Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015
JENIS KELUHAN
TINGKAT KELUHAN 1 2 3 4 Sakit/kaku di leher bagian atas
Sakit/kaku di leher bagian bawah Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan Sakit pada lengan atas kiri Sakit di punggung
Sakit pada lengan atas kanan Sakit pada pinggang Sakit pada bokong Sakit pada pantat Sakit pada siku kiri Sakit pada siku kanan Sakit pada lengan bawah kiri Sakit pada lengan bawah kanan Sakit pada pergelangan tangan kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan Sakit pada tangan kiri
Sakit pada tangan kanan Sakit pada paha kiri Sakit pada paha kanan Sakit pada lutut kiri Sakit pada lutut kanan Sakit pada betis kiri
Sakitpadabetis kanan
Lampiran 1
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama :……….. 2. Umur/TglLahir :………/………..
3. Pendidikan Terakhir :
SD/SMP/SMA/AKADEMI/UNIVERSITAS
4. Status : Kawin/BelumKawin 5. Pengalaman Kerja : ……..Tahun………..Bulan. II. KUESIONER BODY MAP
(Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberitanda ()padakolom di samping pertanyaan yang sesuaidengan kondisi/perasaan saudara)
(2)
Lampiran 2
Workplace Stretching-Exercises
Diadopsi dari: Environment Health and Safety University of TorontoLEHER DAN WAJAH
Naikkan alis dan buka mata selebar mungkin. Pada saat yang sama, buka mulut dan julurkan lidah. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
Geser kepala lurus ke belakang hingga terasa seperti memiliki lipatan dagu.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
Perlahan tundukkan kepala, biarkan berat kepala tertumpu pada leher. Tahan 5-10 detik. Kembalikan kepala ke posisi normal. Perlahan angkat dagu ke atas. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
(3)
Perlahan miringkan kepala ke samping kanan, arahkan telinga kanan ke bahu
kanan sedekat
mungkin. Jangan angkat bahu mendekati telinga – biarkan bahu tetap di posisi relaks.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi pada sisi sebelah kiri.
Perlahan putar kepala ke arah kanan hingga batas maksimal.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi pada sisi sebelah kiri.
(4)
BAHU DAN LENGAN
Angkat bahu mendekati telinga hingga kepala terasa tegang.
Tahan 5-10 detik. Perlahan turunkan bahu ke posisi normal. Ulangi 3-5 kali.
Perlahan putar bahu ke belakang 5 kali. Perlahan putar bahu ke depan 5 kali.
Tautkan jari-jari kedua tangan. Tengadahkan telapak tangan, angkat ke atas sembari tangan diluruskan.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
(5)
Tautkan jari-jari di belakang punggung. Perlahan tarik bahu ke belakang sembari tangan diluruskan. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
Tautkan jari-jari kedua tangan. Dengan telapak tangan menghadap ke luar, luruskan lengan ke depan. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
Tautkan jari-jari di belakang kepala. Regangkan bahu. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
(6)
Pegang siku kanan dengan tangan kiri. Perlahan tarik siku menuju belakang kepala.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan siku kiri.
Perlahan tarik siku kanan menuju bahu kiri.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan siku kiri.
Silangkan lengan ke depan. Ayunkan lengan ke atas melalui sisi tubuh sambil menarik napas. Turunkan lengan ke bawah sambil
menghembuskan napas. Ulangi 3-5 kali.
(7)
TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN
Buka telapak tangan. Jauhkan masing-masing jari dan luruskan. Tahan 5-10 detik. Bengkokkan jari. Tahan 5-10 detik. Genggam jari. Tahan 5-10 detik. Buka kembali telapak tangan. Ulangi 3-5 kali.
Posisikan lengan seperti sedang bersalaman. Tekukkan jari hingga menyentuh telapak tangan. Buat pola lingkaran lima kali dengan
ibu jari.
Tempelkan kedua telapak tangan, tekukkan siku. Bersamaan dorong telapak tangan kanan juga telapak tangan kiri. Tahan 5-10 detik kemudian lepaskan. Ulangi 3-5 kali.
Genggam tangan kanan dengan siku lurus ke depan., Perlahan dorong telapak tangan ke bawah.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan tangan kiri.
(8)
Genggam tangan kanan dengan siku lurus ke depan. Perlahan dorong lengan kanan.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan
tangan kiri.
Posisikan lengan seperti sedang bersalaman. Perlahan putar pergelangan tangan ke kanan dan ke kiri.
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
Perlahan bengkokkan pergelangan tangan dari satu sisi ke sisi yang lain. Tahan 5-10 detik. Ulangi
(9)
PUNGGUNG
Duduk. Angkat dan tekukkan kaki kanan, hadapkan lutut di depan hidung. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan kaki kiri.
Berdiri dengan lutut rapat, letakkan telapak tangan di bawah punggung, dengan jari menghadap bawah. Perlahan dorong telapak tangan sehingga pinggang terdorong ke depan. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
Catatan: Lakukan peregangan ini setelah periode waktu duduk yang cukup lama
(10)
Tautkan jari dan angkat lengan ke atas kepala. Dengan siku tetap lurus, tarik lengan ke belakang sampai batas. Perlahan arahkan lengan ke kanan. Tahan 5-10 detik. Lalu arahkan ke kiri. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
Perlahan angkat lengan ke atas sampai terasa tegang. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.
(11)
Duduk dengan kaki kanan menyilang di atas kaki kiri. Letakkan siku kiri di atas paha. Perlahan dorong tubuh ke kanan dengan siku kiri sebagai tumpuan. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan sisi yang lain.
(12)
KAKI DAN PERGELANGAN KAKI
Berdiri dan tempelkan tangan kiri ke dinding. Genggam pergelangan kaki kanan dengan tangan kanan. Perlahan tarik kaki kanan hingga terasa peregangan di paha. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan
kaki kiri.
Berdiri. Letakkan kaki kanan pada satu permukaan (lebih baik setinggi/ lebih rendah dari lutut). Tegakkan kepala, lalu perlahan condongkan ke depan hingga .
Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan kaki kiri .
(13)
Tempelkan telapak tangan ke dinding, luruskan lengan. Letakkan kaki kanan ke depan. Condongkan tubuh ke dindinghingga terasa peregangan di betis kiri. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan sisi yang berlawanan.
Duduk tegap di kursi sehingga punggung tidak menyentuh sandaran kursi. Tempelkan telapak kaki di lantai. Angkat kaki kanan 5 - 10 cm. Tahan 5- 10 detik dan turunkan kaki kembali ke lantai. Ulangi dengan kaki kiri.
Duduk. Biarkan kaki kiri tetap menyentuh lantai dan luruskan kaki kanan. Gerakkan ujung kaki kanan ke atas dan ke bawah. Ulangi 3-5 kali. Ulangi pada kaki kiri.
(14)
(15)
(16)
Lampiran 5
Master Data Karakteristik Responden di RSIA Badrul Aini Nama Umur Pendidikan Status Pengalaman Kerja
Fitri Wardhani 2 2 1 3
Juniati Sagala 1 2 1 1
Afriani 1 2 1 2
Wahyuni 1 2 1 3
Nova Anggraini 1 2 2 1
Dina Mutia Nst 1 2 2 1
Ulfah Indra 2 2 1 3
Iin Junianti Siregar 1 2 2 1
Widya Irtifani 1 2 1 2
Yulia Lestari 1 2 2 2
Sri Erawati 1 2 2 1
Retno Indina Sari 1 2 2 3
Rahmawati Ningsih 3 2 1 3
Supriyani 3 2 1 3
Dedek Atina Sagala 1 2 2 2
Fitri Mardiani 1 2 2 1
Fitri Handayani 2 2 1 2
Putri Dian Astri 1 3 2 1
Kurlia Ainisyah 1 2 2 1
Nuraini Gultom 4 2 2 3
Ferawati 1 2 1 2
Derita Juliana 3 2 1 3
Endang Purnama S 1 2 2 1
Masnawati Harahap 1 2 2 2
Zulhidayati Putri 1 2 1 2
Iis Afriani 1 2 2 2
Siti Sarah 1 3 1 2
Ummal Banin 2 2 1 3
Wilda Sarah 1 3 2 1
Rosna Harahap 2 2 1 1
Siti Fauziah Nur 1 2 2 2
Khairiyah 2 2 1 3
Daryati 3 2 1 3
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
Lampiran 8
Hasil Uji Statistik
1. Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20-29 22 64.7 64.7 64.7
30-39 6 17.6 17.6 82.4
40-49 4 11.8 11.8 94.1
>50 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Akademi 31 91.2 91.2 91.2
Universitas 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Status
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kawin 18 52.9 52.9 52.9
Belum Kawin 16 47.1 47.1 100.0
(22)
Pengalaman kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <5 11 32.4 32.4 32.4
5-10 11 32.4 32.4 64.7
>10 12 35.3 35.3 100.0
Total 34 100.0 100.0
2. Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE
pre0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 20 58.8 58.8 58.8
2 10 29.4 29.4 88.2
3 2 5.9 5.9 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 20 58.8 58.8 58.8
2 9 26.5 26.5 85.3
3 3 8.8 8.8 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
(23)
pre2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 18 52.9 52.9 52.9
2 13 38.2 38.2 91.2
3 2 5.9 5.9 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 19 55.9 55.9 55.9
2 7 20.6 20.6 76.5
3 6 17.6 17.6 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
Pre4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 22 64.7 64.7 64.7
2 5 14.7 14.7 79.4
3 5 14.7 14.7 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
(24)
pre5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 17 50.0 50.0 50.0
2 11 32.4 32.4 82.4
3 5 14.7 14.7 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 20 58.8 58.8 58.8
2 10 29.4 29.4 88.2
3 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 16 47.1 47.1 47.1
2 7 20.6 20.6 67.6
3 6 17.6 17.6 85.3
4 5 14.7 14.7 100.0
(25)
pre8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 22 64.7 64.7 64.7
2 7 20.6 20.6 85.3
3 2 5.9 5.9 91.2
4 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 24 70.6 70.6 70.6
2 4 11.8 11.8 82.4
3 5 14.7 14.7 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 27 79.4 79.4 79.4
2 4 11.8 11.8 91.2
3 1 2.9 2.9 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
(26)
pre11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 26 76.5 76.5 76.5
2 7 20.6 20.6 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
Pre12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 25 73.5 73.5 73.5
2 6 17.6 17.6 91.2
3 1 2.9 2.9 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 27 79.4 79.4 79.4
2 6 17.6 17.6 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
(27)
pre14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 19 55.9 55.9 55.9
2 9 26.5 26.5 82.4
3 3 8.8 8.8 91.2
4 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 22 64.7 64.7 64.7
2 4 11.8 11.8 76.5
3 5 14.7 14.7 91.2
4 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 22 64.7 64.7 64.7
2 10 29.4 29.4 94.1
3 1 2.9 2.9 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
(28)
pre17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 24 70.6 70.6 70.6
2 5 14.7 14.7 85.3
3 3 8.8 8.8 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 20 58.8 58.8 58.8
2 7 20.6 20.6 79.4
3 5 14.7 14.7 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre21
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 18 52.9 52.9 52.9
2 10 29.4 29.4 82.4
3 3 8.8 8.8 91.2
4 3 8.8 8.8 100.0
(29)
pre22
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 16 47.1 47.1 47.1
2 8 23.5 23.5 70.6
3 6 17.6 17.6 88.2
4 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre23
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 15 44.1 44.1 44.1
2 9 26.5 26.5 70.6
3 6 17.6 17.6 88.2
4 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
pre26
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 22 64.7 64.7 64.7
2 6 17.6 17.6 82.4
3 5 14.7 14.7 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
(30)
3. Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Responden Sesudah WSE
post0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 26 76.5 76.5 76.5
2 7 20.6 20.6 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 27 79.4 79.4 79.4
2 5 14.7 14.7 94.1
3 1 2.9 2.9 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 30 88.2 88.2 88.2
2 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
post3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 30 88.2 88.2 88.2
2 3 8.8 8.8 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
(31)
post4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 32 94.1 94.1 94.1
3 1 2.9 2.9 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 29 85.3 85.3 85.3
2 5 14.7 14.7 100.0
Total 34 100.0 100.0
post6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 26 76.5 76.5 76.5
2 6 17.6 17.6 94.1
3 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 22 64.7 64.7 64.7
2 9 26.5 26.5 91.2
3 1 2.9 2.9 94.1
4 2 5.9 5.9 100.0
(32)
post8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 28 82.4 82.4 82.4
2 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
post9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 31 91.2 91.2 91.2
2 1 2.9 2.9 94.1
3 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 34 100.0 100.0 100.0
post11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 30 88.2 88.2 88.2
2 3 8.8 8.8 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
(33)
Post12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 32 94.1 94.1 94.1
3 1 2.9 2.9 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 30 88.2 88.2 88.2
2 3 8.8 8.8 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 29 85.3 85.3 85.3
2 4 11.8 11.8 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 24 70.6 70.6 70.6
2 9 26.5 26.5 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
(34)
post16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 31 91.2 91.2 91.2
2 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
post17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 27 79.4 79.4 79.4
2 6 17.6 17.6 97.1
4 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 28 82.4 82.4 82.4
2 5 14.7 14.7 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 28 82.4 82.4 82.4
2 5 14.7 14.7 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
(35)
post20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 24 70.6 70.6 70.6
2 9 26.5 26.5 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post22
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 27 79.4 79.4 79.4
2 5 14.7 14.7 94.1
3 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post23
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 22 64.7 64.7 64.7
2 10 29.4 29.4 94.1
3 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
post24
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 29 85.3 85.3 85.3
2 4 11.8 11.8 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
(36)
post25
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 30 88.2 88.2 88.2
2 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
post26
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 28 82.4 82.4 82.4
2 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
post27
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 26 76.5 76.5 76.5
2 6 17.6 17.6 94.1
3 2 5.9 5.9 100.0
(37)
4. Hasil Tes Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
totalpre totalpost
N 34 34
Normal Parametersa,,b Mean 45.12 33.71
Std. Deviation 14.270 7.082
Most Extreme Differences Absolute .202 .213
Positive .202 .213
Negative -.115 -.210
Kolmogorov-Smirnov Z 1.177 1.241
Asymp. Sig. (2-tailed) .125 .092
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(38)
5. Hasil Uji Paired T-Test Pretest dan Posstest Keluhan Muskuloskeletal
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pre0 1.59 34 .857 .147
post0 1.26 34 .511 .088
Pair 2 pre1 1.62 34 .888 .152
post1 1.29 34 .676 .116
Pair 3 pre2 1.59 34 .743 .127
post2 1.12 34 .327 .056
Pair 4 pre3 1.74 34 .963 .165
post3 1.15 34 .436 .075
Pair 5 pre4 1.62 34 .954 .164
post4 1.12 34 .327 .056
Pair 6 pre5 1.71 34 .836 .143
post5 1.15 34 .359 .062
Pair 7 pre6 1.53 34 .706 .121
post6 1.29 34 .579 .099
Pair 8 pre7 2.00 34 1.128 .193
post7 1.50 34 .826 .142
Pair 9 pre8 1.59 34 .957 .164
post8 1.18 34 .387 .066
Pair 10 pre9 1.50 34 .862 .148
post9 1.15 34 .500 .086
Pair 11 pre10 1.35 34 .812 .139
post10 1.00 34 .000 .000
Pair 12 pre11 1.41 34 .657 .113
post11 1.15 34 .436 .075
Pair 13 pre12 1.41 34 .821 .141
post12 1.15 34 .610 .105
(39)
post13 1.15 34 .436 .075
Pair 15 pre14 1.71 34 .970 .166
post14 1.18 34 .459 .079
Pair 16 pre15 1.68 34 1.036 .178
post15 1.32 34 .535 .092
Pair 17 pre16 1.50 34 .896 .154
post16 1.26 34 .618 .106
Pair 18 pre17 1.44 34 .706 .121
post17 1.09 34 .288 .049
Pair 19 pre18 1.68 34 .945 .162
post19 1.21 34 .479 .082
Pair 20 pre20 1.79 34 1.038 .178
post20 1.32 34 .535 .092
Pair 21 pre21 1.74 34 .963 .165
post21 1.18 34 .459 .079
Pair 22 pre22 1.94 34 1.071 .184
post22 1.26 34 .567 .097
Pair 23 pre23 1.97 34 1.058 .182
post23 1.41 34 .609 .104
Pair 24 pre24 1.44 34 .660 .113
post24 1.18 34 .459 .079
Pair 25 pre25 1.56 34 .860 .147
post25 1.12 34 .327 .056
Pair 26 pre26 1.56 34 .860 .147
post26 1.18 34 .387 .066
Pair 27 pre27 1.62 34 .888 .152
post27 1.29 34 .579 .099
Pair 28 totalpre 45.12 34 14.270 2.447
(40)
Paired Samples Test Paired Differences f Si g. (2-tailed) 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper
Pair 1
pre0 -
post0
.324 .843 .145 .029 .618 2.238
3
.0 32 Pair
2
pre1 -
post1
.324 .638 .109 .101 .546 2.956
3
.0 06 Pair
3
pre2 -
post2
.471 .748 .128 .210 .732 3.668
3
.0 01 Pair
4
pre3 -
post3
.588 .892 .153 .277 .899 3.847
3
.0 01 Pair
5
pre4 -
post4
.500 .992 .170 .154 .846 2.938
3
.0 06 Pair
6
pre5 -
post5
.559 .786 .135 .285 .833 4.146
3
.0 00 Pair
7
pre6 -
post6
.235 .654 .112 .007 .464 2.098
3
.0 44 Pair
8
pre7 -
post7
.500 .826 .142 .212 .788 3.531
3
.0 01 Pair
9
pre8 -
post8
.412 .783 .134 .139 .685 3.066
3
.0 04 Pair
10
pre9 -
post9
.353 .646 .111 .128 .578 3.187
3
.0 03 Pair
11
pre10 -
post10
.353 .812 .139 .070 .636 2.534
3
.0 16 Pair
12
pre11 -
post11
.265 .567 .097 .067 .463 2.721
3
.0 10 Pair
13
pre12 -
post12
.265 .790 .136 -.011 .540 1.953
3
.0 59 Pair
14
pre13 -
post13
.118 .640 .110 -.106 .341 1.071
3
.2 92
(41)
Pair 15
pre14 -
post14
.529 .861 .148 .229 .830 3.585
3
.0 01 Pair
16
pre15 -
post15
.353 .691 .119 .112 .594 2.978
3
.0 05 Pair
17
pre16 -
post16
.235 .855 .147 -.063 .534 1.605
3
.1 18 Pair
18
pre17 -
post17
.353 .544 .093 .163 .543 3.783
3
.0 01 Pair
19
pre18 -
post19
.471 .929 .159 .147 .795 2.954
3
.0 06 Pair
20
pre20 -
post20
.471 .896 .154 .158 .783 3.064
3
.0 04 Pair
21
pre21 -
post21
.559 .786 .135 .285 .833 4.146
3
.0 00 Pair
22
pre22 -
post22
.676 1.036 .178 .315 1.038 3.806
3
.0 01 Pair
23
pre23 -
post23
.559 .894 .153 .247 .871 3.644
3
.0 01 Pair
24
pre24 -
post24
.265 .618 .106 .049 .480 2.496
3
.0 18 Pair
25
pre25 -
post25
.441 .705 .121 .195 .687 3.651
3
.0 01 Pair
26
pre26 -
post26
.382 .739 .127 .124 .640 3.016
3
.0 05 Pair
27
pre27 -
post27
.324 .806 .138 .042 .605 2.340
3
.0 25 Pair
28
totalpre - totalpost
11.412 10.740 1.842 7.665 15.159 6.196
3
.0 00
(42)
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 Peneliti menjelaskan tujuan penelitan
(43)
Gambar 3 Peneliti memperkenalkan gerakan WSE pada perawat
(44)
Gambar 5 Gerakan WSE ditempel di tempat yang mudah dilihat perawat
Gambar 6 Perawat mempraktikkan WSE di sela-sela waktu kerja
(45)
Gambar 7 Gedung RSIA Badrul Aini tampak depan
Gambar 8 Peneliti bersama dengan pendiri RSIA Badrul Aini, Hj. Badrul Aini
(46)
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, B., 2002. Stretching in the
Office.https://books.google?id=0XyyUtbPgMAC&pg=PP1&lpg=PP1&f ocus=viewport&dq=stretching+in+the+office&hl=id&output=html_text. Diakses 21 Februari 2015.
Anderson, B., 2010. Stretching. https://books.google.co.id/books?id= wzbOq_pWqVYC&pg=PA6&lpg=PP1&focus=viewport&dq=stretching +in+the+office&hl=id&output=html_text. Diakses 21 Februari 2015. Ali, Z., 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Penerbit Widya Medika,
Jakarta.
Alter, 2003. How to Stretch. http://www.yoga-age.com/article/stretching. Diakses 21 Februari 2015.
Anies, 2014. Kedokteran Okupasi: Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Auliya, A., 2013. Gambaran Posisi Kerja yang Dapat Mempengaruhi Kejadian Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Panen Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara XIII Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Elyas, Y., 2012. Gambaran Tingkat Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Perawat saat Melakukan Aktivitas Kerja di Ruang ICU PJT RSCM Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Gaffar, LOJ., 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Grandjean, E., 1995. Fitting the Task to the Man. A textbook of occupational ergonomic 4th edition. Taylor and Francis. New York.
Judha, M., 2012. Anatomi dan Fisiologi: Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi. Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Komang, N., 2011. Sikap Kerja yang Menimbulkan Keluhan Muskuloskeletal dan Meningkatkan Beban Kerja pada Tukang Bentuk Keramik.
(48)
Jurnal Ilmiah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),Denpasar.
Kusnanto, 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, Monica Ester (editor). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Lestari, N., 2014. Pengaruh Stretching terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat di Ruang Ratna dan Medical Surgical RSUP Sanglah. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.
Manurung, P., 2012. Metodologi Penelitian. Halaman Moeka Publishing. Jakarta.
Najarkola, Moussavi, S., and Mirzaei, R., 2012.Assessment of Musculoskeletal Loads of Electric Factory Workers by Rapid Entire Body Assessment, Journal of Health Scope: 1(2): 71-79
National Institut for Occupational Safety and Health. 1996. A guide to Safety in Confined Space. U.S. Department of Health and Human Service. Amerika.
Nelson, A., 2003. State of The Science in Patient Care Ergonomies: Lesson Learned and Gaps in Knowledge. Presented March 5, 2003, Third Annual Safe Patient Handling and Movement Conference: Clearwater Beach, FL.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rinneka Cipta. Jakarta.
Nurhidayah, R.E., 2010. Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan untuk Perawat. USU Press. Medan.
Parker, S., 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Penerjemah: dr. Winardini. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Pasiak, T., 2006. Manajemen Kecerdasan. Mizan Pustaka. Bandung.
Setyawati, L., 2007. Patient Safety dan Penyakit Akibat Kerja. Disampaikan pada Pelatihan K3 bagi Paramedis RS Tegalyoso, 25 Juni, Klaten.
Soedirman, Sumakmur, P.K., 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Suratun, 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Seri Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
(49)
Tarwaka, B., Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta.
University of Toronto Environment Health and Safety. Workplace Exercises. http://www.ehs.utoronto.ca/services/Ergonomics/exercise.htm. Diakses 3 Februari 2015.
Wahyono, Y., dan Saloko E., 2014. Pengaruh Workplace Exercise terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja di bagian Sewing CV. Cahyo Nugroho Jati (CNJ) Sukoharjo. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 3 (2): 197-203.
Waikar A.M., and Bradshaw M. E., 1995. Exercises in the Workplace Employee Preferences. Emerald (Internet), October, 16 (9) pp. 16-30. Diakses 21 Februari 2015.
WHO, 2003. Preventing Musculoskeletal Disorders in The Workplace. Lang/Metze Atelier. Berlin.
Yip Yin., andBing, 2001. A Study Of Work Stress, Patient Handling Activities And The Risk of Low Back Pain Among Nurses In Hongkong, Journal of Advanced Nursing 36(6), 794-804.
Yusnani, S., 2012. Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan Latihan Peregangan pada Petugas Kesehatan Gigi di Puskesmas Kecamatan Medan Area Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
(50)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat pre eksperimental dengan menerapkan rancangan perlakuan ulang one group pretest and posttest design yaitu rancangan penelitian yang menggunakan satu kelompok subyek yang diamati (pretest). Selanjutnya diberi perlakuan tertentu sesudah itu diamati kembali (posttest). Berdasarkan hasil pengamatan pertama dan hasil pengamatan kedua ditarik kesimpulan (Manurung, 2012).
Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian intervensi (program) pada suatu kelompok partisipan yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya program (Notoatmodjo, 2003). Penelitian dengan menggunakan intervensi merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini Medan, yang terletak di Jalan Bromo Lorong Sukri No. 18 Medan. Lokasi ini dipilih dengan alasan sebagai berikut:
a. Semua perawat Rumah Sakit Badrul Aini Medan memiliki kesempatan yang sama untuk ambil bagian dalam menangani kasus
(51)
gawat dan cukup berat, dengan tindakan perawatan yang dilakukan cukup banyak dan dalam waktu singkat di Unit Gawat Darurat (UGD) b. Berdasarkan survei pendahuluan ditemukan keluhan muskuloskeletal
yang dialami perawat
c. Adanya persetujuan pihak manajemen Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini Medan untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan program intervensi yang akan diaplikasikan pada semua perawat d. Belum pernah dilakukan penelitian sehubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja pada umumnya dan penelitian untuk melihat efektivitas stretching terhadap keluhan muskuloskeletal yang dialami perawat pada khususnya di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini Medan
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, dimulai dari Februari sampai dengan Mei 2015. Penelitian dimulai dengan persiapan usulan penelitian dan seminar, selanjutnya pelaksanaan penelitian dan seminar hasil.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini berjumlah 34 orang.
3.3.2 Sampel
Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini berjumlah 34 orang.
(52)
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data keluhan muskuloskeletal diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM).
3.4.2 Data Sekunder
Data diperoleh melalui bagian administrasi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini yaitu data mengenai tenaga kerja perawat, jumlah, serta distribusi pembagian tugasnya.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Keluhan Muskuloskeletal atau gangguan otot rangka adalah gangguan yang dialami karena kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligamen, persendian, kartilago, dan diskus invertebralis. Cara untuk mengukur keluhan muskuloskeletal dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner Nordic Body
Map (NBM) yang menggunakan skor: 1) tidak sakit, 2) agak sakit, 3) sakit, dan 4)
sakit sekali.
b. Workplace Stretching-Exercise (WSE) adalah latihan peregangan
yang dilakukan di sela aktivitas pekerjaan yang dapat dilakukan secara mandiri dan tanpa mengganggu aktivitas pekerjaan. Gerakan pada stretching yang diaplikasikan pada perawatadalah gerakanyang berfokus pada leher, wajah, bahu, lengan, tangan, punggung, dan kaki yang berfungsi dalam melenturkan otot-otot pada bagian yang difokuskan.
(53)
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dibagi dalam 3 tahap, yaitu pretest, Workplace Stretching
Exercise (WSE) dan posttest. Pertama sekali dilakukan perkenalan dan
pendekatan kepada direktur rumah sakit agar bersedia membantu jalannya penelitian. Para perawat diberi pengarahan tentang apa tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kegiatan yang akan dilakukan sepanjang penelitian.
a. Pretest
Pada pretest, dilakukan pengukuran keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan pedoman Nordic Body Map (NBM). Berpedoman pada Yusnani (2012), pengukuran keluhan dilaksanakan 4 jam setelah shift kerja dimulai.
b. Intervensi (Workplace Stretching Exercise)
Pengenalan latihan peregangan atau Workplace Stretching-Exercise(WSE) dilakukan tepat setelah pretest oleh peneliti dan asisten peneliti kepada perawat selama 15 menit dilaksanakan dengan rincian:
(1) gerakan berfokus pada leher, wajah, bahu, lengan, tangan, punggung, dankaki,
(2) setiap gerakan dilakukan penahanan selama 5-10 detik untuk merasakan adanya tarikan pada otot- otot yang difokuskan,
(3) dilakukan pengulangan 3-5kaliuntuksetiap gerakan,
(4) selanjutnya latihan stretching diaplikasikan secara mandiri oleh semua perawat setiap harinya selama 3 minggu di bawah pengawasan peneliti dan kepala perawat.
(54)
c. Posttest
Pada posttest, dilakukan pengukuran kelelahan muskuloskeletal dengan menggunakan pedoman Nordic Body Map (NBM) sama seperti pada saat melakukan pretest. Pengukuran dilakukan tepat setelah masa intervensi berakhir. 3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Dalam mengolah data dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS komputer, untuk melihat penurunan keluhan muskuloskeletal pada sampel sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. 3.7.2 Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan uji parametrik. Syarat untuk melakukan uji parametrik yaitu data harus berdistribusi normal. Maka, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Dikatakan berdistribusi normal apabila nilai α<p. Apabila data yang didapat berdistribusi normal, maka data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji Paired T Test dan menggunakan uji Wilcoxon jika data tidak berdistribusi normal, dengan tingkat kemaknaan/kesalahan 5% (0,05).
(55)
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini terletak di Jalan Bromo Lorong Sukri No. 18 Kecamatan Medan Denai, Medan. Rumah sakit ini berdekatan dengan Yayasan Amal dan Sosial Panti Asuhan Mamiyai Al-Ittihadyah dan Rumah Sakit Umum Madani.
Sesuai penamaannya, RSIA Badrul Aini didirikan oleh Hj. Badrul Aini. Awalnya rumah sakit ini merupakan lokasi praktik bidan dengan nama Bidan Berijazah Badrul Aini yang berdiri pada tahun 1970. Kemudian pada 1986 berganti nama menjadi Klinik Bersalin Hj. Badrul Aini. Seiring dengan perkembangan fasilitas tempat tersebut dalam melayani dan menangani bukan hanya terbatas pada masalah kehamilan, maka pada 1990 berdirilah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini merupakan rumah sakit swasta kelas C yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Dengan 15 dokter di mana 10 dokter di antaranya adalah dokter spesialis, rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini dipimpin oleh seorang direktur yang bernama dr. Muhammad Ihsan, Sp.An., sementara Hj. Badrul Aini memegang kuasa sebagai ketua komisaris. Rumah sakit ini memiliki 3 petugas pada bagian administrasi, 2 petugas pada bagian resepsionis, dan 34 petugas perawat.
(56)
Bagian keperawatan yang kesemua petugasnya adalah wanita dipimpin oleh seorang kepala perawat bernama Hj. Sulastri dan 33 perawat lain terbagi ke 8 unit berbeda, antara lain ruang bersalin, ruang bayi, ruang rawat anak, ruang rawat dewasa, kamar operasi, ruang pemulihan, UGD (unit gawat darurat), dan menko (supervisi keperawatan). Tugas dan waktu kerja perawat diatur berdasarkan shift dan regu, di mana setiap regu perawat pada setiap shift terdiri dari 8 orang perawat.
Setiap 1 orang perawat bertanggung jawab pada 1 unit kerja. Namun dikarenakan perawat saling membantu di tiap unit secara garis besar tidak terdapat perbedaan tugas antara kepala perawat, menko, dan perawat lainnya. Perputaran unit untuk setiap perawat dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Sebagai tambahan, rumah sakit yang memiliki kondisi fisik berlantai 2 ini mengharuskan setiap perawat yang mendapat tanggung jawab tugas pada unit atau tempat tugas di lantai pertama untuk selalu siap siaga membantu perawat yang bertugas di UGD (unit gawat darurat) jika unit tersebut menerima kasus gawat darurat.
Waktu kerja petugas perawat terbagi ke dalam 3 shift per harinya, yaitu
shift pagi antara pukul 08.00-14.30, shift siang antara pukul 14.30-21.00, dan shift
malam antara pukul 21.00-08.00. Setiap regu mengalami pertukaran waktu shift setiap 2 hari dan mendapat jatah libur selama 2 hari setiap waktu selesai melaksanakan shift malam.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini memiliki fasilitas khusus tenaga perawat (ruang perawat) sebanyak 2 buah, satu ruang perawat di lantai 1 dan 1 ruang perawat di lantai 2. Ruang perawat di lantai 1 bersebelahan dengan
(57)
ruang UGD (unit gawat darurat) dan ruang perawat sisanya berada di dekat tangga dan fasilitas mushola. Fasilitas kantin dan apotek berada di luar gedung utama rumah sakit, yakni kantin berada di seberang gedung dan apotek memiliki bangunan tersendiri berdampingan dengan gedung rumah sakit di sisi sebelah kanan. Adapun tempat parkir sepeda motor dan pos satpam berada di sisi sebelah kiri gedung rumah sakit, sedangkan tempat parkir mobil yakni di pelataran depan gedung rumah sakit.
4.2Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah seluruh petugas perawat di RSIA Badrul Aini dengan umur, pendidikan terakhir, status, dan pengalaman kerja yang berbeda. Seluruh responden diberikan perlakuan berupa Workplace
Stretching-Exercise (WSE).
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Umur di RSIA Badrul Aini Medan 2015
Karakteristik n (orang) %
Umur (tahun) a. 20-29 b. 30-39 c. 40-49 d.>50
22 6 4 2
64,7 17,6 11,8 5,9
Total 34 100
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebanyak 22 orang (64,7%) pada kelompok umur 20-29 tahun, sebanyak 6 orang (17,6%) pada kelompok umur 30-39 tahun, sebanyak 4 (11,8%) orang pada kelompok umur 40-49 tahun, dan sebanyak 2 orang (5,9%) pada kelompok umur >50 tahun.
(58)
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di RSIA Badrul Aini Medan 2015
Karakteristik n (orang) %
Pendidikan a. Akademi b. Universitas
31 3
91,2 8,8
Total 34 100
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir adalah sebanyak 31 orang (91,2%) berasal dari akademi dan sebanyak 3 orang (8,8%) berasal dari universitas.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Status di RSIA Badrul Aini Medan 2015
Karakteristik n (orang) %
Status a. Menikah
b. Belum menikah
18 16
52,9 47,1
Total 34 100
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan status adalah sebanyak 18 orang (52,9%) telah menikah, dan sebanyak 16 orang (47,1%) belum menikah.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Pengalaman Kerja di RSIA Badrul Aini Medan 2015
Karakteristik n (orang) %
Pengalaman Kerja (tahun) a. <5
b. 5-10 c. >10
11 11 12
32,4 32,4 35,3
(59)
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja adalah sebanyak 11 orang (32,4%) telah bekerja selama <5 tahun, sebanyak 11 orang (32,4%) telah bekerja selama 5-10 tahun, dan sebanyak 12 orang (35,3%) telah bekerja selama >10 tahun.
4.3Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE
Pada jawaban dari pertanyaan kuesioner pretest diketahui gambaran keluhan responden sehubungan dengan muskuloskeletal berdasarkan bagian tubuh yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan dimulai dari (1) tidak sakit, (2) agak sakit, (3) sakit, dan (4) sakit sekali. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
(60)
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Sebelum Workplace Stretching-Exercise (WSE)
Jenis Keluhan Tidak sakit
Agak sakit Sakit Sakit sekali
n % n % n % n %
0. Leher atas 1.Leher bawah 2.Bahu kiri 20 20 18 58,8 58,8 52,9 10 9 13 29,4 26,5 38,2 2 3 2 5,9 8,8 5,9 2 2 1 5,9 5,9 2,9 3.Bahu kanan
4.Lengan atas ki 5.Punggung 6.Lengan atas ka 7.Pinggang 8.Bokong 9.Pantat 10.Siku kiri 11.Siku kanan 12. Lgn bwh ki 13.Lgnbwh ka 14.P tangan ki 15.P tangan ka 16.Tangan ki 17.Tangan ka 18.Paha kiri 19.Paha kanan 20.Lutut kiri 21.Lutut kanan 22.Betis kiri 23.Betis kanan 24.P kaki kiri 25.P kaki kanan 26.Kaki kiri 27.Kaki kanan 19 22 17 20 16 22 24 27 22 25 27 19 22 22 24 20 21 18 18 16 15 22 22 22 21 55,9 64,7 50,0 58,8 47,1 64,7 70,6 79,4 64,7 64,7 79,4 55,9 64,7 64,7 70,6 58,8 61,8 52,9 52,9 47,1 44,1 64,7 64,7 64,7 61,8 7 5 11 10 7 7 4 4 11 6 6 9 4 10 7 7 4 9 10 8 9 9 6 6 6 20,6 14,7 32,4 29,4 20,6 20,6 11,8 11,8 32,4 17,6 17,6 26,5 11,8 29,4 20,6 20,6 11,8 26,5 29,4 23,5 26,5 26,5 17,6 17,6 17,6 6 5 5 4 6 2 5 1 0 1 0 3 5 1 3 5 7 3 3 6 6 3 5 5 6 17,6 14,7 14,7 11,8 17,6 5,9 14,7 2,9 0 2,9 0 8,8 14,7 2,9 8,8 14,7 20,6 8,8 8,8 17,6 17,6 8,8 14,7 14,7 17,6 2 2 1 0 5 3 1 2 1 2 1 3 3 1 2 2 2 4 3 4 4 0 1 1 1 5,9 5,9 2,9 0 14,7 8,8 2,9 5,9 2,9 5,9 2,9 8,8 8,8 2,9 5,9 5,9 5,9 11,8 8,8 11,8 11,8 0 2,9 2,9 2,9
(61)
Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 4.5 di atas, didapatkan gambaran keluhan muskuloskeletal pada perawat setelah 3 jam bekerja pada masa
pretest. Bagian tubuh dengan persentase keluhan agak sakit tertinggi adalah bahu
kiri sebanyak 13 orang (38,2%), bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit tertinggi adalah paha kanan sebanyak 7 orang (20,6%), dan bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit sekali tertinggi adalah pinggang sebanyak 5 orang (14,7%).
4.4Keluhan Muskuloskeletal Responden SesudahWSE
Pada jawaban dari pertanyaan kuesioner posttest diketahui gambaran keluhan responden sehubungan dengan muskuloskeletal berdasarkan bagian tubuh yang mengalami keluhan dan tingkat keluhan dimulai dari tidak sakit, agak sakit, sakit, dan sakit sekali. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
(62)
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE)
Jenis Keluhan Tidak sakit Agak sakit Sakit Sakit sekali
n % n % n % n %
0. Leher atas 26 76,5 7 20,6 1 2,9 0 0 1.Leher bawah 2.Bahu kiri 27 30 79,4 88,2 5 4 14,7 11,2 1 0 2,9 0 1 0 2,9 0 3.Bahu kanan
4.Lengan atas ki 5.Punggung 6.Lengan atas ka 7.Pinggang 8.Bokong 9.Pantat 10.Siku kiri 11.Siku kanan 12. Lgn bwh ki 13.Lgnbwh ka 14.P tangan ki 15.P tangan ka 16.Tangan ki 17.Tangan ka 18.Paha kiri 19.Paha kanan 20.Lutut kiri 21.Lutut kanan 22.Betis kiri 23.Betis kanan 24.P kaki kiri 25.P kaki kanan 26.Kaki kiri 27.Kaki kanan 30 30 29 26 22 28 31 34 30 32 30 29 24 31 27 28 28 24 29 27 22 29 30 28 26 88,2 88,2 85,3 76,5 64,7 82,4 91,2 100,0 88,2 94,1 88,2 85,3 70,6 91,2 79,4 82,4 82,4 70,6 85,3 79,4 64,7 85,3 88,2 82,4 76,5 3 4 5 6 9 6 1 0 3 1 3 4 9 3 6 5 5 9 4 5 10 4 4 6 6 8,8 2,9 11,8 17,6 26,5 17,6 2,9 0 8,8 14,7 8,8 11,8 26,5 8,8 17,6 14,7 14,7 26,5 11,8 14,7 29,4 11,8 11,8 17,6 17,6 1 0 0 2 1 0 2 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 1 0 0 2 2,9 0 0 5,9 2,9 0 5,9 0 2,9 0 2,9 2,9 2,9 0 0 2,9 2,9 2,9 2,9 5,9 5,9 2,9 0 0 5,9 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,9 0 0 5,9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(63)
Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 4.6 di atas, didapatkan hasil bahwa bagian tubuh dengan persentase keluhan agak sakit tertinggi adalah betis kanan sebanyak 10 orang (29,4%), bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit tertinggi adalah lengan atas kanan, pantat, betis kiri, betis kanan, dan kaki kanan masing-masing sebanyak 2 orang (5,9%), dan bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit sekali tertinggi adalah pinggang sebanyak 2 orang (5,9%).
Adapun terdapat sejumlah besar jenis keluhan yang mencapai jumlah 0 orang (0%) pada masa posttest, antara lain pada keluhan agak sakit adalah bagian siku kiri, pada keluhan sakit adalah bahu kiri, lengan atas kiri, punggung, bokong, siku kiri, lengan bawah kiri, tangan kiri, tangan kanan, pergelangan kaki kanan, dan kaki kiri. Selanjutnya semua bagian tubuh memiliki jumlah 0 orang (0%) untuk tingkat keluhan sakit sekali kecuali leher bawah sebanyak 1 orang (2,9%), lengan atas kiri sebanyak 1 orang (2,9%), pinggang sebanyak 2 orang (5,9%), dan tangan kanan sebanyak 1 orang (2,9%).
4.5PerbedaanKeluhan MuskuloskeletalSebelum dan SesudahWSE
Workplace Stretching-Exercise (WSE) dipraktikkan oleh peneliti
bersama-sama dengan responden pertama kali tepat setelah pretest dilaksanakan. Total waktu efektif masa intervensi ini adalah 3 minggu (21 hari). Pada minggu pertama peneliti dan asisten peneliti secara langsung mengawasi jalannya pelaksanaan
Workplace Stretching-Exercise (WSE). Pada 2 minggu selanjutnya wewenang
untuk mengawasi diambil alih oleh kepala perawat atau seorang perawat yang menjadi perwakilan pada masing-masing shift dan peneliti hanya mengawasi satu
(64)
posttestmenggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang sama seperti saat pretest kembali dilakukan.
Hasil distribusi frekuensi keluhan dianalisis dengan menggunakan Paired
Sample T-Test untuk menguji apakah ada perbedaan keluhan responden
sehubungan muskuloskeletal sebelum dan sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE) dengan membandingkan hasil pretestdan posttestdengan α=0,05. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.
(65)
Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Responden Sebelum dan SesudahWorkplace Stretching-Exercise (WSE)
Jenis Keluhan Pretest Posttest t p
Mean SD Mean SD value value
0. Leher atas 1,59 0,857 1,26 0,511 2,238 0,032 1.Leher bawah 2.Bahu kiri 1,62 1,59 0,888 0,743 1,29 1,12 0,676 0,327 2,956 3,668 0,006 0,001 3.Bahu kanan
4.Lengan atas ki 5.Punggung 6.Lengan atas ka 7.Pinggang 8.Bokong 9.Pantat 10.Siku kiri 11.Siku kanan 12. Lgn bwh ki 13.Lgnbwh ka 14.P tangan ki 15.P tangan ka 16.Tangan ki 17.Tangan ka 18.Paha kiri 19.Paha kanan 20.Lutut kiri 21.Lutut kanan 22.Betis kiri 23.Betis kanan 24.P kaki kiri 25.P kaki kanan 26.Kaki kiri 27.Kaki kanan 1,74 1,62 1,71 1,53 2,00 1,59 1,50 1,35 1,41 1,41 1,26 1,71 1,68 1,50 1,44 1,68 1,71 1,79 1,74 1,94 1,97 1,44 1,56 1,56 1,62 0,963 0,954 0,836 0,706 1,128 0,957 0,862 0,812 0,657 0,821 0,618 0,970 1,036 0,896 0,705 0,945 1,001 1,038 0,963 1,071 1,058 0,660 0,860 0,860 0,888 1,15 1,12 1,15 1,29 1,50 1,18 1,15 1,00 1,15 1,15 1,15 1,18 1,32 1,26 1,09 1,21 1,21 1,32 1,18 1,26 1,41 1,18 1,12 1,18 1,29 0,436 0,327 0,359 0,579 0,826 0,387 0,500 0,000 0,436 0,610 0,436 0,459 0,535 0,618 0,288 0,479 0,479 0,535 0,459 0,567 0,609 0,459 0,327 0,387 0,579 2,847 2,938 4,146 2,098 3,531 3,066 3,187 2,534 2,721 1,953 1,071 3,585 2,978 1,605 3,783 3,064 2,938 3,064 4,146 3,806 3,644 2,496 3,651 3,016 2,340 0,001 0,006 0,000 0,044 0,001 0,004 0,003 0,016 0,010 0,059 0,292 0,001 0,005 0,118 0,001 0,004 0,006 0,004 0,000 0,001 0,001 0,018 0,001 0,005 0,025
(66)
Dari Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa keluhan muskuloskeletal dengan tingkat keluhan tertinggi adalah pada bagian pinggang yaitu dengan mean 2,00 (SD=1,128) saat sebelum Workplace Stretching-Exercise (WSE) dan 1,50 (SD=0,826) saat setelah menerima Workplace Stretching-Exercise (WSE).
Berdasarkan p value, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semua bagian tubuh setelah menerima perlakuan berupa
Workplace Stretching-Exercise (WSE) kecuali lengan bawah kiri (p=0,059,
p>0,05), lengan bawah kanan (p=0,292, p>0,05), dan tangan kiri (p=0,118, p>0,05).
(67)
BAB V PEMBAHASAN
5.1 GambaranKeluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE
Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah penting terutama dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita oleh perawat. Dengan adanya gangguan tersebut akan meningkatkan pengeluaran biaya oleh rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya pengobatan perawat yang sakit maupun biaya yang hilang akibat perawat yang mangkir atau tidak masuk kerja karena menderita gangguan tersebut (Setyawati, 2007 dan Maniadakins &, Gray, 2000).
Berdasarkan distribusi keluhan yang didapatkan dari hasil pretest, perbandingan keluhan yang dirasakan perawat pada tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri terlihat mempunyai kemiripan, baik bagian tangan maupun bagian kaki. Keluhan tertinggi untuk tingkat keluhan sakit sekali adalah pinggang. Kondisi ini cukup beralasan, karena perawat sering diharuskan membungkuk saat menangani pasien serta ambulasi (mengangkat dan memindahkan pasien).
Perawat sering melakukan pekerjaan mengangkat, memindahkan atau memposisikan kembali pasien (moving, transfering and repositioning) dengan posisi lengan perawat yang tidak tepat dan sering kali membungkuk terlalu ke depan. Sikap badan tersebut dapat meningkatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal (Yip, 2001)
Beberapa jenis aktivitas menangani pasien secara umum yang dilakukan perawat yaitu yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal: 1) mengangkat
(68)
pasien di tempat tidur; 2) membantu pasien pindah dari dan ke tempat tidur; 3) merubah posisi tempat tidur; 4) mengangkat pasien dari tempat tidur ke brankar dan sebaliknya; 5) memindahkan peralatan medis atau perabot dengan berat lebih dari 15 kg; 6) membungkuk untuk mengangkat sesuatu dari lantai (Nelson, 2003). 5.2GambaranKeluhan Muskuloskeletal Responden SesudahWSE
Setelah diberikan perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise (WSE) dan dilakukan posttest, didapatkan gambaran keluhan pada masing-masing anggota tubuh mengalami penurunan. Pada bagian tubuh tertentu bahkan mengalami penurunan hingga diperoleh hasil keluhan sebesar 0%.
Bagian pinggang masih terlihat memiliki jumlah tertinggi tingkat keluhan sakit sekali yaitu sebanyak 2 orang (5,9%). Namun angka ini mengindikasikan penurunan jika dibanding pada saat pretest di mana keluhan sakit sekali pada pinggang adalah sebanyak 5 orang (14,7%). Pada posttest juga dapat dilihat bahwa semua jenis keluhan baik itu bagian atas, tengah, maupun bawah tubuh menunujukkan penurunan dibandingkan dengan hasil yang didapat saat pretest. 5.3Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum dan Sesudah
WSE
Keluhan muskuloskeletal atau gangguan otot rangka adalah gangguan yang dialami karena kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligamen, persendian, kartilago, dan diskus invertebralis. Cara mengukur keluhan muskuloskeletal pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang menggunakan skor: 1) tidak sakit, 2) agak sakit, 3) sakit, dan 4) sakit sekali. Kemudian dilakukan uji menggunakan Paired T Test (parametric paired
(69)
sample t-test) untuk melihat apakah ada perbedaan keluhan muskuloskeletal pada
perawat sebelum dan sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE). Hasil uji dijelaskan pada Tabel 5.1 di bawah ini:
Tabel 5.1 Perbedaan Mean Nilai Total Pretestdan Total PosttestKeluhan Muskuloskeletal pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan 2015
Mean (SD) Perbedaan t-hitung p.
Pretest 45,12 (14,270)
11,412 6,196 0,000
Posttest 22,71 (7,082)
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Paired T Testdiketahui bahwa meankeluhan responden pada pretest adalah 45,12 dan mean pada posttest menjadi 22,71.Hal ini menandakan bahwa mean mengalami penurunan dengan perbedaan 11,412.
Nilai t-hitung adalah (t=6,196) dan nilai probabilitas (p=0,000). Oleh karena nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (t-tabel=0,025)dan (p<0,05) maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada variabel keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah Workplace
Stretching-Exercise (WSE).
Jika ditilik per bagian tubuh, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keluhan muskuloskeletal pada semua bagian tubuh melalui hasil pretest dan posttestsetelah menerima perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise (WSE) kecuali lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, dan tangan kiri.
1. Lengan bawah kiri dan lengan bawah kanan
Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan keluhan pada lengan bawah kiri (p=0,059) dan lengan bawah
(70)
kanan (p=0,292) pada saat sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini diperkirakan, sehubungan dengan aktivitas perawat dalam menangani kasus gawat, ambulasi (mengangkat dan memindahkan pasien), dan mengangkat barang, otot-otot pada lengan bagian atas-lah yang lebih dimanfaatkan.
Dibandingkan lengan atas, lengan bawah diasumsikan kurang dimaksimalkan penggunaannya sehingga keluhan yang tergambar pun tidak terlalu tinggi baik sebelum maupun sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE). Otot-otot pada lengan bawah terdiri atas beberapa otot kecil yang kompleks yang bertugas untuk memutar dan menggerakkan tangan (telapak tangan). Hal ini dapat menjadi dasar mengapa keluhan pada lengan bawah kanan dan lengan bawah kiri tidak memiliki nilai beda yang signifikan.
2. Tangan kiri
Bagian lain yang tidak memiliki nilai beda yang signifikan adalah tangan kiri. Hampir 90% manusia menggunakan tangan kanan. Jika dilihat dari segi sejarah manusia yang dikaji melalui gambar di dinding-dinding gua, alat-alat dari zaman batu, atau pecahan tulang kera dan babon, menunjukkan bahwa mayoritas mereka menggunakan tangan kanan. Penggunan tangan kanan sudah setua usia manusia (Pasiak, 2006). Fakta ini seolah mendukung dominasi aktivitas tangan kanan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa keluhan pada tangan kiri rendah baik saat pretest maupun posttest dikarenakan fakta dominasi tersebut.
Workplace Stretching-Exercise (WSE) sebagai upaya interfensi yang
dilakukan dengan tujuan menurunkan keluhan muskuloskeletal pada perawat pada penelitian ini memiliki masa efektif 21 hari (3 minggu), di mana latihan dilakukan
(71)
1 kali pada setiap shift setiap harinya. Sesuai dengan kebijakan pemilik rumah sakit, pengenalan Workplace Stretching-Exercise (WSE) dilakukan 3 jam setelah masing-masing shift dimulai. Latihan di bawah pengawasan langsung peneliti dan asisten peneliti adalah selama minggu pertama sejak dimulainya pretest dan program intervensi. Dua minggu selanjutnya perawat tetap mempraktikkan
Workplace Stretching-Exercise (WSE) di bawah instruksi kepala perawat dan
pengawasan langsung pemilik rumah sakit, sedangkan peneliti memiliki kuasa mengawasi jalannya program intervensi pada 1 shift setiap harinya secara bebas.
Menurut Appleton (1998) seperti yang dikutip oleh Wahyono dan Saloko pada 2014 Workplace Stretching-Exercise (WSE) menggunakanprinsip gerakan peregangan atau stretching pada kelompokototleher sampai dengankelompokototkaki. Menurut penelitian Wahyono dan Saloko pada pekerja bagian sewing, gerakan-gerakan Workplace Stretching-Exercise (WSE) hanya membutuhkan waktu selama kurang-lebih 8 menit pada setiap sesinya.
Perubahan dan penurunan nilai keluhan pada responden dimungkinkankarena berbagai hal yang berkaitan dengan proses intervensi berupa
Workplace Stretching-Exercise (WSE) diantaranya adalah gerakan pada Workplace Stretching-Exercise (WSE) yang walaupun sederhana dan dapat
dilakukan kapan saja-di mana saja tanpa mengganggu aktivitas pekerjaan, namun dapat memberikan efek peregangan pada setiap anggota tubuh yang difokuskan dalam latihan. Selain itu kepatuhan responden dalam melaksanakan latihan juga memberi andil besar.
(72)
Faktor penyebab tingginya keluhan muskuloskeletal secara subjektif adalah sikap kerja yang lebih banyak membungkuk, sehingga tulang belakang terlalu melengkung atau membungkuk ke depan. Kondisi tersebut mengakibatkanpenimbunan asam laktat akibat kurangnya suplai oksigen pada bagian otot punggung, pinggang, dan bokong. Pheasant (1991) dan Helander (1995) seperti yang dikutip oleh Komang (2011) memperkirakan bahwa 30% cedera otot skeletal khususnya bagian pinggang dan punggung disebabkan karena sikap kerja membungkuk dan memutar badan.
Apabila diperhatikan secara seksama,gerakan yang banyak dolakukan perawat kurang lebih sebagai berikut:
1) Kepala menunduk ke bawah untuk mendapatkan posisi visual yang mantap ketika menangani pasien
2) Dengan sendirinya tubuh akan dipaksa terlalu membungkuk ke depan dengan posisi kepala menunduk, sehinggamengakibatkan otot punggungsebagai penahan posisi tubuh terpaksa harus berkontraksi secara statis.
3) Posisi tangan selalu menggantung karena ketinggian meja yang terlalurendah tidak mampu menopang tangan ketika mengepak jamu, sehinggamengakibatkan otot tangan juga akan mengalami kontraksi secara statis.
Masa puncak dari kekuatan otot untuklaki-laki dan perempuan adalah sama, yaituakan dicapai pada usia 25 – 35 tahun. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulaidirasakan pada usia kerja, yaitu padarentang usia 25 – 65 tahun. Keluhanpertama biasanya dirasakan pada usia 35tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada
(73)
umursetengah baya, kekuatan dan ketahananotot akan mulai menurun sehingga risikoterjadinya keluhan otot akan semakinmeningkat (Tarwaka, 2004).
Najarkola (2012) dalam Auliya (2013) menyatakan bahwa gerakan berulang, posisi janggal dan statis meningkatkan tekanan pada jaringan dan menyebabkannya tidak memiliki cukup waktu untuk mendapatkan pasokan energi kembali dan hal ini dapat memicu atau menyebabkan terjadinya proses patologisyang dapat bermanifestasi pada gangguan muskuloskeletal.
Stretching bertujuan memperkuat otot dan dengan memperkuat otot, maka
kerja tulang dan otot menjadi seimbang. Selain itu dengan dilakukannya
stretching maka secara tidak langsung akan menaikkan suplai oksigen dalam otot
sehingga akan menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi dan rasa nyeripun akan berangsur-angsur berkurang.
Mekanisme penurunanderajat nyeriyang terjadipadaresponden penelitian iniadalahberhubungan dengan menurunnya spasme ototdan peningkatan sirkulasi darah pada otot. Hal ini sejalan dengan teori gerbang kontrol (gate controltheory) yaitu melalui efek stretching dari Workplace Stretching-Exercise (WSE).
Pada otot yang mengalami spasme, akanterjadi pemendekanmusclefiber karena anyaman-anyaman myofilamen mengalami overlapping satu sama lain. Pada saat dilakukan stretching dengan penahanan beberapa detik pada posisi otot memanjang, struktur muscle fiber terutama sarcomer akan mengalami peregangan karena anyaman-anyaman myofilamen yang overlapping akan berkurang dan secara otomatis menyebabkan struktur muscle fiber menjadi memanjang. Dengan pemanjangan struktur muscle fiber tersebut, maka spasme
(74)
dapat berkurang.
Pemberian stretching dapat mengurangi spasme karena proprioceptor ototatau muscle spindle yang teraktivasi saat stretching terjadi. Muscle spindle bertugas untuk mengatur sinyal ke otak tentang perubahan panjang otot dan perubahan tonus yang mendadak dan berlebihan. Jika ada perubahan tonus otot yang mendadak dan berlebihan, maka muscle spindle akan mengirimkan sinyal ke otak untuk membuat otot tersebut berkontraksi sebagai bentuk pertahanan dan mencegah cedera.
Oleh karena itu, saat melakukan stretching dilakukan penahanan beberapa saat dengan tujuan untuk memberikan adaptasipada muscle spindle terhadap perubahan panjang otot yang kita berikan, sehingga sinyal dari otak untuk mengkontraksikan otot menjadi berkurang. Dengan kontraksi otot yang minimal pada saat stretching, akan memudahkan muscle fibers untuk memanjang dan spasme otot dapat berkurang.
Menurut Cameron (1999), bahwa pemberian stretching juga dapat merangsang serabut saraf berpenampang tebal (A alpha dan A beta) sehingga mampu menutup gerbang kontrol nyeri. Mekanisme stretching termasuk dalam kategori stimulasi mekanik yang dapat mengaktivasi fungsi serabut saraf berpenampang tebal non-nociceptif (A alpha dan A beta) dan menutup gerbang kontrol sehingga nyeri yang dibawa serabut saraf berpenampang tipis(A delta dan C) tidak dapat diteruskan keotak.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian Workplace Stretching-Exercise (WSE) dapat memberikan efek positif
(75)
mengurangi keluhan muskuloskeletal pada responden.
Perawat melakukan pelayanan kepada pasien dan bersiaga selama waktu
shift dengan kegiatan dalam kategori manual material handling maka sangat
dibutuhkan kondisi tubuh yang maksimal. Ketika terjadi keluhan muskuloskeletal, maka pelayanan oleh perawat yang diberikan kepada pasien tidak maksimal sehingga akan menjadi salah satu faktor berpengaruh dalam kualitas pelayanan rumah sakit. Jadi perlu bagi perawat yang berperan sebagai care giver untuk memperhatikan kebugaran dan kesehatan tubuh dengan melakukan stretching secara rutin untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal yang dirasakan dan mengurangi risiko dari gangguan muskuloskeletal yang lebih serius. Workplace
Stretching-Exercise (WSE) ini merupakan tindakan yang sangat praktis dan dapat
(76)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal pada responden sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise (WSE)
6.2Saran
1. Bagi petugas perawat, disarankan agar menerapkan Workplace
Stretching-Exercise (WSE) atas kesadaran sendiri dalam mencegah dan mengatasi
keluhan sehubungan dengan muskuloskeletal.
2. Bagi pihak rumah sakit, direkomendasikan agar mendukung jalannya penerapan Workplace Stretching-Exercise (WSE) bagi para perawat, baik secara mandiri maupun secara kolektif. Penerapan dapat dilakukan dengan cara memberi waktu khusus bagi perawat pada setiap shift, cukup sekitar 5-10 menit, di mana pada waktu tersebut perawat dianjurkan untuk melakukan gerakan
stretching.
3. Tempat kerja yang memiliki pekerja dengan keluhan muskuloskeletal, agar dapat mempertimbangkan Workplace Stretching-Exercise (WSE) sebagai model solusi alternatif dalam memecahkan masalah kesehatan karyawan yang berkaitan dengan keluhan muskuloskeletal, karena selain murah dan relatif aman, juga praktis, meskipun hanya bersifat symptomative.
(77)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perawat
Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (Kusnanto, 2004).
Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakannya sendiri atau di bawah pengawasan dan supervisi dokter atau suster kepala.
Berdasarkan pemaparan Kusnanto (2004) yang mengutip pendapat Doheny pada 1982 mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat, meliputi:
1. Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan;
2. Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien;
3. Consellor, sebagai pemberi bimbingan/ konseling klien;
4. Educator, sebagai pendidik klien;
5. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk
dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain;
6. Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan
sumber-sumber dan potensi klien;
7. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk
(78)
8. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu
memecahkan masalah klien.
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, psikologi, sosial, dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien. Menurut Virginia Henderson, fungsi yang unik dari perawat adalah membantu individu baik sehat maupun sakit agar dapat menggunakan kekuatan, keinginan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit, atau meninggal dengan tenang (Nurhidayah, 2010).
Perawat merupakan tenaga kerjakategori manual material handling yaitu pekerjaaan yang menggunakan tenaga manusia yang meliputi mengangkat, mendorong, menarik, mengangkut, menaikkan, menurunkan suatu objek dari suatu tempat atau dimensi serta beban tertentu. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari manual handling adalah keluhan muskuloskeletal (Tarwaka, dkk. 2004).
2.2 Anatomi Muskuloskeletal
Istilah muskuloskeletal terdiri atas dua kata yaitu muskuler dan skeleton. Muskuler artinya otot dan skeleton berarti tulang atau rangka. Secara sederhana muskuloskeletal adalah gabungan dari sistem otot dan rangka yang merekat dengan jaringan penghubung yang berfungsi untuk memudahkan terjadinya gerakan pada manusia. Parker (2007) menyebutkan terdapat 6 bagian utama sistem muskuloskeletal yaitu: tendon (penghubung tulang dan otot), ligamen
(79)
(penghubung antar tulang), fascia (jaringan pelindung organ dalam), kartilago (tulang rawan), tulang, dan otot.
2.2.1 Sistem Rangka
Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 tulang. Tulang merupakan jaringan aktif, dan walau hanya mengandung 22% air, tulang sangat kuat juga ringan dan lentur. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberi bentuk serta tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, di samping itu tulang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih (tepatnya di sumsum tulang) dalam proses yang disebut hematopoesis. Tempat dua tulang berhubungan disebut sendi atau artikulasi.
2.2.2 Sistem Otot
Tubuh pria dewasa biasanya mengandung sekitar 640 otot, yang meliputi hampir dua perlima berat tubuhnya. Jumlah yang sama terdapat pada tubuh wanita dengan proporsi yang lebih kecil. Otot membentang di sebuah sendi dan meruncing pada setiap ujungnya menjadi tendon berserat yang melekat ke tulang. Perlekatan otot yang lebih stabil biasanya lebih dekat ke pusat tubuh, disebut
origo. Ujung ini hanya bergerak sedikit bila otot berkontraksi. Ujung lain, insersio, berada di tepian tubuh dan lebih banyak bergerak.
Tubuh memiliki tiga jenis utama jaringan otot. Yang biasa kita sebut
“otot” adalah otot rangka. Sebagian besar otot ini melekat ke tulang dan menghasilkan gerakan tubuh. Otot rangka juga dikenal sebagai otot sadar, karena kita mengendalikan gerakan otot ini secara sadar, atau dikenal sebagai otot lurik,
(80)
karena tampilan mikroskopiknya. Jenis kedua yaitu otot polos, yang terdapat di dinding bagian tubuh seperti saluran napas, lambung, dan pembuluh darah. Otot ini disebut otot tak sadar, karena otot ini bekerja secara otomatis dan tanpa kita sadari. Jenis ketiga yaitu otot jantung yang membentuk dinding jantung.
2.2.3 Jaringan Penghubung
Tendon, fascia, ligamen, dan kartilago merupakan jaringan penghubung
yang berfungsi untuk menyokong tubuh, mengirimkan gaya, dan mengontrol kesatuan struktur tubuh. Jaringan penghubung tersusun atas sejumlah sel dan sebuah matriks ekstraseluler. Matriks ekstraseluler tersusun atas serabut dan
ground substance. Terdapat 2 jenis serabut yaitu serabut elastik dan serabut
kolagen. Serabut kolagen lebih banyak ditemukan di jaringan penghubung dibandingkan dengan serabut elastik. Serabut kolagen memiliki daya renggang yang tinggi dan tahan terhadap perubahan bentuk. Sebaliknya serabut elastik hanya memiliki daya renggang yang kecil. Proporsi susunan kedua serabut ini mempegaruhi sifat mekanik dari jaringan penghubung.
2.3 Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal
(81)
2.3.1 Definisi
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan mulai dari keluhan sangat ringan sampai berat. Apabila otot menerima beban secara berulang dan dalam waktu lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu; 1) Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis dan dapat segera hilang apabila pembebanan dihentikan, 2) Keluhan menetap (irreversible), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Sakit pada otot masih dirasakan walaupun pembebanan kerja telah dihentikan.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot tidak akan terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar 15%-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993. Dikutip dari buku Tarwaka, dkk, 2004).
(82)
2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal menurut Peter Vi (2000) dalam Tarwaka, dkk (2004) antara lain:
a. Peregangan otot berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan terjadi pada saat pekerja melakukan aktivitasnya dengan pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. Peregangan otot ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kegiatan umum otot. Apabila aktivitas tersebut sering dilakukan maka akan mempunyai resiko besar terjadinya cedera otot skeletal.
b. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi.
c. Sikap kerja tidak alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya, misalnya pergerakan tangan mengangkat, punggung terlalu membungkuk, dan kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah terjadi karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
(83)
d. Faktor penyebab sekunder
Faktor-faktor penyebab sekunder yang dapat mengakibatkan keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) seperti; 1) tekanan langsung pada jaringan otot
yang lunak, 2) getaran dengan frekuensi tinggi yang akan menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot, 3) mikroklimat, paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan, dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (Astrand & Rodhl, 1997; Wilson & Corlett, 1992; Tarwaka, dkk, 2004).
e. Penyebab kombinasi
Risiko terjadinya keluhan otot skeletal akan meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor risiko dalam waktu bersamaan. Beberapa ahli menjelaskan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya keluhan otot skeletal seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan ukuran tubuh.
Usia merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinnya keluhan muskuloskeletal. Chaffin (1979) dan Guo et all (1995) dalam Suratun dkk. (2008) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-26 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 25 tahun dan akan meningkat seiring umur bertambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur 20-29 tahun. Selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya umur. Pada saat mencapai
(1)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 7
1.3. Tujuan Penilitian ... 7
1.3.1.Tujuan Umum ... 7
1.3.2Tujuan Khusus ... 7
1.4. Hipotesis Penelitian ... 8
1.5. Manfaat Penelitian... 8
1.5.1 Bagi Perawat dan Masyarakat Pekerja ... 8
1.5.2 Bagi Pihak Rumah Sakit dan Instansi Lain ... 8
1.5.3 Bagi Peneliti... ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawat ... 10
2.2. Anatomi Muskuloskeletal ... 11
2.2.1.Sistem Rangka ... .12
2.2.2 Sistem Otot ... .12
2.2.3 Jaringan Penghubung ... .13
(2)
2.3.2 Faktor-faktor Penyebab ... 15
2.3.3 Jenis-Jenis Keluhan Muskuloskeletal ... 18
2.4. Workplace Stretching-Exercise ... 19
2.5 Pengukuran Keefektifan WSE ... .21
2.6 Kerangka Konsep ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 22
3.2.2 Waktu Penelitian ... 23
3.3 Populasi dan Sampel ... 23
3.3.1 Populasi ... 23
3.3.2 Sampel ... 23
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4.1 Data Primer ... 24
3.4.2 Data Sekunder ... 24
3.5 Definisi Operasional... 24
3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 25
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 26
3.7.1 Pengolahan Data... 26
3.7.2 Analisis Data ... 26
BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27
4.2 Karakteristik Responden ... 29
4.3 Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE ... 31
4.4 Keluhan Muskuloskeletal Responden Sesudah WSE ... 33
4.5 Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah WSE ... 35
(3)
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE
39
5.2 Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE ... 40 5.3 Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Rseponden Sebelum dan
Sesudah WSE ... 40 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan... 48 6.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA...49
(4)
DAFTAR GAMBAR
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Umur di RSIA Badrul Aini Medan 2015 ... 29 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Terakhir di RSIA Badrul Aini Medan 2015
... 30 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Status di
RSIA Badrul Aini Medan 2015 ... 30 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Pengalaman
Kerja di RSIA Badrul Aini Medan 2015 ... 30 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Sebelum
Workplace Stretching-Exercise ... 32 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Sesudah
Workplace Stretching-Exercise ... 34 Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Responden Sebelum dan Sesudah
Workplace Stretching-Exercise ... 37 Tabel 5.1 Perbedaan Mean Nilai Total Pretest dan Posttest Keluhan
Muskuloskeletal pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan 2015 ... 37
(6)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Nordic Body Map (NBM) Lampiran 2 Workplace Stretching-Exercise (WSE) Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari FKM USU
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian dari RSIA Badrul Aini
Lampiran 5 Master Data Karakteristik Responden di RSIA Badrul Aini Lampiran 6 Master Data Keluhan Muskuloskeletal Responden saat Pretest Lampiran 7 Master Data Keluhan Muskuloskeletal Responden saat Posttest Lampiran 8 Hasil Uji Statistik