Persepsi Stakeholders Tentang Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

(1)

PERSEPSI STAKEHOLDERS TENTANG PELAKSANAAN KEMITRAAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KOTA DATAR KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2010

S K R I P S I

OLEH:

061000105

ANNIE AGUSTINA SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ABSTRAK

Kemitraan pertolongan persalinan merupakan upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah untuk bekerja sama dalam meningkatkan kerjasama dalam pertolongan persalinan berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing anggota tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam dan focus group discussion, sedangkan data sekunder diperoleh dari Profil Puskesmas Kota Datar dan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 17 orang, yang terdiri dari 1 informan kepala puskesmas, 1 informan tokoh masyarakat (kepala desa), 1 informan bidan koordinator puskesmas, 1 informan bidan staf puskesmas, 1 informan bidan desa, 2 informan kader, 2 informan dukun bayi dan 8 orang informan ibu hamil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua stakeholders mampu menjelaskan definisi kemitraan pertolongan persalinan. Kemitraan yang terjalin belum berjalan secara optimal dan belum ada kesepakatan yang jelas dalam pelaksanaan kemitraan. Seluruh stakeholders menyatakan bahwa pelaksanaan kemitraan memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan masih banyak masyarakat yang memanfaatkan dukun bayi dalam menolong persalinan, yaitu: pengetahuan yang rendah, kemiskinan, bidan desa kurang proaktif dan kultur budaya masyarakat.

Disarankan kepada Kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang, Kepala Puskesmas Kota Datar dan Bidan Koordinator Puskesmas agar lebih meningkatkan kegiatan

monitoring dan evaluasi kinerja bidan di desa. Diharapkan kepada bidan desa agar

lebih proaktif dan membangun kerjasama yang baik dengan dukun bayi dan kader dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Diharapkan juga agar bidan di desa perlu melakukan pendekatan dengan pemuka masyarakat secara persuasif, sehingga dapat lebih memahami kemauan dan harapan masyarakat tentang cara pelayanan persalinan.


(3)

ABSTRACT

Aid partnership child birth was an efforts that involved various sectors, society groups, government organizations although non government organizations to work together in child birth based on principle agreement reached and each part. In that partnership, there was agreement reached about commitment and about each member expectation to return agreement reached observation that has been made and also sharing even in risk or benefit gained.

This research was a survey with a qualitative approach which aimed to explain the perception of stakeholders about the implementation of aid partnership child birth in the region of Kota Datar Health Center Hamparan Perak Wake Country District Deli Serdang. Primer data were collected through in-depth interviewed and focus group discussion, secondary data were obtained from Kota Datar Health Center Profile and Deli Serdang District Health Profile. Informant in this study consisted of seventeen persons, namely a person from Head of Health Center, a person from village community leader, a person from Health Center midwife coodinator, a person from Health Center midwife staff, a person from village midwife, two persons from cadres, two persons from traditional midwife and eigth persons from pregnant mothers.

Results showed that not all of informants can explained the definition of aid partnership child birth. The partnership has not worked optimal and there wasn’t agreement reached in implementation of partnership. All of stakeholders said that aid partnership child birth provided benefits and positif impact for community. Some factors that caused many people used traditional midwife to helped child birth, were: the minim of knowledges, poverty, village midwifes not proactive yet and society culture.

It is suggested to Deli Serdang District Office, Head of Kota Datar Health Center and Coordinator Midwife to increase monitoring and evaluating of village midwife’s perform. It is expected to village midwife for more proactive and built good partnership with traditional midwife and cadres in implementation of aid partnership child birth. It is expected to village midwife in made persuasive approach with community leader until understood what society’s hopes in servicing child birth.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Persepsi ... 11

2.1.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi ... 11

2.1.2. Objek Persepsi ... 13

2.2. Penolong Persalinan ... 13

2.2.1. Persalinan yang Ditolong Tenaga Kesehatan ... 13

2.2.2. Persalinan yang Ditolong Tenaga Non Kesehatan ... 15

2.3. Making Pregnancy Safer (MPS) ... 19

2.3.1. Strategi MPS ... 20

2.3.2. Pesan Kunci ... 20

2.3.3. Kelompok Sasaran ... 21

2.4. Pelaksanaan Kemitraan ... 21

2.4.1. Pengertian Kemitraan ... 21

2.4.2. Persyaratan Kemitraan ... 22

2.4.3. Landasan Kemitraan... 22

2.4.4. Prinsip Kemitraan... 23

2.4.5. Tujuan dan Langkah-langkah Kemitraan ... 23

2.5. Peran Jajaran dan Pemangku Kepentingan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 25

2.6. Fokus Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2. Waktu penelitian ... 32


(5)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6. Definisi Istilah ... 34

3.7. Teknik Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1. Letak Geografis ... 36

4.1.2. Data Demografis ... 37

4.1.3. Sarana Kesehatan ... 37

4.1.4. Tenaga Kesehatan ... 38

4.2. Karakteristik Informan ... 38

4.3. Persepsi Informan... 39

4.3.1. Persepsi Informan tentang Pengertian Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 39

4.3.2. Persepsi Informan tentang Kapan Pertama Kali Mengetahui Adanya Kemitraan Pertolongan Persalinan... 40

4.3.3. Persepsi Informan tentang Keputusan yang Diambil terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 42

4.3.3.1. Persepsi Informan tentang Pendampingan dalam Memastikan Kehamilan ... 42

4.3.3.2. Persepsi Informan tentang Apakah telah Mengajak Ibu Hamil untuk Bersalin ke Tenaga Kesehatan ... 43

4.3.3.3. Persepsi Informan tentang Pendampingan dalam Pertolongan Persalinan ... 44

4.3.3.4. Persepsi Informan tentang Perbedaan Peran antara Dukun Bayi dengan Bidan dalam Menolong Persalinan ... 45

4.3.3.5. Persepsi Informan tentang Tindakan yang dilakukan saat menangani Proses Persalinan yang Tidak Aman (Perdarahan, Lahir Sungsang dan Sebagainya) ... 46

4.3.3.6. Persepsi Informan tentang Pencatatan Jumlah Persalinan yang Ditolong ... 47

4.3.3.7. Persepsi Informan tentang Pelaporan Jumlah Persalinan yang Ditolong ke Tenaga Kesehatan (Puskesmas/Bidan Desa) . 47

4.3.3.8. Persepsi Informan tentang Rujukan Persalinan ke Bidan Desa dan Uang Transport yang Diperoleh ... 48

4.3.4. Persepsi Informan tentang Kesepakatan dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 49


(6)

dalam Program Kemitraan Pertolongan

Persalinan... 49

4.3.4.2. Persepsi Informan tentang Siapa yang

Membagi Tugas dalam Kemitraan

Pertolongan Persalinan ... 50

4.3.4.3. Persepsi Informan tentang Kendala yang

Dihadapi dalam Pembagian Tugas

Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 51 4.3.5. Persepsi Informan tentang Tindakan Pelatihan/

Pembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan .. 51

4.3.5.1. Persepsi Informan tentang Pelatihan/

Pembinaan dalam Kemitraan Pertolongan

Persalinan... 51

4.3.5.2. Persepsi Informan tentang Kendala yang

Dihadapi dalam Kegiatan Pelatihan/

Pembinaan ... 53

4.3.5.3. Persepsi Informan tentang Upaya

Penanggulangan terhadap Kendala yang

Dihadapi dalam Kegiatan Pelatihan/

Pembinaan ... 54 4.3.6. Persepsi Informan tentang Pengawasan/Supervisi

dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan 54

4.4.4.1. Persepsi Informan tentang Pengawasan

yang telah dilakukan dalam Pelaksanan

Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 54

4.4.4.2. Persepsi Informan tentang Kendala yang

Dihadapi dalam Pengawasan/Supervisi

Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 55 4.3.7. Persepsi Informan tentang Manfaat yang Dirasakan

dari Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 56 4.3.8. Pernyataan Informan tentang Saran terhadap

Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 57 4.4. Persepsi Informan (Ibu Hamil) yang diperoleh melalui

Teknik Diskusi Berkelompok (Focus Group Discussion) ... 59 4.4.1. Persepsi Informan tentang Pihak yang Sebaiknya

Menolong Persalinan ... 59 4.4.2. Persepsi Informan tentang Pihak yang akan

Menolong Persalinannya dan Tempat yang dipilih

untuk Bersalin ... 59 4.4.3. Persepsi Informan tentang Penyebab Persalinan ke

Dukun Bayi ... 60 4.4.4. Persepsi Informan tentang Risiko Persalinan yang

Ditolong oleh Dukun Bayi ... 61 4.4.5. Persepsi Informan tentang Pendampingan kepada


(7)

Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan ... 62

4.4.6. Persepsi Informan tentang Kerjasama antara Bidan dengan Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan ... 63

4.4.7. Persepsi Informan tentang Kemitraan Pertolongan Persalinan yang Melibatkan Bidan Desa, Dukun Bayi, Kader dan Tokoh Masyarakat ... 64

4.4.8. Persepsi Informan tentang Manfaat Kemitraan Pertolongan Persalinan antara Bidan dengan Dukun Bayi ... 64

4.4.9. Persepsi Informan tentang Saran terhadap Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 65

4.5. Analisis Domain ... 66

BAB V PEMBAHASAN ... 69

5.1. Pengetahuan Stakeholders tentang Adanya Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 69

5.2. Persepsi Stakeholders tentang Keputusan yang Diambil dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 71

5.3. Persepsi Stakeholders tentang Kesepakatan dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 72

5.4. Persepsi Stakeholders tentang Pelatihan/Pembinaan dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 74

5.5. Persepsi Stakeholders tentang Pengawasan/Supervisi dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 76

5.6. Persepsi Stakeholders tentang Manfaat/Keuntungan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 78

5.7. Persepsi Informan (Ibu Hamil) tentang Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 79

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN :

Lampiran 1. Panduan Wawancara dan FGD Penelitian Lampiran 2. Surat Izin Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Distribusi Dukun Bayi yang Tersebar di Wilayah Kerja

Puskesmas Kota Datar... 7

Tabel 3.1. Tema Wawancara kepada Informan Penelitian ... 35

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga ... 37

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 4.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar ... 38

Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Datar ... 38

Tabel 4.5. Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik ... 39

Tabel 4.6. Matriks Pernyataan Informan tentang Pengertian Program Kemitraan dalam Pertolongan Persalinan ... 40

Tabel 4.7. Matriks Pernyataan Informan tentang Kapan Pertama Kali Mengetahui Adanya Program Kemitraan dalam Pertolongan Persalinan ... 41

Tabel 4.8. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan dalam Memastikan Kehamilan ... 42

Tabel 4.9. Matriks Pernyataan Informan tentang Sudah Mengajak Ibu Hamil untuk Melakukan Persalinan di Tenaga Kesehatan ... 43

Tabel 4.10. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan dalam Pertolongan Persalinan ... 44

Tabel 4.11. Matriks Pernyataan Informan tentang Perbedaan Peran Antara Dukun Bayi dengan Bidan Saat Bermitra dalam Menolong Persalinan ... 45

Tabel 4.12. Matriks Pernyataan Informan tentang Tindakan yang Dilakukan Saat Menangani Proses Persalinan yang Tidak Aman (Perdarahan, Lahir Sungsang dan Sebagainya) ... 46

Tabel 4.13. Matriks Pernyataan Informan tentang Pencatatan Jumlah Persalinan yang Ditolong ... 47

Tabel 4.14. Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaporan Jumlah Persalinan yang Ditolong ke Tenaga Kesehatan (Puskesmas/Bidan Desa) ... 48

Tabel 4.15. Matriks Pernyataan Informan tentang Rujukan Persalinan ke Bidan Desa dan Uang Transport yang Diperoleh ... 48

Tabel 4.16. Matriks Pernyataan Informan tentang Pembagian Tugas dalam Program Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 49

Tabel 4.17. Matriks Pernyataan Informan tentang Siapa yang Membagi Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 50

Tabel 4.18. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Pembagian Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 51

Tabel 4.19. Matriks Pernyataan Informan tentang Tindakan Pelatihan/ Pembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 52


(9)

Tabel 4.20. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi

dalam Kegiatan Pelatihan/Pembinaan ... 53

Tabel 4.21. Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya Penanggulangan

terhadap Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan

Pelatihan/Pembinaan ... 54

Tabel 4.22. Matriks Pernyataan Informan tentang Pengawasan/Supervisi

yang telah Dilakukan dalam Pelaksanaan Kemitraan

Pertolongan Persalinan ... 55

Tabel 4.23. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi

dalam Pengawasan/Supervisi Pelaksanaan Kemitraan

Pertolongan Persalinan ... 55

Tabel 4.24. Matriks Pernyataan Informan tentang Manfaat/Keuntungan

yang Dirasakan dari Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan

Persalinan ... 56 Tabel 4.25. Matriks Pernyataan Informan tentang Saran terhadap

Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan ... 58

Tabel 4.26. Matriks Pengetahuan Informan tentang Pihak yang Sebaiknya

Menolong Persalinan ... 59

Tabel 4.27. Matriks Pernyataan Informan tentang Pihak yang Akan

Menolong Persalinannya dan Tempat yang Dipilih untuk

Bersalin ... 60 Tabel 4.28. Matriks Pernyataan Informan tentang Penyebab Persalinan

ke Dukun Bayi ... 61 Tabel 4.29. Matriks Pernyataan Informan tentang Risiko Persalinan yang

Ditolong oleh Dukun Bayi ... 62

Tabel 4.30. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan kepada

Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan ... 62 Tabel 4.31. Matriks Pernyataan Informan tentang Kerjasama antara

Bidan dengan Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan ... 63 Tabel 4.32. Matriks Persepsi Informan tentang Kemitraan

Pertolongan Persalinan yang Melibatkan Bidan Desa,

Dukun Bayi, Kader dan Tokoh Masyarakat ... 64

Tabel 4.33. Matriks Pernyataan Informan tentang Manfaat Kemitraan

Pertolongan Persalinan antara Bidan dengan Dukun Bayi ... 65 Tabel 4.34. Matriks Pernyataan Informan tentang Saran terhadap

Kemitraan Pertolongan Persalinan antara Bidan dengan

Dukun Bayi ... 65 Tabel 4.35. Persepsi Stakeholders tentang Pelaksanaan Kemitraan

Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

ABSTRAK

Kemitraan pertolongan persalinan merupakan upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah untuk bekerja sama dalam meningkatkan kerjasama dalam pertolongan persalinan berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing anggota tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam dan focus group discussion, sedangkan data sekunder diperoleh dari Profil Puskesmas Kota Datar dan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 17 orang, yang terdiri dari 1 informan kepala puskesmas, 1 informan tokoh masyarakat (kepala desa), 1 informan bidan koordinator puskesmas, 1 informan bidan staf puskesmas, 1 informan bidan desa, 2 informan kader, 2 informan dukun bayi dan 8 orang informan ibu hamil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua stakeholders mampu menjelaskan definisi kemitraan pertolongan persalinan. Kemitraan yang terjalin belum berjalan secara optimal dan belum ada kesepakatan yang jelas dalam pelaksanaan kemitraan. Seluruh stakeholders menyatakan bahwa pelaksanaan kemitraan memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan masih banyak masyarakat yang memanfaatkan dukun bayi dalam menolong persalinan, yaitu: pengetahuan yang rendah, kemiskinan, bidan desa kurang proaktif dan kultur budaya masyarakat.

Disarankan kepada Kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang, Kepala Puskesmas Kota Datar dan Bidan Koordinator Puskesmas agar lebih meningkatkan kegiatan

monitoring dan evaluasi kinerja bidan di desa. Diharapkan kepada bidan desa agar

lebih proaktif dan membangun kerjasama yang baik dengan dukun bayi dan kader dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Diharapkan juga agar bidan di desa perlu melakukan pendekatan dengan pemuka masyarakat secara persuasif, sehingga dapat lebih memahami kemauan dan harapan masyarakat tentang cara pelayanan persalinan.


(12)

ABSTRACT

Aid partnership child birth was an efforts that involved various sectors, society groups, government organizations although non government organizations to work together in child birth based on principle agreement reached and each part. In that partnership, there was agreement reached about commitment and about each member expectation to return agreement reached observation that has been made and also sharing even in risk or benefit gained.

This research was a survey with a qualitative approach which aimed to explain the perception of stakeholders about the implementation of aid partnership child birth in the region of Kota Datar Health Center Hamparan Perak Wake Country District Deli Serdang. Primer data were collected through in-depth interviewed and focus group discussion, secondary data were obtained from Kota Datar Health Center Profile and Deli Serdang District Health Profile. Informant in this study consisted of seventeen persons, namely a person from Head of Health Center, a person from village community leader, a person from Health Center midwife coodinator, a person from Health Center midwife staff, a person from village midwife, two persons from cadres, two persons from traditional midwife and eigth persons from pregnant mothers.

Results showed that not all of informants can explained the definition of aid partnership child birth. The partnership has not worked optimal and there wasn’t agreement reached in implementation of partnership. All of stakeholders said that aid partnership child birth provided benefits and positif impact for community. Some factors that caused many people used traditional midwife to helped child birth, were: the minim of knowledges, poverty, village midwifes not proactive yet and society culture.

It is suggested to Deli Serdang District Office, Head of Kota Datar Health Center and Coordinator Midwife to increase monitoring and evaluating of village midwife’s perform. It is expected to village midwife for more proactive and built good partnership with traditional midwife and cadres in implementation of aid partnership child birth. It is expected to village midwife in made persuasive approach with community leader until understood what society’s hopes in servicing child birth.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut dikategorikan buruk dan belum berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kelompok yang paling rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan adalah ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, berbagai pihak terkait seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat setempat dan lainnya bersama-sama bekerja untuk meningkatkan partisipasi dan menyediakan fasilitas yang baik bagi pertolongan persalinan.

Persalinan ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan profesional harus memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman. Hal ini tertuang dalam program Safe Motherhood. Program Safe Motherhood merupakan upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas serta menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditujukan bagi negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut (Safrudin, dkk, 2009).

Pemerintah Republik Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) setelah program Safe Motherhood.


(14)

Salah satu strategi MPS dalam upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu adalah dengan membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas sektor (institusi pemerintah) dan mitra lainnya (lembaga donor, swasta, masyarakat dan keluarga). Kemitraaan tersebut berupa pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dukun dalam menolong persalinan. Dengan demikian, dukun dapat lebih mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan serta jika terdapat indikasi kehamilan dan persalinan gawat darurat, maka diharapkan dukun dapat segera minta pertolongan kepada bidan (Notoatmodjo, 2005).

Bentuk kemitraan antara bidan desa, dukun bayi, kader dan tokoh masyarakat terdapat pada Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Dalam P4K dilakukan metode stikerisasi. Metode ini merupakan terobosan dalam mempercepat penurunan AKI. Melalui P4K, setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Stiker ini ditempel di setiap rumah yang memiliki ibu hamil. Salah satu manfaat dari stikerisasi ini adalah mempercepat berfungsinya Desa Siaga/Siap Antar Jaga (Anonim, 2010).

Komitmen bidan desa dan partisipasi semua komponen lapisan masyarakat desa diperlukan untuk mencapai keberhasilan program Desa Siaga. Bidan desa merupakan motor penggerak dari Desa Siaga. Oleh karena itu, agar desa memiliki kesiapsiagaan untuk menanggulangi kegawatdaruratan ibu hamil dan bersalin, maka perlu dikembangkan mekanisme kemitraan seperti kemitraan bidan desa dengan dukun bayi. Sayangnya peran bidan seperti yang tertulis di atas tidak didukung dengan ketersediaan bidan di setiap desa dimana dari sekitar 69.957 desa di Indonesia hanya ada sekitar 30.236 bidan di desa (Depkes RI, 2007).


(15)

Menurut Wikelman dalam Anggorodi (2009), dalam metode antropologi medis, ilmu kedokteran dan sistem kedukunan terdapat tiga unsur pokok, antara lain: (1) Unsur-unsur sosial yaitu hubungan antara petugas kesehatan, dukun dan masyarakat, (2) Ide dan konsep mengenai kehidupan dan kematian, alam dan alam gaib yang dianut oleh dukun dan masyarakat serta kepercayaan tentang sebab-sebab penyakit dan kematian pada bayi dan ibu yang baru melahirkan, dan (3) Praktik pengobatan yang dilakukan oleh dokter, bidan dan perawat.

Depkes R.I. Tahun 2009 menargetkan AKI di Indonesia menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target Millenium Development

Goals (MDGs) yang menetapkan AKI 102/100.000 kelahiran pada Tahun 2015.

Dalam Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia Tahun 2001-2010, Depkes RI (2001) menyebutkan bahwa dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.

Menurut Noerdin dalam Prastowo (2010), AKI Indonesia masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain, seperti Malaysia dan Thailand yang masing-masing AKI nya antara 30 hingga 24 per 100.000 kelahiran hidup. Hal-hal yang menyebabkan kematian ibu melahirkan bukan hanya disebabkan oleh pendarahan dan eklampsia, tetapi juga disebabkan oleh kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan persalinan yang berkualitas.

Menurut Noerdin dalam Prastowo (2010), ada tiga hal yang membuat ibu meninggal saat melahirkan, yaitu: (1) Terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, (2) Terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan (3) Terlambat


(16)

mendapatkan pelayanan. Ketiga jenis keterlambatan yang membuat ibu meninggal tersebut terkait erat dengan berbagai faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah tingginya proporsi melahirkan di rumah, yaitu sebesar 59%.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2008), penolong kelahiran terakhir di pedesaan antara lain : ditolong bidan 46,34%, ditolong dukun bayi 42,75%, ditolong oleh dokter 6,11%, ditolong oleh famili 3,86%, ditolong Nakes lain 0,61% dan lainnya sebesar 0,33%. Di pedesaan, bidan dan dukun sama-sama diminati oleh ibu bersalin sebagai penolong persalinannya.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bervariasi antar-provinsi dengan cakupan pertolongan persalinan di bawah angka rata-rata nasional, yakni di Provinsi Lampung, Jambi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Papua, Papua Barat, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Barat. Data persalinan di NTB disebutkan dari 31 kecamatan se-NTB ditemukan 95,7% persalinan dilakukan di rumah dan 85 % di antaranya ditolong oleh dukun, 32% ditolong oleh dukun tidak terlatih dan hanya 2,6% saja persalinan yang dilakukan di rumah sakit (Prastowo, 2010).

Pertolongan persalinan oleh tenaga non-medis juga mempunyai catatan yang tinggi di Jawa Timur. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Propinsi Jawa Timur Tahun 2004 menyebutkan bahwa penolong kelahiran oleh tenaga non kesehatan (dukun dan lainnya) di Jawa Timur masih terlihat cukup tinggi. Diperoleh data dari 2.860.764 kelahiran, sebanyak 27,36% penolong kelahiran pertamanya dilakukan oleh tenaga non-medis (dukun, family dan lainnya). Berdasarkan data Statistik


(17)

Kesejahteraan Rakyat Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2004, dari 224.643 kelahiran, sekitar 15,38% proses kelahirannya ditolong oleh dukun (Bambang, 2006).

Akses ke pelayanan kesehatan mempunyai korelasi kuat dengan kematian ibu. Semakin tinggi proporsi masyarakat yang sulit ke pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi juga AKI. Terdapat hubungan kuat antara tempat melahirkan dan penolong persalinan dengan kematian maternal, yaitu makin tinggi proporsi ibu yang melahirkan di fasilitas non kesehatan dan ditolong oleh dukun, maka makin tinggi risiko kematian maternal (Rukmini, 2005).

Memilih dukun atau tenaga non kesehatan sebagai penolong dalam proses persalinan memang bukan hal baru dalam realitas masyarakat kita. Pertolongan persalinan dengan tenaga non kesehatan ini sudah banyak terjadi, terutama di sejumlah daerah yang tidak terakses layanan kesehatan dengan baik. Pada beberapa daerah, tenaga non kesehatan jumlahnya jauh lebih besar daripada jumlah tenaga kesehatan (Bambang, 2006).

Fenomena dukun bayi merupakan salah satu bagian yang cukup besar pengaruhnya dalam menentukan status kesehatan ibu dan bayi, karena sekitar 40% kelahiran bayi di Indonesia dibantu oleh dukun bayi. Keadaan ini semakin diperparah karena umumnya dukun bayi yang menolong persalinan tersebut bukan dukun terlatih (Koesno, 2003).

AKI Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2008 cukup tinggi yaitu mencapai 78.784 orang dari 328.268 orang (24%). Tingginya angka ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan ibu terhadap kehamilannya. Total Fertility Rate (TFR) Sumatera Utara pun masih terbilang cukup tinggi, yaitu 3,8 anak per perempuan usia


(18)

produktif yang melebihi TFR nasional sebesar 2,6 anak per perempuan usia produktif dan merupakan yang tertinggi ke-3 secara nasional. Dikhawatirkan pada Tahun 2015 akan terjadi baby boom di Indonesia, sehingga jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 230 juta orang (Anonim, 2008).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, jumlah persalinan pada Tahun 2008 sebanyak 42.495 persalinan, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 33.996 orang (80%), sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan sebanyak 8.499 orang (20%) (Profil Dinkes Kabupaten Deli Serdang, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, jumlah persalinan pada Tahun 2008 sebanyak 1.311 persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 1004 orang (76,58 %), sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan sebanyak 307 orang (23,42 %). Cakupan kunjungan ibu hamil K1 sebanyak 1135 dari 1373 ibu hamil (82,67%) dan cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 1055 dari 1373 ibu hamil (76,84%).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) Puskesmas Kota Datar, kasus AKI pada Tahun 2008 sebanyak 1 kasus, Tahun 2009 sebanyak 2 kasus dan antara bulan Januari-April 2010 sebanyak 2 kasus. Kasus AKB pada Tahun 2008 sebanyak 4 kasus, Tahun 2009 sebanyak 7 kasus dan antara bulan Januari-April 2010 sebanyak 3 kasus.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Puskesmas Kota Datar, diketahui terdapat 7 orang bidan desa dan hanya 3 orang bidan desa yang


(19)

bertempat tinggal di desa. Poskesdes ada 3 di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar, yaitu di Desa Paluh Manan, Desa Tandem Hilir I dan Desa Tandem Hilir II. Puskesmas ini melayani 7 desa yang ada di wilayah kerjanya dan jumlah dukun bayi yang tersebar sebanyak 15 orang, secara rinci dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.1. Distribusi Dukun Bayi yang Tersebar di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar

No Desa Jumlah Dukun Bayi

1 Desa Kota Datar 3

2 Desa Paluh Manan 2

3 Desa Tandem Hilir 1 2

4 Desa Tandem Hilir 2 2

5 Desa Tandem Hulu 1 2

6 Desa Tandem Hulu 2 -

7 Desa Bulu cina 4

Total 15

Pada dasarnya telah terjalin kemitraan antara dukun bayi dengan bidan desa dan kader, namun belum berjalan secara optimal. Peranan dan partisipasi tokoh masyarakat dalam peningkatan pelayanan pertolongan persalinan juga masih belum optimal.

Perilaku manusia adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Teori kognitif mengatakan bahwa perilaku seseorang disebabkan adanya rangsangan (stimulus), kemudian memprosesnya ke dalam kognisi yang akan menghasilkan jawaban (respons). Perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan yang terbuka saja, melainkan juga termasuk faktor-faktor internal seperti berpikir, emosi, persepsi dan kebutuhan (Thoha, 2008).

Menurut Thoha (2008), persepsi adalah proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang kenyataan yang barangkali jauh dari


(20)

kebenarannya. Hal ini berarti bahwa hasil dari persepsi setiap orang akan berbeda-beda dan tidak menjamin bahwa apa yang mereka tafsirkan, rasakan, alami dan sebagainya sesuai dengan kenyataan atau kebenaran.

Menurut Notoatmodjo (2005), kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama yang formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing anggota tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi (sharing) baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh. Terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu: (1) Kerja sama antara kelompok, organisasi dan individu, (2) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama, (3) Saling menanggung risiko dan keuntungan.

Menurut penelitian Bangun (2008), persepsi informan dibentuk oleh aspek informasi yang diterima, pengetahuan yang dimiliki, penilaian serta pengalaman yang dirasakan oleh informan. Menurut penelitian Pulungan (2005), persepsi dipengaruhi oleh pemahaman dan pengetahuan informan itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi stakeholders terhadap pelaksanaan kemitraan dalam peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.


(21)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Puskesmas Kota Datar agar lebih mengembangkan

pelaksanaan kemitraan dalam pertolongan persalinan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah kerjanya.

2. Sebagai masukan bagi bidan koordinator Puskesmas Kota Datar dalam

mendorong dan meningkatkan peran serta dukun bayi terlatih dalam program KIA-KB.

3. Sebagai masukan bagi dukun bayi, bidan desa, kader dan tokoh masyarakat untuk lebih berperan serta dalam rangka meningkatkan kemitraan dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar.


(22)

4. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya bidang administrasi dan kebijakan kesehatan mengenai pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.

5. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2008).

Menurut Winardi dalam Tarigan (2009), persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter atau metode untuk mengorganisasikan stimulus yang memungkinkan individu menghadapi lingkungannya. Proses persepsi dengan mekanisme melalui stimulus yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.

2.1.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Menurut Robbins dalam Tarigan (2009), ada beberapa faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu:

a. Pelaku persepsi (perceiver), yaitu pelaku persepsi memandang suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik pribadi yang lebih


(24)

relevan memengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.

b. Objek atau target yang dipersepsikan, yaitu target/objek yang dipersepsikan juga mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat memengaruhi persepsi yaitu kedekatan.

c. Situasi dimana persepsi itu dilakukan, yaitu unsur-unsur lingkungan sekitar dan waktu memengaruhi persepsi individu.

Menurut Notoatmodjo (1993), reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus atau rangsangan dapat terjadi dalam bentuk:

a. Receiving atau attending, yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam

bentuk masalah, situasi dan gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan.

b. Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap

stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan dan kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.

c. Valuing atau penilaian, yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

d. Organisasi, yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi

termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan dan prioritas nilai yang dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.


(25)

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang memengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

2.1.2. Objek Persepsi

Pembentukan persepsi merupakan proses pengamatan, maka objek yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu :

a. Manusia, termasuk di dalamnya kehidupan sosial dan nilai-nilai kultural. b. Benda-benda mati, seperti bangku dan meja.

Persepsi yang menggunakan manusia sebagai objeknya disebut persepsi interpersonal, sedangkan yang menggunakan benda-benda mati sebagai objeknya disebut persepsi objek (Rakhmat, 2005).

2.2. Penolong Persalinan

2.2.1. Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat yaitu:

1. Dokter spesialis kebidanan

Dokter spesialis kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir dokter spesialis kebidanan dan kandungan/obstetri ginekologi.


(26)

Dokter umum adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir dokter umum.

3. Bidan

a. Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang

Registrasi dan Praktik Bidan, menyebutkan bahwa bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku.

b. Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang

Standar Profesi, menyebutkan bahwa bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Pengertian bidan ini mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relatif sangat muda dan pengalaman mereka juga belum banyak dan masih kurang dewasa, sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan masih diterima oleh masyarakat.

c. Fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah: (a) Memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan KB dan pengayoman medis kontrasepsi, (b) Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat, (c) Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader kesehatan serta dukun bayi, (d) Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan, (e) Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat, (f) Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan darurat


(27)

harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya dan (g) Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan.

Pada prinsipnya penolong persalinan baik yang dilakukan di rumah klien maupun di sarana kesehatan seperti bidan praktik swasta, klinik, puskesmas dan sarana kesehatan lain harus tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Sterilitas/pencegahan infeksi.

b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar pelayanan. c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi.

Penempatan bidan di desa memungkinkan penanganan dan rujukan hamil berisiko sejak dini, serta identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan risiko kehamilan yang disandangnya. Bidan yang ditempatkan di desa diharapkan secara bertahap mampu meningkatkan jangkauan persalinan. Diharapkan pula supaya masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman (Meilani, dkk, 2009).

2.2.2. Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Non Kesehatan

Persalinan ada yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan ada juga yang ditolong oleh tenaga non kesehatan seperti dukun bayi misalnya di daerah terpencil, persalinan biasanya ditolong oleh keluarga atau orang lain yang dipercaya dapat menolong persalinan (Meilani, dkk, 2009).

Penolong persalinan tenaga non kesehatan atau yang biasa disebut dengan dukun bayi merupakan seorang anggota masyarakat yang pada umumnya adalah


(28)

seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional. Keterampilan tersebut diperoleh secara turun-temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan serta melalui tenaga kesehatan. Dukun bayi juga merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat (Meilani, dkk, 2009).

Menurut Depkes (1993), dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah dan upacara adat serimonial lainnya. Biasanya dukun bayi adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).

Menurut Koesno (2003) pengertian dukun bayi terlatih adalah seseorang dengan jenis kelamin wanita yang dapat dan mampu membantu persalinan dan merawat bayi yang telah mendapatkan pelatihan sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menolong persalinan secara normal, minimal tentang kebersihan dalam menolong persalinan.


(29)

Baik di desa maupun di perkotaan, dukun termasuk tipe pemimpin informal karena pada umumnya mereka memiliki kekuasaan dan wewenang yang disegani oleh masyarakat sekelilingnya. Wewenang yang dimilikinya terutama adalah wewenang karismatis. Secara teoritis, wewenang dapat dibedakan atas wewenang tradisional, wewenang rasionil dan wewenang karismatis. Dukun dianggap sebagai orang yang memiliki wewenang karismatis, yaitu kemampuan atau wibawa yang khusus yang terdapat dalam dirinya. Wibawa tadi dimiliki tanpa dipelajari, tetapi ada dengan sendirinya dan merupakan anugerah dari Tuhan (Adimihardja, 2005).

Dukun bayi merupakan sosok yang sangat dipercaya di kalangan masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai nifas secara sabar. Diakui oleh masyarakat bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan. Umumnya masyarakat merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun bayi atau lebih dikenal dengan bidan kampung, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun bayi tersebut sangat terbatas karena didapatkan secara turun-temurun atau tidak berkembang (Meilani, dkk, 2009).

Peran dukun bayi terlatih ini tidak jauh dengan bidan dalam kehidupan masyarakat, yang membedakan hanya latar belakang dan jenis pendidikan formal yang pernah diperoleh. Disamping itu, dukun bayi berada langsung di bawah pengawasan Pimpinan Puskesmas atau Bidan Koordinator di Puskesmas, dengan demikian seluruh tugas dan kegiatan yang dilakukannya langsung dilaporkan dan


(30)

dipertanggungjawabkan kepada Pimpinan Puskesmas atau Bidan Koordinator di Puskemas (Koesno, 2003).

Suparlan (1991), mengatakan bahwa dukun mempunyai ciri-ciri, yaitu: a. Pada umumnya terdiri dari orang biasa.

b. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf.

c. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi

karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi dengan tujuan untuk menolong sesama.

d. Di samping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap,

misalnya petani atau buruh kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun merupakan pekerjaan sambilan.

e. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari

masing-masing orang yang ditolong, sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.

f. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang

berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat.

Menurut Nadjib (2007), perilaku dan kondisi lingkungan merupakan faktor utama penyebab masalah kesehatan, baru kemudian faktor pelayanan kesehatan. Karena itu perlu ada upaya serius untuk mengubah perilaku dan budaya masyarakat. Contohnya, AKI akan sulit turun kalau budaya dan perilaku tidak berubah, meski sudah ada bidan di desa dan asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin (askeskin), pemanfaatannya bergantung pada banyak faktor.


(31)

Pada lembaga kesehatan pemerintah, dukun hanya sebagai pembantu bidan namun sebenarnya perannya tidak terbatas disitu saja. Dukun bayi merawat badan ibu hamil dengan memanfaatkan keahliannya mulai dari memeriksa posisi bayi di dalam perut dan yang paling penting adalah peranannya dalam upacara syukuran kelahiran. Tidak hanya kepada ibu hamil tetapi juga terhadap keluarga, keberadaan dukun membawa peran yang berarti dalam mempertahankan kepercayaan dan budaya kehidupan sosial (Cholil, 2003).

2.3. Making Pregnancy Safer (MPS)

Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan program lanjutan dari Safe Motherhood, yang bertujuan untuk mempecepat penurunan kesakitan dan kematian

ibu dan bayi baru lahir. MPS terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor dan peminjam, swasta, masyarakat dan keluarga. Perhatian khusus diberikan pada penyediaan pelayanan yang memadai dan berkelanjutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan (Anonim, 2010).

Melalui MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan dan pihak-pihak lain yang terlibat lainnya untuk melaksanakan upaya bersama dalam meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan guna menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif berdasarkan bukti ilmiah (evidence based). Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat


(32)

yang menjamin agar ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan yang mereka butuhkan bilamana diperlukan, dengan penekanan khusus pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil pada saat melahirkan serta pelayanan yang tepat dan berkesinambungan (Purwanto, 2009).

2.3.1. Strategi MPS

Ada empat strategi utama dalam upaya penurunan angka kesakitan dan kematian ibu:

a. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

yang berkualitas dan cost effective.

b. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas

sektor dan mitra lainnya.

c. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan

dan perilaku sehat.

d. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan

pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2003).

2.3.2. Pesan Kunci MPS

Strategi MPS memiliki tiga pesan kunci, yaitu: a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang memadai.

c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang


(33)

2.3.3. Kelompok Sasaran

Perhatian khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, baik di perkotaan dan pedesaan serta masyarakat di daerah terpencil. Program Jejaring Pengaman Sosial (JPS), yang telah dimulai sejak 1988 perlu dipertahankan dengan berbagai cara. Program ini telah menyediakan pelayanan kesehatan dasar dan bidan di desa secara gratis bagi penduduk miskin (Anonim, 2010).

2.4. Pelaksanaan Kemitraan

Pelaksanaan merupakan suatu bentuk perilaku manusia. Thoha (2008) menyatakan perilaku manusia adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Teori kognitif mengatakan bahwa perilaku seseorang disebabkan adanya rangsangan (stimulus), kemudian memprosesnya ke dalam kognisi yang akan menghasilkan jawaban (respons).

2.4.1. Pengertian Kemitraan

Menurut Notoatmodjo (2005), kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing. Adapun unsur-unsur kemitraan adalah:

a. Adanya hubungan/kerjasama antara dua pihak atau lebih. b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut.

c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak


(34)

d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

Terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu: a. Kerja sama antara kelompok, organisasi dan individu.

b. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama.

c. Saling menanggung risiko dan keuntungan (Notoatmodjo, 2005).

2.4.2. Persyaratan Kemitraan

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan.

b. Saling mempercayai dan saling menghormati.

c. Harus saling menyadari pentingnya arti kemitraan.

d. Harus ada kesepakatan visi, misi, tujuan dan nilai yang sama. e. Harus berpijak pada landasan yang sama.

f. Kesediaan untuk berkorban (Notoatmodjo, 2005).

2.4.3. Landasan Kemitraan

Dalam membangun kemitraan dengan mitra-mitra atau calon-calon mitra kesehatan perlu dilandasi dengan tujuh saling, yaitu:

a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing (structure).

b. Saling memahami kemampuan masing-masing anggota (capacity)

c. Saling menghubungi (linkage). d. Saling mendekati (proximity).

e. Saling terbuka dan bersedia membantu (openes)


(35)

g. Saling menghargai (reward) (Notoatmodjo, 2005).

2.4.4. Prinsip Kemitraan

Ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota atau mitra, yaitu:

a. Kesetaraan (equity).

b. Keterbukaan (transparency).

c. Saling menguntungkan (mutual benefit) (Notoatmodjo, 2005).

2.4.5. Tujuan dan Langkah-langkah Kemitraan

Dari uraian tentang pengertian dan prinsip kemitraan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara implisit tujuan kemitraan dalam program kesehatan adalah:

a. Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi kewajiban peran masing-masing

dalam pembangunan kesehatan.

b. Meningkatkan komunikasi antar sektor, baik pemerintah dan swasta tentang

masalah kesehatan.

c. Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan

dan memaksimalkan keuntungan semua pihak

d. Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama. Dalam komitmen pasti ada

pengorbanan masing-masing anggota, baik pengorbanan tenaga, pikiran, dana dan sebagainya.

e. Tercapainya upaya kesehatan yang efisien dan efektif atau berdaya guna dan


(36)

Untuk pencapaian tujuan-tujuan kemitraan seperti diuraikan di atas, maka perlu langkah-langkah yang strategis. Langkah-langkah pelaksanaan kemitraan ini dapat diuraikan seperti di bawah ini:

a. Penjajakan.

b. Penyamaan persepsi.

c. Pengaturan peran. d. Komunikasi intensif. e. Melaksanakan kegiatan.

f. Pemantauan dan penilaian (Notoatmodjo, 2005).

Kemitraan bukanlah sebagai output atau tujuan, bukan juga sebuah proses, melainkan merupakan suatu sistem. Artinya, dalam mengembangkan dan sekaligus untuk mengevaluasi kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem, yakni:

a. Input, adalah semua sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing unsur yang

terjalin dalam kemitraan, terutama sumber daya manusia dan sumber daya yang lain seperti: dana, sistem informasi, teknologi dan sebagainya.

b. Process, adalah kegiatan-kegiatan untuk membangun kemitraan tersebut.

Kegiatan-kegiatan untuk membangun kemitraan antara lain melalui pertemuan-pertemuan, seminar, loka karya, pelatihan-pelatihan, semiloka dan sebagainya. c. Output, adalah terbentuknya jaringan kerja atau networking, aliansi, forum dan

sebagainya yang terdiri dari berbagai unsur seperti telah disebutkan di atas.

d. Outcome, adalah dampak daripada kemitraan terhadap peningkatan kesehatan


(37)

2.5. Peran jajaran dan Pemangku Kepentingan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan (Desa Siaga)

1. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk

penetapan peraturan atau keputusan tentang pengembangkan desa dan kelurahan siaga aktif.

b. Menetapkan mekanisme koordinasi antar instansi terkait dengan seluruh

instansi yang terlibat dalam pengembangan desa dan kalurahan siaga aktif.

c. Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk

penetapan peraturan atau keputusan tentang pelaksanaan revitalisasi puskesmas dan posyandu di wilayahnya.

d. Membentuk forum Pokjanal desa dan kelurahan siaga di tingkat kabupaten

dan kota.

e. Menyelenggarakan pelatihan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif

bagi aparatur desa dan kelurahan, KPM dan lembaga kemasyarakatan serta pihak-pihak lain.

f. Memberikan bantuan pembiayaan dari APBD kabupaten/kota dan sumber

daya lain untuk pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif

g. Menyelenggarakan sistem informasi desa siaga yang terintegrasi dalam profil desa dan kelurahan lingkup kabupaten/kota, melalui penetapan langkah dan mekanisme penyelenggaraan dan pelaporan penyelenggaraan secara berjenjang dari desa/kelurahan-kecamatan-kabupaten/kota-provinsi dan pemerintah pusat.


(38)

h. Memfasilitasi kecamatan dan desa untuk ikut bertanggung jawab dalam pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.

i. Melaksanakan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan masing-masing (Kepmenkes, 2010) .

2. Peran Kecamatan

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga

aktif terintegrasi dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait.

b. Mengkoordinasikan penerapan kebijakan/peraturan perundang-undangan

berkaitan dengan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.

c. Membentuk forum desa dan kelurahan siaga tingkat kecamatan.

d. Menyelenggarakan sistem informasi desa siaga yang terintegrasi dalam profil desa dan kelurahan lingkup kecamatan (Kepmenkes, 2010).

3. Peran Pemerintah Desa

a. Menerbitkan peraturan tingkat desa dan kelurahan untuk pengembangan desa

siaga aktif dan kelurahan siaga aktif serta mengawasi pelaksanaannya.

b. Mengintegrasikan rencana pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif ke

dalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) desa dan kelurahan (di desa berupa perumusan program pemberdayaan masyarakat dalam APB desa yang berkaitan dengan upaya mengembangkan desa siaga aktif).

c. Mengupayakan bantuan dana dan sumber daya lain baik pemerintah,

pemerintah daerah, maupun dari pihak-pihak lain untuk mendukung pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.


(39)

d. Dalam rangka pelaksanaan alokasi dana desa agar dalam pendistribusian pada kebutuhan lokal desa diharapkan dapat membantu pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif terutama menyangkut:

1) Penyuluhan dan motivasi masyarakat

2) Penggerakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan desa dan kelurahan siaga aktif.

3) Koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk melaksanakan

pengembangan program desa dan kelurahan siaga aktif.

b. Melaksanakan pengembangan desa dan kelurahan aktif di desa dan kelurahan, melalui pengadaan sarana pendukung bagi kelancaran penyelenggaraan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.

c. Memanfaatkan forum desa yang sudah ada.

d. Melakukan konsultasi dengan BPD dan masyarakat tetang penggerakan

masyarakat dalam melaksanakan program desa dan kelurahan siaga aktif.

e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan desan dan kelurahan siaga aktif

terintegrasi dalam laporan pertanggungjawaban kepala desa atau lurah (Kepmenkes, 2010).

4. Peran Puskesmas

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan Obstetrik

dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

b. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat kecamatan dan desa

dalam rangka pengembangan Desa Siaga.


(40)

d. Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan desa siaga (Dinkes Jatim, 2006).

5. Peran Tokoh Masyarakat

a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa Siaga.

b. Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.

c. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa Siaga

(Dinkes Jatim, 2006).

6. Peran Tim Penggerak PKK

a. Berperan aktif dalam pengembangan dan menyelenggarakan UKBM di Desa

Siaga ( Posyandu, Polindes, KPKIA dan lain-lain).

b. Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan

memanfaatkan UKBM yang ada.

c. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan kadarzi

dan PHBS (Dinkes Jatim, 2006).

7. Peran Bidan di Desa

a. Peran fasilitator

Peran utama fasilitator adalah menjadi pemandu proses, ia selalu mencoba proses yang terbuka, inklusif dan adil sehingga setiap individu berpartisipasi secara seimbang. Fasilitator juga menciptakan ruang aman dimana semua pihak bisa sungguh-sungguh berpartisipasi.


(41)

Peran motivator adalah peran untuk menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan tersebut.

c. Peran katalisator

Katalisator adalah orang-orang yang menjadikan segalanya terlaksana. Karakteristik seorang katalisator antara lain: intuitif, komunikatif, bersemangat, berbakat, kreatif, menginisiatifkan, bertanggung jawab, murah hati dan berpengaruh (Dinkes Jatim, 2006).

2.6. Fokus Penelitian

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka fokus dalam penelitian ini adalah:

Pengetahuan tentang Kemitraan Pertolongan

Persalinan

Persepsi Stakeholders tentang Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan :

1. Keputusan dalam kemitraan:

a. Keikutsertaan dalam Kemitraan

Pertolongan Persalinan

b. Bentuk Kerjasama dalam

Kemitraan Pertolongan Persalinan

2. Kesepakatan dalam Kemitraan

Pertolongan Persalinan

3. Pelatihan/Pembinaan dalam

Kemitraan Pertolongan Persalinan

4. Pengawasan Kepala Puskesmas,

Kepala Desa dan Bidan

Koordinator terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan


(42)

Gambar 2.1. Fokus Penelitian

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dirumuskan definisi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan tentang kemitraan pertolongan persalinan adalah pengetahuan

stakeholders di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar (Kepala Puskesmas Kota

Datar, Kepala Desa, Bidan Koordinator Puskesmas, Bidan Staf Puskesmas, Bidan Desa, Kader, Dukun Bayi dan masyarakat) tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.

2. Persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan

adalah adalah persepsi stakeholders di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar (Kepala Puskesmas Kota Datar, Kepala Desa, Bidan Koordinator Puskesmas, Bidan Staf Puskesmas, Bidan Desa, Kader, Dukun Bayi dan masyarakat), yang difokuskan pada:

a. Keikutsertaan dalam kemitraan pertolongan persalinan b. Bentuk kerjasama dalam kemitraan pertolongan persalinan c. Kesepakatan dalam kemitraan pertolongan persalinan

d. Pelatihan/pembinaan dalam kemitraan pertolongan persalinan

e. Pengawasan Kepala Puskesmas, Kepala Desa dan Bidan Koordinator


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan analisis kualitatif yang dimaksud adalah untuk mengetahui persepsi

stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan dalam pertolongan persalinan di wilayah

kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar yang dengan pertimbangan antara lain: (a) Masih ada masyarakat yang cenderung memilih dukun bayi untuk menolong proses persalinannya (b) Masih kurangnya kemitraan yang terjalin antara dukun bayi, bidan desa, kader dan tokoh masyarakat dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pertolongan persalinan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari 2011.

3.3. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan

mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu pelaksanaan kemitraan antara dukun bayi, bidan desa, kader dan tokoh masyarakat di


(44)

wilayah kerja Puskesmas Kota Datar, berjumlah 17 informan, yang terdiri dari 1 informan kepala puskesmas, 1 informan tokoh masyarakat (kepala desa), 1 informan bidan koordinator puskesmas, 1 informan bidan staf puskesmas, 1 informan bidan desa, 2 informan kader, 2 informan dukun bayi dan 8 orang informan ibu hamil.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 1. Datar Primer yang diperoleh dari:

a. Metode wawancara mendalam (in-depth interview) kepada informan (kepala

puskesmas, kepala desa, bidan koordinator puskesmas, bidan staf puskesmas, kader dan dukun bayi) dengan berpedoman pada panduan wawancara mendalam yang telah dipersiapkan.

b. Metode pengamatan (observasi), yaitu pengamatan dilakukan secara langsung di tempat informan bekerja agar dapat diketahui dan disaksikan perilaku informan dimaksud.

c. Focus Group Discussion (FGD), yaitu pertemuan yang dilakukan kepada

peserta (ibu hamil), yang bertujuan untuk mengungkap pemaknaan dengan cara membahas, menggali dan memahami pandangan dan pendapat serta aspirasi informan tentang sejauh mana pelaksanaan program kemitraan dalam pertolongan persalinan.

d. Triangulasi sumber data, dengan membandingkan dan mengecek informasi

yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan


(45)

hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dan (d) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan (Bungin, 2007).

2. Data Sekunder yang diperoleh dari Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 dan

Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).

3.6. Definisi Istilah

1. Persepsi stakeholders adalah pandangan responden yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran serta pengalaman yang dirasakan atau yang sedang dijalani mengenai kemitraan pertolongan persalinan

2. Stakeholders adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.

3. Pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, lembaga pemerintah dan kelompok masyarakat untuk bekerja sama meningkatkan pertolongan persalinan berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing dalam usaha pertolongan persalinan.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan untuk mengetahui bagaimana persepsi


(46)

Puskesmas Kota Datar adalah dengan cara mengolah dan menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis domain (domain analysis) tipe sebab akibat, yaitu menjelaskan secara mendalam berdasarkan jawaban dan keterangan yang diperoleh dari informan (Bungin, 2007).

Tabel 3.1. Tema Wawancara kepada Informan Penelitian

No TEMA

WAWANCARA INFORMAN PENELITIAN Ka. Puskesmas Ka. Desa Bidan Koord. Puskesmas Bidan Staf Puskesmas Bidan

Desa Kader

Dukun Bayi

1 Bagaimana Pemahaman tentang kemitraan pertolongan persalinan a. Pengertian

Kemitraan b. Manfaat

Kemitraan

      

2 Keputusan yang diambil informan terhadap pelaksanaan kemitraan a. Keikutsertaan

dalam kemitraan b. Tidak ikut serta

dalam kemitraan

     

3 Kesepakatan dalam pelaksanaan kemitraan a. Apa yang menjadi

tugas dalam kemitraan b. Siapa yang

memberi tugas

   

4 Tindakan pelatihan/ pembinaan kemitraan a. Siapa yang

mengadakan b. Kapan dilakukan

(frekuensi dilakukannya pelatihan/pembina an)

  

5 Pengawasan terhadap

pelaksanaan kemitraan   

6 Harapan terhadap


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Kota Datar melayani tujuh desa yang ada di wilayah kerjanya, yaitu:

1. Desa Kota Datar

2. Desa Paluh Manan

3. Desa Tandem Hilir I 4. Desa Tandem Hilir II

5. Desa Tandem Hulu I

6. Tandem Hulu II

7. Desa Bulu Cina

Batas wilayah kerja Puskesmas Kota Datar adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat

b. Sebelah Utara berbatas dengan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kota Rantang, Desa Paluh Kurau,

Kecamatan Hamparan Perak

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan

Perak


(48)

Secara administratif, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar pada Tahun 2008 sebanyak 57.779 jiwa (13.790 KK) dengan luas wilayah 125,51 Ha. Secara rinci, jumlah penduduk dan KK (Kepala Keluarga) per desa dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga

No Desa Jumlah

Penduduk (jiwa) Jumlah KK Persentase (%)

1 Kota Datar 5927 1394 10,27

2 Paluh Manan 3259 857 5,65

3 Tandem Hilir I 10519 2742 18,22

4 Tandem Hilir II 8412 2103 14,57

5 Tandem Hulu I 4390 1255 7,61

6 Tandem Hulu II 12304 2117 21,31

7 Bulu Cina 12968 3322 22,47

Jumlah 57729 13790 100

Sumber : Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28.823 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 28.906 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Laki-laki 28823 49,93

2 Perempuan 28906 50,72

Jumlah 57729 100

Sumber : Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 4.1.3. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar terdiri dari Puskesmas Pembantu (Pustu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Posyandu. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(49)

No Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

1 Puskesmas Pembantu 2

2 Poskesdes 3

3 Posyandu 31

Jumlah 36

Sumber : Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 4.1.4. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kota Datar pada Tahun 2008 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Datar

No Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)

1 Dokter 5

2 Bidan 13

3 Perawat 7

4 Petugas Gizi 1

5 Pengelola Obat 1

6 Sanitarian 1

7 Perawat Gigi 1

8 Tata Usaha 1

9 Pekarya Kesehatan 1

10 Analis 1

Jumlah 32

Sumber: Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 4.2. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 17 informan, yang terdiri dari 1 informan kepala puskesmas, 1 informan tokoh masyarakat (kepala desa), 1 informan bidan koordinator puskesmas, 1 informan bidan staf puskesmas, 1 informan bidan desa, 2 informan kader, 2 informan dukun bayi dan 8 orang informan ibu hamil. Karakteristik informan dapat dilihat pada Tabel 4.5.


(50)

Tabel 4.5. Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik Informan Stakeholders

Umur

(tahun) Jenis

Kelamin Pendidikan

1 Kepala Puskesmas

Kota Datar

39 tahun Laki-laki S1 (Pendidikan

Kedokteran)

2 Kepala Desa 41 tahun Laki-laki SMA

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

31 tahun Perempuan DI (Kebidanan)

4 Bidan Staf

Puskesmas Kota Datar

40 tahun Perempuan DIII (Kebidanan)

5 Bidan Desa 24 tahun Perempuan DIII (Kebidanan)

6 Kader (1) 42 tahun Perempuan SMA

7 Kader (2) 31 tahun Perempuan SMP

8 Dukun Bayi (1) 48 tahun Perempuan Tidak Tamat SD

9 Dukun Bayi (2) 48 tahun Perempuan Tidak Sekolah

10 Masyarakat (1) 20 tahun Perempuan SD

11 Masyarakat (2) 24 tahun Perempuan SD

12 Masyarakat (3) 22 tahun Perempuan SD

13 Masyarakat (4) 22 tahun Perempuan SD

14 Masyarakat (5) 20 tahun Perempuan SD

15 Masyarakat (6) 20 tahun Perempuan SD

16 Masyarakat (7) 24 tahun Perempuan SD

17 Masyarakat (8) 20 tahun Perempuan SD

4.3. Persepsi Informan

4.3.1. Persepsi Informan tentang Pengertian Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, 6 orang informan mampu memberikan penjelasan tentang pengertian kemitraan pertolongan persalinan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6.


(51)

Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Artinya walaupun Puskesmas Kota Datar disini mempunyai kewenangan penuh di bidang kesehatan, bukan berarti semua masalah kesehatan bisa diatasi oleh puskesmas aja, jadi harus ada kemitraan dengan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, kader dan dengan kecamatan, juga dengan bidan swasta dan fasilitas kesehatan alternatif”

2 Kepala Desa “Kemitraan atau kerjasama itu adalah

kita sebagai pemerintahan desa yang bertanggungjawab atas masalah-masalah masyarakat kita, khususnya masalah kesehatan, menjalin kerjasama dengan puskesmas untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat”

3 Bidan Koodinator

Puskesmas Kota Datar

“Kemitraan itu ya adanya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral”

4 Bidan Staf Puskesmas

Kota Datar

“Kemitraan itu ya kerjasama yang bagus antara bidan dengan dukun bayi”

5 Bidan Desa “Kemitraan itukan kerjasama antara

bidan dengan dukun bayi dalam menolong persalinan”

6 Kader “Kemitraan itu kerjasama”

7 Kader “Gak tau”

8 Dukun Bayi “Apa ya? Gak tau”

9 Dukun Bayi “Gak tau aku”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan yang berbeda-beda ketika ditanyakan tentang pengertian kemitraan berdasarkan atas pengetahuan, pengalaman dan informasi yang diterima.

4.3.2. Persepsi Informan tentang Kapan Pertama Kali Mengetahui Adanya Program Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 orang informan yang diwawancarai, beberapa informan memberikan jawaban yang berbeda-beda ketika


(52)

ditanyakan kapan pertama kali mengetahui adanya program kemitraan pertolongan persalinan. Ada 3 informan yang menyatakan sudah mengetahuinya sejak mereka bertugas atau menjabat di tempat tinggalnya (masing-masing mengetahui sejak Tahun 2003, 2005 dan 1992), 5 informan yang menyatakan sudah mengetahuinya sejak bulan November Tahun 2010, dan 1 informan yang menyatakan belum pernah mengetahui tentang kemitraan pertolongan persalinan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Matriks Pernyataan Informan tentang Kapan Pertama Kali Mengetahui Adanya Program Kemitraan Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Sudah lama saya tau tentang kemitraan pertolongan persalinan itu, dari mulai saya dokter PTT di puskesmas ini Tahun 2003”

2 Kepala Desa "Kalo kata kemitraan baru ini saya tau

istilahnya, cuma kalo interaksi dengan pihak puskesmas sebenarnya sudah ada berjalan sejak saya jadi kepala desa disini, dari Tahun 2005”

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

“Saya taunya itu Tahun 2010 kemaren”

4 Bidan Staf Puskesmas

Kota Datar

“Mulai dari saya jadi bidan staf Puskesmas Kota Datar dan bertempat tinggal disini dari Tahun 1992 lah”

5 Bidan Desa “Kira-kira bulan November Tahun 2010

kemaren, pas ada rapat disini”

6 Kader “Baru aja ya, bulan November Tahun

2010 kemarin kami dikumpulkan di puskesmas, baru disitu dikasi tau. Taunya dari dokter puskesmas, dia yang ngasih pengarahan”

7 Kader “Baru-baru dengar la, baru terakhir ini.

Kan ada dikumpulkan bulan November Tahun 2010 kemaren kader-kader dan dukun-dukun bayi di puskesmas”


(53)

Tabel 4.7. (Lanjutan)

8 Dukun Bayi “Baru aja bulan November Tahun 2010

kemaren. Baru-baru rapat gitu lah”

9 Dukun Bayi “Aku belum pernah mendengar tentang

kemitraan itu”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan yang berbeda-beda ketika ditanyakan tentang kapan pertama kali mengetahui adanya kemitraan pertolongan persalinan berdasarkan atas pengalaman kerja dan informasi yang diterima.

4.3.3. Persepsi Informan tentang Keputusan yang Diambil terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

4.3.3.1. Persepsi Informan tentang Pendampingan dalam Memastikan Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, seluruh informan memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pendampingan oleh bidan desa dalam memastikan kehamilan. Seluruh informan menyatakan bahwa bidan tidak pernah mendampingi kader dalam memastikan kehamilan ibu. Kehamilan ibu hanya dicatat sewaktu posyandu saja. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan dalam Memastikan Kehamilan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Bidan desa “Pas posyandu aja dicatat jumlah ibu

hamilnya. kalo memastikan ke rumah-rumah belum pernah”

2 Kader “Kalo pas posyandu itu ada ibu hamil, ya

saya data. Kalau gak ada ke rumahnya. Kalau ke rumahnya saya berdua sama kawan sesama kader”

3 Kader “Bidan gak pernah ikut mencek ke rumah,


(1)

pendampingan bidan adalah karena bidan dianggap lebih ahli karena berlatar belakang pendidikan kebidanan.

Saat ditanyakan tentang persepsi informan tentang sejauh mana kemitraan yang telah terjalin antara bidan desa dengan dukun bayi ketika bermitra dalam menolong persalinan, seluruh informan menjawab tidak tahu. Ketika ditanyakan apakah informan pernah mendengar tentang kemitraan pertolongan persalinan yang melibatkan bidan desa, dukun bayi, kader dan tokoh masyarakat, seluruh informan mengatakan belum pernah mendengarnya. Jawaban informan ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan informan tentang kemitraan pertolongan persalinan.

Seluruh informan mampu memberikan jawaban ketika ditanyakan tentang manfaat yang dirasakan bila bidan desa dan dukun bayi bermitra dalam menolong persalinan. Jawaban yang diungkapkan informan yaitu: risiko persalinan dapat ditekan dan terjamin kesehatan ibu melahirkan dan bayinya.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dari 9 stakeholders yang diwawancarai, seluruh stakeholders menyatakan sudah mengetahui tentang adanya program kemitraan pertolongan persalinan, namun tidak seluruh stakeholders mampu menjelaskan definisi kemitraan pertolongan persalinan. Pengetahuan menjadi salah satu aspek yang memengaruhi persepsi stakeholders terhadap pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.

2. Seluruh stakeholders sudah ikut serta dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, namun pada pelaksanaannya, peran dan fungsi masing-masing stakeholders belum berjalan secara optimal.

3. Dua informan dukun bayi dan satu informan bidan desa, menyatakan bahwa belum ada kesepakatan yang jelas dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Perbedaan peran dalam pertolongan persalinan didasarkan atas inisiatif informan saat membantu proses persalinan.

4. Kegiatan Pelatihan dukun bayi sudah lama tidak dilakukan, pelatihan yang terakhir ± 15 tahun yang lalu. Pada bulan November Tahun 2010, perwakilan bidan desa, kader dan dukun bayi diundang ke puskesmas untuk diberikan pengarahan terkait pertolongan persalinan. Selama kurun waktu ± 15 tahun,


(3)

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, khususnya pengawasan terhadap staf-nya.

6. Seluruh stakeholders menyatakan pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat.

7. Faktor-faktor yang menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan dukun bayi dalam menolong persalinan, antara lain: pengetahuan rendah, kemiskinan, bidan desa kurang proaktif dan kultur budaya masyarakat.

6.2. Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Kepala Puskesmas Kota Datar agar lebih meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja bidan koordinator dan bidan desa, sehingga dapat diketahui kendala dan hambatan yang dihadapi dalam melakukan tugasnya.

2. Kepada bidan desa agar lebih proaktif dan membangun kerjasama yang baik dengan dukun bayi dan kader dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.

3. Kepada pemuka masyarakat dan bidan desa agar saling melakukan pendekatan secara persuasif, sehingga dapat lebih memahami kemauan dan harapan masyarakat tentang cara pelayanan pertolongan persalinan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja K. 2005. Tinjauan Antropologi Kesehatan Reproduksi dalam

Obstetri dan Ginekologi Sosial. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Anggorodi, Rina. 2009. Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat

Indonesia. Makara Kesehatan, Vol 13, No. 1.

………. 2008. Angka Kematian Ibu Melahirkan di Sumut Tertinggi ke-3 secara

Nasional.

………. 2010. Tips dan Trik Memperkuat Kerjasama Kemitraan di Desa

(Bidan, Dukun, Kader, TOGA, TOMA, Kades/Lurah, Perangkat Desa).

http://hariansib.com

………. 2010. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Bambang, Eko. S. 2006. Tidak Ada Bidan, Dukun pun Jadi. Jurnal Perempuan. 12 Juli 2006. Jakarta.

Bangun, Rika. H. 2008. Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HIV/AIDS

Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan Voluntary Counseling & Testing (VCT) Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008. Skripsi FKM USU. Medan.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Penerbit Kencana. Jakarta.

Cholil, Abdullah. 2003. Kesehatan Reproduksi Perempuan Memprihatinkan.

Depkes RI. 2003. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS). http://www.bkkbn.go.id

………….. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan

Pengembangan Desa Siaga. Jakarta.

http://www.depkes.go.id

………….. 2009. Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan. Jakarta.

Dinkes Kabupaten Deli Serdang. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008. Deli Serdang.


(5)

Kepmenkes RI No. 1529/MENKES/SK/X/2010. 2010. Pedoman Umum

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta.

Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.

Koesno. 2003. Profesi Bidan di Indonesia Dibutuhkan tapi Diacuhkan. Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Jakarta.

Meilani, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Penerbit Fitramaya. Yogyakarta.

Nadjib, Mardiati. 2007. Prioritas pada Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

http://tenaga-kesehatan.or.id

……….. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

………... 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Prastowo, Kunto. 2010. Target AKI MDGs 2015 Diprediksikan Sulit Dicapai.

Purwanto, Eka. R. 2009. Making Pregnancy Safer (MPS).

Puskesmas Kota Datar. 2008. Profil Kesehatan Kota Datar Tahun 2008.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunitas. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rukmini, Wiludjeng. LK. 2005. Gambaran Penyebab Kematian Maternal di

Rumah Sakit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Surabaya.

Safrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Penerbit EGC. Jakarta.

Suhartono, Suparlan. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. AR-RUZZ, Edisi 1. Jakarta Suparlan, P. 1991. The Javanese Dukun. Peka Publication. Jakarta.


(6)

Tarigan, Indra. J. 2009. Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan

Terhadap Kepuasan Pasien Partikular Dan Hubungannya Dengan Loyalitas Terhadap RSUD dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2009. Tesis, Program Megister Konsentrasi Administrasi Kebijakan

Kesehatan, Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Pascasarjana FKM USU. Medan.

Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo. Jakarta.


Dokumen yang terkait

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 10

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 33

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Cover perilaku bidan dalam pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 0 14

Abstract perilaku bidan dalam pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 0 2

Appendix perilaku bidan dalam pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 0 14