangka waktu
yang panjang, berlalu beberapa bulan hingga beberapa tahun

2.

Tren sekunder atau perantara (Secondary Intermediete Trend), yaitu
pergerakan saham yang terjadi selama pergerakan dalam primary trend.
Bersifat penyimpangan dari pergerakan primer yang terjadi dalam beberapa
minggu atau bulan.

3.

Tren tersier atau minor (minor trend )atau (day to day move) merupakan
fluktuasi saham yang terjadi setiap hari.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 memperlihatkan tiga komponen pergerakan saham dengan
Teori Dow, adalah sebagai berikut :

Tren

Tren
Minor

Tren Primer

Sumber : (Bodie, Kane dan Marcus, 2006)
Gambar 2.3. Grafik The Dow Theory
Pada Gambar 2.3 memperlihatkan tiga komponen pergerakan harga saham
ini, pada gambar tersebut memperlihatkan tren primer meningkat, tetapi tren
perantara meyebabkan penurunan harga yang bertahan selama beberapa minggu
terakhir, dan tren minor tidak mempunyai dampak jangka panjang terhadap harga.
2.1.4.2 Analisis Fundamental
Analisis fundamental (fundamental analysis) menggunakan prospek laba dan
deviden perusahaan, harapan tingkat bunga dimasa depan, dan evaluasi risiko
perusahaan untuk menentukan harga saham yang tepat. Pada akhirnya, ini
menunjukkan sebuah cara untuk menentukan nilai sekarang yang mendiskontokan
seluruh pembayaran yang akan terima pemegang saham dari setiap saham yang
dimilikinya, jika nilai tersebut melebihi harga saham, analisis fundamental akan
merekomendasikan untuk membeli saham. Analisis fundamental biasanya

Universitas Sumatera Utara

memulai dengan sebuah studi tentang laba masa lalu dan menguji kepada neraca
perusahaan. Mereka melengkapi dengan analisis ekonomi yang lebih terperinci
(Bodie, Kane dan Marcus, 2006).
Analisis fundamental yang masih dipakai dalam hal mengestimasi untuk
menilai suatu saham memiliki return (pengembalian) atau beresiko dengan
menggunakan analisis Capital Assets Pricing Model (CAPM). Model penetapan
CAPM merupakan pusat ilmu ekonomi keuangan modern. Model ini memberikan
prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara resiko dan return yang
diharapkan. Hubungan ini mempunyai dua fungsi penting yaitu. Pertama,
menyediakan tolak ukur tingkat return yang diharapkan untuk mengevaluasi
alternatif investasi yang mungkin dipilih. Kedua, model ini akan membantu
membuat dugaan mengenai return yang diharapkan atas aset yang belum
diperdagangkan dipasar.
Resiko ada dua macam, yaitu resiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Resiko sistematis adalah resiko yang dialami oleh semua investasi tanpa
terkecuali, oleh karena itu risiko ini dinamakan juga risiko pasar (market risk).
Namun demikian besar kecilnya risiko sistematis tiap investasi, sedangkan risiko
tidak sistematis adalah resiko yang hanya dialami oleh investasi tersebut, yang
disebakan oleh faktor manajemen ciri khusus, jenis industri, jenis persaingan
usaha dan sebagainya.
Untuk mengatasi risiko ini maka biasanya investor mengkombinasikan
investasinya dalam berbagai macam asset, yang dinamakan portofolio. Markowitz
dalam (Bodie et al, 2006) mengembangkan suatu bentuk diversifikasi yang

Universitas Sumatera Utara

efesien, yang bisa menurunkan resiko tanpa menurunkan return saham yang akan
diportofolio.
Sharpe dalam (Bodie et al, 2006) menyempurnakan model portofolio
Markowitz ditambah dengan asumsi (1) adanya tingkat bebas risiko (2) investasi
bisa dipecah – pecah dalam bentuk yang sekecil mungkin (3) adanya kebebasan
shortsales (4) semua aktiva bisa diperjualbelikan. Dengan demikian maka
portofolio yang efesien suatu garis pasar modal (capital market line) yang
diinterseptnya adalah tingkat bebas resiko (rf). Untuk menggambarkan trade – off
antara risiko dan return untuk seluruh surat berharga, baik yang efesien maupun
tidak, maka ukuran yang dipakai bukanlah varian, tetapi adalah resiko
sistematisnya (β). Hubungan antara risiko sistematis dengan return tersebut
apabila digambarkan dalam suatu model akan membentuk CAPM.
Model tersebut bisa dituliskan :
E (Ri) = Rf + [E(Rm) – Rf] βi
Dimana :
E (Ri)

: Return yang diharapkan dari surat berharga

i

: Fungsi dari resiko sistematis (tingkat bunga)
E (Rm) – Rf dinamakan dengan harga resiko atau premi risiko, yaitu selisih

antara return pasar saham yang diharapkan (E (Rm) dengan tingkat bebas risiko
(Rf) yang diukur dengan SBI. Namun demikian dalam kenyataannya akan
senantiasa terdapat surat – surat berharga yang return diluar yang diharapkan
CAPM. Penyebabnya antara lain (1) adanya biaya transaksi (2) adanya pajak
capital gain yang membuat para investor enggan menjual surat – surat berharga
yang ternilai rendah oleh CAPM (undervalued) (3) adanya ketidaksempurnaan

Universitas Sumatera Utara

informasi pasar. Oleh karena itulah dalam kenyataannya CAPM lebih merupakan
sebuah band daripada sebuah garis. Demikian pula apabila unsur tingkat bebas
resiko (Rf) dihilangkan dari model, karena dalam kenyataan tingkat mungkin
investor bisa meminjamkan pada tingkat yang sama, maka akan membentuk Zero
Beta CAPM, dengan model sebagai berikut :
E (Ri) = E (Rz) + [E (Rm) – E (Rz)] βi
Dimana :
Rz : Aset yang tidak berkorelasi dengan portofolio pasar ini misalnya adalah
obligasi pemerintah yang berjangka panjang, yang mempunyai return rill tetap
(suku bunga Sertifikat Bank Indonesia), mudah diperjualbelikan dan bisa dipecah
dalam satuan yang kecil – kecil.
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portofolio menjadi investasi
yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan
mengurangi risiko sistematis (unsystematic risk). (unsystematic risk) adalah
bagian dari resiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat
dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang
berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.
Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam
menentukan jumlah investasi.
Investasi biasanya menghindari resiko, investor menginginkan perolehan
tambahan (additional return) untuk menanggung resiko tambahan (additional
risk). Oleh karena itu saham berisiko tinggi (high – risk securities) harus
mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih tinggi dari pada perolehan

Universitas Sumatera Utara

yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah. Persamaan risiko dan
perolehan (equation risk and return) adalah :
Rs = Rf + Rp
Dimana :
Rs : Expected return on a given risk security
Rf : Risk – free rate
Rp : Risk premium (nilai tukar)
Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja
seluruh pasar seperti yang diukur indeks pasar (market index) contohnya nilai
yang ukur oleh Dow – Jones industrial dan Standar and Poor’s 500 – stock –
index. Hubungan ini dapat digambarkan dalam contoh pada gambar. β adalah
ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam
pasar saham. Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi
dari pada pasar. Β < 1.00 artinya saham cenderung lebih rendah dari pada indeks
pasar secara umum (general market index). Perubahan persamaan risiko dan
perolehan (equation risk and return) dengan memasukkan faktor β dinyatakan
sebagai :
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Dimana :
Rs : Expected return on a given risk security
Rf : Risk – free rate
Rm : Expected return on the stock market as a whole
βs : Stock’s beta dihitung berdasarkan waktu tertentu

Universitas Sumatera Utara

CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh
unsystematic risk dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi
(higher βs) akan dihargai lebih rendah dari pada saham yang menawarkan risiko
lebih rendah (lower βs). Riset empiris mendukung argumen mengenai βs sebagai
prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham dimasa akan datang (future
stock price)
Prediksi nilai saham juga dipengaruhi oleh adanya inflasi, dampak inflasi
terhadap harga saham dapat dijelaskan dengan membedakan variabel rill dengan
variabel nominal (Manurung, 2009). Hubungan variabel nominal dengan variabel
riil dari peniliaian saham dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :
[…] R

: nilai riil variabel
: tingkat inflasi

2.1.5 Makroekonomi (Makroeconomic’s)
Secara fundamental harga suatu jenis saham dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan dan kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja
perusahaan tercermin dari laba operasional dan laba bersih persaham serta
beberapa rasio keuangan yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam

Universitas Sumatera Utara

mengelola perusahaan. Risiko perusahaan tercermin dari daya tahan perusahaan
dalam

menghadapi

siklus

ekonomi

serta

faktor

mikroekonomi

dan

makroekonomi. Dengan kata lain, kinerja perusahaan dan risiko yang dihadapi
dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi.
Menurut (Colander, 2001) makroekonomi adalah ilmu yang mempelajari
agregat kondisi dari suatu ekonomi, yang difokuskan pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan kondisi suatu masalah terhadap perkembangan ekonomi,
siklus bisnis, pengangguran dan inflasi. Empat permasalahan inilah yang menjadi
pusat perhatian dari makroekonomi.
Faktor makro merupakan faktor yang berada diluar perusahaan, tetapi
mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makro terdiri dari makro ekonomi
dan makro non ekonomi. Faktor makroekonomi yang secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain (Samsul,
2006):
1.

Tingkat bunga umum domestik

2.

Tingkat inflasi

3.

Peraturan perpajakan

4.

Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu

5.

Kurs valuta asing

6.

Tingkat bunga pinjaman luar negeri

7.

kondisi perekonomian internasional

8.

Siklus ekonomi

9.

Peredaran uang

Universitas Sumatera Utara

Beberapa banyak faktor makroekonomi diatas, namun yang lazim digunakan
untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel yang secara langsung
dikendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme transmisi melalui
pasar keuangan meliputi tingkat bunga, tingkat inflasi, dan kurs valuta asing (BI,
2004).
Menurut (Murni, 2006) Fungsi bank sentral dalam ekonomi makro yaitu agen
pemerintah yang bertanggung jawab dan independen dalam pembentukan
kebijakan moneter antara lain suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang.
Menurut (Manurung, 2009) menjelaskan tentang bank sentral yaitu; Lembaga
keuangan yang paling penting dalam sistem keuangan adalah bank sentral, yaitu
agen pemerintah yang bertanggung jawab dalam independen dalam pembentukan
kebijakan moneter, kebijakan moneter bank sentral mencakup manajemen tingkat
bunga dan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter bank sentral mempengaruhi
tingkat bunga, inflasi, nilai tukar mata uang, siklus bisnis, penggunaan tenaga
kerja, stabilitas lembaga keuangan dan pertumbuhan ekonomi.
Perubahan faktor makroekonomi diatas tidak akan dengan seketika
mempengarhui kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang,
sebaliknya, harga saham akan terpengaruh dengan seketika oleh perusahaan faktor
makro ekonomi itu karena para investor lebih cepat bereaksi. Ketika perubahan
faktor makroekonomi itu terjadi, investor akan mengkalkulasi dampaknya baik
yang positif maupun negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun ke
depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham yang
bersangkutan. Oleh karena itu, harga saham lebih cepat menyesuaikan diri dari
pada kinerja perusahaan variabel – variabel makro ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Faktor makro mempengaruhi kinerja perusahaan dan perubahan kinerja
perusahaan secara fundamental mempengaruhi harga saham dipasar. Investor
fundamentalis akan memberi nilai saham sesuai dengan kinerja perusahaan saat
ini dan prospek kinerja perusahaan dimasa akan datang. Jika kinerjanya
meningkat, maka harga saham akan meningkat dan jika kinerja menurun, maka
harga saham akan menurun. Jika salah satu variabel makro berubah, maka
investor akan bereaksi positif atau negatif tergantung pada apakah perubahan
variabel makro itu bersifat positif dan negatif dimata investor.
Dari penjelasan paragraf diatas banyak faktor makroekonomi yang
mempengaruhi IHSG, tetapi pada penelitian ini hanya mengambil beberapa
variabel makroeknomi yaitu SBI, inflasi dan nilai tukar dolar Amerika. Penjelasan
kerterkaitan SBI, inflasi dan nilai tukar dolar Amerika terhadap IHSG secara
teoritis dapat diterangkan sebagai berikut.
2.1.5.1 Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)
Menurut (BI, 2013) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia dan diumumkan kepada ฀actor. BI Rate diumumkan oleh Dewan
Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter
dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight
(PUAB O/N). Pergerakan disuku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh

Universitas Sumatera Utara

perkembangan disuku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula ฀actor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia
akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada dibawah
sasaran yang telah ditetapkan.
Tingkat suku bunga adalah salah satu instrumen kebijakan moneter yang
dikeluarkan oleh bank sentral. Tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh bank
sentral berbeda dengan tingkat bunga pasar utang seperti bunga pinjaman, bunga
obligasi kupon dan obligasi tanpa kupon.
Instrumen pasar utang dibagi menjadi empat jenis, yaitu pinjaman dengan
pembayaran tetap, obligasi kupon, dan obligasi tanpa kupon atau obligasi
diskonto. Keempat instrumen pasar utang ini dapat digunakan untuk mengukur
tingkat bunga, Tingkat bunga pasar utang berbeda dengan tingkat bunga bank
sentral karena tingkat bunga bank sentral merupakan salah satu instrumen
kebijakan moneter, tetapi tingkat bunga bank sentral terintegrasi dengan tingkat
bunga pasar utang (Manurung, 2009). Kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki
dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga
kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan
laba persaham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham
di pasar dan IHSG. Disisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong
investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam

Universitas Sumatera Utara

deposito. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga pinjaman atau suku bunga
deposito akan mengakibatkan turunya harga saham dan IHSG.
Sebaliknya, penurunan tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga deposito
akan menaikkan harga saham di pasar dan laba bersih persaham, sehingga
mendorong harga saham meningkat. Penurunan bunga deposito akan mendorong
investor mengalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal. Investor akan
memborong saham sehingga harga saham terdorong naik akibat meningkatkan
permintaan saham.
Dapat disimpulkan bahwa kenaikan tingkat suku bunga bank Indonseia (SBI)
akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sehingga SBI
berasosiasi negatif terhadap IHSG di pasar modal.
2.1.5.2 Inflasi (Inflation)
Menurut (BI, 2013) Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah
dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan

Universitas Sumatera Utara

harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan dibeberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/ jasa disetiap kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:
1.

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari
suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/ pedagang
besar pertama dengan pembeli/ pedagang besar berikutnya dalam jumlah
besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

2.

Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level
harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi didalam suatu
ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar
harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7

kelompok pengeluaran (berdasarkan the classification of individual consumption
by purpose - COICOP), yaitu :
1.

Kelompok Bahan Makanan

2.

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau

3.

Kelompok Perumahan

4.

Kelompok Sandang

5.

Kelompok Kesehatan

6.

Kelompok Pendidikan dan Olah Raga

7.

Kelompok Transportasi dan Komunikasi
Untuk mengukur inflasi perlu mengetahui indeks harga konsumen (Consumer

Price Index), IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang
dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK

Universitas Sumatera Utara

diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang
dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing – masing harga
barang dan jasa tersebut diberi bobot (weigthed) berdasarkan tingkat
keutamaanya, barang dan jasa yang paling dianggap paling penting diberi bobot
yang paling besar.
Berikut dijelaskan rumus untuk menghitung tingkat inflasi (Rahardja dan
Manurung, 2001) :
Inflasi =

( IHK − IHK −1 )
×100 %
IHK −1

Menurut (Colander, 2001) ada 2 cara kebijakan untuk menentukan inflasi
yang pertama adalah menentukan besarnya hasil produktivitas dan besarnya
perubahan upah yang didapat.
Ahli ekonomi memiliki teori yang berbeda mengenai inflasi, adanya teori
kuantitas uang dan institusional teori. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa;
inflasi selalu dipandang masalah moneter, apabila jumlah uang meningkat maka
harga-harga juga akan meningkat. Bila jumlah uang tetap maka harga-harga juga
akan tetap. Persamaan dari sebuah perubahan harga kuantitas uang berpusat pada
persamaan pertukaran, yaitu persamaan ini menyatakan bahwa jumlah perubahan
uang yang beredar sama dengan perubahan jumlah harga barang-barang dari harga
barang yang dijual.
Pernyataan ini dirumuskan dalam :
MV=PQ
Where :
M=Quantity of money
V=Velocity of money

Universitas Sumatera Utara

P= Price level
Q= Quantity of real goods sold.
Inflasi (inflation) merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun
kita tidak pernah menghendaki, inflasi ada dimana saja dan selalu merupakan
fenomena moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan moneter yang
berlebihan dan tidak stabil (Dornbusch dan Fischer, 2001). Inflasi dapat
didefenisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
sesuatu perekonomian dan terjadi penurunan nilai uang (Sukirno, 2004).
Akuntansi inflasi adalah suatu proses pengolahan data akuntansi untuk
menghasilkan informasi yang telah diperhitungkan dalam perubahan tingkat
harga, sehingga informasi yang dihasilkan menunjukkan suatu ukuran satuan mata
uang dengan tingkat harga yang berlaku.
Penggolongan inflasi berdasarkan tingkatannya :
1.

Inflasi ringan, yaitu dimana tingkat inflasi yang cendrung meningkat kurang
dari 10% pertahun.

2.

Inflasi sedang, yaitu dimana tingkat inflasi yang cendrung meningkat antara
10% sampai dengan 30% pertahun.

3.

Inflasi berat, yaitu dimana tingkat inflasi yang cendrung meningkat antara
30% sampai dengan 100% pertahun.

4.

Hiperinflasi, yaitu tingkat inflasi yang cendrung meningkat lebih dari 100%
pertahun.
Suatu negara yang menderita inflasi, berdampak pada perusahaan yang

memiliki cabang atau anak persuahaan yang beroperasi di negara lain, sehingga

Universitas Sumatera Utara

inflasi menyebabkan kenaikan harga-harga produksi, dan mengakibatkan hargaharga produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
IASB (Internatioanal Accounting Standard Board) menyimpulkan beberapa
poin suatu keadaan negara bila terjadi inflasi, diantaranya yaitu :
1.

IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dari kinerja operasi
dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan
yang mengalami hiperinflasi.

2.

IAS 29 :”Pelaporan keuangan dalam perekonomian inflasi mewajibkan
penyajian ulang informasi laporan keuangan utama”.

3.

Penyajian ulang dengan daya beli konstan pada tanggal neraca, dapat
dilakukan dengan model Historical cost atau Current cost.

4.

Keuntungan atau kerugian daya beli diposkan kedalam laba berjalan.

2.1.5.3 Kurs Valuta Asing (Foreign Exchange Rate)
Kurs valuta asing (foreign exchange rate) adalah instrumen kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank sentral. Menurut (Luckett, 1984)

setiap

kegiatan transaksi ekonomi yang melintasi wilayah internasional, hal tersebut
melibatkan dua uang mata asing. Hal yang jumlahnya sangat besar adalah
kegiatan impor, ekspor, investasi dinegara asing. Keseluruhan dari dunia yang
terlibat dengan kegiatan ekonomi ini mengkonversi dari satu mata uang ke mata
uang yang lain. Pasar yang merubah dari satu mata uang ke mata uang yang lain
tanpa memandang mata uang domestik disebut dengan pasar valuta asing.
Menurut (Colander, 2001) nilai tukar adalah tingkat dimana mata uang suatu
negara dapat diperdagangkan dengan mata uang negara lain.

Universitas Sumatera Utara

Perubahan satu variabel makroekonomi memiliki dampak yang berbeda
terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu saham yang terkena dampak positif
sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, kenaikan kurs
dolar Amerika yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhdap emiten
yang memiliki utang dalam dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual
secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorintasi ekspor akan menerima
dampak positif dari kenaikan dolar Amerika tersebut. Ini berarti harga saham
emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan harga saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara emiten yang terkena dampak positif akan
meningkat harga sahamnya. Sebahagian emiten yang tercatat di BEI akan terkena
dampak negatif dan sebagian lagi terkena dampak positif dari perubahan kurs
dolar Amerika yang tajam. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
juga akan terkena dampak negatif dan positif tergantung pada kelompok yang
dominan dampaknya. Oleh karena itu, investor harus ekstra hati – hati dalam
menggunakan IHSG sebagai acuan untuk menganalisis saham individu.
2.1.5.4. Kegiatan usaha luar negeri (foreingn operation)
Suatu perusahaan yang beroperasi dibeberapa negara tentunya akan
merasakan dampak dari pertukaran nilai mata uang yang biasanya terjadi
diakibatkan dari transaksi-transaksi yang berimbas bagi industri atau perusahaan
yang berorientasi ekspor dan industri atau perusahaan yang menggunakan bahan
baku impor secara signifikan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 1994) mengatakan bahwa (PSAK, 1994) :
“Kegiatan usaha luar negeri (foreing operation) adalah suatu anak perusahaan
(subsidiary), perusahaan asosiasi (associaton) , usaha patungan (joint venture)

Universitas Sumatera Utara

atau cabang pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan disuatu negara diluar negara
perusahaan pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian
integral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas asing”.
Suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan suatu bagian integral dari
perusahaan pelapor diharuskan membuat laporan keuangan dalam mata uang
dimana induk perusahaan bersebut berlokasi. Jika nilai mata uang negara dimana
induk perusahaan berfluktuasi secara signifikan dengan mana uang negara luar
dimana kegiatan usaha dilakukan, maka laporan keuangan yang disajikan secara
konvensional cendrung bersifat kurang informatif yang pada gilirannya dapat
mengurangi relevansi dan keandalannya. Hal ini terlihat sesuai dikemukakan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No.10 berikut ini :
a.

Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada
saat terjadinya transaksi.

b.

Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot
rate) . Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi
sering digunakan. Contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau
sebulan mungkin digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang
asing yang terjadi selama periode itu.

Pelaporan pada tanggal neraca berikutnya pada setiap tanggal neraca ;
a.

Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke
dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila
terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat
digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif.

Universitas Sumatera Utara

b.

Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan krus tanggal
neraca, tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal
transaksi.

c.

Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut
ditentukan.
Dari kebijakan akuntansi yang disusun Ikantan Akuntan Indonesia (IAI)

sebagaimana diatur dalam PSAK tersebut diatas, jelaslah bahwa pada saat nilai
rupiah berfluktuasi secara signifikan sebagaimana terjadi pada tahun 1998 di
Indonesia, laporan keuangan tidak dapat digunakan secara optimal dalam rangka
pengambilan keputusan.
Keadaan berfluktuasinya kurs rupiah, bahwa tidak serta merta kebijakan
akuntansi yang tersedia tidak menjadi serta-merta suatu jalan keluar untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Hal ini terlihat dari perangkat
kebijakan akuntansi yang tersedia untuk pengakuan selisih kurs (PSAK, No.13)
berikut ini:
Kecuali untuk hal :
a.

Selisish kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang subtansinya
membentuk bagian investasi netto perusahaan dalam suatu entitas asing harus
diklarifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keungan perusahaan hingga
saat perlepasan (disposal) investasi netto dan pada saat tersebut harus diakui
sebagai pendapatan atau beban.

b.

Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter berupa hutang
piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos

Universitas Sumatera Utara

moneter tersebut tidak terencana, dalam substansinya merupakan suatu
perluasan, atau pengurangan dari investasi netto perusahaan dalam entitas
asing tersebut. Pos moneter itu mungkin mencakup piutang jangka panjang
atau pinjaman tetapi tidak mencakup piutang dagang atau hutang dagang.
Maka, selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang
asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam
mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode
berjalan.
2.1.5.5.Pengaruh alternatif kurs translasi terhadap laporan keuangan
Dalam melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang
domestik, dapat digunakan 3 pendekatan sebagai berikut :
1.

Kurs kini (Current )

2.

Kurs historis (Historical)

3.

Kurs rata-rata (Avarage)
Harus dapat dibedakan antara keuntungan dan kerugian translasi (translation)

dan kerugian transaksi (transaction) dimana keduanya merupakan keuntungan
atau kerugian akibat nilai tukar mata uang.
Dari dua jenis penyesuaian transaksi, keuntungan dan kerugian atas transaksi
yang terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang digunakan untuk mencatat
transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang dipergunakan saat
penyelesaian. Jenis dua penyesuaian transaksi adalah keuntungan dan kerugian
dari transaksi yang belum timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu
transaksi diselesaikan. Namun demikian hingga hutang mata uang asing tersebut
benar-benar dilunasi, kerugian nilai tukar sebelum direalisasi ini memiliki sifat

Universitas Sumatera Utara

yang sama dengan kerugian translasi karena berasal dari proses penyajian ulang.
Perbedaan yang timbul pada tanggal yang berbeda menyebabkan berbagai jenis
penyesuaian nilai tukar.
Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan memberi atau
menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing,
atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Berdasarkan konsep mata uang fungsional yaitu, mata uang fungsional dari suatu
entitas adalah mata uang yang berlaku diwilayah operasional utama perusahaan
dan menghasilkan arus kas. Dengan demikian suatu transaksi mata uang asing
dapat berdominasi delam suatu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata
uang yang lain.
Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam FAS No.52, mengatur
standar perlakuan untuk akuntansi translasi mata uang asing, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.

Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan,
beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus
diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan
pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal
tersebut.

2.

Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo yang berdenominasi dalam suatu mata
uang harus selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan
pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar kini.

Universitas Sumatera Utara

Penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu, keuntungan atau kerugian
atas transaksi yang terjadi) perlu dibuat pada saat terjadi perubahan kurs nilai
tukar diantara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian. Apabila laporan
keuangan disusun sebelum penyelesaian transaksi, penyesuaian akuntansi (yaitu
keuntungan atau kerugian atas transaksi yang belum terselesaikan) akan sama
dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan.
Dalam transaksi mata uang asing terdapat dua perlakuan akuntansi untuk
keuntungan dan kerugian transaksi, perlakuan tersebut yaitu; Perspektif transaksi
tunggal, dimana penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah diselesaikan maupun
yang belum diselesaikan) diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun-akun
transaksi

yang

awal

berdasarkan

premis

bahwa

suatu

transaksi

dan

penyelesaiannya merupakan peristiwa tunggal. Perspektif dua transaksi; yaitu,
penagihan piutang dianggap suatu peristiwa terpisah dari penjualan yang
menyebabkan timbulnya piutang tersebut.
Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam (FAS No.52)
mengharuskan menekankan metode dua transksi untuk mencatat transaksi dalam
mata uang asing. Keuntungan atau kerugian dari transaksi yang sudah selesai dan
belum diselesaikan dimasukkan dalam penentuan laba. Pengecualian utama
terhadap ketentuan ini apabila :
1.

Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan transaksi antar perusahaan jangka
panjang tertentu.

Universitas Sumatera Utara

2.

Transaksi tersebut dimaksudkan dan berfungsi efektif sebagai lindung nilai
atas investasi (yaitu lindung nilai terhadapa posisi aktiva/ kewajiban bersih
operasi luar negeri) dan komitmen mata uang asing.

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Kajian yang berhubungan dengan Indeks Harga Saham sudah banyak diteliti
oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian (Adesetiawan, 2009) kajian penelitian
mengenai Hubungan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), hasil
penelitiannya adalah terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara
inflasi, dengan tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan tidak terdapat hubungan timbal balik yang
signifikan antara inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Penelitian (Amperaningrum, 2011) hasil kajian penelitiannya yaitu variabel
suku bunga SBI memilki pengaruh positif terhadap saham subsektor perbankan di
Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar
dan tingkat inflasi berpengaruh secara negatif terhadap saham subsektor
perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian (Kewal, 2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa varibel
Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Pertumbuhan Domestik Brutto (
PDB) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), sedangkan varibel nilai tukar rupiah terhadap dolar
berpengaruh negatif terhadap IHSG, yang artinya semakin tinggi nilai rupiah
(terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian (Mousa, 2012) hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak
keseluruhan harga saham mampu menghadapi inflasi, sebahagian inflasi memilki
pengaruh negatif terhadap terhadap harga saham, sehingga terkadang korelasi
antara inflasi dan harga saham bisa negatif maupun positif.
Penelitian (Khan, 2012) hasil penelitiannya membuktikan bahwa varibel suku
bunga dan inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat
pengembalian harga saham, sedangkan nilai tukar mata uang berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap tingkat pengembalian harga saham.
Penelitian (Amadasu, 2012) hasil penelitiannya membuktikan bahwa nilai
nilai tukar mata uang, suku bunga dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap
indeks harga saham.
Berikut ini adalah tinjauan atas penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan SBI, inflasi, kurs dolar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tabel 2.3. Review Penelitian Terdahulu
No

Nama

Adisetiawan
(2009)

1

Judul
Penelitian
Hubungan
Tingkat
Suku Bungan Suku
Bunga
Bank
Indonesia
(SBI),
Inflasi, Dan Indeks
Harga
Saham
Gabungan (IHSG)

Variabel

Hasil
Penelitian

Y= Indeks Harga
Saham
Gabungan
(IHSG).
X1= Suku Bunga SBI
X2= Inflasi

Terdapat
hubungan
timbal
balik
yang
signifikan
antara
inflasi, dengan tingat
suku bunga (SBI);
namun tidak terdapat
hubungan timabal balik
yang signifikan antara
suku
bunga
Suku
Bunga Bank Indonesia
(SBI) terhadap Indeks
Harga
Saham
Gabungan (IHSG); dan
juga tidak terdapat
hubungan timbal balik
yang signifikan antara
inflasi dengan Indeks
Harga
Saham

Universitas Sumatera Utara

Gabungan (IHSG).
Amperaningrum
(2011)

2

Kewal (2012)

Pengaruh
Tingkat
Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Mata
Uang dan Inflasi
Terhadap Perubahan
Saham
Subsektor
Perbankan di Bursa
Efek Indonesia.

Y=
Saham
Sub
Sektor Perbankan

Pengaruh
Inflasi,
Suku Bunga, Kurs
dan
Pertumbuhan
PDB terhadap Indeks
Harga
Saham
Gabungan

Y= Indeks Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)

X2Nilai Tukar Mata
Uang
X3= Inflasi

X1=Inflasi
X2= Suku Bunga
X3=
PDB

3

Mousa (2012)

4

X1= Suku Bunga SBI

The
Ralationship
Between
Inflation
and Stock Prices ( A
Case of JORDAN)

Pertumbuhan

Y= Stock Prices
X1= Inflation

Variabel suku bunga
SBI memiliki pengaruh
positif terhadap harga
sub sektor perbankan di
Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan
Variabel
nilai tukar Rupiah
terhadap US Dollar dan
tingkat inflasi memiliki
pengaruh
negatif
terhadap harga saham
subsektor perbankan di
Bursa efek Indonesia.
Inflasi, Suku bunga
SBI dan Pertumbuhan
PDB tidak memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
IHSG, Sedangkan kurs
rupiah
berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap IHSG, yang
artinya semakin tinggi
nilai
rupiah
(terapresiasi)
maka
akan
meningkatkan
harga saham.

Penelitian
(Mousa,
2012)
hasil
penelitiannya
menyatak