Perilaku Diet pada Remaja

BAB I
PENDAHULUAN

Bagi remaja citra tubuh merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa
remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku
yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) yang mengatakan bahwa pada masa remaja,
para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin
mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa
tidak puas terhadap penampilan dirinya. Bagaimana perasaan seseorang mengenai
penampilan fisik inilah yang disebut dengan citra tubuh (Valencia, 2008).
Santrock (2003) mengemukakan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh
seseorang akan menjadi lebih kuat, khususnya pada remaja yang berusia 12 hingga 18
tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Para remaja melakukan
berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh ideal sehingga terlihat menarik seperti
berpakaian sesuai bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan, namun usaha
tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Hal ini sejalan dengan
pendapat Dion (dalam Hurlock, 1999) yang menyatakan bahwa meskipun pakaian dan
alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang
tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi

hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya.

4

Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan
daripada remaja laki-laki. Pada umumnya remaja perempuan lebih kurang puas dengan
keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif,
dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan
pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami
peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh ideal.
Sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot mereka yang umumnya
semakin meningkat (dalam Santrock, 2003).
Usaha remaja dalam mencapai kepuasan terhadap gambaran tubuhnya untuk
memperoleh penampilan yang menarik juga dipengaruhi oleh status sosial ekonomi.
Menurut Havighurst (dalam Ermanza, 2008), remaja yang berasal dari keluarga yang
memiliki status sosial ekomoni menengah atas akan lebih mudah memenuhi segala
kebutuhan fisiologis mereka yang dibutuhkan untuk mendapatkan penampilan yang
menarik dan mudah mengakses hal-hal yang akan mendukung pembentukan gambaran
tubuh mereka mengenai penampilan ideal dan penampilan yang sedang menjadi trend
pada saat ini (seperti mengakses internet dan media televisi). Hal ini akan menjadi sangat

berbeda dengan remaja dari status sosial ekonomi bawah, dimana mereka sulit untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Sebetulnya tidak terlalu sulit bagi mereka untuk
memperoleh informasi yang dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap cara-cara
pembentukan tubuh yang ideal, namun mereka tidak mempunyai kemampuan yang lebih
untuk memenuhi segala kebutuhan tersebut.

5

Semua orang tentu ingin memiliki penampilan fisik yang menarik. Bagi remaja
yang bentuk tubuhnya tidak ideal, sering menolak kenyataan perubahan fisiknya sehingga
mereka tampak mengasingkan diri karena perasaan minder. Sementara bagi remaja yang
menerima perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, mengganggap hal tersebut sebagai
suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang yang melalui masa
pubertas. Rasa minder itu timbul karena remaja menyadari bahwa daya tarik fisik
berperan penting dalam hubungan sosial. Remaja menyadari bahwa mereka yang menarik
biasanya akan mendapat perlakuan ‘lebih baik’ daripada mereka yang kurang menarik
(Hurlock, 1999).
Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya
sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang
ideal dapat mengarah pada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (dalam Papalia,

2008). Remaja selalu berusaha untuk mendapatkan berat badan yang ideal. Konsep tubuh
yang ideal pada perempuan adalah bentuk tubuh yang langsing, sedangkan pada laki-laki
adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang serta biseps yang menonjol (McCabe &
Ricciardeli, 2004). Hal inilah pada akhirnya mengakibatkan banyak dari remaja yang
mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh
menjadi ideal.
Perilaku diet didefinisikan sebagai aktivitas membatasi dan mengontrol makanan
yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan
yang dianggap ideal (Hawks, 2008). Diet juga mencakup pola-pola yang bervariasi,
seperti pemilihan makanan yang baik untuk kesehatan hingga pembatasan yang sangat

6

ketat akan konsumsi kalori. Perilaku tidak sehat yang dapat diasosiasikan dengan diet
antara lain, puasa berlebihan, tidak makan dengan sengaja, penggunaan pil-pil diet,
penggunaan penahan nafsu makan, penggunaan zat-zat laksatif, muntah dengan sengaja
dan binge eating (French, Perry, Leon & Fulkerson, 1995).
Diet yang dilakukan oleh remaja bukanlah hal yang dapat disepelekan. Saat
remaja adalah saat ketika tubuh seseorang sedang berkembang pesat dan sudah
seharusnya mendapatkan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berkembang.

Kebiasaan diet pada remaja dapat membatasi masukan nutrisi yang mereka butuhkan
untuk tumbuh dan berkembang. Disamping itu, diet pada remaja juga dapat menjadi
sebuah titik awal berkembangnya gangguan pola makan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa perhatian terhadap citra
tubuh menjadi sangat kuat terutama pada masa remaja, baik pada remaja perempuan
maupun laki-laki. Para remaja umumnya akan melakukan berbagai usaha agar
mendapatkan gambaran tubuh atau citra tubuh yang menurutnya paling ideal. Maka
dari itu, melalui tulisan ini penulis ingin meninjau lebih lanjut mengenai teori-teori
yang berkaitan dengan perilaku diet pada masa remaja.

7