Hadis Penistaan Agama Hukum menghina fig

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Islamophobia atau prasangka buruk terhadap umat Islam di barat semakin
digalakkan melalui beragam aksi, ada banyak pemicu yang melatar belakanginya di
antaranya provokasi pihak barat yang sengaja memvisualisasikan Nabi Mu ammad
SAW melalui gambar (kartun) atau film yang terkesan memojokkan. Tercatat di
tahun 2007 terdapat seorang seniman asal Swedia bernama Lars Vilks yang mencoba
menggambar Nabi Mu ammad seperti seekor anjing.1 Karya ini telah dimuat dalam
surat kabar Nerikes Allehanda pada 2007 silam yang rencanya juga akan
menggambar hal serupa, dan akan dipamerkan bersama karya seniman lainnya seperti
Claude Monet, Peter Paul Rubens dan Anders Zorn pada bulan juli tahun 2013.
Begitu juga dengan film Innocent of Muslims yang disutradarai oleh Nakoula
Basseley. Nakoula merupakan seorang kristen koptik Mesir yang berdomisili di
California.2 Dalam film ini sosok Mu ammad SAW dikenal sebagai laki-laki primitif
yang gila wanita dan hidup di gurun pasir yang jauh dari dunia modern.

Fajar Nugraha, diposting Kamis 21 Februari 2013, 11: 56 wib,
http://international.okezone.com/read/2013/02/21/414/765237/meski-diancam-kartunis-swedia-tetaplukis-nabi-Mu ammad .

2
El-Asyi, diposting 17 September 2012, http://www.atjehcyber.net/2012/09/inilah-wajahpembuat-film-innocent-of.html
1

1

2

Fenomena ini tentu bukan hanya cacian yang berupa ucapan tetapi melecehkan
secara fisik, sebab sosok Mu ammad

SAW yang ada dalam film Innocent of

Muslims dan karikatur yang dibuat oleh seniman asal Swedia ini sangat jauh dari
kenyataan Mu ammad SAW sebagai Nabi yang sangat diagungkan oleh umat Islam.
Kontan hal ini memicu kemarahan umat Islam di dunia, lebih-lebih Duta Besar AS
untuk Libya Christopher Stevens dan tiga staf diplomat lainnya yang meninggal
dikarenakan imbas kemarahan muslim Libya. 3 Tidak cukup di sini, bahkan Menteri
Perkeretaapian Pakistan Ghulam Ahmed Bilour menyediakan 100.000 dolar AS dari
kocek pribadinya bagi siapa saja yang berhasil membunuh sutradara film Innocent of

Muslims.4
Di sisi lain Islam dikenal sebagai agama ra matan lil

lam n, terminologi ini

muncul seiring berjalannya hukum Islam yang mengatur berbagai aspek, bukan hanya
dalam masalah internal agama sebagaimana keterkaitan antar sesama hamba dan
Tuhan, melainkan hubungan eksternal dalam menyikapi sesama pemeluk agama
Islam dengan agama yang lain.
Hal ini bisa dibuktikan ketika kita meruntut kronologi sejarah bahwa Mu ammad
SAW sebagai penetap konstitusi pertama di dunia yang di kenal dengan piagam
Madinah.5 Dalam konstitusi tersebut mencakup kesejahteraan bagi seluruh makhluk
di dunia, hak properti, jiwa-raga, serta kesetaran hak semua makhluk yang ingin
Khairisa Ferida, Jumat 14 September 2012, 12:46 wib,
http://international.okezone.com/read/2012/09/14/414/689819/nakoula-basseley-adalah-sangsutradara-innocent-of-muslim
4
Diposting pada Senin 24 September 2012, 08:49 wib
http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=79181
5
Ibn Hisyam, S rah Ibn Hisyam, (Maktabah al-Syamilah) Vol I, hlm 501.

3

3

berafiliasi baik dengan seorang muslim atau non-muslim. Semua memiliki
kesempatan serta hak yang sama tanpa mengenal sebuah diskriminasi.
Namun sepanjang sejarah Islam

dalam membentuk sebuah hukum

terdapat

fluktuasi yang relatif tidak sedikit. Sebab setiap hukum yang dibentuk tidak pernah
lepas dari hukum kausalitas. Perlunya di sini untuk menelaah lebih jauh bagaimana
dari satu na dapat membentuk hukum yang berbeda tergantung melihat kondisi serta
masa yang berbeda, terkadang terdapat abrogasi (nasakh) dalam undang-undang
hukum sehingga tidak mungkin memutuskan sebuah hukum tanpa mengakomodir
dalil-dalil yang lain secara universal.
Terdapat hadis yang saya anggap menarik untuk dibahas dari riwayat Ibn Abb s.
Hadis tersebut mengkisahkan seorang laki-laki buta memiliki budak perempuan dan

ia menghina Nabi SAW. Laki-laki buta itu pun sudah mencegah dan mengingatkan
berulang kali agar tidak menghina Nabi SAW akan tetapi budak perempuan itu malah
mengabaikannya. Sampai tiba pada suatu malam, budak perempuan itu kembali
mencela Nabi SAW kemudian laki-laki buta tersebut mengambil pisau kecil
kemudian menikam budak perempuan hingga meninggal.
Menjelang esok hari, sahabat melaporkan kejadian tadi malam kepada Nabi
SAW. Disaat orang-orang berkumpul Nabi SAW berkata aku memohon atas nama
Allah, siapa laki-laki telah membunuh (budak perempuan) dan aku akan memberikan
haknya kecuali jika ia datang menghadap kepadaku . Dengan tubuh gemetar, lakilaki buta itu menghadap Nabi SAW, orang-orangpun memberinya jalan. Saat tiba
dihadapan Nabi SAW ia berkata

saya pemilik budak perempuan itu, ia mencela

4

engkau sedangkan saya sudah berusaha mencegah dan melarangnya. Darinya saya
memiliki dua anak dan sejatinya ia mencintai saya. Hanya saja tadi malam ia
kembali mencela engkau, akhirnya saya mengambil pisau kecil dan menikamnya
hingga ia meninggal . Mendengar cerita laki-laki buta itu, Nabi SAW berkata
Saksikanlah bahwa darah (budak perempuan) itu halal .

Kisah hadis di atas saya temukan dalam Sunan Ab Dawud, kit b al- ud d b b
al- ukmu f man sabba al -Nabi SAW. Sunan al-Nasa`i, kit b ta r m al -dam b b alukmu f man sabba al-Nabi SAW.
Berdasarkan kisah hadis di atas jika dilihat secara ahir al-na penghina Nabi
SAW boleh dibunuh. Menurut al-Mundziri dalam kitab Awn al-Ma b d mengatakan
sudah tidak dipermasalahkan lagi jika status penghina Nabi SAW adalah orang Islam
maka wajib dibunuh kecuali jika status pencela adalah kafir imm .6 Akan tetapi para
ulama memerinci hukum tersebut; yang pertama pendapat al-Sy fi seorang pencela
harus dibunuh dan jika dia seorang kafir imm maka status tersebut tidak dianggap
lagi. Kedua pendapat Ab

anifah seorang pencela tidak dibunuh akan tetapi

perbuatannya dianggap sebagai perbuatan syirik al-A am. Ketiga pendapat M lik
jika pencela adalah seorang yahudi dan nasrani maka dibunuh kecuali jika mereka
masuk Islam.7

Mu ammad Syamsul aq al- A im bad , Awn al-Ma b d Syara Sunan Ab D wud, (Darul
Kutub Alamiyah; Beirut 2007) vol 12, hlm 186.
7
Mu ammad Syamsul aq al- A im bad , Awn al-Ma b d Syara Sunan Ab D wud, vol 12,

hlm 187.
6

5

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang ada saya mengidentifikasi pemasalahan sebagaimana
berikut;
1.

Pelecehan teerhadap Nabi SAW yang diaplikasikan dalam bentuk yang
berbeda-beda.

2.

Kecaman dan pembunuhan yang dilakukan oleh umat Islam sebagai respon
atas kasus penistaan Nabi SAW.

3.


Upaya melegitimasi na

sebagai alat pendukung bolehnya membunuh

penista Nabi SAW.
4.

Banyaknya riwayat yang mendukung membunuh para penista Nabi SAW.

5.

Perbedaan sudut pandang ulama dalam menyikapi hadis penistaan agama.

6.

Membunuh penista agama yang dilakukan secara personal tanpa adanya
keputusan Negara.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, saya ingin membatasi masalah ini

pada poin ke empat yaitu bagaimana kualitas hadis penista Nabi SAW ? dengan
alasan ingin membuktikan kualitas hadis tersebut. Jika kualitas hadis tersebut dinilai
sahih maka bisa dijadikan ujjah bahwa diperbolehkan membunuh penghina Nabi
SAW. Jika tidak maka hadis tersebut tidak bisa dijadikan ujjah.
Selanjutnya saya juga membatasi pada poin ke lima yaitu bagaimana pendapaat
para ulama dalam membunuh para penghina Nabi SAW. ? dengan alasan ingin

6

mengetahui pendapat para ulama. Sebab banyak orang yang mengetahui dalil akan
tetapi tidak tahu cara beristi lal.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas saya ingin mengerucutkan pada dua masalah
yaitu; Bagaimana kualitas dan pemahaman hadis penista Nabi SAW?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang difokuskan dalam menyikapi hadishadis penistaan agama dalam Sunan Ab D wud dan Sunan al-Nas ` . Dalam hal ini
saya mengkonsentrasikan pembahasan skripsi dalam penistaan terhadap Nabi SAW.
Dengan demikian dapat dikatakan, tujuan pembahasan ini adalah bagaimana kita
menyikapi hadis-hadis penistaan agama dengan benar. Dalam artian sesuai dengan

pesan yang terkandung dalam al-Quran dan hadis. Skripsi ini juga ingin menunjukkan
bahwa tidak mungkin kita menutup mata untuk mengaburkan fakta adanya dalil na
tentang penyikapan terhadap para penista agama. Dengan skripsi ini juga, saya ingin
mengeksplorasi pendapat para mu addits dan fuqah ` dalam menyikapi para penista
agama.
2. Manfaat
Setelah merampungkan penelitian ini, saya mendapat banyak manfaat, antara
lain, membuka wawasan ilmiah dalam menyikapi hadis penistaan agama sesuai
tuntunan al-Quran, hadis, dan para ulama. Dengan rampungnya penelitian ini juga
bermanfaat menjadikan hadis penistaan agama sebagai

ujjah bagi saya dan para

7

pembaca. Skripsi ini juga menjadi kontribusi saya untuk para pembaca yang ingin
mengupas lebih lanjut hadis-hadis penistaan agama dari sisi yang lain. Manfaat yang
saya sebutkan semuanya bersifat akademis. Sedangkan manfaat praktisnya, saya
berharap dapat membumikan pemahaman hadis-hadis penistaan agama serta
bagaimana menyikapi para penista agama di masyarakat.

F. Tinjauan Pustaka
Dari buku-buku yang saya temukan dan memiliki relevansi dengan pembahasan
ini adalah al- rim al-Masl l ala Sy tim al-Ras l karya Ibn Taimiyah (661 H

728

H) yang mengupas hukum-hukum menghina Nabi SAW. Di dalam buku ini terdapat
empat permasalahan. Masalah pertama, ketika seorang mencela Nabi SAW baik itu
seorang muslim atau kafir maka wajib dibunuh. Masalah kedua, opsi eksekusi untuk
para penghina itu hanya dibunuh dan tidak boleh menjadikannya sebagai budak.
Masalah ketiga, dibunuh tanpa harus ada tuntutan taubat, hal itu berlaku bagi seorang
muslim atau kafir. Masalah keempat, menjelaskan pencelaan yang telah disebutkan
dan perbedaan hubungan antara celaan dan kekufuran.
Buku ini murni menjelaskan hukum penista Nabi SAW secara gamblang dengan
menyertakan dalil-dalil na dan cuplikan sejarah para penista Nabi SAW berikut
bagaimana menyikapinya. Di sisi lain meskipun Ibn Taimiyah mengutip pendapat
dari beberapa ma hab, namun beliau tidak mentarjih salah satu pendapat sebagai
kesimpulan final dari masalah yang ada. Upaya ini saya anggap sebagai bentuk
penilaian objektif Ibn Taimiyah sebagai informan dari berbagai ma hab agar para
pembaca tidak tendensius dan hanya condong pada salah satu ma hab saja.


8

Al-Syif bi-Ta r f

uq q al -Mush af karya al-Q

Iy

(w 544 H) tepatnya

pada juz 2 bagian ke empat (al-qism al-r bi ). Pada bagian ke empat ini terdapat 24
pasal yang menjelaskan lebih detail dan komprehensif dalam hal menghina Nabi
SAW, dimulai dari melegitimasi na al-Quran dilanjutkan pendapat para sahabat serta
memperinci hukum celaan baik itu ditujukan pada Nabi Mu ammad

SAW atau

Nabi-Nabi yang lain.
Buku ini tidak jauh berbeda dengan karya Ibn Taimiyah, hanya saja di akhir
pemaparan pendapat para ulama mutaqadimin atau mutaakhirin al-Q

Iy

selalu

memberi kesimpulan akhir sebagai pendapat pribadinya.
Al-Sayful Masl l Ala Man Sabba al-Ras l karya Taq yudin al-Subk (683

756

H). Beliau mengklasifikasikan dalam empat pembahasan pokok. Pertama, hukuman
bagi penista dari kalangan muslim. Di dalamnya mengupas eksekusi mati sebagai
konsekuensi para penista, serta bagaimana hukumnya jika ia bertaubat atau dituntut
taubat. Kedua, hukum penista dari kalangan ahl immah, dan di dalamnya terdapat
delapan pasal permasalahan fur

yah. Ketiga, menjelaskan penistaan dari kalangan

muslim dan kafir. Bab ini sebagai kesimpulan pokok pembahasan, sebab masih
berkaitan dengan dua bab pembahasan sebelumnya. Keempat, menjelaskan
keutamaan dan kemulyaan Nabi SAW serta hak apa saja yang patut diberikan kepada
Nabi SAW.
Karya Taq yudin al-Subk sebagai pembanding buku al- rim al-Masl l ala
Sy tim al-Ras l karya Ibn Taimiyah dalam masalah fur

yah. Masing-masing karya

9

ini memiliki keunikan tersendiri bagi para pembaca. Mengingat keduanya adalah dua
ulama besar dan tidak diragukan kapasitas keilmuannya.
Sayf al-Batt r li-Man Sabba al-Nab
Mu ammad

al-Mukht r karya

Abdullah bin

bin Shad d mengupas hukum-hukum penista Nabi SAW. Buku ini

secara substansi tetap sama secara kesimpulan dan dalil-dalil yang dinukil dengan
Karya Taq yudin al-Subk dan Ibn Taimiyah. Perbedaannya kemunculan buku ini
untuk mengkonter buku Salman Rusdi yang berjudul Ayat-ayat Setan.
Tanbihul Wulah wal-A k m Ala A k m Sy tim Khairil An m aw A ad A abihi
al-Kir m karya Ibn

bid n (w 1252 H) buku ini menjelaskan hukuman penista Nabi

SAW sebagaimana karya-karya yang lain. Akan tetapi yang membedakan adalah
pembahasan penistaan Nabi SAW lebih spesifik pada ma hab

anafiyah dan

mengutip beberapa pendapat para ulama dari sekte Khawarij, Qar mi ah, dan
R fi ah.
Tanz h al-Anbiya` An Tasf h al-Agniya` karya al-Suyu

menjelaskan toleransi

kesalahan ucapan yang dilakukan oleh orang Islam kepada Nabi SAW. serta apa saja
yang patut disandarkan kepada Nabi SAW.
Buku ini ditulis karena pada masa al-Suyu

ada dua orang laki-laki yang

bertikai, kemudian salah satu dari mereka menghina dengan sebutan pengembala
kambing, kemudian dibalas dengan ucapan

semua Nabi adalah pengembala

kambing atau tidak ada Nabi yang tidak mengembala kambing . Kemudian lantaran
ucapan tersebut, seseorang mengadukan kepada al-Suyu

dengan bertanya

Apa

yang patut disandarkan kepada para Nabi melihat kejadian ini? beliau menjawab,

10

Seperti laki-laki ini, ucapannya salah dan kecerobohannya diampuni. Seketika
penanya tersebut tidak setuju dengan jawaban al-Suyuthi yang dianggap tidak pantas.
Kemudian al-Suyu

membuat karya untuk mengklarifikasi jawaban yang beliau

lontarkan.
Menyegarkan Kembali Pemikiran Islam, Bunga Rampai Surat-Surat Tersiar
buku ini merupakan kumpulan dari jawaban atas pertannyaan yang ada dalam milis
Jaringan Islam Liberal (JIL). Buku ini banyak membahas isu-isu kiri yang ada dalam
internal Islam. Salah satunya adalah pembahasan ke lima yaitu Diskursus Bunuh
dalam Tradisi Kesarjanaan Islam. Dalam pembahasan ini banyak mengkritik Al-Syif
bi-Ta r f

uq q al -Mus af

karya al-Q

Iy

(w 544 H). Dimulai dari

memaparkan pemikiran dan pendapat yang ada dalam al-Syif dan mengkritisi poinpoin yang dianggap tidak relevan.
Selanjutnya, skripsi ini akan membahas penistaan Nabi SAW dimulai dari
meruntut sejarah penistaan di berbagai agama, bentuk-bentuk penistaan yang
dilakukan. Kemudian saya akan meneliti hadis tersebut dengan metode mentakhrij
hadis dan mengkomparasikan matan hadis dengan al-Quran, riwayat lain, rasio akal,
ciri khas bahasa kenabian yang disepakati sebagai tolok ukur kritik sanad. Upaya
tersebut dilakukan agar mengetahui kualitas hadis dari sisi sanad dan matan sebab
sebagian besar para ulama melegitimasi hadis ini bahwa penista Nabi SAW boleh
dibunuh. Kesimpulan dari penelitian ini menuntut kita untuk membuka mata agar
tidak mengesampingkan adanya hadis penistaan agama. Serta mengenalkan hukum
Islam bolehnya membunuh penista Nabi SAW.

11

G. Metodologi Penelitian
1. Sumber data
Dalam hal ini yang saya lakukan adalah teknik pengumpulan hadis yang
ditemukan dari sumber primer seperti Sunan Ab Dawud, Sunan al-Nas ` . Didukung
dengan data-kasus yang saya temukan melalui media massa. Ditambah dengan
adanya buku-buku sekunder guna mencari hukum secara objektif dan tidak terkesan
fanatik pada salah satu pihak, seperti Syara Sunan al-Nas ` , Awn al-Ma b d, dan
kitab-kitab lain yang mengulas tema ini yang belum saya temukan, serta pendapat
islamolog yang telah merespon kasus ini.
2. Analisa data
Metode analisa ini saya menggunakan pencarian indeks kata, yaitu mencari katakata yang menjadi kata kunci dalam indeks hadis. Yang dimaksud dengan kata kunci
adalah kata yang terdapat dalam matan hadis dan tidak banyak digunakan dalam
ungkapan sehari-hari. Metode ini menggunakan al-Mu jam al-Mufahras l -Alf z alad ts.8
Kemudian saya akan mengkritik sanad hadis. Sebagaimana dalam ul m al- ad ts
bahwa secara kualitas hadis bergantung pada kualitas sanad, maka saya akan
mengkritik sanad hadis ini dengan melihat biografi para perawi berikut dengan jara
wa ta d lnya.
al-Mu jam al-Mufahras l -Alf z al- ad ts adalah kitab yang disusun oleh sebuah tim yang
beranggotakan pakar orinetalis. Salah satu dari tim penyusunnya bernama A.J. Wensinck (w. 1939),
seorang guru besar Bahasa Arab di universitas Leiden. Al-Mu jam al-Mufahras memuat indeks kata
yang terdapat dalam 9 (sembilan) sumber koleksi hadis, yaitu al-Kutub al-Sittah, Muwatta`, Musnad
Ahmad, dan Musnad al-D rim .
8

12

Dilanjutkan dengan kritik matan, dalam hal ini saya memakai metode kritik
matan Shala udd n Ibn A mad al -A lab

9

(w. 1403 H/ 1984 M) yang memberikan

empat syarat: pertama, tidak bertentangan dengan al-Quran al-Kar m. Kedua, tidak
bertentangan dengan hadis dan sirah nabawiyah yang sharih. Ketiga, tidak
bertentangan dengan akal, indra atau sejarah. Keempat, menunjukkan bahasa
kenabian.
3. Metode Penulisan
Metode penulisan ini mengacu pada buku Pedoman Akademik Program Strata 1
2011/2012 Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
H. Sistematika Penulisan
Pada bab I saya menjelaskan tentang kronologi masalah kasus penistaan agama
dalam bentuk pelecehan terhadap Nabi SAW serta bagaimana umat Islam
menyikapinya. Dilanjutkan dengan mengemukakan hadis sebagai solusi hukum bagi
para penista agama serta lebih memspesifikasikan masalah agar tergambar jelas
bagaimana kasus itu berjalan dan lebih fokus pada pembahasan.
Pada bab II saya akan menjelaskan tentang bentuk-bentuk penistaan agama di
tiga agama samaw , Yahudi, Kristen dan Islam. Dilanjutkan penjelasan pandangan
Dalam hal ini saya memakai metode kritik matan hadis Shala udd n Ibn A mad al -A lab (w.
1403 H/ 1984 M) dengan bukunya yang berjudul Manhaj Naqd al-Matan Inda Ulama al- ad ts alNabawi merupakan karya yang konsisten dan fokus pada kajian matan. Berbeda dengan buku-buku
kritik yang lain sebagaimana al-Mann r al-Mun f karya Ibn al-Qayyim (w. 751 H/ 1350 M), Manhaj
al-Naqd f Ul m al- ad ts karya Prof. N rudd n Ithr, Maq y s Naqd Mut n al-Sunnah karya Prof
Musfir Azamullah al-Dam n dan banyak karya kritik lainnya yang justru hanya fokus pada kajian
kritik sanad. Selain itu karya-karya ini memang beberapa mengkritik matan akan tetapi langsung pada
penyelesaian masalah sehingga jarang sekali saya menemukan teori yang digunakan serta apa standar
acuan yang dipakai para pakar kritik matan.
9

13

penistaan agama menurut Yahudi, Kristen dan Islam serta tokoh-tohoh fenomenal
dalam agamanya. Kemudian meruntutkan sejarah dan bentuk-bentuk penistaan agama
sehingga tergambar jelas bahwa menistakan Nabi termasuk salah satu bentuk dari
penistaan agama.
Pada bab III saya akan menelusuri hadis tersebut dengan menggunakan metode
takhrij hadis. Dilanjutkan dengan meneliti tiap perawi yang ada dalam hadis
penistaan agama. Penelitian ini dilakukan agar mengetahui kesimpulan akhir atas
kualitas hadis. Sebab kualitas hadis akan menentukan keabsahan sebuah hukum.
Pada bab IV saya akan membahas kritik matan dan memuat pendapat para
mu addits, sy ri

ad ts dan sejumlah tokoh terutama empat ma hab dalam

memandang para penista agama. Pada bab ini saya akan menguraikan konsep-konsep
empat ma hab dalam memutuskan hukum bunuh bagi para penista agama.
Pada bab IV diisi dengan kesimpulan pendapat dan penutupan.