BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN SOLUSI DALAM PROSES PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK GUMELEM A. Proses Pemasaran Batik Gumelem - PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK GUMELEM DI DESA GUMELEM KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006-2016 - repository perpu

BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN SOLUSI DALAM PROSES PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK GUMELEM A. Proses Pemasaran Batik Gumelem Untuk mengetahui prorses pemasaran batik Gumelem perlu dilakukan

  pembahasan mengenasi aspek pasar dan pemasaran dari usaha batik Gumelem. Aspek pasar akan menyangkut analisis permintaan, penawaran, serta tingkat persaingan dan peluang pasar. Sementara itu pada aspek pemasaran akan dibahas tentang harga, rantai pemasaran, peluang pasar dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran batik tulis Gumelem.

1. Aspek Pasar a. Permintaan

  Permintaan dalam produk batik dapat dikategorikan kedalam duan jenis produk. Pertama, permintaan terhadap produk batik yang akan digunakan sebagai bahan baku usaha konveksi yaitu untuk diolah lebih lanjut menjadi pakaian jadi, keuda, permintaan terhadap produk batik yang siap pakai yaitu berupa batik selendang, jarik, sarung dan lain- lain. Adapun sumber permintaan yang datang terdiri dari pasar lokal (domestik) dan permintaan yang datan dari luar negeri (ekspor).

  Kecenderungan peningkatan permintaan terhadap produk kerajinan batik Gumelem yang datang dari pasar domestik akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  1) Animo masyarakat meningkat terhadap penggunaan batik sebagai pakaian siap pakai. didukung lagi adanya pengakuan internasional bahwa batik menjadi ikon budaya. Memakai batik menjadi kebanggan bangsa.

  2) Dinamika para pengusaha batik Gumelem dalam memproduksi berbagai jenis produk dan morif batik. Hal ini dikaitkan dengan peranan para usahawan kerajinan batik dalam upaya mereka mencari bentuk, jenis dam motif batik yang berkembang sesuai dengan prefensi masyarakat sehingga mampu menarik minat para konsumen.

  3) Teknologi pembuatan batik yang makin berkembang, sehingga harga batik dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

  4) Program pemerintah daerah dalam mendorong meningkatnya peran sektor usaha kerajinan batik dan kepariwisataan.

b. Penawaran

  Secara industri, penawaran batik dan berbagai jenis produk ikutannya akan sayang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Keterampilan tenaga kerja

  Nilai seni yang tinggi dari produk batik tulis menysaratkan keterampilan para pembatik. Motif-motif tradisional maupun modern, teknik perpaduan warna dan kerapihan hasil produksi menentukan harga batik tersebut. Makin detail motif, makin banyak warna dan makin rapi (halus) maka harga batik makin mahal.

  Sejalan dengan keterampilan pembatik tulis membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih lama, baik dari proses maupun teknik pembatikan. Menurutk Ibu Giat Saptorini (pemilik Giat Usaha) secara garis besar pengerjaan satu unit sarung selendang membutuhkan membutuhkan waktu 2-3 minggu, sedangkan untuk bahan kemeja atau blus memerlukan waktu sekitar 1 minggu, tergantung motif dan warna yang diinginkan. 2) Peran konsumen

  Terkait dengan produk jadi batik, misalnya pakaian (garmen) ada kecenderungan datang dari saran dan kehendak dari para konsumen terutama konsumen luar daeerah antarai lain yang menyangkut motif batiknya, kemurnian warna dan musim-musim pesanan. 3) Harga bahan baku dan pembantu

  Akhir-akhir ini, harga bahan baku dan bahan pembantu cenderung meningkat, sehingga sangat berpengaruh terhadap jumlah dan jenis produk pembatikan. Sekalipun jumlah ketersediaan pasokan relatif tidak berubah, tetapi dirasakan semakin berat oleh produsen karena harga bahan-bahan tersebut cenderung meningkat. Oleh karena itu para produsen cenderung pula untuk tidak menyimpan persediaan bahan-bahan terlalu banyak disamping karena produksi hanya dikaitkan dengan jumlah yang pasti (fixed) dari para pemesan, juga dapat mengurangi biaya- biaya overhead.

c. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

  Makin terbuka pasar batik, menstimulir makin banyaknya pengaruh batik berkembang. Terlebih dengan teknologi yang mendukung, batik dapat dibuat dengan lebih cepat dan lebih murah (batik cap). Tingkat persaingan dapat dilihat dari bermunculnya tempat-tempat grosir perdagangan bati di sekitar wilayah Banjarnegara. Berkembangnya pasar-pasar grosir baru ini menjadi indikasi awal makin maraknya usaha batik berkembang. Meskipun persaingan cederung meningkat tetapi berdasarkan informasi dari pengrajin batik mengklaim bahwa usaha batik masih menguntungkan, hal ini karena usaha batik sangat dinamis dari segi motif maupun warnanya yang dapat mengikuti selera pasar, bahkan harga juga sangat variatif.

  Adapun pesaing potensial dari negara lain dalam industri batik Indonesia adalah Cina, Thailand dan Malaysia. Persaingan ini dapat diatasi apabila Indonesia mampu memproduksi batik dengan desain, motif dan pewarnaan yang khas Indonesia. Khususnya terhadap produk-produk batik tulis, Indonesia masih berada di posisi utama karena Indonesia mampu menguasai proses dan teknis pembatikan batik tulis dengan kualitas tinggi dan juga motif Indinesia yang halus sehingga mempunyai nilai-nilai seni yang tinggi.

  Dengan demikian meskipun tingkat persaingan makin tajam, sepanjang pengusaha mempunyai kreativitas dan selalu mengikuti perkembangan pasar maka usaha batik dapat terus bertahan bahkan berkembang pesat. Terlebih pasar batik tidak sebatas pasar domestik. Pasar ekspor pun masih terbuka lebar.

2. Aspek Pemasaran a. Harga

  Secara umum harga batik sangat variatif darin puluhan ribu rupiah sampai jutaan rupiah. Pembentukan harga ini dipengaruhi dari jenis produk batik, bahan baku, proses pewarnaan dan detail motif yang dikehendaki. Harga batik juga dipengaruhi oleh musim, harga cenderung meningkat terutama ketika musim hari besar keagamaan, musim tahun ajaran baru serta musim lubur sekolah. Pada masa itu, biasanya bahan produk harganya tinggi, seiring dengan banyaknya pesanan yang datak ke produsen batik. Siklus ini relatif terjadi sepanjang tahun, oleh karena itu bagi pengusaha batik yang bermodal kuat akan menyiapkan musim-musim tertentu dengan membuat stok produksi.

b. Rantai Pemasaran

  Proses pemasaran batik Gumelem dapat dilaksanakan melalui pola pemasaran sebagai berikut: 1) Pemasaran langsung kepada para pembeli grosir di kota-kota lain 2) Pemasaran melalui pasar grosir di Banjarnegara, Banyumas dan sekitarnya.

  3) Pemasaran langsung kepada pembeli akhir (konsumen poduk siap pakai) di butik-butik merrka sendiri.

  Pemasaran yang banyak terjadi adalah butir a dan b dengan jumlah dan volume yang besar . pemasaran produk, utamanya bagi para pengusaha pengrajin batik skala besar adalah membuka butik sendiridengan maksud menangkap pembeli eceran yang mengunjungi lokasi industrinya. Kunjungan ke industri sekaligus sebagai upaya untuk mengenalkan proses pembuatan batik kepada konsumen sehingga diharapkan dapat meningatkan kecintaan dan penghargaannya terhadap batik yang memang mempunyai nilai seni yang tinggi. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Giat Saptarini pemilik Giat Usaha juga mengemukakan proses pemasaran batik Gumelem melalui promosi saat ada acara besar seperti acara Dieng Cultur Festival di Dieng dan acara Car Free Day di Jakarta dengan cara memebuka stand untuk memperkenalkan sekaligus menjual batik Gumelem.

c. Kendala Pemasaran

  Berdasarkan informasi dari responden peneliti (batik Giat Usaha) menyampaikan bahwa untuk batik tulis umumnya pemasaran tidak mengalami kesulitan yang besar karena pembeli batik tulis biasanya merupakan konsumen yang mempunyai kecintaan terhadap batik.

  Adapun kendala yang dirasakan berat bagi pengusaha batik skala mikro-kecil, umumnya persaingan batik tulis dengan batik cetak, karena batik cetak merupaan produk batik yang diproduksi secara masal, cepat dan relatif lebih murah dari batik tulis. Kemajuan teknologi dapat mencetak batik (printing) dengan kualitas yang menyerupai dengan batik tulis. Lebih jauh, konsumen yang awam terhadap batik cenderung membeli batik cetak yang menurutnya lebih bervariasi warna dan motifnya serta harga lebih terjangkau.

B. Analisis Faktor Penghambat

  Perkembangan batik tulis Gumelem memang masih kalah bersaing dengan batik dari daerah lain seperti batik pekalongan, Solo dan batik Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha batik Gumelem, lurah desa Gumelem dan pengamat batik Gumelem. Faktor-faktor yang dinilai ssbagai faktor penghambat perkembangan usaha batik Gumelem adalah sebagai berikut:

1. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)

  Usaha batik tulis Gumelem sebagian besar termasuk dalam kategori Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kelemahan yang sering ditemui dalam sektor UMKM adalah lemahnya manajerial usaha. Dalam lingkungan yang berubah sangat cepat seperti saat ini, dibutuhkan keahlian pengusaha untuk tidak hanya berproduksi melainkan bagaimana mengelola organisasi agar tetap eksis dengan perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat. Industri batik Gumelem secara umum belum dikelola dengan baik, hal ini karena mayoritas para pembatik hanya menjalankan pembatikan sebagai usaha sampingan saja. Rata-rata pembatik menyatakan bahwa alasan mereka menjadi pembatik adalah untuk mendapat tmbahan penghasilan, tanpa harus meninggalkan tanggung jawab domestik mereka sebagai ibu rumah tangga dan petani. Pekerjaan membatik dapat mereka lakukan sambil tetap mengurus rumah tangga dan mengurus ladang. Hal ini juga dieluhkan oleh pemilik griya batik Giat Usaha ibu Giat saptarini yang mengalami kekurangan pekerja sehingga produksi batik menurun disaat musim panen padi tiba karena mayoritas pekerjanya adalah petani dan buruh tani. Karena membatik menjadi pekerjaan sampingan sehingga usaha-usaha untuk melakukan pengembangan seperti inovasi dan promosi cukup sulit dan terbebankan kepada para pemilik griya batik sendiri karena para pembatik cenderung monoton dan enggan berinovasi jika tidak diminta pemilik usaha batik (Giat saptarini, wawancara tanggal 10 November 2017).

  Sikap generasi muda di Kabupaten Banjarnegara terutama di sekitar sentra usaha Batik Gumelem untuk menekuni batik pada umumnya masih kurang positif, sehingga mereka membatik hanya sebagai pekerjaan sampingan dan penghasilam yang tidak signifikan dalam menambah pendapatan keluarga, sehingga mereka baru tergerak menekuni batik setelah menjadi ibu rumah tangga. Secara rata-rata pada umumnya pengrajin batik di desa Gumelem telah berusia diatas 40 tahun, sedangkan yang berasal dari golongan muda masih sangat terbatas, hal ini menunjukan tidak baiknya sistem regenerasi. Sedikitnya generasi muda yang menekuni kerajinan batik disebabkan karena pendapatan rata-rata perhari para pengrajin batik dianggap kurang mencukupi kebutuhan rumah tangga dan ada anggapan membatik dinilai sebagai pekerjaan jadul/kuno dan kurang bergengsi, serta tidak semua orang bisa membatik karena batik merupakan seni yang butuh keuletan dan ketelatenan, sehingga generasi muda di desa Gumelem lebih memilih bekerja di pabrik atau merantau ke Jakarta yang dianggapnya lebih mudah dan tidak membutuhkan skil atau keahlian khusus (Suwardjo, wawancara tanggal 5 Desember 2017).

  Permasalahan tersebut mulai ditanggapi serius oleh pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dengan melakukan pembinaan dan pelatihan pembatikan, bantuan modal usaha UMKM batik untuk memajukan usahanya dan memasukan batik Gumelem sebagai mata pelajaran muatan lokal (Mulok) di sekolah dasar (SD) untuk memupuk kesadaran pentingnya melestarikan warisan leluhur yang terjaga keasliannya.

2. Faktor Operasional

  Inovasi menjadi suatu keharusan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis. Iniovasi ini bisa diartikan luas tidak hanya sekedar bagaimana membuat varian suatu produk, namun juga terobosan-terobosan dalam upaya pemasaran. Dalam hal inovasi, batik Gumelem masih terbilang rendah, terlihat dari motif batik Gumelem yang masih sedikit bila dibandingkan dengan motif batik dari Solo, Yogyakarta dan Pekalongan, dan sederhannaya peralatan produksi yang digunakan serta tidak semua proses produksi batik dilakukan di masing-masing sentra. Akan tetapi saat ini kesadaran pengrajin dan pemilik griya batik perlahan mulai membaik dengan membuat motif batik kontenporer yang menggambarkan konsisi alam di daerah banjarnegara.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengusaha dan pengrajin batik di desa Gumelem, hal-hal yang menghambat mereka untuk menghasilkan dan menerapkan inovasi-inovasi dalam proses pembatikan serta menghambat mereka untuk menggali kreatifitas dengan membuat desain atau motif batik baru, yaitu: a. Kurangnya ide untuk membuat motif, corak dan warna baru

  b. Ada rasa kekhawatiran bahwa motif baru yang dihasilkan tidak laku di pasaran c. Sudah terbiasa membuat motif atau corak batik yang selama ini dibuat

  d. Motif yang terbiasa dibuat masih banyak diminati oleh konsumen

  e. Permintaan pasar akan motif batik yang selama ini dibuat masih tinggi sehingga malas membuat motif baru f. Butuh waktu lama untuk mempelajari motif dan proses pembatikan baru g. Tidak telaten

  h. Timbul rasa malas untuk mencoba melakukan sesuatu yang baru dalam proses pembatikan i. Malas untuk merubah pola dan ritme kerja selama ini j. Batik Gumelem terkenal dengan masih menjaga pakem dari jaman dahulu, sehingga pembatik terkadang tidak mau menyalahi pakem yang telah ada. k. Terbatasnya modal usaha sehingga takut untuk berinovassi mencoba hal baru dalam pembatikan karena takut rugi

  Tidak semua pembatik mempunyai jiwa seni yang tinggi dalam berinovasi membuat motif batik baru (Giat saptarini, wawancara tanggal

  10 November 2017).

  Meskipun dalam batik terdapat berbagai pakem tetapi inovasi tetap diperlukan agar batik bisa bertahan dan bersaing dengana jenis pakaian yang lain. Untuk dapaat menjangkau konsumen kaum muda, batik perlu melakukan inoavasi motif batik modern dengan berbagi inovasi corak dan warna sesuai permintaan pasar. Dengan morif yang bervarisi maka konsumen yang dijaring pun semakin luas dan kaum muda tidak lagi enggan mengenakan kain batik dan pandangan bahwa batik merupakan pakaian orang tua dapat hilang. Tanpa variasi dan moderninasi batik akan terkesan monoton dan tidak bisa bertahan membudidaya sampai saat ini. Hal inilah yang perlu diperhatikan secara serius oleh para pengrajin batik Gumelem karena dengan inovasi, batik Gumelem akan dapat berkembang dan masuk ke pasar yang lebih luas lagi.

  Teknologi yang masih sederhana menyebabkan produksi batik tidak maksimal, membutuhkan waktu yang lama dan biaya produksi menjadi mahal. Biaya produksi yang mahal tersebut akan mempengaruhi permintaan batik di pasar sehingga menurunkan penjualan. Serta naiknya harga bahan baku seperti kain, bahan pewarna, malam dan lain-lain. Menyebabkan biaya produksi semakin meningkat. Untuk mengimbangi kenaikan bahan baku pengrajin batik tidak bisa dengan cepat menaikan harga jual produksinya, hal ini disebabkan karena intensitas persaingan pasar batik sangat tinggi baik sesama batik tulis maupun batik cap dan printing yang memiliki harga jauh lebih murah. Harga bahan baku juga sangat berfluktuatif karena bahan baku merupakan aspek yang mempengaruhi biaya produksi yang kedepannya berakibat terhadap kenaikan harga jual.

3. Faktor Pemasaran

  Dengan semakin membaiknya perhatian pemerintah terhadap industri batik, ternyata semakin menumbuh kembangkan kerajinan batik di berbagai daerah baik batik tulis maupun batik cap. Dengan kondisi ini ternyata menyebabkan persaingan semakin ketat. Meskipun batik tulis memiliki segmen pasar tersendiri dibanding dengan batik cap, namun dalam kenyataannya pasar batik di Banjarnegara masih relatif sama dengan batik dengan batik cap. Dengan kondisi ini ternyata menyebabkan persaingan semakin ketat. Meskipun batik tulis memiliki segmen pasar tersendiri dibanding dengan batik cap, namun dalam kenyataannya pasar batik tulis Gumelem masih relatif sama dengan pasara batik cap ( Bangun, wawancara tanggal 10 November 2017).

  Batik tulis dengan kualitas dan nilai seni yang tinggi memiliki segmen pasar menengah keatas, sementara batik cap memiliki segmen pasar menengah kebawah. Hal tersebut menjadi masalah karena batik tulis harus bersaing dengan batik cap dengan harga yang lebih murah serta warna dan motif yang lebih bervariasi serta kecenderungan masyarakat sekitar desa Gumelem yang mayoritas tergolong masyarakat menengah kebawah sehingga kecenderungan memilih batik cap lebih besar. Salah satu jalan untuk memenangkan bersaingan batik tulis Gumelem di pasar adalah dengan cara meningkatkan kualitas dan menentukan deferenisasi sehingga dapat menjangkau segmen pasar menengah ke atas, dimana segmen pasar ini semakin bertambah baik dari jumlah maupun daya belinya.

  Corak khas sebuah batik adalah faktor utama dalam keberhasilan pemasaran batik. Batik tulis Gumelem memiliki modal dalam bidang ini karena batik Gumelem memiliki motif khas yang hanya dimiliki batik Gumelem yaitu motif Gilar-Gilar, motif Dawet Ayu dan motif Candi Dieng . Motif-motif tersebut adalah motif perlambang daerah Banjarnegara sehingga bisa menjadi daya tarik untuk pembeli lokal daerah Banjarnegara. Serta keunikan batik Gumelem yaitu pembatikan di kedua sisi kain dan motif geometrik yang mempunyai warna tajam bisa menjadikan brand image yang kuat untuk bersaing di pasar nasional.

  Selain corak khas, promosi juga menjadi faktor utama dalam keberhasilan proses pemasaran batik. Tidak adanya koperasi batik Gumelem mempersulit pengrajin batik untuk melakukan promosi sehingga pengrajin kebanyakan melakukan promosi secara mandiri. Sayangnya, selama ini pengrajin batik tulis Gumelem masih banyak yang tidak melakukan promosi secara rutin. Para pengrajin dan pengepul hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut saja. Promosi yang dilakukan hanya sebatas mengikuti pameran batik yang sifatnya tidak rutin dan jika difalsilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten banjarnegara atau Paguyuban Batik Banjarnegara (PBB) pameran ini biasanya dilakukan hanya saat acara-acara besar. Para pengrajin belum mengoptimalkan pemasaran secara modern seperti periklanan dan pemasaran menggunakan internet sehingga mengakibatkan kalahnya persaingan batik Gumelem dengan batik lain seperti batik sokaraja yang bahkan sudah mempunyai Griya batik yang cukup besar seperti batik Anto Djamil yang peresmiannya mengundang beberapa tokoh terkenal seperti Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

  Meskipun para pengusaha batik Gumelem yang cukup besar dan mampu menghasilkan motif batik yang halus seperti Griya Batik Giat Usaha dan Tunjung Biru mulai mandiri dalam mempromosikan batik Gumelem seperti mengikuti pameran di luar daerah dan mengikutsertakan batik Gumelem karyanya dalam beberapa acara fashion show, mereka masih merasa kerepotan mempromosikan batik karena permodalan yang terbatas dan sulitnya permintaan modal kepada Pemerintah Daerah Banjarnegara dalam hal promosi.

  Jaringan bisnis yang dimiliki oleh pengusaha batik di desa Gumelem umumnya masih sempit, meskipun batik Gumelem sudah merambah pasar di luar Jawa seperti Sulawesi, kalimantan, Jambi, Palembang dan daerah Sumatra lainnya, jaringan bisnis lokal masih menjadi andalan pemasaran batik tulis Gumelem. Membentuk koperasi batik Gumelem dan memperluas jaringan bisa diharapkan mampu untuk meningkatkan pemasaran batik tulis Gumelem. Dengan jaringan bisnis yang baik hendaknya batik Gumelem mampu menguasai pasar industri batik di daerah sekitar seperti Kabupaten Purbalingga, Kabupaten banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen ( Bangun, wawancara tanggal 10 November 2017).

4. Faktor Lingkungan Bisnis

  Letak desa Gumelem yang jauh dari kota Banjarnegara dan tidak dilalui jalan raya antar provinsi serta jauhnya dari tempat pariwisata menimbulkan permasalahan di lingkungan bisnis. Tidak seperti batik Banyumas yang terletak di Sokaraja yang merupakan lokasi pusat oleh- oleh para pelancong dan dekat dengan kota Purwokerto menjadi kelebihan batik banyumas dalam mempromosikan batik daerahnya. Batik Gumelem bisa dikatakan berada di tempat yang cukup terpencil di ujung barat Kabupaten Banjarnegara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, dan mayoritas para pengusaha batik Gumelem membuka Griyanya di rumahnya sendiri yang jauh dari jalan raya sehingga bagi orang awam yang melewati jalan raya Susukan mengira tidak ada kegiatan pembatikan di daerah itu. Hal tersebut mulai ditangani secara serius oleh Pemerintah daerah Banjarnegara untuk memudahkan para pengusaha batik dalam mempromosikan karyanya dengan menjadikan desa Gumelem menjadi tempat wisata lokal dan membuat gapura besar bertuliskan sentra batik Gumelem di pintu masuk desa Gumelem ( Bangun, wawancara tanggal 10 November 2017).

  Perubahan selera masyarakat berkaitan dengan kecenderungan preferensi konsumen saat ini yang lebih tinggi untuk produk-produk kain atau pakaian jadi non batik. Perubahan selera pasar akan akan batik senantiasa beruba, hal ini menyebabkan pengrajin batik harus terus senantiasa menyesuaikan dengan selera pasar tersebut. Untuk menyesuaikan dengan selera pasar pengrajin dituntut untuk untuk inovatif dan aktif mencari informasi pasar dan informasi pesaing. Perubahan selera masyaarakat akan batik kurang direspon kuat oleh para pengrajin batik skala industri kecil sehingga terjadi persaingan dengan substansi batik skala besar dengan modal kuat yang baik dalam sistem pemasaran.

  Pergeseran selera masyarakat ini menandakan kurangnya inovasi batik dalam produksi maupun upaya-upaya marketing pelaku usaha batik. Aktivitas untuk meniptakan pasar baru dirasa masih kurang. Khususnya yang menyasar konsumen muda yang sudah mempunyai penghasilan, padahal konsumen lama yang cenderung mengurangi pola konsumennya atau tidak lagi membeli karena daya belinya melemah.

  Ketidak tahuan masyarakat dalam merawat batik khususnya batik Gumelem juga menjadi masalah yang cukup pelik sehingga timbul keyakinan di masyarakat bahwa batik Gumelem mudah luntur dan rusak saat di cuci. Hal ini perlu ditangani secara seirus dengan mengajarkan konsumen dalam perawatan batik Gumelem yang baik dan benar sehingga batik menjadi awet, karena dipasaran muncul berbagai produk pengganti batik tulis Gumelem baik berupa batik tulis yang dihasilkan dari daerah lain, batik cap maupun batik lurik yang sekarang mulai digemari. Agar dapat bersaing dengan produk pengganti yang jumlahnya relaif banyak maka pengrajin batik Gumelem harus meningkatkan kualitasnya dengan memberikan kekhasan tersendiri yang tidak ada di produk lain dan edukasi terhadap masyarakat sekitar tentang pentingnya melestarikan batik tulis Gumelem ( Ngisriyah, wawancara tanggal 10 November 2017).

5. Faktor Keuangan

  Usaha batik tulis Gumelem pada umumnya merupakan home

  

industry dengan anggota keluarga atau warga sekitar sebagai tenaga kerja

  dengan menggunakan modal yang terbatas. Terbatasnya permodalam menyebabkan pengrajin batik tulis Gumelem tidak mampu meningkatkan kapasitas produksinya untuk meningkatkan pangsa pasarnya.

  Sulitnya mengakses kredit di perbankan maupun lembaga keuangan menjadi alasan klasik tidak berkembangnya sebuah usaha.

  Pengrajin batik tulis Gumelem merasakan mengalami kendala dalam mendapat akses kredit. Beberapa kendala yang menyebabkan pengrajin batik tulis Gumelem merasakan sulitnya untuk mendapat akses kredit diantaranya adalah ketidakmampuan dalam menyediakan jaminan, rendahnya presentase administrasi yang dimiliki seperti tidak dimilikinya laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perbankan, tidak dimilikinya perzinan usaha dan ketentuan administratif lainnya. Untuk menyiasati hal tersebut pemerintah memberikan subsidi bunga kredit bagi UKM. Dengan adanya kredit, diharapkan pengusaha mampu melakukan investasi dalam penngembangan usaha batik seperti memberi peralatan yang menggunakan teknologi modern. Kredit modal kerja digunakan pengusaha batik untuk meningkatkan pemasaran batik dan peningkatan kualitas serta mutu batik yang diproduksi.

  C.

  

Keterlibatan Pihak Luar Terhadap Perkambangan Industri Batik

Gumelem

1. Peranan Pemerintah Daerah

  Pemerintsh memegang peran penting dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) termasuk UMKM batik. Beberapa bentuk peran pemerintah daerah dalam pengembangan batik Gumelem adalah:

  a. Mendorong pemakaian batik dengan memerintah semua pegawai pemerintah daerah Banjarnegara untuk mengguakan batik Gumelem. b. Menyusun profil sentra batik Kabupaten Banjarnegara. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sangat menyadari dalam melakukan pembinaan diperlukan adanya data sebagai sumber informasi dalam rangka melakukan pembinaan.

  c. Memberikan pelatihan teknik pembuatan batik untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pengrajin dan sekaligus meningkatkan kuallitas batik tulis Gumelem. Serta memberikan bantuan pemberian alat-alat membatik.

  d. Memberikan bantuan untuk promosi dan pemasaran batik tulis Gumelem dengan mengikutsertakan batik produksi sentra batik Gumelem dalam event-event pameran. Bantuan ini menunjukan adanya dukungan pemerintah kabupaten Banjarnegara terhadap perkembangan industri batik di desa Gumelem sangat positif dalam upaya untuk memajukan industri batik.

  e. Secara aktif bekerja sama dengan forum pegiat batik Banjarnegara dalam melakukan pembinaan, pelatihan dan pendampingan.

2. Peranan Perguruan Tinggi

  Perguruan Tinggi juga mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam perkembangan UMKM di suatu daerah. Peranan Perguruan Tinggi tertuang dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu dharma pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Berikut ini adalah peran yang dilakkukan perguruan tinggi dalam yang sudah dijalankan dalam pengembangan batik Gumelem. a. Dalam pendidikan 1) Menjalankan peran dalam mencerdaskan masyarakat dan trasmisi budaya.

  b. Dalam dharma penelitian 1) Melakukan penelitian untuk mengetahui perkembangan batik Gumelem.

  2) Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan- permasalahan batik di desa Gumelem dan strategi pengembangannya. 3) Melakukan penelitian untuk merumuskan rekayasa sosial pengembangan batik tulis Gumelem.

  4) Melakukan penelitian untuk merumuskan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi pengembangan batik tulis Gumelem.

  c. Dalam pengabdian kepada masyarakat 1) Melakukan sosialisai hal-hal yang bermanfaat bagi pengembangan batik tulis Gumelem.

  2) Bekerjasama dengan pemerintah daerah dan Forum Pengrajin Batik (FPB) Banjarnegara melakukan berbagai pelatihan-pelatihan manajemen usaha dan teknik membatik.

  3) Bekerjasama dengan pemerintah daerah dan Forum Pengrajin Batik (FPB) Banjarnegara melakukan pendampingan dalam rangka pengembangan batik tulis Gumelem.

3. Peranan Paguyuban Batik Banjarnegara (PBB)

  Tujuan didirikan paguyuban ini adalah sebagai wadah berbagi bagi para pengrajin batik di Banjarnegara, untuk berbagi informasi dan pengetahuan pengrajin dalam teknik membatik, perluasan akses jaringan pemasok bahan baku bagi anggota untuk mempermudah dalam memperoleh bahan baku secara lebih mudah dan murah, serta perluasan jaringan.

  Dalam memajukan perkembangan batik tulis Gumelem, Paguyuban Bayik Banjarnegara (PBB) telah menjalankan peranan yang sangat penting. Beberapa kegiatan yang oleh paguyuban ini dalam mengembangkan batik tulis Gumelem adalah:

  a. Melakukan pertemuan secara rutin untuk membahas permasalahan dan perkembangan batik Gumelem.

  b. Bekerjasama dengan beberapa instansi pegiat batik untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan teknis seperti pemolaan, pewarnaan sintetis, pewarnaan alami, pelatihan batik non kain, pengelolaan limbah batik dan inovasi kerajinan bermotif batik.

  c. Melakukan pendampingan dan monitoring pasca pelatihan untuk memastikan hasil penelitian dapat dilaksanakan dengan baik.

  d. Bekerjasama dengan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Kabupaten Banjarnegara mengikuti berbagai pameran batik di tingkat regional maupun internasional.

  e. Melakukan perluasan jaringan pemasok bahan baku untuk mendapatkan bahan baku yang lebih murah dan berkualitas.

  f. Melakukan perluasan jaringan pemasaran untuk memperluas jaringan pemasaran.

  g. Melakukan berbagai kegiatan lain yang dipandang dapat meningkatkan perkembangan batik Gumelem.