Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

ABSTRAK
Tamisa Risa Rambe *
Muhammad Husni **
M. Siddik ***
Perlindungan konsumen merupakan salah satu perkembangan hukum di
Indonesia, hal ini dianggap perlu pada zaman sekarang ini, karena saat ini banyak
sekali dijumpai kasus-kasus pelanggaran konsumen yang dilakukan oleh pelaku
usaha, antara lain masalah yang menyangkut mutu barang, harga barang, kualitas
produk yang tidak menjamin keamanan konsumen, persaingan curang,
pemalsuan, penipuan, periklanan yang menyesatkan. Hal tersebut tidak saja
merugikan keselamatan konsumen, namun juga merugikan konsumen secara
finansial. Maka dari itu lahirlah Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen yang memuat ketentuan terkait pelaksanaan
perlindungan konsumen di Indonesia, serta mencakup hak dan kewajiban pelaku
usaha dan konsumen. Dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan
POM) berkewajiban untuk mensosisalisasikan dengan jelas dan detail mengenai
layak atau tidaknya suatu produk untuk dikonsumsi kepada konsumen atau
khalayak ramai. Berdasar uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu: Bagaimanakah perlindungan konsumen terhadap makanan yang
mengandung zat berbahaya menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, pengawasan BPOM terhadap makanan yang mengandung zat

berbahaya, Bagaimanakah penyelesaian sengketa akibat makanan mengandung
zat berbahaya, dengan mengangkat judul “Perlindungan Konsumen Terhadap
Makanan yang Mengandung Zat Berbahaya Ditinjau Dari Undang Undang
Perlindungan Konsumen ( Studi di BPOM )”
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris dan yuridis
normatif dengan sifat penelitian deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu data sekunder dan data primer. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu studi lapangan dan studi kepustakaan. alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kewajiban pelaku usaha untuk beritikad baik dimulai sejak
barang dirancang atau diproduksi sampai pada tahap purna penjualan, sebaliknya
konsumen hanya diwajibkan beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan/atau jasa, Badan POM ditetapkan menjadi LPND yang mempunyai
tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar lebih
terarah pengawasan tersebut, dan penyelesaian senngketa dilakukan melalui
peradilan umum (litigasi), diluar peradilan umum (nonlitigasi) yang tentunya
dibantu oleh Badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK).

Kata kunci :Perlindungan Konsumen, Makanan Berbahaya, BPOM
*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**Dosen Pembimbing I
*** Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara