Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pernyataan yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 13
tahun 2003 pasal 86 ayat 1a, bahwasannya setiap pekerja mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian
perlindungan ini diatur dalam Permenakertrans Nomor 03/Men/82 sebagai tugas
pokok pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja.
Penyusunan prosedur dan peraturan yang berkaitan dengan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja juga perlu diterapkan di rumah sakit. Dalam
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang

Kesehatan,

khususnya pasal

165:”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit

mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya.
Rumah sakit merupakan tempat kerja serta tempat berkumpulnya orangorang sehat (petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien) sehingga
rumah sakit merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko kesehatan (WHO,
1983 dalam Anies, 2014). Elemen penting dalam sebuah rumah sakit itu sendiri
adalah tim paramedis yakni perawat. Pimpinan rumah sakit sebagai manajer wajib
mengetahui, memahami, dan melaksanakan perlindungan pada pekerjanya yang
sebagian besar adalah perawat.

Universitas Sumatera Utara

Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan
keperawatan. Perawat sudah menjadi sebuah profesi, bukan sekedar vokasi. Oleh
karena itu gambaran (image) atau paradigma masyarakat terhadap perawat secara
bertahap harus diperbaiki (Nurhidayah, 2010).
Perawat adalah mereka yang merawat atau memelihara, membantu,
melindungi seseorang karena sakit, cedera, dan proses penuaan (Gaffar, 1999).
Selain itu, perawat memiliki 4 peran sembari mereka melaksanakan tanggung
jawabnya, yakni peran sebagai pelaksana (care giver) pelayanan keperawatan,

sebagai pendidik (health educator) dalam keperawatan, sebagai pengelola
pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan, dan peran sebagai peneliti dan
pengembang keperawatan (Lokakarya Nasional 1983 dalam Ali, 2002).
Dalam

melaksanakan

aktivitasnya,

perawat

seringkali

tidak

memperhatikan hal-hal penting yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit
akibat kerja. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2004
menjelaskan bahwa penyakit akibat kerja merupakan penyakit atau cedera yang
terjadi di tempat kerja sebagai akibat dari terkena bahan atau kondisi kerja saat
melakukan pekerjaan (Elyas, 2012).

Penyakit akibat kerja dapat terjadi saat melakukan aktivitas kerja. Dari
sekian banyak penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan
yang paling sering dilaporkan. Menurut WHO insidensi kejadian penyakit

Universitas Sumatera Utara

muskuloskeletal merupakan penyakit yang paling banyak terjadi dan diperkirakan
mencapai 60,4% dari semua penyakit akibat kerja.
Data mengenai kasus penyakit akibat kerja khususnya keluhan
muskuloskeletal yang dipublikasikan di Indonesia masih terbatas. Penelitian
mengenai hal ini yang telah dipublikasikan sebagian besar dilakukan di pabrik dan
perkebunan, sedangkan di lingkungan pelayanan kesehatan sendiri masih kurang.
Gangguan muskuloskeletal dapat terjadi kapanpun selama perawat
melakukan aktivitas pekerjaannya. Datayang dikutip oleh Lestari (2014) dari
Burneau of Labor Statistic di Amerika Serikat tahun 2002, perawat menduduki
peringkat teratas pada pekerjaan yang paling banyak mengakibatkan keluhan
muskuloskeletal.
Keluhan nyeri otot yang dirasakan saat melakukan pekerjaan sering
disebut dengan istilah Musculoskeletal Disorders (MSDs). Musculoskeletal
Disorders (MSDs) merupakan keluhan yang dirasakan sebagai akibat dari

kumpulan benturan kecil maupun besar yang terakumulasi secara terus-menerus
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak
nyaman pada otot, tulang serta sendi (Elyas, 2012).
Data mengenai keluhan muskuloskeletal perawat memang belum
dilaporkan secara resmi, namun keluhan tersebut sering diungkapkan oleh
perawat-perawat di rumah sakit. Keluhan muskuloskeletal yang sering dirasakan
adalah sakit atau tidak nyaman pada daerah pinggang, kaki, serta tangan. Badan
statistik di Swedia tahun 2006 melaporkan bahwa pada perawat masalah

Universitas Sumatera Utara

muskuloskeletal yang sering muncul adalah nyeri pada pinggang (56%), bahu,
lengan, dan jari (24%), leher (6%), dan kaki (14%).
Gangguan muskuloskeletal dapat mengakibatkan penurunan produktivitas,
kehilangan waktu kerja, peningkatan

risiko

penyakit akibat kerja (PAK) dan


meningkatkan pengeluaran biayauntuk kompensasi pekerja. Di negara-negara
industri, sekitar sepertiga dari semua kehilangan waktu kerja yang berhubungan
dengan kesehatan kerja adalah karena ganguan muskuloskeletal (WHO, 2003).
Hasil

estimasi

yang

diumumkanolehNational

Institut

for

OccupationalSafety andHealth (NIOSH)tahun1996,bahwa biaya kompensasi
untuk keluhan otot rangka sudah mencapai 13 milyar US dollar setiaptahun. Biaya
tersebut merupakan biaya terbesar dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk
keluhan atau sakit akibat kerja lainnya (Tarwaka, 2004).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada Februari 2015 lalu,

perawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini memiliki keluhan
muskuloskeletal akibat aktivitas pekerjaannya. Keluhan tersebut sering terjadi
pada daerah bahu, leher, pinggang, dan kaki. Hal ini cukup mengganggu kinerja
para perawat dan berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Apabila hal ini
dibiarkan berlarut akan dapat menimbulkan suatu penyakit akibat kerja
sehubungan dengan sistem muskuloskeletal, sehingga diperlukan suatu cara untuk
mengatasinya.
Upaya solusi alternatif yang dapat dilakukan pekerja untuk mencegah dan
mengurangi keluhan muskuloskeletal dan kelelahan akibat kerja adalah dengan

Universitas Sumatera Utara

melakukan Workplace Stretching-Exercise (WSE) yang didesain dengan prinsip
gerakan stretching (peregangan otot).
Berdasarkan hasil penelitian Waikar &Bradshaw (1995) terhadap 203
tenaga kerja (sedentarywork) pada level manajerial, staf, dan tenaga teknis,
diperoleh hasil bahwa sebagian besar mengalami keluhan muskuloskeletal.
Selanjutnya dilaksanakan program quick exercises. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian


besar

dari

responden

mengalami

penurunan keluhan

muskuloskeletal.
Sedangkan di dalam negeri, penelitian Wahyono & Saloko (2006)
terhadap 64 pekerja wanita bagian sewing yang mengalami keluhan
muskuloskeletal,

diperoleh

hasil

bahwa


terdapat

pengaruh

pemberian

Workplace Stretching-Exercise terhadap keluhan muskuloskeletal. Kemudian
terkhusus pada sektor kesehatan, penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014)
terhadap 54 perawat di bagian medical surgical, diperoleh hasil bahwa terdapat
pengaruh dari stretching terhadap keluhan muskuloskeletal.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini merupakan rumah sakit
swasta kelas C yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas.
Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Beralamat
di Jln. Bromo Lorong Sukri No. 18 Medan, Sumatera Utara, rumah sakit ini
mempekerjakan 34 perawat yang terbagi ke 9 unit berbeda. Adapun 9 unit yang
dimaksud antara lain:
1.

ruang bersalin


2.

ruang bayi

Universitas Sumatera Utara

3.

ruang rawat anak

4.

ruang rawat dewasa

5.

kamar operasi

6.


ruang pemulihan

7.

UGD (unit gawat darurat)

8.

kepala perawat

9.

menko (supervisi keperawatan)

Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan unit yang menangani kasus gawat
dan cukup berat, dengan tindakan perawatan yang dilakukan cukup banyak dan
dalam waktu singkat, meliputi gerakan mengangkat dan memindahkan pasien,
membungkuk saat menangani pasien, dan gerakan tidak alamiah, yang apabila
dilakukan berulang serta dalam ritme yang cepat dan tidak teratur diduga menjadi

salah satu faktor yang memengaruhi keluhan muskuloskeletal yang terjadi.
Di RSIA Badrul Aini, perawat pada bagian ini hanya berjumlah 1 orang
setiap shift. Namun dalam praktik nyatanya, terdapat 2 orang perawat yang selalu
siap siaga di UGD pada setiap shift. Seorang perawat merupakan perawat yang
memang bertugas di unit UGD dan seorang perawat yang lain berasal dari unit
selain UGD.
Diketahui bahwa semua perawat di RSIA Badrul Aini, baik kepala
perawat, menko (supervisi keperawatan), maupun perawat yang bertugas di unit
lain, memiliki kesempatan yang sama mendampingi dokter untuk menangani
kasus gawat di UGD. Sehingga secara umum, tugas dan beban kerja setiap
perawat hampir sama satu dengan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui efek pemberian Workplace Stretching-Exercise (WSE) dalam
menurunkan keluhan muskulosekeletal pada perawat, dengan alasan: (1)
memperoleh bukti empiris guna mendukung implementasi WSE sebagai upaya
dalam mencegah dan mengurangi keluhan muskuloskeletal pada perawat, (2)
memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis

untuk mencegah dan

mengatasi terjadinya keluhan muskuloskeletal pada perawat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah
sebagai berikut:
1.

Bagaimana gambaran keluhan muskuloskeletal pada perawat?

2.

Bagaimana perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah
aplikasi Workplace Stretching-Exercise (WSE)?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan utama dari penelitian ini adalah melihat perbedaan keluhan
muskuloskeletal sebelum dan sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE)pada
petugas perawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini
1.3.2 Tujuan Khusus
1.

Mengetahui karakterisktik petugas perawat di Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA) Badrul Aini

Universitas Sumatera Utara

2.

Mengetahui gambaran keluhan perawat sehubungan dengan masalah
gangguan

muskuloskeletal

sebelum

mendapatkan

Workplace

Stretching-Exercise (WSE)
3.

Mengetahui gambaran keluhan perawat sehubungan dengan masalah
gangguan

muskuloskeletal

sesudah

mendapatkan

Workplace

Stretching-Exercise (WSE)
1.4 Hipotesis Penelitian
a. Ho: Tidak ada perbedaan keluhan muskuloskeletal pada perawat
sebelum dan sesudah WSE melalui pretest dan posttest
b. H1: Ada perbedaan keluhan muskuloskeletal pada perawat sebelum dan
sesudah WSE melalui pretest dan posttest
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi perawat dan masyarakat pekerja
1.

Sebagai informasi mengenai solusi praktis dalam mencegah dan
mengurangi gangguan muskuloskeletal akibat kerja.

2.

Meningkatkan

kemauan

dan

kemampuan

pekerja

dalam

mengatasi keluhan muskuloskeletal secara mandiri.
3.

Menjaga kesehatan fisik maupun mental pekerja untuk selalu dalam
keadaan yang optimal guna meningkatkan produktivitas kerja.

1.5.2 Bagi pihak rumah sakit dan instansi lain
1.

Sebagai informasi mengenai manfaat WSE dalam mencegah dan
mengurangi keluhan muskuloskeletal pada pekerja.

2.

Sebagai bahan masukan/pertimbangan, bahwa WSE dapat diterapkan

Universitas Sumatera Utara

sebagai langkah antisipatif bagi pekerja untuk mencegah dan
mengurangi keluhan muskuloskeletal.
1.5.3 Bagi Peneliti
1.

Sebagai sarana untuk mengamalkan ilmu kesehatan kerja, menambah
pengetahuan dan pengalaman mengenai desain dan aplikasi WSE dan
kegunaannya

dalam

mencegah

dan

mengurangi

keluhan

muskuloskeletal pada perawat.
2.

Memberi kesempatan dan pengalaman bagi peneliti untuk ikut andil
dalam posisi manajemen dalam merencanakan pelaksanaan upaya
pencegahan (program intervensi) gangguan kesehatan di tempat kerja.

3.

Sebagai sarana untuk mempraktikkan advokasi secara nyata pada
sebuah instansi sehingga mau ikut bekerja sama dan membangun
komitmen serta menjalankan fungsi sebagai penyelenggara sekaligus
pengawas jalannya program intervensi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan Latihan Peregangan Pada Petugas Kesehatan Gigi di Puskesmas Kecamatan Medan Area Tahun 2012

0 52 44

Hubungan Lama Rawatan Dengan Status Gizi Pada Balita Penderita Diare Di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2009-2010.

2 44 120

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

13 49 115

PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN OTOT (STRETCHING) TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN KEJENUHAN PADA Pengaruh Pemberian Peregangan Otot (Stretching) Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dan Kejenuhan Pada Pekerja Bagian Menjahit Divisi Garment Di Pt. Tyfounte

0 5 15

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

0 1 16

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

0 0 2

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

0 1 12

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

0 0 3

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

0 0 46

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan Latihan Peregangan Pada Petugas Kesehatan Gigi di Puskesmas Kecamatan Medan Area Tahun 2012

0 1 12