BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) - PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANGGULANGI PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 AJIBARANG) - repository

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, di sisi lain, istilah Pendidikan Kewargaan

  menurut Rosyada (dalam Taniredja, 2009: 3), secara subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewargaan secara subtansif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan.

  Secara umum PKn bertujuan membentuk warga Negara yang baik (to be a good citizentship ) dan pembentukan karakter bangsa yang baik (nation and).

  Penjelasan tersebut senada dengan pendapat Achmad Kosasih Djahiri (1995:1) yang mengemukakan bahwa secara khusus tujuan PKn itu bertujuan untuk :

  Membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat,

  7 serta perilaku yang me ndukung upaya untuk mewujudkan keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

  Menurut Taniredja (2009: 16), fokus utama kompetensi PKn bahwa tujuan pembelajaran yang dikembangkan PKn adalah terbentuknya perilaku (sikap), oleh karena itu PKn senantiasa mementingkan terbentuknya sikap atau perilaku. PKn yang berfokus pada dimensi afektif mengharapkan setelah pembelajaran PKn selesai ada sikap tertentu yang tertanam pada peserta didik. Oleh karena itu PKn secara umum berkehendak mengembangkan peserta didik menjadi warga Negara Indonesia yang baik. Namun demikian, sebagai kajian ilmiah, PKn tidak meninggalkan aspek akademik.

  Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tujuan menurut Winataputra (Tukiran, 2009: 17) menegaskan bahwa:

  “Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, oleh sebab itu, diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta keterampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagai warga negara. Dengan demikian, setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang pendidikan harus mencakup pendidikan kewarganegaraan, yang akan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan keterampilan intelektual”.

B. Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Guru

  Dalam Undang-undang RI No.2 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 Sistem Pendidikan Nasional (2003:24) bahwa : Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serat melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

  Guru adalah suatu profesi yang memiliki tanggungjawab yang besar, yaitu menjadikan anak didiknya berhasil dalam bidang akademik maupun non akademik dan menjadi suri tauladan bagi masyarakat umumnya. Oleh karena itu guru harus memiliki keahlian khusus yang bisa didapatnya melalui lembaga pendidikan Moh. Uzer Usman (1996: 6) berpendapat bahwa:

  Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus bagi guru, apalagi sebagai guru yang professional yaitu orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat M. Ansyar dan Nurmatin (1991:35) bahwa:

  “Guru haruslah seorang yang professional yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kepribadian yang tinggi yang menuntut keahlian, dedikasi, dan motivasi yang tinggi dan rasa tanggung jawab terhadap tugasnya”.

  Sasaran utama guru PKn adalah membawa anak didiknya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga Negara yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Numan Somantri (1976:35) :

  Guru PKn harus banyak berusaha agar siswa-siswinya mempunyai sikap yang baik,kecerdasan yang tinggi, serta ketrampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan kearah yang lebih. a. Fungsi dan Peran Guru Di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancaran perjalanan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Guru memiliki berbagai hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.

  Secara umum dalam prinsip-prinsip pendidikan modern sekarang ini menurut Rusyan (1990: 14) bahwa fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut : 1) Guru sebagai pendidik dan pengajar.

  2) Guru sebagai anggota masyarakat guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.

  3) Guru sebagai pemimpin guru harus pandai memimpin. 4) Guru sebagai pelaksana administrasi akan dihadapkan kepada administrasi- administrasi yang harus dikerjakan di sekolah.

  5) Guru sebagai pengelola PBM, harus menguasai situasi belajar mengajar baik dalam kelas maupun diluar kelas.

  Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggungjawab mendidik dari tiga pihak yaitu orangtua, masyarakat, dan Negara.

  Tanggungjawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik, dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orangtua pada umumnya, antara lain : 1) Kasih sayang kepada peserta didik

  Atas dasar rasa kasih sayang ini maka guru dengan sendirinya mudah mengembangkan sifat-sifat baik lainnya, seperti sabar, ada perhatian kepada peserta didik dan suka memahami mereka, suka membantu peserta didik dan suka memahami mereka, suka membantu peserta didik dalam belajar, bersahabat dan merasa dekat kepada peserta didik, tidak pilih kasih (adil).

  2) Tanggungjawab kepada tugas mendidik.

  Didorong oleh rasa tanggungjawab ini guru diharapkan mampu mengembangkan sifat-sifat lainnya seperti tekun, mengutamakan ketertiban, berwibawa, keteladanan dan kepemimpinan, riang gembira, optimistik (Tim Pengembang MKBK IKIP, 1991: 32).

  Ada 19 peran guru menurut Mulyasa (2010: 37-63) yaitu: 1) Guru sebagai Pendidik

  Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

  2) Guru sebagai Pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. 3) Guru sebagai Pembimbing

  Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Ssebagai pembimbing, guru harus merumuskan jalan yang harus ditempuh.

  4) Guru sebagai Pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. 5) Guru sebagai Penasehat

  Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki pelatihan khusus sebagai penasehat dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. 6) Guru sebagai Pembaharu (Innovator)

  Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik,jika tidak, maka hal dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana menjembataninya secara efektif.

  7) Guru sebagai Model dan Teladan Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.

  8) Guru sebagai Pribadi Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.

  9) Guru sebagai Peneliti Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang di dalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti.

  10) Guru sebagai Pendorong Kreativitas Sebagai seorang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. 11) Guru sebagai Pembangkit Pandangan

  Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri tidak memilikinya. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakekat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang menciptakannya.

  12) Guru sebagai Pekerja Rutin Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.

  13) Guru sebagai Pemindah Kemah Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Untuk menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan barangkali membahayakan perkembangan peserta didik, dan memahami mana yang bermanfaat.

  14) Guru sebagai Pembawa Cerita Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur.

  Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa datang.

  15) Guru sebagai Aktor Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton. 16) Guru sebagai Emansipator

  Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai emansipator ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.

  17) Guru sebagai Evaluator Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.

  Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. 18) Guru sebagai Pengawet

  Sebagai pengawet, guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta didik. Oleh karena itu, setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan bidang yang dipilihnya.

  19) Guru sebagai Kulminator Istilah perjalanan merupakan suatu proses pembelajaran, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan, kecuali orang yang berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan bahkan naluri manusia menuntutu adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan dilaksanakan dan dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti untuk melihat ke belakang serta mengukut sifat, arti, dan efektivitas perjalanan sampai tempat berhenti tadi.

  Guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut ini.

  Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh aspek perjalanan. Sebagai contoh, kualitas hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan pikiran- pikirannya secara jelas.

  Kedua, guru harus keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan. Dalam setiap hal peserta didik harus belajar, untuk itu mereka harus memiliki pengalaman dan kompetensi yang dapat menimbulkan kegiatan belajar.

  Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Bisa jadi pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara tuntas dan rinci, tetapi kurang relevan, kurang hidup, kurang bermakna, kurang menantang rasa ingin tau, dan kurang imaginatif.

  Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran? bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? jika berhasil, mengapa, dan jika tidak berhasil mengapa?apa yang bisa dilakukan di masa mendatang agar pembelajaran menjadi sebuah perjalanan yang lebih baik? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya (self directing)?.

  Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

  b. Kompetensi yang Harus dimilki Guru Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning process).

  Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

  Di dalam draf Standar kompetensi Lulusan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama dan Atas, SKGP PGSMP/SMA (Depdiknas, 2004) disebutkan bahwa guru sebagai tenaga professional bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu pengembangan dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan profesionalitas.

  Guru dalam era globalisasi memiliki tugas dan fungsi yang lebih komplek, sehingga perlu memiliki tugas dan fungsi yang lebih komplek, sehingga perlu memiliki kompetensi dan profesionalisme yang standar. Kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan (Depdiknas, 2004).

  Penguasaan materi meliputi pemahaman karakterisitik dan substansi ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodologi ilmu yang bersangkutan untuk memverifikasi dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, penyesuaian substansi dengan tuntutan dan ruang gerak kurikuler, serta pemahaman manajemen pembelajaran. Hal ini menjadi penting dalam memberikan dasar-dasar pembentukan kompetensi dan profesionalisme guru di sekolah. Dengan menguasai materi pembelajaran, guru dapat memilih, menetapkan, dan mengembangkanalternatif strategi dari berbagai sumber belajar yang mendukung pembentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD).

  Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap-tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapannya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam mengoptimalkan perkembangan dan pembelajaran. Guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dihadapkan pada sekelompok individu yang memiliki karakteristik berbeda sesuai dengan jumlahnya. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik oleh para guru menjadi prasyarat dalam memberikan pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing individu peserta didik.

  Pembelajaran yang mendidik terdiri atas pemahaman konsep dasar proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta penerapannya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran. Pembelajaran yang mendidik merupakan upaya memfasilitasi perkembangan potensi individu secara optimal dan bersinergi antara perkembangan potensi pada setiap aspek kepribadian. Upaya memfasilitasi perkembangan setiap aspek kepribadian dalam pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada pembentukan individu yang utuh dalam kompetensi kecakapan hidup yang bertakwa, bermartabat, bermoral, dan betanggung jawab.

  Pengembangan pribadi dan profesionalisme mencakup pengembangann intuisi keagamaan, kebangsaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan mengaktualisasi diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan profesionalisme kependidikan. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka, kritis, dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi, pemahaman terhadap karakterisitik peserta didik, dan melakonkan pembelajaran yang mendidik. Disamping itu, guru perlu dilandasi sifat ikhlas dan bertanggungjawab atas profesi pilihannya, sehingga berpotensi menumbuhkan kepribadian yang tangguh dan memiliki jati diri.

  Keempat standar kompetensi guru tersebut masih bersifat umum dan perlu dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang beriman dan bertakwa, serta sebagai warganegara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab. Pengembangan standar kompetensi guru di atas perlu didasarkan pada (1) landasan konseptual, landasan teoritik, dan peraturan perundangan yang berlaku; (2) landasan empiric dan fenomena pendidikan yang ada, kondisi, strategi, dan hasil di lapangan, serta kebutuhan stakeholder; (3) jabatan tugas dan fungsi guru; merancang, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, serta mengembangkan pribadi peserta didik; (4) jabaran indikator standar kompetensi;rumpun kompetisi, butir kompetensi, dan indikator kompetensi; dan (5) pengalaman belajar dan asesmen sebagai tagihan konkret yang dapat diukur dan diamati untuk setiap indicator kompetensi (Depdiknas, 2004).

  Disamping standar profesi di atas, guru perlu memiliki standar mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik dan psikis, sebagai berikut.

  1. Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya.

  2. Standar moral: guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang tinggi.

  3. Standar sosial: guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat lingkungannya.

  4. Standar spiritual: guru harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, yang diwujudkan dalam ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

  5. Standar intelektual: guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan professional.

  6. Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik, dan lingkungannya.

  7. Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggun pelaksanaan tugas profesionalnya.

  Adanya keharusan guru mengenal karakteristik peserta didiknya, berarti guru harus menguasai dan mendalami psikologi perkembangan peserta didik, yakni sebuah disiplin ilmu yang secara khusus membahas tentang aspek-aspek atau karakterisitik perkembangan peserta didik. Dengan bekal pengetahuan tentang berbagai aspek perkembangan peserta didik ini, di harapkan guru dapat merancang dan melaksanakan program pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik yang dihadapinya. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan peserta didik juga dimungkinkan guru untuk memahami apa yang dibutuhkan, diminati, dan yang hendak dicapai oleh peserta didik, serta dapat memberikan pelayanan yang bersifat individual bagi mereka yang mengalami kesulitan.

  c. Pengertian PKn menurut KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum ini adalah kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menyempurnakan

  Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK), kurikulum ini menghendaki otonomi sekolah untuk berkreativitas mangelola dan mengembangkan metode pendididkan yang cocok bagi para siswanya .

  Ada beberapa hal dasar yang menjadi alasan kenapa KTSP dibuat, kurikulum yang dibuat sebelumnya oleh pemerintah yang berlaku secara nasional tidak melihat kondisi semua sekolah yang ada di negeri ini, kondisi sekolah di negeri ini sebenarnya sangat beragam. Sebagai contoh tidak mungkin kondisi sekolah SMA di Jakarta sama dengan kondisi sekolah yang ada di papua. Sehingga, KTSP ini mungkin bisa menyempurnakan kurikulum yang ada sebelumnya, dengan KTSP sekolah dapat mengembangkan (memperkaya, memodifikasi) metode pendidikan apa saja yang bisa memajukan siswanya namun tetap tidak menyimpang dari kurikulum yang berlaku secara nasional ini.

  Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berbengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan inovasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.

  Salah satu komponen dari sekolah yaitu guru, dimana guru yang sangat berpesan dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan, guru PKn memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan warga Negara Indonesia yang baik, sebab guru PKn dituntut bukan hanya sebagai pemberi materi pelajaran saja tetapi jugabertanggungjawab terhadap pembinaan watak dan karakter siswa. Pembinaan watak dan karakter siswa merupakan pencegahan dan penanggulangan kenakalan pelajar di sekolah.

  Watak atau karakter sesungguhnya merupakan substansif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Untuk meminimalisir kenakalan-kenakalan yang dilakukan pelajar di sekolah, perlu adanya pendekatan yang dilakukan guru. Seperti yang dikemukakan oleh Pullias dan Young (2006:37) mengidentifikasikan sedikitnya ada 19 peran guru diantaranya :

  Guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emancipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator. PKn merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang menfokuskan pelajarannya dan pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas 2003), Adapun tujuan dari mata pelajaran PKn SMP dan MTS (2006: 2) adalah sebagai berikut :

  1) Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

  2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

  d. Sasaran Utama Guru PKn Guru PKn mempunyai tugas dan peran yang lebih banyak dibanding guru mata pelajaram lainnya, karena hal tersebut berkaitan dengan tanggungjawab guru PKn dalam membentuk perilaku siswa di kehidupan sehari-hari sebagai warganegara yang baik. Sasaran utama guru PKn adalah membawa anak didiknya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai warga Negara yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Somantri (1976:35) bahwa :

  Guru PKn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta ketrampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta member dorongan kearah yang lebih.

  e. Peranan Guru PKn dalam Membentuk Perilaku Pelajar yang Baik Salah satu peranan guru yang dapat mengingkatkan sikap dan perilaku pelajar adalah keteladanan yang baik. Adanya keteladanan yang sikap moral dan perilaku pelajar. Setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian yang bisa diteladani anak didiknya baik itu dari bisa sikap maupun penampilannya, sehingga apa-apa yang akan diberikan kepada pelajar sudah tercermin dalam sikap dan perilaku guru tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh M.I Soeleman (1985: 16) bahwa: Guru diharapkan tampil sebagai pendidik bukan saja terhadap anak didiknya namun juga sebagai pendidik di masyarakat yang seyogyanya memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya dan seluruh masyarakat.

Menurut Djahiri dan Ma‟mun (1978), bahwa fungsi guru dewasa ini antara lain:

  a. Guru sebagai perencana, disini guru melakukan tugas peranan sebagai orang yang mencari, memilih dan menetapkan apa-apa yang akan disajikan kepada siswanya.

  b. Guru selaku orang yang melakukan tugas peranan diagnosa, guru disini mengamati murid serta kehidupannya, permasalahan yang dihadapi siswa dan mencari serta menetapkan jenis pengetahuan serta langkah usaha kearah terbinanya siswanya menurut kepatutannya.

  c. Guru selaku penyuluh dan pembina, tugas guru disini ialah berusaha memimpin dan membina siswanya agar dia mampu belajar, guru mendampingi siswa supaya dia mampu melakukan kegiatan dan keputusan- keputusan yang bijaksana baik dalam hal belajar maupun mempersiapkan hari esoknya.

  d. Guru selaku evaluator (orang yang melakukan evaluasi). Guru PKn dituntut tidak hanya memberi materi materi pelajaran saja, tetapi juga bertanggungjawab terhadap pembinaan moral dan perilaku yang sesuai nilai, moral, dan norma yang berlaku di masyarakat sehingga sehingga akan terbentuk warga Negara Inonesia yang baik, bertanggung jawab dan mempunyai karakteristik budaya Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Acmad Kosasih Djahiri (1996:19) tentang Tri Peran PKn yaitu :

  a. Membina dan membentuk kepribadian atau jatidiri manusia Indonesia yang berjiwa pancasila dan berkepribadian Indonesia.

  b. Membina bangsa Indonesia melek politik, melek konstitusi/atau hukum melek pembangunan dan melek permasalahan diri, masyarakat,bangsa, dan bernegara.

  c. Membina pembekalan siswa (Substansial dan potensi dirinya untuk belajar lebih lanjut) Sehubungan dengan peran tersebut guru PKn dituntut untuk membina dan membentuk kepribadian sidan perilaku siswa yang baik, melek politik, mlek hukum untuk menjadi bekal bagi siswa-siswinya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

C. Kenakalan Remaja

  1. Kenakalan Remaja Di dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang khususnya oleh pelajar di sekolah pasti terdapat sebab musababnya mengapa pelajar tersebut melakukan hal tersebut, baik disebabkan oleh faktor intern yang timbul dari dirinya sendiri maupun dari luar.

  Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif. Karena Pada masa remaja banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri anak, baik segi psikis maupun fisiknya. Dalam segi psikis bayak teori-teori perkembangan yang memaparkan ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan pada lingkungan.

  Masalah yang timbul apabila tidak memenuhi tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu :

  a. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.

  b. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.

  Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan bentuk penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan remaja.

  Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat.

  Adapun macam

  • – macam kenakalan remaja yang sering terjadi diantaranya adalah :

  a. Tawuran antar pelajar Tawuran antar pelajar adalah perbuatan yang sangat bodoh, karena dapat merusak fasilitas umum dan fasilitas yg terdapat di sekolah. Tawuran juga dapat merusak masa depan, karena jika tertangkap polisi nama mereka yang tertangkap akan tercemar.

  b. Mencoret-coret dinding sekolah Mencoret-coret secara ilegal adalah perbuatan yang tidak baik, karena dapat membuat kotor sekitar lingkungan. Tetapi jika kita melakukannya dengan baik, coretan coretan itu dapat manjadi karya karya seni yang baik, dan juga dapat manghasilkan mata pancaharian yang baik .

  c. Mencuri Mancuri juga dapat merusak nama baik kita, karena jika kita ketahuan mencuri, kita akan merasa sangat malu, dan kita juga akan di jauhi oleh orang orang yang dekat dengan kita, karena orang itu sudah tidak percaya lagi dengan kita.

  d. Bolos Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan kebiasaan anak menghabiskan waktu luang atau membolos saat jam sekolah salah satunya disebabkan karena pelajaran atau kegiatan di sekolah tidak menarik.

  “Kalau diperhatikan, anak-anak akan berteriak bahagia ketika mendengar bel istirahat atau bel pulang sekolah,” ungkap Kak Seto, beberapa waktu lalu di Jakarta.Lebih lanjut Kak Seto mengatakan, para akedimisi seharusnya lebih memperhatikan kegiatan yang menarik di sekolah sehingga perhatian anak akan fokus pada kegiatan positif di sekolah.Dia menunjuk, sekolah negeri dan perangkatna yang masih kurang maksimal dalam mengajar kreatif. Bahkan Kak Seto menegaskan, belajar bukanlah kewajiban melainkan hak anak.“Banyak guru yang tidak melihat proses kreativitas anak. Padahal tipe kecerdasan dan gaya belajar anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, tapi semuanya disama ratakan. Ini yang membuat anak tidak betah ada di ruang kelas,” paparnya.

  e. Merusak fasilitas sekolah Merusak fasilitas sekolah akan merugikan diri saendiri dan orang lain, karena kita tidak bisa memakai atau manggunakan fasilitas fasilitas tersebut.

  Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju kedewasaan. Kalau digolongkan sebagai anak-anak sudah tidak sesuai lagi, tetapi bila digolongkan dengan orang dewasa juga belum sesuai lagi, tetapi bila digolongkan dengan orang dewasa juga belum sesuai. Maka timbul kesan dan pesan terhadap golongan remaja ini yang beragam sesuai dengan pandangan dan kepentingan masing-masing gambaran kesan dalam Mapiare (1982: 11), tersirat hal-hal sebagai berikut :

  a. Sebagai orang menganggap remaja adalah sekelompok individu yang mengalami perjalanan hidup yang biasa saja, karena akan menjadi oranf dewasa yang wajar sesuai dengan kodratnya, maka tidak perlu dipermasalahkan, kalau masa itu berakhir akan mencapai kedewasaan. b. Segolongan orang menganggap remaja sebagai sekelompok individu yang sering melakukan pelanggaran, menyusahkan orang tua maupun orang lain disekitarnya.

  c. Sekelompok orang menganggap remaja itu sekelompok individu yang dijadikan contoh generasi anak-anak dan wajib menolong/membantu anak- anak maupun orang dewasa dan tua.

  d. Remaja yang sedang tumbuh kembang itu mempunyai potensi-potensi, maka orang menganggapnya dapat dimanfaatkan sebagai generasi bangsa. Remaja berkewajiban merumuskan perjuangan bangsa, memelihara budaya dan mengembangkan potensi diri dan bangsanya. Maka harus mendapat perlakuan, pelayanan, agar dapat mencapai tujuan.

  e. Menurut sebagian remaja sendiri mereka merasa sebagai individu-individu yang dikesampingkan, diacuhkan, karena orang dewasa lebih memperhatikan generasi anak-anak kecil yang sangat butuh perhatian dan pemeliharaan.Seolah-olah remaja sudah dapat mengurusi dirinya sendiri.Remaja masih ingin.mendambakan kasih sayang seperti masa-masa lalu.

  f. Sekumpulan individu yang terdiri atas para remaja merasa sebagai individu- individu yang mempunyai cara hidup tersendiri, di dalam dunia tak boleh/ tak dapat dimengerti oleh orang lain. Bila dilihat dalam GBHN yang dikutip Mapiare (1982: 12) sebagai berikut :

  Pengembangan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal keterampilam kepemimpinan, kesegaran jasmani dan kreasi, patriotisme, idealism, kepribadian dan budi pekerti yang luhur. Untuk itu perlu diciptakan iklim yang sehat sehingga memungkinkan kreativitas generasi muda berkembang secara wajar dan bertanggung jawab. Dalam rangka itu perlu ada usaha-usaha guna mengembangkan generasi muda untuk melihat remaja dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara serta pelaksanaan pembangunan nasional.

  Berdasarkan hal itu remaja perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pendidikan dan keikutsertaannya dalam pendidikan dan keikutsertaannya dalam masyarakat karena mereka mempunyai kewajiban yang harus didukung hak- haknya untuk mempersiapkan diri sebagai generasi muda. Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat menimbulkan munculnya masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan perilaku yang menyimpangkan yang disebut kenakalan remaja.

  Dalam Kartono (2003) kenakalan remaja didefinisikan sebagai perilaku menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma- norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai s uatu kelainan dan disebut “kenakalan” (Kartono, 1988: 93).

  Dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :

  (1) Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur dalam undang- undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum;

  (2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, kenakalan remaja dapat di golongkan ke dalam tiga tingkatan yaitu :

  (1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.

  (2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.

  (3) Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, tawuran antar pelajar, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll, (Sunarwiyati :1985) a. Kartono, ilmuwan sosiologi

  Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile

  delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan

  oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.

  b. Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”

  2. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kenakalan remaja dapat berasal dari remaja itu sendiri (faktor intern) dan dapat berasal dari luar remaja itu sendiri

  (faktor ekstern). Seperti yang dikemukakan Singgih dan Gunarsa dan Singgih (2001: 22-23) bahwa latar belakang dari kenakalan remaja:

  a. Kemungkinan berpangkal pada remaja itu sendiri : 1) Kekurangan penampungan emosional.

  2)Kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan kecendurangannya. 3) Kegagalan prestasi sekolah dan pergaulan. 4) Kekurangan dalam pembentukan hati nurani.

  b. Kemungkinan berpangkal pada lingkungannya 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan masyarakat

  • Perkembangan teknologi yang menimbulkan keguncangan dalam remaja/yang belum memiliki kekuatan mental untuk menerima perubahan-perubahan.
  • Faktor sosial politik, sosial ekonomi dengan mobilisasi-mobilisasi sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi setempat seperti di kota besar dengan ciri-ciri khasnya.
  • Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan bermacam- macam kenakalan remaja.

  Mengenai faktor penyebab kenakalan remaja yang berasal dari individu remaja (faktor intern) dan faktor lingkungan dimana remaja itu tinggal (faktor ekstern) juga dikemukakannya oleh Kartini-Kartono (1992-12) yaitu :

  a. Faktor Internal 1) Reaksi frustasi negatif 2) Gangguan pengamatan dan tanggapan 3) Gangguan cara berpikir 4) Gangguan emosional atau perasaan b. Faktor eksternal 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah

Dokumen yang terkait

Hubungan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan perilaku prososial siswa SMPN 10 Tangerang

0 7 152

View of Konstruksi Kurikulum dan Pembelajaran Terpadu antara Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar

0 0 12

MOBILITAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) DI INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

1 1 12

Strategi Pembelajaran Nilai-Nilai Kebangsaan Dengan Model Insert pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar Kota Padang-Sumatera Barat - Universitas Negeri Padang Repository

0 3 63

Analisis Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Tahun 2006, Relevansi dan Pengimplementasiannya Dalam Pencapaian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kebangsaan pada Sekolah Menengah di Sumatera Barat - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 96

B AB II LANDASAN TEORI - PERAN GURU DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 2 KENDARI - Repository IAIN Kendari

0 1 24

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SD NEGERI 3 TAMBAHREJO - Raden Intan Repository

0 0 45

BAB II LANDASAN TEORI 1. Konsep Manajeman Strategi A. Definisi Manajemen Strategi - ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI MAN 1 PATI) - STAIN Kudus Repository

0 0 29

BAB II LANDASAN TEORI A. Wirausaha 1. Definisi wirausaha - 3. BAB II LANDASAN TEORI

0 4 48

PERAN DAN SIKAP GURU DALAM MENSOSIALISASIKAN PENDIDIKAN POLITIK DI SEKOLAH Amelia Haryanti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Pamulang Email: ameliiaharyanti2gmail.com ABSTRAK - Peran Dan Sikap Guru Dalam Mensosialisasikan Pendidikan Pol

0 0 16