Penyesuaian Atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32 Pojk.04 2014 Dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33 Pojk.04 2014

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan suatu kebutuhan dalam perekonomian modern. Di
negara-negara dengan kondisi perekonomian yang telah maju, keberadaan pasar
modal sebagaimana terwujud dalam kelembagaan bursa efek memegang peranan
penting seperti halnya bank. Pasar modal menjadi petunjuk dan wadah bagi terjadinya
interaksi di antara para usahawan dengan para investor melalui suatu kegiatan
ekonomi.1
Selain itu pasar modal juga dimaksudkan untuk mempercepat proses
pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham pada perusahaan-perusahaan
terbuka (go public), serta untuk menggairahkan partisipasi masyarakat dalam
pengerahan dana, sehingga dapat dipergunakan secara produktif untuk pembiayaan
pembangunan nasional.
Dengan adanya pasar modal, maka perusahaan-perusahaan dalam bentuk go
public akan memperoleh tambahan modal dari masyarakat pembeli saham melalui
pasar modal. Hal ini berarti kebijakan go public telah ikut andil dalam membuka
kesempatan yang lebih luas bagi tumbuhnya dunia usaha baru, yang pada gilirannya

nanti juga akan dapat masuk kembali ke pasar modal dan menambah maraknya
instrument bursa.

1

Hamud M.Balfaz, Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: PT Tata Nusa, 2012), hal. 1.

1

Universitas Sumatera Utara

2

Di Indonesia sendiri, istilah pasar modal merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yakni capital market.2 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal mendefiniskan “pasar modal sebagai kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengen efek”. Sementara itu, secara teoritis pasar modal diartikan sebagai
perdagangan instrumen keuangan jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri

(stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public
authorities) maupun yang diterbitkan oleh perusahaan swasta (private authorities).3
Dari beberapa pengertian pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar
modal pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan
pembeli dana yang akan dipergunakan untuk tujuan jangka panjang yakni berupa
pengembangan usaha atau penambahan modal.4
Kepemilikan saham dalam perusahaan publik dapat dibandingkan dengan
perseroan terbatas tertutup yang biasanya seluruh atau sebagian sahamnya hanya
dimiliki oleh sejumlah orang tertentu yang mungkin terbatas pada keluarga, kerabat
dekat, teman, group, dan lain-lainnya. Namun apabila sebuah perseroan terbatas telah
menjadi go public, maka atas saham-saham yang nantinya akanditerbitkan atau
dikeluarkan atas keputusan para pemegang saham akan dijual kepada masyarakat
umum melalui pasar modal.

2

Ibid, hal. 207.
Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2011), hal. 7.
4
Nindyo Pramono, Hukum PT Go Public dan Pasar Modal, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,

2013),hal. 209.
3

Universitas Sumatera Utara

3

Dengan menjadi go public, maka komposisi pemegang saham akan ada
pemegang saham terdahulu dan pemegang saham baru yang datang dari masyarakat
umum yang disebut sebagai pemegang saham independen. Oleh sebab itu, perseroan
terbatas terbuka atau go public harus mengedepankan prinsip keterbukaan atau
disclosure principle.5
“Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus
merupakan jiwa pasar modal itu sendiri.Keterbukaan tentang fakta materil
sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang
memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara
rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan
saham”.6
“Prinsip keterbukaan tersebut setidaknya mempunyai 3 (tiga) fungsi antara
lain :7

1. untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar;
2. untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien;
3. untuk mencegah penipuan.”
Sejalan dengan prinsip keterbukaan tersebut, dalam proses pelaksanaan pasar
modal tersebut diperlukan adanya pembinaan, pengaturan serta pengawasan yang
bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat atau pemodal. Hal demikian
secara tegas diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal yang secara tegas menyatakan bahwa “pembinaan, pengaturan dan
pengawasan pasar modal ditujukan dalam rangka mewujudkan kegiatan pasar modal
yang teratur, wajar dan efisien serta mampu melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat”.
5

Ibid, hal. 4.
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasal Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hal. 1.
7
Ibid ,hal. 9-11.
6


Universitas Sumatera Utara

4

Pada awalnya penetapan kebijakan umum di bidang pasar modal yang
berkaitan dengan kebijakan fiskal, moneter dan kebijakan ekonomi makro ditetapkan
oleh Menteri Keuangan. Sementara itu pelaksanaan pembinaan, pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan sehari-hari pasar modal dilaksanakan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Seiring dengan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2011, salah
satu fungsi pengaturan dan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah
terhadap kegiatan jasa keuangan di Pasar Modal. Tugas pengaturan dan pengawasan
pasar modal serta lembaga keuangan non bank yang semula berada pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM LK) dialihkan kepada
Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas baru.
“Perkembangan ekonomi saat ini, khususnya di bidang pasar modal, menuntut
peningkatan pelaksanaan tata kelola perusahaan (good corporate governance),
dengan mempertimbangkan adanya perkembangan industri Pasar Modal dan
tuntutan pemangku kepentingan atas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang
baik tersebut, Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga pengawas pasar modal

perlu dilakukan pengaturan terkait RUPS yang lebih melindungi hak pemegang
saham.”8
“Selain itu salah satu aspek untuk melihat apakah Emiten atau Perusahaan
Publik telah melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) adalah melalui pemenuhan tanggung jawab Direksi dan Dewan
Komisaris. Peningkatan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance) yang dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris,
diharapkan akan membawa dampak positif pada keberlangsungan Emiten atau
Perusahaan Publik mengingat pelaksanaan tata kelola yang baik ini dapat
meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap Direksi dan Dewan
Komisaris dalam mengelola Emiten atau Perusahaan Publik.”9

8
9

Penjelasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014
Penjelasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014

Universitas Sumatera Utara


5

Dalam mendukung upaya peningkatan pelaksanaan tata kelola perusahaan
(good corporate governance), Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga pengawas
pasar modal melakukan penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal terkait rapat umum pemegang saham, direksi dan dewan
komisaris, yakni dengan diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang
Saham

Perusahaan

Terbuka

dan

Peraturan

Otoritas


Jasa

Keuangan

No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emitmen atau
Perusahaan Publik.
Dengan diundangkannya kedua peraturan tersebut perseroan terbatas terbuka
diharuskan untuk menyesuaikan kembali anggaran dasarnya sebagaimana bunyi Pasal
40 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Pasal 41 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 yakni “perusahaan terbuka dalam
waktu 1 tahun setelah diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini wajib
mengubah anggaran dasarnya sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini”.
Penyesuaian anggaran dasar yang dilakukan hanya sebatas ketentuan terhadap
rapat umum pemegang saham, direksi dan dewan komisaris dikarenakan dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014
tidak mengatur secara keseluruhan mengenai pokok-pokok dari anggaran dasar
perseroan publik melainkan dikhususkan hanya mengatur organ-organ perseroan
yakni tentang rencana dan penyelenggaraan rapat umum pemegang saham perusahaan

Universitas Sumatera Utara


6

terbuka serta tugas dan wewenang berikut tata cara pengangkatan dan pemberhentian
dari direksi dan dewan komisaris emitmen atau perusahaan publik.
Sebelum Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan
No.33/POJK.04/2014 diterbitkan terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
diluar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatur terkait rapat umum
pemegang saham, direksi dan dewan komisaris bagi perseroan terbatas terbuka yakni:
1. Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.I.1 Tentang Rencana dan Pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham;
2. Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.I.6 Tentang Direksi dan Komisaris
Emiten dan Perusahaan Publik; dan
3. Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1Tentang Pokok-Pokok Anggaran
Dasar Emitmen dan Perusahaan Publik.
Dengan

diterbitkannya

Peraturan


Otoritas

Jasa

Keuangan

No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014, Otoritas Jasa Keuangan telah
mencabut Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.I.1 dan Nomor IX.I.6 sebagaimana
dalam pasal 41 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan pasal 43
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014.
Keberadaan Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1 tetap dipertahankan hal
ini dapat dipahami karena dalam Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1 bukan
hanya mengatur terkait organ perseroan seperti Peraturan BAPEPAM-LK Nomor
IX.I.1 dan Nomor IX.I.6 namun terdapat ketentuan-ketentuan lain seperti

Universitas Sumatera Utara

7


permodalan, pengeluaran efek bersifat ekuitas, saham, penitipan kolektif dan lain
sebagainya.
Peraturan

Otoritas

Jasa

Keuangan

No.32/POJK.04/2014

dan

No.33/POJK.04/2014 dapat dikatakan merupakan penyempurnaan dari Peraturan
BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1 karena dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 telah mengakomodir ketentuan baik
yang telah ada dalam Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1 maupun terhadap
ketentuan baru terkait rapat umum pemegang saham, direksi dan dewan komisaris
secara detail dan teknis.
Hal tersebut senada dengan namun Pasal 42 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 yang mana telah dinyatakan bahwa
“ketentuan perundang-undangan lain terkait rapat umum pemegang saham, direksi,
dan dewan komisaris tetap berlaku bagi perusahaan terbuka sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini”.
Berdasarkan pertimbangan diatas Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan

No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 tersebut dapat dikatakan sebagai
peraturan khusus (lex specialis) dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007. UndangUndang Nomor 40 tahun 2007 sendiri memberikan ruang terhadap lembaga-lembaga
yang mempunyai kewenangan dalam pasar modal (dalam hal ini Otoritas Jasa
Keuangan) untuk membuat peraturan perundangan-undangan tersendiri yang
mengatur terhadap hal-hal yang tidak diatur oleh Undang-Undang serta

Universitas Sumatera Utara

8

mengecualikan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sepanjang
tidak bertentangan dengan asas hukum perseroan.10
Dengan

diundangkannya

Peraturan

Otoritas

Jasa

Keuangan

No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 tersebut jika dibandingkan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sudah dapat dipastikan
terdapat perubahan ketentuan dalam peraturan tersebut yang akibat hukumnya
perseroan terbatas terbuka harus menyesuaikan anggaran dasarnya terhadap kedua
peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut.
Maka berdasarkan pertimbangan itu penulis merasa perlu dilakukan penelitian
untuk memberikan analisis mengenai perbedaan-perbedaan ketentuan apa saja yang
terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan
No.33/POJK.04/2014 dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sehingga
Otoritas Jasa Keuangan mengharuskan perusahaan terbatas terbuka untuk
menyesuaikan anggaran dasarnya terhadap peraturan-peraturan tersebut.
Dari latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dalam bentuk
tesis dengan judul “Penyesuaian atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka
pasca dikeluarkanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014”.
B. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

10

Pasal 154 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

Universitas Sumatera Utara

9

1. Bagaimana perubahan pengaturan mengenai penyelenggaraan Rapat Umum
Pemegang Saham perseroan terbatas terbuka pasca diundangkannya Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014?
2. Bagaimana perubahan pengaturan mengenai direksi dan dewan komisaris
pada perseroan terbatas terbuka pasca diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No.33/POJK.04/2014?
3. Bagaimana konsekuensi hukum dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.32/POJK.04/2014

dan

Peraturan

Otoritas

Jasa

Keuangan

No.33/POJK.04/2014 terhadap anggaran dasar perusahaan terbatas terbuka?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. 11
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami perubahan pengaturan

mengenai

penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham pasca diundangkannya
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014.
2. Untuk mengetahui dan memahami perubahan pengaturan direksi dan dewan
komisaris pasca Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014.

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta; Universitas Indonesia (UIPress), 1984), hal. 3.

Universitas Sumatera Utara

10

3. Untuk mengetahui dan memahami konsekuensi hukum dari Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.33/POJK.04/2014 terhadap anggaran dasar perseroan terbatas terbuka.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara
teoritis maupun praktis, sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk ilmu hukum
kenotariatan pada umumnya dan hukum perusahaan khususnya serta
menambah pengetahuan dan wawasan juga sebagai referensi tambahan pada
program studi magister kenotariatan Universitas Sumetera Utara, khususnya
dalam hal meninjau tentang penyesuaian anggaran dasar perseroan terbatas
terbuka pasca dikeluarkannya peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
2. Secara Praktis
a.

Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi
pemerintah terutama lembaga terkait yakni Otoritas Jasa Keuangan serta
dapat memberikan konstribusi bagi pemerintah dalam melakukan
penyempurnaan terhadap peraturan-peraturan tersebut.

b. Bagi Notaris
Hasil Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi kepada
Notaris

mengenai

peraturan-peraturan

Otoritas

Jasa

Keuangan

Universitas Sumatera Utara

11

No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 serta implementasinya
dalam anggaran dasar perseroan terbuka.
c.

Bagi Masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
para pelaku usaha yang bergerak di pasar modal atau perseroan terbatas
yang hendak merubah sifat perseroan dari tertutup menjadi terbuka serta
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di
bidang yang sama.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai anggaran dasar perseroan terbatas tebuka memang
banyak dilakukan. Akan tetapi, sejauh penulusuran yang telah dilakukan oleh penulis
melalui media internet, penelitian mengenai “Penyesuaian atas Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas Terbuka pasca dikeluarkanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014”
belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan
Universitas Sumatera Utara khususnya di lingkungan sekolah pasca sarjana magister
kenotariatan menunjukan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan.
Akan tetapi ditemukan beberapa judul tesis yang ada kaitannya dengan anggaran
dasar perseroan terbatas dalam tesis ini yaitu antara lain :

Universitas Sumatera Utara

12

1. Laura Ginting, NIM. 057011044 dengan judul “Analisis Hukum Kedudukan
RUPS Pada Perseroan Terbatas Dilihat dari Anggaran Dasar”. Pemasalahan
yang dibahas dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:
a.

Bagaimanakah pengaturan RUPS di dalam Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas?

b. Bagaimanakah pengaturan serta kedudukan hukum RUPS di dalam
ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas?
2. Treesna Sari Berliana Tobing, NIM. 067011102 dengan judul “Peran Notaris
dalam Membuat Akta Pendirian dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan
Usaha Koperasi (Penelaahan Terhadap Peraturan Perundang-undangan
tentang Koperasi yang Berlaku di Indonesia Sebelum dan Sesudah Zaman
Kemerdekaan)”.
Pemasalahan yang dibahas dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:
a.

Bagaimana peranan notaris dalam membuat akta pendirian dan akta
perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan
perundang-undangan tentang koperasi sebelum jaman kemerdekaan?

b. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh notaris dalam pembuatan akta
pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?
c.

Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi oleh notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan
anggaran dasar koperasi?

Universitas Sumatera Utara

13

3. Martha Uliana Simanjuntak, NIM. 137011149 dengan judul “Tinjauan
Yuridis Tata Cara Permohonan Pengesahan Pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Setelah Berlakunya Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014.
Pemasalahan yang dibahas dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:
a.

Bagaimanakah praktek pelaksanaan pemesanan nama pembuatan akta
pendirian, pengesahan dan perubahan anggaran dasar setelah berlakunya
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014?

b. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan tata cara pengesahan dan
perubahan anggaran dasar setelah adanya Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014?
c.

Bagaimana tanggung jawab notaris terhadap nama perseroan terbatas
yang telah dipesan serta pengesahan akta pendirian berikut perubahan
yang diajukan oleh notaris selaku pemohoan kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia?

Dari judul-judul penelitian tersebut tidak ada kesamaan dengan penelitian
yang akan penulis lakukan sebab yang akan penulis buat adalah mengenai
penyesuaian anggaran dasar perseroan terbatas terbuka terhadap peraturan otoritas
jasa keuangan. Dengan demikian penelitian dengan judul “Penyesuaian Atas
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Universitas Sumatera Utara

14

No.33/POJK.04/2014” belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga penelitian ini
dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
“Pengertian dari Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai

gejala spesifik atau proses sesuatu terjadi”12 dan teori harus diuji dengan
menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenerannya.
Suatu hal yang semula tampak bagaikan cerita cerai berai tanpa makna, melalui
pemahaman secara teori dapat dilihat sebagai sesuatu cara yang lain, sesuatu yang
mempunyai wujud yang baru dan bermakna.13
Menurut M. Solly Lubis “kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau
butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang bagi
pembaca menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian”.14
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan kerangka teori agar permasalahan yang
akan diteliti menjadi jelas dan tepat sasaran, apalagi dalam penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan displin ilmu hukum yang membutuhkan teori guna menganalisi
masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut.
“Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang menganalisis secara kritis
dalam prespektif interdispliner, dari berbagai aspek perwujudan (fenomena)
hukum secara tersendiri atau menyeluruh baik dalam konsepsi teoritis maupun

12

M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1996), hal. 203.
13
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hal. 1.
14
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV Mandar Madju, 1994), hal. 23.

Universitas Sumatera Utara

15

dalam pelaksanaan praktis dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang lebih
baik dan uraian yang lebih jelas tentang bahan-bahan yuridis ini.”15
Perkembangan ilmu hukum tidak lepas dari teori hukum sebagai landasannya
dan tugas dari teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulatpostulatnya hingga dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak
terlepas dari teori-teori para ahli hukum yang ditafsirkan dalam bahasa dan pola
pemikiran para ahli hukum itu sendiri.16
“Teori mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih
mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;
b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisidefinisi;
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah
diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti;
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh
karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkini
factor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang;
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan
pada pengetahuan peneliti.”17
Kerangka teori utama yang digunakan dalam menganalisis permasalahan
dalam penelitian ini adalah teori positivisme hukum.
“Menurut H.L.A. Hart, arti dari positivisme hukum adalah antara lain:
1. Hukum adalah perintah
2. Analisis terhadap konsep-konsep hukum adalah usaha yang berharga
untuk dilakukan. Analisis yang demikian ini berbeda dari studi sosiologis
dan historis serta berlainan pula dari suatu penilaian kritis.

15

Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2012), hal. 87.
W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum (Hukum dan Masalah-Masalah Kontemporer),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 2.
17
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 121.
16

Universitas Sumatera Utara

16

3. Keputusan-keputusan dapat dideduksikan secara logis dari peraturanperaturan yang sudah ada terlebih dahulu, tanpa perlu menunjuk kepada
tujuan-tujuan sosial, kebijakan serta moralitas.
4. Penghukuman (judgement) secara moral tidak dapat ditegakkan dan
dipertahankan oleh penalaran rasional, pembuktian atau pengujian.
5. Hukum sebagaimana diundangkan, ditetapkan, positum, harus senantiasa
dipisahkan dari hukum yang seharusnya diciptakan, yang diinginkan.”18
Dalam kaca mata teori positivisme hukum ini, “tiada hukum lain kecuali
perintah penguasa atau inti aliran hukum positif ini menyatakan bahwa norma hukum
adalah sah apabila ia ditetapkan oleh lembaga atau otoritas yang berwenang dan
didasarkan pada aturan yang lebih tinggi bukan digantungkan pada nilai moral.”19
“Aliran positivisme ini sangat mengagungkan hukum tertulis, sehingga aliran
ini beranggapan bahwa tidak ada norma hukum di luar hukum positif, semua
persoalan masyarakat diatur dalam hukum tertulis.”20
Teori yang digunakan selanjutnya adalah “Command Theory” dari John
Austin. Menurut John Austin hukum terdiri dari 4 (empat) unsur, yaitu:
a. “Command (perintah), yaitu bahwa Hukum adalah perintah.
b. Obligation (kewajiban), yaitu setiap orang tanpa terkecuali harus menaati
hukum.
c. Sanction (sanksi), yaitu setiap orang yang tidak menaati hukum akan
dikenakan hukuman.
d. Sovereignity (kedaulatan), dalam arti adanya kedaulatan dari pihak pembuat
Undang-Undang.”21
Dalam the Command Theory, menurut John Austin, dikatakan bahwa
“Law is the command of the sovereign, which is backed by threat of sanction
18

H.L.A. Hart, The Concept of Law, (Oxford: Oxford University Press, 1982), hal. 202-207.
Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: refleksi kritis terhadap hukum, (Jakarta: Rajagrafindo,
2012), hal. 154.
20
Ibid, hal. 155.
21
diakses
pada
http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/positivisme-hukum.pptx
tanggal 22 Juni 2016
19

Universitas Sumatera Utara

17

in the event of non compliance.”22 yang artinya bahwa hukum adalah perintah
dari yang berdaulat, yang didukung oleh ancaman sanksi dalam hal non
compliance.
Dalam kaitannya dengan pembahasan permasalahan dalam penelitian ini
bahwa pada hakikatnya perlaksanaan tugas dan wewenang dari masing-masing organ
perseroan yakni Rapat Umum Pemegang Saham, direksi dan dewan komisaris harus
dilakukan berdasarkan pada hukum yakni Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 serta
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No.33/POJK.04/2014. Menurut teori ini juga bahwa setiap ketentuan
dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014
adalah merupakan perintah yang wajib dilaksanakan oleh setiap organ-organ
perseroan tanpa terkecuali dan atas setiap pelanggaran akan terdapat hukuman atau
sanksi.

2.

Konsepsi
“Peranan konsep dalam penelitan adalah untuk menggabungkan dunia teori

dan observasi, antar abstraksi dan realitas.”23
Konsep

diartikan

sebagai

kata

yang

menyatakan

abstrak

yang

digeneralisasikan dari hal-hal khusus, yang disebut dengan definisi operasional

22
23

https://en.wikipedia.org/wiki/The_Concept_of_Law diakses pada tanggal 22 Juni 2016
Maria Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 34.

Universitas Sumatera Utara

18

(operational definition).24 Oleh karena itu, kerangka konsepsi merupakan suatu
pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoriti yang seringkali
bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi
pegangan kongkrit dalam proses penelitian.25
Dalam rangka melakukan penelitian ini, perlu di susun beberapa konsep yang
dipergunakan dalam penulisan ini guna untuk persamaan persepsi dan pengertian
dalam membaca dan memahami serta untuk memberikan pegangan pada proses
penelitian. Definisi dari berbagai istilah yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah
sebagai berikut :
a. Perseroan Terbatas berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
b. Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau perseroan yang melakukan
penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pasar modal.26
c. “Anggaran Dasar merupakan dokumen yang berisi aturan internal serta
mengenai kekuasaan dan hak-hak yang dapat dilakukan pengurus perseroan
atau organ perseroan.”27
24

Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 19998), hal. 3.
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), hal.5.
26
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

25

Universitas Sumatera Utara

19

d. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.
e. Pasar Modal berdasarkan pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995, adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
f. Notaris berdasarkan pasal 1 angka 1 jo. Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya, antara lain
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh Undang-Undang.
g. Penyesuaian anggaran dasar adalah perubahan atas keseluruhan anggaran
dasar perseroan terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham.

27

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hal. 192.

Universitas Sumatera Utara

20

h. “Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau anggaran dasar.”28
i. “Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar.”29
j. “Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi.”30
G. Metodologi Penelitian
“Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah atau pekerjaan untuk mencari
kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan hati-hati, sistematis,
serta

sempurna

terhadap

permasalahan,

sehingga

dapat

digunakan

untuk

menyelesaikan atau menjawab masalah.”31
Dalam melakukan suatau penelitian diperlukan adanya peranan metodologi.
Metodologi yang diterapkan di dalam suatu penelitian adalah kunci utama untuk
menilai baik buruknya suatu penelitian.Metodologi itulah yang menetapkan alur

28

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
30
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
31
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1997), hal. 42.
29

Universitas Sumatera Utara

21

kegiatan, mulai dari pemburuan data sampai ke penyimpulan suatu kebenaran yang
diperoleh dalam penelitian itu.32
1.

Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif

karena tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami
perbedaan serta kedudukan antara Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 terhadap
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No.33/POJK.04/2014.
Dalam metode penelitian hukum normatif sendiri terdapat banyak jenisnya.
Salah satu yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian hukum terhadap
sinkronisasi vertikal dan horizontal. Dalam penelitian ini dilihat sejauh mana hukum
positif tertulis itu sinkron atau serasi satu sama lainnya baik secara vertikal dan
horizontal. Dikatakan serasi secara vertikal yakni dengan melihat apakah suatu
peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak saling bertentangan antara satu
dengan lain apabila dilihat dari sudut vertikal atau hierarki peraturan perundangundangan sedangkan dikatakan serasi secara horizontal apabila yang ditinjau adalah
peraturan perundang-undangan yang kedudukannya sederajat dan yang mengatur
bidang yang sama.33
Sifat penelitian penulisan ini adalah deskriptif analisis.Dikatakan bersifat
deskriptif dikarenakan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran secara
32

33

Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, (Medan: Multi Grafika, 2004), hal. 15.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2006), hal. 94-96.

Universitas Sumatera Utara

22

rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analisis dimaksudkan
berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisa secara cermat
bagaimana menjawab permasalahan.34
Penelitian ini termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan,
menelaah dan menjelaskan serta menganalisa peraturan perundang-undangan
mengenai perbedaan dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 serta
konsekuensi hukum dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.O4/2014
dan No.33/POJK.04/2014 terhadap anggaran dasar perseroan terbatas terbuka
diperlukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, asas-asas
hukum, dan kaedah hukum mengenai perseroan terbatas terbuka dan jabatan Notaris.

2.

Jenis Data dan Bahan Hukum
Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yaitu data yang bersumber dari bahan pustaka yang terdiri dari bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.35
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Bahan hukum primer yang terdiri dari:
1.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas;

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

34

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke 20, (Bandung: PT
Alumni, 1994), hal. 101.
35
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2008),
hal. 86.

Universitas Sumatera Utara

23

3.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

4.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

5.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

6.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana
dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan
Terbuka.

7.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi
dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Terbuka.

b. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami
bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya
dari kalangan hukum, dokumen-dokumen dan buku-buku serta pendapat para
ahli yang termuat dalam literatur, artikel, media cetak maupun elektronik.
c. Bahan hukum tersier yang terdiri dari kamus hukum, ensiklopedia yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.

Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan (library research).
Penelitian kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan
penelaahan bahan hukum kepustakaan atau data sekunder yaitu mencari konsepsi-

Universitas Sumatera Utara

24

konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian.36
Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku, khusunya Undang-Undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

No.32/POJK.04/2014, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014, bukubuku, literatur dari para pakar yang relevan dengan objek penelitian ini, artikel yang
termuat dalam bentuk jurnal, Makalah ilmiah, ataupun yang termuat dalam data
elektronik seperti pada website, dan sebagainya maupun dalam bentuk dokumen atau
putusan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
4.

Analisis Data
Dalam suatu penelitian analisis data sangat diperlukan agar dapat memberikan

jawaban yang tepat terhadap permasalahan yang diteliti.“ Analisis data merupakan
suatu proses mengorganisasikan dan mengatur urutan data ke dalam suatu pola,
kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.37
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif,38 yaitu dengan
menggunakan analisis terhadap peraturan-peraturan dan bahan-bahan hukum yang
36

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Rajawali Press, 1995), hal. 39.
37
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal.
101.
38
Miles and Hubberman, Analisis Data Kualitaif, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press),
1992), hal. 15-20.

Universitas Sumatera Utara

25

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dengan cara menginterprestasikan
semua peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan masalah yang dibahas,
mengevaluasi peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas, sehingga akhirnya dapat dilakukan penarikan kesimpulan dengan
menggunakan logika berpikir secara deduktif yakni dari yang bersifat umum ke yang
bersifat khusus, serta dapat dipresentasikan dalam bentuk deskriptif.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Regulator dan Pengawas Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal

6 110 111

Pertanggungjawaban Hukum Pihak Bank atas Hilangnya Dokumen Agunan Nasabah Ditinjau dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

1 4 41

Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

0 0 16

peraturan otoritas jasa keuangan nomor 13 pojk 13 2015 tentang penerapan manajemen risiko bpr

0 0 48

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2014 Tentang Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan

0 0 33

Penyesuaian Atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32 Pojk.04 2014 Dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33 Pojk.04 2014

0 1 15

Penyesuaian Atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32 Pojk.04 2014 Dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33 Pojk.04 2014

0 0 1

Penyesuaian Atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32 Pojk.04 2014 Dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33 Pojk.04 2014

0 0 61

Penyesuaian Atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32 Pojk.04 2014 Dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33 Pojk.04 2014

1 3 6