Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

11

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jaminan Persalinan (Jampersal)
Jampersal merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses
kehamilan, persalinan, pasca persalinan, dan pelayanan KB pasca persalinan,
sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi semua
masalah kesehatan individu. Menurut hasil Riskesdas 2010 persalinan oleh tenaga
kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3 %. Sedangkan
persalinan yang dilakukan oleh tenagan kesehatan di fasilitas kesehatan baru
mencapai 55,4 %.
2.1.1. Definisi
Jampersal adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan ( juknis jampersal, 2011).
2.1.2. Ruang Lingkup Pelayanan Jaminan Persalinan
Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari :
1. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama

Pelayanan persalinan tingkat pertama merupakan pelayanan yang diberikan
oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, dan

11
Universitas Sumatera Utara

12

pelayanan KB paska persalinan, serta pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan
persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas, dan Puskesmas PONED
(untuk kasus kasus tertentu), serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes,
fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim pengelola Kabupaten / Kota.
Jenis pelayanan jaminan persalinan tingkat pertama meliputi :
1. Pelayanan ANC sesuai standard pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dengan
frekuensi 4 kali.
2. Deteksi dini faktor resiko, komplikasi kebidanan, dan bayi baru lahir
3. Pertolongan persalinan normal

4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang
merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standard pelayanan
KIA dengan frekuensi 4 kali.
6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.
7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya.
2. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada
ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan
komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang

Universitas Sumatera Utara

13

dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan
kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan.
Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di poliklinik spesialis
Rumah Sakit, sedangkan rawat inap diberikan di fasilitas perawatan kelas III di

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian kerja Sama (PKS)
dengan Tim Pengelola Kabupaten / Kota.
Jenis pelayanan persalinan tingkat lanjutan meliputi :
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan resiko tinggi.
2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di
pelayanan tingkat pertama.
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat
persalinan.
4. Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan resiko tinggi.
5. Penatalaksanaan KB paska persalinan dengan metode kontrasepsi jangka panjang
atau kontrasepsi mantap serta penanganan komplikasi.
3. Pelayanan persiapan rujukan
Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana
terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan
tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
2.1.3. Sasaran Jaminan Persalinan
Tujuan jaminan persalinan adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi, maka sasaran jaminan peersalinan dikaitkan dengan pencapaian tujuan yaitu:

Universitas Sumatera Utara


14

1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas (42 hari paska bersalin)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Sasaran yang dimaksud adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat
pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan baik normal
maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk mencegah Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi dari suatu proses persalinan.
2.1.4. Paket Manfaat dan Tatalaksana Pelayanan Jaminan Persalinan
Manfaat yang dapat di peroleh peserta Jaminan Persalinan adalah :
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada
buku pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali
disertai konseling KB dengan frekuensi :
a) 1 kali pada triwulan pertama
b) 1 kali pada triwulan kedua
c) 2 kali pada triwulan ketiga
2. Penatalaksanaan Persalinan :

a) Persalinan per vaginam
1. Persalinan per vaginam normal
2. Persalinan per vaginam melalui induksi
3. Persalinan per vaginam dengan tindakan

Universitas Sumatera Utara

15

4. Persalinan per vaginam dengan komplikasi
5. Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar
b) Persalinan Per Abdominan
1. Seksio sesaria elektif (terencana), atas indikasi medis
2. Seksio sesariaa segera (emergensi), atas indikasi medis
3. Seksio sesaria dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir,
perlukaan jaringan sekitar rahim dan sesarian histerektomi).
c) Penatalaksanaan komplikasi persalinan :
1. Perdarahan
2. Eklamsia
3. Retensio plasenta

4. Penyulit pada persalinan
5. Infeksi
6. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin
d) Penatalaksanaan bayi baru lahir
1. Perawatan esensial neonatus atau bayi baru lahir
2. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi
e) Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan
1. Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari.
2. Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua)
hari.
3. Persalinan dengan penyulit post-sektio sesaria dirawat inap minimal 3

Universitas Sumatera Utara

16

(tiga) hari.
3. Pelayanan Nifas (PNC)
1) Tatalaksana pelayanan
Pelayanan nifas sesuai standard ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang

meliputi pelayana ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB
pasca bersalin
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing masing 1
(satu) kali pada :
a. Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1
(6 jam s/d hari ke-2)
b. Kunjungan kedua untuk KN2
(hari ke-3 s/d hari ke-7)
c. Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3
(hari ke-8 s/d hari ke-28)
d. Kunjungan keempat untuk Kf3
(hari ke-29 s/d hari ke-42).
2) Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca persalinan.
Jenis pelayanan KB pasca bersalin antara lain:
a. Kontrasepsi mantap
b. IUD, Implant
c. Suntik.

Universitas Sumatera Utara


17

2.2. Sosial Budaya Masyarakat
Ilmu sosial budaya mempelajari tingkah laku manusia secara individu maupun
kelompok dimana kegiatan yang dapat diamati adalah kegiatan yang dapat dilihat
dengan mata dan yang ada di dalam alam pikiran manusia. Setiap kegiatan yang
dilakukan manusia setiap hari merupakan hasil dari proses pembelajaran sepanjang
hidup manusia itu sendiri sadar ataupun tidak sadar. Manusia belajar bertingkah laku
dengan cara mencontoh orang lain di generasi sebelumnya serta lingkungan alam dan
sosial disekitarnya. Inilah kemudian yang disebut dengan kebudayaan.
Sosial budaya adalah konsep, keyakinan, nilai, dan norma yang dianut oleh
masyarakat yang dapat memengaruhi perilaku mereka di dalam menjawab tantangan
hidup yang berasal dari alam sekitar (Tumanggor dkk, 2010).
2.2.1. Unsur-unsur Budaya
Menurut Koentrajaningrat (2002), kebudayaan terdiri dari 7 unsur yaitu sistem
religi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata
pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan bahasa dan kesenian. Kesemua
unsur budaya tersebut terwujud dalam bentuk sistem budaya/adat-istiadat (kompleks
budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola

sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan).
1. Sistem Religi
Sistem religi meliputi kepercayaan, nilai, pandangan hidup, komunikasi
keagamaan dan upacara keagamaan. Dalam Soekanto (2007), kepercayaan atau
keyakinan memiliki arti sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Kepercayaan

Universitas Sumatera Utara

18

menjadi acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap sesuatu objek.
Dalam penelitian ini akan dibatasi dengan keyakinan yang dianut atau yang menjadi
pegangan di dalam menentukan tempat persalinan.
Menurut Daroeso (Kalangie, 1994), nilai memiliki sifat sifat yakni:
1. Nilai itu merupakan suatu realitas abstrak, dan ada dalam kehidupan manusia,
nilai yang bersifat abstrak tidak dapat dilihat kasat mata, yang dapat dilihat
dan di amati oleh indera adalah objek yang bernilai.
2. Nilai memiliki sifat yang normatif yaitu nilai yang mengandung harapan, cita
cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat yang ideal, diwujudkan
dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak.

3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong artinya manusia bertindak berdasarkan
oleh nilai yang diyakininya.nilai dalam penelitian ini adalah pandangan
masyarakat terhadap baik buruknya melakukan persalinan dirumah.
2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi; kekerabatan,
organisasi politik, norma atau hukum, perkawinan, kenegaraan, kesatuan hidup dan
perkumpulan. Sistem organisasi adalah bagian kebudayaan yang berisikan semua
yang telah dipelajari yang memungkinkan manusia mengkoordinasikan perilakunya
yang efektif dengan tindakan orang lain (Syani, 1995).
3. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan budaya bukanlah suatu hal yang bisa dilihat secara nyata. Namun
memainkan peranan yang sangat penting bagi manusia dalam menentukan

Universitas Sumatera Utara

19

perilakunya. Pengetahuan budaya yang diformulasikan dengan beragam ungkapan
tradisional itu sekaligus merupakan gambaran dari nilai-nilai budaya yang mereka
hayati (Spradlye dalam kalangie 1994).

Nilai budaya seperti yang dikatakan oleh koentrajaningrat (2002) adalah
konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai
hal yang harus mereka anggap sangat bernilai dalam hidup. Dalam suatu sistem nilai
budaya, sesuatu yang sifatnya abstrak, biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi
bagi kelakuan manusia. Dalam penelitian ini nilai yang terkonsep dalam alam pikiran
masyarakat yaitu aktivitas ritual tepung tawar yang harus mereka lakukan sebelum
ibu bersalin diizinkan keluar rumah sehingga menciptakan gagasan dan tindakan utk
melakukan persalinan di rumah.
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup merupakan produk dari manusia. Sebagai
homo economicus yang menjadikan kehidupan manusia terus meningkat. Dalam
tingkat sebagai food gathering, kehidupan manusia sama dengan hewan. Tetapi dalam
tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Sistem mata pencaharian hidup
atau

sistem

ekonomi

meliputi

jenis

pekerjaan

dan

penghasilan

(koentrajaningrat,2002).
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Teknologi dan peralatan kesehatan merupakan sarana dan prasarana kesehatan
yang diperlukan untuk tindakan pelayanan kesehatan yang meliputi; ketersediaan,
keterjangkauan, dan kwalitas alat dalam melakukan pertolongan persalinan.

Universitas Sumatera Utara

20

Keterjangkauan terdiri dari; keterjangkauan fisik artinya agar tempat pelayanan
pertolongan persalinan mudah terjangkau oleh masyarakat, keterjangkauan ekonomi
yang artinya biaya pelayanan paket persalinan yang terjangkau oleh masyarakat,
keterjangkauan psikososial artinya penerimaan program jaminan persalinan
(Jampersal) secara sosial dan budaya oleh masyarakat, pengambil kebijakan, tokoh
masyarakat,

provider.Keterjangkauan

pengetahuan

artinya

agar

masyarakat

mengetahui tentang Jampersal dan manfaatnya serta cara memanfaatkannya,
mengetahui dan mengenal tanda tanda bahaya kehamilan dan bahaya melahirkan di
rumah apabila terjadi sesuatu kondisi darurat saat proses persalinan yang tidak
diinginkan dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
6. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat lisan, tulisan, atau gerakan.
Dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicara
melalui bahasa sehingga pada akhirnya manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan mudah membaurkan dirinya dengan
semua karakter masyarakat.
7. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata atau telinga. Sebagai makhluk
yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian
mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenianyang kompleks. Kesenian

Universitas Sumatera Utara

21

yang meliputi patung/pahat, seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias, vocal,
musik/seni suara, bangunan, kesusastraan, dan drama (Koentrajaningrat,2002)
Sehingga dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang bersifat
nyata,misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi,
seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu umat manusia dalam
melangsungkan hidup bermasyarakat.
2.2.2. Konsep Kebudayaan
Kata kebudayaan atau budaya adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat
dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih
diinginkan.
1. Kebudayaan di Peroleh dari Belajar
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar.
Kebudayaan tidak diturunkan secara biologis atau pewarisan melalui unsur
genetis. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia yang
digerakkan oleh kebudayaan dengan perilaku makhluk lain yang tingkah lakunya
digerakkan oleh insting. Contohnya : seperti Ibu hamil yang memilih melahirkan
dirumah adalah suatu tingkah laku yang diketahui atau diajarkan dari generasi
sebelumnya atau dari lingkungannya karena menurut kepercayaan sebagian besar
masyarakat bahwa bersalin adalah peristiwa yang sakral dimana diperlukan ritual

Universitas Sumatera Utara

22

untuk menghadapinya dan ritual membutuhkan orang yang sangat dipercaya
seperti dukun, ustadz dan ritual juga membutuhkan alat-alat yang dipercaya
memiliki kekuatan seperti keris, kain putih, dll serta mantra atau doa-doa yang
memberikan semangat kepada ibu yang bersalin sehingga ibu merasa nyaman,
dimana semua kegiatan tersebut menurut mereka hanya bisa dilakukan dirumah
dan mereka menganggap fasilitas kesehatan yang telah disediakan oleh
pemerintah tidak sakral dan dihadiri oleh orang yang mereka tidak kenal baik
sebaik mereka mengenal dukun. memilih dukun sebagai penolong bersalin yang
dipercaya adalah suatu budaya yang sudah dilakoni dari zaman dahulu kala
sebelum sekolah bidan didirikan. sementara rasa ingin bersalin adalah insting.
Insting atau naluri ini tidak termasuk ke dalam kebudayaan, tetapi memengaruhi
kebudayaan.
2. Kebudayaan adalah Milik Bersama
Sesuatu dapat disebut kebudayaan apabila kebiasaan kebiasaan seorang individu
harus dimiliki bersama oleh suatu kelompok manusia. Para Anthropology
berpendapat bahwa suatu kelompok mempunyai kebudayaan jika para warganya
memiliki secara bersama sejumlah pola pola berpikir dan berkelakuan yang sama
yang didapat melalui proses belajar.
Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai nilai
dan cara berlaku atau kebiasaan yang dipelajari dan yang dimiliki bersama oleh
para warga dari suatu kelompok masyarakat.
3. Kebudayaan sebagai Suatu Pola

Universitas Sumatera Utara

23

Dalam setiap angota masyarakat dikembangkan sejumlah pola pola budaya yang
ideal dan pola pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan
pembatasan budaya. Pola pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal hal yang
diakui sebagian besar masyarakat sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam
keadaan keadaan tertentu. Pola pola inilah yang sering disebut dengan norma
norma. Didalam kebudayaannya tidak semua orang selalu berbuat seperti apa
yang telah ditetapkan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab jika para
anggota masyarakat selalu mematuhi norma norma yang ada pada masyarakatnya
maka tidak akan pernah ada yang disebut dengan pembatasan pembatasan
kebudayaan. Sebagian dari pola pola yang ideal tersebut dalam kenyataannya
berbeda dengan perilaku sebenarnya karena pola pola tersebut telah
dikesampingkan oleh cara-cara yang dibiasakan oleh masyarakat. Pembatasan
kebudayaan itu sendiri biasanya tidak selalu dirasakan oleh pendukung suatu
kebudayaan. Hal ini terjadi karena individu-individu pendukungnya selalu
mengikuti cara cara berlaku dan cara berpikir yang telah dituntut oleh kebudayaan
itu.
Pembatasan-pembatasan kebudayaan baru dirasakan kekuatannya ketika ditentang
atau dilawan. Pembatasan kebudayaan terbagi ke dalam dua jenis yaitu
pembatasan kebudayaan yang langsung dan pembatasan kebudayaan yang tidak
lansung . Pembatasan langsung terjadi ketika kita mencoba melakukan suatu hal
yang menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita merupakan hal yang tidak lazim
atau hal yang dianggap melanggar tata kesopanan yang ada. Akan ada sindiran

Universitas Sumatera Utara

24

yang dialamatkan kepada si pelanggar kalau hal yang dilakukannya masih
dianggap tidak terlalu berlawanan dengan kebiasaan yang ada, akan tetapi apabila
hal yang dilakukannya tersebut sudah dianggap melanggar tata tertib yang berlaku
di masyarakatnya, maka dia mungkin akan dihukum dengan aturan aturan yang
berlaku dalam masyarakatnya.
Pembatasan pembatasan kebudayaan berarti tidak berarti menghilangkan
kepribadian

seseorang

dalam

kebudayaannya.

Memang

kadang-kadang

pembatasan kebudayaan tersebut menjadi tekanan tekanan sosial yang mengatur
tata kehidupan yang berjalan dalam suatu kebudayaan , tetapi bukan berarti
tekanan tekanan sosial tersebut menghalangi individu individu yang mempunyai
pendirian bebas. Mereka yang mempunyai pendirian tersebut akan tetap
mempertahankan pendapat pendapat mereka, sekalipun mereka mendapat
perlawanan dari pendapat dengan jumlah yang lebih besar.
Kenyataan bahwa banyak kebudayaan dapat bertahan dan berkembang
menunjukkan bahwa kebiasaan kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat
pendukungnya

disesuaikan

dengan

kebutuhan

kebutuhan

tertentu

dari

lingkungannya. Ini terjadi sebagai suatu strategi dari kebudayaan untuk dapat
terus bertahan, karena kalau sifat sifat budaya tidak disesuaikan kepada beberapa
keadaan tertentu, kemungkinan masyarakat akan bertahan akan berkurang. Setiap
adat yang akan meningkatkan ketahanan suatu masyarakat dalam lingkungan
tertentu biasanya merupakan adat yang bisa disesuaikan, tetapi ini bukan berarti
setiap ada mode yang baru atau sistem yang baru langsung di adopsi dan adat

Universitas Sumatera Utara

25

menyesuaikan diri dengan pembaruan tersebut. Karena dalam adat istiadat itu ada
konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
anggota masyarakat dari suatu kebudayaan tentang apa yang mereka anggap
bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga ia memberi pedoman, arah
serta orientasi kepada kehidupan anggota masyarakat pendukung kebudayaan
tersebut.
4. Kebudayaan Bersifat Dinamis dan Adaptif
Pada umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan
melengkapi manusia dengan cara cara penyesuaian diri pada kebutuhan
kebutuhan fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang
bersifat fisik geografis maupun pada lingkungan sosialnya. Banyak cara yang
wajar dalam hubungan tertentu pada suatu kelompok masyarakat memberi kesan
janggal pada kelompok masyarakat yang lain, tetapi jika dipandang dari hubungan
masyarakat tersebut dengan lingkungannya, baru hubungan tersebut bisa
dipahami. Misalnya, orang akan heran kenapa ada pantangan pantangan pergaulan
sex pada masyarakat tertentu pada kaum ibu sesudah melahirkan anaknya sampai
anak tesebut mncapai usia tertentu. Bagi orang diluar kebudayaan tesebut,
pantangan tersebut susah dimengerti, tetapi bagi masyarakat pendukung
kebudayaan yang melakukan pantangan pantangan seperti itu, hal tersebut
mungkin suatu cara menyesuaikan diri pada lingkungan fisik dimana mereka
berada.
Kebiasaan kebiasaan yang ada dalam masyarakat tertentu merupakan cara

Universitas Sumatera Utara

26

penyesuaian masyarakat itu terhadap lingkungannya, akan tetapi cara penyesuaian
tidak akan selalu sama. Kelompok masyarakat yang berlainan mungkin saja akan
memilih cara cara yang berbeda terhadap keadaan yang sama. Alasan mengapa
masyarakat tersebut mengembangkan suatu jawaban terhadap suatu masalah dan
bukan jawaban yang lain yang dapat dipilih tentu mempunyai sejumlah alasan dan
argumen. Alasan alasan ini sangat banyak dan bervariasi dan ini memerlukan
suatu penelitian untuk menjelaskannya. Tetapi harus diingat juga bahwa
masyarakat itu tidak harus selalu menyesuaikan diri pada suatu keadaan khusus.
Sebab walaupun pada umumnya orang akan mengubah tingkah laku mereka
sebagai jawaban atau penyesuaian atas suatu keadaan yang baru sejalan dengan
perkiraan hal itu akan berguna bagi mereka, hal itu tidak selalu terjadi. Malahan
ada masyarakat yang dengan mengembangkan nilai budaya tertentu untuk
menyesuaikan diri mereka malah mengurangi ketahanan masyarakatnya sendiri.
Banyak kebudayaan yang punah dengan hal hal seperti ini. Mereka memakai
kebiasaan kebiasaan baru sebagai bentuk penyesuaian terhadap keadaan keadaan
baru yang masuk kedalam atau dihadapi kebudayaannya tetapi mereka tidak sadar
bahwa kebiasaan kebiasaan yang baru yang dibuat sebagai penyesuaian terhadap
unsur-unsur baru yang masuk dari luar kebudayaannya malah merugikan mereka
sendiri. Disinilah pentingnya filter atau penyaring budaya dalam suatu kelompok
masyarakat.karena sekian banyak aturan, norma atau adat istiadat yang ada dan
berlaku pada suatu kebudayaan bukanlah suatu hal yang baru saja dibuat atau
dibuat dalam satu dua hari saja. Kebudayaan dengan sejumlah normanya itu

Universitas Sumatera Utara

27

merupakan suatu akumulasi dari hasil pengamatan, hasil belajar dari pendukung
kebudayaan tersebut terhadap lingkungannya selama beratus ratus tahun dan
dijalankan hingga sekarang karena telah terbukti telah dapat mempertahankan
kehidupan masyarakat tersebut.
Siapa saja dalam masyarakat yang melakukan filterasi atau penyaringan ini
tergantung dari masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan melakukan penyaringan
ini juga tidak selalu sama pada setiap masyarakat dan hasilnya juga berbeda pada
setiap masyarakat. Akan tetapi pro kontra antara berbagai elemen dalam
masyarakat, perbedaan persepsi antara generasi tua dan muda, terpelajar dan kolot
dan banyak lagi lainnya.
2.2.3. Sifat-sifat Budaya
Meskipun kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu tidak sama, seperti
di indonesia yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap
kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan
secara spesifik, melainkan bersifat universal, dimana sifat – sifat budaya itu akan
memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakan
faktor,ras, lingkungan atau pendidikan, yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi
semua budaya dimanapun.
Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut adalah :
1. Budaya tersebut terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

28

3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Budaya mencakup aturan aturan yang berisikan kewajiban kewajiban, tindakantindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan-tindakan yang diizinkan.
2.2.4. Wujud Budaya
Menurut Koentjaraningrat (1979:186-187), ada 3 wujud kebudayaan, yaitu:
1.Wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma.
2.Wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat
3.Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama kebudayaan bersifat abstrak , sehingga tidak dapat dilihat
dengan indera penglihatan.Wujud ini terdapat didalam pikiran masyarakat. Ide atau
gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat.Gagasan itu selalu berkaitan dan
tidak lepas antara yang satu dengan yang lainnya.Keterkaitan antara gagasan ini
disebut dengan sistem.
Wujud

kebudayaan

yang

kedua

disebut

dengan

sistem

sosial

(Koentjaraningrat, 1979;187). Sistem sosial dijelaskan koentjaraningrat sebagai
keseluruhan aktifitas manusia atau segala bentuk tindakan manusia yang berinteraksi
dengan manusia lainnya. Aktifitas ini dilakukan setiap waktu dan membentuk polapola tertentu berdasarkan adat yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Tindakan –
tindakan yang

belum memiliki pola

disebut dengan sistem sosial oleh

Koentjaraningrat. Sistem sosial berbentuk kongkrit karena bisa dilihat pola-pola
tindakannya dengan indra penglihatan.

Universitas Sumatera Utara

29

Kemudian wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik
(Koentjaraningrat, 1979:188). Wujud kebudayaan ini bersifat kongkrit karena
merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan , aktivitas, atau
perbuatan manusia dalam masyarakat.
2.2.5. Sistem Budaya
Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak
dan terdiri dari pikiran pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan sistem
kebudayaan yang merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia
lazim disebut dengan adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma
dan disitulah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta menetapkan
tindakan tindakan dan tingkah laku manusia.
Dalam sistem budaya terbentuk unsur - unsur yang saling berkaitan satu sama
lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur
kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis jenis kebudayaan
yang berbeda. Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang
alat pengolahan alam, jalan rumah dan sebagainya.
2. Kebudayaan non material, merupakan hasil cipta, karsa, yang berwujud
kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Non material antara
lain: norma kelaziman, norma kesusilaan, norma hukum dan mode.
Kebudayaan dapat dilihat dari dimensi wujudnya adalah :

Universitas Sumatera Utara

30

1. Sistem budaya, kompleks dari ide ide, gagasan, nilai nilai, peraturan dan
sebagainya.
2. Sistem sosial, merupakan kompleks dari aktivitas serta berpola dari manusia
dalam organisasi dan masyarakat.
3. Sistem kebendaan, wujud kebudayaan fisik atau alat alat yang diciptakan manusia
untuk kemudahan hidupnya (Setiadi, dkk, 2009).
2.2.6. Substansi Utama Budaya
Substansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide
dan gagasan manusia yang bermunculan didalam masyarakat yang memberi jiwa
kepada masyarakat tersebut dalam bentuk atau sistem pengetahuan, nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
a. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan
suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami
lingkungan.
Untuk memperoleh pengetahuan manusia melakukan tiga cara, yaitu :
1. Melalui

pengalaman

dalam

kehidupan

sosial,

pengetahuan

melalui

pengalaman langsung ini akan membentuk kerangka pikir individu untuk
bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
2. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal atau
resmi maupun dari pendidikan non formal, seperti kursus, penataran dan
ceramah.

Universitas Sumatera Utara

31

3. Melalui petunjuk petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut
komunikasi simbolik.
b. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan
dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu,
sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran),
indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama).
Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi budaya manusia
didunia adalah lima dasar yang bersifat universal, yaitu :
1. Hakikat hidup manusia
2. Hakikat karya manusia
3. Hakikat waktu manusia
4. Hakikat alam manusia
5. Hakikat hubungan antar manusia
c. Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu masyarakat dalam menjawab
atau mengatasi masalah yang dihadapi. Didalamnya terkandung konsep nilai
kehidupan yang dicita citakan oleh suatu masyarakat. Oleh sebab itu, pandangan
hidup merupakan nilai nilai yang dianut suatu masyarakat dengan dipilih secara
selektif oleh individu, kelompok, atau masyarakat.
d. Kepercayaan
Kepercayaan mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan

Universitas Sumatera Utara

32

kepada Tuhan Yang Maha Esa.Pada dasarnya manusia yang memiliki naluri
menghambakan diri kepada yang maha tinggi, yaitu dimensi lain diluar diri dan
lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan
ini sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan manusia dalam menghadapi
tantangan tantangan hidup, dan hanya yang maha tinggi saja yang mampu
memberi kekuatan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup dan
kehidupan.
e. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang adalah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari
seperangkat kata kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala
dalam kehidupan.
f. Etos Kebudayaan
Etos sering tampak pada gaya perilaku warga atau masyarakat

misalnya,

kegemaran kegemaran warga masyarakat, serta berbagai benda budaya hasil
karya mereka, diihat dari luar oleh orang asing.
Perilaku terwujud secara nyata dari seperangkat pengetahuan kebudayaan.
Berbicara tentang sistem budaya, berarti mewujudkan perilaku sebagai suatu tindakan
yang kongkrit dan dapat dilihat, yang diwujudkan dalam sistem sosial di lingkungan
warganya. Berbicara tentang konsep perilaku, hal ini berarti merupakan satu kesatuan
dengan konsep kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan
pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkaitan
dengan terapi, pencegahan penyakit fisik, psikis dan sosial berdasarkan kebudayaan

Universitas Sumatera Utara

33

mereka masing masing (Dumatuban, 2002).
Di negara berkembang yang kita hadapi adalah jumlah penduduk yang besar
dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi serta penyebaran yang tidak
merata. Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah terutama kaum wanita,
kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat serta adat istiadat, kepercayaan, dan
kurangnya peran serta masyarakat terhadap pembangunan (Anonim, 2009).

2.3. Perilaku Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan
dorongan itu merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam
diri manusia. Dengan adanya dorongan tersebut, menimbulkan seseorang melakukan
sebuah tindakan atau perilaku khusus yang mengarah pada tujuan (Purwanto, 1999)
yang dikutip oleh Sudarma (2008).
Terdapat gambaran tentang hubungan antara individu dengan lingkungan
sosial yang saling memengaruhi, yaitu :
1. Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan kebiasaan yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
2. Lingkungan keluarga, kebiasaan kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
3. Lingkungan

terbatas, tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat

sehubungan dengan kesehatan.
4. Lingkungan umum, kebijakan kebijakan kesehatan pemerintah di bidang
kesehatan, undang-undang kesehatan, program program kesehatan, dan

Universitas Sumatera Utara

34

sebagainya.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terutama
kepada petugas masih rendah, yang disebabkan karena hubungan interpersonal yang
dirasa masih ada batas, petugas kesehatan pada umumnya pendatang sehingga ada
perbedaan pengakuan dan penerimaan sebagai keluarga.
Model sistem kesehatan digambarkan Anderson (1974) berupa model
kepercayaan kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat tiga kategori utama
dalam pelayanan kesehatan, yaitu : karakteristik, predisposisi, karakterisitik
pendukung, karakteristik kebutuhan.
Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaaatan pelayanan kesehatan secara
skematis sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

35

Predisposing

Demografic
(Umur, sex)

Social Structure
(etnicity,
education,
occupation of
head family)

Enabling

Family resourch
(income, health
Assurance)

Community
resourch
( health facility
and personal )

Need

Health

Percieved
(symptoms
diagnose)

Evaluated
(symptoms
diagnose )

Health Belief
Gambar 2.1. Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Masing masing individu memiliki kecendrungan yang berbeda dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan
karakteristik pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik
ini meliputi; ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan
(Anderson, 1974).
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor predisposisi juga harus di dukung oleh hal hal lain agar individu
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung ini antara lain;
pendapatan, asuransi kesehatan, dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

36

yang ada. Bila faktor ini terpenuhi maka individu cendrrung menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada saat sakit atau dibutuhkan. Untuk
pemderita yang harus dirawat dirumah sakit, maka kondisi ekonomi menjadi
penentu akhir bagi individu didalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
(Anderson, 1974).
3. Faktor Kebutuhan (Need Factor)
Faktor ini lebih menitik beratkan pada masalah apakah individu beserta
keluarganya merasakan adanya penyakit atau kemungkinan untuk terjadinya sakit.
Salah satu faktor dalam predisposisi individu yang menentukan perilaku dalam
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan adalah kepercayaan tentang kesehatan.
Kepercayaan tentang kesehatan terkait dengan aspek persepsi, sikap, dan
pengetahuan tentang penyakit dan pelayanan kesehatan.
a. Persepsi
Persepsi adalah awal dari setiap macam kegiatan belajar yang bisa
terjadi dalam setiap kesempatan, disengaja atau tidak, Persepsi sebagai suatu
proses penerimaan informasi yang rumit, yang di terima atau di ekstraksi oleh
manusia dari lingkungan, persepsi termasuk penggunaan indera manusia.
Menurut Kemp and Dayton didalam Prawiladilaga dan Evelin (2004)
menyatakan persepsi sebagai suatu proses dimana seseorang menyadari
keberadaan lingkungannya sserta dunia yang mengelilinginya. Setiap persepsi
terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objek objek
serta kejadian disekitarnya. Pada akhirnya persepsi dapat memengaruhi cara

Universitas Sumatera Utara

37

berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena
orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan
adaptsi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut
(Prawiradilaga dan Evelin, 2004).
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).
Rogers (1971) dalam Notoadmodjo (2003), dari hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam
dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang nimbang terhadap baik
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Universitas Sumatera Utara

38

c. Sikap
Menurut Azwar (2007), Sikap adalah suatu yang memungkinkan
timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Definisi sikap dapat digolongkan dalam tiga kerangka pemikiran menurut
Azwar (1974), yaitu :
1. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis
Thurstone, Rensis likert

dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun
perasaan tidak mendukung ataupun tidak memihak pada objek tersebut.
2. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, La
Pierre, Mead dan Gordon Allport dalam Azwar (2007), Menurut kelompok
pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud
merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara
tertentu apabila induvidu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon.
3. Kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema
triadic. Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Universitas Sumatera Utara

39

Definisi sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi,
membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan
kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang
sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri
disebut dengan fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja di
tentukan oleh keadaan objek yang sedang di hadapi tetapi juga dengan
kaitannya dengan pengalaman pengalaman masa lalu, oleh situasi disaat
sekarang, dan oleh harapan harapan di masa yang akan datang (Azwar, 2007).
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif . Sikap
positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap stimulus yang
diberikan dapat berkembang sebaik baiknya karena orang tersebut memiliki
pandangan yang positif terhadap stimulus yang telah diberikan, dan sikap
negatif adalah apabila terbentuk persepsi negatif terhadap stimulus yang telah
diberikan.
Menurut Azwar, terdapat 3 komponen yang dapat membentuk sikap,
dimana ketiga komponen tersebut saling menunjang, yaitu : komponen
kognitif (kepercayaan), komponen emosional (perasaan), dan komponen
konatif (tindakan) ( Kothandapani, 2004).
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Dalam berinteraksi sosial, individu beraksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang di hadapinya. Faktor-faktor
yang memengaruhi sikap, adalah :

Universitas Sumatera Utara

40

1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman yang terjadi secara tiba tiba atau mengejutkan yang
meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian
kejadian dan peristiwa peristiwa yang terjadi berulang ulang dan terus
menerus, lama kelamaan dan secara bertahap diserap kedalam individu
dan memengaruhi terbentuknya sikap.
2. Pengaruh Orang Lain
Dalam pembentukan sikap, pengaruh orang lain sangat berperan. Misal
dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan
mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakatnya.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup mempunyai berpengaruh besar terhadap
pembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat, sikap masyarakat di
warnai dengan kebudayaan yang ada di daerahnya.
4. Media massa
Media massa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan
pemberian informasi melalui media massa mengenai sesuatu hal akan
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.
5. Faktor Emosional
Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran
frustasi, atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang

Universitas Sumatera Utara

41

demikian merupakan sikap yang sementara, dan segera berlalu setelah
frustasinya hilang, namun dapat juga menjadi sikap yang lebih persisten
dan bertahan lama.
Komponen kebutuhan yang dirasakan diukur dengan perasaan subjektif
individu terhadap pelayanan kesehatan. Jadi secara umum dapat dikatakan
bahwa faktor kebutuhan merupakan penentu akhir bagi individu dalam
menentukan

seseorang

memanfaatkan

pelayanan

kesehatan

(Andersen, 1975).
Perbedaan pemilihan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada suatu kelompok
masyarakat dapat di telaah sebagai akibat perbedaan tingkatan pada masyarakat.
Stratifikasi dalam masyarakat mengacu pada definisi stratifikasi sosial menurut
beberapa pendapat pakar sosiologi. Menurut hewitt dan Mitchell dalam Bahrein
(1997), menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah tingkat perbedaan individu dalam
masyarakat yang mana dalam sistem sosial tertentu sebagai superior maupun inferior.
Sedangkan menurut Marx dan Weber dalam Bahrein (1997), mengatakan bahwa
stratifikasi sosial merupakan pencerminan dari suatu organisasi sosial suatu
masyarakat.
Soerjono (2006) menyatakan stratifikasi sosial merupakan suatu jenis
differensiasi sosial yang terkait dengan pengertian akan adanya jenjang secara
bertingkat. Jenjang secara bertingkat tersebut akan menghasilkan strata tertentu, dan
kedalam strata itulah masyarakat di masukkan.

Universitas Sumatera Utara

42

R. Andersen (1968) memperkenalkan model yang dikenal dengan model
Andersen yang kemudian disempurnakan bersama Newman dan model ini dinamakan
dengan Individual determinants of Health Service Utilization Teory, yang
menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap pemanfaaatan
pelayanan kesehatan oleh keluarga dan menyatakan bahwan hal itu bergantung pada :
1. Predisposisi Keluarga untuk Menggunakan Jasa Pelayanan Kesehatan
Komponen predisposisi keluarga dalam model tersebut mencakup karakteristik
keluarga sebelum kejadian penyakit, dimana terdapat kecenderungan yang
berbeda dalam penggunaan pelayanan kesehatan; meliputi variabel demografik
(umur, jenis kelamin, status perkawinan), variabel struktur sosial (pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis,
dokter dan penyakit (termasuk stres serta kecemasan yang ada kaitannya dengan
kesehatan).
Variabel-variabel predisposisi keluarga ini tidak serta merta berpengaruh
langsung terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor
pendorong untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2. Kemampuan untuk Melaksanakannya
Adalah suatu kondisi yang memungkinkan orang memanfaatkan pelayanan
kesehatan, atau setidak tidaknya mereka siap memanfaatkannya, yang terdiri dari
persepsi terhadap penyakit serta evaluasi klinis terhadap penyakit.
3. Kebutuhan terhadap Jasa Pelayanan Kesehatan
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud didalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai suatu kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara

43

2.4. Kerangka Pikir
Gambaran Karakteristik
Informan :
- Nilai
- Norma
- Kebiasaan
Pemanfaatan
Pelayanan
Jampersal

Fasilitas Kesehatan dan
SDM :
- Puskesmas
- Puskesmas Pembantu
- Poskesdes
- Jaminan Kesehatan
- Bidan

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir di atas merupakan gambaran budaya masyarakat seperti
karakteristik masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang
berlaku dan berlangsung

yakni

nilai, norma, dan kebiasaan yang masih

sampai saat ini terutama yang berkaitan dengan

pemanfaatan fasilitas Jaminan Persalinan. Adapun fasilitas kesehatan dan sumber
daya manusia telah tersedia untuk menunjang pemanfaatan Jaminan persalinan seperti
telah tersedianya Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa, Bidan.
Dimana nantinya secara keseluruhan dari karaketistik masyarakat dan penyediaan
fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia akan mempengaruhi pengambilan
keputusan masyarakat didalam memilih fasilitas pelayanan kesehatan terutama
didalam hubungannya dengan pemanfaatan Jampersal.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara 2013

1 61 152

Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Sungai Sibiru-Biru Kecamatan Sibiru Biru Kabupaten Deli Serdang

0 50 72

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Persepsi Stakeholders Tentang Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

5 49 97

Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 20

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 10

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 1