PEMAIN KLUB SEPAK BOLA PERANCIS SEBAGAI

PEMAIN KLUB SEPAK BOLA PERANCIS SEBAGAI CERMIN
MULTIKULTURALISME DI PERANCIS

Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah La France Multiculturelle
Dosen Pengampu: Suluh Edhi Wibowo, S.s, M.hum.

Disusun oleh:
Rohayu

2311415051

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
yang Berjudul “Pemain Klub Sepak Bola Perancis Sebagai Cermin Multikulturalisme

di Perancis”. Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah la france multiculturelle.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa makalahini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi
terbentuknya makalah yang lebih baik dan sebagai bahan perbaikan terhadap makalah
ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Desember 2017

Penulis

1

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………..……


2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Multikulturalisme……………………………………………… 4
2.2 Jenis Multikulturalisme…………………………………………………….

4

2.3 Pendekatan Multikulturalisme………………….………………………….. 6
2.4 Multikulturalisme di Perancis……………………………………………… 6
2.5 Sepak Bola di Perancis……………………………………………………..

7

2.6 Pemain Sepak Bola Perancis Sebagai Cermin Multikulturalisme…….…… 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………… 12

Daftar Pustaka……………………………………………………………… 13

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Multikulturalisme telah ada dan bertentangan dengan monokulturalisme dan
asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state)
sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya
secara

normatif

(istilah

‘monokultural’

dapat


juga

digunakan

untuk

menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity).
Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau
lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan
sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru. (Sumber: Wikipedia.com)
Menurut

A.Rifai

Harahap

(2007,

mengutip


M.

Atho’

Muzhar)

multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan
tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya,
agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan
semangat

kebangsaan

yang

sama

dan


mempunyai

kebanggan

untuk

mempertahankan kemajemukan tersebut.
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa inggris
(English-speaking countries) yang mulai di Afrika pada tahun 1999. Kebijakan ini
kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa sebagai kebijakan resmi
konsensus sosial diantara elit salah satunya adalah Perancis.
Perancis adalah salah satu negara yang memiliki banyak keberagaman etnis.
Sepertiga dari penduduk perancis bukanlah penduduk asli Perancis melainkan
masyarakat imigran. Mayoritas imigran tersebut berasal dari Afrika Utara yang
merupakan wilayah bekas jajahan Perancis. Multikulturalisme di Perancis ini
sangat terlihat jelas di dalam bidang olahraga salah satunya ialah sepak bola. Kita
bisa lihat dan amati bahwa tim sepak bola nasional Perancis memiliki 80%
pemainnya berkulit hitam dan berwajah Arab.
3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan (Bennett 1995, Fay 1996, Jary 1991, Nieto 1992, dan Reed 1997).
Perbedaan yang dimaksud ialah perbedaan-perbedaan individual atau orang per
orang dan perbedaan budaya. Perbedaan budaya mendorong upaya terwujudnya
keanekaragaman atau pluralism budaya sebagai sebuah corak kehidupan masyarakat
yang mempunyai keanekaragaman kebudayaan, yaitu yang saling memahami dan
menghormati kebudayaan-kebudayaan mereka yang berbeda satu dengan lainnya,
termasuk kebudayaan dari mereka yang tergolong sebagai kelompok minoritas.

2.2 Jenis Multikulturalisme
Parekh (1997:183-185) membedakan multikulturalisme menjadi lima macam
diantaranya sebagai berikut:
1. Multikulturalisme isolasionis
Isolasionis mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok kultural
menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya
minimal satu sama lain. Contoh kelompok ini adalah seperti masyarakat yang ada

pada sistem “millet” di Turki Usmani atau masyarakat Amish di USA. Kelompok
ini menerima keragaman, tetapi pada saat yang sama berusaha mempertahankan
budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain umumnya.
2. Multikulturalisme Akomodatif
Multikulturalisme Akomodatif yaitu masyarakat plural yang memiliki budaya
dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi
kebutuhan kultural kaum minoritas. Masyarakat kaum multikultural akmodatif
merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan
yang sensitif secara kutural dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas
4

untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan mereka; sebaliknya
kaum

minoritas

tidak

menantang


kultur

dominan.

Tipe

masyarakat

multikulturalisme akomodatif ini dapat ditemukan di Inggris, Prancis, dan
beberapa negara eropa lainnya.
3.

Multikulturalisme Otonomis
Multikulturalisme Otonomis yaitu masyarakat plural dimana kelompok-

kelompk kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya
dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara
kolektif bisa diterima. Fokus pokok kelompok ini adalah untuk mempertahankan
cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan;
mereka menantang kelompok kultural dominan dan berusaha menciptakan suatu

masyarakat dimana semua kelompok dapat eksis sebagai mitra yang sejajar. Contoh
masyarakat jenis ini di antaranya ialah kelompok Quebecois di Kanada, dan
kelompok-kelompok muslim imigran di Eropa yang menuntut untuk dapat
menerapkan syari’ah, mendidik anak-anak mereka pada sekolah Islam, dan
sebagainya.
4.

Multikulturalisme Kritikal
Kritikal atau interaktif yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok

kultural tidak terlalu fokus dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih
menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan menegaskan
perspektif mereka. Contoh jenis multikulturalisme ini ialah perjuangan masyarakat
kulit hitam di Amerika Serikat, Inggris, dan negara eropa lainnya.
5.

Multikulturalisme Kosmopolitan
Multikulturalisme kosmopolitan yakni dimana masyarakat plural berusaha

menghapuskan batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah

masyarakat dimana setiap individu tidak lagi terkait pada budaya tertentu, dan
sebaliknya secara bebas terlibat dalam eksperimen-eksperimen interkultural dan
sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing. Sebagian besar
pendukung multikulturalisme jenis ini ialah kelompok liberal yang memiliki
5

kecenderungan postmodern, memandang seluruh budaya sebagai resources yang
dapat mereka pilih dan ambil secara bebas.

2.3 Pendekatan Multikulturalisme
Multikulturalisme secara praktik dapat ditinjau dari dua pendekatan. Pendekatan
pertama multikulturalisme yang didasari oleh konsep cultural essential dan
penolakan atas ide yang menyatakan jika budaya dapat berubah seiring berjalannya
waktu dan interaksi yang terjadi dengan orang lain.Dengan pendekatan ini akan
dihasilkan koeksistensi antar budaya yang ada di wilayah tertentu. Resikonya,
pendekatan ini dapat menghasilkan eksklusivitas kelompok dan sikap protektif. Hal
ini akan menyebabkan terbatasnya komunikasi dan pengaruh antar budaya (Ogurlu,
2008).
Pendekatan kedua menyatakan multikulturalisme seperti ‘melting pot’ yang
mengumpulkan budaya-budaya yang ada.Hal ini ditujukan untuk memperkaya
budaya-budaya itu sendiri. Hasil interaksi budaya tersebut akan mengarah pada
pembentukan budaya kosmopolitan yang terlepas dari pengaruh afiliasi nasional,
agama, dan sebagainya.Artinya

budaya

modern tidak lagi

identik dan

homogensehingga keberagaman yang ada bukan menjadi alasan bagi masyarakat
untuk tidak hidup berdampingan secara damai.Adapun resiko dari pendekatan ini
adalah interaksi budaya yang intens dapat menganggu keaslian suatu budaya. Resiko
ini pada akhirnya dapat mengarah pada deculturalisation, walaupun penganut
pendekatan ini menyatakan budaya-budaya yang ada tetap akan diperlakukan
berbeda satu sama lain dan tidak akan mengalami asimilasi pada budaya dominan
(Ogurlu, 2008).

2.4 Multikulturalisme di Perancis
Perancis merupakan salah satu negara di dunia yang sering menjadi tujuan utama
dari para imigran di berbagai belahan dunia, selain itu Perancis juga merupakan

6

negara yang multikultural dan demokratis. Namun permasalahan migrasi sering
menjadi isu utama baik didalam negeri itu sendiri maupun pada tahap Uni Eropa.
Perancis merupakan negara yang penduduk aslinya sejatinya berasal dari
campuran orang Kert (Galia) dan Romawi. Negara yang terkenal dengan slogan
“Liberte, Egalite, Fraternite” ini merupakan salah satu negara yang terkenal dengan
sejarah kolonisasinya. Negara jajahan Perancis sebagian besar merupakan negaranegara Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, Sengal dan masih banyak lagi.
Masyarakat dari negara-negara jajahan itulah yang kelak membantu Perancis
berperang melawan Jerman dan aliansinya dalam perang dunia ke-2. Pasca perang
dunia ke-2, Perancis membutuhkan banyak pekerja kasar untuk membangun
negerinya yang porak poranda, sehingga semakin banyak imigran yang datang ke
negeri itu untuk bekerja dan kemudian sekaligus menetap disana. Hal inilah yang
melatarbelakangi multikulturalisme di Perancis.
Kini dapat kita lihat dan amati secara baik bahwa negara Perancis tidak lagi
banyak dihuni oleh orang berkulit putih tapi juga dihuni oleh orang-orang berkulit
hitam dan merah seperti Arab dan Afrika. Salah satu contohnya adalah yang terdapat
dalam tim atau klub sepak bola Perancis. Kita dapat melihat bahwa hampir 80%
pemainnya berkulit hitam dan berwajah Arab.

2.5 Sepak Bola di Perancis
Di Perancis sepak bola adalah salah satu olahraga paling populer. Federasi Sepak
Bola Perancis (bahasa Perancis: Fédération Française de Football) atau yang biasa
disingkat dengan FFF adalah badan nasional yang bertanggung jawab untuk
mengawasi semua aspek dari olahraga sepak bola di Perancis, baik profesional
maupun amatir. Federasi mengatur Piala Perancis (bahasa Perancis: Coupe de
France, bahasa Inggris: French Cup) dan bertanggung jawab untuk menunjuk

manajemen Tim nasional sepak bola Perancis baik untuk pria, wanita dan tim yunior.
Federasi memberikan tanggung jawab Ligue 1 dan Ligue 2 kepada Liga Sepak Bola
Profesional (bahasa Perancis: Ligue de Football Professionnel) atau yang biasa
7

disingkat LFP untuk yang mengawasi, mengatur, dan mengelola atas dua liga negara
itu. LFP juga bertanggung jawab untuk mengatur Piala Liga Perancis (bahasa
Perancis: Coupe de la Ligue) yaitu sebuah kompetisi piala liga di Perancis. Federasi
sepak bola Perancis juga mengawasi klub sepak bola AS Monaco, klub sepak bola
dari negara berdaulat Monako. Pada tahun 2006, FFF memiliki 2.143.688 lisensi,
dengan lebih dari 1.850.836 pemain terdaftar dan 18.194 klub terdaftar.
Klub sepak bola pertama diperkenalkan ke Perancis pada tahun 1863 oleh
imigran Inggris seperti yang dijelaskan dalam sebuah artikel surat kabar The
Scotsman, yang menyatakan "Sejumlah pria Inggris yang tinggal di Paris akhir-akhir
ini menyelenggarakan sebuah klub sepak bola ... Pertandingan sepak bola
berlangsung di Bois de Boulogne, dengan izin dari pihak berwenang dan
mengejutkan Perancis secara luar biasa. Sepak bola modern diperkenalkan sembilan
tahun kemudian pada tahun 1872 oleh pelaut Inggris yang bermain di Le Havre pada
tahun 1872. (Sumber: Wikipedia.com)
Sepak bola telah menjadi metafora yang umum untuk kebangkitan kepercayaan
diri nasional secara umum, sebuah pengakuan dan pengakuan yang masih rapuh
bahwa Prancis muncul dari depresi jangka panjang karena negara tersebut telah
sepakat dengan masa perangnya. Kolaborator masa lalu, dengan dekolonisasi, dengan
hilangnya status di dunia yang sekarang didominasi oleh 'Anglo-Saxon' dan bahasa
Inggris, dan dengan ekonomi dan masyarakat dengan tingkat pengangguran yang
tinggi. Melalui sepak bola, Prancis telah menemukan bahwa mereka bukanlah
pecundang abadi.
Sejarah sepak bola Prancis penuh dengan catatan tentang kekalahan heroik (1958
dan 1982) dan pelatih nasional yang mendasarkan taktik pada individualisme esensial
pemain mereka. Gambaran diri nasional berulang ini yang disorot melalui sepak bola
sama dengan yang saya sebut setelah menggunakan istilah Alain Duhamel dalam
konteks sosial dan politik (Duhamel 1985) di kompleks Asterix. Ini mengacu pada
harapan kekalahan yang tak terelakkan untuk 'orang Prancis kecil', seperti Gauls yang
dipimpin oleh Asterix melawan legenda Romawi dapat dirayakan sampai tahun 1998.
8

Jika tidak bisa diharapkan di panggung Eropa atau dunia, maka setidaknya Prancis
bisa memainkan sepak bola 'champagne' di Kopa dan Platini. (Sumber:
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36680448/Football_still_Frenc
h)

2.6 Pemain Sepak Bola Perancis Sebagai Cermin Multikulturalisme
Dampak sepak bola yang paling populer dan juga jelas salah satunya adalah dari
hasil jajak pendapat Journal du Dimanche-IFOP terhadap 50 orang Prancis yang
masuk ‘hitungan’. Tahun ini untuk pertama kalinya dalam 12 tahun sejak diresmikan,
ia telah diungguli oleh seorang pesepakbola, Zinedine Zidane, mengalahkan Abbé
Pierre, yang bersama dengan Jacques Cousteau, telah berbagi posisi teratas dalam
setiap kali kesempatam sejak 1988. Sejak Abbé Pierre telah melambungkan namanya
di tahun 1950an dan Cousteau pada tahun 1960an dan 1970an, orang dapat
mengatakan bahwa ini adalah indikasi jika orang Prancis akhirnya berhasil lolos dari
waktu yang cukup lama dan dirasa sangat tepat meski sangat mengejutkan.
Tim Perancis yang mengikuti Piala Dunia FIFA 2006 sudah jauh berubah
daripada saat menjadi Juara Dunia 1998 dan Euro 2000, walaupun Zinedine Zidane,
Claude Makelele, Patrick Vieira, Thierry Henry dan Lilian Thuram masih ikut serta
dalam tim nasional. Piala Dunia 2006 ini tak ubahnya seperti A Tribute to Zinedine
Zidane, pemain terbesar yang pernah dimiliki Prancis saat ini.
Zinédine Yazid Zidane dilahirkan di Marseille dan dibesarkan di La Castellane.
Walaupun lahir di Marseille, Zizou belum pernah bermain untuk Olympique de
Marseille. Orang tua Zidane beragama Islam, dan mereka berimigrasi dari Aljazair
ke Perancis pada tahun 1954. Zidane atau populer dengan panggilan Zizou adalah
seorang mantan pesepak bola Perancis yang saat ini Ia melatih klub Real Madrid.
Zidane memulai karier sebagai pemain di klub AS Cannes, ia kemudian bermain
di Bordeaux, Juventus dan terakhir Real Madrid. Ia pensiun dari sepak bola klub pada
tahun 2006 dan pensiun dari Tim nasional Perancis setelah Piala Dunia 2006. Ia juga
sempat memegang rekor sebagai pemain termahal di dunia saat ditransfer dari
9

Juventus ke Real Madrid pada musim 2001-2002 dengan nilai 46 juta poundsterling
sebelum dipecahkan oleh pemain Real Madrid lainnya Cristiano Ronaldo dan Gareth
Bale.
Sebagai pesepak bola kelas dunia, Zidane telah mengenyam banyak prestasi, di
antaranya dua gelar Serie-A bersama Juventus, satu gelar Liga Champions dan satu
gelar La Liga bersama Real Madrid. Zidane juga sukses mengantar Perancis menjadi
juara dunia Piala Dunia 1998 dan juara Piala Eropa 2000. Bersama sahabatnya
Ronaldo, Zidane menjadi pemain sepak bola yang mampu meraih gelar Pemain
Terbaik Dunia FIFA sebanyak tiga kali. Ia juga pernah meraih Ballon d'Or pada tahun
1998.
Selain Zidane, Perancis juga memiliki beberapa pemain yang berasal atau
memiliki keturunan dari beberapa negara diluar negara Perancis yang menganut
agama muslim, diantaranya sebagai berikut:
Zlatan Ibrahimovic (Paris Saint Germain); Ia merupakan pemain muslim terbaik

asal Swedia. Ia merupakan tombak utama AC Milan. Dia juga menjadi Serie A
Footballer Of The year 2005, 2008, 2009, 2011.
Frank Ribery (Bayern Munchen) yang merupakan salah satu pemain terbaik

Perancis. Di Salah satu media Prancis dia di sebut sebut sebagi The next Zinedine
Zidane. dan dia bermain untuk Bayern Munchen Tim Rakasasa Bundesliga jerman.
Samir Nasri (Manchester City); Ia merupakan seorang pemain sepak bola

Perancis yang berposisi sebagai gelandang serang. Saat ini ia bermain untuk
Manchester City di Inggris dan untuk tim nasional Perancis. kontribusinya di city
juga sangat di perhitungkan.
Karim Benzema (Real Madrid) ); Ia merupakan seorang pemain sepak bola

berkebangsaan Perancis keturunan Aljazair yang kini membela klub Real Madrid.
banyak gol yang disumbangkannya untuk real madrid.
Nicolas Anelka (Shanghai Shenhua); Ia merupakan pemain sepak bola

profesional berkebangsaan Perancis yang bermain sebagai penyerang untuk
Shanghai Shenhua. Mantan manajer Chelsea Carlo Ancelotti menyatakan ia sebagai
10

seorang pemain cepat dengan kemampuan duel di udara, teknik, tendangan ke
gawang, dan pergerakan tanpa bola yang bagus.
Abou Diaby (arsenal); Ia adalah pemain sepak bola profesional asal Perancis

keturunan Pantai Gading yang bermain sebagai gelandang di Arsenal dan tim
nasional Perancis.
Hatem

Ben

Arfa

(newcastle

united);

seorang

pemain

sepak

bola

berkewarganegaraan Perancis yang bermain untuk klub Newcastle United pada
posisi gelandang sayap, dia juga salah satu pemain yang di perhitungkan di newcastle
united.
Dari data dan fakta yang terdapat di lapangan ataupun yang dipaparkan diatas,
dapat kita lihat bahwa Perancis dari bidang olahraga telah menerima pemain diluar
dari negaranya yang mayoritas pemainnya berkulit hitam dan berasal atau memiliki
keturunan Afrika dan Arab. Hal ini, setidaknya dari segi sportivitas yang juga
menunjang dan menguntungkan pihak Perancis telah diterima di negara yang
mayoritas menganut agama Khatolik tersebut. Hal ini juga yang menjadi cermin
multikulturalisme di Perancis.

11

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Multikulturalisme sebagai wujud maupun simbol keberagaman telah
ada di Perancis meski melewati jalan panjang dan penuh kesulitan. Hal ini tak
pernah lepas dari sejarah. Di sisi lain, Perancis tetap mempertahankan nilai
budaya ataupun unsur-unsur asli yang terdapat di negara itu sendiri tanpa
menginginkan adanya terjadi percampuran budaya. Hal ini disebabkan juga
karena Perancis merupakan negara berkelas dan elegan. Itulah salah satu sebab
Perancis ingin tetap menjaga budaya dan suku aslinya. Namun, meskipun
begitu, perlahan Perancis dan masyarakatnya tahu dan sadar bahwa mereka
tidak bisa lepas dari peran dan kebutuhan akan imigran di negara tersebut
mengingat jumlah dan populasi penduduk asli Perancis tidak banyak. Hal ini
pula yang melatarbelakangi terjadinya multikulturalisme di Perancis. Dan kini,
olahraga khususnya sepak bola menunjukkaan adanya multikulturalisme secara
nyata di Perancis.

12

Daftar Pustaka

http://eprints.undip.ac.id/42012/ diunduh pada 1 Desember 2017 pukul 13.47
http://eprints.upnyk.ac.id/8244/ diunduh pada 18 Desember 2017 pukul 15.31
https://www.ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/dauliyah/article/view/808/
683 diunduh pada 18 Desember 2017 pukul 15.40
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36680448/Football_still_
French.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=15
13922654&Signature=TrRkbsPwvff%2BUXFDAAJS9EC%2Bbeo%3D&resp
onse-contentdisposition=inline%3B%20filename%3DIs_French_football_still_French_Gl
obalis.pdf diunduh pada 19 Desember 2017 pukul 20.03

Internet:
https://tomisapari.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-multikulturalisme.html
diakses pada 18 Desember 2017 pukul 16.20
https://perancis09upi.wordpress.com/2010/01/07/permasalahan-masyarakatmultikultural-di-perancis/ diakses pada 18 Desember pukul 17.13
https://id.wikipedia.org/wiki/Sepak_bola_di_Perancis

diakses

pada

18

pada

18

Desember 2017 pukul 10.50
https://id.wikipedia.org/wiki/Zin%C3%A9dine_Zidane

diakses

Desember 2017 pukul 11.42
https://susahnama.wordpress.com/2012/10/11/pemain-sepakbola-eropa-yangmuslim/ diakses pada 19 Desember 2017 pukul 19.12

13

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KLUB SENAM SASANA SUMBERSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO MALANG

34 239 24

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1