Pemeriksaan Merkuri pada Krim Pemutih Wajah yang Dijual di Pasar Setia Budi Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi

Sumatera Utara yang berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 03 Februari
2017.

3.2

Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat penelitian
Plat tetes, Erlenmeyer, batang pengaduk, beaker glass, hot plate, pipet tetes,
timbangan digital, gelas ukur, spatula, kertas saring.
3.2.2 Bahan penelitian
Aquadest, Larutan HNO3 p, larutan HCl p, Larutan KI, sediaan kosmetik
krim siang temulawak, krim siang ponds, krim malam temulawak, krim malam

ponds

3.3

Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kosmetik krim pemutih

wajah yang bermerek A1, A2, B, dan C, sehingga jumlah total sampel adalah 4
sampel (A-1, A-2, B, C). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak
berdasarkan teknik purposive sampling. Sampel dibeli dari dua pasar Setia Budi.
Merek kosmetik krim A yang dipilih yaitu merek yang paling banyak beli

Universitas Sumatera Utara

konsumen karena memiliki harga yang relatif murah ya. Sedangkan merek
kosmetik krim B, dan C tidak terlalu murah.

3.4 Cara Penetapan parameter
Pemeriksaan merkuri pada krim pemutih wajah yang di peroleh di pasar
setia budi dilakukan dengan metode secara kualitatif.


3.5

Prosedur Penelitian

3.5.1 Penyiapan sampel
Untuk membuat larutan yang akan diujikan kandungan merkurinya (larutan
sampel), langkah-langkahnya yaitu sampel ditimbang sebanyak 2 g, kemudian
dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah berisi sedikit air, larutan sampel
diaduk dengan batang pengaduk setelah itu ditambahkan aquades sebanyak
25 mL dan 5 mL HNO3 pekat. Penambahan HNO3 pekat berfungsi untuk
melarutkan logam merkuri karena sifat logam merkuri yang larut dalam asam
nitrat (HNO3) pekat (Vogel, 1990). Larutan sampel yang telah dicampur dengan
asam nitrat pekat direfluks selama 30 menit sampai larutan menjadi jernih
kemudian didinginkan. Langkah selanjutnya adalah dilakukan penyaringan
dengan kertas saring untuk memperoleh filtrat. Filtrat inilah yang akan diuji
kandungan merkurinya.
3.5.2 Prosedur analisis kualitatif
Untuk analisa kualitatif merkuri langkah kerja yang dilakukan adalah filtrat
diambil sebanyak 2 mL lalu ditambahkan 1-2 tetes larutan KI 0,5 N, kemudian


Universitas Sumatera Utara

larutan sampel dipanaskan jika positif maka akan terbentuk endapan merah orange
HgI2.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Pemeriksaan Merkuri Pada Krim Pemutih Wajah Secara
Kuliatatif
Sampel yang diuji adalah sebagai berikut pada table dibawah ini :
No
Merek kosmetik
Jenis kosmetik
Kode kosmetik
1


Temulawak

Krim siang

A1

2

Temulawak

Krim malam

A2

3

Ponds

Krim siang


B

4

Garnier

Krim siang

C

Dari distribusi tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sampel kosmetik memiliki 2
jenis kosmetik berbeda. Yakni krim siang dan krim malam. dari tabel kode
kosmetik sampel dapat dijelaskan yakni, krim siang dari merek kosmetik
temulawak diberi kode “A1” krim malam dari merek kosmetik temulawak diberi
kode “A2”. Ponds krim siang diberi kode “B”, Garnier diberi kode “C”, Jadi total
sampel peneliti adalah 4 sampel.
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan kandungan merkuri (Hg) pada sampel secara
kualitatif
No


Kode kosmetik

Kandungan merkuri

1

A1

-

2

A2

+

3

B


-

4

C

-

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 4.2 , dapat diketahui bahwa sampel kosmetik kode A2 berdasarkan
hasil uji laboratorium yakni dengan penambahan larutan KI menghasilkan
endapan warna merang orange. Maka kosmetik tersebut positif mengandung
merkuri. Sedangkan ketiga jenis kosmetik yang lainnya yaitu kode A1,B, dan C
hasilnya negatif atau tidak mengandung merkuri.
Merkuri adalah logam beracun yang, bahkan dalam konsentrasi rendah,
dapat mengganggu kesuburan, menekan sistem imunitas, merusak ginjal,
menyebabkan kerusakan saraf, dan mengganggu kerja otak. Krim pemutih
(Whitening Cream) yang mengandung merkuri (Hg) tidak aman digunakan karena

Merkuri dan senyawanya termasuk dalam Daftar Kosmetik yang Dilarang. Sesuai
Lampiran I Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.42.1018 Tahun 2008
tentang bahan kosmetik, dinyatakan bahwa merkuri dan senyawanya termasuk
dalam daftar kosmetik yang dilarang kecuali Merkuri dalam senyawa seperti yang
tercantum dalam Lampiran IV Daftar bahan pengawet yang diizinkan digunakan
dalam kosmetik, garam Fenil Merkuri dan Thiomersal (NN) digunakan sebagai
pengawet untuk sediaan tata rias mata. Dan pembersih tata rias mata dan
mencantumkan peringatan penandaan kemasan “mengandung senyawa fenil
merkuri” dan “mengandung tiomersal”.
Merkuri digunakan sebagai bahan untuk pemutih kulit. Akan tetapi
penggunaan merkuri pada sediaan krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal
mulai dari perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik
hitam pada kulit, alergi, dan iritasi kulit. Pada pemakaian dosis tinggi dapat
menyebabkan

kerusakan

permanen

pada


otak,

ginjal,

dan

gangguan

perkembangan janin (BPOM, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/Menkes/Per/V/1998, melarang
penggunaan merkuri, sebab merkuri inorganik dalam krim pemutih (yang
mungkin tak mencantumkannya pada labelnya) bisa menimbulkan keracunan bila
digunakan untuk waktu lama.Walau tidak seburuk efek merkuri gugusan yang
tertelan (yang dari makan ikan tercemar), tetap menimbulkan efek buruk pada
tubuh. Kendati cuma dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk
kedalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh. Gejala keracunan merkuri

akibat pemakaian krim kulit muncul sebagai gangguan system saraf,seperti
tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan abnormal
(ataxia), gangguan emosi, dan depresi.
Analisis merkuri dilakukan dengan metode secara kualitatif. Pertama
sampel krim ditimbang sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan kedalam
Erlenmeyer yang telah berisi sedikit air, larutan sampel diaduk dengan batang
pengaduk setelah itu ditambahkan aquades sebanyak 25 mL dan 5 mL
HNO3 pekat. Penambahan HNO3 pekat berfungsi untuk melarutkan logam
merkuri karena sifat logam merkuri yang larut dalam asam nitrat (HNO 3) pekat
(Vogel, 1990). Larutan sampel yang telah dicampur dengan asam nitrat pekat
direfluks selama 30 menit sampai larutan menjadi jernih kemudian didinginkan.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan penyaringan dengan kertas saring untuk
memperoleh filtrat. Filtrat inilah yang akan diuji kandungan merkurinya.
Kemudian diambil filtrate 2 ml dan ditetetesi 1-2 tetes pereaksi KI dan apabila
terjadi endapan merah orange, maka krim tersebut mengandung merkuri dan
sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 4 krim dengan kode

sampel A1, A2 , B , dan C. Pengujian pertama pada sampel kode A1 yakni krim
siang tidak mengandung merkuri (Hg), pengujian kedua dengan sampel krim
malam dengan kode sampel A2 hasilnya positif mengandung Merkuri (Hg) karena
pada penambahan pereaksi KI menghasilkan warna endapan merah orange. Pada
pengujian ketiga dengan sampel krim siang dengan kode B tidak mengandung
merkuri atau negatife. Dan pada pengujian keempat yaitu krim siang dengan kode
C tidak mengandung merkuri atau negatife. Dari hasil tersebut kita tahu bahwa
krim malam dengan kode A2 saja yang mengandung merkuri.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampel krim pemutih

wajah yang diuji positif mengandung merkuri adalah sampel kode A2 sedangkan
kode A1, B, dan C negatif atau tidak mengandung merkuri.

5.2

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dengan metode secara
kuantitatif sehingga dihasilkan kadarnya dan jumlah sampel krim yang diuji
lebih banyak.
2. Lebih waspada untuk memilih kosmetik krim pemutih wajah dipasaran yang
mengandung merkuri.

Universitas Sumatera Utara