Kontribusi Petani Perempuan Dalam Peningkatan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Lawetua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara

(1)

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta Gerungan, W A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Huda, Miftachul.2009.pekerja sosial dan keejahteraan sosial,Yogjakarta: putaka Pelajar.

Handayani M Th dan Artini Ni W P, 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan Keluarga. Piramida Vol V No. 1.

Koenjaraningrat. 1981. Masalah dalam metode penelitian masyarakat. Jakarta: Ereka Cipta. Khairuddin H.SS. 1997. Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty

Karya Ilmiah: Safridal. Peran Petani Perempuan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Kutarakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo, 2012. Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP- USU.

Macdonal, Sprenger, Dubel.1999. Gender dan perubahan organisasi, Amesterdam:IST

Murniat, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender, Magelang: Indonesia Tera

Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong.2004. Sosioloi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi Ketiga ). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Putong. 2005. Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Pudjiwati Sayogyo. 1983, Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial. Rajawali. Jakarta.

Scott, James C. 1994. Moral Ekonomi Petani.Jakarta: LP3ES

Subri, Mulyadi. 2007. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:Raja Grafindo Persada


(2)

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama

2012. Kemiskinan dan solusi. Medan: PT Grasindo Monoratama Sadli, Saparinah.2010, Berbeda Tapi Setara pemikiran tentang Kajian

Perempuan.Jakarta: Kompas.

Soeroso, Moerti Hadiati.2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Yuridis –viktimologi, Jakarta: Sinar Grafika.

Sihotang Maria R. 1986. Skripsi Produktivitas Kerja Wanita Pemetik Daun Teh dan Persepsinya Terhadap Pekerjaannya. USU. Medan.

Soekanto. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.

Soelaeman Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial.

Bandung:Refika Aditama.

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press.

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Rafika Aditama.

Sujarwati, Anisa. 201. SkripsiPeran Perempuan dalam Perekonomian Rumah Tangga di Dusun Pantogkulon, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Sayuti E R. 1997. Skripsi Peranan Istri Bekerja Dalam Kontribusinya Menambah Pendapatan Keluarga. UHN. Medan.

Silalahi, Uber.2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT. Refika Aditama Tumanggor, Rusmin.2010, Ilmu Sosial Dasar Dan Budaya Dasar. Jakarta:

Kencana Predana Media Group.

Tambunan. Tulus T.H. 2003. Perkembangan sektor Pertanian Di Indonesia , Beberapa Issu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tumiwa, Goni. 2013. Skripsi Peranan Ibu Rumahtangga yang Bekerja dalam Meningkatkan Status Sosial Keluarga di Kelurahan Teling Atas Kecamatan Wanea Menado. Universitas Negeri Semarang .Indonesia.


(3)

Sumber Lain

Bataviase, Riswan, 2010. Perempuan petani masih dikorbankandiakses dari http//bataviase.co.id 26 maret 2014 Pukul 20.00 WIB.

BPS. Aceh Tenggara dalam angkatan 2013.

Elmussi, Rahmatullah. 2010. Memahami Dinamika Perilaku Manusia Dalam ImplementasiKesejahteraan Sosial. Diakses dari http:// rahmatullah.banten-instuste.org tanggal 24 Mei 2014 pukul 18.00 WIB.

http://www.lintas.me/go/voaindonesia.com/bps jumlah petani di indonesia terus-berkurang. Diakeses tanggal 1 Juli 2014 pukul 10.00 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. Diakses pada tanggal 20 juni 2014 pukul 20.00

http://www.anneahira.com/defenisi-sosial.htm. Diakses pada tanggal 10 mei 2014 pukul 20.00).

http://tenagasosial.blogspot.com/2013/08/faktor-yang-mempengaruhi-status-sosial.html. Diakses pada tanggal 2 Maret 2014 pukul 14.00

Jurnal Pertanian. Peran perempuan Indonesia dalam Pembangunan Pertanian Volume 2 Nomor 1 Juni 2006. Sekolah Tinggi Penyuluhan Tinggi Malang. Wikipedia. 2014. Kontribusi http://id.wikipedia.org.

Wikipedia. 2010. Petani. Diakses dari http://id.wikipedia.org

Yana. 2010. Peran Perempuan Pedesaan Dalam Ekonomi Global. Diakses dari http://lajur-kiri.com


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendiskripsikan fenomena yang di teliti.termasuk didalamnya bagaimana unsur- unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlansung.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala- gala Kabupaten Aceh Tenggara, adapun alasan melakukan penalitian di Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala- gala Kabupaten Aceh Tenggara di karenakan sebagian besar masyarakat disana bermata pencaharian sebagai petani,sebagian keluarga di desa ini tingkat ekonomi masih tergolong rendah serta dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup membawa pengaruh besar untuk petani perempuan didesa Lawe Tua Persatuan untuk ikut berperan dalam pertanian dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dalam


(5)

prosespenelitian (Siagian, 2011:155). Sesuai dengan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perempuan yang ada di Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala Kabupaten Aceh Tenggara dimana jumlah perempuan sebanyak 264 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari objek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan di teliti. Pengertian yang lebih jelasnya dapat di kemukakan bahwa sampel adalah bagian yan berifat representif dari populasi yang diambil datanya secara lansung, hal ini berarti sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili dari populasi (Siagian 2011: 156).

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 26 petani perempuan sebagai istri yang diperoleh menggunakan teknik penarikan sampel purposive sampling. Purposive sampling artinya penetapan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini diambil setelah melakukan wawancara dan observasi dengan petani perempuan sehingga ditariklah kesimpulan untuk mengambil 26 petani perempuan dimana dengan kriteria bersatus sebagai istri, bekerja di sektor pertanian minimal 5 tahun, dan mempunyai tanggungan keluarga.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang di perlukan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut.


(6)

a. Studi pustaka yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti mengumpulkan data melalui buku-buku, dokumentasi dan sumber refrensi yang menyangkut masalah yang diteliti. b. Studi lapangan yaitu mengadakan penelitian langsung ke lokasi untuk

mendapatkan data yang lengkap yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian lapangan ini digunakan tiga jenis, yaitu:

1. Wawancara

Peneliti pada saat terjun kelapangan melakukan wawancara mendalam dengan responden untuk mendapatkan data yang lebih banyak adapun yang diwawancarai oleh peneliti adalah Kepala desa Lawe Tua Persatuan, 26 Petani perempuan yang berstatus sebagai istri yang menjadi sampel penelitian yang berada di Desa Lawe Tua Persatuan, serta ada beberapa suami dari responden yang ikut juga di wawancari. 2. Kuesioner

Peneliti pada saat dilapangan tidak hanya melakukan wawancara tapi melakukan penyebaran kuesioner yaitu berupa daftar pertanyaan sesuai kebutuhan peneliti. pembagian kuisioner ini ditujukan kepada 26 petani perempuan yang berstatus sebagai istri di desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tenggara. 3. Observasi

Peneliti melakukan kunjungan lapangan pada tanggal 1-10 Oktober di desa Lawe Tua Persatuan yaitu untuk melihat gambaran sejauh mana Kontribusi petani perempuan dalam meningkatkan sosial ekonomi keluarga di Desa Lawe Tua Persatuan hal tersebut bisa dilihat dari


(7)

Pendapatan yang didapat oleh petani perempuan (istri), kondisi keluarga petani perempuan, lamanya bekerja dalam aktivitas pertanian, pendidikan anak dalam kelurga petani perempuan dan sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Berdasarkan penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif,yaitu data yang dikumpulkan dari kusioner dan wawancara, kemudian di tabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kemudian dianalisa.data penelitian dianalisa berdasarkan persentase dari tiap tabel yang hanya bersifat deskriptif.

Teknik analisa data menggunakan langkah sebagai berikut: 1. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data dilapangan. Proses editing dimulai dengan memberi identitas pada instrumen yang telah dijawab, kemudian memeriksa satu per satu lembaran instrumen pengumpulan data. Kemudian memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia. Apabila terjadi kejanggalan pada instrumen tersebut, berilah identitas tertentu pada instrumen dan poin yang janggal tersebut.

2. Coding

Setelah tahap selesai dilakukan, kegiatan berikutnya adalah mengklarifikasi data tersebut melalui tahapan coding. Maksudnya adalah bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.


(8)

3. Tabulating

Tabulating adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulating adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.

4. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban, hal ini berguna untuk dapat dipakai sebagai data, sehingga mudah dianalisa serta di simpulkan dan menjawab masalah yang di kemukakan dalam penelitian 5. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi pada


(9)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Lawe Tua Persatuan

4.1.1. Luas Wilayah

Desa Lawe Tua Persatuan berdiri pada tahun2004 dan merupakan hasil dari pemekaran Desa Lawe Tua Gabungan. Desa Lawe Tua Persatuan melakukan pemekaran dikarenakan jumlah penduduk sudah memadai untuk dijadikan sebuah desa serta keinginan dari suatu kelompok orang untuk membuat sebuah permukiman. Desa Lawe Gabungan di mekarkarkan sebagai solusi untuk mempercepat perkembangan pembangunan.

Desa Lawe Tua Persatuan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tanggara yang berjarak kurang lebih 1 km dari pusat Kecamatan Lawe Sigala-gala, Luas wilayah desa Lawe Tua Persatuan sekitar 115 Ha dimana terdiri dari:

1. Area pusat desa 10 Ha 2. Area Permukiman 10 Ha 3. Area pertanian 55 Ha 4. Area Perkebunan 40 Ha

Desa Lawe Tua Persatuan Memiliki 3 dusun dimana penduduk desa ini menyebar secara merata yaitu berikut perinciannya:

1. Dusun sejahtera 2. Dusun padi


(10)

4.1.2 Batas Administratif

Desa ini juga dikelilingi dan berbatasan dengan beberapa desa yang berdekatan. Adapun batas-batas administratif Desa Lawe Tua Persatuan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Lawe Tua Makmur Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Lawe Serke

Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Lawe Tua Gabungan Sebelah Timur : berbatasan dengan bukit barisan

4.3. Kondisi Demografis Desa Lawe Tua Persatuan 4.3.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun jumlah penduduk di desa ini ada sebanyak 128 kepala keluarga, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 2

Laki-laki Perempuan

274 264

Jumlah 538 Sumber: Kantor kepala desa Lawe Tua Persatuan

Berdasarkan tabel 4.1 peneliti membuat populasi penelitian terdiri dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yang berada di Desa Lawe Tua persatuan Kecamatan Lawe Sigala- gala yaitu yang berjumlah 264 jiwa, hal tersebut dikarenakan yang menjadi objek penelitian adalah petani perempuan


(11)

sehingga perlu memperoleh berapa jumlah perempuan di desa tersebut sehingga dari populasi tersebut bisa ditarik lagi yang akan menjadi sampel penelitian. 4.3.1.1 Distribusi Pendududuk berdasarkan Agama

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tenggara dapat di ketahui bahwa jumla penduduk di desa Lawe Tua Persatuan sebanyak 538 jiwa dengan 128 kk memeluk agama Kristen Protestan.

4.3.1.2 Distribusi Penduduk Berdasakan Suku

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Lawe Tua Persatuan seluruh penduduk yang tinggal di Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala yang berjumlah 538 jiwa dengan jumlah 128 kk adalah suku Batak Toba. Suku Batak Toba merupakan suku yang sejak lama mendiami desa ini, dari informasi yang didapat dari Kepala Desa pada jaman dulu desa ini memang milik suku Alas yaitu asli suku aceh, tetapi karena pada zaman dulu orang Batak datang kesana karena dikirim sebagai tenaga pengajar pada awalnya. sehingga makin tahun semakin banyak suku Batak Toba yang pindahan kesana, dimana aslinya berasal dari Tobasa, Siantar, dan sidikalang itu jadi menetap dan tinggal disana dan bekerjalah sebagai petani, sehingga suku alas memilih pindah kedesa yang lain.

4.3.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan diuraian sebagai berikut:


(12)

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan No Jenjang Pendidikan Jumlah

1 SD 232

2 SMP 136

3 SMA 135

4 D1 4

5 D2 6

6 D3 4

7 S1 3

TOTAL 520 Sumber: Kantor Kepala Desa Lawe Tua Persatuan

Pendidikan petani perempuan didesa Lawe Tua persatuan masih tergolong rendah dimana petani perempuan yang menjadi sampel penelitian saya masih bannyak yang hanya tamatan SD hal tersebut dikarena ekonomi keluarga petani perempuan di Desa Lawe Tua Persatuan tergolong rendah. Bahkan dikarenakan pendidikan rendahlah makanya petani perempuan didesa ini memilih sebagai petani.


(13)

4.3.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di desa Lawe Tua Persatuan mayoritas bekerja sebagai petani, dan sebagian lagi ada juga yang bekerja sebagai buruh bangunan, berdagang dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS, berikut perinciannya:

Tabel 4.3 Jumlah penduduk Menurut Matapencharian

No Uraian Jumlah

1 Petani 260

2 Pedagang 1

3 Peternak 1

4 Tukang Bangunan 3

6 Pekerja Bengkel 1

7 Pengrajin/Industri Rumah Tangga 1

8 Wiraswasta 1

9 PNS/ TNI/ POLRI 2

TOTAL 270 Sumber: Kantor Kepala Desa Lawe Tua Persatua

Berdasarkan Tabel 4.3 penduduk desa Lawe Tua Persatuan menggantungkan hidupnya pada sector pertanian dimana berjumlah 260 jiwa, hasil pertanian yang


(14)

paling banyak dari desa ini adalah padi, jagung, coklat dan kemiri. Hasil dari tanaman inilah yang menjadi tumpuan perekonomian keluarga didesa ini.

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Lawe Tua Persatuan 4.4.1. Sarana Rumah Ibadah

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Lawe Tua Persatuan, dapat diketahui bahwa gereja merupakan satu-satunya sarana rumah ibadah yang terdapat di Desa Lawe Tua Persatuan. Hal tersebut dikarenakan seluruh penduduk di Desa Lawe Tua Persatuan yang menganut agama Kristen Protestan. Gereja yang terdapat di desa ini berjumlah satu unit, yaitu gereja HKI dan kondisi sarana yang cukup baik untuk digunakan beribadah.

4.4.2. Sarana Jalan dan Transportasi

Sarana transportasi di Desa Lawe Tua Persatuan terbilang cukup mudah karena sudah ada sarana transportasi seperti angkutan umum, becak, yang dapat diakses setiap saat. Sarana antar dusun yang paling banyak digunakan oleh warga adalah sepeda motor karena jalan yang tersedia hanya jalan setapak yang dapat dilalui oleh pejalan kaki dan sepeda motor .

Sementara itu akses sarana transportasi ke Kota Medan dapat menggunakan mini bus yang dapat diakses setiap waktu. Kondisi jalan yang terdapat di Desa Lawe Tua Persatuan juga terbilang cukup baik, untuk jalan ke kabupaten jalannya dalam kondisi jalan yang sudah diperkeras dan diaspal. Jalan desa sudah diaspal dan jalan antar dusun masih jalan setapak yang disemen saja.


(15)

Jalan di Desa Lawe Tua Persatuan telah terhubung dengan daerah-daerah lain melalui jalan kabupaten. Keadaan jalan desa secara umum baik karena sudah adanya pembukaan jalan ke sentra produksi pertanian.

4.4.3. Sarana Pemerintahan Desa

Data distribusi berdasarkan sarana pemerintahan Desa Lawe Tua Persatuan disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Distribusi Sarana Pemerintahan Desa Lawe Tua Persatuan NO JENIS FASILITAS JUMLAH (UNIT) 1

2

Balai Desa Sementara Balai Pertemuan

1 Unit 1 Unit Sumber: Kantor Kepala desa Lawe Tua Persatuan

Berdasarkan Tabel 4.4 desa Lawe Tua Persatuan memiliki fasilitas – fasilitas diantaranya fasilitas pemerintahan yaitu Balai Desa sementara dan Balai pertemuan ini digunakan oleh masyarakat desa sebagai tempat pertemuan masyarakat, misalnya seperti rapat yang dilakukan anggota masyarakat desa, pelaksanaan posyandu bagi anak-anak masyarakat Desa Lawe Tua Persatuan, untuk pembagian subsidi, baik berupa beras, maupun bibit pertanian beserta pupuk subsidi.serta ada juga fasilitas olah raga yang terdapat di desa Lawe Tua Persatuan yaitu lapangan bola kaki dan lapangan bola volley ini biasanya di pakai oleh pemuda pemudi desa Lawe Tua Persatuan untuk berolahraga .


(16)

4.5. Kegiatan Sosial

Adapun kegiatn-kegiatan sosial yang masih dilakukan di Desa Lawe Tua Persatuan meliputi kegiatan sosial di bidang agama dan lingkungan.

1. Kegiatan Sosial di Bidang Agama

Kegiatan sosial di bidang agama dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti kebaktian mingguan dan bulanan yang diadakan dirumah-rumah penduduk secara bergilir. Pelaksanaan kegiatan kebaktian tersebut berbeda-beda tergantung pelaksananya. Misalnya saja jika kebaktian mingguan biasa dilakukan oleh gereja sementara jika kebaktian bulanan biasa dilakukan oleh perkumpulan marga dan lingkungan yang terdapat di Desa Lawe Tua Persatuan

2. Kegiatan Sosial di Bidang Lingkungan

Kegiatan sosial di bidang lingkungan biasa dilakukan warga dengan kegiatan-kegiatan seperti bergotong royong membersihkan jalan dan saluran-saluran air yang ada di desa. Selain itu kegiatan lain yang dilakukan oleh warga adalah dengan membentuk STM (Serikat Tolong Menolong) yang mana tujuan dari dibentuknya perkumpulan STM tersebut adalah agar warga dapat bergotong royong membantu tetangga jika ada yang melaksanakan pesta pernikahan ataupun yang sedang mengalami kemalangan maka para warga di desa ini secara bersama-sama akan saling membantu.

3. Kegiatan Sosial Berupa Adat

Kegiatan adat biasanya sering dilakukan oleh masyarakat desa Lawe Tua Persatuan misalnya menghadiri acara adat pernikahan dan acara adat kematian. Masyarakat desa Lawe Tua Persatuan yang mayoritas suku Batak Toba masih menjungjung tinggi adat istiadat mereka. Sehingga setiap pelaksanaan adat yang berlangsung didesa itu harus di ikuti oleh mereka.


(17)

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini disajikanlah data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Data yang di sajikan dalam bab ini berasarkan hail dari penyebaran kuesioner, wawancara maupun hasil observasi dilapangan yang disusun dalam bentuk tabel untuk melihat kontribusi petani perempuan dalam Peningkatan sosial ekonomi keluarga di desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tenggara.Responden dalam penelitian ini seperti yang di jelaskan pada bab meteodologi penelitian adalah petani perempuan berstatus sebagai istri dan bekerja di sektor pertanian, mempunyai tanggungan keluarga dan sudah bekerja di sektor pertanian selama 5 tahun, d a n bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

Hasil penelitian ini akan menguraikan hasil- hasil penelitian yang meliputi penyajian data dalam bentuk distribusi tunggal sehingga akan di ketahui dengan jelas data-data yang telah terkumpul melalui angket/kuisioner yang telah di edarkan. Peneliti dalam bab ini membagi pembahasan dalam 2 sub, agar pembahasan tersusun sistematis yaitu:

1. Analisis Karakteristik Responden 2. Analisis data penelitian


(18)

5.1. Analisis Karakteristik Responden

Agar data yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yang dilakukan lebih akurat, maka perlu di uraikan beberapa karakteristik sumber datanya berikut ini di uraikan beberapa karekteristik responden berupa agama, usia, suku, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan dan sebagainya.

5.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Usia Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

NO Usia Frekuensi Persentase(%) 1 20-29 Tahun 4 15,38 % 2 30-39 Tahun 6 23,07% 3 40-49 Tahun 11 42,30% 4 >50 Tahun 5 19,23%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan Keterangan Pada tabel 5.1 terlihat jelas bahwa usia menunjukkan tingkat produktifnya seseorang dalam bekerja dimana responden paling banyak pada usia 40-50 Tahun. Berdasarkan data yang diperolehpada usia ini tentu responden sudah memiliki tanggungan anak dan kebutuhan keluarga sudah tinggi serta pada usia ini pengalamanbertani sudah banyak karena sudah lama bekerja sebagai petani bahkan tenaga masih kuat dalambertani, sementara untuk mengelola pertanian sangatlah


(19)

di perlukan pengalaman dan tenaga. Usia yang masih produktif tentu mempunyai tenaga yang lebih kuat dalam bekerja, jadi usia sangat menentukan tingkat produktifitas seseorang karena semakin bertambahnya usia, produktifitasnya akan menurun. Petani perempuan di Desa Lawe Persatuan baik itu usia produktif sampai usia tua masih tetap semangat bekerja pada sektor pertanian yang membedakan adalah tenaga mereka dalam mengerjakan lahan.

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Berdasarkan Koesioner yang di sebarkan kepada 26responden petani perempuan yang ada di desa Lawe Tua persatuan di ketahui bahwa seluruhnya adalah penganut agama Kristen Protestan.

5.1.3 Karakteristik Responden berdasarkan Suku

Suku responden ataupun masyarakat di Desa Lawe Tua Persatuan adalah suku Batak Toba. Nilai-nilai budaya Batak Toba yang masih kuat sangat berpengaruh pada kehidupan sehari- hari responden. Budaya Batak Toba yang masih menganut sistem patrilineal atau menurut garis keturunan bapak. Garis keturunan laki-laki akan diteruskan anak laki-laki dan menjadi punah kalau tidak ada anak laki-laki yang di lahirkan.

Laki-laki dianggap lebih tinggi kedudukannya dan lebih berharga dari perempuan karena mereka adalah penerus marga dari sebuah keluarga responden. Karenaitu kedudukan laki-laki dan perempuan menjadi tidak setara,hal inilah yang mencerminkan pada kehidupan sehari-hari dimana laki-laki pencari nafkah diluar rumah, pemegang keputusan keluarga, dan sebagai


(20)

pemangku jalannya adat. Sedangkan Istri (perempuan)memegang peranan penting untuk urusan domestik, tunduk terhadap keputusan yang ditetapkan oleh suami serta pelengkap dalam adat dan kalaupun bekerja hanya penambah penghasilan keluarga. Perkembangan saat ini dalam keluarga responden, laki-laki cendrung bersosialisasi di luar rumah seperti ke kedei kopi/tuak, sedangkan perempuan sudahikut mencari nafkah bahkan sudah menjadi tulang punggung keluarga. kenyataan seperti ini membuat kehidupan petani perempuan di desa Lawe Tua Persatuan semakin bertambah berat.

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir NO Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Tamatan SD/sederajat 7 26,92%

2 Tamatan SMP/ Sederajat 12 46,15 % 3 Tamatan SMU/ Sederajat 4 15,38%

4 S1 3 11,53 %

Jumlah 26 100

Sumber Koesioner 2014

Tabel 5.2 menunjukkan tingkat pendidikan dari 26 responden di desa Lawe Tua Persatuanyang terbayak adalah Lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani perempuan


(21)

desa Lawe Tua Persatuan masih berada ditingkat pendidikan rendah. Boleh dikatakan bahwa responden sudah melek baca dan tulis. Sedangkan untuk tingkat sarjana sangat sedikit, dengan pendidikan responden yang masih tergolong rendah inilah yang memicu responden bekerja pada sektor pertanian.

Rendahnya tingkat pendidikan formal terakhir responden pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu yang pertama adalah keterbatasan ekonomi keluarga dan yang kedua adalah karena pada zaman dahulu akses responden untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sangat sulit sehingga letak sekolah yang jauh membuat banyak dari responden yang putus sekolah bahkan tidak dapat mengenyam bangku pendidikan.Berikut hasil wawancara dengan Ibu Selly Panjaitan: “Saya dulu sekolah cuman tamat SD, kerena orang tua saya tidak mempunyai biaya, dimana pada saat itu abang saya yang laki-laki dan adik saya sedang bersekolah dan orang tua saya tidak sanggup membiayai semuanya, jadi saya tidak melanjut ke SMP.kerena cuman tamat SD saya diajarkan orang tua saya untuk bertani supaya saya juga bias membatu ekonomi keluarga”.


(22)

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah TanggunganKeluarga. Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah tanggungan keluarga NO Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%)

1 1-2 orang 4 15,38%

2 3-4 orang 7 26,92%

3 5-6 orang 11 42,30%

4 7-8 orang 4 15,38 %

Jumlah 26 100 Sumber Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tanggungan responden masih tergolong banyak dimana 11 responden mempunyai tanggungan dalam keluarga mencapai 5-6 orang. Tentu dengan tenggungan yang banyak membuat responden bekerja keras, tanggungan dalam keluarga responden disini bukan saja cuman anak tetapi mertua, nenek dan saudara.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Benta Boru Siagian: “tanggungan saya dan suami dikeluarga saya bukan cuman anak tapi mertua saya yang sudah tua dan tinggal di rumah saya harus saya tanggung termasuk adik dari suami saya yang sedang kuliah masih saya yang menanggung karena tidak memungkinkan lagi mertua saya karena sudah tua jadi tidak mampu lagi untuk bekerja”.


(23)

5.1.6Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Sebagai Petani Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja Sebagai Petani

NO Waktu Frekuensi Persentase (%)

1 1-5 Tahun 2 7,69 %

2 6-10 Tahun 2 7,69%

3 11-15 Tahun 2 7,69%

4 >15 Tahun 20 76,92%

Jumlah 26 100

Sumber: Kuesioner 2014

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah bekerja di lahan pertanian dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun. Responden yang bekerja sebagai petani ada yang memulainya sesudah berumah tangga danada juga responden yang sebelum berumah tanggapun sudah berasal dari keluarga yang berlatar belakang petani sehingga sesudah berumahtangga responden menjadi menyenagi pekerjaan itu karena sudah berpengalaman mengenai cara bertani yang bagus dan baik. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti responden yang sudah lama bekerja sebagai petani tentu sudah mempunyai asset, misalnya sudah punya lahan sendiri, karena hasil pertanian yang selama ini dikumpulkan sehingga bisa membeli lahan sendiri.


(24)

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Lisbet Siahaan: “saya menjadi petani sudah lama dimana dari saya gadis sebenarnya saya bertani untuk membantu keluarga dan setelah menikahpun saya bertani, karena cuman bertani yang biasa saya kerjakan kemampuan saya hanya di bidang pertanian karena sudah lama saya guluti sektor pertanian”.

5.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Bekerja Sebagai Petani Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Bekerja sebagai Petani

NO Alasan Frekuensi Persentase (%)

1 Kemauan Sendiri 19 73,07%

2 Dorongan Suami 7 26,92%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.5 ada 2 alasan yang dipilih oleh responden kebanyakan responden di desa Lawe Tua Persatuan memilih bekerja sebagai petani dikarenakan kemauan sendiri karena mereka tidak mau hanya berpangku tangan pada suami, disamping itu juga mereka dituntut untuk menopang kebutuhan keluarga yang semakin besar karena apabila hanya menunggu suami untuk bekerja kebutuhan keluarga kurang terpenuhi sehingga adalah kemauan sendiri untuk ikut serta dalam menopang kebutuhan keluarga dan sebagaian responden bekerja sebagai petani dengan kemauan sendiri karena dari dulunya sudah bekerja sebagai petani dan mereka sudah tahu cara bertani yang bagus sehingga bekerja


(25)

sebagai petani sudah menjadi kebutuhan.Ada juga karena dorongan suami dimana suami mengajak untuk bekerja sama untuk bekerja di sektor pertanian,supaya ada penghasilan tambahan dari istri, serta istri bisa berpenghasilan sendiri.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Rumondang Panjaitan: “saya bekerja sebagai petani karena dorongan suami saya, dulunya saya hanya ibu rumah tangga tidak pernah ikut bertani hanya mengurusin anak-anak dirumah, tapi suami saya mengajak untuk ikut serta dikarena kebutuhan keluarga yang semakin besar serta supaya nantinya kami bisa menabung dari hasil pertanian untuk biaya pendidikan anak”.

5.1.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami

NO Pekerjaan Suami Frekuensi Persentase(%)

1 Petani 23 88,46%

2 PNS 2 7,69%

3 Tukang Bangunan 1 3,84%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan dari suami adalah sama seperti responden yaitu sebagai petani.tetapi berdasarkan pengamatan dilapangan, responden lebih banyak bekerja dari pada suaminya terutama suami


(26)

responden yang juga petani, alasannya sebagian besar dari suami responden lebih banyak menghabiskan waktu di warung kopi sedangkan responden sudah terlebih dahulu pergi keladang, dan suami akan belakangan menyusul kelahan pertanian, sepulang dari lahan pertanian responden tidak lepas dari aktivitas ataupun pekerjaan domestik seperti memasak, mengurus anak sedangkan suami akan pergi kewarung kopi lagi.seperti itulah gambaran aktivitas setiap hari yang dilakukan hampir sebagian besar responden.

5.2 Analisis Data Kontribusi Petani Perempuan dalam Sosial Ekonomi Keluarga

5.2.1. Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Perbulan Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Perbulan

NO Pendapatan Frekuensi Persentase (%) 1 Rp500.000- Rp1000.000 14 53,84%

2 Rp 1.100.000- Rp 1.500.000 5 19,23% 3 Rp1.600.000-Rp 2000.000 4 15,38%

4 >Rp 2000.000 3 11,38%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Pendapatan responden yang dimaksud disini adalah penjualan hasil pertanian biasanya pendapatan itu tidak selalu sama, terkadang bisa pendapatan


(27)

tinggi misalnya apabila harga jualnya tinggi di pasaran, serta tanamannya bagus. Terkadang bisa rendah karena harga pasarnya rendah serta terjadi gagal panen, misalnya ada gangguaan hama, dan ada musim kering, atau banjir yang membuat tanaman rusak.

Berdasarkan tabel 5.8 pendapatan perbulan Responden paling banyak berda pada angka Rp500.000 - Rp1.000.000 yaitu sebanyak 14 Responden (53,84%).Data tersebut berdasarkan hasil rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh reponden setiap bulan walaupun setiap bulan terkadang berbeda-beda tetapi bedanya tidak terlalu jauh. Sebenarnya semakain banyak responden mengelola lahan dan gigih dalam bekerja dan hasilnya bagus seiring itu juga pendapatan akan semakin meningkat, serta lahan pertanian yang sudah milik sendiri otomatis sagat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Lamhot Panjaitan: “Kalau ditanya berapa hasil pendapatan yang saya terima dari hasil pertanian yang saya kelola saya akui tidak selamanya rendah dan sebaliknya, itu tergantung harga jualnya dan bagusnya tanamana, tetapi jika dirata-ratakan pendapatan saya dalam sebulan bedanya tidaklah terlalu jauh juga yaitu berkisar Rp 1.000.000 perbulan dan itupun sebenarnya tidak menentu”.


(28)

5.2.2 Jawaban Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah NO Status Kepemilikan Rumah Frekuensi Persentase(%)

1 Milik sendiri 17 65,38%

2 Kontrak/Sewa 5 19,23%

3 Menumpang 4 15,38%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat di ketahui bahwa satus kekepemilikan rumah sebagian responden sudah memiliki rumah sendiri. Sebagian responden dapat memiliki rumah itu tidak lepas dari hasil kerja keras dalam pertanian, serta ada juga responden yang sudah memiliki rumah sendiri tapi dari harta warisan orang tua suami responden. Responden yang menumpang biasanya menumpang di rumah orang tuanya sehingga tidak perlu bayar sewa rumah. Berikut hasil wawancara dengan Rohani Simanjuntak: “Rumah yang saya miliki sekarang adalah sudah milik sendiri, rumah yang kami punya adalah hasil dari pendapatan kami dari pertaniaan yang kami tabung bersama suami, walaupun masih sederhana tetapi sudah menjadi milik sendiri”.


(29)

5.2.3 Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Rumah Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Rumah

NO Kondisi Rumah Frekuensi Persentase(%)

1 Permanaen 2 7,69%

2 Semi Permanen 3 11,53%

3 Papan 19 73,07%

4 Darurat 2 7,69%

Jumlah 26 100

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasaran tabel 5.11 kondisi rumah yang dimiliki oleh responden sebagian besar masih dari papan sisanya semi permanen, permanen, bahkan darurat.melalui observasi rumah responden didesa ini yang dimaksud rumah permanen adalah berdindingkan beton dan berlantai semen, sementara semi permanen yang di maksud adalah setengah berdinding beton dan setengahnya papan berlantai semen. Rumah papan yaitu berdinding papan dan berlantai semen. keadaan rumah darurat berdasarkan observasi yaitu masih berlantai tanah dengan ukuran kecil dan tidak memiliki kamar mandi.


(30)

5.2.4 Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha Pertanian Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha

NO Sumber Modal Frekuensi Persentase(%)

1 Modal Sendiri 13 50%

2 Pinjaman 5 19,23%

3 Agen 8 30,76%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Modal dalam pertanian biasanya digunakan untuk membeli bibit tanaman, pestisida, pupuk, biaya pemeliharaan dan sebagainya disamping itu modal sangat menentukan berhasil tidaknya suatu tanaman. Modal memiliki sumber tersendiri biasanya dari diri sendiri, bisa dari pinjaman atau dari agen.Berdasarkan table 5.12 sebagian besar responden memiliki sumber modal sendiri untuk usaha pertanian mereka, dan modal sendiri ini biasanya didapat dari hasil tabungan dan pendapatan yang senantiasa disisihkan oleh responden dari setiap hasil panen. Selain itu ada juga responden melakukan pinjaman atau berhutang untuk modal bertani, karena ketidak mampuan untuk memebeli pupuk, bibit dan pestisida dan pembayaranya nanti dilakukan setelah panen. Serta responden ada juga ke agen untuk meminjam dimana dengan perjanjian hasil panen tanaman responden dijual kepada agen tersebut dengan kesepakatan harga bersama. Berikut hasil wawancara dengan Riminta Siregar: “saya biasanya setiap panen menyisihkan


(31)

sebagaian pendapatan saya untuk modal saya lagi untuk bertani karena bertani ini juga butuh modal misalnya dalam membeli bibit, pupuk dan pestisida jadi jauh-jauh hari saya sudah mempersiapkan itu ”.

5.2.5 Jawaban Responden Berdasarkan Luas Lahan yang Dikerjakan Tabel 5.11

Distribusi Responden berdasarkan Luas lahan yang di kerjakan

Sumber: Kuesioner 2014

Luas lahan pertanian yang dikerjakan oleh responden akan menentukan banyaknya hasil pertanian yang akan didapat, semakin luas lahan yang di kerjakan maka makin banyak pula hasil yang didapat. Berdasarkan Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa luas lahan yang dikerjakan oleh responden berbeda-beda luasnya dan tentu hasil yang didapat responden berbeda-beda pula.

NO Luas lahan Frekuensi Persentase(%)

1 <1 Ha 13 50%

2 1 Ha 9 34,61%

3 2 Ha 4 15,38%


(32)

5.2.6 Jawaban Responden berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

NO Kepemilikan lahan Frekuensi Persentase(%)

1 Milik Sendiri 17 65,38 %

2 Sewa 9 34,61%

Jumlah 26 100

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel5.12 dapat di ketahui bahwa dalam mengerjakan lahan pertanian sebagain responden masih ada yang menyewa dan ada yang sudah milik sendiri, oleh sebab itu bagi reponden yang menyewa lahan akan membayar uang sewa berupa hasil dari pertanian ataupun ada pembagian hasil dari si penyewa dengan yang punya lahan sesuai yang di sepakati, dan itu juga melihat hasil panen kalau bagus hasil panen maka besar juga sewa yang diterima. Bagi responden yang mempunyai lahan sendiri akan menghasilkan pendapatan sendiri tanpa ada pembagian hasil .

Hasil wawancara dengan Ibu Nelly Samosir: “saya sendiri bekerja disektor pertanian masih menyewa karena saya belum mampu membeli lahan inilah mau menumpulkan hasil pertaniaan saya ini supaya saya bisa membeli lahan. karena kalau menyewa harus bayar sewanya lagi kalau sudah lahan sendiri sundah bisa menyimpan hasil pertanian dengan bersih tanpa ada potongan bayar sewa”.


(33)

5.2.7 Jawaban Responden BerdasarkanJam kerja Setiap Hari Tabel 5.13

Distribusi RespondenJam Kerja di Sektor Pertanian

NO JamBekerja Setiap Hari Frekuensi Persentase (%)

1 <4 Jam 5 19,23%

2 5-6 Jam 7 26,92%

3 7-8 Jam 14 53,84%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Responden setiap harinya pergi bekerja kelahan pertanian mulai dari pagi pulang sore itu sudah menjadi rutinitas mereka, makannya responden mempunyai waktu kerjanya bisa dikatakan sangat panjang hal tersebut terlihat jelas pada tabel 5.13 dimana yang palin banyak adalah 7-8 jam mereka bekerja disawah, dalam waktu 7-8 jam setiap harinya dimamfaatkan respondenlah untuk mengerjakan semua proes pengolahan lahan mulai dari pembersihan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman sampai pada panennya. Beberapa responden terkadang dibantu oleh suaminya, buruh tani maupun anak-anaknya setelah pulang dari sekolah. Dari hasil wawancara, responden mengaku paling sering dibantu dalam proses penanaman dan panen karena membutuhkan tenaga yang lebih banyak.


(34)

Setelah bekerja di ladang responden yang dalam hal ini adalah petani perempuan masih mempunyai tanggung jawab dirumah, yaitu mempersiapkan makan malam, mencuci mengurus anak, dan berbagai urusan rumah tangga.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Riada Siagian: “saya bekerja diladang sekitar 8 jam setiap harinya, waktu 8 jam tersebut saya bekerja mulai dari penanaman sampai panen dan nantinya dibantu anakdan suami saya, pulang dari ladang saya masih bekerja dirumah yaitu pekerjaan rumah tangga, sebenarnya dari segi fisik sangat capek tapi suami saya tidak mau berbagi tugas rumahtangga. Suami saya biasanya kalau udah pulang dari sawah lansung ke kedai kopi jadi pekerjaan rumahtangga menjadi tanggungjawab saya”.

5.2.8 Jawaban Responden Berdasarkan Lokasi Penjualan Hasil Pertanian Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Penjualan Hasil Pertanian NO Lokasi Penjualan Frekuensi Persentase (%)

1 Dijual ke Agen 17 65,38%

2 Kepasar 9 34,61%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan data Tabel 5.14 responden memilih lebih banyak menjual hasil pertaniannya keagen yaitu sbanyak 17 responden dan selebihnya menjual hasil pertaniannya ke pasar. Dan biasanya responden memilih agen mana yang


(35)

harga jualnya paling tinggi. Karena di desa ini beda agen beda harga jualnya. Dan apalagi orang yang sudah meminjam modal pertanian keagen maka perjanjianya akan tetap menjualnya pada agen tersebut meskipun harga jualnya rendah.

Hasil wawancara dengan ibu Rita Marbun: “biasanya saya menjual sebagian hasil panen saya sama agen yang sudah langganan saya karena harganya beda dari agen yang lain”.

5.2.9 Jawaban Responden Berdasarkan pemenuhan Kebutuahan Sehari-hari Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari NO Pemenuhan Kebutuhan Frekuensi Persentase

1 Terpenuhi 19 73,07%

2 Cukup Terpenuhi 7 26,92%

Jumlah 26 100

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan table 5.15 reponden sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari karena kebutuhan sehari hari yang di maksud disini adalah kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan pakaian dan kebutuhannya yang tergolong kebutuhan utama yang mengharuskan responden untuk memenuhinya karena sudah kebutuhan pokok.cukup terpenuhi disini maksudnya adalah responden memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berkecukupan atau masih ada kekurangan dalam memenuhinya, sehingga tidak semua terpenuhi kebutuhannya.


(36)

5.2.10 Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sehari

Hasil kuesioner yang di sebarkan kepada 26 responden petani perempuan yang ada di Desa Lawe Tua Persatuan di ketahui bahwa seluruh responden menyatakan anggota keluarganya makan 3 kali dalam sehari, walaupun jam makannya berbeda-beda tiap responden tetapi setiap hari rutin makan 3 kali sehari. Hasil wawancara dengan salah satu responden yaitu Ibu Elly Hutajulu mengatakan: “keluarga saya dan keluarga yang lain kalau ditanya makan pasti semua 3 kali sehari karena makan itu sudah menjadi kebutuhan utama setiap orang dan paling menu makannya yang berbeda yang banyak uangnya bisalah makan yang lebih bergizi seperti ada buah, ada daging, tapi kalau saya pribadi dan keluarga makan yang seperti daging, buah jarang karena paling-paling kita makan seperti itu pas kita ke pasar dimana pasar di desa ini cuman 1 kali dalam seminggu bahkan pas panen saja”.Frekuensi makan perhari ini tidak lepas pada apa yang di konsumsi oleh para responden. Kriteria dapat dilihat melalui gizi makanan apakah seimbang atau tidak seperti yang di tunjukkan oleh tabel dibawah ini


(37)

Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Gizi Seimbang NO Pemenuhan gizi seimbang Frekuensi Persentase(%)

1 Terpenuhi 9 34,61%

2 Cukup Terpenuhi 17 65,38%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan responden sangat kuat dan gigih bekerja sebagai petani tetapi masih kurang memperhatikan asupan gizi ataupun makanan yang baik untuk tubuhnya, dimana mayoritas responden mempunyai pemikiran bahwa dengan makan nasi yang banyak sudah cukup untuk menjaga kesehatan mereka, tanpa memenuhi semua asupan gizi seimbang separti 4 sehat 5 sempurna. Berdasarkan tabel 5.15 terlihat bahwa pola konsumsi responden dapat disimpulakan bahwa responden belum memenuhi asupan gizi seimbang. Hal itu bisa juga di karenakan faktor ekonomi atau pendapatan responden.


(38)

5.2.11 Jawaban Responden Berdasarkan Pembelian Pakaian dalam Setahun Tabel 5.17

Distribusi Responden berdasarkan pembelian pakaian dalam setahun NO Pakaian Frekuensi Persentase (%)

1 1-2 pakaian 13 50%

2 3-5 Pakaian 9 34,61%

3 .>5 4 15,38%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berasarkan Tabel 5.17 menunjukka bahwa kebanyakan responden mampu membeli pakaian dalam setahun 1-2 pakaian. Biasanya mereka membeli pakaian pada saat adanya perayaan misalnya pada saat Natal dan Tahun Baru reponden akan membeli pakaian untuk keluarga. Hasil wawancara dengan Ibu Nori Lubis: “saya membeli pakaian biasanya pas hari Natal dan Tahun Baru, karena disitukan hari besar dan tidak mumgkin tetangga berbaju baru kita tidak jadi kita juga butuh itu, karena sekalinya dalam 1 tahun”.


(39)

5.2.12 Jawaban Responden Berdasarkan Konsumsi Hasil Pertanian Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Hasil Panen

NO Konsumsi hasil Panen Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat sering 10 38,46%

2 Sering 9 34,61%

3 Cukup Sering 7 26,92%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.18dapat diketahui bahwa mayoritas responden sering menkonsumsi hasil panennya bahkan sangat sering dalam arti hasil pertaniaan itu menjadi kebutuhan utama keluarga misalanya panen padi hasil tanaman itu sangat sering dikonsumsi. Petani desa Lawe Tua Perstuan menanam dan mengusahakan berbagai macam tanaman untuk sebagian besar dijual dan sebagian lagi untuk di konsumsi.Jenis tanaman yang di tanam oleh responden berupa padi, jagung dan lain, semuanya bisa di konsumsi. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Herlina Panjaitan: “Saya setiap panen menyisihkan hasil panen untuk di konsumsi dan sebagian lagi untuk dijual karena sayapun bertani selain hasilnya bisa untuk dijual, harus bisa disishkan untuk dimakan karena untuk apa membeli kalu bisa kita hasilkan sendiri”.


(40)

5.2.13 Jawaban Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan

NO Kepemilikan Kendaraan Frekuensi Persentase (%)

1 Becak 4 15,38%

2 Sepeda Motor 20 76,92%

3 Mobil 2 7,69%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.19 dapat dilihat bahwa semua responden memiliki kendaraan ada yang memiliki sepeda motor, becak dan mobil. Kendaraan sepeda motor ini biasanya di gunakan responden untuk pergi sawah ataupun kebun karena lokasinya jauh dan akan lebih dekat apabila di tempu dengan kendaraan sepeda motor hal ini sangat memudahkan responden untuk melakukan aktivitas bertani.

Sebagian responden memiliki kendaraan becak dan mobil ini biasanya di gunakan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian, bahkan ada juga yang memiliki mobil dan becak untuk mengangkut hasil pertanian orang lain dan nantinya akan di berikan imbalan. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sontang Aruan: “saya biasanya kalu ke sawah menaiki sepeda motor karena jarak ladang kerumah cukup jauh apabila di tempuh dengan jalan kaki akan memakan waktu, sehingga


(41)

sepeda motor ini sangat dibutuhkan untuk mempermudah dan mempercepat aktivitas saya sebagai petani”.

5.2.14 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat BerobatKeluarga yang Sakit

Tabel 5. 20

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat Keluarga yang Sakit. NO Tempat Berobat Frekuensi Persentase (%)

1 Puskesmas 5 19,23%

2 Bidan/ Mantri 18 69,23%

3 Rumah sakit Pemerintah 3 11,53%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.20 di ketahuilah bahwa mayoritas responden lebih memilih berobat Bidan atau Mantri karena selalu siap sedia dan selalu berada di tempat dan sangat dekat dengan lokasi rumah warga, dan Bidan atau Mantri bersedia untuk dipanggil kerumah dalam situasi yang darurat. Dan responden yang lain memilih Puskesmas karena biaya berobatnya lebih murah .dan sebagaian lagi responden memilih Rumah sakit sebagai tempat berobat karena menurutnaya di Rumah Sakit peralatannya sudah lengkap dan tenaga medisnya sudah lebih banyak dan lebih terlatih. Hasil wawancara dengan Ibu Marito Boru


(42)

Panjaitan: “keluarga saya apabila sakit saya langsung berobat ke Bidan karena itu yang paling dekat, dan bisa di panggil kerumah”.

5.2.15 Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Pendidikan Anak Jenjang Tertinggi dalam Keluarga

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Pendidikan Anak pada Jenjang yang Tinggi dalam Keluarga

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 SD 3 11,53%

2 SMP 8 30,76%

3 SMA 11 42,30%

4 PERGURUAN TINGGI 4 15,38%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kusioner 2014

Distribusi responden berdasarkan kondisi pendidikan anak pada jenjang yang tinggi dalam keluarga, dimana dalam suatu keluarga terdapat salah satu anak yang masih bersekolah namun di kategorikan pendidikan tertinggi anak yang disekolahkan.makasemakin banyak anak yang sekolah dan semakin tinggi sekolahnya maka biaya yang di keluarkan keluargapun semakin tinggi juga.Berdasarkan Tabel 5.21bahwa seluruh responden sedang menyekolahkan anaknya baik itu tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Responden


(43)

menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan anak-anaknya dan responden berharap agar suatu hari kelak anaknya akan sukses dan tidak menjadi petani seperti mereka.

Tanggungan pendidikan anak dalam keluarga sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan dalam keluarga. Semakin tinggi jenjang pendidikannya maka akan semakin besar dana yang harus di keluarkan, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah bagi responden asalkan ada kemauan anak untuk sekolah dengan baik, sehingga nantinya bisa membagakan keluarga. Jika pendidikan anak sampai pada jenjang yang tinggi maka responden mengaku mereka akan bangga dan lebih di hargai oleh orang-orang disekitarnya.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Herlina Panjaitan: “anak saya sekarang lagi sekolah di perguruan tinggi, dimana biayanya relative mahal tetapi saya harus lebih bekerja keras supaya nanti anak saya menjadi orang suskses tidak seperti saya”.


(44)

5.2.16 JawabanResponden Berdasarkan Sumber Dana Pendidikan Anak Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Dana Pendidikan Anak NO Sumber Dana Frekuensi Persentase (%)

1 Sendiri 4 15,38%

2 Berdua dengan Suami 22 84,61%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.22 dapat di ketahui bahwa sumber dari biaya pendidikan anak responden sebagian besar berasal dari hasil dari kerja sama antara responden dengan suaminya yaitu sekitar sedangkanrespondenmembiayai pendidikan anak dengan sendiri karena suami responden tidak terlalu memikirkan dan mempedulikan biaya pendidikan anak dan suami tidak mau bekerja dan ada juga faktor karena suaminya sakit-sakitan sehingga responden mengambil alih dalam pemenuhan biaya pendidikan anak.

Hasil wawancara dengan Ibu Torsi Boru Pakpahan: “ biaya pendidikan anak saya paling banyak menanggung adalah saya sendiri, karena suami saya kurang mempedulikan pendidikan anak, karena menurut suami saya lulus SMA sudah bisa mencari kerja, padahal kemauan anak saya sangat tinggi untuk sekolah kejenjang yang lebih tinggi, dan dia juga mempunyai prestasi yang bagus, makanya saya sanggupkan untuk membiayai pendidikan anak saya meskipun suami saya kurang peduli tentang pendidikan anak”.


(45)

5.2.17Jawaban Responden Berdasarkan Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Keluarga

Tabel5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Keluarga

NO Pengambilan Keputusan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat sering 14 53,84%

2 Sering 12 46,15%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Desa Lawe Tua persatuan perempuan masih sering dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga. Berdasarkan tabel 5.23 terlihat bahwa responden masih dilibatkan dalam keputusan keluarga misalnya menegenai pendidikan anak, menegenai kegiatan social misalnya pesta adat akan di hadiri atau tidak. Responden masih terlibat dalam pengambilan keputusan keluarga. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Erna: “Saya dan suami sering berunding dalam hal pendidikan anak dan keputusan itu kami buat hasil dari musyawarah kami berdua dengan suami.


(46)

5.2.18 Jawaban Responden Berdasarkan Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Masyarakat

Tabel 5.24

Distribusi berdasarkan Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan dalam Masyarakat

NO Keikutsertaan dalam kegiatan Sosial

Frekuensi Persentase

1 Tidak pernah 21 80,76%

2 Cukup sering 5 19,23%

Jumlah 26 100

Sumber: Kusioner 2014

Responden mengakui di Desa Lawe Tua Persatuan perempuan jarang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam masyarakat. bahkan banyak juga yang sama sekali tidak pernah terlibat, itu terlihat jelas bahwa posisi perempuan belum setara kedudukannya dengan laki-laki di desa Lawe Tua Persatuan, hal tersebut juga terjadi karena faktor budaya dimana perempuan itu lebih cocok disektor domestik dan laki-laki di sektor publik, tentu hal ini menjadi permasalahan bagi perempuan, khususnya petani perempuan, yang tidak pernah dilibatkan dalam program pertanian. Kegiatan yang dilakukan masyarakat desa Lawe Tua Persatuan terlihat jelas apabila ada musyawarah untuk mengambil sebuah keputusan tidak pernah perempuan terlibat, contoh musyawarah didesa yang sering dilakukan adalah Tonggoraja, dalam musyawarah ini yang terlibat


(47)

adalah laki-laki yang ada di desa tersebut, jarang sekali perempuan ikut terlibat. Dapat disimpulkan posisi dan kedudukan perempuan dalam masalah pengambilan keputusan kurang dilibatkan.

Hasil wawancara dengan Ibu Rosi Manullang: “saya tidak pernah ikut terlibat dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat kalau di desa kami ini dalam pengambilan keputusan disebut namanya Tonggoraja , biasanya yang terlibat adalah laki-laki semua, kalau kami perempuan jarang dilibatkan biasanya kami tinggal menjalankan keputusan yang sudah di musyawarahkan”.

5.2.19 Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial di Sekitar Lingkungan

Tabel 5.25

Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial di Sekitar Lingkungan

NO Keikutsertaan dalam kegiatan Sosial

Frekuensi Persentase (%)

1 Sering 15 57,69%

2 Cukup sering 11 42,30%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kusioner 2014

Kegiatan social juga merupakan bentuk interaksi atau menjalin hubungan dengan orang lain hal itu sering dilakukan oleh responden. Jenis –jenis kegiatan social yang diadakan juga di sesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan masyarakatnya.


(48)

Harapannya memang supaya semua orang bisa berpartisipasi dan mengambil bagian dalam kegiatan sosial tersebut.

Berdasarkan tabel 5.25 diketahui bahwa sebagaian besar responden menyatakan sering mengikuti kegiatan social di sekitar lingkunganresponden dan yang mengatakan cukup sering.jenis kegiatan sosial yang ada di desa Lawe Tua Persatuan yang beraneka ragam, misalnya kegiatan keagamaan, PKK desa, acara adat, dan lain sebagainya.Berikut hasil wawancara dengan Ibu Ruri Ambarita: “kalau saya sering mengikuti kegiatan sosial seperti adat karena itu penting menurut saya walaupun kita sibuk tapi masih meluangkan waktulah, karena kalau kita gak mengikuti adat nanti dibilang orang kita gak beradat, ibaratnya kalau kita gak ikut acara adat pasti orang tidak mau datang keacara adat apabila kita nantinya buat adat”.

5.2.20 Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kegiatan Sosial yang Paling Banyak Diikuti

Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kegiatan Sosial yang Paling Banyak Diikuti

NO Jenis Kegiatan Frekuensi Persentase (%)

1 Kegiatan keagamaan 10 38,46%

2 Acara Adat 16 61,53%

Jumlah 26 100%


(49)

Berdasarkan tabel 5.26 diketahui bahwa semua responden aktif mengikuti kegiatan social yang ada di desa Lawe Tua Persatuan. Kegiatan social yang paling banyak didominasi oleh responden adalah acara Adat yang berlangsung di desa inidan selebihya kegiatan keagamaan misalnya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh responden adalah partonggoan, pararikamis.Berikut ini wawancara dengan Ibu Ramina Siagian: “kegiatan sosial berupa acara adat biasanya paling banyak saya ikuti. Acara Adat itu bisa berupa pesta adat pernikahan,acara adat meninggal, pesta adat tahunan atau sering dikenal dengan kerja tahun yang diadakan setiap sekali dalam setahun dan lain sebagainya memang kalau acara adat ini mengeluarkan biaya juga tapi kita harus ngikutin ini misalnya acara adat pernikahan kalau kita diundang dan masih orangg terdekat kita harus berpartisispasi baik tenaga maupun materi juga”.


(50)

5.2.21 Jawaban Responden Berdasarkan Tanggapan Responden Terhadap Aktivitas Pekerjaan yang Dilakukan

Tabel. 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Responden Terhadap Aktivitas Pekerjaan yang dilakukan

NO Tanggapan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat senang 8 30,76%

2 Menyenangkan 12 46,15%

3 Kurang menyenangkan 6 23,07%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Terkait dengan tanggapan responden pada aktivitas mereka sebagai petani adalah sangat berbeda ada memberi tanggapan sangat menyenangkan dan meneyenangkan karena alasan responden adalah dengan bekerja sebagai petani responden dapat memperoleh penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka, bahkan mereka dapat menyisihkan hasil pertaniaan untuk di tabung untuk biaya pendidikan, untuk kesehatan dan untuk kebutuhan yang mendadak.selain kita bekerja dapat memperoleh penghasilan kita juga dapat mengatur waktu jam kerja bukan seperti kita kerja di perusahaan yang butuh pendidikan tinggi dan ketepatan waktu.


(51)

Adajuga respondenyang memberi tanggapan kurang menyenangkan dengan alasan merasa lelah dalam bekerja sebagai petani, sehingga ini menjadi paksaan dan tuntutan untuk bekerja dimana kebutuhan yang relatif tinggi tidak memungkinkan untuk tidak bekerja, meskipun pilihan mereka harus petani karena latar pendidikan yang rendah dan tidak mempunyai kemampuan dibidang yang lain, serta keterbatasan modal mau tak mau pertanian merupakan pekerjaan yang harus dilakoni oleh responden setiap harinya. Hasil wawancara dengan ibu Ramina Siagian: “saya sudah lama bekerja sebagai petani, sudah mulai dari saya belum menikah sudah bertani karena membantu orang tua saya, jadi tidak bisa dikatakan lagi tidak menyenangi pekerjaan ini, karena pekerjaan ini juga yang bisa saya kerjakan dan saya bisa menghidupi keluarga saya dari pertanian, jadi saya sangat senang menjadi petani”.


(52)

5.2.22Jawaban Responden Berdasarkan Interaksi dengan Keluarga dan Lingkungan Sekitar

Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Interaksi dengan Keluarga dan Lingkungan Sekitar

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel 5.28 dapat di ketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa interaksi responden dengan keluarga dan lingkungan sekitar terpelihara dengan baik dan cukup baik. Kesibukan dengan bekerja sebagai petani mereka masih dapat berinteraksi, dengan interaksi yang terjalin dengan baik membuat masyarakat yang tinggal didesa Lawe Tua Persatuan mempunyai tingkat solidaritas yang tinggi terhadap sesama.

NO Tanggapan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 18 69,23%

2 Cukup baik 8 30,76%


(53)

5.2.23JawabanResponden Berdasarkan Sumber Perolehan Media Informasi Tabel 5.29

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Media Informasi NO Media Informasi Frekuensi Persentase

1 Televisi 22 84,61%

2 Radio 4 15,38%

Jumlah 26 100

Sumber: Kuisioner 2014

Responden paling banyak mendapatkan informasi dari televisi karena sebagian besar responden memiliki televisi dirumah yang hampir setiap hari ditonton pada malam hari setelah semua aktivitas yang di lakukan dalam seharian selesai. Reponden yang lain memilih radio karena bisa di bawa kemana-mana dan bisa didengar dimana saja, terkadang sambil bekerja responden mendengarkan radio.


(54)

5.2.24 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Untuk Menabung Tabel 5. 30

Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Menabung

NO Bentuk tabungan Frekuensi Persentase (%)

1 Uang dirumah 3 11,53%

2 Jula-Jula 14 53,84%

3 Uang di Bank 5 19,23%

4 Emas 4 15,38%

Jumlah 26 100%

Sumber: Kuesinoer 2014

Berdasarkan tabel 5.30 dapat diketahui bahwa bentuk responden bermacam-macam ada yang dirumah dalam bentuk celengan, ada jula-jula seperti arisan, ada juga menabung uang di Bank serta dalam bentuk Mas, responden dapa menabung dari hasil pertanian yang di kolala responden. Dan yang paling banyak memilih bentuk tabungannya adalah jula-jula atau arisan dimana responden membuat kelompok untuk menjadi anggota yang ikut berjula-jula, bentuk jula-jula yang di buat oleh responden adalah jula padi, dimana mereka menarik jula-jula 2 kali dalam 1 tahun. Jadi dalam 1 tahun 2 orang yang menarik jula-jula-jula-jula dalam bentuk padi 250 kg, dan hasil jula-jula itu bisa digunakan reponden untuk pendidikan anak, dan kebutuhan keluarga.


(55)

Berikut hasil wawancara dengan Benta Boru Simanjuntak : “Biasanya saya ikut jula-jula di desa bersama ibu-ibu yang lain, tapi jula-julanya setiap panen, berhubung di desa Lawe Tua persatuan 2 kali dalam setahun maka yang narik 2 orang dalam 1 tahun, dan jula-jula kami biasanya adalah padi 250 kg per orang. Dan ini sangat membatu saya”.

5.2.25 JawabanResponden Berdasarkan Frekuensi Menabung dalamSetahun Tabel 5. 31

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menabung NO Frekuensi Menabung dalam

Setahun

Frekuensi Persentase (%)

1 1-3 12 46,15 %

2 4-6 5 19,23 %

3 7-9 5 19,23 %

4 10-12 5 19,23%

Jumlah 26 100 %

Sumber: Kuesinoer 2014

Berdasarkan tabel 5.31 menunjukkan bahwa seluruh responden menabung hasil pertanian yang didapat dari pertanian dan yang membedakan adalah cara menabung dan frekuensi menabung yang dilakukan responden. Dan yang paling umum responden dapat menabung pada saat panen dimana dalam setahun responden dapat panen 2 kali, dan bisa dikatakan responden paling banyak


(56)

menabung hanya 2 kali dalam setahun, dan hal itu terlihat jelas dari tabel 5.31. dan sebagian lagi mereka bisa menabung dari hasil yang lain misalnya perkebunan yang dimiliki responden contohnya hasil coklat, itu bisa dijual dalam 1 kali sebulan tentu hasilnya bisa ditabung untuk masa depan keluarga responden. Hasil wawancara dengan Ibu Dormatio: “saya biasanya menabung dalam setahun itu bisa 6 kali karena sekali 2 bulan saya harus menabung karena kalau tidak dibuat tekad untuk menabung seperti itu bisa uangnya dari hasil pertaniaan tidak nampak jadi harus ditekadkan untuk nabung supaya bisa uangnya kumpul dan bisa dipergunakan nanti untuk keperluan kedepanya”.

5.2.26. Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan Mereka Bekerja dilahan Pertanian terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Keluarga

Tabel 5.32

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Bekerja Terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Keluarga

Sumber: Hasil kusesioner

NO Tanggapan Frekuensi Persentase (%)

1 Meningkat 24 92,30%

2 Tidak meningkat 2 7,69%


(57)

Peningkatkan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor pendorong bekerjanya seorang ibu rumah tangga dilahan pertanian. Berdasarkan hasil uraian tabel 5.32 menunjukkan bahwa bakerjanya seorang ibu rumah tangga dapat meningkatkan sosial ekonomi keluarga. Hasil penelitian terbukti bahwa variabel ibu rumah tangga yang bekerja dapat mempengaruhi variabel peningkatan sosial ekonomi keluarga, dan itu terlihat jelas di perempuan petani Desa Lawe Tua Persatuan dimana keikutsertaan mereka bekerja dapat megurangi beban ekonomi keluarga dan mereka dapat menabung untuk masa depan serta untuk pendidikan anak mereka.

Hasil Wawancara dengan Ibu Roslan: “Kebutuhan keluarga kami sudah sangat tinggi karena anak saya ada yang kuliah dan bersekolah tentu membutuhkan biaya kalau cuman suami saya bekerja tentu tidak mampulah menyekolahkannya, jadi saya harus ikut banting tulang dan dengan saya ikut bekerja sangat membantu dan meningkatkan sosial ekonomi keluarga kami”.


(58)

BAB VI PENUTUP 6.1Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah di kumpulkan baik melalui wawancara maupun kuesioner yang telah di analisis maka dapat di Tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyarakat desa Lawe Tua Persatuan yang mayoritas suku Batak Toba adalah penganut sistem patrilineal dimana kedudukan laki-laki dianggap lebih tinggi dari perempuan dan ini memunculkan tidak setaranya kedudukan antara perempuan dan laki-laki. Proses peminggiran terjadi terhadap perempuan yang didesa Lawe Tua persatuan mengakibatkan pemiskinan secara sosial maupun ekonomi.

2. Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi keluarga di desa Lawe Tua Persatuan, dan perempuan atau istri sangat terlibat aktif dalam pengelolahan lahan pertanian dimana untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

3. Petani perempuan di desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tenggara mengerjakan lahan hampir keseluruhan proses pengelohan lahan mulai dari perawatan tanaman sehingga membuahkan hasil dan petani perempuan mendapatkan penghasilan dari usahanya tersebut.


(59)

4. Petani perempuan di desa Lawe Tua Persatuan memliki peran ganda yaitu selain bekerja sebagai Iburumahtangga dan bekerja sebagai petani untuk mencari nafkah.

5. Para petani perempuan yang memperoleh penghasilan dari hasil pertanian sangat bijak dalam memenejemen keuangan keluarga, itu terlihat jelas dari cara mereka untuk menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk di tabung dan yang nantinya bisa di gunakan untuk pendidikan anak, Modal usah, kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan lainya.

6. Petani perempuan tetap menjaga interaksi dengan keluarga yaitu dengan menjalankan perannya sebagai ibu yang mendidik anak-anaknya dan menjaga interaksi dengan masyarakat yaitu dengan mengikuti kegiatan social seperti acara adat, acara keagamaan misalnya kebaktian dan kalau di desa Lawe Tua Persatuan seperti partonggoan, pararikamis walaupun petani perempuan banyak kesibukan tapi mesih menjalankan ini.

7. Hasil penelitian menunjukkan keikutsertaan istri dalam bekerja di Desa lawe Tua persatuan telah membawa peningkatan terhadap sosial ekonomi keuarga.


(60)

6.2Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti adalah sebagai berikut:

1. Adanya perhatian khusus pemerintah terhadap kebutuhanperempuan yang tinggal di pedesaan khususnya kebutuhan petani perempuan supaya terlibat langsung dalam pembangunan pertanian, dan diberikan sosialisasi serta pelatihan mengenai usaha di bidang pertanian supaya hasil pertaniannya lebih memuaskan sehingga sosial ekonomi keluarga semakin meningkat.

2. Mengarahkan kebijakan-kebijakan umum pembangunan kepada kebijakan yang berwawasan gender, karena peran serta perempuan dirasakan sangat nyata, mulai dari aktivitas kecil sampai pada urusan publik.

3. Meningkatkan pengetahuan petani perempuan tentang gender, agar petani perempuan megetahui hak-hak yang bisa diperoleh, bukan hanya selalu dituntut sebagai kewajiban- kewajiban sebagai ibu rumahtangga, dan pencari nafkah.

4. Pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan petani, khususnya petani perempuan, yaitu mulai dari memperhatikan kestabilan harga pasar dalam penjualan hasil pertanian sehingga petani bisa mendapatkan untung dari hasil pertaniannya.


(61)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution,

maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang

kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.. (Wikipedia, 2014).

Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisisensidan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi.Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.

Pengertian kontribusi yang telah di rumuskan maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.


(62)

2.2 Petani Perempuan 2.2.1. Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah jagung, coklat dan lain-lain ), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian.

(Wikipedia. 2010. Petani. Diakses dari http://id.wikipedia.org).

Defenisi menegenai petani ada mencakupdua hal pokok yaitu pertama petani adalah seorang pencocok tanam di pedesaan yang produksinya terutama di tujukan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan konsumsi keluarga ini mendefenisikan tujuan ekonomisnya yang sentral. Kedua, petani merupakan bagian dari suatu masyarakat yang luas. (Scott, 1994:238).

Sektor pertanian merupakan sektor utama jika dilihat dari sumbangannya dalam pendapatan nasional dan jumlah penduduk dan hidupnya yang tergantung kepadanya. Dan seperti yang terjadi di banyak negara berkembang lain, pemberian prioritas pada sektor pertanian dalam kebijaksanaan ekonomi tidak selalu menghasilkan pertumbuhan produksi yang tinggi belum lagi dalam hal peningkatan pendapatan petani.Sektor pertaniaan selalu di tandai dengan kemiskinan yang struktural yang berat, sehingga dorongan pertumbuhan dari luar


(63)

tidak selalu menapatkan tanapan positif dari penduduk petani berupa kegiatan investasi ( Subri, 2007:197).

Kemiskinan struktural seringkali dikaitkan dengan kebijakan yang di gariskan oleh pemerintah, pada umumnya kebijakan di bidang pembangunan. sebagai contoh, kebijakan industrilisasi di pulau Jawa secara signifikan mempersempit lahan pertanian. Akibatnya, terjadi penurunan yang tajam dalam rasio penduduk dan lahan pertanian, dimana secara signifikan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan sebagai konsekwensi logis dari penurunan pendapatan masyarakat.bentuk lainya adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewa menyewa lahan yang senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Kelembagaan sistem upah di sektor pertaniaan yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan lahan pertaniaan mengakibatkan posisi buruh tani semakin power less (Siagian, 2012:62-63).

Pertanian yang ada sekarang di dominasi oleh pertanian rakyat yang bercorak subsistem yang memiliki kelemahan sebagai berikut:

a) Skala usaha yang kecil

b) Lokasi usaha tani yang terpencar-pencar

c) Tingkat teknologi dan kemampuan menejemen yang rendah d) Permodalan lemah

e) Kurang akses terhadap pasar dan struktur pasar (Subri 2002:197)

Ciri-ciri pertanian yang di harapkan di tinjau dari profil sumberdaya manusia (SDM), sebagai berikut:


(64)

1) Petani yang benar-benar memahami potensi, persoalan-persoalan yang di hadapi, serta perannya dalam kegiatan pembangunan (dalam arti luas). 2) Memiliki kedewasaan dalam berprilaku dalam pola pikir, sehingga

memahami hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan pelaku pembangunan

3) Memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang sesuai dengan kondisi yang selalu berkembang, dan memiliki kesiapan menerima imperatif perubahan yang terjadi.

4) Sosok manusia pertaniaan yang dikemukakan tersebut berdimensi sangat holistik, sehingga masukan sistem, dan strategi yang di perlukan untuk penyiapan memerlukan kemajemukan yang integratif (Subri, 2007:198). 2.2.2Perempuan

Penggunaan kata “perempuan” karena akan dibahas adalah jenis kelamin yang tergolong perempuan sebagai lawan jenis kelamin laki-laki. Serta lebih memantapkan informasi yang menjelaskan arti kata perempuan adalah yang diempukan (empu artinya induk atau ahli) sehinggaa tersirat arti penghormatan (Sadli, 2010:3).

Perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniah. budaya indonesia aspek jasmaniah secara langsung maupun tidak langsung sering di interpreasikan secara populer sebagai perempuan dan kodratnya. Kedudukan perempuan dalam aspek sosiologi menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan Perempuan dalam pengertian ini memposisikan perempuan sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari laki-laki di lingkungan


(65)

tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah.

Laki- laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, perempuan mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pada laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di masyarakat. Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di antaranya disatu pihak,

menciptakan status dan peranan perempuan di sektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga, sedangkan dilain pihak, menciptakan status dan peranan laki-laki di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah. Dikemukakan oleh White dan Hastuti (1980), dalam sistem kekerabatan patrilineal, ada adat dalam perkawinan (pernikahan) yang biasanya wanita (istri) mengikuti laki-laki (suami) atau tinggal di pihak kerabat suami, merupakan salah satu faktor yang secara relatif cendrung mempengaruhi status dan peranan perempuan, yakni status dan peranan

Perempuan menjadi lebih rendah dari pada laki-laki. Selain itu, perempuan tidak bisa menjadi pemilik tanah dan kekayaan yang lain melalui hak waris, sehingga status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dari pada laki-laki. Hal itu juga menyebabkan sumber daya pribadi (khususnya yang menyangkut tanah, uang atau material) yang dapat disumbangkan oleh perempuan ke dalam


(66)

perkawinan atau rumah tangga mereka menjadi sangat terbatas. Akibatnya, status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya pribadi bisa berupa: pendidikan, keterampilan, uang atau material, tanah dan lain-lain.

Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut di masyarakat, maka akses perempuan terhadap sumber daya di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas. Untuk memperkecil keadaan yang merugikan perempuan itu, perlu pemahaman dan penghayatan yang baik tentang peranan perempuan dalam pembangunan yang berwawasan gender, tidak hanya oleh perempuan sendiri tetapi juga oleh laki-laki atau seluruh lapisan masyarakat.

Pada umumnya terdapat pembagian kedudukan dan peranan perempuan yaitu: 1. Perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga dan anggota keluarga , yang disebut fungsi intern.

2. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik, dapat disebut fungsi ekstern ( Shanty Dellyana, 1998 dalam Soeroso, 2010:53)

Proses-proses dalam pembangunan terdapat hubungan timbal balik antara perempuan dan laki-laki. Jika perbedaan-perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak bisa diganggu gugat dimana bahwa secara biologis perempuan memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan sementara laki-laki tidak, dan


(67)

sejenisnya. Perbedaan- perbedaan gender juga harus bisa dirubah karena yang menjadi akarnya adalah faktorfaktor sosial dan sejarah (Macdonal, dkk 1999: 13)

Menurut Basow (1980) prilaku perempuan banyak dipengaruhi pandangan masyarakat yang berkembang di sekitarnya yaitu:

1. Self Fulfiling Prophecy yang di kemukakan oleh Snyder dkk. Menyatakan bila stereoptip yang berkembang dalam masyarakat itu memandang perempuan memiliki sesuatu ciri yang negatif bila di bandingkan terhadap laki-laki, maka perempuan itu juga akan memandang dirinya seperti steroptip yang berkembang dalam masyarakat sedemikian rupa, dan dalam perilakunya yang mengembangkan ciri itu. Misalnya masyarakat memandang perempuan kurang rasional dibandingkan laki-laki, maka perempuan itu sendiri juga akan memandang dirinya serupa, kemudian dalam perilakunya mereka akan kurang ambil bagian dalam pemecahan masalah yang banyak menurut rasio, kurang menyukai matematika atau hal-hal yang berhubungan dengan mesin.

2. Pandangan kedua berasal dari Zenna dan Pack (1975) yaitu impression management. Pandangan kedua ini menyatakan bahwa agar orang diterima oleh masyarakat maka orang itu harus harus mengabil strategi berdaarkan kesan masyarakat.bila kesan yang timbul dalam masyakat itu menerima perempuan bekerja diluar rumah, maka perempuan itu juga akan melakukan pekerjaan diluar rumah atau sebaliknya (Sudirman, 2001: 45-46).


(68)

Masyarakat menciptakan perilaku pembagian gender untuk menentukan apa yang mereka anggap sebagi suatu keharusan, untuk membedakan laki-laki dan perempuan. misalnya mendidik anak mengelola dan merawat kebersiahan dan keindahan rumah tangga, atau urusan domestik seperti memasak, mencuci dan merawat anak dan ini sering dianggap kodrat perempuan. padahal peran gender semacam ini adalah hasil dari kontruksi sosial dan kultural dalam masyarakat.sehingga terkadang muncul ketidak adilan gender yan melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi laki-laki, terutama terhadap perempuan (Narwoko dan Suryanto, 2004:340).

Bentuk ketidakadilan gender dapat berupa proses marginalisasi perempuan yang merupakan suatu proses pemikinan atas suatu jeni kelamin tertentu, yang dalam hal ini adalah perempuan.marginalisasi atau pemiskinan perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Revolusi hijau misalnya, secara ekonomi telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan. banyak perempuan yang tidak dapat lagi bekerja disawah karena adanya penyempitan lahan, hal ini berarti bahwa program revolusi hijau di rencanakan tanpa mempertimbankan apek gender (Narwoko dan Suyanto, 2004:341).

Beban ganda merupakan salah satu contoh ketidakadilan gender, dimana perempuan mendapatkan beban kerja ganda. Selain mengurus semua urusan rumah tangga, perempuan juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Alam kaitannya dengan beban ganda tersebut, ada pendapat yang menyebutkan bahwa perempuan tidak hanya berperan ganda, akan tetapi


(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Desi Ratnasari Hutajulu

Nim : 100902021

ABSTRAK

Kontribusi Petani Perempuan dalam Peningkatan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh

Tenggara

Kemiskinan keluarga merupakan salah satu faktor yang membuat perempuan (istri) terlibat pada sektor publik atau ikut menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapat peran penting dalam penyediaan kesempatan kerja bagi kaum perempuan. Sama halnya bagi perempuan desa Lawe Tua Persatuan sektor pertanian merupakan sumber ekonomi mayoritas perempuan didesa ini, keterlibatan petani perempuan di desa Lawe Tua Persatuan dalam pertanian sangatlah substansial penanaman sampai panen hal tersebut tidak lepas dari peran perempuan. Keterlibatan perempuan di pertanian akan menambah penghasilan keluarga, sehingga dalam penelitian ini akan digambarkan bagaimana kontribusi petani perempuan dalam peningkatan social ekonomi keluarga di desa Lawe Tua Persatuan.

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti yaitu bagaimana kontribusi petani perempuan dalam peningkatan sosial ekonomi keluarga di Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tenggara. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 264perempuan yang berada di Desa Lawe Tua Persatuan. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel berjumlah 26petani perempuanyang diperoleh menggunakan teknik penarikan sampel purposive sampling. Dalam hal ini adapun penetapan kriteria sampel adalah sebagai istri dan bekerja di sektor pertanian,mempunyai tanggungan keluarga dan sudah bekerja sebagai petani lebih dari 5 Tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para petani perempuan di Desa Lawe Tua Persatuan telah berkontribusi dalam peningkatansosial ekonomi keluarga dimana petani perempuan sudah memiliki tabungan untuk pendidikan serta mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Ada beberapa kendala yang dihadapi petani perempuan bekerja disektor pertanian yaitu harga pasar hasil pertanian yang tidak stabil, serta adanya pendiskriminasian terhadap kaum perempuan dimana mereka mengalami beban ganda dalam keluarga.

Kata kunci: Kontribusi Petani Perempuan dalam Peningkatan Sosial Ekonomi vii


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Desi Ratnasari Hutajulu

Nim : 100902021

ABSTRACT

Contributions Famer AgainstWomenArtisansinRuralFamilyEconomic Lawe Tua Persatuan District of Aceh South

Povertyis amatterof personalfamily, community, nationand eventhe world. The problem of povertyis complex and multidimensional. majority ofpoorpeoplei nIndonesiaare women. Therefore, efforts were made tocombatpoverty, the effortmade by the governmentor theindividuals themselves. As his caseisdonebyt he womeninthe village ofSiagianLumbanJulu, tohelp thefamily economyUlostheirworkascraftsmen. Soin this studywillbe described how women's contributionsto thefamily economyUlosartisansin the village subdistric Lawe Tua Pwersatuan.

This study wasclassified as descriptiveresearchthat aims to describe object sandphenomenaunder study is how women's contributionsto thefamily economyUlosartisansin the villagesubdistrict Lawe Tua Persatuan. The population inthis study were160heads offamiliesresidingin the villageSiagianLumbanJulu. Torepresentthe population,researchers tooksamples thereas many as 26 people. Inthis casethe criteriaas for thedetermination ofthe samplewasfemaleartisansUlos.

The results ofthis studyshowedthatwomenin theruralvillage ofcraftsmen Lawe Tua has beencontributing to thefamilyeconomy, althoughincome earnedfromweavingactivitiesUlosbuttheycanmeet theneeds of family life. There areseveralconstraints faced by craftsmenin the operations,theventurecapital and m arketing of handicrafts farmer.


(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………...ii

Daftar Isi……… ...iii

BAB 1: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...1

1.2. Rumusan Masalah………...10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...10

1.3.1. Tujuan Penelitian………...10

1.3.2. Manfaat Penelitian………...10

1.4. Sistematika Penelitian……….11 

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontribusi………13

2.2. Perempuan………...13

2.2.1. Pengertian Perempuan………..13

2.2.2. Perempuan Petani……….15

2.3. Ekonomi Keluarga………..24  


(4)

2.5.1. Keluarga………...24

2.5.3. Ekonomi Keluarga………...28

2.4. Kesejahteraan Sosial………...31

2.5. Kerangka Pemikiran………...33

2.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional………37

2.9.1. Defenisi Konsep………...…37

2.9.2. Defenisi Operasional………38

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian………40

3.2. Lokasi Penelitian……….40

3.3. Populasi dan Sampel………...40

3.3.1. Populasi………....40

3.3.2. Sampel………..…41

3.4. Teknik Pengumpulan Data………..41


(5)

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis Lawe Tua Persatua………...44

4.1.1. Luas Wilayah………....44

4.2. Batas Administratif………...45

4.3. Kondisi Demografis Desa Lawe Tua Persatuan………...45

4.3.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………...45

4.3.1.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama………...46

4.3.1.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku………...46

4.3.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………....47

4.3.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...47

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Lawe Tua Persatuan………48

4.4.1. Sarana Pendidikan……….48

4.4.2. Sarana Kesehatan………...49

4.4.3. Sarana Rumah Ibadah………...50

4.4.4. Sarana Jalan dan Transportasi………..50

4.4.5. Sarana Pemerintahan Desa………51

4.5. Kegiatan Sosial………52

BAB V: ANALISIS DATA 5.1. Pengantar………...54

5.2. Krakteristik Umum Responden………..54

5.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...54


(6)

5.4. Kontribusi Perempuan Petani……….60

5.4.1.Modal……….60

5.4.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Modal………60

5.5. Ekonomi Keluarga………..63

5.5.1. Sumber Pendapatan………..63

5.5.2. Pengeluaran Konsumsi………..65

5.5.3. Kesehatan………..68

5.5.4 Pendidikan………..71

5.5.4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pentingnya Pendidikan…….71

BAB VI: PENUTUP 6.1. Kesimpulan……….79

6.2. Saran………...80

DAFTAR PUSTAKA