Analisis Peranan BMT Dirgantara dalam Pembiayaan UMKM di Kabupaten Deli Serdang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pembiayaan
Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai
kebutuhan usaha. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah No. 06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk teknis
program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro pola syariah bahwa
pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama
permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau
anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan itu untuk melunasi pokok
pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan pembayaran
sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau
penggunaan dana pembiayaan tersebut.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 3/9/PBI/201, pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik.
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna’
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan

8
Universitas Sumatera Utara

atau unit usaha syariah dan pihak lain yang mewajibkan Pihak-pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana

untuk mengembalikan dana

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan atau bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2.1.1. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan terdiri atas dua yaitu bersifat makro dan mikro.
Tujuan yang bersifat makro, antara lain :
1. Peningkatan ekonomi umat, artinya : masyarakat yang tidak dapat akses
secara ekonomi, dengan adanya pembiayan mereka dapat melakukan

akses ekonomi.
2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan
usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh
dari pembiayaan. Pihak surplus dana menyalurkan kepada pihak yang
minus dana.
3. Meningkatkan produktivitas dan memberi peluang bagi masyarakat untuk
meningkatkan daya produksinya.
Sedangkan tujuan yang bersifat mikro antara lain :
1.

Memaksimalkan laba.

2.

Meminimalisasikan risiko kekurangan modal pada suatu usaha.

3.

Pendayagunaan sumber daya ekonomi.


4.

Penyaluran kelebihan dana dari yang surplus dana ke yang minus dana.

9
Universitas Sumatera Utara

2.2. Definisi UMKM
Ada beberapa pengertian mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah
yang dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Pengusaha kecil atau Usaha Kecil (termasuk usaha mikro) sebagai suatu
badan usaha milik Warga Negara Indonesia, baik perorangan maupun berbadan
hukum yang memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan
sebanyak-banyaknya Rp 200 juta.
2. Biro Pusat Statistik Mendefinisikan Skala Usaha Kecil dan Menengah
Berdasarkan jumlah tenaga kerja Dimana Industri kecil (IK) adalah
Perusahaan/usaha industri pengolahan (baik yang berbadan hukum ataupun tidak)
yang mempunyai pekerja 5-19 orang termasuk pemilik usaha/pengusaha, dan
industri yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang. Sedangkan usaha menengah

merupakan usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
3. Menurut Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Committee For Economic
Development) – CED,
CED (Committee For Economic Development) mengemukakan usaha
kecil sebagai berikut :
1.

Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik.

2.

Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.

3.

Daerah operasi bersifat lokal.

4.

Ukuran dalam keseluruhan relatif.


10
Universitas Sumatera Utara

Selain itu ada dua konsep yang dipergunakan untuk menjelaskan defenisi
usaha kecil dan menengah yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek
pengelompokkan perusahaan ditinjau dari segi kekayaan perusahaan.
Defenisi UMKM dari segi kekayaan perusahaan adalah menurut UU No. 10 tahun
1999 yang dimaksud dengan usaha kecil dan menengah adalah usaha yang
mempunyai kekyaan bersi lebih besar dari Rp. 200 juta sampai dengan maksimum
Rp. 10 Milyar.
Berdasarkan SK menteri Deperindag No. 589 tahun 1999 usaha kecil dan
menengah adalah usaha yang mempunyai nilai investasi seluruhnya sampai
dengan Rp 1 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan.
Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari investasi, diluar tanah dan
bangunan sebesar Rp 600 juta bagi pengetian industri kecil. Sedangkan defenisi
UMKM dari segi tenaga kerja adalah :
Menurut BPS Indonesia kriteria usaha kecil adalah jika karyawannya 519 orang jika kurang dari 5 karyawan digolongkan dalam usaha rumah tangga dan
usaha menengah terdiri atas 20-29 karyawan.
Anderson (1987) mengemukakan defenisi pengelompokkan kegiatan

usaha ditinjau dari :
1.

Usaha kecil merupakan bagian integral dan usaha nasional yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan
pembangunan nasional.

2.

Mengacu pada UU No.9 Tahun 1995, kriteria Usaha Kecil dilihat dari
segi keuangan dan modal yang dimilikinya.

11
Universitas Sumatera Utara

3.

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).


4. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1 Miliar pertahun.
INPRES No.10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit
kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00
sampai maksimal 10 Miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).
Secara normatif, moral filosofi sistem ekonomi kerakyatan sebenarnya
sudah tercantum dalam UU 1945, khususnya Pasal 33 yang jika disederhanakan
bermakna bahwa perekonomian dimana kemakmuran rakyat banyaklah yang lebih
diutamakan dibandingkan kemakmuran perorangan.

2.2.1. Jenis-Jenis UMKM
Pembagian jenis-jenis usaha kecil dan menengah dilihat dari bentuk
usahanya, Drs.Soetrisno P.H., menerangkan bahwa struktur ekonomi Indonesia
dari segi kelembagaan ekonomi sektoral berdasarkan yuridiskonstitusional yaitu
pasal 33 dan 34 UU Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial. Pasal 33 yang
paling pokok dan melandasi usaha-usaha pembangunan nasional dibidang
ekonomi. Adapun bunyi Pasal 33 sebagai berikut :
1.

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.


2.

Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

12
Universitas Sumatera Utara

3.

Bumi, air dan kekayaan alam yang berkandung di dalamnya dikuasai
Negara dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

A. Ada 3 jenis usaha yang bisa dilakukan oleh UMKM untuk menghasilkan
laba. Ketiga jenis usaha tersebut adalah :
a.

Usaha Manufakur (Manufacturing Business), yaitu usaha yang
mengubah input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada

konsumen. Kalau anda bingung, contohnya adalah konveksi yang
menghasilkan pakaian jadi atau pengrajin bambu yang menghasilkan
mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya.

b.

Usaha Dagang (Merchandising Business), yaitu usaha yang menjual
produk kepada konsumen. Contohnya terdapat pada pusat jajanan
tradisional yang menjual segala macam jajanan tradisional atau toko
kelontong yang menjual semua kebutuhan sehari-hari.

c.

Usaha Jasa (Service Business), Yaitu usaha yang menghasilkan jasa,
bukan menghasilkan produk atau barang untuk konsumen. Sebagai
contoh adalah jasa pengiriman barang atau warung internet (warnet)
yang menyediakan alat dan layanan kepada konsumen agar mereka
bisa browsing, searching, blogging atau yang lainnya.

2.2.2. Ciri-ciri UMKM

Berdasarkan Pasal 6 beserta penjelasannya, UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM, adapun ciri-ciri UMKM adalah sebagai berikut :

13
Universitas Sumatera Utara

1) Ciri-ciri Usaha Mikro
a.

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 diluar tanah
dan bangunan tempat usaha.

b.

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00.

2) Ciri-ciri Usaha Kecil
a.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000.-(lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.

b.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai
paling banyak Rp2.500.000.000,00.

3) Ciri-ciri Usaha Menengah
a.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 sampai dengan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.

b.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 sampai
paling banyak Rp50.000.000.000,00.

Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai
kekayaan usaha (asset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha. Yang dimaksud dengan hasil penjualan tahunan adalah
hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang dan jasa dalam
satu tahun buku.

14
Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Peluang dan Tantangan UMKM
1. Peluang UMKM :
a.

Indonesia merupakan pasar yang besar. Indonesia sebagai negara
kepulauan dan memiliki jumlah penduduk yang besar merupakan peluang
pasar yang dimanfaatkan sebagai lahan usaha.

b.

Melimpahnya sumber daya alam. Potensi dalam negeri berupa sumber
daya alam yang dapat diolah dengan memanfaatkan teknologi yang
dimiliki serta dengan ketrampilan sumber daya manusia yang ada
merupakan peluang yang harus disiasati untuk menjadi keunggulan
kompetitif.

c.

Perubahan tatanan ekonomi dunia. Kondisi ini mendorong terciptanya
penyatuan ekonomi dunia pasar yang semakin terbuka dan kompetisi yang
sehat. Hal ini menjadi peluang bagi UMKM untuk lebih meningkatkan
ekspor, mutu produk serta jenis produk yang lebih baik.

2. Tantangan UMKM :
a.

Iklim usaha yang kondusif. Iklim usaha yang tidak kondusif diwujudkan
dalam adanya monopoli dalam bidang usaha tertentu, penguasaan industri
dari hulu ke hilir oleh industri besar, berbagai peraturan yang tidak
mendukung (retribusi, perizinan, dan lain-lain).

b.

Pemberlakuan berbagai standar nasional maupun internasional. Perubahan
tatanan ekonomi dunia cenderung menyebabkan pasar bersifat resistensi
dan proteksi antara lain dengan diberlakukannya berbagai standar antara
lain ISO 9000, ISO 14000, hak atas kekayaan intelektual, dan lain-lain.

15
Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM
Menurut Bab II Pasal 4 dan Pasal 5 UU No.20/2008 tentang UMKM,
prinsip dan tujuan pemberdayaan UMKM sebagai berikut :
1.

Prinsip pemberdayaan UMKM
A. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan UMKM
untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.
B. Mewujudkan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan.
C. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi UMKM.
D. Peningkatan daya saing UMKM.
E. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.

2.

Tujuan pemberdayaan UMKM
A. Mewujudkan

struktur

perekonomian

nasional

yang

seimbang,

berkembang, dan berkeadilan.
B. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri.
C. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan kemisikinan.
D. Kriteria-kriteria UMKM.

16
Universitas Sumatera Utara

Adapun tujuan utama dari pemberdayaan yaitu memperkuat kekuasaan
masyarakat

khususnya

kelompok

lemah

yang

berada

dalam

ketidakberdayaan.Sebagai tujuan dari pemberdayaan UMKM adalah untuk
memperkuat usaha UMKM agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dapat
menghadapi perdagangan bebas yang bertujuan untuk meningkatkan laju
pertumbuhan perekonomian Indonesia.

2.3. Teori Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama antara dua orang atau lebih, yang bersamasama memiliki perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba. Dalam kemitraan,
mitra pemilik berbagi harta, kewajiban, dan laba sesuai dengan kesepakatan
kemitraan yang telah ditetapkan sebelumnya. Teori tentang pentingnya kemitraan
organisasi (partnership organization) dikemukakan oleh Riane Eisler dan Alfonso
Montuori (1998). Bahwa strategi kemitraan organisasi merupakan bagian dari
pendekatan sistem, yang telah mempertimbangkan adanya pengaruh lingkungan
organisasi dalam pertumbuhan organisasi. Dalam perkembangannya, suatu
organisasi untuk tetap tumbuh dan berkembang, harus memperhitungkan adanya
kompleksitas lingkungan.
Dimana dalam hal ini organisasi yang dominan (dominanator template)
justru akan ditinggalkan, karena lingkungan menuntut adanya kemitraan
organisasi. Pada masa sekarang (pola baru), untuk mengelola konflik yang muncul
dalam organisasi lebih diutamakan menggunakan pendekatan sistem kemitraan

17
Universitas Sumatera Utara

daripada pendekatan dominan. Model kemitraan dalam organisasi membutuhkan
persyaratan sebagai berikut :
1.

Adanya struktur organisasi yang sederhana (flat) dan sedikit hirarki.

2.

Merubah peranan manager, dari the cop menjadi peran fasilitator dan
suportif.

3.

Merubah pengertian power, dari power over menjadi power to/with.

4.

Adanya teamwork.

5.

Adanya keanekaragaman produk (diversity product).

6.

Adanya kesamaan gender (gender-balance).

7.

Adanya

kreativitas

dan

jiwa

kewiraswastaan

(creativity

and

entrepreneurship).
Bentuk perusahaan kecil yang dapat dengan mudah didirikan ialah usaha
bersama atau partnership. Perusahaan ini dikelola oleh dua orang atau lebih
dengan tujuan mendapatkan laba. Dalam partnership pelaku bisnis tidak lagi
terlibat seorang diri dalam menjalankan perusahaan. Ada orang lain yang
membantu dalam pengelolaan dan pengoperasian perusahaan yang memiliki
kecakapan di bidang tertentu dalam mengoperasikan perusahaan. Machfoedz
(2004) mengemukakan mengenai faktor positif dan negatif dari usaha bersama,
yaitu :
1.

Faktor Positif
Mudah didirikan maupun mendirikan usaha patungan diperlukan adanya

partner yang sependapat dalam mewujudkan bentuk usaha yang disetujui bersama

18
Universitas Sumatera Utara

kemudian dinyatakan dalam perjanjian tertulis untuk dijadikan dasar pembagian
kewajiban dan hak masing-masing.
a.

Ketersediaan Modal, karena partnership merupakan usaha patungan yang
didirikan secara bersama-sama oleh para pengelolanya, usaha ini lebih
mudah dalam mendapatkan modal. Kemampuan finansial partner juga
mendukung peningkatan kemampuan untuk mendapatkan biaya yang
lebih besar.

b.

Keanekaragaman Kecakapan dan Keahlian, usaha patungan yang ideal
sekaligus membawa orang-orang yang mempunyai latar belakang
berbeda sehingga saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain.
Perpaduan kecakapan dan keahlian untuk menentukan tujuan, mengelola
pengaturan perusahaan, dan memecahkan persoalan dapat membantu
keberhasilan usaha. Keluwesan Para partner usaha aktif dalam mengelola
perusahaan sehingga bentuk perusahaan ini dapat dengan cepat
mengantisipasi perubahan lingkungan usaha.

2.

Faktor Negatif
Setiap usaha patungan mempunyai tanggung jawab yang tidak terbatas

atas utang perusahaan. Sebenarnya, partner yang manapun dapat melaksanakan
kewajiban seorang diri atas utang semua partner dan keputusan hukum, tanpa
memandang siapapun di antara mereka yang menjadi penyebab. Seperti halnya
pada usaha mandiri, kegagalan perusahaan dapat disebabkan oleh kerugian atas
aset pribadi partner secara umum.

19
Universitas Sumatera Utara

a.

Berpotensi terjadi konflik antar partner, setiap partner merupakan wakil
perusahaan dalam usaha patungan. Dengan demikian seorang partner dapat
melakukan suatu tindakan untuk perusahaan. Pertanggung jawaban bersama
ini dapat menjadi kendala hubungan di antara para partner yang jika tidak
teratasi dapat menjadi penyebab berakhirnya kerjasama.

b.

Pembagian Laba, mereka yang terlibat dalam usaha patungan harus membagi
laba, meskipun dengan jumlah pembagian yang tidak sama. Pengambilan
keputusan pembagian keuntungan secara adil dapat menjadi permasalahan
apabila jumlah kontribusi mereka bervariasi dalam volumenya sehingga
pembagiannya menjadi lebih sulit. Sebaliknya, faktor pembagian laba dapat
termasuk faktor positif, jika setiap partner memberikan kontribusi modal
berupa waktu, kecakapan, keahlian, dan finansial dalam volume yang sama
sehingga formula pembagian keuntungan akan lebih mudah. Kemitraan yang
positif dibangun dari adanya saling percaya (trust) untuk bekerjasama. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Phil Harkins 19 bahwa Kemitraan dibangun
berdasarkan hubungan kerjasama, dan kerjasama dibangun berdasarkan rasa
saling percaya di antara pihak-pihak yang bermitra Kepercayaan (trust)
adalah fungsi dari komunikasi jadi kemitraan yang gagal adalah karena
rusaknya kepercayaan.

20
Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Bentuk Program Kemitraan :
a. Hibah
Hibah dalam bentuk :
1.

Meningkatkan ketrampilan manajerial dan teknik produksi atau
pengolahan.

2.

Meningkatkan pengendalian mutu produksi.

3.

Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.

4.

Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan.
Bantuan pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk penjualan produk

mitra binaan, mempromosikan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran
maupun penyediaan ruang pamer (showroom), pendidikan, pelatihan dan
pemagangan untuk mitra binaan dapat dilakukan sendiri oleh Pembina atau
menyediakan tenaga penyuluh yang berasal dari lembaga pendidikan atau
pelatihan swasta professional maupun perguruan tinggi.
Jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra binaan dapat dilakukan
terus-menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri, dan
bankable (dapat diberi pinjaman).
b. Beban Operasional
Untuk mendukung pelaksanaan program binaan, disediakan dana
operasional yang bersumber dari hasil penyumbangan dana kemitraan (bukan dari
pokok dan penyisihan laba suatu perusahaan). Dana operasional tersebut dapat
digunakan untuk operasional yang meliputi, antara lain :

21
Universitas Sumatera Utara

1.

Kegiatan pembinaan.

2.

Beban perjalanan dinas petugas atau pengelola dalam rangka survey
lokasi.

3.

Usaha mitra binaan, monitoring atau evaluasi perkembangan usaha mitra
binaan, dan kegiatan penagihan pinjaman.

4.

Beban upah tenaga harian atau honorer yang membantu pelaksanaan.

5.

Program kemitraan.

6.

Beban kegiatan karyawan unit Program Kemitraan yaitu beban yang
berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan karyawan
dalam melaksanakan fungsi Pembina, fungsi administrasi, dan keuangan.

7.

Beban administrasi meliputi beban administrasi bank, beban suratmenyurat, dan sejenisnya.

8.

Beban inventaris, yaitu pembelian perangkat komputer beserta program.

9.

Aplikasinya dan inventaris kantor lainnya. Pengadaan kendaraan
bermotor untuk menunjang kegiatan operasional, yang pengadaannya
disesuaikan dengan kondisi dana operasional. Realisasi pengadaan
inventaris dan kendaraan bermotor dicatat dan dibukukan sebagai aktiva
tetap dalam Neraca Program Kemitraan. Sedangkan rencana penggunaan
dana operasional dijabarkan secara terperinci dalam RKA (Rencana
Kerja dan Anggaran) Program Kemitraan. Usaha

penghapusan

pembukuan aktiva tetap diusulkan dalam RKA Program Kemitraan.

22
Universitas Sumatera Utara

c. Penanganan Pinjaman Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu hal yang tidak diinginkan oleh
lembaga keuangan manapun termasuk BMT. Pembiayaan bermasalah terjadi
ketika anggota pembiayaan mengingkari janji untuk membayar angsuran
pembiayaan atau membayar seluruh utang pembiayaan beserta bagi hasil pada
saat jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali
tidak ada pembayaran.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah
terjadi dikarenakan kesulitan keuangan yang dihadapi oleh anggota pembiayaan.
Faktor tersebut adalah :
1.

Faktor Internal, adalah faktor yang terdapat di dalam perusahaan itu sendiri.
Faktor internal lain yang mempengaruhi yaitu:
a. Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut.
b. Manajemen yang kurang baik.
c. Laporan keuangan yang tidak lengkap.
d. Perencanaan kurang matang.
e. Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut.

2.

Faktor Eksternal, adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan
manajemen perusahaan, antara lain :
a. Aspek pasar kurang mendukung.
b. Kurangnya kemampuan daya beli masyarakat.
c. Kebijakan pemerintah.

23
Universitas Sumatera Utara

d. Adanya faktor-faktor lain di luar usaha, misalnya kenakalan yang
dilakukan peminjam.
d. Prioritas Program Kemitraan
Program kemitraan ditujukan terutama bagi usaha kecil yang belum
memiliki kemampuan akses perbankan.
Program Kemitraan dapat dilakukan kepada usaha kecil yang tidak memiliki
kaitan usaha maupun yang memilliki kaitan usaha dan diupayakan kearah
terwujudnya keterkaitan usaha.
e. Bagi Hasil Pinjaman
Konsep bagi hasil pinjaman adalah konsep pembagian hasil atas
keuntungan proyek nasabah, dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Jika proyek atau usaha gagal atau merugi, maka kerugian ditanggung bersama
sesuai proporsi yang telah disepakati. Hal ini yang menjadi satu keunikan produk
dalam sistem bagi hasil. Adapun tata cara perhitungan sistem bagi hasil pada
koperasi syariah, yaitu :
1.

Penetapan nisbah bagi hasil (atas kesepakatan bersama).

2.

Menghitung saldo rata-rata tabungan masing-masing nasabah.

3.

Menghitung total saldo rata-rata simpanan biasa.

4.

Menghitung pendapatan bagi hasil.

f. Pelaksanaan Program Kemitraan Oleh Koperasi Syariah Pembina.
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil merupakan tanggung jawab
bersama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, oleh karena itu bagi Koperasi

24
Universitas Sumatera Utara

Syariah Pembina dianjurkan melaksanakan Program Kemitraan. Pelaksanaan
Program Kemitraan bagi Koperasi Syariah berpedoman pada RKA program
kemitraan yang telah disetujui oleh Komisaris sedangkan sumber pendanaannya
berasal dari laba bersih setelah pajak yang besarnya ditetapkan RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham).
Ada salah satu sub bagian kecil UMKM yang memiliki entrepreneurship
(kewirausahaan), tetapi ada pula yang tidak menunjukan sifat tersebut. Dengan
menggunakan kriteria tersebut, maka kita dapat membedakan UMKM dalam
empat kelompok atau empat jenis sebagai berikut :
a.

Livelihood Activities, UMKM yang masuk kategori ini pada umumnya
bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku
dikelompok ini tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Sektor ini disebut
sebagai sektor informal.

b.

Micro Enterprises, UMKM ini lebih bersifat pengrajin dan tidak bersifat
wirausaha.

c.

Smaal Dynamic Enterprises, UMKM jenis ini cukup memiliki
kewirausahaan.

d.

Fast Moving Interprises, ini adalah UMKM asli yang mempunyai jiwa
kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan pengusaha skala
menengah dan besar.
Sedangkan berdasarkan laporan kelompok pakar UMKM, APEC dimana

Indonesia menjadi motornya telah di identifikasi ada empat kelompok UMKM di
lingkungan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation), yaitu :

25
Universitas Sumatera Utara

a.

Kelompok A
UMKM yang telah memiliki pasar global. Kelompok ini telah menjadi
subkontrak dari perusahaan multi-nasional terutama di sektor otomotif
dan elektronik yang berjumlah sekitar 3-4%.

b.

Kelompok B
UMKM yang telak memiliki pasar internasional. Kelompok ini sudah
mengekspor, tetapi atas dasar pesanan luar negeri dan bukan atas upaya
pemasaran yang agresif, berbeda dengan kelompok A, kelompok B tidak
continue. Di Indonesia kelompok ini banyak terdapat di Bali dimana para
importer asing (yang datang sebagai turis) telah melaksanakan order
bisnis yang cukup lumayan. Bahkan produk yang di ekspor bukan berasal
dari Jawa Tengah dan Jawa Barat, mereka berjumlah 5-7%.

c.

Kelompok C
UMKM yang belum pernah melakukan transaksi Luar Negeri, tetapi
memiliki potensi yang besar. Mereka berjumlah sekitar 30%.

d.

Kelompok D
UMKM yang tidak ada orientasi ke pasar Luar Negeri. Mayoritas
UMKM Indonesia berada di kelompok ini dan jumlah mereka sekitar
60%.

26
Universitas Sumatera Utara

2.4. Definisi BMT
Baitul Mal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas
khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun
pengeluaran pengeluaran negara. Jadi setiap harta baik berupa tanah, bangunan,
barang tambang, uang, komoditas perdagangan, maupun harta benda lainnya
dimana kaum muslimin berhak memilikinya sesuai hukum syara’.
Istilah Baitul Mal atau Baitul Mal wat Tamwil (BMT) ini populer seiring
dengan semangat umat untuk berekonomi secara Islam dan memberikan solusi
terhadap krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak 1997. Istilah-istilah itu
biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah perusahaan atau
instansi). Kadang istilah tersebut digunakan untuk sebuah lembaga ekonomi
berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di berbagai lini kegiatan ekonomi,
yakni dalam kegiatan sosial, keuangan (simpan-pinjam), dan usaha pada sektor riil
(tim DD-FES-BMT,1997).
BMT dalam penelitian ini mengacu kepada konsep yang terakhir ini yaitu
sebuah lembaga keuangan syari’ah nonbank yang mirip dengan koperasi serba
usaha yang bergerak di berbagai bidang kegiatan ekonomi umat, yakni dalam
kegiatan sosial, keuangan (simpan-pinjam), dan usaha pada sektor riil. Lembaga
ini sangat mudah menjangkau pengusaha kecil sebagai nasabah maupun
anggotanya.

27
Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Anggota dan Modal BMT
Anggota BMT terdiri dari atas :
1.

Anggota pendiri BMT, yaitu anggota yang membayar simpanan pokok,
simpanan wajib, dan simpanan-simpanan pokok khusus minimal 4% dari
jumlah modal awal BMT yang direncanakan.

2.

Anggota biasa, yaitu anggota yang membayar simpanan pokok dan
simpanan wajib.

3.

Calon anggota, yaitu yang memanfaatkan jasa BMT tetapi belum
melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib.

4.

Anggota kehormatan, yaitu anggota yang mempunyai kepedulian untuk
ikut serta secara penuh sebagai anggota.

Modal BMT terdiri atas :
1.

Simapanan Pokok (SP) yang ditentukan besarnya sama besar untuk
semua anggota.

2.

Simpanan Pokok Khusus (SPK), yaitu simpanan pokok yang khusus
diperuntukkan guna mendapatkan sejumlah modal awal sehingga
memungkinkan BMT melakukan persiapan pendirian dan memulai
operasinya. Jumlahnya dapat berbeda-beda antar anggota pendiri.

2.4.2. Produk Penghimpun Dana BMT
Pada sistem operasional BMT syariah, pemilik modal menanamkan uang
di BMT tidak dengan motif mendapatkan keuntungan melalui bunga, namun

28
Universitas Sumatera Utara

dengan cara bagi hasil. Produk penghimpun dana lemabaga keuangan syariah
adalah :
a.

Tabungan Wadiah, yaitu produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja.
Dana nasabah dititipkan di BMT dan dapat dikelola. Setiap dana berhak
mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan tabungan oleh BMT.
Besarnya bonus tidak ditetapkan dimuka tetapi benar-benar merupakan
kebijaksanaan

BMT.

Namun

demikian

nominalnya

diupayakan

sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif.
b.

Tabungan Mudharabah, yaitu dana yang disimpan nasabah akan dikelola
BMT untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan
nasabah berdasarkan kesempatan nasabah. Nasabah bertindak sebagai
shahibul maal (pemilik modal) dan lemabaga keuangan syariah bertindak
sebagai mudharib (pengelola dana).

c.

Deposito Mudharabah, yaitu BMT bebas melakukan berbagai usaha yang
tidak bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya. BMT bebas
mengelola dana (mudharabah mutaqah). BMT berfungsi sebagai
mudharib (pengelola dana) sedangkan nasabah juga sebagai shahibul
maal (pemilik modal). Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk
usaha tertentu. Nasabah memberi batasan penggunaan dana untuk jenis
dan tempat tertentu. Jenis ini disebut mudharabah muqayyadah.

29
Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Produk Pembiayaan BMT
Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan, BMT menempuh mekanisme
bagi hasil sebagai pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dan
investasi berdasarkan imbalan melalui mekanisme jual beli sebagai pemenuhan
kebutuhan pembiayaan :
a.

Kebutuhan permodalan (equity financing) ada dua macam dalam kategori
ini, yaitu :
1. Pembiayaan Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dalam
musyarakah, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam hal
pengelolaan usaha, pihak BMT diikut sertakan atau dilibatkan dalam
proses manajemen.
2. Pembiayaan Mudharabah, yaitu akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi
sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. Didalam mudharabah
hubungan kontrak bukan antara pembeli modal, melainkan antara
shahibul maal (pemilik dana) dengan mudharib (pengelola modal). Dari
kedua pengertian diatas dapat dilihat bahwa BMT menanggung seluruh
modal sedangkan nasabahnya memiliki modal keahlian tetapi tidak
memiliki dana. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan

30
Universitas Sumatera Utara

sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung oleh BMT selaku sebagai
pihak pemodal selama bukan akibat dari kelalaian sipengelola dana.
Aplikasi dalam BMT untuk mudharabah dari sisi pembiayaan adalah
pembiayaan modal kerja yaitu perdagangan dan jasa serta investasi
khusus (mudharabah muqayyadah), dimana sumber dana khusus dengan
penyaluran dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul
maal (pemilik modal) secara khusus.
3. Murabahah, yaitu jual beli barang pada harga awal dengan tambahan
keuntungan yang telah disepakati BMT dan nasabah. BMT membeli
barang kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual senilai
harg beli ditambah keuntungannya. BMT harus memberitahukan dengan
jujur harga pokok dari produk kepada nasabah berikut dengan biaya yang
diperlukan. Nasabah membayar harga yang disepakati dalam jangka
waktu tertentu. Sistem ini diterapkan pada produk pembiayaan untuk
pembelian barang-barang investasi, baik domestic maupun luar negeri,
seperti melalui letter of credit (L/C). Skema ini paling banyak digunakan
karena sederhana dan mudah dilakukan dalam bertransaksi.
4. Bai’ As-Salam, yaitu membeli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran terlebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Pembayaran
harga dilakukan pada saat kontrak disepakati. Waktu penyerahan barang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan kualitas dan jumlah yang
telah disepakati.

31
Universitas Sumatera Utara

5. Bai’ Al-Istishna, yaitu merupakan akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesanan (pembeli, mustashni) dan
penjual (pembuat, shani), transaksi ini dipakai untuk pembiayaan
konstruksi dan barang-barang manufaktur jangka pendek.
6. Al-Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Tujuan utama
pemberian suatu pembiayaan adalah mencari keuntungan, membantu
usaha nasabah dan membantu pemerintah.

2.4.4. Fungsi dan Tujuan BMT
Dalam perkembangannya perekonomian syariah di Indonesia dikatakan
cukup pesat. Tentunya BMT pun memiliki fungsi dan tujuannya sebagai lembaga
keuangan syariah.
1.

Fungsi BMT
a. Menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat.
b. Menciptakan dan memberikan likuiditas (sebagai alat pembayaran yang
sah).
c. Pemberi informasi tentang resiko, keuntungan dan peluang yang ada
pada setiap usaha.
d. Suatu lembaga keuangan mikro syariah yang dapat memberikan
pembiayaan pada UMKM.

32
Universitas Sumatera Utara

e. Meningkatkan kualitas SDM anggota maupun pengurus agar menjadi
lebih profesional.
f. Mengorganisasikan dan mobilisasi agar dana dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk masyarakat.
g. Mengembangkan kesempatan kerja.
h. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usahawan dan pasar produkproduk anggota.
2.

Tujuan BMT
a. Menjauhkan masyarakat dari riba (bunga). Hal ini biasa dilakukan
dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang islami,
misalnya mengadakan bukti transaksi, dilarang curang dalam menimbang
barang, jujur terhadap konsumen, dan sebagainya.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT aktif
menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro dengan melakukan
pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap
usaha-usaha nasabah atau masyarakat.

2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti
untuk memulai proses penelitian.
1.

Masitoh, (2010) tentang "Analisa Komparatif Terhadap Prosedur
Pengajuan Pembiayaan UKM Pada BMT Tamzis dan Bank Syariah
Mandiri". Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Prosedur

33
Universitas Sumatera Utara

pengajuan pembiayaan yang diterapkan Bank Syariah Mandiri (BSM)
untuk pembiayaan usaha kecil melalui proses permohonan pembiayaan
yang berisi data pendukung seperti legalitas pribadi atau usaha, laporan
keuangan usaha, data jaminan.
2.

Merry Safputri, (2004) tentang "Peranan PT.BPR Syariah Gebu Prima
Medan dalam Upaya Pengembangan Pengusaha Usaha Kecil dan
Menengah". Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Pihak
PT.BPR Syariah Gebu Prima Medan dapat bermanfaat bagi pihak bank
yang menerapkan prinsip syariah sebagai pedoman operasional guna
menghadapi persaingan antar bank semakin kompetitif.

3.

Nurul Widya Siska Usman, (2011) tentang "Analisis Pelaksanaan
Program Kemitraan Dalam Rangka Pemberdayaan UKM Di Kota Padang
( Studi kasus program kemitraan PT. SEMEN PADANG)". Dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa Pelaksanaan program kemitraan ini
bertujuan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh
dan mandiri melalui dukungan terhadap modal serta pelatihan sumber
daya manusia yang profesional dana terampil agar dapat mendukung
pemasaran dan kelanjutan usaha di masa depan.

2.6. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, lembaga keuangan mikro syariah yang akan diteliti
yaitu BMT. Salah satu BMT yang akan diteliti yaitu BMT Dirgantara. Penulis
meneliti mengenai peran BMT Dirgantara dalam pengembangan usaha mikro.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kerangka konseptual sebagai berikut :

34
Universitas Sumatera Utara

Kerangka Konseptual
Peranan
BMT Dirgantara
Perkembangan
BMT Dirgantara

Perbedaan Pendapatan UMKM
Sebelum dan Setelah Pembiayaan
BMT Dirgantara

Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual

2.7. Hipotesis
Hipotesis adalah uraian dari jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.berdasarkan
perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut :
H1 :
Ho

: Tidak terdapat perbedaan pendapatan UMKM di Batang Kuis sebelum
dan sesudah mendapat pembiayaan oleh BMT.

Ha

: Terdapat perbedaan pendapatan UMKM di Batang Kuis sebelum dan
sesudah mendapat pembiayaan oleh BMT.

H2 :
Ho

: Tidak terdapat perbedaan pendapatan UMKM di Batang Kuis antara
sebelum dan sesudah mendapat pembinaan oleh BMT.

Ha

: Terdapat perbedaan pendapatan UMKM di Batang Kuis sebelum dan
sesudah mendapat pembinaan oleh BMT.

35
Universitas Sumatera Utara