Analisis Usahatani Bunga Rosella Di Kabupaten Deli Serdang

(1)

SKRIPSI

LYANA HAPNI 050304044

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS USAHATANI BUNGA ROSELLA (

Hibiscus sabdariffa L)

DI KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

LYANA HAPNI 050304044

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat

guna memperoleh derajat sarjana pertanian

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(DR.Ir. Rahmanta Ginting, MSi) (Ir. Thomson Sebayang,

MT)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

Lyana Hapni (050304044/Agribisnis), dengan judul skripsi ”ANALISIS USAHATANI BUNGA ROSELLA DI KABUPATEN DELI SERDANG”, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dibawah bimbingan bapak DR.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai anggota komisi pembimbing.

Usahatani bunga rosella merupakan usahatani baru di Sumatera Utara, yang produksi utamanya adalah kelopak bunga rosella.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar biaya produksi bunga rosella, berapa besar pendapatan usahatani bunga rosella di Kabupaten Deli Serdang, untuk mengetahui pengaruh antara produksi, luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan petani bunga rosella, serta untuk mengetahui layak atau tidaknya usahatani ini untuk dikembangkan di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yakni Kabupaten Deli Serdang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus yaitu petani rosella yang terdapat didaerah penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Total biaya rata-rata usahatani rosella yang dikeluarkan petani mulai dari pengolahan lahan sampai panen sebesar Rp. 1.062.371,88 per petani dan Rp 7.834.318,60 per hektar. Pendapatan rata-rata bersih usahatani rosella didaerah penelitian sebesar Rp. 5.644.743,25 per petani dan Rp 40.071.712,87 per hektar. Luas lahan, jumlah tenaga kerja, harga pupuk secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani rosella. Akan tetapi secara parsial hanya luas lahan yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani. Usahatani rosella didaerah penelitian layak untuk dikembangkan dimana nilai R/C ratio yaitu sebesar 6,29.

Kata Kunci : Biaya Produksi, Pendapatan Bersih, R/C ratio


(4)

RIWAYAT HIDUP

LYANA HAPNI lahir di Padangsidimpuan pada tangga l0 Pebruari 1987, anak pertama dari empat bersaudara, putri dari Bapak Doli M Siregar dan Ibu Kholijah.

Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Umum dari SMU Negeri 1 Padangsidimpuan, dan pada tahun 2005 melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru, diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Sosial Pertanian Program Studi Agribisnis.

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP USU, Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Tahun 2009 penulis melaksakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Perrik Mbue Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, dan pada tahun yang sama, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kabupaten Deli Serdang.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun skripsi ini berjudu l ANALISIS USAHATANI BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) di KABUPATEN DELI SERDANG.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak DR.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Thomson Sebayang, MT sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar, dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman–teman penulis di Departemen Agibisnis stambuk 2005 telah banyak membantu dan memberi semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(6)

DAFTAR ISI

Hal.

RINGKASAN ... .i

RIWAYAT HIDUP ... .ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... Vii DAFTAR LAMPIRAN ... Viii PENDAHULUAN Pendahuluan ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian… ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEOR DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 14

Hipotesis Penelitian ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian. ... 17

Metode Penentuan Sampel ... 17

Metode Pengumpulan Data ... 18

Metode Analisis Data ... 19

Defenisi dan Batasan Operasional... 22

Defenisi. ... 22

Batasan Operasional... 23

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Letak Geografi, Batas, dan Luas Wilayah ... 24

Penggunaan Tanah ... 27

Keadaan Penduduk ... 28

Perekonomian ... 31

Sarana dan Prasarana ... 33

Karakteristik Petani Sampel dan Pedagang Sampel ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan Kegiatan Budidaya Bunga Rosella ... 35

Pengolahan Lahan ... 35

Pemberian Pupuk Kandang ... 35

Penanaman ... 36

Pemeliharaan ... 36

Penyiraman ... 36

Penyiangan ... 36

Pemupukan Susulan ... 37


(7)

Pemanenan ... 38

Biaya Usahatani Bunga Rosella ... 40

Biaya Tetap ... 40

Biaya Tidak Tetap ... 41

Pendapatan Usahatani Bunga Rosella ... 43

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga Rosella ... 44

Secara Serempak... 45

Secara Parsial ... 45

Kelayakan Usahatani Bunga Rosella ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 53


(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal. 1. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Kelopak Rosella Basah

Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2008 ... 4 2. Data Populasi Petani Bunga Rosella di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008 ... 18 3. Distribusi Penggunaan Tanah di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2007 ... 27 4. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 ... 29 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 ... 30 6. Distribusi Penduduk Jenis Mata Pencaharian

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 ... 32 7. Sarana dan Prasarana, di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 ... 33 8. Karaketristik Petani Sampel, di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 34 9. Total Biaya Tetap Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 40 10. Total Biaya Tidak Tetap Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella,

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 41 10. Total Rataan Pendapatan Bersih per Hektar dan per Bulan per Musim

Usahatani Bunga Rosella, di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 43 11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Bunga Rosella

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 44 12. Kelayakan Usahatani Bunga Rosella, Tahun 2009 ... 47


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran... 15 2. Lahan Rosella Siap Panen ... 38 3. Proses Pemanenan Rosella ... 39


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Karakteristik Petani Sampel ... 53

2. Biaya Penggunaan Benih Per Petani dan Per Hektar ... 54

Per Musim Tanam 3. Biaya Penggunaan Pupuk dan Obat-Obatan Per Musim Tanam ... 55

3a. Penggunaan Pupuk dan Obat-Obatan Per Petani ... 55

3b Penggunaan Pupuk dan Obat-Obatan Per Hektar ... 57

4. Biaya Bahan Pendukung (Karung Plastik) Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam ... 59

5. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Bunga Rosella Per Musim Tanam...60

5a. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Bunga Rosella Per Petani ... 60

5b. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Bunga Rosella Per Hektar ... 62

6. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Bunga Rosella Per Musim Tanam... 6a. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Bunga Rosella Per Petani ... 64

6b. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Bunga Rosella Per Hektar ... 65

7. Biaya Penyusutan Peralatan Per Musim Tanam ... 66

7a. Penyusutan Peralatan Per Petani ... 66

7e. Total Biaya Penyusutan ... 70

8. Total Biaya Produksi Usahatani Bunga Rosella Per Musim Tanam ... 71

8a. Total Biaya Produksi Usahatani Bunga Rosella Per Petani ... 71

8b. Total Biaya Produksi Usahatani Bunga Rosella Per Hektar ... 72

9. Total Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan nilai R/C Usahatani Bunga Rosella Per Musim Tanam 9a. Total Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih dan nilai R/C Usahatani Bunga Rosella Per Petani ... 73

9b. Total Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih dan nilai R/C Usahatani Bunga Rosella Per hektar ... 74

10. Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga Rosella ... 7


(11)

RINGKASAN

Lyana Hapni (050304044/Agribisnis), dengan judul skripsi ”ANALISIS USAHATANI BUNGA ROSELLA DI KABUPATEN DELI SERDANG”, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dibawah bimbingan bapak DR.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai anggota komisi pembimbing.

Usahatani bunga rosella merupakan usahatani baru di Sumatera Utara, yang produksi utamanya adalah kelopak bunga rosella.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar biaya produksi bunga rosella, berapa besar pendapatan usahatani bunga rosella di Kabupaten Deli Serdang, untuk mengetahui pengaruh antara produksi, luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan petani bunga rosella, serta untuk mengetahui layak atau tidaknya usahatani ini untuk dikembangkan di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yakni Kabupaten Deli Serdang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus yaitu petani rosella yang terdapat didaerah penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Total biaya rata-rata usahatani rosella yang dikeluarkan petani mulai dari pengolahan lahan sampai panen sebesar Rp. 1.062.371,88 per petani dan Rp 7.834.318,60 per hektar. Pendapatan rata-rata bersih usahatani rosella didaerah penelitian sebesar Rp. 5.644.743,25 per petani dan Rp 40.071.712,87 per hektar. Luas lahan, jumlah tenaga kerja, harga pupuk secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani rosella. Akan tetapi secara parsial hanya luas lahan yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani. Usahatani rosella didaerah penelitian layak untuk dikembangkan dimana nilai R/C ratio yaitu sebesar 6,29.

Kata Kunci : Biaya Produksi, Pendapatan Bersih, R/C ratio


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akhir-akhir ini upaya pengembangan tanaman hortikultura mendapat perhatian besar dari pemerintah. Tanaman hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, dan tanaman obat-obatan. Tanaman hortikultura ini telah terbukti sebagai komoditi yang dapat dipakai sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian, serta merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi, dan potensi serapan pasar di dalam negeri maupun pasar internasional yang terus meningkat (Soekartawi, 1996).

Pertanian hortikultura bukan saja mampu meningkatkan pendapatan petani di daerah produsen, tetapi pertanian hortikultura ini juga mampu untuk menyerap banyak tenaga kerja, memunculkan industri baru, serta nilai tambah, sehingga pertanian hortikultura diyakini dapat dijadikan sebagai sumber pertumbuhan di sektor pertanian (Soekartawi, 1996).

Pemakaian tanaman herbal atau obat-obatan dalam dekade terakhir ini semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami pengolahan apapun) yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, dan kulit batang. Dan secara resmi pemakaian tanaman herbal telah dianjurkan oleh praktisi di dunia kesehatan, bahkan Menteri Kesehatan juga mengeluarkan himbauan agar dokter menggunakan obat asli Indonesia berupa


(13)

obat tradisional yang berasal dari tanaman obat atau herbal (Syukur dan Hernani, 2001).

Salah satu jenis tanaman herbal yang dibudidayakan saat ini adalah tanaman rosella. Tanaman rosella yang awalnya banyak ditemukan sebagai tanaman pagar dan bahkan hanya dianggap sebagai tanaman liar yang tidak memiliki nilai ekonomis. Umumnya masyarakat lebih mengenal rosella sebagai tanaman penghasil serat karung goni (Wiguna, 2007).

Belakangan ini, tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) semakin populer di Indonesia dan sekarang ini kelopak rosella dibuat sebagai bahan minuman yang dikenal sebagai Teh Rosella. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan, ternyata rosela berguna untuk pencegahan berbagai penyakit. Secara tradisional, tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk mengatasi batuk, lesu, demam, dan gusi berdarah. Kelopak rosella dapat dijadikan sebagai penyejuk (astringent), menurunkan kadar penyerapan alkohol, menurunkan kadar kolesterol dalam darah, asam urat, tonik (Agums, 2008).

Di Amerika dan Eropa, rosella digunakan sebagai pewarna makanan, sebagai pembuatan warna alami pakaian, sebagai perasa dalam membuat anggur rosella, dan juga dijadikan sebagai bahan minuman. Sehingga saat ini rosella banyak menarik perhatian perusahaan makanan dan minuman serta pemerhati kesehatan. Hal ini disebabkan rosella dimanfaatkan sebagai produk alami dan sebagai pengganti bahan pewarna sintetik (Mardiah dkk, 2009).

Di Sumatera Utara tanaman rosella diketahui sebagai tanaman baru. Padahal tanaman ini telah banyak tumbuh secara liar dan lebih dikenal sebagai Asam Paya atau Asam Susur dibeberapa daerah di Sumatera Utara. Pemanfaatan


(14)

rosella hanya digunakan sebagai bumbu dapur oleh masyarakat pedesaan, salah satunya sebagai asam sayur dan gulai.

Usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini terbukti dari adanya permintaan pasar luar negeri terhadap rosella kering pada tahun 2007, terutama negara Malaysia sekitar 15 ton per tahun. Dan untuk memenuhi permintaan tersebut Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 5 ton sampai 8 ton per tahun. Ini dikarenakan petani bunga rosella masih terbatas (Wiguna, 2007).

Berdasarkan hasil riset pasar Amerika tahun 1998, total permintaan AS dan Jerman untuk rosella kering berturut-turut sebesar 5 ton dan 10 ton. Sampai saat ini permintaan terus meningkat untuk negara Amerika dan Eropa, sehingga usahatani bunga rosella perlu dikembangkan. Negara pengekspor utama tanaman ini adalah Cina, Meksiko, India, Thailand, dan Peru (Mardiah dkk, 2009).

Berdasarkan keterangan Kamar Dagang dan Indusri Sumatera Utara (KADINSU), daerah produsen bunga rosella di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008, berada di daerah Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Langkat, dan Tanah Karo, yang merupakan daerah binaan KADINSU. Berikut data luas lahan, produksi dan produktivitas bunga rosella binaan KADINSU di Sumatera Utara tahun 2008.


(15)

Tabel 1. Luas lahan, Produksi, dan Produktivitas Kelopak Bunga Rosella Basah Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

No Kabupaten/Kota Luas Produksi Produksi Produktivitas

Lahan Basah Kering Basah

(Ha) (Ton) (Ton) (Ton/Ha)

1 Simalungun - - - -

2 Karo 1 2,8 0,233 2,8

3 Tapanuli Utara - - - -

4 Dairi - - - -

5 Humbang Hasundutan - - - -

6 Medan - - - -

7 Langkat 4 12,8 1,067 3,2

8 Deli Serdang 3 10,5 0,875 3,5

9 Asahan - - - -

10 Labuhan Batu - - - -

11 Tapanuli Tengah - - - -

12 Tapanuli Selatan - - - -

13 Nias - - - -

14 Tebing Tinggi - - - -

15 Tanjung Balai - - - -

16 Binjai - - - -

17 Pematang Siantar - - - -

18 Tobasa - - - -

19 Sibolga - - - -

20 Madina - - - -

21 Padang Sidempuan - - - -

22 Pak-Pak Bharat - - - -

23 Samosir - - - -

24 Serdang Bedagai 2 6,0 0,5 3,0

25 Nias Selatan - - - -

26 Padang Lawas Utara - - - -

27 Padang Lawas - - - -

28 Batubara - - - -

Jumlah 10 32,1 2,675 12,5

Sumber : Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara

Dari Tabel 1 di atas yang bersumber dari Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara (KADINSU), diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah produsen yang memiliki produktivitas bunga rosella dalam bentuk basah yang paling tinggi yaitu 3,5 Ton per Ha dengan luas lahan 3 Ha. Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang relatif tepat untuk dijadikan daerah pengembangan tanaman bunga rosella. Dan berdasarkan keterangan Kamar Dagang dan Indusri Sumatera Utara


(16)

(KADINSU) serta Tabel di atas, KADINSU telah mengekspor sebanyak 2 ton bunga rosella kering yang dikemas, ke Negara Malaysia. Menurut KADINSU usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Sumatera Utara, hal ini dibuktikan dari permintaan luar negeri.

Usahatani bunga roselladapat menjadi andalan sumber ekonomi baru bagi masyarakat sehingga meningkatkan pendapatan petani di Sumatera Utara, karena tanaman rosella dapat dijadikan berbagai olahan produk baik makanan maupun minuman, bahan baku obat tradisional, serta batang bunga rosella juga dapat diproses menjadi tali dan goni.

Dari berbagai uraian peluang tadi, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan analisis terhadap usahatani bunga rosella di Kabupaten Deli Serdang. Disamping itu, sepanjang diketahui di daerah ini juga belum ada yang meneliti tentang analisis usahatani tanaman bunga rosella karena tanaman ini merupakan tanaman baru yang dibudidayakan di daerah ini.


(17)

Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Berapa besar biaya produksi usahatani bunga rosella di daerah penelitian? 2) Berapa besar pendapatan bersih usahatani bunga rosella di daerah penelitian? 3) Bagaimana pengaruh antara luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk

terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian?

4) Apakah usahatani bunga rosella di daerah penelitian layak untuk dikembangkan?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk menghitung seberapa besar biaya produksi usahatani bunga rosella di daerah penelitian.

2) Untuk menghitung seberapa besar pendapatan bersih usahatani bunga rosella di daerah penelitian.

3) Untuk menganalisis pengaruh antara luas lahan jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian


(18)

Kegunaan Penelitian

Hasil analisis usahatani bunga rosella ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1) Bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengusahakan bunga rosella dalam

mengembangkan usahataninya.

2) Bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik pihak akademis dan non-akademis.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang alamiah dan aman, dengan kata lain masyarakat telah kembali ke obat tradisional atau herbal. Ini dikarenakan obat kimia mudah terakumulasi dan skurang efektif untuk penyakit tertentu (Syukur dan Hernani, 2001).

Di Indonesia nama rosella sudah dikenal sejak tahun 1922, dimana rosella telah tumbuh subur secara liar disepanjang lintasan kereta api Indramayu, Jawa Barat, terutama di musim hujan terlihat hamparan kelopak bunga kuning dan merah rosella yang bermekaran. Tanaman ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu : (i) Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela berkelopak bunga kuning yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku pulp dan karung goni; dan (ii) Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosela berkelopak bunga merah yang kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil kelopak bunga, yang digunakan sebagai tanaman herbal (Wiguna, 2007).

Hampir seluruh bagian, terutama kelopak bunga, biji, daun dan akar tanaman rosella bermanfaat sebagai obat dan perawatan kesehatan tubuh. Kandungan Vitamin C yang tinggi dibandingkan buah-buahan seperti jeruk, apel, papaya, dan jambu biji. Kelopak bunga rosella mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit dan sebagai antioksidan (Agums, 2008).


(20)

Tanaman rosella dapat tumbuh secara optimal pada ketinggian 0-900 m dpl, tetapi rosella tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian

0-500 m dpl baik itu pada tanah regosol, aluvial, dan latosol dengan tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan pH 6-7. Pertumbuhan Rosella dapat optimal di kisaran 20-34 derajat celcius, dengan lahan terbuka yang memiliki curah hujan cukup dan dengan kelembaban 60-75%. Kebutuhan air pada tanaman muda cukup tinggi, sedangkan pada tanaman dewasa yang berbunga, relatif sedikit (Sinar Tani, 2009).

Hujan atau kelembaban dan pengairan yang tinggi selama masa panen dapat menurunkan kualitas kelopak bunga dan menurunkan produksi. Selain itu, tanaman menjadi mudah rebah karena keberatan buah, karena itu tanaman perlu disangga dengan bambu atau kayu. Tingginya juga mencapai 3-5 m rosella yang memiliki irigasi mengahasilkan jumlah kelopak yang lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak diberi air irigasi (Mardiah dkk, 2009).

Umumnya bunga rosella ditanam secara monokultur. Populasi per hektarnya mencapai 4,445 hingga 8,334 pohon. Benih yang diperlukan untuk lahan 1 hektar berkisar kira-kira 400 gr. Satu pohon dapat menghasilkan 2 sampai 4 kg kelopak bunga rosella basah (Yeni, 2007).

Pemupukan bunga rosella dilakukan ketika tanaman berumur 3, 7, dan 8 bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos atau pupuk kandang dan kemudian diikuti dengan pupuk buatan. Dinas Pertanian Jawa Timur (2005) merekomendasikan dosis pemupukan 300 kg urea per ha, 150 kg NPK per ha, 150 kg KCL per ha, dan pupuk kandang dengan dosis 10-20 ton/ha. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara biopestisida (organik), misalnya untuk


(21)

mengatasi kutu daun dan serangan belalang disemprotkan cairan tembakau dan bawang putih (Maryani dan Kristiana, 2005).

Produksi rosella sekitar 2-3 ton/ha kelopak segar tanpa biji atau 200-375 kg/hektar kelopak rosella kering, dan biji kering 2-3 kali bobot kelopak. Harga kelopak bunga rosella juga cukup tinggi, untuk kelopak basah dijual dengan harga Rp 4.500-6.000/kg, sedangkan kelopak bunga rosella kering dijual dengan harga Rp 175.00-200.000/kg. Di negara Jepang, khususnya wilayah Okinawa sudah dimulai dibuat produk diversifikasi berbahan baku rosella untuk makanan dan

minuman kesehatan seperti mie instan, teh, jus, dan sari buah rosella (Maryani dan Kristiana, 2005).

Landasan Teori

Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang maksimal (Suratiyah, 2006).

Di dalam proses produksi usahatani untuk menghasilkan suatu produk dapat dipengaruhi oleh satu atau beberapa faktor. Adapun faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti modal, tanah, tenaga kerja, bibit, dan pupuk.

Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan petani (Prawirokusumo, 1990).

Faktor produksi modal sangat diperlukan. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Dengan kata lain, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan. Kekurangan modal menyebabkan


(22)

kurang masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002).

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang tahan lama dan dapat dipakai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Luas lahan yang diusahakan petani akan mempengaruhi pendapatan, dimana semakin luas lahan yang diusahakan maka hasil produksi akan semakin besar. Tingkat hasil produksi yang

diperoleh adalah salah satu faktor dari pendapatan (Tjakrawiralaksana danSoeriaatmadja, 1993).

Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja manusia yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan usahatani yang dihitung dalam satuan HKP (Hari Kerja Pria) baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja untuk mengolah usahatani tidak konstan tetapi tergantung pada berbagai faktor seperti jenis tanah, cara pengairan dan jenis tanaman (Rahim dan Hastuti, 2007).

Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani umumnya diukur dengan jumlah “hari”. Mengenai lamanya bekerja dalam satu hari tersebut terdapat variasi antara daerah satu dengan yang lainnya, kerena adanya perbedaan kebiasaan dan kondisi setempat. Walaupun dalam kenyataan kita mempunyai tiga jenis tenaga kerja namun dalam analisa usahatani berbagai jenis kerja tersebut biasanya dinyatakan dalam satu jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja pria. Konversi tenaga kerja yang sering dipakai adalah satu tenaga wanita dewasa setara dengan 0,8 tenaga kerja pria dewasa, dan satu tenaga kerja anak-anak setara dengan 0,5 tenaga pria dewasa (Tjakrawiralaksana danSoeriaatmadja, 1993).


(23)

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah usahanya dalam mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007).

Biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu: (a) Biaya tetap; (b) Biaya tidak tetap. Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode (Suratiyah, 2006).

Menurut Suratiyah (2006) pendapatan dan biaya usahatani ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersedian sarana produksi. Ketersedian sarana produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak tersedia maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi tersebut, demikian juga dengan harga sarana produksi misalnya harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau akan mempengaruhi biaya dan pendapatan.


(24)

Untuk menganalisa imbangan penerimaan dan biaya, metode yang digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C), R/C bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Analisa ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah penerimaan (Tjakrawiralaksana danSoeriaatmadja, 1993).

Jika R/C Ratio > 1, maka usahatani yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usahatani tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan, sedangkan bila R/C Ratio = 1, maka cabang usahatani ini tidak rugi dan juga tidak untung (Soekartawi, 1995).

Kerangka Pemikiran

Petani merupakan individu yang melakukan suatu kegiatan usahatani, dalam hal ini adalah usahatani bunga rosella. Usahatani bunga rosella adalah usahatani yang memproduksi kelopak bunga rosella sebagai komoditas utama didalam usaha. Dalam mengusahakan bunga rosella ini petani menggunakan faktor produksi. Ketersediaan faktor produksi akan berpengaruh pada proses produksi dan hasil produksi. Adapun faktor produksi yang digunakan dalam usahatani bunga rosella ini berupa lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, obat-obatan. Produksi bunga rosella dinyatakan dalam satuan kg atau ton.

Penerimaan usahatani dipengaruhi harga jual produk di pasar, dimana penerimaan yang diterima oleh petani dari usahatani bunga rosella adalah perkalian antara produksi fisik yang berupa kelopak bunga rosella dengan harga


(25)

jual. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan seluruh total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi mulai dari penanaman hingga kegiatan panen dalam satu periode kegiatan produksi. Pendapatan ini akan digunakan petani untuk kelanjutan usahataninya sebagian lagi digunakan petani untuk usaha lainnya.

Dalam menjalankan usahatani ini, petani bunga rosella perlu mengetahui layak atau tidaknya usahatani ini diusahakan dan dikembangkan maka dilakukan analisis kelayakan usahatani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:


(26)

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan

= Mempengaruhi

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Faktor Produksi:

1. Lahan 2. Tenaga Kerja 3. Bibit

4. Pupuk 5. Obat-obatan

Proses Produksi

Penerimaan Usahatani Biaya Produksi

Produksi

Pendapatan Bersih Usahatani Bunga Rosella R/C

Harga Jual Usahatani Bunga Rosella

Faktor Yang Mempengaruhi 1.Luas Lahan

2.Jumlah Tenaga kerja 3.Harga Pupuk


(27)

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1) Pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian tinggi.

2) a. Ada pengaruh positif dari luas lahan terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian.

b. Ada pengaruh positif dari jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian.

c. Ada pengaruh negatif dari harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian.


(28)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Deli Serdang yang mencakup Kecamatan Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan, dan Kecamatan Pagar Merbau dengan pertimbangan daerah ini merupakan salah satu sentra produksi bunga rosella (dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2) serta daerah yang memiliki produktivitas rosella basah yang paling tinggi dibandingkan dengan Kabupaten lain di Sumatera Utara.

Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Metode Sensus. Menurut Supranto (2003) metode sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi dengan jumlah sedikit. Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikunto (1998) yakni:” jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Jika subjeknya besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih”.

Populasi adalah petani yang menanam bunga rosella yang berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, Batang Kuis, dan Kecamatan Pagar Merbau. Dalam penelitian ini, populasi sekaligus dijadikan sampel sehingga metode yang digunakan adalah metode sensus, dengan mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Jumlah sampel dapat dilihat pada Tabel berikut:


(29)

Tabel 2. Data Populasi Petani Bunga Rosella di Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Desa Populasi Sampel

Tanjung Morawa Dalu 10 A 3 3

Dalu 10 B 5 5

Wonosari 2 2

Bandar Labuhan 2 2

Buntu Menimbar 2 2

Percut Sei Tuan Kampung Kolam 6 6

Laut Dendang 2 2

Batang Kuis Tumpatan Nibung 1 1

Lubuk Pakam Jati Sari I 2 2

Pagar Merbau Perbarakan 1 1

Jumlah 26 26

Sumber : Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara, 2008

Dari Tabel 2 diketahui bahwa ada 26 petani rosella di Kabupaten Deli Serdang. Petani ini merupakan petani binaan KADINSU, dan yang pertama kali melakukan usahatani bunga rosella di Kabupaten Deli Serdang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung kepada petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara (Kadinsu) serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.


(30)

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, digunakan analisis perhitungan biaya yaitu

dengan rumus : TC= TFC + TVC

Keterangan:

TC = Total Biaya (Rp) TFC = Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Rp) (Suratiyah, 2006).

Untuk identifikasi masalah 2 pada hipotesis (1), digunakan analisis perhitungan pendapatan usahatani dengan rumus sebagai berikut;

Pd = TR-TC Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp) (Rahim danHastuti, 2007).

Dengan ketentuan: pendapatan usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan usahatani per bulan lebih tinggi dari Upah Mínimum Provinsi (UMP)

Untuk identifikasi masalah 3 pada hipotesis (2), dianalisis dengan Metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan Model Penduga Regresi Linear Berganda dengan alat bantu SPSS, dengan model persamaan sebagai berikut:

Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + u Dimana:

Y : Pendapatan petani (Rp)

X1 : Luas Lahan (Ha)


(31)

X3 : Harga Pupuk (Rp)

ao : Konstanta yang disebut koefisien intercept yang mencerminkan pengaruh alami terhadap Y. b1,b2,b3 : Konstanta yang disebut dengan koefisien regresi, yang

mencerminkan pengaruh X terhadap Y.

ui : Error yang mencerminkan penyimpangan yang terjadi akibat keragaman pengukuran maupun keragaman kondisi. (Nachrowi danUsman, 2005).

Untuk mengetahui apakah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk, secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap pandapatan (Y) maka digunakan uji F.

Kriteria Uji:

Jika F- hitung ≤ F-tabel maka Ho diterima atau H1 ditolak Jika F- hitung > F-tabel maka Ho ditolak atau H1 diterima

Untuk mengetahui apakah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk, secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap pandapatan (Y) maka digunakan uji-t.

Kriteria uji:

T-hitung ≤ t- tabel maka Ho diterima atau H1 ditolak T-hitung > t- tabel maka Ho ditolak atau H1 diterima Keterangan:

Ho = 0 Tidak ada pengaruh positif yang signifikan dari luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan bersih usahatani.

H1 ≠ 0 Ada pengaruh positif yang signifikan dari luas lahan, jumlah tenaga

kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan bersih usahatani (Sudjana, 2005).


(32)

Untuk identifikasi masalah 4 pada hipotesis (3), digunakan dengan analisis Return Cost Ratio (Rasio R/C) atau yang dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

TR R/C =

TC

(Py.Y) R/C =

(TFC+TVC)

Keterangan: Ketentuan :

R/C = Return Cost Ratio Jika R/C= 1 (usaha layak impas) TR = Penerimaan (Rp) Jika R/C > 1 (usaha layak) Y = Output (Kg) Jika R/C < 1 (usaha tidak layak) FC = Biaya tetap (Rp)

VC = Biaya variabel (Rp) (Soekartawi, 1995)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertiaan tentang istilah- istilah yang terdapat pada usulan penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Usahatani bunga rosella adalah suatu usaha yang tersusun dari kombinasi faktor produksi berupa modal, lahan, alam tenaga kerja, bibit, pupuk, obat-obatan yang ditujukan untuk proses produksi kelopak bunga rosella.

2. Produksi usahatani bunga rosella adalah kelopak bunga rosella basah yang dihasilkan oleh petani yang dihitung dalam ukuran kg atau ton.


(33)

3. Tenaga kerja yang ada dalam usahatani bunga rosella di daerah penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga

4. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani bunga rosella selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan, baik itu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

5. Harga pupuk adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani bunga rosella untuk memperoleh pupuk/kg di daerah penelitian

6. Luas lahan yang diusahakan adalah lahan yang diusahakan atau digarap untuk usahatani bunga rosella yang diukur dalam satuan ha.

7. Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan petani dalam proses usahatani bunga rosella.

8. Penerimaan usahatani adalah total produksi kelopak bunga rosella yang dihasilkan dari usahatani bunga rosella selama masa produksi yang dihitung dalam satuan rupiah.

9. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani bunga rosella dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani bunga rosella.

Batasan Operasional

a. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Percut Sei-Tuan, Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

b. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009.

c. Petani adalah petani yang mengusahakan usahatani bunga rosella basah serta yang telah pernah panen selama kurun waktu penelitian.


(34)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK USAHATANI

Deskripsi Daerah Penelitian Kecamatan Tanjung Morawa

Kecamatan Tanjung Morawa berada di Kabupaten Deli Serdang, dengan luas wilayah 13.175 Ha dan berada pada ketinggian ± 0-40 meter diatas permukaan laut (mdpl). Kecamatan ini memiliki curah hujan 3-4 mm/tahun, serta suhu udara 23-33 °C. Secara administratif Kecamatan Tanjung morawa memiliki batas-batas wilayah sebagi berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Beringin

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan Pagar Merbau

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan Percut Sei Tuan, dan Kota Medan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir

Kecamatan Lubuk Pakam

Kecamatan Lubuk Pakam memiliki luas wilayah 311 Ha, dengan ketinggian tempat 0-8 meter di atas permukaan laut, serta beriklim sedang. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Lubuk Pakam secara administratif sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beringin


(35)

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau

Kecamatan Batang Kuis

Kecamatan ini memiliki luas wilayah 4.034 Ha, dan berada pada ketinggian 4-30 meter diatas permukaan laut. Suhu udara di Kecamatan Batang Kuis 22,4-32°C, serta curah hujan 1821 mm/tahun. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Batangkuis sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa

Kecamatan Percut Sei Tuan

Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki luas wilayah 19.079 Ha, dan berada pada ketinggian 0-20 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batangkuis dan Pantai Labu

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli dan Pantai Labu


(36)

Kecamatan Pagar Merbau

Kecamatan Pagar Merbau memiliki luas wilayah 6.289 Ha, kecamatan ini beriklim sedang. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pagar Merbau secara administratif sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan Kabapaten Serdang Bedagai

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Galang

Penggunaan Tanah

Luas daerah penelitian keseluruhan (Kecamatan Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau) adalah 45.696 Ha. Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:


(37)

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Tj.Morawa, Lubuk Pakam, Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau

Kecamatan Jenis Penggunaan Tanah Luas Lahan (Ha) Persentasi(%)

Tanjung Morawa 1. Sawa 2807 21.31

2. Tegalan/ladang 75 0.57

3. Perkebunan besar 3256 24.71

4. Perkebunan rakyat 4378 33.23

5. Rawa-raw - -

6. Tambak/kolam - -

7. Pemukiman 1416 10.75

8. Tanah wakaf - -

9. Lainya 1243 9.43

Total 13175 100

Lubuk Pakam 1. Sawa 993 31.84

2. Tegalan/ladang - -

3. Perkebunan besar 437.38 14.02

4. Perkebunan rakyat - -

5. Rawa-raw - -

6. Tambak/kolam - -

7. Pemukiman 1662.82 53.31

8. Tanah wakaf 25.80 0.83

9. Lainya - -

Total 3119 100

Batang Kuis 1. Sawa 1025 25.16

2. Tegalan/ladang 257 6.37

3. Perkebunan besar 2061 51.09

4. Perkebunan rakyat - -

5. Rawa-rawa 59 1.46

6. Tambak/kolam 4 0.10

7. Pemukiman 600 14.87

8. Tanah wakaf - -

9. Lainya 38 0.94

Total 4034 100

Percut Sei Tuan 1. Sawa 1741 9.13

2. Tegalan/ladang 1194 6.26

3. Perkebunan besar 5976 31.32

4. Perkebunan rakyat 873 4.58

5. Rawa-rawa - -

6. Tambak/kolam - -

7. Pemukiman 8358 43.81

8. Tanah wakaf - -

9. Lainya 937 4.91

Total 19079 100

Pagar Merbau 1. Sawa 1842 29.29

2. Tegalan/ladang - -

3. Perkebunan besar - -

4. Perkebunan rakyat 342 5.43

5. Rawa-rawa - -

6. Tambak/kolam - -

7. Pemukiman 3999 63.59

8. Tanah wakaf 106 1.69

9. Lainya - -

Total 6289 100


(38)

Dari keterangan Tabel 3 di atas diketahui bahwa penggunaan tanah dapat dibagi menjadi areal persawahan, tegalan, perkebunan, pemukiman, tambak, rawa-rawa, tanah wakaf, dan lain-lainnya. Di Kecamatan Tanjung Morawa penggunaaan lahan paling tinggi adalah untuk perkebunan rakyat dengan persentase 33,23%, di Kecamatan Lubuk Pakam penggunaan lahan paling tinggi adalah untuk pemukiman dengan persentase 53,31%. Sedangkan penggunaan lahan di Kecamatan Batang Kuis yang paling tinggi adalah untuk lahan perkebunan besar 51,09%, dan untuk penggunaan lahan paling tinggi di Kecamatan Percut Sei Tuan dan Pagar Merbau adalah lahan pemukiman dengan persentasi 43,81% serta 63,59%.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau sebanyak 686.004 jiwa, yang terdiri dari 344.921 jiwa laki-laki dan 317.979 jiwa perempuan.

Distribusi penduduk menurut suku bangsa di Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, Pagar Merbau dapat dilihat pada Tabel di berikut ini:


(39)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Tj.Morawa, Lubuk Pakam, Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau

Kecamatan Suku Bangsa Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentasi(%)

Tanjung Morawa 1.Jawa 104340 59.38

2. Melayu 23999 13.66

3. Karo 9570 5.45

4.Simalungun 5133 2.92

5. Toba 1024 6.27

6. Mandailing 9589 5.46

7. Minang 2925 0.70

8. Aceh 1236 1.67

9. Lainnya 7887 4.49

Total 175703 100

Lubuk Pakam 1.Jawa 66923 39.63

2. Melayu 4203 4.54

3. Karo 3389 3.66

4.Simalungun 3827 4.13

5. Toba1 23217 25.08

6. Mandailing 4535 4.90

7. Minang 3704 4.00

8. Aceh 11879 1.28

9. Lainnya 11825 1.28

Total 92579 100

Batang Kuis 1.Jawa 32839 65.89

2. Melayu 9355 18.77

3. Karo 367 0.74

4.Simalungun 563 1.13

5. Toba 2952 5.92

6. Mandailing 779 1.56

7. Minang 348 0.07

8. Aceh 206 0.41

9. Lainnya 2428 4.88

Total 49837 100

Percut Sei Tuan 1.Jawa 210289 63.07

2. Melayu 26739 8.02

3. Karo 9597 2.88

4.Simalungun 5675 1.70

5. Toba 20975 6.29

6. Mandailing 27382 8.21

7. Minang 9472 2.84

8. Aceh 2475 0.74

9. Lainnya 20820 6.24

Total 333424 100

Pagar Merbau 1.Jawa 29387 85.28

2. Melayu 293 0.85

3. Karo 792 2.30

4.Simalungun 586 1.70

5. Toba 2447 7.10

6. Mandailing 856 2.48

7. Minang 89 0.26

8. Aceh 11 0.03

9. Lainnya - -

Total 34461 100


(40)

Dari Tabel 4 dapat dilihat ada 9 suku yang terdapat di daerah penelitian, dimana suku yang paling banyak di ke-5 kecamatan adalah suku jawa yakni di Kecamatan Tanjung Morawa sebesar 59,38%, di Lubuk Pakam sebesar 39,63%, di Kecamatan Batang Kuis sebesar 65,89%, di Percut Sei Tuan sebesar 63,07%, dan di Kecamatan Pagar Merbau sebesar 85,28%.

Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan formal di Kecamatan Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau diperlihatkan pada Tabel berikut:


(41)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kecamatan Tj.Morawa, Lubuk Pakam, Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau

Kecamatan Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentasi(%)

Tanjung Morawa 1. Belum Sekolah 5631 3.20

2. Tidak Tamat SD 45891 2.12

3. Tamat SD 60226 34.28

4. Tamat SMP 38636 21.99

5. Tamat SMU 20513 11.67

6. Diploma 3769 2.15

7. Sarjana 1037 0.59

Total 175703 100

Lubuk Pakam 1. Belum Sekolah 3287 3.55

2. Tidak Tamat SD 7436 8.03

3. Tamat SD 23197 25.06

4. Tamat SMP 23026 24.87

5. Tamat SMA 21811 23.56

6. Diploma 12847 13.88

7. Sarjana 975 1.05

Total 92579 100

Batang Kuis 1. Belum Sekolah 8290 17.62

2. Tidak Tamat SD 9808 20.84

3. Tamat SD 10765 22.88

4. Tamat SMP 8382 17.81

5. Tamat SMA 7552 16.05

6. Diploma 1390 2.95

7. Sarjana 872 1.85

Total 49837 100

Percut Sei Tuan 1. Belum Sekolah 28663 8.60

2. Tidak Tamat SD 39953 11.98

3. Tamat SD 85180 25.25

4. Tamat SMP 69560 20.86

5. Tamat SMA 64925 19.47

6. Diploma 29716 8.91

7. Sarjana 15427 4.63

Total 333424 100

Pagar Merbau 1. Belum Sekolah 2895 8.40

2. Tidak Tamat SD 8058 23.38

3. Tamat SD 8189 23.76

4. Tamat SMP 7221 20.95

5. Tamat SMA 5805 16.85

6. Diploma 1365 3.96

7. Sarjana 928 2.69

Total 34461 100

Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2007

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di lima Kecamatan menamatkan pendidikan SD, di Tanjung Morawa dengan persentase 34,28%, di Lubuk Pakam persentasinya sebesar 25,06%. Sedangkan di Kecamatan Batangkuis sebesar 22,88%, dan di Percut Sei Tuan sebesar 25,25%. Dan di Kecamatan Pagar Merbau sebesar 23,76%.


(42)

Perekonomian Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, Pagar Merbau

Adapun distribusi pennduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, Pagar Merbau dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Kecamatan Tj.Morawa,

Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau

Kecamatan Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentasi(%)

Tanjung Morawa 1. PNS/ABRI 3117 7.00

2. Karyawan Perkebunan 301 0.67

3. Karyawan Swasta 26099 58.62

4. Pedagang 2115 4.75

5. Petani 8924 20.04

6. Lainnya 3965 8.91

Total 44521 100

Lubuk Pakam 1. PNS/ABRI 1796 8.56

2. Karyawan Perkebunan 5756 27.49

3. Karyawan Swasta 571 2.73

4. Pedagang 2330 11.13

5. Petani 5978 28.55

6. Lainnya 4508 21.53

Total 20939 100

Batang Kuis 1. PNS/ABRI 978 2.84

2. Karyawan Perkebunan 18387 53.48

3. Karyawan Swasta 769 2.24

4. Pedagang 1287 3.74

5. Petani 12795 37.22

6. Nelayan 25 0.07

7. Lainnya 137 0.04

Total 34378 100

Percut Sei Tuan 1. PNS/ABRI 4095 7.49

2. Karyawan Perkebunan 2414 4.42

3. Karyawan Swasta 26865 49.16

4. Pedagang 2876 5.26

5. Petani 13474 24.66

6. Lainnya 4919 9.00

Total 54643 100

Pagar Merbau 1. PNS/ABRI 242 2.92

2. Karyawan Perkebunan 819 9.78

3. Karyawan Swasta 1726 20.81

4. Pedagang 546 6.58

5. Petani 4550 54.86

6. Lainnya 411 4.96

Total 8294 100

Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2007

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase sumber mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa yang paling tinggi adalah sebagai


(43)

karyawan swasta yaitu 58,62%, di Kecamatan Lubuk Pakam persentase sumber mata pencaharian penduduk paling tinggi adalah sebagai petani yaitu 28,55%. Di Kecamatan Batang Kuis persentase sumber mata pencaharian penduduk paling tinggi adalah karyawan perkebunan yaitu 53,48%, sedangkan di Kecamatan Percut Sei Tuan adalah sebagai karyawan swasta yaitu 46,16%, dan di Kecamatan Pagar Merbau adalah sebagai petani yaitu 54,86%.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan kehidupan masyarakat untuk lebih baik lagi. Sarana dan prasarana yang tersedia di daerah penelitian dapat dilihat dari Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Kecamatan Tj.Morawa, Lubuk Pakam,

Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau

Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

Tanjung Lubuk Batang Percut Pagar

Morawa Pakam Kuis Sei Tuan Merbau

Sarana Pendidikan

• TK 16 22 2 61 6

• SD 79 30 14 119 22

• SMP 27 19 11 31 7

• SMU 23 25 5 42

-Sarana Kesehatan

• Rumah Sakit 4 3 2 2 -

• Puskesmas 2 2 2 2 1

• Posyandu 28 39 40 30 49

• Puspem 9 5 95

• BPU 7 4 3 27 12

Sarana Ibadah

• Mesjid 74 32 28 119 21

• Musholla 55 31 43 160 38

• Gereja 12 39 21 63 8

• Wihara 9 15 14 6 20

• Pura - 1 1 1 -

Sarana Transportasi

• Sudaco 915 93 18 823 38

• Taksi 8 22 - 115 -

• Becak Mesin 326 331 287 915 63

• Becak Dayung 353 283 91 357 26

• Sepeda Motor 6287 3247 827 9237 5568


(44)

Dari Tabel 7 sarana dan prasarana yang tersedia di ke-5 kecamatan ini telah memadai. Ini dapat dilihat dari ketersediaan sarana pendidikan, sarana kesehatan, rumah ibadah dan sarana transportasi.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi luas lahan, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pengalaman bertani. Karakteristik petani sampel di daerah penelitian dapat dilihata pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel di Kec. Tj.Morawa, Lubuk Pakam, Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau

Karakteristik Petani Sampel Satuan Range Rataan

Luas Lahan Ha 0.2-0.3 0,14

Umur Tahun 30-70 46

Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 10

Jumlah Tanggungan Jiwa 0-5 3

Pengalaman bertani Tahun 4-54 22

Sumber Data: Data diolah pada lampiran I

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa luas lahan petani sampel di ke-5 kecamatan berkisar 0.02-0.3 Ha, dengan rata-rata 0.14 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang diusahakan petani sampel untuk tanaman bunga rosella di daerah penelitian masih dalam skala usahatani yang kecil.

Umur petani sampel berkisar antara 30-70 tahun dengan rata-rata 46 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam kategori umur produktif sehingga dapat dikatakan bahwa petani masih potensial untuk mengelolah usahataninya.

Tingkat pendidikan petani sampel berkisar antara 6-12 tahun dengan rata-rata 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata-rata-rata tingkat pendidikan petani


(45)

sampel di daerah penelitian adalah SMP. Jumlah tanggungan keluarga petani rata-rata 3 jiwa, sedangkan rata-rata lama bertani 22 tahun dengan range 4-54 tahun. Dimana pengalaman bertani akan berpengaruh terhadap tingkat keterampilan petani dalam mengelola usahataninya.


(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan Kegiatan Budidaya Bunga Rosella a. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani bunga rosella pada umumnya tidak berbeda dengan pengolahan pada tanaman lainnya. Pengolahan lahan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang telah memadat. Lahan juga harus dibersihkan dari semak belukar, rumput, gulma dan sisa tanaman lain.

Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 2-40 cm, tanah tersebut diremahkan (digemburkan), dan kemudian dibuat bedengan seluas ± 1 m, tingginya ± 15 cm dengan jarak bedengan ± 1-1,2 m, sedangkan panjang bedengan di sesuaikan dengan kondisi lahan.

Pembuatan parit antara bedengan akan memudahkan kegiatan pemupukan dan akan menghambat terjadinya penggenangan air disekitar tanaman terutama pada musim hujan. Jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk mengelola lahan 1 Ha adalah 17,89 HKP. Setelah lahan selesai diolah akan dibiarkan terlebih dahulu agar lahan terkena cahaya matahari dan terangin.

b. Pemberian Pupuk Kandang

Pemberian pupuk kandang berutujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara di dalam tanah. Pupuk kandang diberikan sebelum tanah diolah atau dibuat bedengan. Jumlah pupuk kandang yang diberikan petani di daerah penelitian rata-rata sebanyak 610,26 kg/ha.


(47)

c. Penanaman

Sebelum penanaman, petani di daerah penelitian terlebih dahulu merendam benih rosella dengan air selama 24 jam, ini bertujuan untuk mengetahui bibit yang bernas dan yang tenggelam untuk ditanam. Biji rosella ini disemai di lahan semai selama 15 hari. Pada umur 2-3 minggu setelah semai, bibit ini kemudian di pindahkan ke lahan yang telah diolah. Benih yang pertama kali diusahakan diperoleh dari instansi pemerintahan yakni Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara.

d. Pemeliharaan

Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman bunga rosella di daerah penelitian meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan susulan, dan perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit.

1. Penyiraman

Tanaman rosella tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak. Penyiraman dilakukan ketika dilakukan pemindahan tanaman, dan sekali seminggu atau tergantung dengan keadaan lahan. Jika cuaca hujan tanaman tidak akan disiram.

2. Penyiangan

Petani rosella di daerah penelitian melakukan penyiangan setelah tanaman berumur 6-7 minggu setelah tanam, ini dilakukan karena tanaman rosella tumbuh dengan cepat setelah umur 60 hari. Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput dan gulma yang berada disekitar tanaman maupun disekitar parit diantara bedengan. Penjarangan tanaman rosella dilakukan petani secara bersamaan ketika penyiangan sambil dilakukan pengguludan.


(48)

3. Pemupukan Susulan

Pemumpukan ini dilakukan setelah proses penyiangan, pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK phonska, urea, dan pupuk ZA, dengan rata-rata penggunaan pupuk di daerah penelitian adalah sebanyak 45,72 kg/hektar. Pemberian pupuk ini bertujuan untuk memperbanyak produksi buah rosella. Pemberian pupuk dilakukan pada umur 8 minggu setelah semai dan dilakukan dengan cara tabur. Untuk kegiatan ini, rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu sebanyak 5,86 HKP per hektar.

4. Perlindungan Hama dan Penyakit Tanaman

Penyakit yang menyerang rosella adalah busuk akar yang disebabkan oleh cendawan. Penyakit ini terjadi karena adanya genangan air di lahan atau musim hujan yang terlalu lama. Selain itu juga karena tidak adanya pergiliran tanaman dan perawatan. Sebahagian petani mengatasi masalah ini dengan menyemprotkan gromoxon karena kurangnya perawatan setelah tanaman berumur 8 minggu setelah semai, sedangkan petani lainnya mengatasi ini dengan mencabut tanaman yang terserang dan membakar sebelum menyebar ke tanaman lainnya.

Untuk pengendalian tanaman dari belalang, kutu daun, kumbang dan serangga lain, petani tidak menggunakan pestisida karena tanaman ini merupakan tanaman obat. Ada sebagian petani yang menggunakan daun mimba untuk mengatasi masalah serangan ini. Daun mimba ditumbuk dan dicampur dengan air lalu didiamkan selama satu malam. Saringan pestisida organik ini disemprotkan pada tanaman rosella.


(49)

e. Pemanenan

Tanaman rosella dipanen mulai umur 3,5 bulan setelah tanam. Pemanenan dilakukan hingga tanaman tidak menghasilkan bunga lagi, yakni sekitar 6 bulan setelah tanam. Lahan rosella yang telah siap panen dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.2 Lahan Rosella Yang Siap Panen

Pemanenan dilakukan setiap 10 hari sekali, tapi ada juga petani yang melakukannya seminggu sekali. Pemanenan rosella dilakukan sejak pagi sampai sore hari, tergantung berapa banyak produksi rosella saat panen. Produksi rata-rata yang diperoleh petani sebanyak 11,69 ton per hektar. Jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk tahapan ini adalah sebanyak 84,03 HKP per hektar. Kelopak rosella yang dipanen adalah kelopak yang telah kembang atau merekah. Proses pemanen rosella yang dilakukan petani dapat dilihat pada gambar berikut ini:


(50)

Gambar 1.3 Bunga Rosella Yang di Panen dengan Pisau Biasa

Tanaman rosella yang berumur 5,5 bulan tidak dilakukan perawatan dan pemeliharaan oleh petani. Ini dikarenakan produksi rosella mulai menurun dan tanaman ini juga banyak yang mulai terserang penyakit busuk akar, terutama didukung curah hujan yang tinggi. Petani membiarkan tanaman mereka mati dengan sendirinya atau sampai tidak menghasilkan lagi dari pada mengeluarkan biaya yang lebih banyak.


(51)

Biaya Usahatani Bunga Rosella

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah usahanya dalam mendapatkan hasil maksimal. Komponen biaya produksi usahatani bunga rosella mencakup biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Adapun rincian biaya tetap rata-rata di daerah penelitian (Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau) dapat diperlihatkan pada Tabel berikut ini:

Tabel 9. Biaya Tetap Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella per Petani dan per Hektar Selama1 Musim Tanam (6 bulan) di Daerah Penelitian

Uraian Per Petani Per Hektar

Fisik Rp Fisik Rp

Biaya Tetap 1. Lahan

- Sewa Lahan 0,14 Ha 226.923,08 1 Ha 1.584.571,68 - Milik Sendiri (PBB) 0,14 Ha 2.501,92 1 Ha 16.825,51 2. Penyusutan Peralatan 17.097,84 133.618,61 Total Biaya Tetap 246.522,84 1.735.010,08 Sumber : Data diolah dari lampiran 2a-8b

Dari Tabel 9 terlihat biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani bunga rosella di daerah penelitian selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp 1.735.010,08 per hektar, yang digunakan untuk biaya sewa lahan, biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini terdiri dari cangkul, parang babat, sabit, parang, gunting bunga, gunting biasa, pisau, gembor, sprayer, dan ember. Dari range luas lahan 0,08-0,3 ha, biaya tetap yang


(52)

paling tinggi adalah biaya sewa lahan, dimana sekitar 58 persen petani tidak memiliki lahan usahatani sehingga petani menyewa lahan untuk usahatani rosella. b. Biaya Tidak Tetap

Biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Rincian biaya tidak tetap (variabel) rata-rata yang dikeluarkan selama usahatani berlangsung si daerah penelitian Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau) dapat diperlihatkan pada Tabel berikut ini:

Tabel 10. Biaya Variabel Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella per Petani dan per Hektar Selama 1 Musim Tanam (6 bulan) di Daerah Penelitian

Uraian Per Petani Per Hektar

Fisik Rp Fisik Rp

Biaya Variabel

1. Benih 0,17 Kg 29.076,92 1,23 Kg 214.729,02 2. Pupuk

- Kandang 81,92 Kg 8.192 610,26 Kg 76.282,05 - NPK Phonska 5,69 Kg 14.331 34,72 Kg 86.804 - Urea 1,7 Kg 2.452 10,05Kg 15.075 - Za 0,13 Kg 201,92 0,95 Kg 1.418,27 3. Obat-obatan

- Gramoxon 0,42 Botol 20.538 2,32 Botol 113.322 4.Tenaga Kerja 18,27HKP 716.831,73 138,03 HKP 5.427.569,02 5. Karung Plastik 22,35 Buah 17.276,92 172,17 Buah 133.979,82 6.Pengangkutan 5.000 30.128.21 Total Biaya Variabel 815.849,04 6.099.307,80 Sumber : Data diolah dari lampiran 2a- 8b

Dari Tabel 10 terlihat biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani bunga rosella di daerah penelitian adalah sebesar Rp 6.099.307,80 per hektar. Adapun jumlah rata-rata benih yang digunakan petani di daerah penelitian per hektarnya sebanyak 1,23 kg. Benih yang digunakan berasal dari


(53)

salah satu instansi pemerintah (Kadinsu) dan juga dari industri pengolah produksi rosella.

Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk kandang, urea, phonska, dam pupuk Za dengan jumlah rataan 655,97 kg pe hektar. Pupuk yang paling banyak digunakan petani adalah pupuk kandang, karena pupuk kandang merupakan yang dapat memperbaiki unsur hara dalam tanah dan harga pupuk kandang dapat dijangkau oleh petani. Beberapa petani di daerah penelitian yang menggunakan gromoxon sebagai pengendali hama dan penyakit yaitu 2 botol per hektar, akan tetapi pada umumnya petani di daerah penelitian mengatasi hama dan penyakit rosella secara alami.

Penggunaan tenaga kerja per hektarnya per musim tanam pada usahatani yaitu dengan rata-rata 138,03 HKP. Tenaga kerja paling banyak berasal dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Usahatani ini banyak menggunakan tenaga kerja karena pada proses pemanenan rosella dilakukan secara manual yaitu dengan gunting atau pisau dan dibutuhkan ketelitian dalam pemetikan rosella. Selain itu, pemanenan juga dilakukan hingga tanaman tidak menghasilkan.

Hasil produksi rosella di daerah penelitian umumnya dibeli oleh pedagang pengumpul dan hanya sebahagian kecil petani yang mengantar langsung hasil produksinya ke tempat pengolahan rosella. Rata-rata biaya pengangkutan yang dikeluarkan petani adalah Rp 5.000 per petani dan Rp 30.128.21 per hektarnya per musim tanam.

Sehingga total biaya yang dikeluarkan petani di daerah penelitian (Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau) selama satu musim tanam atau 6 bulan adalah sebesar


(54)

Rp 1.062.371,88 per pertani dan sebesar Rp 7.834.318,60 per hektarnya (lampiran 8 a dan b).

Pendapatan Usahatani Bunga Rosella

Pendapatan usahatani bunga rosella adalah selisih total penerimaan usahatani rosella dengan total biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung. Tabel 11 menyajikan rataan penerimaan, biaya produksi, dan pendapatan bersih per petani dan per hektar dalam usahatani bunga rosella.

Tabel 11. Rataan Pendapatan Per Hektar Per Musim Tanam (6 bulan) dan Per bulan di Daerah Penelitian

No Uraian Per Petani Per Hektar 1 Pendapatan (Rp/musim tanam) 5.644.743,51 40.071.712,87 2 Pendapatan (Rp/bulan) 940.790,59 6.678.618,81

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 8a-8b

Dari Tabel 11 diketahui bahwa secara keseluruhan rata-rata pendapatan bersih usahatani rosella per hektar per bulan adalah Rp 6.678.618,81 dan per petani per bulan 940.790,59. Bila dibandingkan dengan Upah Minuman Provinsi (UMP) yaitu sebesar Rp 905.000/bulan, maka rata-rata pendapatan bersih usahatani rosella per hektar dan per petani per bulan di daerah penelitian lebih besar dari Upah Minimum Provinsi (UMP) per bulan.

Dari ke 26 sampel penelitian pendapatan yang paling tinggi adalah sebesar Rp 12.624.350 per petani dan per hektarnya sebesar Rp 46,421,500 (lampiran 8a-8b). Tinggi rendahnya pendapatan petani tergantung pada jumlah produksi, harga jual kelopak bunga rosella dan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani ini.


(55)

Berdasarkan keterangan di atas hipotesis (1) yang menyatakan bahwa pendapatan bersih usahatani bunga rosella di daerah penelitian tinggi dapat diterima, karena pendapatan bersih usahatani rosella lebih besar dari pada Upah Minimum Provinsi (UMP).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga Rosella di Daerah Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani ini adalah luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan harga pupuk (X3). Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pada usahatani bunga rosella si daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 12 di bawah ini:

Tabe l 2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga

Rosella di Daerah Penelitian

No Variabel Koefisien Regresi t-hitung signifikansi

1. Luas Lahan (X1) 5.187.708 12,061 0,000 2. Jumlah Tenaga Kerja (X2) -75.175,9 -1,676 0,108 3. Harga Pupuk ((X3) -20,703 -,187 0,854

Konstanta : 188268,1

R2 : 0,983

R : 0,991

Fhitung : 413,415 Ftabel : 3,05

t-tabel : 2,074 Sumber : Data diolah dari lampiran 10

Dari Tabel 12 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,983. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa pendapatan (Y) dapat dijelaskan variabel luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan harga pupuk (X3) sebesar 98,30% sedangkan sisanya sebanyak 1,70% dipengaruhi oleh faktor


(56)

lain tidak dimasukkan kedalam persamaan. Faktor lain tersebut berupa umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan modal. Adapun fungsi persamaan pendapatan yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

Y = 188.268,1 + 5.187.708 X1 – 75.175,9 X2 – 20,703X3

a. Secara Serempak

Pengaruh antara luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella secara serempak dapat diketahui dari uji F, dimana F-hitung yang diperoleh sebesar 413,42 dan nilai F-tabel (3,22) sebesar 3,05. Sehingga F-hitung (413,42) > F-tabel (3,05), atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikansi 0,00 < 0,05, yang artinya pendapatan usahatani bunga rosella secara serempak dapat dipengaruhi oleh luas lahan, harga pupuk, dan jumlah tenaga kerja di daerah penelitian.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (3) yang menyatakan bahwa pupuk, luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella dapat diterima (Ho ditolak, H1diterima).

b. Secara Parasial

Pengaruh antara luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella secara parsial dapat diketahui dengan menggunakan uji-t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:

1. Karena nilai thitung = 12,061 > ttabel = 2,074 atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikansi 0,00 < 0,05 maka disimpulkan variabel luas


(57)

lahan (X1) signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella (Y). Koefisien regresi luas lahan sebesar 5.187.708 yang artinya setiap ada penambahan luas lahan sebesar 1 ha maka akan menambah pendapatan bersih sebesar Rp 5.187.708. Sehingga luas lahan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih per musim tanam.

Variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan bersih rosella dikarenakan apabila semakin luas lahan petani maka produksi semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikemuka n oleh Tjakrawiralaksana dkk (1993) yang menyatakan semakin luas lahan yang di usahakan maka hasil produksi akan semakin besar.

2. Karena nilai thitung= -1,676 < ttabel = 2,074 maka disimpulkan bahwa variabel jumlah tenaga kerja (X2) tidak signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella (Y), atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikansi 0,108>0,05. Koefisien regresi variabel tenaga kerja sebesar 75.175,9 yang artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 HKP maka akan menurunkan pendapatan bersih sebesar Rp 75.175,9. Ini dikarenakan tingkat keterampilan tenaga kerja yang rendah, terutama pada masa panen atau proses pemetikan kelopak rosella yang membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan usahatani bunga rosella merupakan usahatani skala kecil. Sehingga dapat disimpulkan jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani.

3. Karena nilai thitung= -0,187 < ttabel=2,074 maka disimpulkan bahwa variabel harga pupuk (X3) tidak signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella (Y) atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikan 0,854>0,05. Koefisien


(58)

regresi sebesar -20,703 yang artinya setiap adanya kenaikan harga pupuk (baik itu harga pupuk kandang, NPK phonska, urea, dan Za) sebesar Rp 1 maka akan menurunkan pendapatan bersih sebesar Rp 20,703. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Suratiyah (2006) yang menyatakan bahwa kenaikan harga pupuk sangat mempengaruhi pendapatan bersih usahatani, karena pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang harus ada dalam proses usahatani rosella. Meskipun harga pupuk mengalami kenaikan, petani harus tetap menggunakan faktor produksi ini, karena petani tidak memiliki pilihan lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan bersih usahatani dan tidak berpengaruh secara signifikan.

Kelayakan Usahatani Bunga Rosella

Usahatani rosella layak atau tidak untuk dikembangkan di daerah penelitian diukur dengan menggunakan analisis R/C ratio atau dengan kata lain perbandingan total penerimaan dengan total biaya keseluruhan yang dikeluarkan petani. Rata-rata R/C ratio dari usahatani rosella per petani dan per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :

Tabel 13. R/C Ratio Usahatani Bunga Rosella Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam (8 bulan)

No Uraian Per Petani Per Hektar

1. Penerimaan Rp 6.707.115,38 Rp 47.906.031,47 2. Biaya Produksi p 1.062.371,88 Rp 7.834.318,60

3. R/C ratio 6,29 6,29


(59)

Dari Tabel 13 diketahui bahwa rata-rata R/C ratio per petani dan per hektar per musim tanam adalah sebesar 6,29 yang artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam usahatani ini akan diperoleh Rp 6,29 nilai penerimaan sebagai hasil kegiatan usahatani ini. Dari 26 sampel penelitian diperoleh nilai R/C ratio tertinggi sebesar 8,67 dan R/C ratio terendah sebesar 5,00.

Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila memiliki R/C ≥ 1, maka usahatani bunga rosella di daerah penelitian layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan demikian hipotesis (3) yang menyatakan usahatani bunga rosella layak untuk dikembangkan di daerah penelitian dapat diterima.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani di daerah penelitian sebesar Rp 1.062.371,88 per petaninya dan biaya rata-rata per hektarnya sebesar Rp 7.834.318,60

2. Pendapatan bersih rata-rata usahatani bunga rosella per petani di daerah penelitian bernilai Rp 5.644.743,51 dan pendapatan per hektarnya sebesar Rp 40.071.712,87

3. Luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk secara serempak berpengaruh nyata. Secara parsial luas lahan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani, sedangkan harga pupuk dan tenaga kerja memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani rosella di daerah penelitian.

4. Usahatani bunga rosella merupakan usahatani yang layak dikembangkan di daerah penelitian karena nilai rata-rata R/C ratio lebih besar dari kriteria investasi yaitu sebesar 6,29


(61)

Saran

1. Diharapkan kepada petani usahatani bunga rosella di daerah penelitian untuk menggembangkan usahataninya karena usahatani rosella layak untuk dikembangkan dimana nilai R/C ratio usahatani ini lebih besar dari nilai kriteria investasi.

2. Diharapkan kepada petani untuk memperluas lahan tanam bunga rosella agar pendapatan petani meningkat.

3. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang budidaya, pengolahan, dan manfaat tanaman rosella kepada masyaraka, serta penurunan harga pupuk agar dapat meningkatkan pendapatan petani.


(1)

Lampiran 8a. Biaya Produksi Usahatani Bunga Rosella per Petani per Musim Tanam di Daerah Penelitian

No Luas Biaya Variabel (VC) Biaya Tetap (FC) Total Biaya

Lahan Biaya Benih Biaya Pupuk B.Tenaga B.Karung Biaya B. Sewa B.Penyusutan B. PBB Usahatani

Sampel Kerja Plastik Pengangkutan Lahan Alat

(Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)/Petani

1 0.2 30,000 107,000 777,500 21,000 50,000 500,000 22,650 0 1,508,150 2 0.12 18,000 25,500 754,000 20,000 40,000 0 24,225 5,200 886,925 3 0.12 15,000 29,000 780,000 17,600 0 300,000 20,250 0 1,161,850 4 0.08 15,000 10,750 476,250 13,600 0 250,000 15,131 0 780,731 5 0.22 54,000 139,500 831,250 21,000 0 800,000 26,250 0 1,872,000 6 0.16 36,000 76,750 814,375 18,750 0 400,000 22,050 0 1,367,925 7 0.2 45,000 83,750 930,000 18,750 0 500,000 16,350 0 1,593,850 8 0.12 36,000 23,000 770,000 16,500 0 300,000 14,700 0 1,160,200 9 0.08 15,000 9,000 470,000 11,200 0 200,000 10,688 0 715,888 10 0.3 45,000 228,000 1,422,000 31,500 0 0 23,363 18,000 1,767,863

11 0.08 18,000 5,000 423,500 12,800 0 200,000 7,875 0 667,175

12 0.1 18,000 62,750 575,750 16,000 0 0 14,175 3,250 689,925

13 0.16 36,000 20,000 860,000 20,000 0 550,000 20,700 0 1,506,700 14 0.2 45,000 55,000 882,500 20,000 40000 700,000 15,113 0 1,757,613 15 0.08 15,000 6,250 465,000 10,500 0 200,000 13,163 0 709,913

16 0.1 27,000 55,000 590,000 14,400 0 0 11,250 3,250 700,900

17 0.1 36,000 30,000 552,500 16,000 0 0 20,250 3,900 658,650

18 0.08 18,000 7,500 503,000 13,600 0 0 13,275 2,600 557,975

19 0.08 18,000 11,500 440,000 12,800 0 0 12,825 2,600 497,725

20 0.08 18,000 11,500 455,000 12,800 0 200,000 13,950 0 711,250


(2)

22 0.12 27,000 38,000 780,000 17,600 0 0 20,925 4,500 888,025 23 0.2 36,000 87,500 940,000 20,000 0 0 28,575 7,500 1,119,575 24 0.2 36,000 20,000 885,000 22,400 0 500,000 8,775 0 1,472,175 25 0.12 36,000 39,500 770,000 16,000 0 300,000 12,263 0 1,173,763 26 0.2 45,000 52,500 910,000 20,000 0 0 23,625 10,500 1,061,625 Total 3.6 756,000 1,239,250 18,637,625 449,200 130,000 5,900,000 444,544 65,050 27,621,668.75 Rataan 0.14 29,076.92 47,663.46 716,831.73 17,276.92 5,000.00 226,923.08 17,097.84 2,501.92 1,062,371.88

Lampiran 8b. Biaya Produksi Usahatani Bunga Rosella per Hektar per Musim Tanam di Daerah Penelitian

No

Luas Biaya Variabel (VC) Biaya Tetap (FC) Total Biaya

Lahan

Biaya Benih Biaya Pupuk B.Tenaga B.Karung Biaya B. Sewa B.Penyusutan B. PBB Usahatani

Kerja Plastik Pengangkutan Lahan Alat

Sampel (Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)/Petani

1 0.2 150,000 535,000 3,887,500 105,000 250,000 2,500,000 113,250 0 7,540,750 2 0.12 150,000 212,500 6,283,333 166,667 333,333 0 201,875 43,333 7,391,042 3 0.12 125,000 241,667 6,500,000 146,667 0 2,500,000 168,750 0 9,682,083 4 0.08 187,500 134,375 5,953,125 170,000 0 3,125,000 189,141 0 9,759,141 5 0.22 245,455 634,091 3,778,409 95,455 0 3,636,364 119,318 0 8,509,091 6 0.16 225,000 479,688 5,089,844 117,188 0 2,500,000 137,813 0 8,549,531 7 0.2 225,000 418,750 4,650,000 93,750 0 2,500,000 81,750 0 7,969,250 8 0.12 300,000 191,667 6,416,667 137,500 0 2,500,000 122,500 0 9,668,333 9 0.08 187,500 112,500 5,875,000 140,000 0 2,500,000 133,594 0 8,948,594 10 0.3 150,000 760,000 4,740,000 105,000 0 0 77,875 60,000 5,892,875 11 0.08 225,000 62,500 5,293,750 160,000 0 2,500,000 98,438 0 8,339,688 12 0.1 180,000 627,500 5,757,500 160,000 0 0 141,750 32,500 6,899,250 13 0.16 225,000 125,000 5,375,000 125,000 0 3,437,500 129,375 0 9,416,875 14 0.2 225,000 275,000 4,412,500 100,000 200,000 3,500,000 75,563 0 8,788,063 15 0.08 187,500 78,125 5,812,500 131,250 0 2,500,000 164,531 0 8,873,906


(3)

16 0.1 270,000 550,000 5,900,000 144,000 0 0 112,500 32,500 7,009,000 17 0.1 360,000 300,000 5,525,000 160,000 0 0 202,500 39,000 6,586,500 18 0.08 225,000 93,750 6,287,500 170,000 0 0 165,938 32,500 6,974,688 19 0.08 225,000 143,750 5,500,000 160,000 0 0 160,313 32,500 6,221,563 20 0.08 225,000 143,750 5,687,500 160,000 0 2,500,000 174,375 0 8,890,625 21 0.1 180,000 50,000 5,800,000 144,000 0 0 121,500 37,500 6,333,000 22 0.12 225,000 316,667 6,500,000 146,667 0 0 174,375 37,500 7,400,208 23 0.2 180,000 437,500 4,700,000 100,000 0 0 142,875 37,500 5,597,875 24 0.2 180,000 100,000 4,425,000 112,000 0 2,500,000 43,875 0 7,360,875 25 0.12 300,000 329,167 6,416,667 133,333 0 2,500,000 102,188 0 9,781,354 26 0.2 225,000 262,500 4,550,000 100,000 0 0 118,125 52,500 5,308,125 Total 3.6 5,582,955 7,615,445 141,116,795 3,483,475 783,333 41,198,864 3,474,084 437,333 203,692,284 Rataan 0.14 214,729.02 292,901.73 5,427,569.02 133,979.82 30,128.21 1,584,571.68 133,618.61 16,820.51 7,834,318.60

Lampiran 9a. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Bersih Usahatani Bunga Rosella per

Petani

per Musim Tanam di Daerah Penelitian

No Luas Produksi

Harga Penerimaan Total Biaya Pendapatan

Bunga Rosella R/C

Sampel Lahan Usahatani Bersih

(Ha) (Kg)/Petani (Rp)/Kg (Rp)/Petani (Rp)/Petani (Rp)/Petani 1 0.2 2400 4,500 10,800,000 1,508,150 9291850 7.16 2 0.12 1400 4,500 6,300,000 886,925 5413075 7.10 3 0.12 1440 4,000 5,760,000 1,161,850 4598150 4.96 4 0.08 960 4,000 3,840,000 780,731 3059268.75 4.92 5 0.22 2600 4,500 11,700,000 1,872,000 9828000 6.25 6 0.16 1920 4,000 7,680,000 1,367,925 6312075 5.61 7 0.2 2400 4,000 9,600,000 1,593,850 8006150 6.02 8 0.12 1450 4,000 5,800,000 1,160,200 4639800 5.00 9 0.08 925 4,000 3,700,000 715,888 2984112.5 5.17


(4)

10 0.3 3600 4,000 14,400,000 1,767,863 12632137.5 8.15 11 0.08 900 4,000 3,600,000 667,175 2932825 5.40 12 0.1 1200 4,000 4,800,000 689,925 4110075 6.96 13 0.16 1900 4,000 7,600,000 1,506,700 6093300 5.04 14 0.2 2350 4,500 10,575,000 1,757,613 8817387.5 6.02 15 0.08 950 4,000 3800000 709,913 3090087.5 5.35 16 0.1 1100 4,000 4,400,000 700,900 3699100 6.28 17 0.1 1000 4,000 4,000,000 658,650 3341350 6.07 18 0.08 940 4,000 3,760,000 557,975 3202025 6.74 19 0.08 960 4,000 3,840,000 497,725 3342275 7.72 20 0.08 900 4,000 3,600,000 711,250 2888750 5.06 21 0.1 1200 4,000 4,800,000 633,300 4166700 7.58 22 0.12 1450 4,000 5,800,000 888,025 4911975 6.53 23 0.2 2250 4,000 9,000,000 1,119,575 7880425 8.04 24 0.2 2300 4,500 10,350,000 1,472,175 8877825 7.03 25 0.12 1420 4,000 5,680,000 1,173,763 4506237.5 4.84 26 0.2 2300 4,000 9,200,000 1,061,625 8138375 8.67 Total 3.6 42,215 106,500 174,385,000 27,621,669 ############ 164 Rataan 0.14 1,623.65 4,096 6,707,115.38 1,062,371.88 5,644,743.51 6.29


(5)

Lampiran 9b. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Bersih Usahatani Bunga Rosella per

Hektar

per Musim Tanam di Daerah Penelitian

No Luas

Produksi Harga Penerimaan

Total Biaya Pendapatan

R/C Sampel Lahan Bunga Rosella Usahatani Bersih

(Ha) (Kg)/Ha (Rp)/Kg (Rp)/Ha (Rp)/Hektar (Rp)/Hektar 1 0.2 12,000 22,500 54,000,000 7,540,750 46,459,250 7.16 2 0.12 11,667 37,500 52,500,000 7,391,042 45,108,958 7.10 3 0.12 12,000 33,333 48,000,000 9,682,083 38,317,917 4.96 4 0.08 12,000 50,000 48,000,000 9,759,141 38,240,859 4.92 5 0.22 11,818 20,455 53,181,818 8,509,091 44,672,727 6.25 6 0.16 12,000 25,000 48,000,000 8,549,531 39,450,469 5.61 7 0.2 12,000 20,000 48,000,000 7,969,250 40,030,750 6.02 8 0.12 12,083 33,333 48,333,333 9,668,333 38,665,000 5.00 9 0.08 11,563 50,000 46,250,000 8,948,594 37,301,406 5.17 10 0.3 12,000 13,333 48,000,000 5,892,875 42,107,125 8.15 11 0.08 11,250 50,000 45,000,000 8,339,688 36,660,313 5.40 12 0.1 12,000 40,000 48,000,000 6,899,250 41,100,750 6.96 13 0.16 11,875 25,000 47,500,000 9,416,875 38,083,125 5.04 14 0.2 11,750 22,500 52,875,000 8,788,063 44,086,938 6.02 15 0.08 11,875 50,000 47,500,000 8,873,906 38,626,094 5.35 16 0.1 11,000 40,000 44,000,000 7,009,000 36,991,000 6.28 17 0.1 10,000 40,000 40,000,000 6,586,500 33,413,500 6.07 18 0.08 11,750 50,000 47,000,000 6,974,688 40,025,313 6.74 19 0.08 12,000 50,000 48,000,000 6,221,563 41,778,438 7.72 20 0.08 11,250 50,000 45,000,000 8,890,625 36,109,375 5.06 21 0.1 12,000 40,000 48,000,000 6,333,000 41,667,000 7.58 22 0.12 12,083 33,333 48,333,333 7,400,208 40,933,125 6.53 23 0.2 11,250 20,000 45,000,000 5,597,875 39,402,125 8.04 24 0.2 11,500 22,500 51,750,000 7,360,875 44,389,125 7.03 25 0.12 11,833 33,333 47,333,333 9,781,354 37,551,979 4.84 26 0.2 11,500 20,000 46,000,000 5,308,125 40,691,875 8.67


(6)

Total 3.6 304,047 892,121 1,245,556,818 203,692,284 1,041,864,535 164 Rataan 0.14 11,694.13 34,312.35 47,906,031.47 7,834,318.60 40,071,712.87 6.29