Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fasciculatus De Geer) (Coleoptera : Anthribidae) Pada Biji Pinang

TINJAUAN PUSTAKA
Pinang memiliki nilai ekonomi sebagai bahan baku kimia dan industri
serta memiliki banyak manfaat, adapun botani tanaman pinang adalah sebagai
berikut :
Botani Tanaman Pinang
Menurut Jurnal Makalah Keperawatan dan Budidaya (2008) adapun
sistematika tanaman pinang adalah sebagai berikut:
Divisi

: Plantae

Subdivisi

: Spermatophyta

Kelas

: Monokotil

Ordo


: Arecales

Famili

: Arecaceae

Genus

: Areca

Spesies

: Areca catechu L.

Pinang merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai tinggi
15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm (Gambar 1).

Gambar 1. Pohon pinang
Sumber : http://damayantiluh./ramuan-herbal-buah-pinang/htm (23 April 2013).


Universitas Sumatera Utara

Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8
tahun tergantung keadaan tanah (Depkes RI, 1989).
Daun berbentuk tabung panjang ± 80 cm serta berujung tajam, buah jantan
berwarna kekuningan dan buah betina hijau,mempunyai jambul daun-daun kecil
yang belum terbuka (Gambar 2).

Gambar 2. Daun Pinang
Sumber : http://itp.lucidcentral.org/id/palms/palm-id/Areca_catechu.htm (23 April
2013)
Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa
hidup 25-30 tahun (Wang and Lee, 1996).
Buah dikenal dengan buah buni berwarna oranye. Perbedaan antara buah
pinang muda dan pinang tua yakni buah pinang tua berkulit kuning kecoklatan
serta memiliki konsistensi buah yang keras, sedangkan pinang muda berkulit hijau
muda hingga hijau tua (Gambar 3)

Buah pinang muda
Buah pinang tua


Gambar 3. Buah Pinang
Sumber : http://www.flickr.com/photos/adaduitokla/htm (23 April 2013)

Universitas Sumatera Utara

Serta memiliki konsistensi buah yang lunak.Buahnya berkecambah setelah 1,5
bulan dan 4 bulan (Depkes RI, 1989)
Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuklekuk dengan warna yang lebih muda (Gambar 4)

Gambar 4. Biji Pinang
Sumber : Foto Langsung

Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak
beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Wang and Lee,
1996).
Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan yang dikehendaki tanaman pinang antara 750-4.500
mm/tahun yang merata sepanjang tahun atau hari hujan sekitar 100 - 150

hari.Tanaman pinang sangat sesuai pada daerah yang bertipe iklim sedang dan
agak basah dengan bulan basah 3 – 6 bulan/tahun dan bulan kering 4 – 8
bulan/tahun.Tanaman pinang dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum
antara 20–32 °C. Tanaman pinang menghendaki daerah dengan kelembaban udara
antara 50-90 %.Penyinaran yang sesuai untuk tanaman pinang berkisar antara 6-8
jam/hari(Jurnal Makalah Keperawatan dan Budidaya, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Tanah
Tanah yang baik untuk pengembangan pinang adalah tanah beraerasi baik,
solum tanah dalam tanpa lapisan cadas, jenis tanah laterik, lempung merah
dan aluvial. Tanaman Pinang dapat berproduksi optimal pada ketinggian
0-1.000 m dpl (meter diatas permukaan laut). Tanaman pinang idealnya
ditanam

pada

ketinggian


dibawah

600

m

diatas

permukaan

laut

(Jurnal Makalah Keperawatan dan Budidaya, 2013).
Bioekologi Areca Nut Weevil
Biologi Hama
Adapun klasifikasi hama Areca Nut Weevil menurut Bakoh (2012) adalah
sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia


Filum

: Arthropoda

Kelas

: Hexapoda

Ordo

: Coleoptera

Familia

: Anthribidae

Genus

: Araecerus


Species

: Araecerus fasciculatus De Geer

Kumbang betina meletakkan telurnya pada lubang bekas gerekan dengan
ovipositornya,

kemudian ditutup dengan bekas gerekan. Betina bertelur

15-50

butir.

Lama

waktu

Bentuk


telur

ovoid,

pucat

penetasan
dan

telur

permukaannya

selama
berlekuk

±

9
tak


hari.
teratur

(Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Larva menyerupai uret, berwarna putih kelabu dan pada pertumbuhan
penuh berukuran 5-6 mm. Larva berambut, berwarna keputihan, bagian toraks
membesar (Gambar 5).

Gambar 5. Larva A. fasciculatus
Sumber : USDA-ARS-GMPRC Image Database - License: Public Domain (23
April 2013)

Larva aktif menggerek bahan dan membuat lubang. Periode larva berlangsung
selama 20 hari. Sebelum berkepompong larva membuat rongga dalam biji dan
dilapis dengan sisa gerekan bercampur air liurnya, yang berfungsi sebagai kokon
(BBP2TP Ambon, 2012).

Fase kepompong berlangsung ± 5 hari. Kumbang dewasa akan tinggal
dalam buah selama 12 hari. Kumbang ini dapat hidup selama 17 minggu jika
makanan cukup.
Pada fase imago tubuh berukuran 3-4 mm, berwarna gelap atau coklat
kelabu dengan elitra terdapat totol-totol (Gambar 6a).

Gambar 6. Imago A. fasciculatus
Sumber : Foto Langsung

Universitas Sumatera Utara

Antena berbentuk gada, tarsi 5 segmen dan panjang keseluruhan tarsi sama atau
melebihi panjang tibia.
Pada bagian elitra dan protoraksnya terdapat banyak bercak berwarna
terang, elitra A. fasciculatus lebih pendek dibanding ukuran abdomennya
(Bakoh, 2012).
Faktor yang Mempengaruhi Hama
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama
pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju populasi
serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat,

ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih banyak. Dalam
kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga permasalahan utama
bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban. Walaupun demikian,
sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup pada berbagai bahan
simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan
(Harahap, 2010).
Makanan yang cukup dan sesuai dengan yang dibutuhkan hama
pascapanen akan mendukung perkembangan populasi hama, sebaliknya makanan
yang cukup tetapi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan akan menyebabkan hama
tidak menyukai bahan simpan/makanan tersebut atau akan dapat menekan
populasi hama tersebut. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena :
- Kurangnya kandungan unsur yang diperlukannya;
-

Rendahnya kadar air dalam kandungan makanan;

-

Permukaan material (bahan pangan) terlalu keras;

-

Bentuk material (bahan pangannya) (Setyolaksono, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah
serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik,
karena:
- Habitat penyimpanan merupakan reservoir alaminya
- Toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan
- Keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan
- Laju reproduksi yang tinggi
- Kemampuan yang tinggi dalam menemukan lokasi sumber makanan
- Kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan \
- Adaptasi morfologi (ukuran kecil, bentuk pipih, gerakan cepat dll.)
(Harahap, 2010).
Gejala Serangan
Kumbang-kumbang ini merupakan perusak yang luas dari persediaan biji
dalam rumah penyimpanan (gudang), yang mengakibatkan kehilangan berat dan
mengotori produk/ hasil. Kerusakan pada buah yang tidak di kupas hanya terbatas
di kulit, pada biji pecah atau yang telah diserang oleh pertumbuhan jamur biji
pecah lebih di sukai oleh serangga ini. Sejauh yang diketahui bahwa, spesies ini
meletakkan telurnya pada lubang bekas gerekan dengan ovipositornya, kemudian
ditutup dengan bekas gerekan. Lubang-lubang hampir tidak dapat dilihat oleh
mata biasa (Kalshoven, 1981).
Hama ini banyak terdapat didaerah tropis dan subtropis, secara acak
ditemukan didaerah iklim sedang. Tetapi beberapa catatan menunjukkan bahwa
kumbang dapat mempertahankan dirinya sendiri untuk beberapa waktu dalam
gudang dan pengolahan makanan. Spesies ini hanya dikenal terutama sebagai

Universitas Sumatera Utara

hama serius pada biji kopi dan kakao sebagai produk bahan simpan untuk
beberapa waktu, dengan kondisi dan tingkat kelembaban yang tinggi. Produk yang
terinfeksi secara umum agak lembab, kerusakkan yang cukup parah terutama
dilakukan pada stadia larva.
Pengendalian Hama
Pengelolaan atau pengendalian A. fasciculatus sebagai hama primer sangat
penting karena akan mengurangi infestasi dari hama sekunder. Ada beberapa cara
untuk mengendalikan hama ini antara lain :
1. Penggunaan bahan alami tanaman sebagai umpan atau perangkap merupakan
salah satu cara yang akhir-akhir ini dikembangkan untuk mengurangi
kerusakan produk pertanian selama di penyimpanan. Tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk pengendalian hama A. fasciculatus pada biji kakao di
penyimpanan seperti legundi (Vitex trifolia L.), jeringau (Acorus colomus L.),
sereh liar (Andropogon nardus L.).
2. Melakukan penjemuran biji kakao yang sudah terinfentasi A. fasciculatus agar
mencapai pengeringan yang sempurna, yaitu kontak langsung dengan teriknya
sinar matahari, sehingga akan membuat hama tersebut mati.
3. Melakukan pencegahan masuknya OPT dari suatu wilayah ke wilayah lain
dengan cara fumigasi (Bakoh, 2012).
Fumigasi merupakan salah satu cara dari beberapa teknik pengendalian
hama yang sering digunakan oleh para profesional manajemen pengendalian
hama.Pengedalian hama gudang yang umum saat ini dilakukan adalah
pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida. Pestisida selain dapat
membunuh hama juga sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan dapat pula

Universitas Sumatera Utara

mencemari lingkungan. Oleh karena itu penggunaan pestisida dalam pengendalian
hama perlu dilaksanakan secara hati-hati (Anonimous, 2011).
Fumigasi dengan Metil Bromida(CH 3 Br)
Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau
melepaskan fumigan kedalam ruangan tertutup atau kedap udara selama beberapa
waktu yang diperlukan dengan dosis dan konsentrasi tertentu, dapat mematikan
hama digudang, bangunan, pesawat, udara dan kapal laut (Jufrihadi, 2009).
Metil bromida adalah bahan kimia yang reaktif, dapat bereaksi dengan
unsur-unsur dan merubah sifat dari bahan yang difumigasi. Diketahui bahwa metil
bromida bereaksi dengan molekul yan mengandung sulfur seperti yang ditemukan
pada karet alam dan bulu-buluan. metil bromida akan membentuk suatu zat yang
mudah meledak dengan alumunium dalam keadaan tidak ada oksigen. Cairan
metil bromida adalah pelarut kuat yang akan melarutkan bahan-bahan bitumin
(yang mengandung aspal dan batu bara muda) serta menyebabkan melembek dan
memuainya beberapa plastik, terutama PVC (Badan Karantina Pertanian, 2006).
Deskripsi Metil Bromida (CH 3 Br)
Fumigan metil bromida yang masih diizinkan pemakaiannya memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
-

Nama (Rumus) kimia

: metil bromida(CH3 Br)

-

Bau (Odour)

: tidak berbau pada konsentrasi rendah kecuali bila

ditambah chloropicrin
-

Titik didih

: 36°C

-

Titik beku (lebur)

: -93°C

-

Berat molekul

: 94,94

Universitas Sumatera Utara

-

Berat Jenis
-

Gas (udara=1)

: 3,27/0°C

-

Cairan/Liquid (air 4°C=1)

: 1,732/0°C

-

Panas penguapan

: 61,52 cal/g

-

Titik ledakan

: tidak mudah terbakar (nonflammable)

-

Daya larut dalam air

: 1,34/100 ml pada 25°C

-

Toksistas

: lambat dan komulatif

-

Sifat fisik lainnya

:

a. Penetrasi kuat dapat melarutkan bahan-bahan organik khususnya karet
b. Gas murni tidak korosif dengan metal
c. Cairan bereaksi dengan alumunium
d. Bereaksi dengan barang-barang dari kulit dan wol
e. Bereaksi dengan photographic chemical (Jufrihadi, 2009).
Ion bromida juga diketahui sebagai zat yang dapat menimbulkan
kerusakkan pada lapisan ozon. Oleh karena itu, melalui Protokol Montreal,
penggunaan metil bromida disepakati untuk dihapuskan secara bertahap.
Ketentuan tentang penghapusan secara bertahap tersebut tidak berlaku bagi
keperluan karantina dan pra-pengapalan. Walaupun begitu penggunaan fumigan
tersebut untuk keperluan Karantina dan Pra-pengapalan harus dilakukan sesuai
dengan pelaksanaan fumigasi yang baik (good fumigation practices) untuk
mengurangi

emisi

yang

berlebihan

dari

fumigan

tersebut

ke

udara

(Badan Karantina Pertanian, 2006).
Gas CH3 Br ini lebih berat dari udara sehingga ketika pelepasan gas pada
saat dilakukan fumigasi kapal, gas berkumpul dibawah ruangan. CH 3 Br

Universitas Sumatera Utara

mempunyai kapasitas penetrasi yang cukup besar, cepat menembus kulit, mata
dan saluran pernafasan. Jika kulit bersinggungan dengan benda-benda yang
terkontaminasi dengan fumigasi cair dapat menyebabkan dermatitis akut
(Depkes, 1989).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efektivitas Fumigan Metil Bromida (CH3Br) Untuk Pemberantasan Tikus Di Kapal Dengan Menggunakan Sistem Manual Dan Sistem Penguapan Di Pelabuhan Tanjung Pinang Tahun 2009

4 57 76

Status Resistensi Tribolium Castaneum Herbst Dan Araecerus Fasciculatus De Geer Asal Gudang Biji Kakao Di Makassar Sulawesi Selatan Terhadap Fosfin

5 79 74

Aplikasi Energi Gelombang Mikro untuk Pengendalian Hama Gudang Araecerus fasciculatus De Geer pada Biji Kakao

0 4 36

Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fasciculatus De Geer) (Coleoptera : Anthribidae) Pada Biji Pinang

4 18 62

Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fasciculatus De Geer) (Coleoptera : Anthribidae) Pada Biji Pinang

0 0 12

Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fasciculatus De Geer) (Coleoptera : Anthribidae) Pada Biji Pinang

0 0 2

Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fasciculatus De Geer) (Coleoptera : Anthribidae) Pada Biji Pinang

0 0 4

Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fasciculatus De Geer) (Coleoptera : Anthribidae) Pada Biji Pinang

0 0 2

Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fasciculatus De Geer) (Coleoptera : Anthribidae) Pada Biji Pinang

0 0 10

Pengujian Ekstrak Tumbuhan Vitex trifolia L., Acorus colomus L., dan Andropogon nardus L. terhadap Hama Pasca Panen Araecerus fasciculatus De Geer (Coleoptera: Anthribidae) pada Biji Kakao

0 0 8