Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT Perkebunan IX (1984-1996)

(1)

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

PT. PERKEBUNAN IX (1984-1996)

Skripsi

Oleh :

Dedi Surya Darma 060706025

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

PT. PERKEBUNAN IX (1984-1996)

Skripsi Sarjana

Dikerjakan Oleh :

Nama : Dedi Surya Darma NIM : 060706025

Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP. 19670908 199303 2 002

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) PT. PERKEBUNAN IX

(1984-1996)

Yang Diajukan Oleh : Nama : Dedi Surya Darma NIM : 060706025

Telah Disetujui Untuk Diajukan Dalam Ujian Skripsi Oleh : Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. Tanggal, NIP. 19670908 199303 2 002

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. Tanggal,

NIP. 19650922 198903 1 001

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) PT. PERKEBUNAN IX

(1984-1996)

Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh :

Dedi Surya Darma 060706025

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP. 19670908 199303 2 002

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(5)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

Disetujui Oleh :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP. 19650922 198903 1 001


(6)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitian Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Sastra USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP : 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. ……….. ( ……... )

2. ……….. (……….. )

3. ……….. (………)

4. ……… …………. (………)


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana pada Program Studi Ilmu Sejarah di Universitas Sumatera Utara. Meski didasari hanya untuk memenuhi kewajiban tugas akhir seorang mahasiswa sejarah, namun perjalanan sejak skripsi ini muncul pertama kali sebagai ide sampai selesai ditulis merupakan proses yang sama pentingnya dengan saat duduk di dalam ruangan kelas untuk mengikuti kuliah. Perjalanan ini yang telah memberi pelajaran bahwa sesuatu itu menjadi lebih berharga dan berguna jika kita menganggapnya berarti.

Apa yang tertulis di dalam skripsi ini tidak sepenuhnya baik karena tidak ada karya yang sempurna. Penulis sangat berterima kasih kepada pembimbing dan penguji skripsi ini. Juga kepada orang-orang yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penulis mengumpulkan data dan memahami apa yang sebenarnya ditulis. Semoga skripsi ini memberi manfaat dan menjadi berkah bagi kita semua.

Medan, Januari 2011


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah memudahkan usaha penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan masukkan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini juga penulis berterima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan moril, materil dan tak pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, cinta, semangat, do’a serta perhatiannya selama ini kepada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada abang dan adik yang terus bertanya kepada penulis kapan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah terus bertanya.

2. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menjalani ujian meja hijau agar mendapatkan gelar kesarjanaan.

3. Ketua Departemen Sejarah, Bapak Drs. Edi Soemarno, M.Hum. yang telah memberikan banyak bantuan, kemudahan serta pengalaman selama penulis mengenyam bangku perkuliahan. Terima kasih juga kepada Sekretaris Departemen Sejarah, Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si. yang terus memacu semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan ilmu dalam proses penulisan skripsi ini. Tanpa kontribusi ibu dan dorongan semangat bagi penulis mungkin skripsi ini tidak akan pernah selesai ditulis.


(9)

5. Bapak Drs. Indera Afkhar, M.Hum (Alm.) selaku dosen wali penulis yang telah banyak memberikan nasehat terhadap penulis selama duduk di bangku perkuliahan. Selamat jalan bapak! Semoga Allah memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya.

6. Kepada seluruh staf pengajar di Departemen Sejarah penulis sampaikan ucapan terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah kalian diberikan selama ini. Ilmu yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Staff dan Pegawai pada Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan Nusantara II yang telah membantu penulis dalam memberi informasi dan data yang diperlukan oleh penulis.

8. Kepada Bang Ampera Wira yang telah banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

9. Terima kasih banyak juga penulis sampaikan kepada teman-teman sejarah Stambuk 2006 yang telah menemani penulis kuliah.

10. Kepada para sahabat penulis Uchi, Icha, Herry, Ones, Kariani, Fadiah dan Dedi yang selalu memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan juga membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11. Terakhir penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang nama-namanya tidak sempat dan tidak dapat disebutkan satu persatu di dalam lembaran ini.


(10)

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga kita semua selalu berada dalam lindungan dan rahmat Allah SWT. Amin…!

Medan, Januari 2011


(11)

ABSTRAK

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan bagian dari proyek pemerintah dalam upaya mencapai swasembada gula nasional. Pabrik yang didirikan berdasarkan tender internasional ini dalam perjalanannya telah menorehkan banyak kisah. Kebijakan pemerintah dibidang pergulaan benar-benar mempengaruhi semua sektor yang terkait dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Namun campur tangan pemerintah ini tidak mengurangi kinerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX itu sendiri. Pabrik ini pernah mengalami masa kejayaannya, sama halnya dengan Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan IX, dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara.

Berbagai upaya dilakukan untuk terus mengembangkan kualitas dan kuantitas dari pabrik itu sendiri. Dari peningkatan mutu bahan baku, karena tidak mungkin lagi melakukan ekstensifikasi lahan, peningkatan profesionalitas kinerja karyawan, hingga pengolahan limbah sisa produksi pengolahan tebu. Pabrik yang dibangun di areal bekas penanaman tembakau ini secara lumrah terus mengalami pasang surut. Meskipun kita tahu dewasa ini lahan perkebunan yang seyogyanya dimiliki oleh PT. Perkebunan cukup banyak yang dialihfungsikan ataupun diambil hak penggunaannya secara sepihak oleh masyarakat.

Hal di atas menjadi salah satu tujuan penulisan skripsi ini di mana penulis ingin mengulas keberadaan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Selain itu skripsi ini juga diupayakan dapat memberikan kontribusi positif bagi Pabrik Gula Kwala Madu itu sendiri. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif di mana penulis mengumpulkan berbagai data dan informasi baik primer ataupun skunder. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif di mana penulis menceritakan secara kronologis mulai dari sebelum Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dibangun sampai peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II.


(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 4

1.4 Tinjauan Pustaka ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 8

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 ... 10

2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM ... 10

2.1.1 Kebijakan Pemerintah ... 13

2.1.2 Tujuan Pendirian PGKM ... 16

2.2 Persiapan Produksi Perdana PGKM ... 16

2.2.1 Dana ... 17

2.2.2 Lokasi ... 17


(13)

2.2.4 Pembagian Keuntungan Diawal Produksi ... 23

BAB III PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) TAHUN 1984-1996 ... 24

3.1 Manajemen PGKM PT. Perkebunan IX ... 24

3.1.1 Struktur Organisasi ... 24

3.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab ... 27

3.2 Hasil Produksi PGKM ... 34

3.3 Pengembangan Sumber Daya PGKM ... 37

3.3.1 Lahan Perkebunan Tebu ... 37

3.3.2 Bahan Baku ... 38

3.3.3 Modal ... 40

3.3.4 Tenaga Kerja ... 41

3.4 Langkah-Langkah Kebijakan ... 47

BAB IV DAMPAK PELEBURAN PTP IX DAN PTP II TERHADAP MANAJEMEN PGKM ... 49

4.1 Struktur Organisasi PGKM ... 50

4.2 Sumber Daya Manusia PGKM ... 51

BAB V KESIMPULAN ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) ... 13 Tabel 2.2 Impor Gula Indonesia ... 14 Tabel 2.3 Komposisi Kandungan Zat yang Terkandung dalam Batang Tebu ... 20 Tabel 3.1 Produksi Gula dan Tetes Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan

IX Tahun 1984 – 1993 ... 35 Tabel 3.2 Areal Perkebunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX ... 38 Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

Tahun 1988 – 1992 ... 42 Tabel 3.4 Tingkat Upah Karyawan Pabrik Gula Kwala Madu


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Layout Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX ... 18 Gambar 2.2 Diagram Alir Pengolahan Tebu Menjadi Gula ... 22 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX ... 26


(16)

ABSTRAK

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan bagian dari proyek pemerintah dalam upaya mencapai swasembada gula nasional. Pabrik yang didirikan berdasarkan tender internasional ini dalam perjalanannya telah menorehkan banyak kisah. Kebijakan pemerintah dibidang pergulaan benar-benar mempengaruhi semua sektor yang terkait dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Namun campur tangan pemerintah ini tidak mengurangi kinerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX itu sendiri. Pabrik ini pernah mengalami masa kejayaannya, sama halnya dengan Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan IX, dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara.

Berbagai upaya dilakukan untuk terus mengembangkan kualitas dan kuantitas dari pabrik itu sendiri. Dari peningkatan mutu bahan baku, karena tidak mungkin lagi melakukan ekstensifikasi lahan, peningkatan profesionalitas kinerja karyawan, hingga pengolahan limbah sisa produksi pengolahan tebu. Pabrik yang dibangun di areal bekas penanaman tembakau ini secara lumrah terus mengalami pasang surut. Meskipun kita tahu dewasa ini lahan perkebunan yang seyogyanya dimiliki oleh PT. Perkebunan cukup banyak yang dialihfungsikan ataupun diambil hak penggunaannya secara sepihak oleh masyarakat.

Hal di atas menjadi salah satu tujuan penulisan skripsi ini di mana penulis ingin mengulas keberadaan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Selain itu skripsi ini juga diupayakan dapat memberikan kontribusi positif bagi Pabrik Gula Kwala Madu itu sendiri. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif di mana penulis mengumpulkan berbagai data dan informasi baik primer ataupun skunder. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif di mana penulis menceritakan secara kronologis mulai dari sebelum Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dibangun sampai peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II). Di Sumatera Utara, PT. Perkebunan Negara II merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara di bidang perkebunan yang sampai saat ini masih memproduksi gula pasir sebagai salah satu komoditinya.

Pabrik Gula Kwala Madu awalnya merupakan salah satu dari unit produksi PT. Perkebunan IX (PTP IX). Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PT. Perkebunan IX juga memiliki pabrik gula lain yang juga memproduksi gula pasir yaitu Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Pabrik Gula Sei Semayang dalam pendiriannya lebih cepat setahun dari Pabrik Gula Kwala Madu. Oleh sebab itu ketika Pabrik Gula Kwala Madu selesai dibangun pabrik ini dinamakan Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II). Namun karena letaknya bukan di wilayah Kabupaten Deli Serdang melainkan di Kabupaten Langkat dan atas permintaan dari masyarakat sekitar maka Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II) kemudian diubah namanya menjadi Pabrik Gula Kwala Madu.

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan proyek pemerintah dalam upaya mencapai swasembada gula pasca diberlakukannya sistem Tebu Rakyat


(18)

Intensifikasi (TRI) tahun 1975.1

1. Mengalihkan pengusahaan tebu yang semula berada di tangan pabrik gula dengan sistem sewa, ke tangan petani yang harus mengusahakan sendiri tanaman tebu di atas lahannya.

Tujuan utama dari sistem Tebu Rakyat Intensifikasi tersebut adalah:

2. Memperbaiki penghasilan petani tebu dengan meningkatkan produktifitas melalui pengelolaan usaha tani yang lebih intensif.

3. Menjamin peningkatan dan kemantapan produksi gula.

Di Sumatera Utara, program Tebu Rakyat Intensifikasi mulai diterapkan sekitar tahun 1986, yaitu di Kabupaten Langkat dan meluas di Kabupaten Deli Serdang sekitar tahun 1988. Dalam program ini, pemerintah mengalihkan sistem penyewaan lahan petani menjadi pengusahaan sendiri oleh petani di bawah bimbingan pabrik gula (PG) dan Bank Rakyat Indonesia sebagai institusi bantuan permodalan (dalam bentuk kredit).2 Kedua kabupaten ini letaknya bersebelahan dan terkenal sebagai daerah perkebunan. Di samping sebagai daerah perkebunan tebu, daerah ini juga merupakan daerah perkebunan karet dan kelapa sawit.3

1

TRI atau Tebu Rakyat Intensifikasi diatur dalam Inpres No. 9 tahun 1975 yang dikeluarkan tanggal 22 April 1975. Lihat dalam Mubyarto dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991, hal. 14-19

Di antara

2 Roosgandha Elizabeth, Restrukturisasi Ketenagakerjaan dalam Proses Modernisasi

Berdampak Perubahan Sosial pada Masyarakat Petani, Bandung: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, 2002, hal. 2

3 Hal ini tidak terlepas dari peran Jacobus Nienhuys yang membuka perkebunan tembakau


(19)

kedua kabupaten inilah terdapat Pabrik Gula Kwala Madu yang letaknya di Kebun Kwala Begumit Desa Kwala Madu Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Pabrik Gula Kwala Madu dikelola oleh PT. Perkebunan IX dengan tender internasional. Di mana 40% adalah dana pemerintah sedangkan sisanya dimiliki oleh Hitachi Ship Building and Engineering Co. Ltd. yang kemudian berganti nama menjadi Hitachi Zosen. Namun pada tahun 1996 melalui Peraturan Pemerintah No. 6 s.d. 19 tahun 1996 tentang peleburan 26 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan menjadi 14 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan maka PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II dilebur dan digabungkan menjadi satu (merger) dengan nama PT. Perkebunan Nusantara II. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi penulis untuk mengetahui mengapa PT. Perkebunan IX di-merger dengan PT. Perkebunan II yang tentu saja dilihat dari sisi Pabrik Gula Kwala Madu sebagai salah satu unit produksinya. Alasan lainnya yaitu apakah Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX mengalami perkembangan sejak didirikan tahun 1984 sampai tahun 1996 atau justru mengalami kemunduran, dan faktor-faktor lain yang menarik untuk melakukan penelitian dari sudut pandang kesejarahan terhadap Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

Oleh sebab itu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan di atas maka judul skripsi yang penulis susun adalah Pabrik Gula Kwala Madu

(PGKM) PT. Perkebunan IX (1984–1996). Tahun 1984 dipilih karena pada tahun Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863 – 1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 51-55


(20)

inilah pabrik mulai melakukan produksi untuk pertama kalinya. Sementara tahun 1996 dipilih karena pada tahun ini PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II melakukan merger.

1.2Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian tentu diperlukan rumusan masalah agar peneliti dapat mengetahui batasan-batasan dalam penelitian yang dilakukannya. Oleh sebab itu, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX?

2. Bagaimana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX selama tahun 1984-1996?

3. Bagaimana dampak peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II terhadap manajemen Pabrik Gula Kwala Madu?


(21)

1.3Tujuan dan Manfaat

Setiap penelitian tentu harus memiliki tujuan dan manfaat sebagai titik akhir dari penelitian itu sendiri. Berikut merupakan tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini:

1. Mengetahui latar belakang berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

2. Mengetahui keadaan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX selama tahun 1984-1996.

3. Mengetahui dampak peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II terhadap manajemen Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

2. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dan tidak menutup kemungkinan dilakukannya penelitian lanjutan bila ditemukan fakta baru.


(22)

1.4Tinjauan Pustaka

Kepustakaan sangat diperlukan sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi literatur yang digunakan menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian.

Di Bawah Asap Pabrik Gula: Masyarakat Desa di Pesisir Jawa Sepanjang Abad Ke-20 merupakan referensi penting dalam penelitian ini karena isinya berkonsentrasi pada peranan pabrik gula di daerah Jawa Tengah sepanjang abad 20. Buku yang diredaksi oleh Hiroyosi Kano, dkk berisi tentang sejarah Pabrik Gula Comal yang dibangun sejak masa kolonial Belanda. Tentu ini sangat membantu penulis dalam memahami seluk beluk pabrik gula. Studi gabungan yang terdapat di dalam buku ini sangat membantu penulis dalam menggunakan pendekatan penelitian yang dilakukan.

Di dalam buku Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif yang diredaksi oleh Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo di mana salah satu tulisan yang ditulis oleh Ralp W. Hidy menjelaskan bahwa sejarah perusahaan menekankan terutama pada elemen-elemen mikro ekonomi di masa lampau dan memusatkan perhatian terutama pada proses perubahan dan sumber asal perusahaan.4

4 Lebih jelas lihat Sejarah Perusahaan oleh Ralph W. Hidy dalam Taufik Abdullah dan

Abdurrachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif, Jakarta: PT. Gramedia, 1985, hal. 186


(23)

perkembangan perusahaan, seperti lahan, nilai produksi, modal, pemasaran, pasar, keuntungan, kebijakan pemerintah serta tenaga kerja dapat menjadi kajian yang ingin dituliskan dalam sejarah perusahaan. Selain itu, pendekatan yang dipilih menjadi ukuran dalam memandang pengusaha dan perusahaan di masa lampau. Walaupun demikian, pendekatan apapun yang dipilih oleh penulis harus tetap berhubungan dengan masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini.

Selanjutnya buku yang ditulis oleh Haryono Semangun berjudul Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia di mana salah satu isinya membahas tentang penyakit-penyakit yang menyerang tanaman tebu menjadi referensi bagi penulis untuk memahami lebih jauh mengenai seluk-beluk tanaman tebu. Tebu yang notabenenya merupakan salah satu tanaman perkebunan sejak dulu telah diteliti agar dapat menghasilkan varietas unggul dan tentu berujung pada peningkatan hasil produksi. Sedikit banyaknya pemahaman ini membantu penulis dalam masalah yang terdapat di dalam kualitas dan kuantitas produksi gula pasir karena tebu merupakan bahan utama untuk menghasilkan gula pasir seperti yang diproduksi oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

Kemudian Mubyarto dalam bukunya Masalah Industri Gula Di Indonesia menjadi acuan penting dalam penelitian ini. Walaupun buku tersebut lebih banyak membahas tentang perjalanan industri gula di Pulau Jawa namun jika dilihat dari sejarah industri gula itu sendiri maka hal ini wajar terjadi. Kita tahu bahwa eksploitasi perkebunan tebu untuk industri gula sejak dulu lebih dikembangkan di Pulau Jawa. Menurut penulis hal ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding dalam penelitian


(24)

ini mengingat Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada di luar Pulau Jawa.

Buku yang ditulis oleh Beddu Amang yang berjudul Kebijaksanaan Pemasaran Gula Di Indonesia dapat dijadikan panduan bagi penulis dalam menelaah pengaruh kebijakan gula nasional terhadap industri gula di Indonesia khususnya pada masa Orde Baru. Metodologi Sejarah yang ditulis oleh Kuntowijoyo menjadi referensi tambahan bagi penulis dalam mendapatkan pengetahuan dasar mengenai kajian sejarah ekonomi sehingga penulis lebih terarah dalam penelitian ini nantinya.

1.5Metode Penelitian

Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Metode di sini dapat dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah science of methods, yakni ilmu yang membicarakan jalan.5

5 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 43 Metode sejarah bertujuan untuk memastikan dan menganalisis serta mengungkapkan kembali fakta-fakta masa lampau. Sejumlah sistematika penulisan yang terangkum di dalam metode sejarah sangat membantu setiap peneliti di dalam merekonstruksi kejadian pada masa yang telah lalu. Istilah metode dalam arti metode sejarah hendaknya diartikan secara lebih luas, tidak hanya pelajaran mengenai analisa kritis saja, melainkan juga meliputi usaha sintesa dari data


(25)

yang ada sehingga menjadi penyajian dan kisah sejarah yang dapat dipercaya.6

Heuristik merupakan suatu ketrampilan dalam menemukan, menangani, dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.

Metode sejarah bertumpu pada empat langkah yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.

7

Metode kedua yaitu kritik sumber yang dilakukan untuk menyeleksi sumber-sumber yang telah didapatkan sebelumnya sehingga dihasilkan sumber-sumber-sumber-sumber yang paling objektif. Banyaknya sumber yang ditemukan tentu tidak seluruhnya digunakan oleh peneliti. Oleh karena itu, kritik sumber memainkan peran yang penting dalam metode sejarah. Metode ini terdiri dari dua jenis yaitu kritik intern yang merupakan penyeleksian terhadap isi dan kritik ekstern yang merupakan penyeleksian terhadap bahan.

Metode ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan, observasi lapangan, ataupun studi wawancara di mana keseluruhannya bertujuan untuk menemukan sumber-sumber yang diperlukan baik sumber primer maupun sumber skunder. Tidak ada batasan terhadap pengumpulan sumber selama sumber tersebut masih relevan dengan masalah penelitian. Sumber-sumber yang dimaksud diantaranya berupa buku-buku, arsip, data-data resmi yang dikeluarkan oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX, laporan tahunan, surat kabar, peta lahan bahan baku (tebu), dan sumber-sumber lain yang diambil dari berbagai dimensi persoalan penelitian.

6 Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 25 7 Dudung Abdurrahman, op cit., hal. 64


(26)

Tahapan selanjutnya yaitu interpretasi yang berarti penafsiran ataupun analisis terhadap sumber atau data yang ditemukan. Hal ini dilakukan untuk meredam subjektifitas penulis dan menghasilkan fakta sejarah yang objektif. Walaupun subjektifitas dalam sejarah tidak dapat dihilangkan namun setidaknya hal ini dapat dikurangi porsinya sehingga lebih banyak ditemukan objektifitas di dalam sejarah itu sendiri.

Metode keempat adalah historiografi di mana metode ini merupakan langkah terakhir di dalam metode sejarah. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.8 Ketika sejarawan memasuki tahap menulis maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja ketrampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis sejarawan itu sendiri sehingga menghasilkan suatu penulisan yang utuh.


(27)

BAB II

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

SEBELUM TAHUN 1984

2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM

Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Mengingat pentingnya peranan gula ini maka pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap penyediaan bahan ini. Di satu sisi gula merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat secara luas. Akan tetapi di sisi lain komoditi gula juga termasuk dalam jenis komoditi yang masih terkena cukai. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi kebijaksanaan dan sistem pergulaan yang terjadi baik dari segi produksi, pengolahan dan pemasarannya.

Kebijaksanaan pergulaan pada dasarnya mengandung empat hal yaitu kebijaksanaan di bidang produksi, pemasaran, harga dan pemenuhan kebutuhan gula. Di bidang produksi, kebijaksanaan pemerintah untuk mencapai swasembada gula tidak strategis seperti pada beras, sehingga menempatkan prioritas peningkatan produksi gula di bawah beras. Situasi demikian mengandung implikasi yang cukup besar karena gula dan beras merupakan tanaman yang memiliki kompetisi penggunaan lahan yang tinggi. Baik gula maupun beras, sebagian besar produksi masih dihasilkan di Pulau Jawa pada lahan pengairan baik. Keadaan ini menyebabkan usaha meningkatkan produksi beras dan gula secara bersama-sama sering dihadapkan


(28)

pada faktor keterbatasan lahan. Sesuai dengan keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis di mana tebu tumbuh dengan sangat baik maka pabrik gula di Indonesia menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Oleh sebab itu, dalam upaya mencapai swasembada gula tentu sangat diperlukan ekstensifikasi lahan penanaman tebu serta penambahan jumlah pabrik gula yang tentu saja harus dilakukan di luar Pulau Jawa.

Uraian di atas menjadi faktor yang melatarbelakangi pendirian pabrik gula di luar Pulau Jawa di mana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX adalah salah satu realisasi dari proyek pemerintah ini. Banyak hal yang telah diupayakan pemerintah mulai dari melakukan kerja sama dengan perusahaan asing untuk mendapatkan dana pembangunan pabrik gula serta pemberian kredit lunak bagi masyarakat untuk penambahan jumlah lahan penanaman tebu. Oleh karena itulah maka selain perusahaan milik negara, rakyat juga ikut dalam membudidaya tebu yang dikenal dengan nama Tebu Rakyat Bebas (TRB) dan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Tabel 2.1 berikut menerangkan bagaimana perkembangan areal Tebu Rakyat Intensifikasi:


(29)

TABEL 2.1

Perkembangan Areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

No. Propinsi Tahun (Ha)

1984 1985 1986 1987

1. 2. 3. 4. 5. 6. Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Yogyakarta Lampung Sumatera Utara 111.054 54.541 11.215 4.127 - - 128.144 52.322 13.659 5.993 - - 141.343 57.492 14.779 5.656 734 264 138.491 59.490 14.235 2.936 1.238 698 Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11

2.1.1 Kebijakan Pemerintah

Besarnya peranan yang dimiliki oleh gula ini maka persediaannya merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Dalam kenyataannya kebutuhan gula nasional masih belum dapat dipenuhi dari produksi gula nasional sehingga pemerintah harus mengimpor gula dari luar negeri atau dengan kata lain Indonesia masih tergantung pada negara lain. Tabel 2.2 berikut menerangkan angka impor gula Indonesia dari tahun 1982 hingga 1989:


(30)

TABEL 2.2 Impor Gula Indonesia

No. Tahun Nilai US$ Jumlah Impor

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1982 1984 1985 1986 1987 1988 1989 - 1.263 1.600 16.386 27.598 36.838 51.675 685.000 1.588 2.463 58.564 132.561 132.636 161.931 Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11

Untuk mencegah terus berlangsungnya impor gula yang menelan dana jutaan dollar AS itu, menjelang akhir PELITA III (1982), pemerintah menetapkan suatu kebijaksanaan agar kebutuhan gula Indonesia dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut meliputi 4 program, yaitu:

1. Rehabilitasi dan perluasan kapasitas pabrik gula di Jawa. 2. Membangun pabrik-pabrik gula baru di luar Jawa. 3. Peningkatan Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). 4. Stabilisasi harga gula di dalam negeri.

Hal inilah yang mendasari dibangunnya Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX yang merupakan salah satu dari realisasi proyek pemerintah. Pabrik tersebut dibangun berdasarkan kontrak yang dibuat oleh Pemerintah RI melalui


(31)

perantaraan Departemen Pertanian dengan Hitachi Zosen yang merupakan perusahaan kontraktor Jepang. Perjanjian kontrak ditandatangani pada tanggal 23 Nopember 1981 sedangkan masa pembangunan fisik serta pemasangan seluruh peralatan pabrik mulai dilaksanakan pada tanggal 6 Pebruari 1982. Masa pembangunan berlangsung selama kurang lebih dua tahun dan menelan biaya sebesar ± Rp. 35.000.000.000,-.

Jika dilihat dari jumlah dana yang dihabiskan hanya untuk pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX tentu sangat mencengangkan bagi kita. Belum lagi proyek pemerintah lainnya yang dicanangkan pada tahun yang sama hanya untuk mencapai swasembada gula. Apalagi proyek tersebut dilakukan dengan bantuan modal asing. Namun perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya kebijakan pergulaan di Indonesia memiliki beberapa tujuan antara lain:

1. Meningkatkan produksi menuju swasembada.

2. Penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani. 3. Meningkatkan penggunaan lahan kurang produktif.

4. Sebagai sumber pendapatan untuk mendorong pengembangan industri gula. 5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak gula/industri pergulaan. 6. Sebagai sarana meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah.

Dari sini dapat kita lihat bahwa proyek pemerintah ini merupakan proyek jangka panjang di mana tujuan yang ingin dicapai yaitu pemenuhan kebutuhan gula nasional dengan produksi gula nasional tanpa ada impor gula dari negara lain. Selain


(32)

itu, pencapaian swasembada gula tentu akan berujung pada peningkatan devisa negara.

2.1.2 Tujuan Pendirian PGKM

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan selain sebagai implementasi proyek pemerintah juga memiliki tujuan dasar yaitu:

1. Dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya.

2. Pengadaan gula untuk wilayah Sumatera Utara dalam usaha swasembada gula.

3. Memberikan pemasukan kepada kas negara.

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).

Beberapa hal yang disebutkan di atas tentu menyadarkan kita betapa buruknya pun suatu proyek pemerintah di mata kita namun di sisi lain masih memiliki efek positif yang terkadang tidak terbesit di dalam nalar kita.

2.2 Persiapan Produksi Perdana PGKM

Keberhasilan proses produksi gula ditentukan baik oleh faktor-faktor yang bersifat teknis maupun non-teknis. Berkaitan dengan faktor teknis, upaya mencapai produktifitas dan produksi yang maksimal dapat dilakukan melalui penerapan teknis budidaya yang tepat. Demikian pula penanganan panen hingga pengolahan tebu menjadi gula. Dalam hal ini diperlukan teknologi pengolahan gula sehingga produk ini bisa disimpan lama selama periode menunggu untuk dikonsumsi. Keseluruhan


(33)

rangkaian kegiatan tersebut yaitu sejak penanaman tebu hingga tahap panen maupun pasca-panennya merupakan kegiatan yang saling terkait satu sama lain yang pada prinsipnya setiap tahap kegiatan harus diusahakan sedemikian rupa untuk dapat memperoleh gula maksimal dengan tingkat kehilangan seminimal mungkin.

2.2.1 Dana

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan pabrik gula kedua di Sumatera Utara setelah Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PT. Perkebunan IX. Jika Pabrik Gula Sei Semayang merupakan proyek dengan dana PT. Perkebunan IX sendiri maka Pabrik Gula Kwala Madu merupakan proyek pemerintah dengan pihak PT. Perkebunan IX. Di sini pihak PT. Perkebunan IX ditunjuk sebagai agen pelaksana untuk mengolahnya dengan angka perbandingan 60:40 di mana 40% dana pemerintah sedangkan 60% merupakan dana PT. Perkebunan IX.

Di sini perlu dijelaskan bahwa Hitachi Zosen yang telah disebutkan sebelumnya merupakan wakil dari PT. Perkebunan IX dalam hal pemenuhan dana pembangunan pabrik gula. Setelah pabrik gula selesai dibangun maka pengolahannya kemudian dipegang oleh PT. Perkebunan IX.

2.2.2 Lokasi

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada ± 4 Km dari jalan utama diantara Tandem dan Kwala Begumit.17

17 Jalan utama yang dimaksud merupakan jalan yang menghubungkan antara Medan dengan

Pangkalan Berandan. Sementara itu Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berjarak ± 45 Km dari Medan.

Pabrik ini menempati lokasi seluas ± 2,5 Ha. Pabrik mengarah ke jalan utama dan sumber air (sungai) berada ± 8 Km di belakang


(34)

pabrik. Keseluruhan bangunan pabrik merupakan bangunan yang permanen dan sebagian besar menggunakan kerangka besi. Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan pada bekas areal penanaman tembakau atau lebih tepatnya di wilayah Afdeling Pongei Kebun Kwala Begumit PT. Perkebunan IX di Kabupaten Langkat. Gambar 2.1 berikut merupakan layout dari Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX:

GAMBAR 2.1

Layout Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX


(35)

Keterangan Gambar: 1. Pintu Masuk

2. Boundan Fence Line 3. Weigh Budge

4. Tempat Penampungan Tebu 5. Cane Handling Station 6. Space Parts House 7. Work Shop

8. Molasses Tank 9. Mill House 10. Line House 11. Sulphun House 12. Boiling House 13. Boiler

14. Boiler Control House 15. Power dan W.T. House

16. Factory Office dan Laboratorium 17. Sugar Wake House

18. Condensate Tank 19. Bagasse Storage 20. Oil Tank


(36)

22. Water Treatment Station 23. Drainale

24. Water Intake

2.2.3 Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang terlibat langsung dalam proses produksi atau dengan kata lain bahan yang digunakan langsung sebagai bahan utama dalam proses produksi. Pengadaan bahan baku Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX diperoleh dari kebun sendiri, tanaman Tebu Rakyat Bebas dan Tebu Rakyat Intensifikasi.

Kadar gula dalam batang tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya iklim, jenis tebu yang ditanam, pemeliharaan tanaman dan jenis tanah. Komposisi dalam batang tebu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:

TABEL 2.3

Komposisi Kandungan Zat yang Terkandung dalam Batang Tebu

No. Kandungan Zat Jumlah

(%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Monosacharida Sacharosa (gula)

Serat (Cellulosa dan Pentijon) Zat Anorganik

Asam Organik Bahan Lain Air

0,5 – 1,5 11 – 19 11 – 19 0,5 – 1,5

0,5 12 65 – 75 Sumber: Mubyarto dan Daryanti, 1991 : 27


(37)

Dalam pengadaan bahan baku dalam hal ini adalah tebu, Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX menanam berbagai jenis tebu yaitu B2.110, B2.134, F.171, F.154, PS.58, dan BM.261 dengan total luas areal kebun 8.434,53 Ha. Saat yang tepat untuk memanen atau menebang tebu adalah pada tingkat kemasakan yang maksimal yaitu pada saat kadar sacharosa dalam batang tebu berada pada titik puncaknya. Untuk mengetahui saat tebang yang tepat, kurang lebih tiga bulan sebelum masa giling dilakukan analisis penetapan kemasakan tebu setiap dua minggu sekali. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui besarnya angka rendemen sebagai dasar perhitungan untuk menentukan apakah tanaman tebu dalam satu areal tertentu sudah tiba saatnya untuk ditebang. Batang tebu hasil tebangan kemudian diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Gambar 2.2 berikut merupakan diagram pengolahan tebu menjadi gula:


(38)

GAMBAR 2.2

Diaram Alir Pengolahan Tebu Menjadi Gula

Batang Tebu

Penggilingan (Ekstraksi)

Pembersihan (Klarifikasi)

Penguapan (Evaporasi)

Pengkristalan (Kristalisasi)

Pemisahan Kristal

Kristal Gula Air Imbibisi

Bahan Pembersih

Ampas

Blotong

Air

Air

Melasse Nira Mentah

Nira Bersih

Nira Pekat

Masekuit


(39)

2.2.4 Pembagian Keuntungan Diawal Produksi

Sesuai dengan posisinya sebagai agen pelaksana maka PT. Perkebunan IX tidak sepenuhnya memiliki keuntungan yang diperoleh dari produksi gula di Pabrik Gula Kwala Madu. Porsinya yang 60:40 mengharuskan PT. Perkebunan IX membagi keuntungan yang diperoleh untuk diberikan kepada pemerintah setelah dikurangi biaya produksi. Belum lagi pembayaran kredit kepada pihak Hitachi Zosen atas biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik. Oleh sebab itu keuntungan di awal produksi lebih diutamakan untuk pembayaran kredit yang sebelumnya digunakan untuk biaya pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu.


(40)

BAB III

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

TAHUN 1984 – 1996

3.1 Manajemen PGKM PT. Perkebunan IX

Pada dasarnya pengertian dari manajemen itu adalah kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dengan mengkordinir sejumlah manusia. Oleh karena kegiatan untuk meningkatkan kegunaan suatu barang atau jasa tidak dapat dilakukan sendiri tetapi dilakukan bersama-sama dengan orang lain maka dibutuhkanlah kegiatan manajemen. Kegiatan manajemen ini dilakukan untuk mengatur dan mengkombinasi faktor-faktor produksi yang dalam kehidupan sehari-hari sering dinyatakan sebagai uang, mesin, bahan, dan manusia yang kemudian digunakan untuk meningkatkan kegunaan suatu barang atau jasa secara efisien.

3.1.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan merupakan bagian yang menggambarkan pola hubungan kerja antara satu dengan lainnya di dalam melaksanakan fungsi-fungsi mereka. Jadi struktrur organisasi perusahaan sangat memegang peranan penting dalam perkembangan perusahaan dan tanpa organisasi yang baik perusahaan tersebut tidak akan berkembang. Jika dilihat dari sudut pimpinan maka tipe organisasi yang digunakan Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX adalah organisasi garis atau sistem militer.


(41)

Dalam organisasi garis wewenang mengalir dari pimpinan kepada bawahannya dan dari bawahan ini mengalir kepada bawahannya lagi dan sampai kepada pekerja dalam lapangannya masing-masing. Jadi dalam pabrik yang menggunakan sistem garis ini, tugas dan perintah dari direktur melalui berbagai pemimpin pabrik, pimpinan bagian, mandor-mandor sampai kepada pekerja. Tiap bawahannya mempunyai seorang atasan yang mengatur pekerjaannya dan bertanggung jawab kepadanya (one man – one boss). Masing-masing bagian menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas dan fungsinya dan garis perintah berjalan dari tingkat paling atas hingga paling bawah.

Dalam mengelola untuk mencapai tujuannya, Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dipimpin oleh seorang Administrateur. Administrateur membawahi beberapa orang kepala bagian (Kabag) dan Kabag membawahi beberapa Kasubbag kemudian Kasubbag membawahi seksi-seksi yang langsung memimpin buruh. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:


(42)

GAMBAR 3.1

Struktur Organisasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX ADMINISTRATEUR

KABAG PABRIK

KABAG TANAMAN KABAG TUK/UMUM

KEPALA RAYON/ KOORDINTAOR KASUBAG PERCOBAAN KASUBAG TEBANG ANGKUT KASUBAG INSTALASI KASUBAG PABRIKASI KASUBAG LABORATORIUM KASUBAG BENGKEL UMUM KASUBAG TEHNIK SIPIL KASUBAG PEIN/AB KASUBAG HAK DAN UMUM

KASIR GUDANG MATRIAL GUDANG HASIL JEMBATAN TIMBANG POLIKLINIK KEPALA KEAMANAN TATA USAHA TATA USAHA KASUBAG ALAT PERTANIAN/ BENGKEL TRAKTOR KASUBAG KENDARAAN

BERMOTOR/BENGKEL GUDANG HASIL


(43)

3.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah : 1. Administrateur

a. Melaksanakan ketetapan yang digariskan Direksi dalam bidang pengeolaan pabrik, pengelolaan produksi dan pembangunan umum.

b. Melaksanakan kebijakan perusahaan baik ke luar maupun ke dalam.

c. Menyusun rencana kerja perusahaan, anggaran belanja dan rehabilitasi pembangunan serta pengembangan perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

d. Mengusahakan keamanan dan keselamatan serta kesejahteraan karyawan dan keluarganya.

e. Bertanggung jawab kepada Direksi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. 2. Kabag Tanaman

a. Menyusun rencana tanaman dan pembibitan serta pelaksanaannya.

b. Mengusahakan tebu agar memenuhi syarat kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang direncanakan.

c. Mengatur penggunaan biaya dalam rangka pengendalian Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB).

d. Bertanggung jawab kepada Administrateur dalam melaksanakan tugas-tugasnya.


(44)

3. Kabag Pabrik

a. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses di pabrik dan peralatannya.

b. Mengatur pengeluaran biaya di pabrik.

c. Bertanggung jawab kepada Administrateur dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

4. Kabag TUK/Umum

a. Melaksanakan semua tata usaha atau pembukuan anggaran, korespondensi secara likuiditas, urusan umum, kepegawaian, surat-surat berharga dan kas.

b. Membuat perencanaan dan pengawasan anggaran belanja. c. Mengatur kelancaran jalannya perusahaan.

d. Mengajukan saran demi perbaikan dan membuat laporan secara periodik. e. Bertanggung jawab kepada Administrateur dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.

5. Kepala Rayon/Kordinator

a. Melaksanakan rencana kerja bidang tanaman dan mengusahakan tebu agar memenuhi syarat kualitas maupun kualitas di daerah satu rayon masing-masing.

b. Mengawasi pelaksanaan kerja teknis maupun administratif. c. Bertanggung jawab kepada Kabag Tanaman.


(45)

6. Kasubag Percobaan

a. Menyediakan bibit untuk tanaman tebu seperti yang direncanakan.

b. Melaksanakan percobaan pembibitan untuk mendapatkan bibit yang lebih baik.

c. Bertanggung jawab atas tugas-tugasnya kepada Kabag Tanaman. 7. Kasubag Tebang Angkut

a. Mengawasi kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu ke pabrik di daerah masing-masing.

b. Mencatat jumlah tebu yang ditebang dan yang diangkut di sektor masing-masing.

c. Mengusahakan kelancaran pengangkutan tebu ke pabrik.

d. Bertanggung jawab atas tugas-tugasnya kepada Kabag Tanaman. 8. Kasubag Alat Pertanian/Bengkel Traktor

a. Membantu tugas Kabag Tanaman dalam bidang mekanik.

b. Merawat mesin dan traktor agar semua siap pakai demi kelancaran kerjanya.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag Tanaman. 9. Kasubag Instalasi

a. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses peralatan pabrik.

b. Memenuhi permintaan pabrikasi dalam bidang instalasi dan memperbaiki alat-alat yang rusak dalam proses.


(46)

c. Mengumpulkan data untuk membuat laporan secara lisan insidetil dan berkala.

d. Menyusun formasi pegawai di bagian instalasi.

e. Membawahi seksi-seksi yaitu Mill, Boiler, Listrik, Instrumen dan Workshop yang masing-masing seksi melaksanakan dan mengawasi kegiatannya.

f. Bertanggung jawab penuh kepada Kabag Pabrik. 10. Kasubag Pabrikasi

a. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses terutama produksi gula yang dihasilkan dan menekan kehilangan gula yang sekecil-kecilnya.

b. Mengusahakan akan penghematan pemakaian bahan pembantu

pengolahan dengan kualitas yang tetap dapat diterima pasaran. c. Menyusun rencana anggaran belanja bagian pabrikasi.

d. Menyusun formasi pegawai di bagian Instalasi.

e. Membawahi seksi-seksi pemurnian, exapont, masakan dan putaran yang masing-masing seksi melaksanakan dan mengawasi kegiatannya.

f. Bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik atas kelancaran tugas-tugasnya. 11. Kasubag Laboratorium

a. Merencanakan pemakaian/penyediaan kebutuhan bahan kimia untuk pembuatan gula.

b. Mengawasi para analisis dalam menganalisa bahan-baha pembuatan proses dan menganalisa produk.


(47)

c. Menyusun laporan harian, lima belas hari dalam masa giling. d. Bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik.

12. Kasubag Bengkel Umum

a. Membantu tugas Kasubag Instalasi dalam bidang pelajaran reparasi mesin dan peralatan lainnya.

b. Mengusahakan perbaikan secepatnya sesuai dengan kebutuhan penggunaan peralatan tersebut.

c. Mengusulkan kebutuhan dalam bidang reparasi sehingga tidak terjadi kerumitan kegiatan serta bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik.

13. Kasubag Kendaraan Bermotor/Bengkel

a. Melaksanakan reparasi dan perbaikan semua kendaraan umum perusahaan.

b. Bekerja sama dengan Bengkel Umum dalam mereparasi alat-alat berat di pabrik.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik. 14. Kasubag Tehnik Sipil

a. Merawat jalan, jembatan dan bangunan di luar pabrik.

b. Membuat rencana atau anggaran dana untuk pemeliharaan bangunan, jalan dan jembatan.


(48)

15. Kasubag Pein/AB

a. Mengatur dan melaksanakan kelancaran jalannya administrasi dan pelaksanaan kerja di bidang pembukuan administrasi gudang, administrasi aktifa benda, administrasi eksploitasi alat angkut dan membuat laporan-laporan.

b. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum. 16. Kasubag Hak dan Umum

a. Melaksanakan dan mengatur kelancaran administrasi urusan umum seperti personalia, kesehatan, pendidikan, agama, dan lain-lain.

b. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum atas tugas-tugasnya. 17. Kasir

a. Mencatat atau melaksanakan setiap pengeluaran dan pemasukan uang. b. Membuat atau menyusun anggaran belanja perusahaan serta

mengusulkannya kepada Kabag TUK dan Kabag TUK mengusulkannya kepada Administrateur.

c. Membayar gaji pegawai dan mengurus hutang piutang perusahaan. d. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

18. Gudang Matrial

a. Bertanggung jawab atas barang-barang yang disimpan di gudang matrial. b. Mencatat dan melaporkannya kepada Kabag TUK/Umum setiap barang

yang masuk dan keluar.


(49)

d. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum. 19. Gudang Hasil

a. Bertanggung jawab atas produk yang disimpan di gudang.

b. Mencatat produk yang masuk dan keluar serta membuat laporannya kepada Kabag TUK/Umum.

c. Membuat laporan bulanan kepada Kabag TUK/Umum dan bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

20. Jembatan Timbang

a. Mencatat dan melaporkan banyaknya tebu yang masuk kepada Kabag TUK/Umum.

b. Membuat laporan bulanan tentang bahan baku tebu kepada Kabag TUK/Umum.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum. 21. Poliklinik

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada pegawai dan keluargannya. b. Membuat anggaran untuk pengeluaran biaya kesehatan.

c. Merencanakan kebutuhan poliklinik da mengusulkannya kepada Kabag TUK/Umum.


(50)

22. Tata Usaha

Perusahaan ini mempunyai dua tata usaha yaitu Tata Usaha Pabrik dan Tata Usaha Bagian Tanaman yang mempunyai tugas masing-masing :

a. Membukukan semua permasalahan dan pengeluaran uang dan barang pada bagiannya masing-masing.

b. Bertanggung jawab kepada Kabagnya masing-masing. 23. Kepala Keamanan

a. Mengawasi keamanan di lingkungan perusahaan.

b. Melindungi karyawan-karyawan dari ancaman atau gangguan baik dari luar maupun dari dalam perusahaan.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

3.2 Hasil Produksi PGKM

Gula merupakan sacharosa yang terdapat dalam batang tebu.19

19 Sacharosa merupakan salah satu zat yang terkandung dalam batang tebu. Besarnya

kandungan sacharosa dalam sebuah batang tebu berkisar 11 – 19 %. Proses pengolahan tebu menjadi gula yang dilakukan oleh pabrik gula sebenarnya hanya untuk mendapatkan zat ini.

Dengan pengolahan di pabrik, gula dihasilkan dalam bentuk kristal putih. Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX mampu menggiling tebu 4000 ton per hari dengan rendemen tebu rata-rata 6,3 – 7 %. Produksi ini lebih sedikit dari Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan IX yang mampu menggiling tebu 4500 ton per hari.


(51)

Perlu diketahui bahwa pengolahan tebu menjadi gula selain menghasilkan produk utama berupa gula pasir juga memberikan hasil samping berupa pucuk tebu, ampas tebu, blotong dan tetes serta limbah pabrik.20

TABEL 3.1

Produksi gula Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX rata-rata 35.000 ton per tahun. Sedangkan tetes yang dihasilkan kurang lebih 27.000 ton per tahun. Perkembangan gula dan tetes di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Produksi Gula dan Tetes

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX Tahun 1984 – 1993

No. Tahun

Produksi (Ton)

Gula Tetes

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 26.812,25 41.448,55 36.439,60 45.846,20 36.335,65 33.783,10 28.969,95 30.155,45 43.366,30 43.766,00 20.483,00 28.129,00 23.023,00 28.280,80 23.573,00 23.276,00 18.290,50 17.497,50 28.204,00 29.942,00 Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM)

PT. Perkebunan IX

20 Tetes merupakan cairan kental berwarna kecoklatan yang sulit untuk dikristalkan namun

masih mengandung 50 – 60 % gula, sejumlah asam amino dan mineral. Tetes ini merupakan bahan baku untuk pembuatan alkohol dan bahan-bahan pelezat makanan. Berdasarkan komposisi tersebut, tetes mempunyai potensi paling besar untuk diversifikasi produk.


(52)

Berbagai macam limbah pabrik hasil sisa pengolahan tebu menjadi gula yang dimiliki oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX jika tidak dikelola secara tepat akan menjadi sumber polusi. Asap cerobong pabrik gula misalnya bisa menjadi sumber pencemaran udara lingkungan sekitarnya apabila konstruksi cerobong tidak memenuhi syarat. Kemudian pucuk tebu yang diperoleh sebagai hasil pada waktu penebangan tebu yang jumlahnya bisa mencapai 14% dari berat tebu dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak sapi atau kerbau. Namun yang memanfaatkannya hanya sebatas masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

Jumlah ampas tebu yang dihasilkan dari Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX cukup besar, bisa mencapai 35 – 40 % dari berat tebu. Namun pihak pabrik menggunakannya sebagai bahan bakar. Padahal ampas tebu tersebut dapat juga dimanfaatkan untuk bahan baku industri kertas. Lalu hasil samping lainnya yaitu blotong yang dihasilkan dari proses pemurnian gula. Blotong merupakan bahan organik yang dapat mengalami perubahan secara alami. Proses perubahan inilah yang dapat menjadi sumber pencemaran, antara lain karena bau kurang sedap yang ditimbulkannya. Cara mengatasi pencemaran blotong secara sederhana adalah dengan sistem timbunan. Di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX blotong digunakan sebagai pupuk tanaman tebu yang ditebarkan diareal kebun sebelum tebu ditanam. Penggunaan blotong sebagai pupuk organik terbukti berpengaruh baik terhadap produksi tebu dan gula.


(53)

3.3 Pengembangan Sumber Daya PGKM

Sebagai sebuah unit produksi maka Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX memiliki peranan yang penting dalam peningkatan keuntungan perusahaan. Faktor ini tentu menjadi hal yang diperhitungkan dalam pengembangan pabrik itu sendiri dari berbagai sumber daya yang dimilikinya. Oleh sebab itu penanganan yang profesional terhadap pengembangan sumber daya yang dimiliki oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX menjadi takaran dalam eksistensinya sebagai salah satu hasil realisasi dalam upaya mencapai swasembada gula. Di samping itu peranan masyarakat sekitar pabrik gula juga harus dilihat. Karena jika terjadi gesekan dengan masyarakat tersebut tentu sedikit banyaknya akan mempengaruhi produktifitas Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

3.3.1 Lahan Perkebunan Tebu

Lahan perkebunan tebu memiliki peranan yang sangat penting bagi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Selain areal perkebunan milik sendiri, Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX juga mendapatkan pasokan bahan baku dari Tebu Rakyat Bebas dan Tebu Rakyat Intensifikasi yang dimiliki oleh masyarakat. Sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan antara perkebunan tebu dengan pabrik gula sebagai pengolah dari komoditi tersebut. Oleh sebab itu juga letak pabrik gula selalu berdekatan dengan areal perkebunan tebu itu sendiri.

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX mengolah tebu dari areal perkebunan berikut:


(54)

TABEL 3.2

Areal Perkebunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

No. Perkebunan Luas (Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kwala Begumit Kwala Bingei Tanjung Jati Tandem Hilir Tandem Bulu Cina Klumpang Klambir Lima 1.831,41 1.698,80 687,39 782,41 1.040,85 1.065,00 600,00 728,67

Total 8.434,53

Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX

3.3.2 Bahan Baku

Bahan baku menjadi hal terpenting dalam sebuah proses produksi. Walaupun dalam proses produksi tersebut tentu memerlukan bahan tambahan namun tanpa adanya bahan baku maka pabrik dalam hal ini tidak akan dapat beroperasi. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui untuk mendapatkan tebu sebagai bahan baku adalah sebagai berikut :

a. Pembibitan

Bibit tebu yang digunakan beberapa ruas batang tebu atau dapat pula digunakan stek. Pembibitan bertujuan untuk menumbuhkan tunas. Pada saat


(55)

pembibitan dibutuhkan kelembaban tanah yang cukup. Sesuai dengan masa tanam yang baik maka bibit yang telah bertunas dipindahkan ke lapangan. b. Pemeliharaan

Setelah tebu dipindahkan pada umur 3-4 bulan akan membutuhkan air dalam jumlah besar. Hal ini harus dipenuhi melalui pengaturan masa tanam yang sesuai sehingga didapatkan tebu yang kandungan gulanya tinggi. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pembuatan aliran air dan penimbunan pangkal batang tanah.

Pupuk yang digunakan adalah :

1. Urea, untuk pemupukan I dan II ± 300 Kg/Ha. 2. TSP, untuk pemupukan I ± 260 Kg/Ha.

3. ZK, untuk pemupukan I dan II ± 72 Kg/Ha. 4. MOP, untuk pemupukan I dan II ± 72 Kg/Ha.

Pemberian pupuk I pada lahan/kebun yang siap untuk ditanami. Pemberian pupuk II setelah ditanam berumur 5-6 bulan di lahan dan tidak termasuk di pembibitan.

c. Pemotongan

Pemotongan tebu tergantung pada jenisnya. Tanaman tebu umumnya sudah dipotong/dipanen setelah berumur 8-12 bulan. Batang tebu yang sudah tua ditandai dengan tidak ada lagi pertumbuhan panjang batang. Pada keadaan ini diperoleh kadar gula yang maksimum dan hampir merata di sepanjang batang.


(56)

Kadar gula dalam batang tebu yang sudah terlalu tua akan berkurang akibat proses respirasi.

Cara penebangan dilakuka n dengan memotong batang tebu rata dengan tanah agar tidak ada batang yang tertinggal. Kemudian batang tersebut dibersihkan dengan mengisik daun dan kotoran-kotoran lain. Batang bagian atas dipotong ± 20 cm, atau 3 mas dari pucuk terakhir. Potongan ini digunakan untuk bibit atau makanan ternak. Batang tebu yang sudah bersih diangkut ke Pabrik Gula Kwala Madu dengan menggunakan truk container dan traktor container. Selain itu bila dirasa kurang maka digunakan truk umum (milik rakyat). Setelah tebu tiba di pabrik inilah kemudian proses produksi yang sebenarnya akan dimulai. Tahap demi tahap akan dilakukan sehingga akhirnya akan dihasilkan gula. Jumlah gula yang dihasilkan tergantung dari jumlah rendemen tebu itu sendiri. Oleh karena itu, tebu yang telah dipotong sedapat mungkin harus segera digiling. Penundaan terhadap penggilingan ini dapat mengurangi kadar gula yang akan dihasilkan nantinya.

3.3.3 Modal

Mengenai modal Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX, dalam pengembangannya di tahun 1989 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1989 yang mengatur tentang penambahan penyertaan modal negara ke dalam modal saham PT. Perkebunan IX serta perubahan status Pabrik Gula Kwala Madu dari proyek menjadi unit usaha pada PT. Perkebunan IX. Besarnya penambahan modal tersebut ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan


(57)

perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Keuangan dan Departemen Pertanian.

3.3.4 Tenaga Kerja

Sebuah pabrik tentu saja membutuhkan tenaga kerja dalam proses produksinya. Apalagi jika pabrik tersebut masih menggunakan cara manual dalam proses tersebut, tentu saja dibutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang tidak sedikit. Begitu pula dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Kita tahu dalam proses pemenuhan bahan baku yaitu tebu, pabrik ini membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Oleh sebab itu, karyawan musiman akan sangat dibutuhkan pada masa giling. Karena diwaktu tersebut merupakan masa-masa sibuk bagi pabrik sendiri karena harus bekerja 24 jam penuh demi mencapai angka produksi yang tinggi tanpa mengurangi perhatian terhadap kualitas hasil produksi.

Tenaga kerja pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dibagi menjadi dua golongan, yaitu pegawai staf dan pegawai non staf (terdiri dari pegawai bulanan, karyawan harian tetap, musiman dan lepas). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:


(58)

TABEL 3.3

Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX Tahun 1988 – 1992

No. Uraian

1988 1989 1990 1991 1992

DMG LMG DMG LMG DMG LMG DMG LMG DMG LMG

1. TUK Pegawai Staf Pegawai Bulanan Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Lepas 6 81 58 81 1 6 80 59 37 1 8 79 60 94 - 8 79 64 44 - 9 85 59 86 - 6 97 56 39 8 6 97 57 87 - 6 91 56 43 - 7 90 56 87 - 7 90 56 43 - 2. PABRIK Pegawai Staf Pegawai Bulanan Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Lepas 18 234 32 213 - 16 225 31 - 127 16 221 31 213 - 15 220 31 1 162 17 221 30 224 - 17 227 50 - 121 18 227 51 209 - 16 225 50 - 92 16 225 50 211 - 16 225 50 - 135 3. BENGKEL TEHNIK Pegawai Staf Pegawai Bulanan Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Lepas 4 115 160 61 59 4 110 162 56 48 2 58 100 31 - 1 61 65 34 - 2 67 57 33 - 3 98 91 30 15 3 98 91 27 - 2 93 91 29 - 2 93 90 29 2 93 90 29 4. TANAMAN Pegawai Staf Pegawai Bulanan Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Lepas 19 98 437 39 1488 16 96 430 40 1240 16 134 448 41 1692 22 128 451 40 1141 21 123 448 40 352 20 111 386 36 236 21 113 391 30 482 23 120 361 29 132 22 120 359 28 475 22 120 359 28 250 5. KEAMANAN Pegawai Staf Pegawai Bulanan Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Lepas 1 13 76 1 8 1 15 78 3 8 1 16 99 2 - 1 15 102 1 - 1 15 108 1 - 1 17 106 1 3 1 18 106 2 - 1 18 106 - 12 1 18 107 - 17 1 18 107 - 17

6. HONORER 14 13 13 14 13 12 10 5 2 2

JUMLAH 3317 2902 3396 2700 2032 1814 2145 1601 2105 1760


(59)

Keterangan:

DMG : Dalam Masa Giling LMG : Luar Masa Giling

Berdasarkan jenis pekerjaan yang ditanggungnya di Pabrik Gula Kwala Madu berlaku dua macam jam kerja yaitu jam kerja pegawai kantor/umum dan jam kerja pegawai pabrik.

Jam kerja pegawai kantor seperti berikut ini:

1. Hari Senin s.d. Kamis : Pukul 07.30 – 14.30 WIB 2. Hari Jumat : Pukul 07.30 – 11.00 WIB 3. Hari Sabtu : Pukul 07.30 – 13.00 WIB

Jam kerja pegawai pabrik di luar masa produksi sama dengan jam kerja pegawai kantor. Sedangkan pada masa produksi, jam kerja pegawai pabrik terbagi atas tiga shift yaitu:

1. Shift I : Pukul 07.00 – 15.00 WIB 2. Shift II : Pukul 15.00 – 23.00 WIB 3. Shift III : Pukul 23.00 – 07.00 WIB

Tiap shift mendapat waktu istirahat satu jam setelah empat jam pertama bekerja. Pertukaran shift untuk karyawan dilakukan sekali dalam seminggu. Sedangkan untuk tingkat staf dilakukan sekali dalam tiga hari dan demikian seterusnya.


(60)

Sistem pengupahan yang berlaku di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dibedakan atas dua golongan besar yaitu:21

1. Pegawai staf, sistem upah diatur oleh kantor direksi berdasarkan peraturan pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian dan Departemen Tenaga Kerja.

2. Pegawai non sfat, karyawan harian tetap, musiman dan karyawan lepas, sistem upah diatur oleh Pabrik Gula Kwala Madu berdasarkan Syarat-syarat Kerja Umum (SKU) serta Perjanjian Perburuhan antara Departemen Pertanian, Departemen Tenaga Kerja, dan Buruh.

Setiap tenaga kerja/karyawan yang bekerja di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX akan mendapatkan upah yang sesuai dengan tingkat kedudukannya masing-masing. Biasanya upah standar yang diterima karyawan bulanan berbeda menurut tingkat posisi yang didudukinya seperti tertera di dalam Tabel 3.4 di bawah ini:


(61)

TABEL 3.4

Tingkat Upah Karyawan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

No. Golongan Upah Per Bulan

(Rp.)

1. Karyawan

I II III IV V VI 59.760 67.975 79.180 93.375 109.560 127.735

2. Staf

A B C D E F 435.00 468.600 522.300 572.500 635.500 785.700 Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM)

PT. Perkebunan IX

Sedangkan upah standar yang diterima karyawan bulanan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Karyawan Lepas Pria Per Hari : Rp. 1.930,- 2. Karyawan Lepas Wanita Per Hari : Rp. 1.750,- 3. Karyawan Musiman Per Hari : Rp. 1.850,- 4. Karyawan Harian Tetap Per Hari : Rp. 1.850,-


(62)

Selain upah standar karyawan yang tertera di atas, bila karyawan bekerja di luar jam kerja yang telah ditentukan maka karyawan tersebut akan mendapatkan upah lembur yang sesuai dengan Perjanjian Perburuhan Pasal IX yang mengatur upah lembur sebagai berikut:

1. ...100%

20 / /

3 gaji hari catu hari

KH = × +

2. ...100%

173 / /bulan catu hari gaji

KB= +

Keterangan:

KH : Karyawan Harian KB : Karyawan Bulanan

Tingkat-tingkatan upah lembur berdasarkan rumus di atas yaitu:

1. Hari Biasa : 150 % (jam pertama)

200 % (jam kedua dan seterusnya) 2. Hari Minggu/Hari Besar Biasa : 200 % (jam pertama – jam ketujuh)

300 % (jam kedelapan – seterusnya) 3. Hari Besar Istimewa : 300 % (jam pertama – jam ketujuh)

400 % (jam kedelapan – seterusnya) Upah atau gaji akan dibayarkan perusahaan setiap awal bulan sebesar upah standar ditambah upah lembur bila ada dan pada waktu-waktu tertentu karyawan juga akan menerima:


(63)

1. Upah perangsang berdasarkan prestasi.

2. Pembagian keuntungan, Tunjangan Hari Raya (THR), Tahun Baru, dan lain-lain.

3. Jaminan untuk hari tua/pensiun.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas karyawan adalah kesejahteraan karyawan itu sendiri. Untuk itu Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

1. Perumahan bagi setiap karyawan tetap dan keluarganya. 2. Sarana pendidikan untuk anak-anak karyawan.

3. Sarana kesehatan. 4. Cuti tahunan.

3.4 Langkah-Langkah Kebijakan

Dalam upaya meningkatkan produksi gula nasional khususnya produksi dari Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX, pemerintah melakukan berbagai hal dari mengeluarkan peraturan pemerintah ataupun kebijakan-kebijakan lain yang menyangkut pergulaan. Salah satunya yaitu dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1989 yang mengatur tentang pengubahan status Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dari proyek menjadi unit usaha serta penambahan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT. Perkebunan IX.

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan kebijakan mengenai pemasaran gula serta pengawasan terhadap gula yang beredar dipasaran. Hal ini dilakukan agar kestabilan harga


(64)

serta ketersediaan gula dipasaran tetap terjaga mengingat spekulasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab masih kerap terjadi bahkan sampai sekarang. Begitu juga mengenai ekspor dan impor gula yang dilakukan masih tetap di bawah pengawasan pemerintah langsung yang dalam hal ini ditunjuk Bulog sebagai wakil pemerintah untuk menanganinya.


(65)

BAB IV

DAMPAK PELEBURAN PTP IX DAN PTP II

TERHADAP MANAJEMEN PGKM

Peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1996. Dalam bab ini penulis membahas tentang dampak peleburan tersebut terhadap Pabrik Gula Kwala Madu. Namun perlu diketahui karena peleburan tersebut terjadi pada tahun 1996 sedangkan penulis membatasi pembahasan tentang Pabrik Gula Kwala Madu hanya sampai tahun 1996 maka tidak banyak hal yang dapat dilihat dari dampak peleburan tersebut. Artinya penulis tidak mungkin mengulas tentang semua sisi yang berkorelasi langsung ataupun tidak langsung dengan Pabrik Gula Kwala Madu itu sendiri. Walaupun begitu masih ada satu sisi yang dapat dilihat secara nyata sebagai dampak dari peleburan tersebut. Sisi yang dimaksud adalah manajemen Pabrik Gula Kwala Madu.

Perubahan manajemen merupakan sisi utama yang sering dilakukan dalam penentuan kebijakan baru perusahaan. Oleh sebab itu penulis melirik hal tersebut. Konsentrasi penulis tujukan pada perubahan struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu serta penggunaan sumber daya manusia yang ada. Dari sini kemudian dapat dilihat dominasi karyawan yang ada di Pabrik Gula Kwala Madu. Apakah dari pihak PT. Perkebunan IX atau dari PT. Perkebunan II.

4.1 Struktur Organisasi PGKM

Struktur organisasi menjadi bagian utama dalam birokrasi perusahaan. Organisasi yang baik tentu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan selain dari


(66)

sumber daya manusia yang ada. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa struktur organisasi pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berbentuk organisasi garis atau sistem militer. Bentuk ini sebenarnya tidak banyak berubah ketika terjadi peleburan antara PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II. Perubahan itu hanya terlihat pada penyebutan nama serta penghapusan satu bagian dari struktur organisasi sebelumnya.

Penyebutan nama yang dimaksud yaitu jika pada saat sebelum peleburan pimpinan pabrik disebut administrateur maka setelah peleburan, pimpinan pabrik disebut menejer. Kemudian penghapusan satu bagian dari struktur organisasi yang dimaksud adalah ditiadakannya lagi Kepala Bagian Pabrik. Selain itu penyebutan kepala bagian ataupun kepala sub bagian kemudian diubah menjadi kepala dinas. Salah satu contoh yaitu Kasubag Laboratorium berubah menjadi Kepala Dinas Laboratorium.

Mengenai tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing bagian masih seperti pada saat sebelum terjadi peleburan. Jadi jelas bahwa peleburan tersebut tidak berdampak besar pada struktur organisasi yang telah ada sebelumnya. Begitu juga halnya dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setiap bagiannya.


(67)

4.2 Sumber Daya Manusia PGKM

Biasanya ketika terjadi pergantian pimpinan pada suatu perusahaan tentu juga mempengaruhi terhadap kebijakan perusahaan tersebut. Namun tidak sama halnya dengan Pabrik Gula Kwala Madu setelah terjadinya peleburan antara PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1996 yang mengatur tentang peleburan tersebut disebutkan bahwa karyawan pada PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II beralih pada PT. Perkebunan Nusantara II.

Pelimpahan karyawan tersebut tentu menimbulkan tanda tanya bagi kita. Bagaimana porsi yang digunakan untuk posisi-posisi karyawan yang ada di Pabrik Gula Kwala Madu. Apakah bekas karyawan PT. Perkebunan IX lebih mendominasi daripada bekas karyawan PT. Perkebunan II ataupun mereka saling bersinergi satu sama lain sehingga seimbang porsinya.

Kenyataan yang terjadi adalah PT. Perkebunan Nusantara II tetap menggunakan sumber daya manusia yang sebelumnya telah ada secara keseluruhan. Artinya seluruh karyawan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX tetap dipekerjakan di pabrik tersebut. Kecuali karyawan musiman yang kita tahu hanya direkrut pada saat musim giling berlangsung di Pabrik Gula Kwala Madu. Hal ini tentu menyimpulkan bahwa karyawan PT. Perkebunan IX lebih mendominasi untuk mengisi posisi di Pabrik Gula Kwala Madu.


(68)

BAB V

KESIMPULAN

Swasembada gula yang ingin dicapai pada dekade 80-an merupakan upaya untuk menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia. Walaupun sebenarnya program itu ditujukan untuk meniadakan impor gula yang selama ini terus dilakukan bahkan hingga sekarang. Kultur Indonesia sebagai negara agraris tentu membuat ironi terhadap permasalahan ini. Iklim Indonesia sangat mengizinkan untuk budidaya tebu sebagai bahan baku pembuatan gula yang selama ini kita kenal.

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan sebagai realisasi upaya pemerintah untuk mencapai swasembada gula. Pabrik gula tersebut adalah bagian dari proyek pemerintah untuk penambahan pabrik gula di luar Pulau Jawa. Karena selama ini produksi gula nasional banyak didominasi oleh pabrik gula yang ada di Pulau Jawa. Sementara jumlahnya kian tahun terus berkurang akibat luas areal perkebunan tebu yang juga terus berkurang.

Sebelumnya pemerintah juga mencanangkan program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang bertujuan untuk meringankan tugas PT. Perkebunan dalam memenuhi kebutuhan akan bahan baku tebu. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumatera Utara juga tidak luput dari program ini walaupun baru terlaksana pada tahun 1986.

Pabrik Gula Kwala Madu merupakan pabrik gula kedua setelah Pabrik Gula Sei Semayang di mana kedua pabrik ini di bawah naungan PT. Perkebunan IX yang ditunjuk sebagai pelaksana dan penanggung jawab oleh pemerintah. Pabrik yang dibangun pada tahun 1982 dan memulai produksi perdananya pada tahun 1984 telah banyak memberikan


(69)

kontribusi dalam pemenuhan konsumsi gula nasional pada umumnya dan konsumsi gula Sumatera Utara pada khususnya.

Dalam perjalanannya Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan tentu mengalami pasang surut. Walaupun begitu pabrik tersebut terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produksinya sehingga eksistensinya di mata masyarakat terus meningkat. Upaya tersebut terdiri dari pemberian pupuk yang tepat, pemilihan bibit tebu yang unggul serta hal lain yang berhubungan dengan peningkatan kualitas bahan baku. Selain itu profesionalitas kinerja dari para staf dan karyawan sangat diperhatikan. Di sini terlihat bahwa peningkatan tersebut terus diupayakan dari masa pra produksi sampai pasca produksi. Artinya sampai proses pemasaran juga menjadi perhatian dari manajemen Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

Pemerintah juga tidak tinggal diam dalam mendukung kinerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengendalikan dan mengkordinir sebagaimana mestinya. Puncaknya yaitu ketika pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1996 yang mengatur tentang peleburan PT. Perkebunan IX dengan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II. Hal ini dilakukan pemerintah dengan pertimbangan untuk menyederhanakan keberadaan Badan Usaha Milik Negara yang ada di bawah naungan Departemen Pertanian. Perlu diketahui bahwa pada waktu itu jumlah PT. Perkebunan di Indonesia cukup banyak sebagai konsekuensi dari nasionalisasi perusahaan perkebunan asing yang dilakukan sebelumnya. Oleh karena jumlahnya yang cukup banyak tentu cukup menyulitkan pemerintah dalam melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap Badan Usaha Milik Negara tersebut. Di samping itu penyederhaan tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari PT. Perkebunan itu sendiri.


(70)

Namun peleburan tersebut tentu memberikan dampak pada manajemen Pabrik Gula Kwala Madu. Manajemen yang telah ada sebelumnya ternyata mendapatkan sedikit perubahan ketika dipegang oleh PT. Perkebunan Nusantara II. Sedangkan sumber daya manusia yang digunakan ternyata lebih didominasi oleh para karyawan PT. Perkebunan IX yang sebelumnya telah ada di Pabrik Gula Kwala Madu tersebut.

Tidak banyak hal yang bisa dilihat dari dampak peleburan tersebut terhadap Pabrik Gula Kwala Madu. Jelasnya bahwa dampak yang hanya sedikit terlihat di awal setelah peleburan merupakan upaya nyata untuk meningkatkan kredibilitas Pabrik Gula Kwala Madu. Penulis menyadari bahwa masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih jauh tentang hasil peleburan tersebut terhadap Pabrik Gula Kwala Madu.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Abdurrachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif, Jakarta: PT. Gramedia, 1985

Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Amang, Beddu, Kebijaksanaan Pemasaran Gula di Indonesia, Jakarta: PT. Dharma Karsa Utama, 1993

Bank Bumi Daya, Gula: Tinjauan Produksi dan Pemasaran Gula di Indoesia, Jakarta: Bank Bumi Daya, 1983

Djuharie, O. Setiawan, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, Bandung: Yrama Widya, 2001

Elizabeth, Roosgandha, Restrukturisasi Ketenagakerjaan dalam Proses Modernisasi Berdampak Perubahan Sosial pada Masyarakat Petani, Bandung: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, 2002

Gill, Richard T., Ekonomi Pembangunan Dulu dan Sekarang, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983

Gottschalk, Louis, Understanding History: A Primer of Historical Method, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Cetakan Kelima, Jakarta: UI Press, 1986 Hugiono, dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Indraningsih, Kurnia Suci dan A. Husni Malian, Perspektif Pengembangan Gula Di

Indonesia, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, 2007 Kano, Hiroyosi dkk, Di Bawah Asap Pabrik Gula: Masyarakat Desa di Pesisir Jawa Sepanjang Abad Ke-20, Yogyakarta: Akatiga & Gadjah Mada University Press, 1996

Kansil, C.S.T., Hukum Perusahaan Indonesia: Aspek Hukum Dalam Ekonomi Bagian 2, Cetakan Keenam, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001

Kuntohartono, T., Perkebunan Indonesia Di Masa Depan, Jakarta: Agro Ekonomika, 1984


(72)

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994

__________, Pengantar Ilmu Sejarah, Cetakan Kelima, Yogyakarta: Bentang, 2005 Lembaga Penelitian IPB, Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional,

Bogor: Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB, 2002

Lipsey, Richard G. dkk, Economics, Pengantar Ilmu Ekonomi, Terj. Anas Sidik, Cetakan Kelima, Jakarta: Bina Aksara, 1988

Lubis, Emir Rizal, Nasib BUMN Perkebunan: Catatan 25 Tahun Mengabdi, Medan: Penerbit Madju, 2007

Moerdokusumo, A., Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula di Indonesia, Bandung: Penerbit ITB, 1993

Mubyarto, Masalah Industri Gula di Indonesia, Yogyakarta: BPFE, 1984

Mubyarto dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991

Pelzer, Karl J., Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863 – 1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI), Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional, Jakarta: Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI, 2003

Ruchiyat, Eddy, Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Reformasi, Cetakan Kedua, Bandung: PT. Alumni, 2004

Sartono Kartodirdjo dan Djoko Surya, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991

Semangun, Haryono, Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000

Sembiring, Sentosa, Himpunan Undang-Undang Hak Milik Perindustrian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992

Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah, Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007


(1)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 13 Tahun 1996

BUMN, PERSERO, MODAL, PERKEBUNAN, PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996

TENTANG

PELEBURAN PERUSAHAAN

PERSEROAN (PERSERO) PT PERKEBUNAN II DAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERKEBUNAN IX MENJADI PERUSAHAAN

PERSEROAN (PERSERO) PT PERKEBUNAN NUSANTARA II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. Bahwa dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas Badan-badan Usaha Milik Negara di lingkungan Departemen Pertanian, dipandang perlu melakukan peleburan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX yang masing-masing didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1973 dalam satu Perusahaan Perseroan (PERSERO). b. Bahwa peleburan kedua Perusahaan Perseroan (PERSERO) dan

pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) tersebut perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 (Lembaran


(2)

Negara Tahun 1971 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2959).

3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 tentang

Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2894) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972 (Lembaran Negara Tahun 1972 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2987).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3246) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 37).

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELEBURAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERKEBUNAN II DAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERKEBUNAN IX MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERKEBUNAN NUSANTARA II.

BAB I

PELEBURAN DAN PENDIRIAN Pasal 1

(1) Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX yang masing-masing didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1973 dilebur dalam satu Perusahaan Perseroan


(3)

(PERSERO) baru dengan nama Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan Nusantara II, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut PERSERO.

(2) Dengan dilakukannya peleburan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pada saat pendirian PERSERO, Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX dinyatakan bubar dengan ketentuan segala hak dan kewajiban, kekayaan serta karyawan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX beralih kepada PERSERO.

(3) Dalam pengalihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak termasuk :

a. kekayaan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX pada PT Cot Girek Baru yang telah terlebih dahulu diselesaikan statusnya; dan

b. segala hak dan kewajiban, kekayaan serta karyawan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II pada Proyek Pengembangan di Propinsi Riau.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN PERSERO

Pasal 2

Maksud dan tujuan PERSERO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah untuk menyelenggarakan :

a. usaha dibidang perkebunan; dan

b. usaha-usaha lain yang menunjang penyelenggaraan usaha di bidang perkebunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III MODAL PERSERO

Pasal 3

(1) Modal PERSERO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 yang ditempatkan dan disetor oleh Negara Republik Indonesia pada saat pendiriannya, berasal dari seluruh kekayaan Negara Republik Indonesia yang tertanam dalam Perusahaan Perseroan


(4)

(PERSERO) PT Perkebunan II termasuk konversi pinjaman Negara Republik Indonesia dari Asian Development Bank (ADB) untuk membiayai Proyek Pengembangan Prafi (Irian Jaya), dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX termasuk konversi pinjaman Negara Republik Indonesia dari Bank Bumi Daya untuk dana pembangunan pabrik gula Kuala Madu.

(2) Modal yang ditempatkan dan disetor Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak termasuk kekayaan Negara yang tertanam dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3). (3) Besarnya modal PERSERO sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Keuangan dan Departemen Pertanian.

(4) Ketentuan lain mengenai permodalan PERSERO diatur dalam Anggaran Dasar, termasuk ketentuan modal dasar yang terbagi atas saham-saham sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972.

(5) Neraca Penutupan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT

Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX di periksa oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan disahkan oleh Menteri Keuangan.

(6) Neraca Pembukuan PERSERO ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

BAB IV

PELAKSANAAN PELEBURAN DAN PENDIRIAN PERSERO

Pasal 4

Pelaksanaan peleburan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan II dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan IX sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(5)

Pasal 5

Pelaksanaan pendirian PERSERO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan menurut ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.

Pasal 6

(2) Penyelesaian pendirian PERSERO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dikuasakan kepada Menteri Keuangan.

(3) Menteri Keuangan dapat menyerahkan kuasa tersebut dalam ayat (1) dengan disertai hak substitusi kepada Menteri Pertanian, dengan ketentuan bahwa Rancangan Anggaran Dasar PERSERO harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7

(1) Terhitung mulai saat berdirinya PERSERO, maka Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1973 dinyatakan tidak berlaku.

(2) Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah tersebut dalam ayat (1) dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.


(6)

Pasal 9

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Pebruari 1996 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Pebruari 1996

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MOERDIONO

--- CATATAN