Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kelompok Tani Tranggulasi dalam Pengembangan Produk Sayuran Organik Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 522008012 BAB IV

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Organisasi Kelompok Tani Tranggulasi

4.1.1

Organisasi Tranggulasi Sebelum Organik
Organisasi Kelompok Tani Tranggulasi berdiri pada tahun 2000 dengan

nama Tranggulasi yang berganti dari nama Ngudi Makmur. Organisasi ini
dijalankan atas dasar kekeluargaan dan kebersamaan. Dengan menganut sistem
manajemen terbuka, Organisasi yang sudah berdiri selama 14 tahun ini sudah
mengalami perkembangan yang sangat baik. Oragnisasi ini memiliki 5 seksi
selain pengurus inti. Seksi-seksi tersebut yaitu, seksi produksi, seksi
pemberdayaan, seksi humas, seksi peternakan dan seksi usaha. Dimana seksi-seksi
ini menjalankan tugasnya yaitu dengan bahu membahu, namun yang bertanggung
jawab tetap bagiannya masing-masing.
Bagan 4.1.1 Struktur Organisasi Tranggulasi Sebelum Organik
KETUA
PITOYO NGATIMIN

WAKIL KETUA
HARTO SLAMET
SEKRETARIS
1. ABDUL WAHAB

BENDAHARA
1. JUMARI

2. SUPARYONO

2. SAEFUDIN

SEKSI PRODUKSI
1. SUPARDI GP

SEKSI PEMBERDAYAAN
1. SRI JUMIATI

SEKSI HUMAS
1. WAHYUDI


2. SUPARMAN

2. SITI IMRONAH

2. REBO

SEKSI
PETERNAKAN

1. SUPOYO

SEKSI USAHA
1. JUMARNO
2. NGATEMIN

2. MUJAR

Sumber data Sekunder, 2014
4.1.2


Organisasi Tranggulasi Setelah Organik
Secara harafiah tidak ada perubahan secara struktur dari organisasi

Tranggulasi sebelum dan setelah menjadi organik. Tetapi setelah 5 tahun menjadi
organik tepatnya ditahun 2009 Tranggulasi mengembangkan organisasi atau sub
organisasi yaitu organisasi unit bisnis. Unit bisnis menjadikan petani pada
umumnya lemah diposisi tawar pasar, menjadi mampu bersaing, karena
Tranggulasi menjawabnya melalui unit bisnis. Organisasi ini terbilang unik karena
sedikit organisasi petani pada umumnya memiliki unit bisnis khususnya di Jawa
Tengah.
1

Perbedaan antara unit bisnis dengan organisasi yaitu organisasi lebih pada
hubungan internal yang mengurusi urusan orang per orangan dalam hubungan inti
kelompok yang lebih banyak bekerja pada hubungan sosial yang tidak
mengutamakan keuntungan dalam hubungan. Sebaliknya unit bisnis lebih pada
hubungan eksternal yang lebih banyak berbicara mengenai keuntungan tentunya
akan sangat erat kaitannya dengan namanya uang, dan hubungannya terhadap
konsumen. Unit bisnis merupakan jendela kesejahteraan petani dalam

memasarkan produk sayuran organik mereka. Unit bisnis bertanggung jawab
secara penuh terhadap hasil yang diperoleh oleh petani, setelah barang masuk
gudang maka yang bertanggung jawab adalah pengelola. Pengelola unit bisnis
merupakan orang-orang yang lebih banyak bekerja dibisnis maupun disosial
karena orang-orang yang tergabung dalam unit bisnis ini sebagian besar
merupakan orang-orang pengurus inti organisasi. Berikut bagan struktur unit
bisnis:
Bagan 4.1.2 Struktur Pengelola Unit Bisnis Kelompok Tani Tranggulasi
KETUA
PITOYO N.G
ADMINISTRASI
JUMARNO

PENGADAAN BARANG
1. HARUN

BENDAHARA
HARTO SLAMET

GUDANG

SUPARDI GP

TRANSPORTASI
REBO

2. ABDUL WAHAB
3. JUMARI

Sumber data primer, 2013
4.1.3

Produk Sayuran Tranggulasi Sebelum Organik
Tranggulasi berdiri pada tahun 2000, pada periode sebelum itu petani

masih melakukan kegiatan usahatani secara konvensional sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan oleh dinas terkait. Produk yang dihasilkan oleh
Tranggulasi

masih standar yang artinya produk-produk yang dihasilkan


merupakan produk lama, yang merupakan produk bawaan saat kelompok ini
terbentuk. Pada periode ini kegiatan usahatani yang dilakukan belum mengikuti
kaidah pertanian organik. Dalam hal pengolahan tanah dan pemupukan para
petani masih menggunakan pupuk anorganik bersubsidi. Dalam kegiatan
pengendalian hama penyakit para petani masih menggunakan pestisida atau bahan
2

kimia untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman sayuran
yang ada di lahan mereka.
Adapun produk-produk sayuran yang ditanam oleh para petani
diantaranya: kol, cabai, sawi putih, wortel, bawang daun, dan tomat. Seperti yang
dituturkan bapak Pitoyo:
“Dulu pertamanya itu paling yang pasti hanya kol, wortel, cabe, tomat, itu yang
paling utama.”

Tahun 2000 ke 2004 disebut masa peralihan, yaitu dari non organik ke
organik, sehingga produk yang mereka hasilkan masih minim, karena tidak ada
pasar yang baik dan kuat untuk memasarkan produk, sehingga pasar yang ada
belum ideal yang menyababkan harga produk merekapun rendah. Disamping
harga rendah dan minimnya pasar menjadikan periode ini merupakan periode

yang paling berat bagi para petani karena produktivitas hasil yang diperoleh dari
usahatani sayuran mereka produktivitasnya turun. Hal ini karena periode tersebut
merupakan periode penyesuaian lahan dari sistem pertanian non rganik
(konvensional) ke sistem pertanian organik.
4.1.4

Produk Sayuran Tranggulasi Setelah Organik
Go organic di kalangan Kelompok Tani Tranggulasi itu terjadi pada tahun

2004, yang artinya secara keseluruhan lahan dan petani itu sudah organik. Masa
ini disebut masa berkembang. Mereka pada masa ini sudah berani keluar dan
turun gunung untuk menawarkan produk mereka ke supermarket-supermarket
terdekat dengan berlebelkan organik. Seiring berjalannya waktu dengan melihat
selera pasar mengenai apa yang sering dibeli oleh konsumen sehingga berbanding
lurus dengan permintaan supermarket kepada produk tertentu ini memerlukan
kejelian dan insting dari orang-orang yang ada di Tranggulasi mengenai
bagaimana mereka bisa menembus selera pasar. Di masa ini produk mulai
mengalami perkembangan dengan bertambahnya 3 produk baru yaitu brokoli,
bunga kol, dan selada keriting. Meluncurnya 3 produk baru ini menjadi awal
kemajuan produk mereka dihari ini. Berikut penuturan bapak Pitoyo:

“Setelah itu berkembang ke brokoli, terus ada bunga kol, ada lagi selada
keriting.”

Pada periode 2004 ke 2006 untuk mencapai masa eksis Tranggulasi mengalami
berbagai proses salah satunya proses dimana mereka mengikuti kompetisi
3

ketahanan pangan nasional yang diselenggarakan oleh IPPHTI di tahun 2005
hasilnya mereka juara ditahun 2006 karena mereka juara mereka diundang ke
Istana Negara untuk menerima penghargaan sehingga ditahun itu mereka menjadi
banyak dikenal oleh masyarakat. Berikut penuturan bapak Petrus:
“Jadi dulunya itu menawarkan kesupermarket, mereka mencari dulunya terus dia
dapat chanel ini dari Malaysia itu, itu yang masih istilahnya eksisnya disini.”

4.1.5

Produk Sayuran Tranggulasi Pada Masa Eksis
Nama Tranggulasi pada masa ini mulai mencuat kepermukaan setelah

mereka memenangkan perlombaan Ketahanan Pangan Nasional, dan memperoleh

kesempatan pertama kali diundang ke Istana Negara dan bertemu orang nomor
satu di Indonesia pada masa itu, yaitu pada tahun 2006. Sepulangnya dari Istana
Negara Tranggulasi mengalami kemajuan dalam mengembangkan produk
mereka, karena tempat memasarkan produk semakin terbuka.
Masa eksis dimana masa kejayaan bagi Kelompok Tani Tranggulasi, masa
kejayaan mereka ditandai dengan setiap produk yang mereka hasilkan tetap laku
terjual pasar yang menampung telah tersedia dengan perjanjian yang tidak tertulis
namun dilakukan dengan trust sehingga mereka tidak kuatir pada produk mereka.
Masa eksis ini semakin terasa pada tahun 2009 dimana Tranggulasi mulai
memainkan peranan ekspor produk sayuran organik ke Singapura dan Malaysia.
Kini dengan rekam jejak yang sangat baik para buyer pun tidak ragu untuk
bekerjasama dengan pihak Tranggulasi. Produk yang bertambah pada masa ini
diantaranya: bayam jepang, blood spinak, bet rud, gambas, kol merah, pakcoy,
romen, siomak, swith cherly, timun jepang, willoroket, buncis perancis, daun
ledri, kentang, labu siam, dan lobak putih.
4.1.6

Konsumen yang Berperan dalam Pengembangan Produk Sayuran
Organik di Kelompok Tani Tranggulasi
Konsumen ini lah yang menjadikan banyaknya jumlah komoditas sayuran


di Tranggulasi berkat permintaan mereka.

4

Tabel 4.1.6 Konsumen yang Berperan dalam Pengembangan Produk
Sayuran Organik di Kelompok Tani Tranggulasi
No

Nama Pasar Penjual

mulai kerjasama

Keterangan

Tempat

(Th)
1


Ponpes Agro Nuur El-falah

2004

Bertahan

Salatiga

2

Rona Tani

2005

Tidak

Salatiga

3

Mitra Mas

2005

Bertahan

Semarang

4

P.T SAS

2007

Tidak

Purwokerto

5

P.T AGSI

2008

Tidak

Jakarta

6

C.V OG FRES

2009

Bertahan

Malaysia

7

P.T Dian Alfita Agro

2010

Bertahan

Jakarta

8

Superindo

2011

Bertahan

Jakarta

9

Pon Pes Usuludin

2011

Bertahan

Magelang

10

Bali Organik

2014

Baru mulai

Bali

Sumber data sekunder dan primer, 2013
Pasar Tranggulasi mengalami pasang surut, terlihat di tahun 2004 sampai
dengan 2008 dari lima perusahaan yang bertahan hanya dua, hingga saat ini dan
asal dari perusahaan tersebut sebagian besar dari Jawa Tengah hanya satu dari
Jakarta. Perkembangan semakin baik ditunjukan pada tahun 2009 hingga saat ini
dimana tidak terlihat adanya penurunan pasar, sehingga peminatnya pun terlihat
lebih banyak dari luar Jawa Tengah. Hal ini membuktikan bahwa Kelompok Tani
Tranggulasi semakin baik dalam berinteraksi dengan konsumen. Dari semakin
bertambahnya konsumen Tranggulasi ini juga membuktikan bahwa semakin
profesionalnya mereka dalam menjaga kepuasan pelanggan.
4.1.7

Strategi Sebelum Organik
Strategi sebelum memproduksi sayuran organik, yaitu dengan strategi

bertahan. Bertahan sebagai seorang petani sayuran dari beratnya biaya produksi
yang tinggi, bertahan dari ketidak berdayaan terhadap perekonomian keluarga,
bertahan dari harga dan hasil pertanian yang tidak menentu sehingga apa yang ia
hasilkan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dari desakan keadaan ini lah

5

yang membuat bapak Pitoyo berani untuk menyerang keluar dari keadaan saat itu,
untuk beralih ke pertanian organik. Berkomitmen untuk membangun pertanian
organik tanpa lelah untuk mencoba hingga berhasil seperti saat ini. Keberhasilan
ini tidaklah mudah, bapak Pitoyo melauinya tahap demi tahap, dengan percobaan
sebanyak 3 kali ia menanam tidak menggunakan kimia sama sekali, pada
kenyataannya ia gagal, dan akhirnya pada penanaman yang ketiga barulah
membuahkan hasil, anggota melihat keberhasilan bapak Pitoyo ini yaitu pada
percobaan yang ke 4 sehingga baru lah mata mereka terbuka kemudian satu
persatu mengikuti jejak bapak Pitoyo sebagai petani organik.
Kemauan untuk mengikuti bapak Pitoyo beralih ke organik bukan tanpa
persoalan, petani harus dihadapkan pada kegagalan seperti yang dialami oleh
bapak Pitoyo jika mereka mengikuti cara bapak Pitoyo bertani, akan tetapi bapak
Pitoyo tidak menjerumuskan rekannya pada kegagalan seperti yang ia alami,
melainkan memberikan strategi bagaimana organik itu dapat tercapai namun tidak
mencekik petani, strategi itu iyalah dengan mengurangi sedikit demi sedikit
pupuk kimia pada setiap periode penanaman. Misalnya pada umumnya petani
menggunakan 20 kg pupuk kimia pada satu periode penanaman, sehingga
dipenanaman berikutnya dikurangi 5 kg sehingga pupuk kimia yang digunakan
hanya 15 kg, 5 kg dari pupuk kimia tadi diganti dengan pupuk kandang.
Penanaman berikutnya dikurangi lagi menjadi 10 kg pupuk kimia sedangkan porsi
pupuk kandang ditambah, begitu pula dengan penanaman yang ketiga dikurangi
menjadi 5 kg, sampailah petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, yang
digunakan hanya pupuk kandang. Berikut penuturan bapak Wahab:
“Pertama itu kita mengurangi pupuk kimia tapi yang kita banyaki pupuk
organiknya, seperti pupuk kandang, untuk yang belum berani langsung ke
organik kita siasati seperti itu.”

4.2

Strategi

Kelompok

Tani

Tranggulasi

dalam

Perencanaan,

Pengambilan Keputusan, Pelaksanaan dan Kegiatan Pengendalian
dalam Pengembangan Produk Sayuran Organik
Strategi dalam kelompok tani dapat diketahui melalui uraian sub bab
berikut ini, yang meliputi strategi perencanaan, strategi pengambilan keputusan,
strategi pelaksanaan, dan strategi kegiatan pengendalian dalam pengembangan

6

produk sayuran organik yang meliputi sayuran daun, sayuran buah, sayuran umbi,
sayuran bunga, dan kacang-kacangan.
4.2.1

Strategi Perencanaan
Strategi perencanaan merupakan strategi dasar dalam pengembangan

produk sayuran organik. Perencanaan dalam kelompok tani meliputi; peran
kelompok, permintaan pasar, kegiatan sosialisasi, pemberian tugas dan tanggung
jawab.
4.2.1.1 Peran Kelompok dalam Perencanaan
Kelompok memiliki peranan yang cukup sentral dalam mengembangkan
produk sayuran organik. Peran Kelompok dalam Perencanaan pengembangan
produk sayuran organik, yaitu kelompok sebagai penentu harga produk,
menyediakan sarana dan prasarana produksi, menjaga kualitas dan kuantitas
produk, serta memasarkan produk. Berikut penuturan bapak Pitoyo :
“Ada orang datang itulah salah satu strategi kita, ini loh produk kami itu kita
promosi gak mahal bahkan kita gak membayar, akhirnya mereka penasaran
setelah tahu, lalu cerita ketemannya kemudian temannya cerita ketemannya
seperti itu.”

Kelompok berkomitmen menjaga nama baik Tranggulasi oleh karena itu mereka
senantiasa menjaga kualitas produk, dengan demikian setiap ada tamu yang
datang akan mengalami penasaran dan timbul kekaguman terhadap sayuran yang
ada di lahan Tranggulasi. Kualitas yang baik memunculkan kekaguman sehingga
banyak yang ingin memilikinya. Demikianpula produk yang sudah dipanen
Tranggulasi memiliki jaminan atas penjualannya karena Tranggulasi sudah
memiliki pasar. Penuturan bapak Pitoyo diperkuat penuturan bapak Saefudin:
“Orang bisa membandingkan antara yang kimia dengan yang endak, itukan
kalau yang kimia kalau lama itu kan busuk, na kitakan endak orang yang beli
sayuran kita tahu makanya kita semakin dikenal tanpa sadar kita sudah dikenal
tapi kita harus komitmen menjaga tanaman kita itu harus bagus.”

4.2.1.2 Permintaan Pasar
Setelah sekitar 10 tahun mengalami begitu beratnya menata pertanian
sayur organik kini, Kelompok Tani Tranggulasi sudah merasakan sukses dengan
memainkan strategi market oriented (permintaan pasar) yang mulai terasa pada
tahun 2010. Menyesuaikan apa yang diinginkan dan menjadi pemenuh keinginan
konsumen terhadap produk yang mereka cari, adalah strategi yang dinilai cocok
7

pada saat ini. Permintaan konsumen yang mereka tanggapi dan sanggup mereka
sediakan ini dapat menjadikan produk sayuran organik di Tranggulasi semakin
bervariatif. Berikut pernyataan bapak Pitoyo:
“Berkembang dari permintaan pasar itulah, o… pasar minta apa selada keriting
barangnya seperti apa kita coba tanam, o.. ini masuk bisa hidup itu lah strategi
yang kita kembangkan.”

Akan tetapi produk yang ada di Tranggulasi saat ini tidaklah serta merta karena
pasar yang meminta melainkan karena orang-orang tertentu yang mampu
menjadikan produk tersebut dapat dibudidayakan dan menjadi peluang bisnis di
Tranggulasi. Berikut penuturan bapak Petrus:
“Mereka itu awal-awalnya itu menawarkan produk-produk itu tidak seperti ini.
Kalo sekarangkan gak pernah dia istilahnya membawa kepasarkan, sekarang
dari pasar datang mengambilkan.”

4.2.1.3 Kegiatan Sosialisasi
Setelah mendapatkan permintaan konsumen maka kegiatan berikutnya
yaitu sosialisasi. Sosialisasi bertujuan untuk memberikan informasi kepada setiap
anggota mengenai semua informasi yang masuk ke Tranggulasi. Sosialisasi
dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama yaitu sosialisasi pada pengelola,
kemudian sosialisasi berikutnya kepada seluruh anggota yang dilakukan pada saat
rapat anggota. Rapat pengelola dilaksanakan setiap tanggal 5 malam sehari
sebelum rapat anggota yang akan dilaksanakan setiap tanggal 6, setiap bulannya.
Namun jika ada hal-hal yang sifatnya mendesak maka rapat akan dilaksanakan
selain tanggal yang ditentukan. Pertimbangan akan terasa lebih banyak pada saat
rapat pengelola, karena peran pengelola lebih sentral dalam organisasi ini, isi
rapat pengelola yaitu membahas semua informasi maupun isu yang masuk ke
pengelola, tanpa mengecilkan peran anggota. Pengelola merupakan ujung tombak
organisasi dan gerbang keberhasilan anggota dalam menerima produk sayuran
organik yang baru, setelah pengelola memperoleh hasil yang bagus misalnya
harga produksi dan harga jual, anggota diberi informasi, diberi kesempatan untuk
memberikan pendapat, setelah semuanya sepakat baru berjalan, sehingga
terjadilah produksi dalam jumlah yang besar. Berikut penuturan bapak Wahab:
“Kita sosialisasikan waktu kita pertemuan sewaktu itu istilahnya ada pertemuan
yang dipentingkan di kelompok jadi endak-endak menunggu waktu, kita kan ada
pertemuan tiap tanggal 5 malam gitu pertemuan rutin itu harus wajib pertemuan
rutin itu terus kalau ada waktu-waktu tertentu yang dibutuhkan ya kita tinggal
calling aja, kalo disepiker itu itu kalo di halo-halo kan datang ke pada siapa.

8

Ujung tombaknya ya kita-kita pengurus-pengurus itu, dibikin istilahnya bikin uji
cobalah katakanlah, cocok gak disini terus kita kakulasi katakanlah kakulasi
sampai beberapa bulan untuk pendapatan, penghasilan dikakulasi cocok gak,
hasil gak itu ya juga pengurus, setelah hasil bagus ya kita sosialisasikan ke
anggota, o…. nanam ini hasilnya ini kita kakulasikan dengan harga, istilahnya
seperti biaya habis segini, untuk perawatan segini, pupuknya segini jangka
waktunya segini, terus per kg nya segini harganya, ternyata lebih bagus ya kita
tawarkan.”

Pertemuan yang diadakan setiap bulannya merupakan kegiatan yang sangat
penting, dengan informasi-informasi yang akan disampaikan pada saat itu.
Penuturan bapak Wahab diperkuat penuturan bapak Saefudin:
“Itu kelompok tiap bulan kan tanggal 6 kita rapat itu nanti ada permasalahan apa
kan itu nanti dibicarakan. Nanti yang mengambil kesimpulan poinnya itu nanti
delapan orang itu.”

4.2.1.4 Pemberian Tugas dan Tanggung Jawab
Setelah adanya penerimaan terhadap produk sayuran baru, ini menjadi
tugas dan tanggung jawab semua pengelola dalam menganalisis layak atau
tidaknya produk tersebut untuk diadopsi oleh kelompok, namun demikian tidaklah
mungkin semua pengelola menanam dan menganalisisnya secara masing-masing
karena dinilai cara tersebut tidaklah efisien dan kemampuan yang terbatas, oleh
karena itu ditanyalah siapa yang bersedia untuk uji coba terhadap produk baru
tersebut dan menganalisisnya, sehingga siapa yang bersedia dia lah yang
bertanggung jawab untuk menganalisisnya. Analisis ini menyangkut biaya
produksi, hasil produk, harga produk dan keuntungan, serta tingkat kesulitan
dalam produksi. Dengan demikian yang biasanya mengemban tugas tersebut
iyalah bapak Pitoyo ini karena kemampuan beliau dan besik pendidikan beliau
sebagai sarjana pertanian yang sangat mumpuni.
Berikut penuturan bapak Wahab:
“Bukan semua pengurus ya otomatis seperti pak Pitoyo sendiri itu, itu pasti
kalau ada produk apapun yang diujicobakan mesti pak Pitoyo, yang kedua saya,
seperti itu. Karena ilmunya pak Pitoyo ya ilmu pertanian, ya inginnya serba tahu
dan memang kalau ada produk yang baru terus penasaran, ditanam sini bagus
gak, kalau bagus langsung diteliti, oh bagus.. bagus,..bagus terus tanyakan
harganya terus timbangin kira-kira harganya masuknya berapa per kg sampai
ons harganya ketemu berapa nantikan kalau bagus baru ditawarkan, ujung
tombaknya kalau disini untuk bikin percontohan pak Pitoyo, karena yang tahu
pasti untuk menganalisanya itu pak Pitoyo yang telatenlah istilahnya.”

Bapak Pitoyo merupakan orang yang pertama mengetahui apakah produk itu
layak atau tidaknya diadopsi oleh kelompok, karena ia lah sebagai kelinci

9

percobaan dan singa di Tranggulasi. Penuturan bapak Wahab diperkuat penuturan
bapak Saefudin:
“Kalo pak Pitoyo itu kalo dalam rapat itu ditawarkan sama temen-temen ini ada
produk baru harganya kontrak sekian atau sekian, siapa yang mau nanam
seandainya gak ada yang nanam pak Pitoyo yang langsung nanam sendiri itu
kerjanya pak Pitoyo, itu kalo nanti ada temen yang mau nanam ia nanam siapa
sama siapa gitu, tapi pak Pitoyo itu tanggung jawab, maksudnya tanggung jawab
itu ada permintaan pasar sayur ini produk ini pak Pitoyo cari, cari benih nya
nanam sendiri baru hasil, baru dilempar sama temen-temen, gitu pak Pitoyo.”

4.2.2

Strategi Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan langkah yang harus dipertanggungjawabkan

dikemudian hari oleh pemimpin Kelompok Tani Tranggulasi, keputusan yang
salah akan menyebabkan kelompok ini dalam kesulitan. Pengambilan keputusan
di Tranggulasi berdasarkan musyawarah diantara pengelola dan seluruh anggota.
Strategi pengambilan keputusan di Tranggulasi yaitu dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat. Diawali dari suatu masalah yang harus dibicarakan untuk
diambil keputusan, ketua memberikan pendapatnya kepada pengelola saat rapat
pengelola untuk mencari solusi di dalam pengambilan keputusan ide dari
pengelola yang disepakati bersama, diungkapkan di dalam rapat seluruh anggota,
namun demikian anggota diberi kesempatan dalam memeberikan ide dan mencari
solusi untuk memecahkan masalah yang dibicarakan. Keputusan diambil dari hasil
yang terbaik dari kesepakatan bersama, untuk menjadi pertimbangan keputusan
ketua. Seperti yang dituturkan oleh bapak Pitoyo:
“Saya menekankan kebersamaan, iya jadi saya tidak memutuskan secara pribadi
ketika ini masih memungkinkan untuk dibicarakan tapi biasanya semuanya
mereka dari temen-temen itu biasanya tergantung ketua, jadi menurutnya
kesaya, saya minta persetujuan saya punya keputusan, seperti ini tapi saya
berikan lagi setuju gak meskipun dengan langsung seketika mereka setuju
cuman, saya tidak akan meminta mereka harus menyetujui saya, koreksi saya
dulu kalau memang itu tidak harus disetujui kadang-kadang juga kesepakatan.”

Bapak Pitoyo menjalankan sistem demokrasi dalam mengambil keputusan,
kesempatan dimiliki oleh siapa saja untuk memberikan pendapatnya. Penuturan
bapak Pitoyo diperkuat penuturan bapak Suparyono:
“Ya itu dimusyawarah mas, dimusyawarah terlebih dahulu, jadi misalkan pak
Pitoyo itu dapat chanel dari konsumen itukan dimusyawarah mufakat oleh
anggota siapa saja yang mau mengikuti produk ini, ya setelah itu ya semua
anggota menyetujui mas itu.”

10

4.2.3

Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan produksi produk sayuran organik apabila ada permintaan dari

konsumen. Pemenuhan permintaan konsumen dapat terlaksana apa bila telah
tercapainya kesepakatan harga beli dari konsumen. Ada tiga jenis harga yang
harus disepakati yaitu:
Tabel 4.2.3

Jenis Kesepakatan Harga

Jenis Harga

Keterangan

1.

Harga curah

Harga curah yaitu harga yang diputuskan ditempat dan tidak
mendapatkan perlakuan wrapping dan packing. Ini biasanya transaksi
yang terjadi di pasar-pasar lokal. Namun perlakuan packing dapat saja
terjadi pada konsumen yang tidak memerlukan perlakuan wrapping
masih tergolong harga curah dan konsumen hanya dibebankan biaya
bahan packing. Artinya konsumen tidak membayar jasa wrapping.

2.

Harga packing +
wrapping :
Harga packing +
wrapping sana
Harga packing +
wrapping sini

Harga packing + wrapping yaitu adanya tambahan biaya yang
merupakan biaya jasa wrapping, biaya bahan packing, dengan
beberapa ketentuan diantaranya:

-

3.
-

Harga transportasi :
Harga antar terminal
atau bandara
Harga antar sampai
tujuan
Harga ambil di
tempat

1. Harga packing + wrapping sana artinya konsumen yang
menyediakan bahannya seperti kardus, sterofoam, plastik,
sehingga konsumen tinggal membayar jasa wrapping. Tidak lagi
membayar bahan.
2. Harga packing + wrapping sini artinya yang packing dan
wrapping serta menyediakan alat dan bahan semuanya
Tranggulasi, sehingga konsumen tinggal terima bersih dan
tahunya tinggal bayar, jasa dan bahan packing.
Harga transportasi ini merupakan harga ongkos kirim, dari lokasi
Tranggulasi ketempat sasaran kirim.
-

-

-

Ada beberapa tempat sasaran kirim yaitu terminal Salatiga,
dengan alamat kirim Jakarta dan sekitarnya yang dapat ditempuh
dengan trasportasi darat, bandara Semarang dan bandara Jogja
untuk kirim ke luar negeri dan luar pulau. Untuk biaya trasportasi
ini semuanya ditanggung oleh konsumen yang disesuaikan
dengan jarak kirim dan inflasi harga BBM serta biaya operasional.
Harga antar sampai tujuan, ini terjadi pada konsumen yang berada
di Jawa Tengah, terutama Semarang, Solo dan Jogja, ketentuan
sama yaitu biaya transportasi ditanggung oleh konsumen.
Namun jika ambil ditempat maka konsumen hanya dikenakan
harga sayuran, yaitu putus ditempat dalam arti tidak dikenakan
biaya transportasi. Dengan catatan dimanapun dan siapapun
pembelinya harga sayuran sama.

Sumber data primer, 2013
Setelah harga disepakati dengan konsumen, tugas pengelola berikutnya
yaitu pemenuhan permintaan. Saat ada permintaan pengelola mendata siapa saja
petani yang menanam sayuran sesuai pesanan, setelah mendapatkan data petani
maka pengelola membagi nominal pesanan konsumen tersebut secara adil kepada

11

petani yang menanam, seandainya ada pesanan 100 kg wortel, setelah pendataan
terdapat 5 orang petani yang menanam maka 100 kg tersebut dibagi orang 5
sehingga setiap petani memperoleh 20 kg. Namun jika setelah dibagi secara adil
terdapat petani yang tidak dapat memenuhi permintaan pengelola maka pengelola
melempar kepada siapa yang masih berlebihan. Berikut penuturan bapak Wahab:
“Nah kita atur seandainya ada order 10 kg kita bagi rata semuanya merasakan,
contohnya seperti ini dari Jakarta itu ada orderan brokoli sekarang katakanlah 80
kg yang punya banyak kalo brokoli itu kalo dilahan gak ditebang itukan sudah
gak laku di jual, harus-harus karena kita punya inisiatif yang daftarkan berapa
terus tanya-tanya lah kemampuan nanti kalo petik berapa, berapa kg? kita
kemampuan petik kira-kira 50 kg, lah terus tanya lagi berapa kg? lah kita pulang
ini berapa kg, berapa kg, kita ambil terus kita omong lagi ketempatnya orangorang tadi kamu kebagian ini, kamu kebagian segini kg, segini kg dah.”

Pembagian dalam pemenuhan pesanan secara adil ini meminimalkan konflik di
anggota dan pengelola, anggota maupun pengelola memperoleh pembagian
pemenuhan pesanan secara adil karena sumber pendapatan utama pengelola juga
dari hasil pertanian. Penuturan bapak Wahab diperkuat penuturan bapak
Suparyono:
“Permintaan pasar melalui pengelola permintaan anggota tinggal tunggu dari
pengelola itu misalkan mau dikonsumsi itu brokoli na itu pengelola
menghubungi yang sudah tanam brokoli, misalkan buncis pengelola
menghubungi yang sudah tanam buncis gitu.”

4.2.4

Saluran Distribusi Produk Sayuran Tranggulasi
Saluran distribusi sayuran organik milik Tranggulasi yaitu berawal dari

lahan pertanian yang dimiliki oleh petani, dari lahan petani membawa sayuran
mereka ke gudang untuk dipersiapkan sebelum diantar ke terminal atau bandara
dengan menggunakan mobil box AC milik Tranggulasi. Setelah dipersiapkan
maka sayuran siap diantar ke bandara atau terminal tergantung tujuan, setelah
sampai maka sayuran siap dikirim. Sasaran kirim diantaranya Jakarta, Malaysia,
Singapore dan sebagainya. Kemudian sebagian sayuran dari lahan petani juga di
antar ke tempat bapak Jumari untuk dipersiapkan sebelum diantar ke tujuan,
namun di tempat bapak Jumari terkadang diambil sendiri, dan terkadang diantar.
Tempat bapak Jumari merupakan pemenuhan terhadap pesanan dari Superindo.
Gudang
Lahan
pertanian
Rumah bapak
Jumari

Pengiriman menggunakan
mobil box AC

Bus AC

Konsumen

Pesawat
Langsung ambil
di tempat

Sumber data primer, 2013
Gambar 4.2.4 Saluran distribusi produk sayuran Tranggulasi

12

4.2.5

Strategi Kegiatan Pengendalian

4.2.5.1 Pengendalian Produk Sayuran Tranggulasi
Setelah ada kesepakatan kerjasama untuk bisnis sayuran maka Kelompok
Tani Tranggulasi mempunyai kewajiban untuk menjaga kesinambungan produk
sayuran organik sehingga permintaan konsumen tidak terputus karena kehabisan
stok produk sayuran organik untuk jenis-jenis tertentu yang disebabkan kesalahan
teknis. Dalam hal ini pengaturan pola tanam produk kepada petani sangatlah
penting agar tidak terjadi produk yang berlebihan dan produk yang tidak ditanam
atau kekurangan. Strategi yang diterapkan oleh pengelola yaitu dengan pengaturan
pola tanam bergiliran dikalangan petani. Berikut penuturan bapak Pitoyo:
“Bagaimana menjaga kontinuitas produk ini selalu ada ini strateginya,
pengaturan pola tanam untuk menjawab kontinuitasnya biar apa, o… selada
keriting itu permintaan paling satu hari mintanya 10 kg, 15 kg, gak mungkin
satu petani nanamnya cuma segitu kalau gak ada yang nyiapin, nah sehinggakan
gak mungkin semua nanam bersamaan itulah yang kita kembangkan, strateginya
ya kamu nanam, kamu nanam, gantian hargakan sudah sama mau nanam besok
mau nanam sebulan lagi harganya juga tetap sama itu.”

Pola tanam yang diterapkan yaitu pembagian setiap komoditas sayuran pada
sekelompok petani, satu komoditas sayuran ditanam oleh lima orang, untuk
menjaga keberadaan produk tersebut. Penuturan bapak Pitoyo diperkuat penuturan
bapak Suparyono yaitu:
“Kelompok disuruh tanam misalkan anggota 32 itu satu musim eh satu
penanaman itu 5 orang, terus satu minggu lagi 5 orang, satu minggu lagi 5 orang
itu terus berjalan gitu, pak Pitoyo seperti itu memberi penyuluhan. Jadi tidak
terputus gitu mas jadi gudangkan tetap ada sayur gitu bergantian secara
penanaman.”

Berikut penuturan bapak Supardi Hadi Sucipto:
“Untuk penilaian saya 75% bagus, kalau masalah tanaman yang ini nanam ini,
yang ini nanam ini, yang itu nanam itu, ya bisa jangan sampai setiap harinya
kepedotan to mas kehabisan untuk permintaan.”

4.2.5.2 Pengendalian Budidaya Sayuran Tranggulasi
Kegiatan pengendalian budidaya sayuran organik di Kelompok Tani
Tranggulasi menggunakan Standar Operasional Pertanian (SOP) dan Good
Agriculture Practices (GAP) atau budidaya yang baik dan benar. Sebagai acuan
dalam menghasilkan produk yang berkualitas.

13

Pada saat pengelola menerapkan strategi pengaturan pola tanam, maka di
petani untuk menjaga keberlangsungan produk yang ada dilahannya menerapkan
strategi tumpang sari. Namun ada tanaman yang tidak dapat untuk tumpang sari
sehingga ini membuat kepasrahan petani terhadap alam, diantaranya swich
chaerly, blood spinat. Selain tumpang sari strategi penanaman tanpa henti juga
diterapkan di lahan Tranggulasi, penanaman tanpa henti yang dimasud adalah
penanaman bergilir dalam satu lahan pada bedengan yang berbeda untuk beberapa
jenis sayuran dengan waktu tanam yang berbeda, sehingga pada saat bedengan
pertama mau panen petani sudah mempersiapkan tanaman yang akan ditanam
berikutnya,

kemudian

dibedengan

lain

sudah

menunjukan

tanda-tanda

kedewasaan dan saat bedengan yang berisi tanda-tanda kedewasaan tersebut
sudah siap panen yang dipersiapkan petani untuk ditanam tersebut sudah
menunjukan tanda-tanda kedewasaan, dan seperti itulah seterusnya, dengan
jumlah tanam yang tidak terlalu banyak namun dapat selalu ada. Berikut
penuturan bapak Pitoyo:
“Kita strateginya ya kita menyesuiaikan permintaan nanam gak usah banyak
contoh saya dibelakang rumah itu nanam kan gak usah banyak, tomat ya hanya
200 pohon, untuk apa? Untuk selalu ada salah satu contoh selada keriting 2
petak, 2 petak itu bisa ditanam berurutan, tiap hari panen bisa, sampai nanti
habis bisa gantian lagi belakangnya, sepinat misalnya juga demikian.”

Penanaman secara bergilir dan sedikit di lahan dalam arti tidak menanam sekali
gus dilahan yang tersedia memungkinkan dalam menjaga keberadaan dari produkproduk Tranggulasi, dengan demikian permintaan konsumen akan selalu tersedia,
meskipun dalam jumlah kecil namun tetap ada, sehingga sayuran tidak akan putus
yang akan membuat konsumen kecewa. Penuturan bapak Pitoyo diperkuat
penuturan bapak Suparyono:
“Pengendalianya tumpang sari mas, tumpang sari pengendaliannya misalkan
tanam brokoli ini kan brokoli satu bulan, sudah satu bulan ini na sampingnya
sudah ada tanaman lagi terus gitu mas, misalkan sini sudah penuh sini panen
misalkan kita - kita punya tanah seribu meter misalkan itukan 500, 500 yang di
tanam. jadi sekarang 500 terus satu minggu lagi 500, ini bisa ditanam tumpang
sari endak bersamaan.”

Untuk

menjaga

kualitas

produk,

Kelompok

Tani

Tranggulasi

melakukannya dengan cara meningkatkan kualitas pupuk, pupuk yang baik akan
menghasilkan produk yang berkualitas, namun pupuk yang tidak baik maka
hasilnya pun tidaklah maksimal. Ada dua jenis pupuk yang dipakai di Tranggulasi

14

saat ini yaitu pupuk padat yang terbuat dari kotoran sapi yang dijadikan sebagai
pupuk dasar, dan pupuk cair yang terbuat dari campuran berbagai hasil tanaman
difermentasi yang dinamakan Power, serta urine sapi yang dipakai sebagai bahan
pengocor atau yang disemprotkan. Sedangkan pestisidanya yang berasal dari
kelompok yaitu CP (Ces Plong), yang terbuat dari biji bengkoang difermentasi,
dan selebihnya kreatifitas dari individu masing-masing petani. Seperti yang
dituturkan bapak Pitoyo:
“Istilahnya powerkan kuat ya menurut kita si kekuatan karena satu diambil dari
kronologis dari bahan baku terus kemudian dari fungsi di tanaman ini memang
untuk kekuatan. Terbuat dari, semuanya si kerena itu perlakuan fermentasi, yang
namanya fermentasikan kamu tahu sendirilah, itu bahan bakunya dari tetes air
tebu, air kelapa dan beberapa buah nenas dan hormon.”

Bapak Pitoyo juga menambahkan bagaimana dalam mengendalikan hama yang
terbuat dari bahan alami, yaitu pestisida cp yang terbuat dari biji bengkoang yang
difermentasi. Berikut penuturan bapak Pitoyo:
“Pestidsidanya juga kita buat sendiri, cp namanya. Untuk mengendalikan hama
dan penyakit, strateginya masing-masing petani luar biasa, punya sendiri teknik.
Bahkan itu lah yang kami harapkan, menjadi sain namanya, sain petani.”

Power dan cp merupakan produk yang diproduksi oleh pengelola yang
dipinjamkan ke kelompok dan digunakan sebagai saprodi oleh kelompok.
4.2.5.3 Pengendalian Masuknya Produk Sayuran dari Mitra Usaha
Peran mitra sangat diperlukan oleh Kelompok Tani Tranggulasi dalam
pemenuhan permintaan pasar dan mitra sangat antusias dalam keinginan
bekerjasama dengan Kelompok Tani Tranggulasi yang disebabkan oleh
pemberian harga produk yang sama dengan anggota Tranggulasi diberikan oleh
pengelola serta permintaan yang menjanjikan. Mitra tersebut diantaranya Bangkit
Merbabu, Margi Santoso, Merapi Asri, dan Redo. Namun mitra tidaklah
semenang-menang dalam menjual produk mereka ke pengelola melainkan harus
mengikuti aturan yang dibuat. Aturan yang dibuat demi menjaga nama Kelompok
Tani Tranggulasi. Aturan tersebut tidak boleh menggunakan bahan kimia
sedikitpun, dan melakukan pengendalian dengan baik dan tepat waktu, yang akan
dikontrol oleh tim lapangan dan memiliki penanggung jawab seperti ketua
kelompok masing-masing. Namun sebelumnya para penanggung jawab sudah
terlebih dahulu diberi masukan tentang peraturan Tranggulasi. Berikut penuturan
bapak Wahab:

15

“kita punya mitra karena produk kita kalau kita tangani dari satu kelompok aja
gak mampu terus pesanan dari-dari luar negeri itu mintaknya perharinya 1,5 ton
seperti buncis perancis itu terus kita dari luar daerah banyak yang minat karena
harganya masuk tapi kita gak serta merta kita menerima, gak. Kita sarankan
boleh kerjasama dengan kita dengan catatan aturan dan semuanya istilahnya
aturan lah mengikuti kita, kalo gak mengikuti kita istilahnya karena kita jual
nama otomatis udah lepas.”

Tranggulasi punya nama, punya konsumen tetap, punya permintaan yang besar,
tidak ada petani yang tidak menginginkan seperti petani Tranggulasi, oleh sebab
itu antar kelompok tani saling kerjasama satu dengan yang lain, namun peraturan
Tranggulasi yang tentukan sehingga kerjasama ini dapat saling menguntungkan.
Penuturan bapak Wahab diperkuat penuturan bapak Harun:
“Sini ada yang dipercaya sana ada yang dipercaya kan gitu. Kalo harga
perkilonya pasar dilokal segini dengan anggota ya memang sudah kalo sini
anggota itu harga sini terus, terus gak, gak ada turun naik begitu, soalnya lokal
seperti brokoli ya misalnya 5000 di lokal tapi disini dengan yang anggota 8000
sampai 9000 itu memang selalu gak, gak dikasi turun misalnya lokal 5000,
6000, 7000 dengan anggota gitu lo. Begitupun dengan petani luar juga gak
dikasi turun.”

Berikut penuturan bapak Suparyono:
“Pengendalian terhadap mitra agar tidak semena-mena terhadap gudang ya itu
mas terus di anu mas di.. di beri pengetahuan mas agar misalkan nanam ini
harus obatnya ini harus kan gitu. Jadi tidak mengurangi aturan.”

4.3

Hubungan Pasar Lokal, Anggota dan Pengelola
Hubungan antara pasar lokal, pengelola, dan petani anggota, ini

digambarkan pada pengaruh harga. Dimana pasar lokal berpengaruh terhadap
harga beli pengelola ke petani, dan tentunya juga akan berpengaruh pada harga
jual pengelola ke konsumen. Pengaruh pasar lokal ini berlaku pada komoditas
yang memiliki turun dan lonjakan harga yang cukup ekstrim seperti cabe, wortel
dan tomat. Namun pada komoditas yang normal dalam arti turun dan lonjakan
harga yang tidak terlalu ekstrim yang masih masuk dalam radar harga di
Tranggulasi, pasar lokal tidak berpengaruh, diantaranya kol, sawi putih, buncis
perancis, dan brokoli.
Anggota

Pengelola

Pasar Lokal

Sumber data Primer, 2013
Gambar 4.3 Hubungan Pasar Lokal, Anggota dan Pengelola

16

Sehingga dari ilustrasi ini dapat digambarkan bahwa pasar lokal memiliki
peranan penting dalam penentuan harga produk di petani, dan kelangsungan
pengiriman barang oleh pengelola. Bila di pasar lokal harga naik melebihi harga
jual pengelola maka pengelola menghentikan pengiriman, satu atau dua kali
pengiriman, karena harga di pasaran lokal dapat menggoyahkan harga yang
diberikan kepada petani, namun penghentian pengiriman hanya terjadi apa bila
konsumen tidak berani untuk menaikan harga bersaing dari pasar lokal, jika
sebaliknya pengiriman akan tetap berlanjut.
4.4

Subsidi Silang
Pengelola menerapkan sistem subsidi silang, subsidi silang terjadi bila

harga dipasaran lokal lebih rendah dari harga yang diberikan oleh pengelola ke
petani, maka pengelola mengsubsidi petani namun bila harga dipasaran naik
melebihi dari harga yang diberikan pengelola ke petani maka petani lah yang
mengsubsidi pengelola, dengan harga jual dan harga beli tetap (pakem).
Rp8.000
Rp6.000
Rp4.000
Rp2.000
Rp0

Ps. Lokal
Anggota
Pengelola
Harga Harga Harga
1
2
3

Sumber data Primer, 2013
Gambar 4.4 Grafik Subsidi Silang
Ilustrasi grafik ini diambil pada sayuran sawi putih, dimana harga normal
yang dibeli pengelola ke petani yaitu seharga Rp 3.000, yang bersifat menetap,
dan harga jual ke konsumen Rp 6.000. Harga 1 menunjukan terjadinya harga
dipasaran lokal dibawah harga normal yaitu Rp 1.000, sehingga di harga 1
pengelola mengsubsidi petani, kemudian di harga 2 dimana pengelola mendapat
keuntungan normal, karena dipasaran lokal maupun dipetani harga sama yaitu Rp
3.000, namun jika harga sawi putih di pasar lokal melebihi harga beli pengelola ke
petani, pengelola disubsidi oleh anggota karena harga beli tetap Rp 3.000
keuntungan ini terjadi pada harga 3, yaitu sebesar Rp 5.000. Dengan catatan harga
jual tetap Rp 6.000. Berikut penuturan bapak Pitoyo:
“Itu lah yang kami namakan dengan subsidi silang dan petani sudah tahu petani
kami hargai 10.000 selalu, mau harga dipasaran 1000 tetap dibayar 10.000,

17

artinya ketika pasar itu naik kita ini disubsidi oleh petani tapi ketika harga ini
pas turun kita lah yang mensubsidi petani, karena gak mungkin dijual 1000
kasiankan tetap kita beli 10.000, tapi ketika mungkin ini pas harga naik 11.000
kita sudah mensubsidi berapa aja dan kita liat grafik harga naik ini berapa to
dengan harga turun ini kadang-kadang banyak turunnya dari naiknya.”

Menetapkan harga subsidi memberikan manfaat bagi petani, petani dilindungi
dari fruktuasi harga yang tidak menentu, sehingga pendapatan petani menjadi
pasti. Subsidi silang ini berdasarkan waktu. Seandainya minggu ini turun petani
disubsidi, tapi jika minggu depan naik petani yang mengsubsidi. Dapat pula
subsidi silang terhadap item, jika salah satu item mengalami penurunan maka item
yang lain akan menutupi dengan harga pakem tersebut. Penuturan bapak Pitoyo
diperkuat penuturan bapak Suparyono:
“Kalo buncis itu 7000 itu sudah diberi tahukan oleh kelompok kalo brokoli
10.000 itu sudah haraga mati mas. misalkan pasar lokal 3000 tapi kelompok
tetap membayar 10.000 mas.”

Berikut penuturan bapak Saefudin:
“Misalkan yang saya maksudkan itu beginikan ada orang tani itu bisa
membandingkan lah kita jual ke pasar iya to, kita jual kepasar harganya sekian
iya kalo ada untungnya harganya naik kalo turun, seperti kemaren-kemaren kan
brokoli seandainyakan sampai 2000 juga to sampai 2000 tapi dikelompok kan
9000 atau 8000 kan kita sudah untung.”

4.5

Komoditas yang Berhenti di Produksi

Tabel 4.5 Komoditas yang Berhenti di Produksi
No

Komoditas

1

Blood Spinat

2

Switch Cherlly

3

Waroket

4

Black Spinat

5

Orel

Keterangan
1. Spesifikasi perawatan
2. Keterbatasan lahan
3. Tidak adanya permintaan pasar
Tanaman ini merupakan tanaman eksklusif, sehingga
masih sulit dalam pengembangannya.

Sumber data primer, 2013
Komoditas yang dulunya ada dan sekarang tidak lagi dibudidayakan di
Tranggulasi ini merupakan komoditas yang asing di pasar tradisional, komoditas
ini memerlukan perawatan yang intensif, dan tidak dapat dilakukan tumpang sari
sehingga lahan tersebut hanya khusus untuk satu komoditas tersebut, masih jarang
dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya menjadikan pasar sayuran ini masih

18

terbatas meskipun harganya cukup tinggi, ketelatenan yang diperlukan dalam
budidaya sayuran ini menjadi hambatan di Tranggulasi.
Berikut penuturan bapak Pitoyo:
“Ketersediaan lahan yang sangat terbatas dan fasilitas yang terbatas juga, karena
dalam arti produk-produk tersebut membutuhkan spesifikasi tempat, spesifikasi
perawatan yang sangat khusus misalnya, nah kita belum bisa kita harus belajar
banyak karena itu untuk produksi dari Perancis, bukan dari Belanda sebetulnya
cara nya mudah karena kadang-kadang kita ya gak sabaran itu, orang maunnya
bles-bles, bles na, yang namanya blood spinat, swith cherlly ini berhenti karena
tidak bisa untuk memenuhi, karena keterbatasan tempat dan spesifikasi.”

Sayuran-sayuran ini bukan berarti tidak mampu dibudidayakan di Tranggulasi
namun lebih mudah membudidayakan sayuran yang lain ketimbang sayuran ini,
kemudian pasar sayuran ini pun tidak mendukung sehingga sayuran ini tidak
dibudidayakan lagi.
4.6

Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Produk Sayuran
Organik Tranggulasi

Tabel 4.6 Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Produk
Sayuran Organik Tranggulasi
Produk

Faktor Pendorong

Produk Lama

1. Masih ada pasar
2. Harga tinggi
3. Petani sudah terbiasa

Produk Baru

1.
2.
3.

Perminntaan pasar
Harga tinggi
Mudah dalam
membudidayakannya

Faktor Penghambat
Tidak ada lagi pasar yang berminat,
Cuaca yang tidak bersahabat, benih
yang terbatas.
1.
2.
3.
4.

Memerlukan spesifikasi perawatan
Keterbatasan lahan
Tidak dapat tumbuh dengan baik di
Tranggulasi
Kesulitan dalam membudidayakannya

Suber data Primer, 2013
Faktor penghambat sayuran untuk tumbuh di lahan Tranggulasi memang
lebih banyak ketimbang faktor pendorongnya, jadi sangatlah wajar jika harga
sayuran organik lebih mahal dari sayuran konvensional, sehingga untuk
komoditas tertentu yang memerlukan spesifikasi perawatan, petani Tranggulasi
belumlah sepenuhnya mampu, karena lahan maupun sarana pendukung sangat
terbatas. Namun dengan banyaknya konsumen yang minta sayuran dari
Tranggulasi menjadikan apa yang tidak bisa dibudidayakan di Tranggulasi
tidaklah berdampak negatif bagi pendapatan Tranggulasi dan banyaknya item
sayuran Tranggulasi.

19

4.7

Menganalisis Peran Ketua, Pengurus Lainnya, dan Anggota dalam
Pengembangan Produk Sayuran Organik
Penjelasan peran ketua, pengurus lainnya dan anggota dapat dilihat pada

sub bab berikut.
4.7.1

Peran Ketua Kelompok Tani Tranggulasi
Ketua Kelompok Tani atau yang biasa disebut kontak tani, di Tranggulasi

merupakan pemimpin yang mumpuni pada saat ini karena kelompok ini minim
pemimpin yang memiliki pendidikan tinggi dan kredibilitas seorang pemimpin
yang baik. Peran ketua di Kelompok Tani Tranggulasi, yaitu memimpin anggota,
sebagai tempat masuknya informasi, pengambil keputusan, mengorganisir
anggota, menjadi ikon, penyusun rencana, mencari peluang dalam memasarkan
produk, dan sebagai penghubung. Begitu multinya peran ketua menjadikan ketua
sangat sentral dalam kelompok ini, sehingga setatus ketua yang saat ini diemban
oleh bapak Pitoyo belumlah mampu tergantikan. Berikut pernyataan bapak
Pitoyo:
“Ya mengorganisir, terus mencari informasi kemudian menghubungkan,
kemudian mencari peluang , ya diantaranya itu.”

Bapak Wahab menambahkan untuk peran ketua yaitu:
“Peranan ketua memimpin anggota, memimpin rapat, terus punya link, dan
keputusan ketua yang digunakan.”

Ketua Kelompok Tani Tranggulasi memiliki kemampuan yang multi dalam
menjalankan organisasi dan juga sebagai petani, ketua yang ada sekarang mampu
berperan dalam segala posisi yang ada di organisasi khususnya organisasi
kelompok tani. Berikut penuturan bapak Saefudin:
“Kalo pak Pitoyo turun saya membayangkan gak ada yang bisa menggantiakan
jelas gak ada yang wawasannya seperti pak Pitoyo, dak ada belum mampu, saya
melihat teman-teman saya sendiri satu tim satu kelompok saja gak ada yang
wawasannya sama samaan dengan pak Pitoyo endak itu, seandainya pak Pitoyo
turun kita harus gimana itu pokoknya ya nyerah. Kalo pak Pitoyo turun ya kita
pasrahnya ya kita hancur ya gitu aja.”

4.7.2

Peran Pengurus Kelompok Tani Tranggulasi
Peran pengurus Kelompok Tani Tranggulasi yaitu mengelola manajemen

kelompok, ikut berperan serta dalam semua kegiatan kelompok, sebagai tempat
ketua

bertukar pikiran dan jajak pendapat, membantu menyusun rencana,

membantu memberikan ide dalam mengambil keputusan, melayani anggota dalam
20

bentuk membagi tugas anggota sesuai dengan sumber daya, membuat jadwal
tindakan (tanam, panen, dan kirim), mengawasi dan menjalankan aturan yang
sudah disepakati. Berikut penuturan bapak Wahab yaitu:
“Mendampingi ketua, terus melayani dari anggota bentuk apa pun yang sudah
kita putuskan bersama. Aturan-aturan itu, kita wajib sebagai pengurus kita
laksanakan.”

Pengurus Kelompok Tani Tranggulasi dipilih karena berdasarkan kemampuan
mereka masing-masing, tidak seperti ketua yang multi pengurus lebih kepada
spesifikasi kemampuan individual mereka, yang diperlukan oleh ketua dalam
membentuk sebuah tim. Berikut penuturan bapak Petrus:
“Peran pengurus itu sesuai dengan proporsinya, ia jadi sesuai dengan proporsi
jadi mereka sesuai dengan bagiannya gitu.”

4.7.3

Peran Anggota Kelompok Tani Tranggulasi
Anggota sebagai pelaksana dalam perjalanan memproduksi produk

sayuran organik. Untuk memotivasi anggota dan menumbuhkan loyalitas terhadap
kelompok maka anggota dilibatkan dalam setiap aktifitas organisasi yang
dirumuskan dalam kewajiban sebagai anggota Kelompok Tani Tranggulasi,
kewajiban anggota adalah mengikuti aturan main organisasi, membesarkan nama
organisasi dengan menghasilkan produk yang berkualitas, memberi masukan
kepada pengurus baik itu dalam memecahkan masalah ataupun hanya sekedar
memberikan informasi, dan mendapatkan haknya. Haknya yaitu memperoleh hasil
dari jual sayuran, mendapat pembagian setiap akhir tahun, memperoleh pinjaman,
mendapat tunjangan dan dianggap sebagai keluarga dalam organisasi.
Berikut penuturan bapak Pitoyo :
“Ada hak dan kewajiban. Kewajibanya seorang anggota adalah ikut aturan main
yang ada di organisasi, kemudian ikut membesarkan organisasi, ikut
mengembangkan organisasi, memberi masukan kepada pengurus, memberikan
informasi untuk kemajuan organisasi. Haknya mendapatkan hak semua dari
hasil termasuk dari income, setiap tahun ada pembagian, kalo ada pinjaman,
haknya diantaranya itu.”

Pemenuhan hak untuk anggota sangat diperhatikan oleh pengelola, tentunya
kewajiban anggota harus dijalankan dengan sepenuh hati, loyalitas terhadap
kelompok yang dituntut pengelola. Bapak Wahab menambahkan tentang peran
anggota yaitu:
“Anggota seperti kalau disinikan nanam ini harus ditepati sesuai dengan aturan
yang diputuskan bersama.”

21

4.8

Pembahasan

4.8.1

Strategi Kelompok Tani
Merancang dan menerapkan strategi dalam Kelompok Tani Tranggulasi,

ini merupakan tugas dari pengelola sebagai manajer, sehingga prilaku organisasi
dapat mencerminkan bagaimana strategi bisnis Tranggulasi berjalan,

dengan

keterbukaan sehingga dalam perencanaan Tranggulasi terbuka terhadap
permintaan konsumen, untuk pemesanan produk sayuran, yang dijadikan strategi
perencanaan pengembangan produk sayuran organik oleh kelompok. Pada strategi
pengambilan keputusan, keputusan diambil atas dasar kekeluargaan sehingga
dalam memutuskan, kebersamaan dalam musyawarah untuk mufakat yang
menjadi kebiasaan. Kemudian strategi pelaksanaan, ini pun tidak terlepas pada
“perasaan” dimana pelaksanaan didasarkan pada kepercayaan dengan sebuah
kesepakatan yang dibentuk berdasarkan kekeluargaan, dan yang terakhir dalam
strategi pengendalian kepercayaan terhadap setiap petani bahwa petani mampu
untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari setiap produk menjadikan kelompok
tani ini benar-benar memiliki kepercayaan tinggi. Hubungan interpersonal satu
dengan yang lainnya terasa sangat mendalam apa lagi ditunjang dengan faktor
kebudayaan desa yang masih kental terhadap toleransi dan gotong royong
mencerminkan bagaimana organisasi ini dijalankan, dengan keahlian sebagai
petani sayuran yang ditunjang oleh manajemen mumpuni menjadikan Kelompok
Tani Tranggulasi sebagai organisasi yang kompetitif.
4.8.2

Peran Ketua, Pengurus Lainnya dan Anggota
Peran ketua dalam pengembangan produk sayuran organik, ketua memiliki

ikatan personal yang sangat erat terhadap pengurus dan anggota lainnya sehingga
ketua tidak begitu saja menerima dan menerapkan apa yang diminta oleh
konsumen namun ketua terlebih dahulu mendiskusikannya dengan anggota yang
lain, untuk dapat menerima atau menolak apa yang diinginkan oleh konsumen
tentunya dengan pertimbangan-pertimbangan. Ketua dalam kelompok tani ini
merupakan orang yang selalu dicari oleh orang lain khususnya di Tranggulasi
dalam urusan usaha. Informasi, produk, atau apa pun itu yang berhubungan
dengan usaha dari luar sebagian besar selalu masuk melalui ketua, dan ketua

22

selalu memerlukan pengurus lain dalam menampung informasi yang masuk
tersebut. Pengurus dan ketua mem

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Bauran Pemasaran Sayuran Organik pada Kelompok Tani Tranggulasi T1 522008026 BAB I

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Bauran Pemasaran Sayuran Organik pada Kelompok Tani Tranggulasi T1 522008026 BAB II

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Bauran Pemasaran Sayuran Organik pada Kelompok Tani Tranggulasi T1 522008026 BAB IV

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Bauran Pemasaran Sayuran Organik pada Kelompok Tani Tranggulasi T1 522008026 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Bauran Pemasaran Sayuran Organik pada Kelompok Tani Tranggulasi

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kelompok Tani Tranggulasi dalam Pengembangan Produk Sayuran Organik Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 522008012 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kelompok Tani Tranggulasi dalam Pengembangan Produk Sayuran Organik Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 522008012 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kelompok Tani Tranggulasi dalam Pengembangan Produk Sayuran Organik Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 522008012 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kelompok Tani Tranggulasi dalam Pengembangan Produk Sayuran Organik Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kelompok Tani Tranggulasi dalam Pengembangan Produk Sayuran Organik Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

0 0 5