Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

BAB I
PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Dengan adanya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), maka Negara Indonesia merupakan Negara
yang berdasarkan atas hukum sehingga tidak berdasarkan kekuasaan semata.
Pemerintah yang berdasarkan atas sistem konstitusi, tidak bersifat absolutism.
Dengan demikian maka kebijakan pemerintah pusat untuk menyerahkan sebagian
urusan-urusannya untuk menjadi kewenangan daerah, garis-garis besarnya
diserahkan melalui peraturan-peraturan perundang-undangan.1
Penerapan asas desentralisasi diwujudkan dengan memberikan otonomi
seluas-luasnya kepada daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (2)
UUD 1945 “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten/kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”. Pasal 18 ayat (5) “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah”.
Sebagai negara yang menganut desentralisasi mengandung arti bahwa
urusan pemerintahan itu terdiri atas urusan pemerintahan pusat dan urusan
pemerintah daerah. Artinya ada perangkat pemerintah pusat dan ada perangkat

11

Josef Riwu Kaho, Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia ,
PolGov, UGM, Yogyakarta, 2012, hal, 29

Universitas Sumatera Utara

pemerintah daerah, yang diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk
mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah.2
Penerapan desentralisasi bukan berarti menghapuskan asas sentralisasi,
karena antara asas desentralisasi dengan asas sentralisasi tidaklah dikotomis tetapi
saling berhubugan. Penerapan asas desentralisasi yang mengabaikan asas
sentralisasi berpotensi menciptakan disintegrasi pada suatu daerah. Oleh karena
itu, prinsip otonomi daerah yang mengandung kebebasan dalam menjalankan
pemerintahan haruslah tetap dibawah bimbingan dan pengawasan dari pemerintah
pusat, sehingga tidak menjelma menjadi sebuah kedaulatan.3
Pariwisata merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan
wilayah regional dan nasional, karena pariwisata mencakup dan terkait dengan
sektor lain seperti: kondisi politik, kamtibnas, telekomunikasi, perdagangan, dan
industri serta sektor lainya.

Pariwisata bukan hal baru bagi Indonesia, kegiatan ini telah ditempatkan
sebagai objek kebijakan nasional sejak pertama kali Indonesia menentukan
kebijakan pembangunan. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan
pariwisata yang mempunyai arti strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial
dan budaya, yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, maka dalam hal
ini pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang–Undang No. 10 Tahun 2009
tentang Pariwisata dengan tujuan untuk mengatur pariwisata yang ada di
Indonesia.

2
3

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali .Pers, Jakarta, 2011, hal. 17.
Ni‟matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung, 2012, hal. 67

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan sektor pariwisata sebagaimana kedudukannya saat ini,
merupakan salah satu sektor unggulan dalam perekonomian nasional yang
senantiasa perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Jika ditinjau dari aspek sosial

ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan pemerintah, peningkatan penerimaan devisa
meningkatkan kewirausahaan nasional dan turut mendorong pembangunan di
daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan digariskan bahwa pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan
untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
penerimaan devisa serta memperkenalkan alam kebudayaan bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi perubahan global dan penguatan hak pribadi masyarakat
untuk menikmati waktu luang dengan berwisata, perlu dilakukan pembangunan
kepariwisataan yang bertumpu pada keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan
bangsa dengan tetap menempatkan kebhinekaan sebagai suatu yang hakiki dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.4
Semangat otonomi yang muncul dengan adanya Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah menjadikan daerah memiliki kesempatan
memajukan

pembangunan

di


daerahnya

masing-masing.

Pembangunan

merupakan usaha yang sistematik dari berbagai pelaku, baik umum, pemerintah,
swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk
menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial-ekonomi

4

Pradana, Aktivitas promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar dalam
meningkatkan kunjungan wisatawan” Universitas Hasanuddin Makasar, 2012, hal 1

Universitas Sumatera Utara

dan aspek lingkungan lainnya sehingga peluang baru untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah dapat dilakukan secara berkelanjutan.5
Pariwisata dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan

menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang
berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek
wisata.
Budaya-budaya yang berbeda dan saling bersentuhan itu akan membawa
pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam
masyarakat sekitar obyek wisata. Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang
dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata, yaitu ekonomi, sosial, budaya,
dan lingkungan hidup. Dampak positif yang menguntungkan dalam bidang
ekonomi yaitu bahwa kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa
negara dan terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi
masyarakat di daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar
hidup mereka. Dampak positif yang lain adalah perkembangan atau kemajuan
kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi dan sistem pengetahuan yang
maju. Dampak negatif dari pengembangan pariwisata tampak menonjol pada
bidang sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Gaya
hidup ini meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak
langsung dengan para wisatawan yang berasal dari budaya berbeda. 6

5


Ringkasteori.blogspot.com/2011/11/tentang-perencanaan-pembangunan-daerah, diakses
tanggal 1September 2016.
6
Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata “Sebuah Pengantar Perdana” Pradana Paramita,
Jakarta, 1990, hlm. 79-80

Universitas Sumatera Utara

Kewenangan memberikan izin biasanya ditentukan dalam peraturan
perizinan, yaitu organ atau pejabat yang paling terkait dengan materi yang
dimohonkan izin. Hal ini merupakan prinsip yang mendasar dalam hukum
perizinan. Pemberian izin didasarkan atas permohonan dengan memenuhi syaratsyarat yang diwajibkan. Sebelum pelaku usaha baik perorangan maupun badan
hukum yang mengadakan kegiatan usaha kepariwisataan langkah awal yang harus
dilakukan adalah mengajukan permohonan izin usaha kepada Pemerintah atau
Kepala Instansi atau Dinas tertentu dalam hal ini adalah Kepala Dinas Perizinan
serta Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan disertai identitas
pemohon serta persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Kepariwisataan.
Proses pemberian izin untuk pembangunan sektor wisata sangat

dibutuhkan peran pemerintah yang proaktif, serta kesadaran dari pengelola atau
investor yang turut membangun sektor wisata memalui mekanisme perizinan.
Melalui perizinan pemerintah mengatur semuanya mulai dari mengendalikan,
melaksanakan serta mengarahkan. Masalah perizinan usaha merupakan aspek
yang menentukan bagi kondusifitas iklim usaha di daerah. Dalam aspek perizinan
usaha, ternyata otonomi daerah belum secara signifikan memperbaiki kualitas
pelayanan dalam perizinan usaha. Bahkan, ada kecenderungan pasca penerapan
otonomi daerah jumlah bianyanya meningkat. Ironisnya, tingginya biaya perizinan
tidak di imbangi dengan peningkatan kualitas pelayan. Banyak pelaku usaha yang
mengeluh karena kekecewaan mereka terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

Universitas Sumatera Utara

oleh birokrasi perizinan, seperti tidak adanya transparansi biaya dan prosedur,
prosedur yang berbelit dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan.7
Kota Medan merupakan kota terbesar di luar pulau Jawa sebagai Ibukota
Provinsi Sumatera Utara menjadi pintu gerbang masuknya wisatawan ke Sumatera
Utara, telah berkembang menjadi kota metropolitan dan mengandung banyak
historis dan berbagai suku/ etnis yang ada. Kota Medan dibangun oleh Guru
Patimpus pada tahun 1590 sampai saat ini terus berkembang dengan pesat

sehingga mendorong banyak orang dan investor untuk berkunjung ke Kota Medan
dalam rangka tujuan wisata maupun bisnis8 Untuk menjadikan Medan sebagai
daerah tujuan wisata, Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bertugas melaksanakan pemasaran dan membuat perencanaan guna
meningkatnya kunjungan wisatawan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat
setempat juga PAD (Pendapatan Asli Daerah) bidang kepariwisataan.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas penulis tertarik memilih judul
Pemberian Izin Kepariwisataan Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum
Administrasi Negara.

I. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :

7

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. 2011. Jakarta: Sinar
Grafika, hal. 14
8

Martina Friwati, Upaya Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Kota
Medan (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan), Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan 2012, hal 1

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimanakah pengaturan izin kepariwisataan?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan?
3.

Apa hambatan dan solusi mengatasi hambatan dalam pemberian izin
kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan ?

J. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penelitian yang akan dicapai di dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaturan izin kepariwisataan.
2.

Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian izin kepariwisataan di Kota

Medan.

3.

Untuk mengetahui Apa hambatan dan solusi mengatasi hambatan dalam
pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan.
Adapun manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah

1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan memiliki nilai manfaat untuk perkembangan Ilmu
pengetahuan khususnya Hukum Pemerintahan Daerah dan Hukum
Administrasi Negara yang mengambil pembahsaan berkaitan dengan
pemberian izin kepariwisataan di kota medan berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014.
2. Secara praktis
Penilitian ini diharapkan memberikan wawasan secara akademis kepada
masyarakat dan juga pelaku usaha pariwisata sehingga bisa dijadikan suatu

Universitas Sumatera Utara


tolak ukur dalam pengambilan sikap masyarakat dalam mengatasi
permasalahan yang ada dalam hal perizinan.

K. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh
penulis baik di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka
penulis memilih judul Pemberian Izin Kepariwisataan Di Kota Medan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara. Adapun judul yang
ada di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, yaitu :
Alda Fachrian (2015) dengan judul penelitian Pengawasan Izin Usaha
Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Kepariwisataan (Studi Pemko Medan). Adapun permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan izin usaha pariwisata berdasarkan peraturan daerah
kota Medan No. 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan?
2. Bagaimana pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata ?
3. Bagimana pelaksanaan pengawasan izin usaha pariwisata di Kota Medan ?
Judul penelitian ini belum diteliti oleh peneliti yang lain maka penulis tertarik
untuk mengambil judul ini sebagai skripsi, maka dapat dikatakan bahwa penelitian
ini merupakan karya ilmiah yang asli, dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik dan ilmiah.

Universitas Sumatera Utara

L. Tinjauan Pustaka
1. Izin
Perizinan merupakan salah satu perwujudan tugas mengatur dari pemerintah.
Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenanan atau pernyataan mengabulkan.
Sedangkan

istilah

mengizinkan

mempunyai

arti

memperkenankan,

memperbolehkan, tidak melarang.9
Ateng Syafrudin mengatakan, izin bertujuan dan berarti menghilangkan
halangan dimana hal yang dilarang menjadi boleh. Penolakan akan permohonan
izin memerlukan perumusan limitatif.10
Jadi perizinan adalah suatu bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan dan
bersnaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh
pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan
ini dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan
izin untuk melakukan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh
oleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat
melakukan suatu kegiatan atau tindakan.
2. Pariwisata
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan
Pemerintah Daerah.11
9

Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia , Gadjah Mada
Press Uneversity, Yogyakarta, 2002, hal. 143
10
Syafruddin, Ateng. Perizinan Untuk Kegiatan Tertentu, Majalah Hukum. Media
Kominukasi FH UNPAS, 1997, hal 91

Universitas Sumatera Utara

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,
yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk
berusaha (business) atau mencari nafka ditempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.12
3. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan
dan merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
Pada saat ini Peraturan Daerah mempunyai kedudukan yang sangat strategis
karena diberikan landasan konstitusional yang jelas sebagaimana diatur dalam
Pasal 18 ayat (6) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjelaskan:
“Pemerintahan daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004: “Peraturan Daerah
(Perda) adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan persetujuan bersama Kepala Daerah”.
4. Hukum Administrasi Negara
Pengertian Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan
hukum yang mengatur dan mengikat tentang bagaimana cara bekerjanya lembagalembaga atau alat-alat administrasi Negara dalam memenuhi tugas, fungsi,
11

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, Pasal 1

angka 11
12

Yoeti,Pengantar Ilmu Pariwisata , Penerbit Angkasa, Bandung, 2005, hal.98

Universitas Sumatera Utara

wewenang masing-masing, dan hubungan dengan lembaga atau alat perlengkapan
Negara lain serta hubungan dengan masyarakat dalam melayani warga Negara. 13
Dalam arti luas Hukum Administrasi Negara terbagi menjadi hukum tata
pemerintah, hukum tata usaha negara dan Hukum administrasi Negara dalam arti
sempit. Hukum administrasi Negara merupakan suatu bidang pengaturan hukum
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan.

M. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif dan data yang dipergunakan melalui buku-buku diperpustakaan
(libary research). Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian
ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari
sisi normatifnya.14
2. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif berarti bahwa penelitian ini
menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait
pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan ditinjau dari

Hukum

Administrasi Negara.

13

http://www.temukanpengertian.com/2013/08/pengertian-hukum-administrasinegara.html, diakses tanggal 11 September 2016
14
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Surabaya: Bayu
Media Publishing, 2005), hlm. 46.

Universitas Sumatera Utara

3. Pendekatan penelitian
Pendekatan

undang–undang (statute

approach)

dilakukan

dengan

menelaah semua undang–undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan
pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan ditinjau dari

Hukum

Administrasi Negara.15
4. Data penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terbagi atas:
a. Bahan hukum primer yaitu berbagai bahan hukum yang bersifat mengikat
yang terdiri dari: Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daeah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4
Tahun 2014 tentang Kepariwistaaan.
b. Bahan hukum sekunder yaitu berbagai bahan kepustakaan berupa buku,
jurnal, bahan kuliah, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
c. Bahan hukum tertier yaitu berbagai bahan yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum,
Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, serta pencarian pada
website-website yang relevan.

5.

Teknik pengumpulan data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta : Prenanda Media Group, 2013),

hlm 7.

Universitas Sumatera Utara

cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data
melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur, tulisantulisan para pakar hukum, bahan kuliah, putusan-putusan hakim yang berkaitan
dengan penelitian ini.
6.

Analisis data
Analisis data yang dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori,

asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal di dalam perundang-undangan
terpenting yang relevan dengan permasalahan. Membuat sistematika dari datadata tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara
kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula,
selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif
sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

N. Sistematika Penulisan
Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika agar dapat diperoleh
suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan erat bab satu dengan bab
yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan dan metode
penelitian serta sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

PENGATURAN IZIN KEPARIWISATAAN
Bab ini berisikan pengertian perizinan dan kepariwisataan, objek
dan subjek pajak dan pengaturan hukum izin kepariwisataan

BAB III

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KEPARIWISATAAN DI
KOTA MEDAN
Bab ini berisikan gambaran umum kepariwisataan di Kota Medan,
syarat izin kepariwisataan dan pelaksanaan pemberian izin
kepariwisataan Kota Medan

BAB IV

HAMBATAN DAN SOLUSI MENGATASI

HAMBATAN

DALAM PEMBERIAN IZIN KEPARIWISATAAN DI KOTA
MEDAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA
MEDAN

NOMOR

4

TAHUN

2014

TENTANG

KEPARIWISATAAN

Bab ini berisikan hambatan dalam pemberian izin kepariwisataan
di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor
4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan dan solusi mengatasi
hambatan dalam pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Kepariwisataan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari
keseluruhan isi. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman
ataupun ikhtisar. Saran merupakan upaya yang diusulkan agar halhal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat
lebih berhasil guna berdaya guna.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengawasan Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan(Studi Pemko Medan)

13 122 81

Prosedur Pemberian Izin Usaha Peternakan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2004 Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Pemerintah Kota Medan)

6 115 84

Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 6 87

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

1 2 7

Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 9

Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 2

Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 23

Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 3

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN A. Pengertian Usaha Pariwisata - Pengawasan Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Ke

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengawasan Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan(Studi Pemko Medan)

0 1 21