Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005 2009

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia

Periode 2005-2009

Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat dalam Mengajukan Skripsi serta Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh:

TRI SUSILO ANGGORO F 0207119

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan:

Untuk kedua orangtuaku, Ayah dan Ibuku yang Tercinta

Bapak Wiranto dan Ibu Dewi Susilowati

Untuk kakak-kakak dan adikku, Mas Eko, Mbak Arum, dan Titah

Budhe Tri yang telah membiayai kuliahku selama ini

Untuk teman-teman dan sahabatku tercinta


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN MOTTO

“When the dusk Is coming, then you can rest assured that you will see the sunrise tommorow”

“Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.”


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan bantuan berbagai pihak, karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Hunik Sri Runing S, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Reza Rahardian, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Sunarjanto M.M, selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah mengarahkan dan membimbing penulis hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini, dan juga telah memberikan pengarahan dalam perkuliahan selama di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Teman- teman dan sahabatku selama kuliah ini.

7. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 10 Juni 2011 Penulis


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

A lot of thanks to……

ü ALLAH SWT, dengan segala zat ciptaan-Nya

ü Buat _ _ _ _ _ _ , mengenalmu selama ini merupakan hal terindah dihidupku, my prayer is always with you.

ü Bobi N R (selaku teman seperjuangan) akhirnya kita bisa coy.

ü Geng TONG KOSONG (Samson, Ivan, Bobi, Ida, Tami) yang akhirnya lulus semua….kangen mendebatkan hal2 yang nggak mutu dengan kalian…..i’ll miss you guys….

ü Para sahabat “Belajar Bareng”, Dije, Mily, Yuda, Mami Zaga, Ardian, Bolii, dll yang merasa selalu ngikut belajar bareng bersama kita.

ü Akademi Futsal E-United (Fuad, Johan, Rendy, Titut, Ebbi, Andry, Fava, Eko, Rizky, Samson, Bobi, Dije, Rico, Intan), yang meskipun kalah tetap SOMBONG…mari kita rebut bintang ketiga kita…...

ü Para chawout-ers (Fariz, Peka, Kunto, Sunu, Ari, Desta, dll) semoga tetap menjunjung tinggi semboyan kita “ karna silaturahmi adalah segalanya”

ü Karyawan Perusahaan ADVEX, Tita, Windyan, Icha, Linda, Elok, Mufti, Arlina, Dhea, Fadhian, Lestyo, Aan Maniak, Aditya Yoga. Ayom.

ü Para penghuni “pos rondo”, Sakti, Ucup, Roni bulu, Purwo, Pepi, Agung,….tetep jaga pos yaa…..

ü Anak-anak manajemen 2007,Ayu, Fany, Nina, Bambang, “Ikbal Monyet”, Lailam, Yoga, Cita, Nova, Simbeh , Maya, Laily, Wieke, Tifani, Zifa, Sugi, Ega, Adnan, dll yang maaf nggak bisa disebutin satu per satu karena keterbatasan kertas….manajemen 2007 mak nyussssssssss


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK . ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Indeks Harga Saham Gabungan ... 9

2. Pengertian Inflasi ... 10


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4. Pengertian Suku Bunga ... 12

5. Pengertian SBI ... 13

B. Penelitian Terdahulu ... 13

1. Pengaruh Inflasi dengan IHSG ... 13

2. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) dengan IHSG ... 14

3. Pengaruh Suku Bunga dengan IHSG ... 16

C. Kerangka Pemikiran ... 16

D. Hipotesis ... 18

1. Pengaruh Inflasi dengan IHSG ... 18

2. Pengaruh Kurs dengan IHSG... 19

3. Pengaruh Suku Bunga dengan IHSG ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Instrumen Penelitian... 22

C. Data ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Metode Analisis Data ... 24

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data dan Pembahasan ... 31

B. Statistik Deskriptif ... 32

C. Uji Asumsi Klasik ... 33


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

a. Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) ... 38 b. Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R2) ... 39 c. Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) ... 40 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 44 B. Keterbatasan Penelitian ... 44 C. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian ... 17 Gambar IV.1 Grafik Scatterplot ... 37


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Hasil Output Descriptive Statistics ... 32

Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas ... 34

Tabel IV.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 35

Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 36

Tabel IV.5 Hasil Uji Regresi ... 37

Tabel IV.6 Hasil Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) ... 38

Tabel IV.7 Uji R2 Variabel-variabel Independen ... 39


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

PENGARUH INFLASI, KURS, SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PADA BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2005-2009 TRI SUSILO ANGGORO

F 0207119

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Walaupun penelitian dalam bidang ini sudah banyak dilakukan oleh penliti lain namun masalah dalam bidang ini masih tetap menarik untuk dibahas karena hasilnya yang tidak konsisten dari para peneliti. Banyak variabel lain yang masih belum di uji.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series dari inflasi, kurs, suku bunga SBI, dan IHSG yang berjumlah 60 selama periode 2005-2009. Data dikumpulkan melalui metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi berganda.

Penelitian ini menemukan bahwa kurs dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (α=5%).


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INFLATION, EXCHANGE RATE, INTEREST RATE ON STOCK PRICE INDEX ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

DURING THE 2005-2009 PERIOD

TRI SUSILO ANGGORO F 0207119

This research tries to examine the influence of inflation, exchange rate, and interest rate on stock price index. Even the study in this field has been done by many researchers but there search in this field still an attractive problem to examine because the results were inconsistent among researchers. There are a lot of other variables that have not been examined yet.

The data for this research are the time series data from inflation, exchange rate, and interest rate that consist of 60 data during 2005-2009 period. Data were collected by documentation methods. The analytical methods used in this research were multiple regression.

This research found that exchange rate and interest rate have significantly influences stock price index (α=5%).


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

PENGARUH INFLASI, KURS, SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PADA BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2005-2009 TRI SUSILO ANGGORO

F 0207119

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Walaupun penelitian dalam bidang ini sudah banyak dilakukan oleh penliti lain namun masalah dalam bidang ini masih tetap menarik untuk dibahas karena hasilnya yang tidak konsisten dari para peneliti. Banyak variabel lain yang masih belum di uji.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series dari

inflasi, kurs, suku bunga SBI, dan IHSG yang berjumlah 60 selama periode 2005-2009. Data dikumpulkan melalui metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi berganda.

Penelitian ini menemukan bahwa kurs dan suku bunga SBI berpengaruh

signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (α=5%).


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INFLATION, EXCHANGE RATE, INTEREST RATE ON STOCK PRICE INDEX ON INDONESIA STOCK EXCHANGE DURING

THE 2005-2009 PERIOD

TRI SUSILO ANGGORO F 0207119

This research tries to examine the influence of inflation, exchange rate, and interest rate on stock price index. Even the study in this field has been done by many researchers but there search in this field still an attractive problem to examine because the results were inconsistent among researchers. There are a lot of other variables that have not been examined yet.

The data for this research are the time series data from inflation, exchange rate, and interest rate that consist of 60 data during 2005-2009 period. Data were collected by documentation methods. The analytical methods used in this research were multiple regression.

This research found that exchange rate and interest rate have significantly influences stock price index (α=5%).


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendanaan merupakan salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan. Dikatakan penting karena fungsi inilah yang melakukan usaha untuk mendapatkan dana. Baik perusahaan besar maupun kecil membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan usahanya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh baik melalui pendanaan dari dalam perusahaan maupun pembiyaan dari luar perusahaan. Sumber pendanan eksternal diperoleh perusahaan dengan melakukan pinjaman kepada pihak lain atau menjual sahamnya kepada

masyarakat (go public) di pasar modal.

Pasar modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang menarik bagi para akademisi dan praktisi pasar untuk mempelajarinya. Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif. Namun krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai IHSG sebesar 50 persen dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang.

Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finasial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing.

Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia,

dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator

economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG.

Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yaitu: faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal ke Indonesia. Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, suku bunga, maupun nilai tukar Rupiah. Berbagai faktor fundamental tersebut dianggap dapat berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan Indeks.

Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk globablisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia. Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari bursa-bursa yang maju (developed) terhadap bursa yang sedang berkembang. Krisis yang menagkibatkan jatuhnya bursa Amerika Serikat


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

yang terjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia pada krisis tahun 1997, termasuk bursa Indonesia.

Krisis ekonomi yang bermula dari krisis moneter menimbulkan pengaruh

pada nilai tukar uang local (local currency) dengan valuta asing (foreign

currency), terutama pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan perdagangan internasional sangat tergantung kepada penggunaan mata uang asing

terutama mata uang yang tergolong hard currency.

Adanya keterkaitan tersebut sangat berpengaruh terhadap cashflow

perusahaan, hal ini disebabkan karena nilai tukar akan mempengaruhi secara signifikan biaya bahan baku dan nilai penjualan perusahaan yang dapat menimbulkan resiko yang sangat besar. Resiko tersebut timbul karena adanya

fluktuasi perubahan nilai tukar antara uang local (local currency) dengan valuta

asing (foreign currency) yang disebut dengan kurs.

Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat. Pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Apabila tingkat inflasi semakin naik, maka tingkat harga IHSG akan semakin turun. Hal ini dikarenakan dengan tingginya tingkat inflasi, maka keuntungan perusahaan akan berkurang. Sehingga para investor tidak mau berinvestasi, hal ini menyebabkan harga IHSG akan menurun.

Djayani Nurdin (1999) melakukan penelitian dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Flannery dan Protopapadakis (2002) melakukan penelitian mengenai inflasi dan tingkat pengembalian saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

inflasi mempunyai hubungan negatif dengan tingkat pengembalian saham. Hasil yang relatif sama juga dihasilkan dari penelitian Wongbangpo dan Sharma (2002), dimana inflasi mempunyai pengaruh negatif negatif terhadap tingkat pengembalian harga saham.

Pada tahun 2002 sampai dengan 2004 nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI dan inflasi terus mengalami fluktuasi yang sangat signifikan. Nilai rata-rata kurs rupiah terhadap dollar dalam kurun waktu tersebut berfluktuasi di sekitar Rp.10.393 sampai dengan Rp.8.229 (www.bi.go.id).

Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar berdampak negatif terhadap pasar modal, karena para investor lebih memilih berinvestasi di pasar uang. Studi mengenai hubungan antara nilai tukar dan reaksi pasar saham telah banyak dilakukan. Penelitian yang berhubungan dengan masalah nilai tukar dan return

saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Chow, et al (1997) juga

menemukan bahwa nilai tukar riil dollar AS berkolerasi signifikan positif dengan return saham dan nilai tukar riil dapat menjelaskan return saham perusahaan pada periode Maret 1977 sampai dengan Desember 1989. Sedangkan Oghuzan Aydemir dan Erdal Demirhan (2009) menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif pada harga saham di Turki.

Perkembangan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat inflasi, dan tingkat bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Tingkat suku bunga SBI rata-rata yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berkisar di antara 7,32% sampai dengan 17,22% dan tingkat inflasi berkisar sebesar 4,60% sampai dengan 14,42% dalam kurun waktu Januari


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2002 sampai dengan 2004. Namun demikian pada tahun 2006 suku bunga SBI mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu berkisar 9%. Dampak dari berbagai hal tersebut mengakibatkan kegiatan investasi dan bisnis serta industry yang ada di Indonesia pada umumnya mengalami kerugian.

Investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan untuk perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Hal ini dikarenakan meningkatnya suku bunga mengakibatkan para pemilk modal lebih memilih menyimpan uangnya di bank daripada memilih berinvestasi di pasar saham, sehingga menyebabkan harga saham menurun.

Ana Octavia (2007) juga berpendapat bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat suku bunga terhadap harga saham.

Mukherjee dan Naka (1995) menguji tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham di Jepang, dan hasilnya tingkat suku bunga beerpengaruh negatif terhadap harga saham.

Dalam situasi perekonomian yang sedang krisis, resiko sistematis menjadi lebih besar dibanding situasi perekonomian dalam keadaan yang baik. Sehingga total resiko yang terkandung dalam sebuah investasi dalam saham pada masa krisis akan lebih besar dibandingkan resiko total pada masa perekonomian dalam keadaan yang baik. Karena resiko yang meningkat, maka harga saham akan cenderung turun. Penurunan harga saham yang tajam secara keseluruhan akan mengakibatkan perubahan indeks harga saham di bursa efek.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Berbagai informasi yang masuk di pasar modal maupun kejadian yang tidak berhubungan dengan pasar modal dapat mempengaruhi volatilitas atau naik turunnya harga saham. Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Pengaruh peristiwa-peristiwa dunia yang terjadi dan peregerakan indeks saham luar negeri menjadi faktor eksternal yang dominan. Sedangkan faktor internal lebih dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa dalam negeri yang terjadi. Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dalam menentukan pilihan investasi, faktor-faktor ekonomi makro secara empiris telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap perkembangan investasi di beberapa negara. Tandelilin (2001), menyebutkan salah satu faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara adalah tingkat suku bunga. Pada saat perekonomian baik, tingkat suku bunga rendah, sebliknya pada saat perekonomian buruk, tingkat suku bunga tinggi. Perubahan suku bunga bisa

mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Return saham tercermin dalam

harga saham. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara negatif, ceteris paribus (Nasseh dan Strauss 2000).

Fokus dari penelitian ini adalah pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Pengambilan ketiga faktor tersebut bukan disebabkan oleh ketiga faktor itu saja yang dicurigai memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham di Indonesia, akan tetapi lebih pada kecurigaan bahwa ketiga faktor tersebut sangat dominan pengaruhnya terhadap perubahan harga saham.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang timbul adalah sebagai berikut:

1.Apakah pengaruh inflasi terhadap perubahan Indeks harga saham

gabungan (IHSG)?

2. Apakah pengaruh kurs terhadap perubahan Indeks harga saham gabungan

(IHSG)?

3. Apakah pengaruh suku bunga SBI terhadap perubahan Indeks harga saham

gabungan (IHSG)?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui apakah inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap

IHSG.

2. Untuk mengetahui apakah kurs berpengaruh secara signifikan terhadap

IHSG.

3. Untuk mengetahui apakah suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti:

Sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah, dan memperdalam pengetahuan terutama di bidang pasar modal.

2. Bagi Akademisi:

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Investor:

Investor dan calon investor memperoleh informasi yang benar tentang pengaruh dan hubungan inflasi, kurs dan suku bunga SBI khususnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, karena informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan di pasar modal sebagai akibat dari adanya mekanisme ekonomi dan ekspektasi pasar. Investor dapat menggunakan informasi tambahan ini dalam melakukan kegiatan di Bursa Efek Indonesia.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A.KAJIAN PUSTAKA

1. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks haraga saham sebenarnya merupakan angka indeks hatga saham yang telah disusun dan dihitunga sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend. Kenaikan indeks harga saham menunjukan pasar dalam keadaan bergairah. Tidak berubahnya indeks harga saham menunjukkan situasi dalam keadaan stabil, sedangkan indeks harga saham mengalami penurunan, menunjukkan kondisi pasar sedang menunjukkan kelesuan.

Untuk mengetahui situasi pasar secara umum, kita harus mengetahui apa yang disebut sebagai indeks harga saham gabungan. Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek ndonesia (BEI). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indicator pergerakan harga saham di BEI, Indeks ini mencakup pergerakan hara seluruh saham biasa dan saham preferen yang tecatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.

Pada prinsipnya perhitungan IHSG tidak berbeda dengan perhitungan indeks harga saham individu. Hanya saja, dalam perhitungan IHSG kita harus


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menjumlahkan seluruh harga saham yang ada (listing). Oleh karena itu, rumus untuk menghitung IHSG adalah :

IHSG = x 100%

dimana:

IHSG : Indeks harga Saham Gabungan

: Total harga semua saham pada waktu yang berlaku : Total semua harga saham pada waktu dasar

Bila IHSG berada di atas 100 berarti kondisi pasar sedang dalam keadaan ramai, sebaliknya bila IHSG berada di bawah angka 100, pasar sedang dalam keadaan lesu. Bila IHSG tepat menunjukkan angka 100, maka pasar dalam keadaan stabil (Widoatmodjo, 1996).

Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.

2. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat. Pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Perhitungan inflasi negara dihitung berdasarkan inflasi di 45 kota yang terdiri dari 30 provinsi dan meliputi 293-397 harga barang dan jasa.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Penelitian mengenai inflasi dengan tingkat pengembalian saham (stock returns) telah banyak dilakukan, khususnya pada negara berkembang. Hasil beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat inflasi berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian saham.

Djayani Nurdin (1999) melakukan penelitian dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Flannery dan Protopapadakis (2002) melakukan penelitian mengenai inflasi dan tingkat pengembalian saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan tingkat pengembalian saham. Hasil yang relatif sama juga dihasilkan dari penelitian Wongbangpo dan Sharma (2002), dimana inflasi mempunyai pengaruh negatif negatif terhadap tingkat pengembalian harga saham.

Gudono (1999) dalam penelitiannya berpendapat bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

3. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Kurs adalah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat direpresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing.

Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasi akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut.

Ajayi dan Mougoue (1996) menguji hubungan dinamis antara nilai tukar uang dengan indeks saham di delapan negara maju. Secara umum hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan jumlah harga saham domestik mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai mata uang domestic dalam jangka pendek dan berpengaruh positif dalam jangka panjang. Sedangkan depresiasi mata uangberpengaruh negatif terhadap pasar modal baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Chow, et al (1997) juga menemukan bahwa nilai tukar riil dollar AS

berkolerasi signifikan positif dengan return saham dan nilai tukar riil dapat menjelaskan return saham perusahaan pada periode Maret 1977 sampai dengan Desember 1989.

4. Pengertian Suku Bunga

Tingkat suku bunga dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian aset yang mempunyai risiko mendekati nol. Investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan (benchmark) untuk perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan tingkat bunga yang lebih tinggi maka investor akan menjual sahamnya dan mengganti pada instrimun berpendapatan tetap yang memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Mukherjee dan Naka (1995) menguji tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham di Jepang, dan hasilnya tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham.

5. Pengertian SBI

Salah satu instrumen pasar uang yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengendalikan likuiditas perrekonomian adalah Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. SBI adalah instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada masing-masing nasabahnya. Dalam kondisi normal fungsi utama SBI adalah menjaga uang yang beredar berada dalam jumlah yang optimal. Namun sejak krisis moneter melanda Indonesia tahun 1997, SBI juga digunakan oleh Bank Sentral untuk mencegah meningkatnya permintaan dana oleh masyarakat dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk keperluan transaksi dan berjaga-jaga. Pada kondisi tersebut, meningkatnya permintaan uang oleh masyarakat dan kalangan pengusaha nasional tidak sepenuhnya digunakan untuk keperluan dimaksud, namun digunakan untuk berspekulasi membeli Dollar guna memperoleh keuntungan yang spekulatif.

B.Penelitian Terdahulu

1. Pengaruh Inflasi dengan IHSG

Djayani Nurdin (1999) melakukan penelitian dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Flannery dan Protopapadakis (2002) melakukan penelitian mengenai inflasi dan tingkat pengembalian saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan tingkat pengembalian saham. Hasil yang relatif sama juga dihasilkan dari penelitian Wongbangpo dan Sharma (2002), dimana inflasi mempunyai pengaruh negatif negatif terhadap tingkat pengembalian harga saham. Ming-Hua Liu dan Keshab M. Shresta (2008) berpendapat bahwa terdapat pengaruh negatif antara inflasi dengan harga saham di China.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Gudono (1999) berpendapat lain, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) dengan IHSG

Studi mengenai hubungan antara nilai tukar dan reaksi pasar saham telah banyak dilakukan. Penelitian yang berhubungan dengan masalah nilai tukar dan return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Jorion (1990) menguji return saham secara bulanan, terhadap 287 perusahaan multinasional di Amerika Serikat dari tahun 1971 sampai 1987, yang menemukan bahwa antara return saham dan nilai dollar berhubungan secara positif terhadap presentase kegiatan asing.

Rool (1992) menemukan bahwa nilai tukar riil menjelaskan porsi

yang signifikan atas common-currency yang menyatukan return indeks nasional


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

produktivitas tenaga kerja, yang mengubah harga relative riil antara barang domestic dan asing.

Ajayi dan Mougoue (1996) menguji hubungan dinamis antara nilai tukar uang dengan indeks saham di delapan negara maju. Secara umum hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan jumlah harga saham domestik mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai mata uang domestik dalam jangka pendek dan berpengaruh positif dalam jangka panjang. Sedangkan depresiasi mata uangberpengaruh negatif terhadap pasar modal baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Chow, et al (1997) juga menemukan bahwa nilai tukar riil dollar AS

berkolerasi signifikan positif dengan return saham dan nilai tukar riil dapat menjelaskan return saham perusahaan pada periode Maret 1977 sampai dengan Desember 1989.

Utami dan Rahayu (2003) serta Suciwati dan Machfoedz (2002) hasilnya menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap US dollar berpengaruh

positif terhadap saham. Yutaka Kurihara (2006) mengemukakan bahwa exchange

rate mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham di Jepang. Oghuzan Aydemir dan Erdal Demirhan (2009) menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif pada harga saham di Turki.

Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih et al (2001) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap saham. Disisi lain, Nurdin (1999), mengemukakan hasil


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

penelitian bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dalam kondisi normal dimana fluktuasi kurs tidak terlalu tinngi, hubungan kurs dengan pasar modal adalah berkolerasi positif. Tapi jika terjadi depresiasi atau apresiasi kurs, maka hubungan kurs dengan pasar modal akan berkolerasi negatif.

3. Pengaruh Suku Bunga dengan IHSG

Ana Octavia (2007) juga berpendapat bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat suku bunga terhadap harga saham. Mukherjee dan Naka (1995) menguji tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham di Jepang, dan hasilnya tingkat suku bunga beerpengaruh negatif terhadap harga saham.

Gudono (1999) melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham, dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Disisi lain, Haruman dkk (2005) dalam penelitinnya mengemukakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap harga saham.

C.Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen atau terikat dihubungkan dengan variabel independen yaitu faktor-faktor makroekonomi, dalam hal ini adalah Inflasi, kurs dan suku bunga SBI .


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Varibel Independen Varibel Dependen

X Y

Flannery dan Protopapadakis (2002) dan Wongbangpo dan Sharma (2002) melakukan penelitian mengenai inflasi dan tingkat harga saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan tingkat harga saham.

Yutaka Kurihara (2006) mengemukakan bahwa exchange rate mempunyai

pengaruh negatif terhadap harga saham di Jepang. Sedangkan Oghuzan Aydemir dan Erdal Demirhan (2009) menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif pada harga saham di Turki.

Mukherjee dan Naka (1995) menguji tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham di Jepang, dan hasilnya tingkat suku bunga beerpengaruh negatif terhadap harga saham.

Hubungan antara variabel dependen dan independen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Inflasi

Kurs

Suku Bunga SBI

Indeks Harga Saham Gabungan


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

D.Hipotesis

Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini sebagian besar bersumber pada beberapa penelitian terdahulu, sehingga diharapkan hipotesis tersebut cukup valid untuk diuji. Untuk lebih membatasi hasil penelitian, maka obyek penelitian dimasukkan dalam hipotesis penelitian. Pencantuman obyek penelitian tersebut dimungkinkan dapat lebih menjelaskan bahwa kasus yang diteliti adalah Indeks Hrga Saham Gabungan (IHSG) di BEI dan mungkin akan berbeda jika diterapkan dalam obyek penelitian yang lain. Setelah melihat uraian dalam landasan teori diatas, maka proposisi/hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Inflasi terhadap IHSG

Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat. Pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Apabila tingkat inflasi semakin naik, maka tingkat harga IHSG akan semakin turun. Hal ini dikarenakan dengan tingginya tingkat inflasi, maka keuntungan perusahaan akan berkurang. Sehingga para investor tidak mau berinvestasi, hal ini menyebabkan harga IHSG akan menurun.

Penelitian mengenai inflasi dengan tingkat harga saham telah banyak dilakukan, khususnya pada negara berkembang. Hasil beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat inflasi berhubungan negatif dengan tingkat harga saham.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Flannery dan Protopapadakis (2002) melakukan penelitian mengenai inflasi dan tingkat harga saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan tingkat harga saham. Hasil yang relatif sama juga dihasilkan dari penelitian Wongbangpo dan Sharma (2002), dimana inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat harga saham.

H1 : Inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG

2. Pengaruh Kurs terhadap IHSG

Kurs adalah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat direpresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar berdampak negatif terhadap pasar modal, karena para investor lebih memilih berinvestasi di pasar uang.

Yutaka Kurihara (2006) mengemukakan bahwa exchange rate mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham di Jepang.

Oghuzan Aydemir dan Erdal Demirhan (2009) menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif pada harga saham di Turki.

Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih et al (2001) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap saham.


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap IHSG

Tingkat suku bunga dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian aset yang mempunyai risiko mendekati nol. Investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan untuk perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Hal ini dikarenakan meningkatnya suku bunga mengakibatkan para pemilk modal lebih memilih menyimpan uangnya di bank daripada memilih berinvestasi di pasar saham, sehingga menyebabkan harga saham menurun.

Mukherjee dan Naka (1995) menguji tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham di Jepang, dan hasilnya tingkat suku bunga beerpengaruh negatif terhadap harga saham.

Gudono (1999) melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham, dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) meneliti tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG, dan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004). Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), secara umum yang perlu ditentukan di dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari penelitiannya meliputi : tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan (setting) studi, unit analisis, horison waktu, dan pengukuran construct.

1. Tujuan Studi

Tujuan studi penelitian ini adalah hypothesis testing (pengujian hipotesis), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara inflasi, kurs dan suku bunga SBI dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Tipe Hubungan Variabel

Tipe hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan sebab-akibat (kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dipengaruhi oleh variable independen inflasi, kurs, dan suku bunga SBI.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3. Lingkungan (setting) Penelitian

Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan). Lingkungan (setting) penelitian ini adalah lingkungan yang natural, yaitu dengan mengambil subyek penelitian faktor-faktor makroekonomi pada beberapa perusahaan yang terdapat di BEI.

4. Unit Analisis

Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan, dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah faktor-faktor makroekonomi, yaitu data yang dianalisis berasal dari data yang terdapat di BEI.

5. Horison Waktu

Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan studi satu tahap (one shot study), yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu dalam penelitian ini yaitu tahun 2005-2009.

B.Instrumen Penelitian

Variable dalam penelitian ini meliputi variable kebijakan deviden, variable kurs, variable suku bunga SBI dan variable IHSG.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1. Variabel Dependen

IHSG adalah merupakan idikator dari perubahan harga saham bulanan.

2. Variabel Independen

a. Inflasi adalah perubahan harga secara agregat.

b. Kurs adalah nilai tukar Rupiah terhadap dollar amerika.

c. Suku bunga SBI adalah suku bunga bulanan.

C.Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data atau informasi yang dikumpulkan orang atau pihak lain yang digunakan peneliti untuk penelitiannya (Sekaran, 2000 ; 255). Data tersebut diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Indonesia di BEI untuk IHSG bulanan pada periode tahun 2005-2009, begitu pula periode yang sama untuk data suku bunga SBI dan kurs yang berasal dari Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data inflasi, kurs, suku bunga SBI, dan IHSG yang merupakan data bulanan selama periode 2005-2009.

D.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menngunakan cara observasi, yaitu mengamati langsung objek yang diteliti. Data yang diperoleh dari observasi berupa data-data sekunder yang mendukung penelitian ini.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

E. Metode Analisis Data

1. Regresi Ordinary Least Square (OLS)

Dipilih karena arah kausalitas sifatnya hanya satu arah yaitu dari tiga variable yang terpilih terhadap IHSG. Sedangkan arah kebalikannya diasumsikan tidak terjadi. Maka hubungan kausalitasnya secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

IHSG = + INF + KURS + iSBI + e

Dimana :

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan

INF : Inflasi

KURS : Nilai tukar mata uang

iSBI : Suku Bunga SBI

e : Mempresentasikan vaiabel-variabel lain yang

mempengaruhi IHSG tetapi tidak secara eksplisit

terpilih dalam model

: Parameter dari model yang besarnya akan

diestimasi

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Normalitas data merupakan suatu asumsi terpenting dalam statistika parametric, sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dialkukan agar asumsi dalam statistika parametric dapat terpenuhi.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan melihat output chart yang dihasilkan yaitu berupa Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Persyaratn normalitas bias dipenuhi jika nilai-nilai sebaran data terletak di sekitar garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal).

Cara lain yang digunakan adalah Kolmogrof-Smirnov (Sujianto, 2007). Dari table One-Sample Kolmogrof-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan

0,05 ( ) untuk pengambilan nkeputusan dengan pedoman :

a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak normal

b. Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal.

b. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam

model regresi ada kolerasi antar pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode (sebelumnya), yang sebagian kasus ditemukan

pada regresi yang datanya adalah time series. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan Uji Durbin-Watson.

Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui residual atau error

mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah.

Heteroskedstisitas sangat berdampak terhadap hasil uji hipotesis baik uji t


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pada keakuratan kesimpulan. Salah satu teknik mendeteksi

Heteroskedstisitas adalah melalui pola gambar Scatterplot model tersebut. Jika penyebatan titik-titik data tidak berpola, maka dapat dikatakan model lolos dari Heteroskedstisitas (Nachrowi, 2006).

c. Uji Multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas ditujukan untuk melihat ada tidaknya kolerasi antara variable independen dengan variable independen lainnya.

Bila dalam satu persamaan regresi berganda muncul gejala

multikolinieritas dapat menyebabkan nilai yang diprediksi akan menjadi

bias. Namun demikian jika nilai besar (mendekati angka 1) biasanya

gejala multikolinieritas diabaikan, karena nilai biasanya dianggap tidak

begitu besar. Sedangkan untuk nilai yang kecil, gejala multikolinieritas

sangat dipermasalahkan karena niali yang diprediksi semakin besar biasnya.

Cara lain untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah melalui nilai Variabel Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variable. Dikutip dari buku Aplikasi Statistika dengan SPSS (Sujianto, 2007), Nugroho menyatakan jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinieritas. Sebaliknya jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terdapat gejala multikolinieritas. VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolinieritas mengingatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variable penjelasan. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

multikolinieritas telah menaikan sedikit varian pada koefisien estimasi,

akibatnya menurunkan nilai t. untuk itu gejala multikolinieritas harus

dihilangkan.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui residual atau error

mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah.

Heteroskedstisitas sangat berdampak terhadap hasil uji hipotesis baik uji t

maupun uji F yang tidak akurat dan akhirnya akan membawa dampak pula

pada keakuratan kesimpulan. Salah satu teknik mendeteksi

Heteroskedstisitas adalah melalui pola gambar Scatterplot model tersebut. Jika penyebatan titik-titik data tidak berpola, maka dapat dikatakan model lolos dari Heteroskedstisitas (Nachrowi, 2006).

3. Uji Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen baik secara simultan maupun secara parsial mempengaruhi variabel dependen yang mana dilakukan dengan uji statistik t (t-test) dan

uji statistik (F-test) dengan tingkat signifikansi (α) 5% atau α =0.05.

4. Uji F

Uji statistik F bertujuan untuk menguji semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

0 ...

: 1 2

0 b =b = =bk =

H

Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha )

tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: 0

...

: 1 ¹ 2 ¹ ¹ k ¹

a b b b

H

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis ini, digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali, 2005 : 84):

a. Apabila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak

pada derajat kepercayaan 5%, sehingga Ha yang

menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen dapat diterima.

b. Membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.

Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka

0

H ditolak dan Ha diterima..

5. Uji Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen yang menunjukkan seberapa besar sumbangan variabel


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

independen terhadap perubahan variabel dependen. Dalam model regresi

linier berganda digunakan R-Square karena disesuaikan dengan banyaknya

variabel independen yang digunakan dan sebagai indikator untuk mengetahui pengaruhnya di antara variabel independen terhadap variabel

dependen. Nilai R-Square dikatakan baik bila nilainya di atas 0,5 karena

nilai dari R-Square berkisar antara 0 sampai 1 (Nugroho, 2005:51). Bila

nilai R-Square mendekati 1 maka sebagian besar variabel independen

menjelaskan variabel dependen sedangkan jika koefisien determinasi adalah 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

6. Uji Koefisien Regresi Partial (t-test)

Pengujian parsial melalui t-Test dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hasil pengujian ini dilihat pada tabel Coeffisienta dengan melihat nilai p-value dari masing-masing variabel independen. Pengujian hipotesis uji t-Test dilakukan dengan menggunakan langkah sebagai berikut:


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

a. Menentukan hipotesis

Ho : α2 = 0, berarti variabel independen secara secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap variabel dependen.

Ho : α2 ≠ 0, berarti variabel independen secara secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap terhadap variabel dependen. b. Menentukan tingkat signifikasi (α = 5%) dan derajat

kebebasan (df = n-k-1).

c. Menghitung nilai t

sa a = t

Keterangan:

α1 = koefisien regresi

σα1 = standard error koefisien regresi

d. Membandingkan hasil pengujian dengan kriteria berikut:

Ho diterima bila –t tabel≤ t- hitung ≤ t-tabel, berarti variabel

independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap variabel dependen.

Ho ditolak bila –t tabel< t- hitung > t-tabel, berarti variabel

independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap variabel dependen.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB IV ANALISIS DATA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga SBI (sertifikat bank Indonesia) terhadap index harga saham gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian yang diamati adalah dari tahun 2005 sampai 2009.

Dalam bab ini disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab III dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang telah ditentukan. Hipotesis yang akan diuji adalah tentang pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga SBI terhadap index harga saham gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh dari situs Bank Indonesia dan Yahoo

Finance. Data inflasi, suku bunga SBI dan kurs diperoleh dari situs Bank Indonesia, sedangkan IHSG diperoleh dari yahoo finance.

A.ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data yang digunakan merupakan data time series, dimana periode penelitian adalah antara tahun 2005-2009. Data tersebut merupakan data bulanan

yang diperoleh dari situs Bank Indonesia dan Yahoo Finance. Setiap tahunnya

diperoleh data sebanyak 12 sehingga selama periode 2005-2009 akan diperoleh data sebanyak 60. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2007, sedangkan uji normalitas data, uji-t, uji-F, dan analisis


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

regresi yang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan program

SPSS 11.5 for Windows.

B.STATISTIK DESKRIPTIF

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik masing-masing variabel penelitian yang berupa nilai rata-rata data, nilai maksimum dan minimum, serta standar deviasi.

Tabel IV.1

Hasil Output Descriptive Statistics Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IHSG 60 1022,9700 2745,8300 1762,395833 593,4433545

INFLASI 60 2,41 18,38 9,0683 4,34717

KURS 60 8819,0000 12212,0000 9681,866667 762,6751417

SBI 60 6,46 12,75 9,2223 1,91299

Valid N (listwise) 60

Sumber: Output SPSS 11.5

Hasil output statistik deskriptif pada tabel IV.1 menunjukkan

bahwa IHSG memiliki nilai minimum sebesar 1022,9700, nilai maksimum sebesar 2745,8300, nilai rata-rata sebesar 1762,395833, dan standar deviasi dengan nilai sebesar 593,4433545. Inflasi memiliki nilai minimum sebesar 2,41 nilai maksimum sebesar 18,38, nilai rata-rata sebesar 9,0683, dan standar deviasi dengan nilai sebesar 4,34717. Kurs memiliki nilai minimum sebesar 8819,0000, nilai maksimum sebesar 12212,0000, nilai rata-rata sebesar 9681,866667, dan standar deviasi dengan nilai sebesar 762,6751417. Suku bunga SBI memiliki nilai minimum sebesar 6,46, nilai


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

maksimum sebesar 12,75, nilai rata-rata sebesar 9,2223, dan standar deviasi dengan nilai sebesar 1,91299.

C.UJI ASUMSI KLASIK a. Uji Normalitas

Normalitas data merupakan suatu asumsi terpenting dalam statistika parametric, sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dialkukan agar asumsi dalam statistika parametric dapat terpenuhi.

Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan melihat output chart yang dihasilkan yaitu berupa Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Persyaratn normalitas bias dipenuhi jika nilai-nilai sebaran data terletak di sekitar garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal).

Cara lain yang digunakan adalah Kolmogrof-Smirnov (Sujianto, 2007). Dari table One-Sample Kolmogrof-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan

0,05 ( ) untuk pengambilan nkeputusan dengan pedoman :

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak normal

2. Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 60

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation 431,80303613 Most Extreme

Differences

Absolute ,142

Positive ,068

Negative -,142

Kolmogorov-Smirnov Z 1,097

Asymp. Sig. (2-tailed) ,180

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Output SPSS 11.5

Tabel IV.2 di atas menunjukkan bahwa proksi Unstandardized

Residual berdistribusi normal, karena memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0,05 yakni sebesar 0,180.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji DW). Uji ini dilakukan untuk mengetahui indikasi adanya korelasi antar anggota-anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut

waktu dan ruang . Durbin-Watson test digunakan untuk mendeteksi ada


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kecil dari satu atau lebih besar dari tiga, maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat independen atau terjadi autokorelasi.

Tabel IV.3 Hasil Uji Autokorelasi

Variabel

Dependen Nilai Durbin-Watson Keterangan

IHSG 1,888 Tidak terjadi autokorelasi

Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (lampiran)

Dari tabel di atas bisa disimpulkan bahwa data tidak

mengalami gejala autokorelasi dengan nilai uji Durbin-Watson sebesar

1,888.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi antar variabel independen satu dengan lainnya dalam suatu model regresi. Model regresi sebaiknya tidak terdapat korelasi antar variabel independennya. Jika antar variabel independen terjadi korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005).

Multikolinearitas dapat diukur dengan menggunakan Variance

Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai

tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa variabel yang digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas. Menurut Gujarati


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

(1999), multikolinearitas terjadi ketika VIF > 10. Akibat dari multikolinearitas adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tak

terhingga. Jika terjadi multikolinearitas, maka variabel yang

menyebabkan terjadinya multikolinearitas harus dikeluarkan dari model.

Tabel IV.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

INFLASI 0,812 1,232 Terbebas dari multikolinearitas

KURS 0,909 1,100 Terbebas dari multikolinearitas

SBI 0,747 1,338 Terbebas dari multikolinearitas

Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (lampiran)

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005: 105). Hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada Gambar IV.1.

Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Scatterplot

Dependent Variable: IHSG

Regression Standardized Predicted Value

2 1 0 -1 -2 -3 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l 2 1 0 -1 -2 -3 Gambar IV.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Output SPSS 11.5

D.PENGUJIAN HIPOTESIS

Hasil uji regresi yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel IV.5 sebagai berikut:

Tabel IV.5 Hasil Uji Regresi

IHSG = 5514,986 - 29,81INF – 0,236KURS – 130,179SBI

Koefisien determinasi = 29,6% Nilai F = 9,140

Sig. = 0,000


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Persamaan di atas menunjukkan jika variabel INF, KURS, SBI dianggap konstan (tetap), maka IHSG akan naik sebesar 5514,986.

Nilai koefisien variabel independen INF sebesar -29,81 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan satu persen variabel INF, maka akan menurunkan IHSG sebesar 29,81 dengan syarat variabel lain dianggap konstan.

Nilai koefisien variabel independen KURS sebesar -0,026 menunjukkan bahwa setiap ada penambahan satu rupiah variabel KURS, maka akan menurunkan IHSG sebesar 0,026 dengan syarat variabel lain dianggap konstan.

Nilai koefisien variabel independen SBI sebesar 130,179 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan satu persen variabel TANG, maka akan menurunkan IHSG sebesar 130,179 dengan syarat variabel lain dianggap konstan.

a. Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)

Uji F statistik ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Tabel IV.6

Hasil Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)

ANOVA(b)

a Predictors: (Constant), SBI, KURS, INFLASI b Dependent Variable: IHSG

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 492978,919 3 164326,306 9,140 ,000(a)

Residual 988846,167 55 17979,021


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Hasil pengolahan data pada tabel menunjukkan nilai uji F sebesar 9,140 dengan signifikansi F sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel inflas, kurs, dan suku bunga SBI secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG.

b. Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis regresi dan seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat ketepatan regresi

dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2). Nilai R2 berada

di antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 berarti variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel IV.7

Uji R2 Variabel-variabel Independen

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,577(a) ,333 ,296 134,08587 1,888

a Predictors: (Constant), SBI, KURS, INFLASI b Dependent Variable: IHSG

Sumber: Output SPSS 11.5

Hasil output pengujian SPSS di atas menunjukkan nilai R2

yang telah disesuaikan (adjusted R square) sebesar 0,296, yang berarti

variabel IHSG dapat dijelaskan oleh variabel INFLASI, KURS, dan SBI sebesar 29,6%, sedangkan sebesar 70,4% dijelaskan oleh variabel lain di


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

luar variabel independen yang ada. Variabel lain tersebut antara lain GDP dan jumlah uang yang beredar. Sangkyun Park (1997) menemukan adanya pengaruh positif antara pertumbuhan GDP dan return saham. Dengan meningkatnya kinerja ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan GDP, investor cenderung akan lebih banyak berinvestasi di pasar modal. Dengan meningkatnya pertumbuhan GDP juga dapat mengakibatkan naiknya daya beli masyarakat yang imbasnya bisa saja dirasakan oleh pasar saham. Sedangkan Ming-Hua Liu dan Keshab M. Shresta (2008) menemukan bahwa jumlah uang yang beredar berpengaruh positif terhadap harga saham.

c. Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)

Uji t statistik ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial (individu) terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen yang lain konstan. Hasil uji koefisien regresi secara parsial dapat dilihat pada tabel IV.8.

Tabel IV.8

Hasil Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)

Model Unstandardized

Coefficients T Sig.

B

1 (Constant) 5514,986 6,536 0,000

INFLASI -29,821 -1,077 0,286

KURS -0,236 -3,111 0,003

SBI -130,179 -2,068 0,043

a.Dependent Variable: IHSG Sumber: Output SPSS 11.5


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Berdasarkan hasil pengujian, dapat dijelaskan bahwa tidak seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Penjelasan pengaruh parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Uji Pengaruh Inflasi terhadap IHSG

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil t hitung sebesar -1,077 dan nilai signifikansi t sebesar 0,286 (p>0,05). Dengan demikian, Ho diterima dan H1 ditolak, yaitu Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Sehingga, besar kecilnya nilai inflasi tidak mempengaruhi nilai saham perusahaan di pasar modal. Hal ini disebabkan karena inflasi akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur, sedangkan IHSG yang diteliti pada penelitian ini tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja, tetapi seluruh perusahaan yang terdaftar pada BEI. Sehingga inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gudono (1999) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG.


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Uji Pengaruh Kurs terhadap IHSG

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil t hitung sebesar -3,111 dan nilai signifikansi t sebesar 0,003 (p<0,05). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kurs berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG. Hal ini dikarenakan melemahnya rupiah terhadap dolar AS memberikan pengaruh negatif terhadap pasar modal. Hal ini menyebabkan investor beralih ke pasar uang, karena keuntungan yang didapat lebih besar.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yutaka Kurihara (2006), Oghuzan Aydemir dan Erdal Demirhan (2009), serta Pancawati Hardiningsih (2002) yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG.

3. Uji Pengaruh suku bunga SBI terhadap IHSG

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil t hitung sebesar -2,068 dan nilai signifikansi t sebesar 0,043 (p<0,05). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu suku bunga.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG. Hal ini dikarenakan meningkatnya suku bunga mengakibatkan para pemilk modal lebih memilih menyimpan uangnya di bank daripada memilih


(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

berinvestasi di pasar saham, sehingga menyebabkan harga saham menurun. Begitu pula sebaliknya, ketika suku bungs rendah maka pemilik modal lebih memilih berinvestasi di pasar saham, sehingga harga saham akan naik.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukherjee dan Naka (1995), Gudono (1999), serta Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG.


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang menyajikan seluruh rangkuman hasil perhitungan dan analisis data sebagai suatu kesimpulan. Bab ini juga menyajikan keterbatasan penelitian, implikasi penelitian, serta saran-saran yang dapat digunakan sebagai solusi pengembangan penelitian mendatang.

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik mengenai pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga SBI terhadap IHSG, maka dapat ditarik hasil penelitian dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

2. Variabel Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

3. Variabel Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

IHSG.

B.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan, di antaranya sebagai berikut:

1. Periode pengamatan yang digunakan hanya lima tahun, yaitu selama tahun

2005–2009.

2. Penelitian hanya menggunakan variabel inflasi, kurs, dan suku bunga SBI

dalam uji pengaruh terhadap IHSG.


(62)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

C.Saran

Berdasarkan atas kesimpulan dan keterbatasan yang ada pada penelitian ini, maka saran-saran yang diajukan peneliti sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas batasan-batasan

yang ada pada penelitian ini, seperti memperpanjang periode penelitian, menambah variabel-variabel yang diteliti dan menggunakan proksi lain dari penelitian ini.

2. Bagi investor yang akan berinvestasi pada pasar modal hendaknya

memperhatikan variabel Kurs dan Suku bunga SBI dalam membuat keputusan investasi, karena variabel tersebut terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap IHSG.


(1)

luar variabel independen yang ada. Variabel lain tersebut antara lain GDP dan jumlah uang yang beredar. Sangkyun Park (1997) menemukan adanya pengaruh positif antara pertumbuhan GDP dan return saham. Dengan meningkatnya kinerja ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan GDP, investor cenderung akan lebih banyak berinvestasi di pasar modal. Dengan meningkatnya pertumbuhan GDP juga dapat mengakibatkan naiknya daya beli masyarakat yang imbasnya bisa saja dirasakan oleh pasar saham. Sedangkan Ming-Hua Liu dan Keshab M. Shresta (2008) menemukan bahwa jumlah uang yang beredar berpengaruh positif terhadap harga saham.

c. Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)

Uji t statistik ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial (individu) terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen yang lain konstan. Hasil uji koefisien regresi secara parsial dapat dilihat pada tabel IV.8.

Tabel IV.8

Hasil Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)

Model Unstandardized

Coefficients T Sig.

B

1 (Constant) 5514,986 6,536 0,000

INFLASI -29,821 -1,077 0,286

KURS -0,236 -3,111 0,003

SBI -130,179 -2,068 0,043

a.Dependent Variable: IHSG


(2)

commit to user

Berdasarkan hasil pengujian, dapat dijelaskan bahwa tidak seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Penjelasan pengaruh parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Uji Pengaruh Inflasi terhadap IHSG

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil t hitung sebesar -1,077 dan nilai signifikansi t sebesar 0,286 (p>0,05). Dengan demikian, Ho diterima dan H1 ditolak, yaitu Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Sehingga, besar kecilnya nilai inflasi tidak mempengaruhi nilai saham perusahaan di pasar modal. Hal ini disebabkan karena inflasi akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur, sedangkan IHSG yang diteliti pada penelitian ini tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja, tetapi seluruh perusahaan yang terdaftar pada BEI. Sehingga inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gudono (1999) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG.


(3)

2. Uji Pengaruh Kurs terhadap IHSG

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil t hitung sebesar -3,111 dan nilai signifikansi t sebesar 0,003 (p<0,05). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kurs berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG. Hal ini dikarenakan melemahnya rupiah terhadap dolar AS memberikan pengaruh negatif terhadap pasar modal. Hal ini menyebabkan investor beralih ke pasar uang, karena keuntungan yang didapat lebih besar.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yutaka Kurihara (2006), Oghuzan Aydemir dan Erdal Demirhan (2009), serta Pancawati Hardiningsih (2002) yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG.

3. Uji Pengaruh suku bunga SBI terhadap IHSG

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil t hitung sebesar -2,068 dan nilai signifikansi t sebesar 0,043 (p<0,05). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu suku bunga.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG. Hal ini dikarenakan meningkatnya suku bunga mengakibatkan para pemilk


(4)

commit to user

berinvestasi di pasar saham, sehingga menyebabkan harga saham menurun. Begitu pula sebaliknya, ketika suku bungs rendah maka pemilik modal lebih memilih berinvestasi di pasar saham, sehingga harga saham akan naik.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukherjee dan Naka (1995), Gudono (1999), serta Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG.


(5)

commit to user

PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang menyajikan seluruh rangkuman hasil perhitungan dan analisis data sebagai suatu kesimpulan. Bab ini juga menyajikan keterbatasan penelitian, implikasi penelitian, serta saran-saran yang dapat digunakan sebagai solusi pengembangan penelitian mendatang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik mengenai pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga SBI terhadap IHSG, maka dapat ditarik hasil penelitian dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. 2. Variabel Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

3. Variabel Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan, di antaranya sebagai berikut:

1. Periode pengamatan yang digunakan hanya lima tahun, yaitu selama tahun 2005–2009.

2. Penelitian hanya menggunakan variabel inflasi, kurs, dan suku bunga SBI dalam uji pengaruh terhadap IHSG.


(6)

commit to user

C. Saran

Berdasarkan atas kesimpulan dan keterbatasan yang ada pada penelitian ini, maka saran-saran yang diajukan peneliti sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas batasan-batasan yang ada pada penelitian ini, seperti memperpanjang periode penelitian, menambah variabel-variabel yang diteliti dan menggunakan proksi lain dari penelitian ini.

2. Bagi investor yang akan berinvestasi pada pasar modal hendaknya memperhatikan variabel Kurs dan Suku bunga SBI dalam membuat keputusan investasi, karena variabel tersebut terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap IHSG.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Pengaruh uang yang beredar (m2), kurs, inflasi, dan tingkat suku bunga sbi terhadap beta saham syariah (JJI) dan indeks harga saham gabungan (IHSG)

0 5 129

Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar As, Tingkat Suku Bunga Sbi Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2011

1 18 141

PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Tahun 1993 – 2014).

0 4 15

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 14

Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah dan Tingkat SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 1

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 85

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA SBI, PERUBAHAN KURS, DAN STANDARD & POOR’S 500 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG).

0 1 106

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA

0 0 9