Sejarah PT. Perkebunan IX (Persero) di Sumatera Utara 1974-1996

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Dalam masa pemerintahan kolonial Belanda, wilayah Sumatera Timur

merupakan kawasan yang penting dalam perkembangan perekonomian Hindia
Belanda di Pulau Sumatera. Dalam perkembangan ekonomi perkebunan, Sumatera
Timur mengalami eksploitasi secara besar-besaran. 1 Salah satu eksploitasi tersebut
adalah masuknya investasi swasta dalam jumlah besar untuk pembukaan perkebunan
di Sumatera Timur. Masuknya investasi asing ke wilayah ini diawali tahun 1863 oleh
Jacobus Nienhuys yang pada saat itu mewakili Firma van den Arend. 2Pembukaan
perkebunan pertama berada di wilayah Kesultanan Deli, dengan jenis komoditi
tembakau.
Dalam perkembangannya Jacobus Nienhuys bersama dua rekannya yaitu G.
C. Clemen dan P. W. Janssen mendirikan perusahaan N.V. DeliMaatschappij. Pada
tahun 1871 perusahaan ini dipimpin oleh J. T. Cremer. Beliau yang meletakkan dasardasar pengelolaan dan manajemen perusahaan ini sehingga mempunyai pengaruh
besar terhadap perkebunan-perkebunan lain di Sumatera Timur. 3


1

Yasmis, “Kuli Kontrak di Perkebunan Tembakau Deli Sumatera Timur 1880-1915”, dalam
Tesis S-2 belum diterbitkan, Jakarta: Universitas Indonesia, 2008, hal. 1.
2
Karl J. Pelzer, Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1977, hal. 51.
3
Ibid., hal. 59.

1

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan N.V. DeliMaatschappij banyak melakukan terobosan dan
percobaaan budidaya komoditas tanaman. Perusahaan ini mengusahakan perkebunan
tembakau yang merupakan komoditi utama, selain itu terdapat juga perkebunan karet,
kopi, kelapa, pala, dan coklat. Perusahaan ini juga menjadi kekuatan utama dalam
ekonomi perkebunan di Sumatera karena luas perkebunan yang dimiliki meliputi
wilayah Kesultanan Deli, Langkat dan Serdang. Wilayah-wilayah tersebut merupakan

wilayah utama dalam penanaman komoditi tembakau yang terbaik. Selama masa
depresi tahun 1891, perusahaan ini banyak mengambilalih perkebunan yang para
pemiliknya mengalami kesulitan keuangan. 4
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini tidak serta merta
dimiliki oleh negara. Hal inilah yang selalu menjadi persoalan karena upaya untuk
mewujudkan ekonomi nasional selalu terhalang ketika saham-saham perusahaan
tersebut masih dikuasai oleh pihak asing yang dalam hal ini Belanda. 5 Keadaan ini
berlangsung sampai tahun 1957 ketika proses nasionalisasi dicanangkan secara besarbesaran.
Setelah menjalani proses nasionalisasi, perusahaan milik Belanda tersebut
pada 1974 berubah menjadi PT. Perkebunan IX (Persero) 6. PT. Perkebunan IX

4

Ibid., hal. 57-59.
Bondan Kanumoyoso, Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2001, hal. 25.
6
Persero adalah salah satu Badan Usaha yang dikelola oleh Negara atau Daerah. Tujuan
didirikannya Persero yaitu mencari keuntungan dan memberi pelayanan kepada masyarakat umum.
Modal pendiriannya berasal sebagian atau seluruhnya dari kekayaan negara yang dipisahkan berupa

saham-saham. Persero dipimpin oleh direksi, sedangkan pegawainya berstatus sebagai pegawai swasta.
Badan usaha ditulis PT < nama perusahaan > (Persero). Perusahaan ini tidak memperoleh fasilitas
negara. Dikutip dari, https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha, diakses pada 1 Mei 2016.
5

2

Universitas Sumatera Utara

(Persero) tetap memiliki konsistensi untuk memproduksi tembakau Deli. Mengingat
pada Tri Darma Perkebunan yaitu untuk menghasilkan devisa dan rupiah bagi negara
seefisien-efisiennya, memenuhi fungsi sosial diantaranya berupa memelihara atau
menambah lapangan kerja bagi warga negara Indonesia, serta memelihara kekayaan
alam berupa pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dan tanamannya. 7
Dalam

perkembangannya

PT.


Perkebunan

IX

(Persero)

melakukan

pengelolaan manajemen perusahaan yang terstruktur. Dalam tata kelolanya, sistem
organisasi, Komisaris, direksi dan karyawan PT. Perkebunan IX (Persero) memiliki
tugas pokok dan fungsi masing-masing yang diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Perusahaan. Selain itu perusahaan juga melakukan
penelitian, pengkajian dan pengelolaan aset-aset perusahaan seperti perkebunan,
pabrik, rumah sakit, bengkel pusat dan aset lainnya, yang dapat menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan dan negara. Seiring berjalannya waktu PT. Perkebunan
IX (Persero) melakukan terobosan berkaitan dengan pengalihan beberapa jenis
komoditas selain tembakau, walaupun komoditi tembakau masih tetap diusahakan
sebagai perhatian utama perusahaan. Namun komoditas lainnya seperti kelapa sawit,
coklat, dan tebu mulai diusahakan.
Pada tahun 1996, PT. Perkebunan IX (Persero) kemudian dilebur dengan PT.

Perkebunan II (Persero). Hal ini merupakan dampak dari kebijakan pemerintah pusat
terhadap pengelolaan perusahaan perkebunan-perkebunan yang ada di Indonesia.

7

H. Silitonga, Industri Perkebunan Besar di Indonesia Profil dan Petunjuk, Jakarta:
Departemen Pertanian, 1989, hal. 5-6.

3

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan peleburan kedua perusahaan ini kemudian mengubah nama perusahaan
menjadi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero).
Kajian ini bersifat deskriptif-naratif yaitu mendeskripsikan mengenai sistem
manajemen pengelolaan perusahaan baik struktur perusahaan maupun pengelolaan
kepegawaian dan keuangan. Selain itu kajian ini juga menjelaskan aset-aset
perusahaan seperti perkebunan-perkebunan, unit usaha, serta pendapatan dan
pengeluaran perusahaan. Penelitian ini juga membahas proses merger (peleburan)
perusahaan.

Penelitian ini diawali dari tahun 1974 karena pada tahun tersebut perusahaan
ini dijadikan Perusahaan Perseroan yakni PT. Perkebunan IX (Persero) berdasarkan
Akte Notaris SHS Loemban Tobing, SH. No. 6 tanggal 1 April 1974, walaupun
proses pengambilalihan perusahan dari Belanda menjadi milik negara sudah
berlangsung dari tahun 1958.
Adapun batasan akhir penelitian ini adalah pada tahun 1996, hal ini
dikarenakan pada tahun tersebut dilakukan merger atau peleburan perusahaan yakni
PT. Perkebunan IX (Persero) dilebur dengan PT. Perkebunan II (Persero) menjadi PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero). Dari uraian di atas, maka penelitian ini dapat
diberi judul “Sejarah PT. Perkebunan IX (Persero) di Sumatera Utara 19741996”.

4

Universitas Sumatera Utara

1.2

Rumusan Masalah
Penjabaran permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini akan dipandu


melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut:
1. Bagaimana awal berdirinya PT. Perkebunan IX (Persero)?
2. Bagaimana eksistensi PT. Perkebunan IX (Persero) dari tahun 1974-1996?
3. Bagaimana proses merger PT. Perkebunan IX (Persero) dan PT. Perkebunan
II (Persero) menjadi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)?

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting tentunya, bukan

hanya bagi peneliti tetapi juga bagi masyarakat umum. Tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menjelaskan proses awal berdirinya PT. Perkebunan IX (Persero).
2. Menjelaskan eksistensi PT. Perkebunan IX (Persero) dari tahun 1974-1996.
3. Menjelaskan proses merger PT. Perkebunan IX (Persero) dan PT.
Perkebunan II (Persero) menjadi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero).
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah perbendaharaan khasanah ilmiah di dalam perkembangan dunia
pengetahuan, khususnya bagi ilmu sejarah.

2. Menambah wawasan bagi para pembaca dan masyarakat luas mengenai
Sejarah PT. Perkebunan IX (Persero) dari tahun 1974-1996.

5

Universitas Sumatera Utara

3. Memberikan informasi dan motivasi bagi pembaca untuk melanjutkan
penelitian selanjutnya, bagi yang ingin meneliti dengan permasalahan yang
sama.

1.4

Tinjauan Pustaka
Bondan Kanumoyoso (2001) dalam bukunya yang berjudul Nasionalisasi

Perusahaan Belanda di Indonesia. Buku ini menceritakan proses pengambilalihan
dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda yang ada di Indonesia
termasuk perusahaan NV. Deli Maatschappij yang merupakan cikal bakal PT.
Perkebunan IX (Persero). Buku ini menjelaskan mengenai perubahan sistem ekonomi

kolonial menjadi sistem ekonomi nasional. Dengan buku ini dapat membantu penulis
menelusuri motif dan proses nasionalisasi tersebut. Selain itu buku ini juga
menjelaskan dampak ekonomi terhadap perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi
tersebut, sehingga penulis dapat membandingkan hal tersebut dengan eksistensi PT.
Perkebunan IX (Persero).
Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo (1991) dalam bukunya yang berjudul
Sejarah Perkebunan di Indonesia Kajian Sosial Ekonomi.Buku ini menjelaskan
perjalanan panjang perkebunan di Indonesia sebelum modal asing masuk ke
Indonesia. Eksistensi perkebunan dapat dilihat dari proses produksi dan ekspor dari
komoditas perkebunan tersebut. Buku ini juga menggambarkan pasang surut dari
mulai perkebunan tradisional hingga dijadikan PNP pada tahun 1960an. Hal ini dapat

6

Universitas Sumatera Utara

membantu penulis dalam melihat perkembangan PT. Perkebunan IX (Persero) yang
sebagian besar bergerak dalam bidang usaha perkebunan.
Karl J. Pelzer (1991) dalam bukunya yang berjudul Sengketa Agraria:
Pengusaha Perkebunan Melawan Petani. Buku ini menggambarkan kondisi

perkebunan setelah perang kemerdekaan yang sangat kacau sehingga menyebabkan
sistem ekonomi perkebunan yang selama ini dijalankan oleh perusahaan perkebunan
di Sumatera Utara terkena imbasnya. Berbagai konflik yang terjadi antara penduduk
lokal dan perusahaan perkebunan menambah faktor pendukung proses nasionalisasi
berbagai aset perusahaan perkebunan yang ada di Sumatera Utara. Buku ini dapat
membantu penulis dalam melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di perkebunan
menjelang proses nasionalisasi perkebunan.

1.5

Metode Penelitian
Setiap penelitian diwajibkan menggunakan metode, terutama metode

penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara atau aturan yang sistematis yang
digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk
mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam menulis peristiwa sejarah pada
masa lampau yang direalisasikan dalam bentuk penulisan sejarah (historiografi), tentu
harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah. 8 Dalam


8

Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta:UI Press,
1985, hal. 39.

7

Universitas Sumatera Utara

penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik,
kritik, interpretasi, dan historiografi.
Tahap pertama adalah heuristik. Secara sederhana heuristik berarti proses
pengumpulan sumber-sumber historis yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam
proses awal pengumpulan sumber, peneliti mengunjungi Kantor Pusat PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) yang berlokasi di Tanjung Morawa, Deli Serdang.
Di kantor pusat tersebut peneliti melakukan proses administrasi untuk mendapatkan
surat izin yang berguna untuk mengakses data di Perpustakaan BPTD (Balai
Penelitian Tembakau Deli).
Tahap selanjutnya peneliti melakukan studi arsip dan pustaka di Perpustakaan
BPTD. Dalam pencarian sumber, peneliti mendapatkan Arsip PT. Perkebunan IX
yang berisi bagan struktur organisasi, logo, nama-nama direksi dan lain sebagainya.
Peneliti juga mendapatkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan IX (Persero),
Buletin Perkebunan terbitan PT. Perkebunan IX dan dokumen-dokumen lainnya.
Dalam mendapatkan sumber lainnya seperti, Peraturan Pemerintah, Surat
Keputusan Kementerian, dan Lembaran Negara, peneliti melakukan akses langsung
ke situs website milik pemerintah.
Tahap selanjutnya peneliti melakukan studi lapangan dengan teknik
wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan mantan
Administratur Kebun Helvetia, dan karyawan-karyawan perusahaan bagian
penelitian.

8

Universitas Sumatera Utara

Selain itu peneliti juga mengunjungi Perpustakaan Tengku Luckman Sinar,
Perpustakaan PPKS, dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Di perpustakaanperpustakaan tersebut peneliti memperoleh buku-buku yang berkaitan dengan kajian
perusahaan dan perkebunan secara umum.
Setelah mendapatkan sumber-sumber yang diinginkan, maka tahap yang
selanjutnya adalah kritik sumber. Pada tahap ini, sumber-sumber relevan yang telah
diperoleh diverifikasi kembali untuk diketahui keabsahannya. 9Oleh karena itu perlu
dilakukan kritik, baik kritik eksteren maupun interen. Kritik eksteren mencakup
seleksi sumber-sumber yang didapatkan. Apakah sumber-sumber tersebut perlu
digunakan atau tidak dalam penelitian. Kritik interen dilakukan terhadap sumbersumber yang telah diseleksi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kredibilitas atau
kebenaran isi dari sumber tersebut.
Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi merupakan penafsiranpenafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikritik. Dalam tahap ini, peneliti akan
melakukan analisa dan sintesa. Analisa berarti menguraikan sumber-sumber yang
telah dikritik sebelumnya. Dari proses analisa akan diperoleh fakta-fakta. Kemudian
fakta-fakta

yang

telah

diperoleh

disintesakan

sehingga

mendapat

sebuah

kesimpulan. 10
Tahapan terakhir yaitu historiografi atau penulisan yang merupakan proses
menceritakan rangkaian fakta secara kronologis dalam bentuk tulisan yang kritis,
9

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hal.

10

Ibid., hal. 100.

99.

9

Universitas Sumatera Utara

analitis dan bersifat ilmiah sehingga tahap akhir dalam penulisan ini dapat dituangkan
dalam bentuk skripsi.

1.6

Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan terbagi dalam lima bab, yang disusun dalam beberapa bagian:

Bab 1 Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab 2 Bab ini membahas tentang proses awal berdirinya PT. Perkebunan IX
(Persero). Dalam bab ini mendeskripsikan tentang kondisi geografis,
perkembangan perkebunan masa kolonial serta masa nasionalisasi dan proses
pendirian PT. Perkebunan IX (Persero).
Bab 3 Bab ini membahas tentang eksistensi dan perkembangan PT. Perkebunan IX
(Persero) dari tahun 1974-1996. Dalam bab ini dijelaskan mengenai sistem
manajemen perusahaan, pengelolaan karyawan perusahaan, aset-aset yang
perusahaan, serta pengelolaan pendapatan dan pengeluaran perusahaan.
Bab 4 Bab ini membahas tentang proses merger atau peleburan PT. Perkebunan IX
(Persero) dan PT. Perkebunan II (Persero) menjadi PT. Perkebunan Nusantara
II (Persero). Dalam bab ini dijelaskan tentang proses terjadinya merger yang
dapat dilihat dari kondisi internal dan kondisi eksternal perusahaan.
Bab 5 Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian ini. Bab ini memaparkan
kesimpulan dari uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

10

Universitas Sumatera Utara