Kontribusi Petani Perempuan Dalam Peningkatan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Lawetua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.
Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang
bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak
lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu
berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang
kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain..
(Wikipedia, 2014).
Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan
efisisensidan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan
posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat
sesuai dengan kompetensi.Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu
pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.
Pengertian kontribusi yang telah di rumuskan maka dapat diartikan bahwa
kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang
kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga
memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Petani Perempuan
2.2.1. Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah jagung, coklat dan lain-lain ),
dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan
sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan
bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah
untuk jus, dan wol atau flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian.
(Wikipedia. 2010. Petani. Diakses dari http://id.wikipedia.org).
Defenisi menegenai petani
ada mencakupdua hal pokok yaitu pertama
petani adalah seorang pencocok tanam di pedesaan yang produksinya terutama di
tujukan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan konsumsi keluarga ini
mendefenisikan tujuan ekonomisnya yang sentral. Kedua, petani merupakan
bagian dari suatu masyarakat yang luas. (Scott, 1994:238).
Sektor pertanian merupakan sektor utama jika dilihat dari sumbangannya
dalam pendapatan nasional dan jumlah penduduk dan hidupnya yang tergantung
kepadanya. Dan seperti yang terjadi di banyak
negara berkembang lain,
pemberian prioritas pada sektor pertanian dalam kebijaksanaan ekonomi tidak
selalu menghasilkan pertumbuhan produksi yang tinggi belum lagi dalam hal
peningkatan pendapatan petani.Sektor pertaniaan selalu di tandai dengan
kemiskinan yang struktural yang berat, sehingga dorongan pertumbuhan dari luar
Universitas Sumatera Utara
tidak selalu menapatkan tanapan positif dari penduduk petani berupa kegiatan
investasi ( Subri, 2007:197).
Kemiskinan struktural seringkali dikaitkan dengan kebijakan yang di
gariskan oleh pemerintah, pada umumnya kebijakan di bidang pembangunan.
sebagai contoh, kebijakan industrilisasi di pulau Jawa secara signifikan
mempersempit lahan pertanian. Akibatnya, terjadi penurunan yang tajam dalam
rasio
penduduk
dan
lahan
pertanian,
dimana
secara
signifikan
akan
mengakibatkan tingkat kesejahteraan sebagai konsekwensi logis dari penurunan
pendapatan masyarakat.bentuk lainya adalah kelembagaan, seperti kelembagaan
sewa menyewa lahan yang senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan.
Kelembagaan sistem upah di sektor pertaniaan yang tidak menguntungkan buruh
tani, karena proses penyempitan lahan pertaniaan mengakibatkan posisi buruh tani
semakin power less (Siagian, 2012:62-63).
Pertanian yang ada sekarang di dominasi oleh pertanian rakyat yang
bercorak subsistem yang memiliki kelemahan sebagai berikut:
a) Skala usaha yang kecil
b) Lokasi usaha tani yang terpencar-pencar
c) Tingkat teknologi dan kemampuan menejemen yang rendah
d) Permodalan lemah
e) Kurang akses terhadap pasar dan struktur pasar (Subri 2002:197)
Ciri-ciri pertanian yang di harapkan di tinjau dari profil sumberdaya manusia
(SDM), sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1) Petani yang benar-benar memahami potensi, persoalan-persoalan yang di
hadapi, serta perannya dalam kegiatan pembangunan (dalam arti luas).
2) Memiliki kedewasaan dalam berprilaku dalam pola pikir, sehingga
memahami hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan pelaku
pembangunan
3) Memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang sesuai dengan kondisi
yang selalu berkembang, dan memiliki kesiapan menerima imperatif
perubahan yang terjadi.
4) Sosok manusia pertaniaan yang dikemukakan tersebut berdimensi sangat
holistik, sehingga masukan sistem, dan strategi yang di perlukan untuk
penyiapan memerlukan kemajemukan yang integratif (Subri, 2007:198).
2.2.2Perempuan
Penggunaan kata “perempuan” karena akan dibahas adalah jenis kelamin
yang tergolong perempuan sebagai lawan jenis kelamin laki-laki. Serta lebih
memantapkan informasi yang menjelaskan arti kata perempuan adalah yang
diempukan (empu artinya induk atau ahli) sehinggaa tersirat arti penghormatan
(Sadli, 2010:3).
Perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniah. budaya
indonesia aspek jasmaniah secara langsung maupun tidak langsung sering di
interpreasikan secara populer sebagai perempuan dan kodratnya. Kedudukan
perempuan dalam aspek sosiologi menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Kedudukan Perempuan dalam pengertian ini memposisikan perempuan
sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari laki-laki di lingkungan
Universitas Sumatera Utara
tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan
menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensiesensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah.
Laki- laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan
(hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, perempuan
mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pada laki-laki dalam berbagai
bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain disebabkan
oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di masyarakat.
Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di antaranya disatu pihak,
menciptakan status dan peranan perempuan di sektor domestik yakni berstatus
sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga,
sedangkan dilain pihak, menciptakan status dan peranan laki-laki di sektor publik
yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah.
Dikemukakan oleh White dan Hastuti (1980), dalam sistem kekerabatan
patrilineal, ada adat dalam perkawinan (pernikahan) yang biasanya wanita (istri)
mengikuti laki-laki (suami) atau tinggal di pihak kerabat suami, merupakan salah
satu faktor yang secara relatif cendrung mempengaruhi status dan peranan
perempuan, yakni status dan peranan
Perempuan menjadi lebih rendah dari pada laki-laki. Selain itu, perempuan
tidak bisa menjadi pemilik tanah dan kekayaan yang lain melalui hak waris,
sehingga status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dari pada laki-laki.
Hal itu juga menyebabkan sumber daya pribadi (khususnya yang menyangkut
tanah, uang atau material) yang dapat disumbangkan oleh perempuan ke dalam
Universitas Sumatera Utara
perkawinan atau rumah tangga mereka menjadi sangat terbatas. Akibatnya, status
dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya pribadi bisa berupa: pendidikan,
keterampilan, uang atau material, tanah dan lain-lain.
Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya
tersebut di masyarakat, maka akses perempuan terhadap sumber daya di bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas.
Untuk memperkecil keadaan yang merugikan perempuan itu, perlu pemahaman
dan penghayatan yang baik tentang peranan perempuan dalam pembangunan yang
berwawasan gender, tidak hanya oleh perempuan sendiri tetapi juga oleh laki-laki
atau seluruh lapisan masyarakat.
Pada umumnya terdapat pembagian kedudukan dan peranan perempuan yaitu:
1. Perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga dan anggota keluarga , yang
disebut fungsi intern.
2. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan politik, dapat disebut fungsi ekstern ( Shanty
Dellyana, 1998 dalam Soeroso, 2010:53)
Proses-proses dalam pembangunan terdapat hubungan timbal balik antara
perempuan dan laki-laki. Jika perbedaan-perbedaan hakiki yang menyangkut jenis
kelamin tidak bisa diganggu gugat dimana bahwa secara biologis perempuan
memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan sementara laki-laki tidak, dan
Universitas Sumatera Utara
sejenisnya. Perbedaan- perbedaan gender juga harus bisa dirubah karena yang
menjadi akarnya adalah faktorfaktor sosial dan sejarah (Macdonal, dkk 1999: 13)
Menurut Basow (1980) prilaku perempuan banyak dipengaruhi pandangan
masyarakat yang berkembang di sekitarnya yaitu:
1. Self Fulfiling Prophecy yang di kemukakan oleh Snyder dkk.
Menyatakan bila stereoptip yang berkembang dalam masyarakat itu
memandang perempuan memiliki sesuatu ciri yang negatif bila di
bandingkan terhadap laki-laki, maka perempuan itu juga akan
memandang dirinya seperti steroptip yang berkembang dalam
masyarakat
sedemikian
mengembangkan
ciri
rupa,
itu.
dan
Misalnya
dalam
perilakunya
masyarakat
yang
memandang
perempuan kurang rasional dibandingkan laki-laki, maka perempuan
itu sendiri juga akan memandang dirinya serupa, kemudian dalam
perilakunya mereka akan kurang ambil bagian dalam pemecahan
masalah yang banyak menurut rasio, kurang menyukai matematika
atau hal-hal yang berhubungan dengan mesin.
2. Pandangan kedua berasal dari Zenna dan Pack (1975) yaitu impression
management. Pandangan kedua ini menyatakan bahwa agar orang
diterima oleh masyarakat maka orang itu harus harus mengabil strategi
berdaarkan kesan masyarakat.bila kesan yang timbul dalam masyakat
itu menerima perempuan bekerja diluar rumah, maka perempuan itu
juga akan melakukan pekerjaan diluar rumah atau sebaliknya
(Sudirman, 2001: 45-46).
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat menciptakan perilaku pembagian gender untuk menentukan apa
yang mereka anggap sebagi suatu keharusan, untuk membedakan laki-laki dan
perempuan. misalnya mendidik anak mengelola dan merawat kebersiahan dan
keindahan rumah tangga, atau urusan domestik seperti memasak, mencuci dan
merawat anak dan ini sering dianggap kodrat perempuan. padahal peran gender
semacam
ini
adalah
hasil
dari
kontruksi
sosial
dan
kultural
dalam
masyarakat.sehingga terkadang muncul ketidak adilan gender yan melahirkan
berbagai ketidakadilan baik bagi laki-laki, terutama terhadap perempuan
(Narwoko dan Suryanto, 2004:340).
Bentuk ketidakadilan gender dapat berupa proses marginalisasi perempuan
yang merupakan suatu proses pemikinan atas suatu jeni kelamin tertentu, yang
dalam hal ini adalah perempuan.marginalisasi atau pemiskinan perempuan dapat
bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau
kebiasaan, bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Revolusi hijau misalnya, secara
ekonomi telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga
terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan. banyak perempuan yang tidak
dapat lagi bekerja disawah karena adanya penyempitan lahan, hal ini berarti
bahwa program revolusi hijau di rencanakan tanpa mempertimbankan apek gender
(Narwoko dan Suyanto, 2004:341).
Beban ganda merupakan salah satu contoh ketidakadilan gender, dimana
perempuan mendapatkan beban kerja
ganda. Selain mengurus semua urusan
rumah tangga, perempuan juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. Alam kaitannya dengan beban ganda tersebut, ada pendapat yang
menyebutkan bahwa perempuan tidak hanya berperan ganda, akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
perempuan memiliki tripple role: peran reproduksi, yaitu peran yang berhubungan
dengan peren tradisional di sektor domestik
peran produktif, yaitu peran
ekonomis di sektor publik dan peren sosial, yaitu peran ekonomis di sektor publik
dan peran sosial, yaitu peran di komunitas (Narwoko dan Suryanto, 2004:341).
Perempuan memiliki kesempatan yang terbuka untuk pendukung antara
lain:
1. Berkembangnya kesadaran laki-laki tentang paham femininsme,
yang berarti mereka mau menghargai dan memberi kesempatan
kepada perempuan untuk berkembang sebagai pribadi.
2. Makin banyak perempuan yang sadar akan potensi, sehingga
minculpemimpin perempuan di berbagai bidang
3. Terbukanya kesepakatan bagi perempuan untuk meningkatkan
pengetahuannya melalui berbagai pendidikan.
4. Ada jalinan kerjasama yang semakin luas bagi perkembangan
perempauan, sehingga perempuan semakin percaya diri dan
menyadari bahwa mereka tidak sendiri (Murniati, 2004:116-117).
2.3 Sosial Ekonomi
2.3.1 Pengertian Sosial dan Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian
sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social
dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda,
misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas
kedua duanya memiliki menunjukan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Soekanto, apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu
masyarakat, sosialisme suatu ideology yang berpokok pada prinsip pemikiran
umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi (Soekanto,
1993 :450).
Istilah sosial pada departemen sosial, menunjukan pada kegiatan-kegiatan
dilapangan sosial. Artinya kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan
yang di hadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna
susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu
(Soekanto 1993:464) mengemukakan bahwa istilah sosialpun berkenaan dengan
pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.Defenisi
sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan serta dapat juga
diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan
manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak nyata.
Kehadiran manusia secara nyata bisa dirasakan baik audio maupun visual.
Sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajenasi, kenangan,
khayalan, dan lain sebagainya. Defenisi sosial ini terkait pada hubunganhubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan kelompoknya, dan manusia dengan organisasi yang
diikutinya. Hal ini juga berkaitan langsung dengan istilah bahwa manusia
merupakan makhluk sosial di muka bumi, karena manusia tidak bisa hidup
sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya
sehari-hari. (http://www.anneahira.com/defenisi-sosial.htm. Diakses pada tanggal
10 Mei 2014 pukul 20.00).
Universitas Sumatera Utara
Manusia sebagai mahluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat
dalam kehidupan sehari-sehari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau
mencukupi kebutuhan sendiri meskipun dia punya kedudukan dan kekayaan, dia
selalu
membutuhkan
bantuan
manusia
lain.setiap
manusia
cendrung
berkomunikasi, beriorentasi, bersosialisasi dengan manusia lainya.
Manusia memiliki keharusan biologis, terdiri:
1. Dorongan makanan
2. Dorongan mempertahankan diri
3. Dorongan melangsungkan hubungan beda jenis.
Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam
berkembangnya sebagai mahkluk sosial menischayakan adanya dorongan untuk
saling ketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan yang lain. Karena itu
komunikasi antara masyarakat menetukan peran manusia sebagai mahluk sosial
(Tumanggor, 2010:41).
Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia
yang hidup dalam suatu pergaulan oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya
di tandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah
dua atau lebih.
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dala
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu berhubungan dan bergaul
cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan
Universitas Sumatera Utara
pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai
suatu kesatuan (kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama (Soleman, 2006:6)
Ekonomi atau economic dalam banyak literature ekonomi disebutkan
barasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti
peraturan rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah
tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga
bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga
bangsa, negara, dan dunia (Putong, 2005:9). Ekonomi juga sering diartikan
sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat
dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup
manusia sehari-hari (http://id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. Diakses pada tanggal
20 Juni 2014 pukul 20.00).
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan,
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan yang dinaksud
berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuikan dengan penelitian yang
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu yang terpenting dalam kehidupan sosial individu adalah interaksi
sosial. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula
cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada di lingkungan
pergaulan sosial diluar keluarganya, didalam masyarakat pada umumnya. Apabila
interaksi sosialnya didalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak
lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosial dengan
masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.
Peran umum kelompok keluarga sebagai kelompok pertama, dimana tempat
manusia berkembang sebagai makhluk sosial. Terdapat pula peran-peran tertentu
dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai
makhluk sosial. Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar
manjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat pertama dalam
perkembangan segi-segi sosial anak. Dalam interaksi sosial dengan orangtuanya
yang wajar, anak dapat memperoleh hasil yang memungkinkan menjadi anggota
masyarakat berguna kelak. Sedangkan apabila hubungan dengan orangtuanya
kurang baik, kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umunya berlangsung
kurang baik pula (Gerungan, 2004:216)
Kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari pekerjaan,
penghasilan, dan pendidikan.
1. Pendapatan
Pendapatan dapat didefenisikan sebagai gaji, upah, keuntungan, sewa, dan
setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat
generasi
sumber
penghasilan
(pendapatan)
adalah
dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
kompensasi pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau
deviden, royalti, piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah,
masyarakat, atau bantuan keuangan keluarga.
Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan
mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonomi John Maynard Keynes,
adalah hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan
konsumsi, tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif
menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan
pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan
adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial
ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang
individu.
Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan
kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok
(primer) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunderdan tersier sambil dapat
mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan
pendapatan yang rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya
(primer), bahkan mereka terkadang meminjam uang dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
2. Pendidikan
Tingkat Pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena
merupakan fenomena cross cutting untuk semua individu. Pencapaian
pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk Nya atas semua
Universitas Sumatera Utara
prestasi dalam hidup, yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya.
Akibatnya pendidikan memainkan sebua peran dalam pendapatan.
Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan
penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar
professional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi
sementara mereka tanpa ijasah sekolah tertinggi terhukum secara finansial.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi
dan psikologis yang lebih baik (yaitu : pendapatan lebih, kontrol yang
lebih, dan dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar).
Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan
seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk
mencari dan memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang
mengelompokkan orang dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status
sosial ekonomi terendah. Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya
terpadu, dimana orang tua kelas menengah mengambil peran aktif dalam
pendidikan dan pengembangan anak-anak mereka dengan menggunakan
kendali mengorganisir kegiatan dan mendorong rasa hak melalui diskusi.
Lareau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak
berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka
memiliki rasa kendala. Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan
demikian lahir dari dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori,
keluarga berpenghasilan rendah memiliki anak yang tidak berhasil
sedangkan anak-anak yang berpenghasilan menengah, yang merasa
berhak, yang argumentatif, dan lebih siap untuk kehidupan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
3. Pekerjaan
Pekerjaan sebagai salah satu contoh komponen status sosial ekonomi,
terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan. Status pekerjaan sesuai
dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik, mengeksplorasi dan mempertahankan posisi
yang baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk
posisi sosial kita atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan
karakteristik
pekerjaan,
pengambilan
membuat
kemampuan
dan
pengendalian emosi, dan psikologis tuntutan pada pekerjaan.
Pekerjaan dirangkingkan oleh jejak pendapat (antara organisasi lainnya)
dan pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan
yang paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur
kimia dan biomedis, spesialis komputer dan komunikasi analisis.
Pekerjaan ini, dianggap dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial
ekonomi tinggi, memberikan lebih banyak pekerjaan menantang dan
kemampuan dan kontrol yang lebih besar terhadap kondisi kerja.
Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah pramusaji makanan,
petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci piring, tukang sapu,
pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan, dan tukang
parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan
kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan memberikan
otonomi yang kurang. (http://tenagasosial.blogspot.com/2013/08/faktoryang-mempengaruhi-status-sosial. html. Diakses pada tanggal 2 Maret
2014 pukul 14.00).
Universitas Sumatera Utara
Melly. G. Tan mengatakan berdasarkan pekerjaan, penghasilan, dan
pendidikan maka masyarakat itu dapat digolongkan kedalam kedudukan
sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi ( Koentjaraningrat, 1981 : 35).
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat
hidup minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup minimal, mereka perlu
mendapatkan pinjaman dari orang lain
2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang. Yaitu pendapatan yang
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat
menabung.
3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi. Yaitu selain dapat memenuhi
kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan
dan digunakan untuk kebutuhan yang lain
4. Lingkungan
Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang terbentuk akibat adanya
hubungan rasional antara manusia untuk memenuhi kebutuhan atau mencari
solusi terhadap berbagai tantangan atau kesulitan secara bersama.lingkungan
sosial juga merupakan hidup bermasyarakat.keadaan atau tarafnya ditentukan
oleh jumlah, kualifikasi, distribusi penduduk, tersedianya sumber daya alam
dan kemampuan memanfaatkanya secara kesinambungan, teknologi-budaya,
serta keadaan sosial ekonomi politis yang ada.pengukuran dan penilaian
kualitas hidup masyarakat sangat erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat.
Pengukuran dan penilaian terhadap kualitas hidup masyarakatpun haruslah
berhubungan dengan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
ILO menemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan minimum manusia
mengandung dua elemen, yakni:
1.
Kebutuhan - kebutuhan minimum tertentu dari suatu keluarga
untuk di konsumsi pribadi mereka, dan yang disediakan sendiri
oleh keluarga itu meliputi
a) makanan yang mencukupi dan memenuhi syarat gizi
b) tempat berteduh
c) pakaian
d) perabot/perlengkapan rumah tangga
2.
Kebutuhan-kebutuhan minimum dalam bentuk- bentuk pelayanan
penting yang di sediakan oleh negara bagi masyarakat luas,
meliputi:
a) Air bersih
b) Sanitasi
c) Kebersihan
d) Transport umum
e) Fasilitas kesehatan
f) Fasilitas pendidikan
g) Fasilitas budaya ( Siagian, 2012: 77-78)
2.4 Keluarga
2.4.1 Pengertian Keluarga
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri
Universitas Sumatera Utara
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah
dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga.
Menurut Iver dan Page ( Kairuddin, 1997: 3) dikatakan : “family is a group
defined by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the
procreation and upbringing of children”. Sedangkan menurut A.M. Rose “ a
family is a group of interacting person who recognize a relationship with each
other based on common parentage, marriage and for adoption”
Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang
meliputi:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhankebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok
keluarga (Su’adah, 2005: 22).
Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun
tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah
dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada
Universitas Sumatera Utara
dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks
yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan
dan pemeliharaan anak. (Su’adah,2005:22-23)
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.
Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak
yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap
merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang
secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya
mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan
dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses.
(Khairuddin,1997:4).
Hal senada dari beberapa definisi keluarga, terdapat salah satu pengertian
keluarga, dimana fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak
dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa
sosial (Khairuddin, 1997:3). Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih
bersifat
interpersonal,
dimana
masing-masing
anggota
dalam
keluarga
dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang
(pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat
pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan
ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga
Universitas Sumatera Utara
bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai
pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169).
Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai
corak tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang
terkecil ini. Disitulah dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama
kali, mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia. Peranan umum
keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat anak belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut
menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar
keluarga (Gerungan, 2004: 195).
Bentuk-bentuk keluarga menurut Polak ( Khairuddin, 1997:19) yaitu :
1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak yang belum menikah
2. Keluarga Besar ( Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi
lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih
luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya.
Disamping bentuk keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus,
(Ahmadi, 2007:222) yaitu:
1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh
organisasi sosial
2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan
suatu ras
Universitas Sumatera Utara
3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial
yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan
membentuk watak daripada individu
4. Besarnya keluarga terbatas
5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial
6. Pertanggungan jawab daripada anggota-anggota
7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen
Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi
atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini
disebabkan karena: urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan
kelahiran yang disengaja.Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu
menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial yaitu:
1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi
kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan
sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena
telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu
2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada
sekolah-sekolah, kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam
lingkungan kekeluargaan
3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena
tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk
berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi,
2007:223)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Horton fungsi-fungsi keluarga meliputi :
1. Fungsi pengaturan seksual
Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi
masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan
seksual.
2. Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau menghasilkan anak.
3. Fungsi afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai
(Su’adah, 2005: 109)
Berbagai fungsi keluarga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan fisik
samapi mempersiapkan anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab.selain intu sebagai pusat penerus nilai.keluarga yang pertama-tama yang
berprilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat di manapun ia
berada.(Sadli, 2010:143-144).dan lingkungan keluarga perempuan, dapat secara
langsung mengambil inisiatif dalam rumah tangga.
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
a) Berdasarkan Lokasi
1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal.
2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istridiharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat suami.
Universitas Sumatera Utara
3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istridiharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat istri.
4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat tinggal di sekitar kediaman kerabat suami pada masa
tertentu, dan di sekitar kediaman kerabat istri pada masa tertentu
pula (bergantian).
5.
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat menetap di tempat yang baru, dalam arti kata tidak
berkelompok dengan kerabat suami maupun istri.
6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri diharuskan menetap di sekitar kediaman saudara lakilaki ibu dari pihak suami.
7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri masing-masing hidup terpisah ( Sua’dah, 2005:114)
b) Berdasarkan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni suami lah yang memiliki otoritas dalam keluarga.
2. Matriarkal, yakni istri lah yang memiliki otoritas dalam keluarga.
Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara bergantian.
2.4.2
Kontribusi Ekonomi dari Sektor Pertanian
Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di negara sedang
berkembang merupakan suatu sektor pertanian yang sangat potensial dalam
emapat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi nasioanal, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kuatnya
bias
agraris
dari
ekonomi
selama
tahap-tahap
awal
pembangunanmaka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan)
membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar domestik terhadap
produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain dalam negeri, baik
untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen.
2. Ekpansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada
produk-produk sektor pertanian bukan hanya dalam penyedian pangan
tetapi pertanian juga merupakan penyedian bahan-bahan baku untuk
keperluan keiatan prouksi di sektor-sektor nonpertanian, teritama industri
pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman tektil dan
pakaian jadi, barang-barang dari kulit dan farmasi
3. Pentingnya dan adilnya terhaap penyerapan tenaga kerja tanpa bisa
dihindari menurunlah dengan pertumbuhan atau semakin tininya tingkat
pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal
untuk investasi dalam ekonomi. Jjadi, pembangunan ekonomi melibatkan
taransfersurplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor non
pertanian.
4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi
surplus neraca pembayaran, baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau
peningkatan produksi komoiti-komoditi pertanian menggantikan impor
(Tambunan 2003:9-10).
2.4.3
Kajian Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Handayani dan Artini (2009) menunjukkan bahwa rata-
rata sumbangan pendapatan responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari
Universitas Sumatera Utara
terhadap pendapatan keluarga sebesar sebesar Rp 429.754,00 atau 12,82% dari
total pendapatan keluarga dengan kisaran 1,58% sampai dengan 52,56%.
Kontribusi perempuan tidak terlalu besar, namun kegiatan ekonomi responden
dirasakan berperan cukup penting dalam menambah pendapatan keluarga.
Menambah pendapatan keluarga merupakan motivasi ekonomi yang dinyatakan
oleh 17 orang (56,67%), sedangkan sisanya menyatakan alasan motivasi sosial,
yaitu: sebesar 10 orang (33,33% ) menyatakan untuk mengisi waktu luang dan 3
orang menyatakan mencari pengalaman. Dihubungkan dengan tingkat pendidikan
seseorang, maka tingkat pendidikan responden yang rata-rata tergolong cukup
tinggi menunjukkan bahwa responden mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
berusaha meningkatkan perekonomian keluarga melalui kegiatan yang lebih
bermanfaat yaitu bekerja, tanpa mengabaikan tugas sebagai ibu rumah tangga.
Sitohang, M (2004) menyimpulkan juga bahwa sumbangan pendapatan
istri sebagai pedagang pengecer sayur-sayuran ada sebesar 63,97% terhadap
pendapatan keluarga lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan
yang diberikan suami terhadap keluarga yang hanya 33,07%. Pendapatan istri
sangat memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kebutuhan –
kebutuhan keluarga.
Sayuti, (1997) juga menyimpulkan bahwa istri sebagai pedagang pengecer
buah-buahan di pusat pasar Medan menyumbangkan pendapatannya sebesar
69,9% terhadap total pendapatan keluarganya. Pendapatannya dari hasil kerja
perempuan pedagang pengecer buah-buahan sangat berperan untuk menambah
perekonomian keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Safridal (2012) meneliti tentang peran perempuan petani terhadap sosial ekonomi
keluarga di desa Kutarakyat Kecamatan Namantaren Kabupaten Karo. Responden
dalam adalah 55 perempuan, dan dalam penelitianya perempuan sangat berperan
aktif terhadap peningkatan sosial ekonomi keluarganya. Hasil pertanian yang
diperoleh perempuan menambah penghasilan keluarga. Pendapatan perempuan
perminggu di desa Kutarakyat 34, 6% pendapatanya Rp 100.000- Rp 400.000,
20% pendapatanya Rp 450.000- Rp 750.000, 21,8% pendapatan perempuan
berkisar 800.0000- Rp 1.100.000, dan 23, 6% pendapatan perempuan berkisar>
Rp 1.200.000. Pendapatan perempuan desa Kutarakyat berpengaruh terhadap
pendidikan anak dimana pendidikan anak semakin tinggi, kebutuhan pangannya
sudah memenihi gizi seimbang, dengan pendapatan tersebut sudah mampu
membawa keluarga apabila sakit ke rumah sakit dan tidak lagi ke alternatif seperti
dukun. Pendapatan yang di peroleh dari hasil pertanian sudah mampu memenuhi
kebutuhan sosial ekonomi keluarga mereka.
Hasil penelitian dari Goni (2013) tentang peranan ibu rumah tangga yang
bekerja dalam meningkatkan status sosial keluarga di Kelurahan Teling Atas
Kecamatan Wanea Menado mengatakan bahwameningkatkan status sosial
keluarga merupakan salah satu faktor pendorong bekerjanya seorang ibu rumah
tangga. Dimana dari hasil uraian menunjukkan bahwa bakerjanya seorang ibu
rumah tangga dapat meningkatkan status sosial ekonomi keluarga.Dari hasil
penelitian terbukti bahwa variabel ibu rumah tangga yang bekerja dapat
mempengaruhi variabel peningkatan status sosial ekonomi keluarga. Dimana
sebanyak 93% responden menyatakan ada peningkatan status sosial ekonomi, dan
Universitas Sumatera Utara
hanya 6.7% responden yang menyatakan tidak ada peningkatan status sosial
ekonomi keluarga mereka.
Penelitian Anisa (2011)
yang
berjudul
peran
perempuan dalam
perekonomian rumah tangga diDusun Pantogkulon, Banjaroya, Kalibawang,
Kulon
Progo menyimpulkanbahwa perempuan bekerja tidaklah hanya
mementingkan diri sendiri, mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dantekanan
kebutuhan hidup yang terus menerus semakin tinggi. Masyarakat pedesaan seperti
di Dusun Panthog Kulon yang berdiri
dari kelurga menegah ke bawah seringkali perempuan berperan bukan hanya
sebagai istri ataupun seorang ibu, tetapi mereka juga berperan sebagai pekerja
sebagai
tulang
punggung
keluarga
yang
membantu
suami
mereka
dalammemakmurkan dan menjaga kesetabilan kebutuhan ekonomi keluarganya.
Dusun Panthog Kulon mempunyai banyak pekerja perempuan khususnya pembuat
gula merah. Sehari para perempuan ini dapat bekerja dua kali sehari, yaitu pagi
hari pukul 7 pagi sampai pukul 9 pagi dan pada sore hari pukul 4 sore sampai7
malam.
Kontribusi di sektor pendidikan menjadi prioritas para perempuan dalam
memajukan anak-anak mereka dalam pendidikan. Kontribusi perempuan di sector
kesehatan, kontribusi di sektorsosial kemasyarakatan dan kontribusi di sektor
administrasi publik. Peran perempuan bekerja tidak dapat dianggap remeh karena
para perempuan mempunyai aktivitas yang lebih dari para laki-laki. Secara
otomatis peran perempuan bekerja menjadi ganda ketika para perempuan di
wajibkan untuk melayani suami dan mendidik anak-anak mereka. Selain menjadi
Universitas Sumatera Utara
ibu rumah tangga para perempuan pekerja pembuat gula merah ini harus bekerja
demi kesejahteraan keluarganya.
Hasil penelitian yang telah di uraikan tersebut dapat di simpulkan bahwa
perempuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap aspek sosial
ekonomi keluarga, Perempuan yang bekerja akan dapat memberikan kontribusi
terhadap ekonomi keluarga. Peran mereka tidak bisa dikatan sebagai penambah
penghasilan tetapi sudah terlibat menjadi pencari nafkah dalam keluarga.
2.5 Kesejahteraan Sosial
2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan
Sosial No. 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.(Elmussi, Rahmatullah. 2010. Memahami Dinamika Perilaku
Manusia Dalam ImplementasiKesejahteraan Sosial. Diakses dari http://
rahmatullah.banten-instuste.org tanggal 24 Mei 2014 pukul 18.00 WIB).
Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang
melibatkan aktofitas nterorganisir yang diselenggarakan baik oelh lembagalembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi
dan memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan
kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat (Suharto2009: 1).
Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial,
keuangan, kesehatan dan rekreasi semua individu masyarakat. Berdasarkan pasal
Universitas Sumatera Utara
3 UU Nomor 11 tahun 2009 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial
bertujuan :
1. Meninkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup
2. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian
3. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menagani masalah kesejahteraan sosial
4. Meningkatkan
penyelengaraan
kemampuan
dan
kesejahteraan
kepedulian
sosial
secara
masyarakat
melembaga
dalam
dan
berkelanjutan
5. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
melembaga dan berkelanjutan
6. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan keejahteraan
sosial.
Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga
syarat utama:
(1) ketika masalah sosial dapat di-manage dengan baik;
(2) ketika kebutuhan terpenuhi;
(3)ketika peluang-peluang sosial terbuka secara maksimal. Pengertian lain juga
dapatdikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15th International
Conference ofSocial Welfare yakni kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha
sosial yang terorganisirdan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat berdasarkankonteks sosialnya (James Midgley, 1997:5).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa
Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional,
sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual. Dan negara bertanggungjjawab atas
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini di
tujukan kepada perseorangan, keluarga kelompok, atau masyarakat.sedangkan
yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak
secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan
prilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.
2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial
Nilai-nilai dasar dan sumber usaha kesejahteraan sosial adalah nilai-nilai
yang menjadi sumber untuk menetuakan arah serta sasaran usaha kesejahteraan
sosial.nilai-nilai sosial tersebut antara lain:
1. Pancasila, pancassila merupakan sumber formal yang utama karena
sila-sila pancasila merupakan pengakuan nilai-nilai dasar lainya.
2. Religius, dalam praktek nilai religius mendasari usaha-usaha
kesejahteraan sosial yang bersifat amal, sedekah dan lain
sebagainya secara umum disebut dengan karitas
3. Sosial budaya, nilai sosial budaya mendasari usaha-usaha
kesejahteraan sosial yang bersifat kemanusian dan gotongroyong
atau kebersamaan.istila umum yang berkembang untuk usaha
kesejahteraan sosial jenis ini disebut filantropis.
Universitas Sumatera Utara
4. Profesional, nilai profesional merupakan landasan bagi usahausaha kesejahteraan yang ilmiah. Kebutuhan terhadap adanya
usaha-usaha kesejahteraan dalam hal ini ditetapkan berdasarkan
hasil diagnosis terhadap situasi dan kondisi tertentu yang dianggap
bermasalah (ilmawan, 2010).
Perhatian pemerintah atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya di
wujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk berbagai kesejahteraan sosial yang
konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi
anggota masyarakat. Usahakesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada
individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas, berdasarkan hasil diatas dapat
dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklahbermakna bila tidak diterapkan
dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan
warga masyarakat.
Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret
(nyata) baikyang bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung
(indirect service), sehigga apayang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang
benar-benar ditujukan untuk menanganimasalah ataupun kebutuhan yang dihadapi
masyarakat. Usaha kesejahteraan sosialdibutuhkan karena pada berbagai negara
terdapat warga masyarakat mempunyai kebutuhandan masalah di luar kemampuan
mereka untuk mengatasinya. Hal ini tentunya ditunjangdengan perkembangan
dunia, bahwa kesejahteraan sosial (dan juga usaha kesejahteraansosial) telah
diterima masyarakat industrial modern sebagai salah satu fungsi guna
membantumasyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Masalah yang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
warga masyarakat saatini, bila ditelusuri, terkait dengan perubahaan sosial yang
tejadi secara cepat.
Sebagai patokan dan pemberi arahan, pembangunan bidang kesejahteraan
sosial diIndonesia yang bertanggung jawab adalah departemen sosial, secara asasi
dan fundamental.Disusun pula berdasarkan pembangunan bidang kesejahteraan
sosial yang dalampelaksanannya menganut prinsip melanjutkan, meningkatkan,
mengembangkan. Memperbaikiserta memperbaharui segala hasil pembangunan
bidang kesejahteraan sosial (Huda, 2009:1517).
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Pemikiran
Kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya perempuan sebagai ibu
rumah tangga dan identik dengan mengurus rumah tangga, dari mulai mengurus
anak, mencuci, memasak hingga mengatur masalah keuangan rumah tangga.
Begitu besarnya peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga sehingga potensi
kaum perempuan dipandang lebih banyak dimanfaatkan dalam sektor domestik
berbeda dengan laki-laki, tugas mereka adalah sebagai kepala rumahtangga yang
fungsinya adalah mncari nafkah bagi keluarga untuk kelamgsungan hidup
keluarga.
Seiring dengan perkembangan zaman dan adanya emansipasi, terjadilah
perubahan terhadap perempuan, mereka sudah ikut berperan aktif dalam mencari
nafkah untuk keluarga, hal ini di dorong karena semakin meningkatnya kebutuhan
keluarga, dan kemiskinan keluarga yang meningkat mengharuskan perempuan
tidak bisa duduk diam menunggu penghasilan dari suami atau laki-laki. dan
perempuan ikut berpartisipasi di ranah publik bersama dengan laki-laki dalam
mencari nafkah untuk meningkatkan sosial ekonomi keluarga.
Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala, perempuan sudah
berkontribusi untuk menambah perekonomian melalui pertanian, hal ini sudah
berlangsung sejak lama dan perempuan di desa ini sudah cukup penting
berperan dalam melakukan aktivitas usaha tani, perempuan memiliki peranan
yang cukup penting seperti penyemaian benih, dan penanaman, samapai panen
bahkan sampai juga pada pemasaran hasil panen. Perempuan Desa Lawe Tua
Universitas Sumatera Utara
Persatuan lebih banyak bekerja di sektor pertanian dengan berbagai alasan.
keterlibatan perempuan untuk mencari nafkah sudah menjadi hal yang biasa.
Perempuan petani di Desa Lawe Tua Persatuan bekerja di sektor pertanian
dan sektor domestik dan hal ini tidak bisa dipungkiri mereka sudah melakukan
beban ganda dalam keluarga, peran beban ganda tidak asing lagi bagi kaum
perempuan di desa ini. Perempuan secara tidak langsung memiliki jam kerja yang
lebih banyak dari laki-laki, dipagi hari petani perempuan pergi kesawah dan
setelah pulang dari sawah mereka masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
s
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.
Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang
bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak
lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu
berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang
kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain..
(Wikipedia, 2014).
Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan
efisisensidan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan
posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat
sesuai dengan kompetensi.Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu
pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.
Pengertian kontribusi yang telah di rumuskan maka dapat diartikan bahwa
kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang
kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga
memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Petani Perempuan
2.2.1. Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah jagung, coklat dan lain-lain ),
dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan
sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan
bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah
untuk jus, dan wol atau flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian.
(Wikipedia. 2010. Petani. Diakses dari http://id.wikipedia.org).
Defenisi menegenai petani
ada mencakupdua hal pokok yaitu pertama
petani adalah seorang pencocok tanam di pedesaan yang produksinya terutama di
tujukan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan konsumsi keluarga ini
mendefenisikan tujuan ekonomisnya yang sentral. Kedua, petani merupakan
bagian dari suatu masyarakat yang luas. (Scott, 1994:238).
Sektor pertanian merupakan sektor utama jika dilihat dari sumbangannya
dalam pendapatan nasional dan jumlah penduduk dan hidupnya yang tergantung
kepadanya. Dan seperti yang terjadi di banyak
negara berkembang lain,
pemberian prioritas pada sektor pertanian dalam kebijaksanaan ekonomi tidak
selalu menghasilkan pertumbuhan produksi yang tinggi belum lagi dalam hal
peningkatan pendapatan petani.Sektor pertaniaan selalu di tandai dengan
kemiskinan yang struktural yang berat, sehingga dorongan pertumbuhan dari luar
Universitas Sumatera Utara
tidak selalu menapatkan tanapan positif dari penduduk petani berupa kegiatan
investasi ( Subri, 2007:197).
Kemiskinan struktural seringkali dikaitkan dengan kebijakan yang di
gariskan oleh pemerintah, pada umumnya kebijakan di bidang pembangunan.
sebagai contoh, kebijakan industrilisasi di pulau Jawa secara signifikan
mempersempit lahan pertanian. Akibatnya, terjadi penurunan yang tajam dalam
rasio
penduduk
dan
lahan
pertanian,
dimana
secara
signifikan
akan
mengakibatkan tingkat kesejahteraan sebagai konsekwensi logis dari penurunan
pendapatan masyarakat.bentuk lainya adalah kelembagaan, seperti kelembagaan
sewa menyewa lahan yang senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan.
Kelembagaan sistem upah di sektor pertaniaan yang tidak menguntungkan buruh
tani, karena proses penyempitan lahan pertaniaan mengakibatkan posisi buruh tani
semakin power less (Siagian, 2012:62-63).
Pertanian yang ada sekarang di dominasi oleh pertanian rakyat yang
bercorak subsistem yang memiliki kelemahan sebagai berikut:
a) Skala usaha yang kecil
b) Lokasi usaha tani yang terpencar-pencar
c) Tingkat teknologi dan kemampuan menejemen yang rendah
d) Permodalan lemah
e) Kurang akses terhadap pasar dan struktur pasar (Subri 2002:197)
Ciri-ciri pertanian yang di harapkan di tinjau dari profil sumberdaya manusia
(SDM), sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1) Petani yang benar-benar memahami potensi, persoalan-persoalan yang di
hadapi, serta perannya dalam kegiatan pembangunan (dalam arti luas).
2) Memiliki kedewasaan dalam berprilaku dalam pola pikir, sehingga
memahami hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan pelaku
pembangunan
3) Memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang sesuai dengan kondisi
yang selalu berkembang, dan memiliki kesiapan menerima imperatif
perubahan yang terjadi.
4) Sosok manusia pertaniaan yang dikemukakan tersebut berdimensi sangat
holistik, sehingga masukan sistem, dan strategi yang di perlukan untuk
penyiapan memerlukan kemajemukan yang integratif (Subri, 2007:198).
2.2.2Perempuan
Penggunaan kata “perempuan” karena akan dibahas adalah jenis kelamin
yang tergolong perempuan sebagai lawan jenis kelamin laki-laki. Serta lebih
memantapkan informasi yang menjelaskan arti kata perempuan adalah yang
diempukan (empu artinya induk atau ahli) sehinggaa tersirat arti penghormatan
(Sadli, 2010:3).
Perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniah. budaya
indonesia aspek jasmaniah secara langsung maupun tidak langsung sering di
interpreasikan secara populer sebagai perempuan dan kodratnya. Kedudukan
perempuan dalam aspek sosiologi menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Kedudukan Perempuan dalam pengertian ini memposisikan perempuan
sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari laki-laki di lingkungan
Universitas Sumatera Utara
tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan
menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensiesensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah.
Laki- laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan
(hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, perempuan
mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pada laki-laki dalam berbagai
bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain disebabkan
oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di masyarakat.
Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di antaranya disatu pihak,
menciptakan status dan peranan perempuan di sektor domestik yakni berstatus
sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga,
sedangkan dilain pihak, menciptakan status dan peranan laki-laki di sektor publik
yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah.
Dikemukakan oleh White dan Hastuti (1980), dalam sistem kekerabatan
patrilineal, ada adat dalam perkawinan (pernikahan) yang biasanya wanita (istri)
mengikuti laki-laki (suami) atau tinggal di pihak kerabat suami, merupakan salah
satu faktor yang secara relatif cendrung mempengaruhi status dan peranan
perempuan, yakni status dan peranan
Perempuan menjadi lebih rendah dari pada laki-laki. Selain itu, perempuan
tidak bisa menjadi pemilik tanah dan kekayaan yang lain melalui hak waris,
sehingga status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dari pada laki-laki.
Hal itu juga menyebabkan sumber daya pribadi (khususnya yang menyangkut
tanah, uang atau material) yang dapat disumbangkan oleh perempuan ke dalam
Universitas Sumatera Utara
perkawinan atau rumah tangga mereka menjadi sangat terbatas. Akibatnya, status
dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya pribadi bisa berupa: pendidikan,
keterampilan, uang atau material, tanah dan lain-lain.
Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya
tersebut di masyarakat, maka akses perempuan terhadap sumber daya di bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas.
Untuk memperkecil keadaan yang merugikan perempuan itu, perlu pemahaman
dan penghayatan yang baik tentang peranan perempuan dalam pembangunan yang
berwawasan gender, tidak hanya oleh perempuan sendiri tetapi juga oleh laki-laki
atau seluruh lapisan masyarakat.
Pada umumnya terdapat pembagian kedudukan dan peranan perempuan yaitu:
1. Perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga dan anggota keluarga , yang
disebut fungsi intern.
2. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan politik, dapat disebut fungsi ekstern ( Shanty
Dellyana, 1998 dalam Soeroso, 2010:53)
Proses-proses dalam pembangunan terdapat hubungan timbal balik antara
perempuan dan laki-laki. Jika perbedaan-perbedaan hakiki yang menyangkut jenis
kelamin tidak bisa diganggu gugat dimana bahwa secara biologis perempuan
memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan sementara laki-laki tidak, dan
Universitas Sumatera Utara
sejenisnya. Perbedaan- perbedaan gender juga harus bisa dirubah karena yang
menjadi akarnya adalah faktorfaktor sosial dan sejarah (Macdonal, dkk 1999: 13)
Menurut Basow (1980) prilaku perempuan banyak dipengaruhi pandangan
masyarakat yang berkembang di sekitarnya yaitu:
1. Self Fulfiling Prophecy yang di kemukakan oleh Snyder dkk.
Menyatakan bila stereoptip yang berkembang dalam masyarakat itu
memandang perempuan memiliki sesuatu ciri yang negatif bila di
bandingkan terhadap laki-laki, maka perempuan itu juga akan
memandang dirinya seperti steroptip yang berkembang dalam
masyarakat
sedemikian
mengembangkan
ciri
rupa,
itu.
dan
Misalnya
dalam
perilakunya
masyarakat
yang
memandang
perempuan kurang rasional dibandingkan laki-laki, maka perempuan
itu sendiri juga akan memandang dirinya serupa, kemudian dalam
perilakunya mereka akan kurang ambil bagian dalam pemecahan
masalah yang banyak menurut rasio, kurang menyukai matematika
atau hal-hal yang berhubungan dengan mesin.
2. Pandangan kedua berasal dari Zenna dan Pack (1975) yaitu impression
management. Pandangan kedua ini menyatakan bahwa agar orang
diterima oleh masyarakat maka orang itu harus harus mengabil strategi
berdaarkan kesan masyarakat.bila kesan yang timbul dalam masyakat
itu menerima perempuan bekerja diluar rumah, maka perempuan itu
juga akan melakukan pekerjaan diluar rumah atau sebaliknya
(Sudirman, 2001: 45-46).
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat menciptakan perilaku pembagian gender untuk menentukan apa
yang mereka anggap sebagi suatu keharusan, untuk membedakan laki-laki dan
perempuan. misalnya mendidik anak mengelola dan merawat kebersiahan dan
keindahan rumah tangga, atau urusan domestik seperti memasak, mencuci dan
merawat anak dan ini sering dianggap kodrat perempuan. padahal peran gender
semacam
ini
adalah
hasil
dari
kontruksi
sosial
dan
kultural
dalam
masyarakat.sehingga terkadang muncul ketidak adilan gender yan melahirkan
berbagai ketidakadilan baik bagi laki-laki, terutama terhadap perempuan
(Narwoko dan Suryanto, 2004:340).
Bentuk ketidakadilan gender dapat berupa proses marginalisasi perempuan
yang merupakan suatu proses pemikinan atas suatu jeni kelamin tertentu, yang
dalam hal ini adalah perempuan.marginalisasi atau pemiskinan perempuan dapat
bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau
kebiasaan, bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Revolusi hijau misalnya, secara
ekonomi telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga
terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan. banyak perempuan yang tidak
dapat lagi bekerja disawah karena adanya penyempitan lahan, hal ini berarti
bahwa program revolusi hijau di rencanakan tanpa mempertimbankan apek gender
(Narwoko dan Suyanto, 2004:341).
Beban ganda merupakan salah satu contoh ketidakadilan gender, dimana
perempuan mendapatkan beban kerja
ganda. Selain mengurus semua urusan
rumah tangga, perempuan juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. Alam kaitannya dengan beban ganda tersebut, ada pendapat yang
menyebutkan bahwa perempuan tidak hanya berperan ganda, akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
perempuan memiliki tripple role: peran reproduksi, yaitu peran yang berhubungan
dengan peren tradisional di sektor domestik
peran produktif, yaitu peran
ekonomis di sektor publik dan peren sosial, yaitu peran ekonomis di sektor publik
dan peran sosial, yaitu peran di komunitas (Narwoko dan Suryanto, 2004:341).
Perempuan memiliki kesempatan yang terbuka untuk pendukung antara
lain:
1. Berkembangnya kesadaran laki-laki tentang paham femininsme,
yang berarti mereka mau menghargai dan memberi kesempatan
kepada perempuan untuk berkembang sebagai pribadi.
2. Makin banyak perempuan yang sadar akan potensi, sehingga
minculpemimpin perempuan di berbagai bidang
3. Terbukanya kesepakatan bagi perempuan untuk meningkatkan
pengetahuannya melalui berbagai pendidikan.
4. Ada jalinan kerjasama yang semakin luas bagi perkembangan
perempauan, sehingga perempuan semakin percaya diri dan
menyadari bahwa mereka tidak sendiri (Murniati, 2004:116-117).
2.3 Sosial Ekonomi
2.3.1 Pengertian Sosial dan Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian
sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social
dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda,
misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas
kedua duanya memiliki menunjukan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Soekanto, apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu
masyarakat, sosialisme suatu ideology yang berpokok pada prinsip pemikiran
umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi (Soekanto,
1993 :450).
Istilah sosial pada departemen sosial, menunjukan pada kegiatan-kegiatan
dilapangan sosial. Artinya kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan
yang di hadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna
susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu
(Soekanto 1993:464) mengemukakan bahwa istilah sosialpun berkenaan dengan
pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.Defenisi
sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan serta dapat juga
diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan
manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak nyata.
Kehadiran manusia secara nyata bisa dirasakan baik audio maupun visual.
Sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajenasi, kenangan,
khayalan, dan lain sebagainya. Defenisi sosial ini terkait pada hubunganhubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan kelompoknya, dan manusia dengan organisasi yang
diikutinya. Hal ini juga berkaitan langsung dengan istilah bahwa manusia
merupakan makhluk sosial di muka bumi, karena manusia tidak bisa hidup
sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya
sehari-hari. (http://www.anneahira.com/defenisi-sosial.htm. Diakses pada tanggal
10 Mei 2014 pukul 20.00).
Universitas Sumatera Utara
Manusia sebagai mahluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat
dalam kehidupan sehari-sehari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau
mencukupi kebutuhan sendiri meskipun dia punya kedudukan dan kekayaan, dia
selalu
membutuhkan
bantuan
manusia
lain.setiap
manusia
cendrung
berkomunikasi, beriorentasi, bersosialisasi dengan manusia lainya.
Manusia memiliki keharusan biologis, terdiri:
1. Dorongan makanan
2. Dorongan mempertahankan diri
3. Dorongan melangsungkan hubungan beda jenis.
Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam
berkembangnya sebagai mahkluk sosial menischayakan adanya dorongan untuk
saling ketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan yang lain. Karena itu
komunikasi antara masyarakat menetukan peran manusia sebagai mahluk sosial
(Tumanggor, 2010:41).
Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia
yang hidup dalam suatu pergaulan oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya
di tandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah
dua atau lebih.
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dala
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu berhubungan dan bergaul
cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan
Universitas Sumatera Utara
pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai
suatu kesatuan (kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama (Soleman, 2006:6)
Ekonomi atau economic dalam banyak literature ekonomi disebutkan
barasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti
peraturan rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah
tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga
bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga
bangsa, negara, dan dunia (Putong, 2005:9). Ekonomi juga sering diartikan
sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat
dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup
manusia sehari-hari (http://id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. Diakses pada tanggal
20 Juni 2014 pukul 20.00).
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan,
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan yang dinaksud
berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuikan dengan penelitian yang
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu yang terpenting dalam kehidupan sosial individu adalah interaksi
sosial. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula
cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada di lingkungan
pergaulan sosial diluar keluarganya, didalam masyarakat pada umumnya. Apabila
interaksi sosialnya didalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak
lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosial dengan
masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.
Peran umum kelompok keluarga sebagai kelompok pertama, dimana tempat
manusia berkembang sebagai makhluk sosial. Terdapat pula peran-peran tertentu
dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai
makhluk sosial. Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar
manjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat pertama dalam
perkembangan segi-segi sosial anak. Dalam interaksi sosial dengan orangtuanya
yang wajar, anak dapat memperoleh hasil yang memungkinkan menjadi anggota
masyarakat berguna kelak. Sedangkan apabila hubungan dengan orangtuanya
kurang baik, kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umunya berlangsung
kurang baik pula (Gerungan, 2004:216)
Kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari pekerjaan,
penghasilan, dan pendidikan.
1. Pendapatan
Pendapatan dapat didefenisikan sebagai gaji, upah, keuntungan, sewa, dan
setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat
generasi
sumber
penghasilan
(pendapatan)
adalah
dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
kompensasi pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau
deviden, royalti, piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah,
masyarakat, atau bantuan keuangan keluarga.
Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan
mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonomi John Maynard Keynes,
adalah hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan
konsumsi, tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif
menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan
pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan
adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial
ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang
individu.
Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan
kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok
(primer) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunderdan tersier sambil dapat
mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan
pendapatan yang rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya
(primer), bahkan mereka terkadang meminjam uang dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
2. Pendidikan
Tingkat Pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena
merupakan fenomena cross cutting untuk semua individu. Pencapaian
pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk Nya atas semua
Universitas Sumatera Utara
prestasi dalam hidup, yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya.
Akibatnya pendidikan memainkan sebua peran dalam pendapatan.
Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan
penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar
professional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi
sementara mereka tanpa ijasah sekolah tertinggi terhukum secara finansial.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi
dan psikologis yang lebih baik (yaitu : pendapatan lebih, kontrol yang
lebih, dan dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar).
Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan
seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk
mencari dan memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang
mengelompokkan orang dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status
sosial ekonomi terendah. Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya
terpadu, dimana orang tua kelas menengah mengambil peran aktif dalam
pendidikan dan pengembangan anak-anak mereka dengan menggunakan
kendali mengorganisir kegiatan dan mendorong rasa hak melalui diskusi.
Lareau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak
berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka
memiliki rasa kendala. Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan
demikian lahir dari dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori,
keluarga berpenghasilan rendah memiliki anak yang tidak berhasil
sedangkan anak-anak yang berpenghasilan menengah, yang merasa
berhak, yang argumentatif, dan lebih siap untuk kehidupan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
3. Pekerjaan
Pekerjaan sebagai salah satu contoh komponen status sosial ekonomi,
terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan. Status pekerjaan sesuai
dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik, mengeksplorasi dan mempertahankan posisi
yang baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk
posisi sosial kita atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan
karakteristik
pekerjaan,
pengambilan
membuat
kemampuan
dan
pengendalian emosi, dan psikologis tuntutan pada pekerjaan.
Pekerjaan dirangkingkan oleh jejak pendapat (antara organisasi lainnya)
dan pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan
yang paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur
kimia dan biomedis, spesialis komputer dan komunikasi analisis.
Pekerjaan ini, dianggap dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial
ekonomi tinggi, memberikan lebih banyak pekerjaan menantang dan
kemampuan dan kontrol yang lebih besar terhadap kondisi kerja.
Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah pramusaji makanan,
petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci piring, tukang sapu,
pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan, dan tukang
parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan
kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan memberikan
otonomi yang kurang. (http://tenagasosial.blogspot.com/2013/08/faktoryang-mempengaruhi-status-sosial. html. Diakses pada tanggal 2 Maret
2014 pukul 14.00).
Universitas Sumatera Utara
Melly. G. Tan mengatakan berdasarkan pekerjaan, penghasilan, dan
pendidikan maka masyarakat itu dapat digolongkan kedalam kedudukan
sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi ( Koentjaraningrat, 1981 : 35).
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat
hidup minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup minimal, mereka perlu
mendapatkan pinjaman dari orang lain
2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang. Yaitu pendapatan yang
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat
menabung.
3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi. Yaitu selain dapat memenuhi
kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan
dan digunakan untuk kebutuhan yang lain
4. Lingkungan
Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang terbentuk akibat adanya
hubungan rasional antara manusia untuk memenuhi kebutuhan atau mencari
solusi terhadap berbagai tantangan atau kesulitan secara bersama.lingkungan
sosial juga merupakan hidup bermasyarakat.keadaan atau tarafnya ditentukan
oleh jumlah, kualifikasi, distribusi penduduk, tersedianya sumber daya alam
dan kemampuan memanfaatkanya secara kesinambungan, teknologi-budaya,
serta keadaan sosial ekonomi politis yang ada.pengukuran dan penilaian
kualitas hidup masyarakat sangat erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat.
Pengukuran dan penilaian terhadap kualitas hidup masyarakatpun haruslah
berhubungan dengan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
ILO menemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan minimum manusia
mengandung dua elemen, yakni:
1.
Kebutuhan - kebutuhan minimum tertentu dari suatu keluarga
untuk di konsumsi pribadi mereka, dan yang disediakan sendiri
oleh keluarga itu meliputi
a) makanan yang mencukupi dan memenuhi syarat gizi
b) tempat berteduh
c) pakaian
d) perabot/perlengkapan rumah tangga
2.
Kebutuhan-kebutuhan minimum dalam bentuk- bentuk pelayanan
penting yang di sediakan oleh negara bagi masyarakat luas,
meliputi:
a) Air bersih
b) Sanitasi
c) Kebersihan
d) Transport umum
e) Fasilitas kesehatan
f) Fasilitas pendidikan
g) Fasilitas budaya ( Siagian, 2012: 77-78)
2.4 Keluarga
2.4.1 Pengertian Keluarga
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri
Universitas Sumatera Utara
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah
dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga.
Menurut Iver dan Page ( Kairuddin, 1997: 3) dikatakan : “family is a group
defined by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the
procreation and upbringing of children”. Sedangkan menurut A.M. Rose “ a
family is a group of interacting person who recognize a relationship with each
other based on common parentage, marriage and for adoption”
Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang
meliputi:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhankebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok
keluarga (Su’adah, 2005: 22).
Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun
tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah
dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada
Universitas Sumatera Utara
dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks
yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan
dan pemeliharaan anak. (Su’adah,2005:22-23)
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.
Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak
yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap
merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang
secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya
mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan
dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses.
(Khairuddin,1997:4).
Hal senada dari beberapa definisi keluarga, terdapat salah satu pengertian
keluarga, dimana fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak
dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa
sosial (Khairuddin, 1997:3). Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih
bersifat
interpersonal,
dimana
masing-masing
anggota
dalam
keluarga
dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang
(pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat
pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan
ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga
Universitas Sumatera Utara
bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai
pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169).
Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai
corak tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang
terkecil ini. Disitulah dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama
kali, mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia. Peranan umum
keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat anak belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut
menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar
keluarga (Gerungan, 2004: 195).
Bentuk-bentuk keluarga menurut Polak ( Khairuddin, 1997:19) yaitu :
1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak yang belum menikah
2. Keluarga Besar ( Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi
lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih
luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya.
Disamping bentuk keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus,
(Ahmadi, 2007:222) yaitu:
1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh
organisasi sosial
2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan
suatu ras
Universitas Sumatera Utara
3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial
yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan
membentuk watak daripada individu
4. Besarnya keluarga terbatas
5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial
6. Pertanggungan jawab daripada anggota-anggota
7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen
Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi
atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini
disebabkan karena: urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan
kelahiran yang disengaja.Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu
menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial yaitu:
1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi
kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan
sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena
telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu
2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada
sekolah-sekolah, kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam
lingkungan kekeluargaan
3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena
tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk
berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi,
2007:223)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Horton fungsi-fungsi keluarga meliputi :
1. Fungsi pengaturan seksual
Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi
masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan
seksual.
2. Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau menghasilkan anak.
3. Fungsi afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai
(Su’adah, 2005: 109)
Berbagai fungsi keluarga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan fisik
samapi mempersiapkan anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab.selain intu sebagai pusat penerus nilai.keluarga yang pertama-tama yang
berprilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat di manapun ia
berada.(Sadli, 2010:143-144).dan lingkungan keluarga perempuan, dapat secara
langsung mengambil inisiatif dalam rumah tangga.
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
a) Berdasarkan Lokasi
1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal.
2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istridiharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat suami.
Universitas Sumatera Utara
3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istridiharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat istri.
4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat tinggal di sekitar kediaman kerabat suami pada masa
tertentu, dan di sekitar kediaman kerabat istri pada masa tertentu
pula (bergantian).
5.
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat menetap di tempat yang baru, dalam arti kata tidak
berkelompok dengan kerabat suami maupun istri.
6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri diharuskan menetap di sekitar kediaman saudara lakilaki ibu dari pihak suami.
7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri masing-masing hidup terpisah ( Sua’dah, 2005:114)
b) Berdasarkan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni suami lah yang memiliki otoritas dalam keluarga.
2. Matriarkal, yakni istri lah yang memiliki otoritas dalam keluarga.
Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara bergantian.
2.4.2
Kontribusi Ekonomi dari Sektor Pertanian
Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di negara sedang
berkembang merupakan suatu sektor pertanian yang sangat potensial dalam
emapat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi nasioanal, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kuatnya
bias
agraris
dari
ekonomi
selama
tahap-tahap
awal
pembangunanmaka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan)
membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar domestik terhadap
produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain dalam negeri, baik
untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen.
2. Ekpansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada
produk-produk sektor pertanian bukan hanya dalam penyedian pangan
tetapi pertanian juga merupakan penyedian bahan-bahan baku untuk
keperluan keiatan prouksi di sektor-sektor nonpertanian, teritama industri
pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman tektil dan
pakaian jadi, barang-barang dari kulit dan farmasi
3. Pentingnya dan adilnya terhaap penyerapan tenaga kerja tanpa bisa
dihindari menurunlah dengan pertumbuhan atau semakin tininya tingkat
pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal
untuk investasi dalam ekonomi. Jjadi, pembangunan ekonomi melibatkan
taransfersurplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor non
pertanian.
4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi
surplus neraca pembayaran, baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau
peningkatan produksi komoiti-komoditi pertanian menggantikan impor
(Tambunan 2003:9-10).
2.4.3
Kajian Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Handayani dan Artini (2009) menunjukkan bahwa rata-
rata sumbangan pendapatan responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari
Universitas Sumatera Utara
terhadap pendapatan keluarga sebesar sebesar Rp 429.754,00 atau 12,82% dari
total pendapatan keluarga dengan kisaran 1,58% sampai dengan 52,56%.
Kontribusi perempuan tidak terlalu besar, namun kegiatan ekonomi responden
dirasakan berperan cukup penting dalam menambah pendapatan keluarga.
Menambah pendapatan keluarga merupakan motivasi ekonomi yang dinyatakan
oleh 17 orang (56,67%), sedangkan sisanya menyatakan alasan motivasi sosial,
yaitu: sebesar 10 orang (33,33% ) menyatakan untuk mengisi waktu luang dan 3
orang menyatakan mencari pengalaman. Dihubungkan dengan tingkat pendidikan
seseorang, maka tingkat pendidikan responden yang rata-rata tergolong cukup
tinggi menunjukkan bahwa responden mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
berusaha meningkatkan perekonomian keluarga melalui kegiatan yang lebih
bermanfaat yaitu bekerja, tanpa mengabaikan tugas sebagai ibu rumah tangga.
Sitohang, M (2004) menyimpulkan juga bahwa sumbangan pendapatan
istri sebagai pedagang pengecer sayur-sayuran ada sebesar 63,97% terhadap
pendapatan keluarga lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan
yang diberikan suami terhadap keluarga yang hanya 33,07%. Pendapatan istri
sangat memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kebutuhan –
kebutuhan keluarga.
Sayuti, (1997) juga menyimpulkan bahwa istri sebagai pedagang pengecer
buah-buahan di pusat pasar Medan menyumbangkan pendapatannya sebesar
69,9% terhadap total pendapatan keluarganya. Pendapatannya dari hasil kerja
perempuan pedagang pengecer buah-buahan sangat berperan untuk menambah
perekonomian keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Safridal (2012) meneliti tentang peran perempuan petani terhadap sosial ekonomi
keluarga di desa Kutarakyat Kecamatan Namantaren Kabupaten Karo. Responden
dalam adalah 55 perempuan, dan dalam penelitianya perempuan sangat berperan
aktif terhadap peningkatan sosial ekonomi keluarganya. Hasil pertanian yang
diperoleh perempuan menambah penghasilan keluarga. Pendapatan perempuan
perminggu di desa Kutarakyat 34, 6% pendapatanya Rp 100.000- Rp 400.000,
20% pendapatanya Rp 450.000- Rp 750.000, 21,8% pendapatan perempuan
berkisar 800.0000- Rp 1.100.000, dan 23, 6% pendapatan perempuan berkisar>
Rp 1.200.000. Pendapatan perempuan desa Kutarakyat berpengaruh terhadap
pendidikan anak dimana pendidikan anak semakin tinggi, kebutuhan pangannya
sudah memenihi gizi seimbang, dengan pendapatan tersebut sudah mampu
membawa keluarga apabila sakit ke rumah sakit dan tidak lagi ke alternatif seperti
dukun. Pendapatan yang di peroleh dari hasil pertanian sudah mampu memenuhi
kebutuhan sosial ekonomi keluarga mereka.
Hasil penelitian dari Goni (2013) tentang peranan ibu rumah tangga yang
bekerja dalam meningkatkan status sosial keluarga di Kelurahan Teling Atas
Kecamatan Wanea Menado mengatakan bahwameningkatkan status sosial
keluarga merupakan salah satu faktor pendorong bekerjanya seorang ibu rumah
tangga. Dimana dari hasil uraian menunjukkan bahwa bakerjanya seorang ibu
rumah tangga dapat meningkatkan status sosial ekonomi keluarga.Dari hasil
penelitian terbukti bahwa variabel ibu rumah tangga yang bekerja dapat
mempengaruhi variabel peningkatan status sosial ekonomi keluarga. Dimana
sebanyak 93% responden menyatakan ada peningkatan status sosial ekonomi, dan
Universitas Sumatera Utara
hanya 6.7% responden yang menyatakan tidak ada peningkatan status sosial
ekonomi keluarga mereka.
Penelitian Anisa (2011)
yang
berjudul
peran
perempuan dalam
perekonomian rumah tangga diDusun Pantogkulon, Banjaroya, Kalibawang,
Kulon
Progo menyimpulkanbahwa perempuan bekerja tidaklah hanya
mementingkan diri sendiri, mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dantekanan
kebutuhan hidup yang terus menerus semakin tinggi. Masyarakat pedesaan seperti
di Dusun Panthog Kulon yang berdiri
dari kelurga menegah ke bawah seringkali perempuan berperan bukan hanya
sebagai istri ataupun seorang ibu, tetapi mereka juga berperan sebagai pekerja
sebagai
tulang
punggung
keluarga
yang
membantu
suami
mereka
dalammemakmurkan dan menjaga kesetabilan kebutuhan ekonomi keluarganya.
Dusun Panthog Kulon mempunyai banyak pekerja perempuan khususnya pembuat
gula merah. Sehari para perempuan ini dapat bekerja dua kali sehari, yaitu pagi
hari pukul 7 pagi sampai pukul 9 pagi dan pada sore hari pukul 4 sore sampai7
malam.
Kontribusi di sektor pendidikan menjadi prioritas para perempuan dalam
memajukan anak-anak mereka dalam pendidikan. Kontribusi perempuan di sector
kesehatan, kontribusi di sektorsosial kemasyarakatan dan kontribusi di sektor
administrasi publik. Peran perempuan bekerja tidak dapat dianggap remeh karena
para perempuan mempunyai aktivitas yang lebih dari para laki-laki. Secara
otomatis peran perempuan bekerja menjadi ganda ketika para perempuan di
wajibkan untuk melayani suami dan mendidik anak-anak mereka. Selain menjadi
Universitas Sumatera Utara
ibu rumah tangga para perempuan pekerja pembuat gula merah ini harus bekerja
demi kesejahteraan keluarganya.
Hasil penelitian yang telah di uraikan tersebut dapat di simpulkan bahwa
perempuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap aspek sosial
ekonomi keluarga, Perempuan yang bekerja akan dapat memberikan kontribusi
terhadap ekonomi keluarga. Peran mereka tidak bisa dikatan sebagai penambah
penghasilan tetapi sudah terlibat menjadi pencari nafkah dalam keluarga.
2.5 Kesejahteraan Sosial
2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan
Sosial No. 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.(Elmussi, Rahmatullah. 2010. Memahami Dinamika Perilaku
Manusia Dalam ImplementasiKesejahteraan Sosial. Diakses dari http://
rahmatullah.banten-instuste.org tanggal 24 Mei 2014 pukul 18.00 WIB).
Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang
melibatkan aktofitas nterorganisir yang diselenggarakan baik oelh lembagalembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi
dan memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan
kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat (Suharto2009: 1).
Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial,
keuangan, kesehatan dan rekreasi semua individu masyarakat. Berdasarkan pasal
Universitas Sumatera Utara
3 UU Nomor 11 tahun 2009 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial
bertujuan :
1. Meninkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup
2. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian
3. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menagani masalah kesejahteraan sosial
4. Meningkatkan
penyelengaraan
kemampuan
dan
kesejahteraan
kepedulian
sosial
secara
masyarakat
melembaga
dalam
dan
berkelanjutan
5. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
melembaga dan berkelanjutan
6. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan keejahteraan
sosial.
Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga
syarat utama:
(1) ketika masalah sosial dapat di-manage dengan baik;
(2) ketika kebutuhan terpenuhi;
(3)ketika peluang-peluang sosial terbuka secara maksimal. Pengertian lain juga
dapatdikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15th International
Conference ofSocial Welfare yakni kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha
sosial yang terorganisirdan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat berdasarkankonteks sosialnya (James Midgley, 1997:5).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa
Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional,
sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual. Dan negara bertanggungjjawab atas
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini di
tujukan kepada perseorangan, keluarga kelompok, atau masyarakat.sedangkan
yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak
secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan
prilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.
2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial
Nilai-nilai dasar dan sumber usaha kesejahteraan sosial adalah nilai-nilai
yang menjadi sumber untuk menetuakan arah serta sasaran usaha kesejahteraan
sosial.nilai-nilai sosial tersebut antara lain:
1. Pancasila, pancassila merupakan sumber formal yang utama karena
sila-sila pancasila merupakan pengakuan nilai-nilai dasar lainya.
2. Religius, dalam praktek nilai religius mendasari usaha-usaha
kesejahteraan sosial yang bersifat amal, sedekah dan lain
sebagainya secara umum disebut dengan karitas
3. Sosial budaya, nilai sosial budaya mendasari usaha-usaha
kesejahteraan sosial yang bersifat kemanusian dan gotongroyong
atau kebersamaan.istila umum yang berkembang untuk usaha
kesejahteraan sosial jenis ini disebut filantropis.
Universitas Sumatera Utara
4. Profesional, nilai profesional merupakan landasan bagi usahausaha kesejahteraan yang ilmiah. Kebutuhan terhadap adanya
usaha-usaha kesejahteraan dalam hal ini ditetapkan berdasarkan
hasil diagnosis terhadap situasi dan kondisi tertentu yang dianggap
bermasalah (ilmawan, 2010).
Perhatian pemerintah atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya di
wujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk berbagai kesejahteraan sosial yang
konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi
anggota masyarakat. Usahakesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada
individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas, berdasarkan hasil diatas dapat
dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklahbermakna bila tidak diterapkan
dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan
warga masyarakat.
Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret
(nyata) baikyang bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung
(indirect service), sehigga apayang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang
benar-benar ditujukan untuk menanganimasalah ataupun kebutuhan yang dihadapi
masyarakat. Usaha kesejahteraan sosialdibutuhkan karena pada berbagai negara
terdapat warga masyarakat mempunyai kebutuhandan masalah di luar kemampuan
mereka untuk mengatasinya. Hal ini tentunya ditunjangdengan perkembangan
dunia, bahwa kesejahteraan sosial (dan juga usaha kesejahteraansosial) telah
diterima masyarakat industrial modern sebagai salah satu fungsi guna
membantumasyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Masalah yang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
warga masyarakat saatini, bila ditelusuri, terkait dengan perubahaan sosial yang
tejadi secara cepat.
Sebagai patokan dan pemberi arahan, pembangunan bidang kesejahteraan
sosial diIndonesia yang bertanggung jawab adalah departemen sosial, secara asasi
dan fundamental.Disusun pula berdasarkan pembangunan bidang kesejahteraan
sosial yang dalampelaksanannya menganut prinsip melanjutkan, meningkatkan,
mengembangkan. Memperbaikiserta memperbaharui segala hasil pembangunan
bidang kesejahteraan sosial (Huda, 2009:1517).
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Pemikiran
Kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya perempuan sebagai ibu
rumah tangga dan identik dengan mengurus rumah tangga, dari mulai mengurus
anak, mencuci, memasak hingga mengatur masalah keuangan rumah tangga.
Begitu besarnya peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga sehingga potensi
kaum perempuan dipandang lebih banyak dimanfaatkan dalam sektor domestik
berbeda dengan laki-laki, tugas mereka adalah sebagai kepala rumahtangga yang
fungsinya adalah mncari nafkah bagi keluarga untuk kelamgsungan hidup
keluarga.
Seiring dengan perkembangan zaman dan adanya emansipasi, terjadilah
perubahan terhadap perempuan, mereka sudah ikut berperan aktif dalam mencari
nafkah untuk keluarga, hal ini di dorong karena semakin meningkatnya kebutuhan
keluarga, dan kemiskinan keluarga yang meningkat mengharuskan perempuan
tidak bisa duduk diam menunggu penghasilan dari suami atau laki-laki. dan
perempuan ikut berpartisipasi di ranah publik bersama dengan laki-laki dalam
mencari nafkah untuk meningkatkan sosial ekonomi keluarga.
Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala, perempuan sudah
berkontribusi untuk menambah perekonomian melalui pertanian, hal ini sudah
berlangsung sejak lama dan perempuan di desa ini sudah cukup penting
berperan dalam melakukan aktivitas usaha tani, perempuan memiliki peranan
yang cukup penting seperti penyemaian benih, dan penanaman, samapai panen
bahkan sampai juga pada pemasaran hasil panen. Perempuan Desa Lawe Tua
Universitas Sumatera Utara
Persatuan lebih banyak bekerja di sektor pertanian dengan berbagai alasan.
keterlibatan perempuan untuk mencari nafkah sudah menjadi hal yang biasa.
Perempuan petani di Desa Lawe Tua Persatuan bekerja di sektor pertanian
dan sektor domestik dan hal ini tidak bisa dipungkiri mereka sudah melakukan
beban ganda dalam keluarga, peran beban ganda tidak asing lagi bagi kaum
perempuan di desa ini. Perempuan secara tidak langsung memiliki jam kerja yang
lebih banyak dari laki-laki, dipagi hari petani perempuan pergi kesawah dan
setelah pulang dari sawah mereka masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
s