Gaya bahasa kiasan dalam wacana ``Ole Internasional`` di tabloid Bola tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006 - USD Repository

  

GAYA BAHASA KIASAN

DALAM WACANA “OLE INTERNASIONAL”

DI TABLOID BOLA TANGGAL 3 MARET 2006

SAMPAI DENGAN 22 SEPTEMBER 2006

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  

Disusun oleh :

Setiawan Werokila

NIM : 014114003

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  Jika kesakitan ini atas kehendak-Mu, itu pula yang aku inginkan… Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  

1. Papa dan Mama tercinta (Yustus Yonas Werokila dan Wawa

Widaningsih)

  2. Arwin, Yan Peter, Mariana Werokila

  

3. Alm.Kakek Nie Goan San, Alm.Kakek Arloji Werokila,Alm. Qu Undang

  4. Pak Samuel, Bu Anna dan PJ-nya (Shine Jogja)

  5. Ibu Ester dan keluarga (Shine Jakarta)

  6. Ernawati Ludji

  7. Papa dan Mama Fanx

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karangan ilmiah.

  Yogyakarta,……………2007 Penulis

  Setiawan Werokila

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Sahabatku, Yesus Kristus, karena perkenan-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi berjudul “Gaya Bahasa Kiasan dalam Wacana “Ole Internasional” di Tabloid Bola Tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, kebaikan, dan dukungan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan, perhatian, bantuan, dan dukungan tersebut sudah dirasakan penulis sejak awal menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini.

  1. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan dorongan, semangat, masukan, dan kritikan kepada penulis.

  2. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku pembimbing II yang telah memberi masukan kepada penulis dengan penuh perhatian

  3. Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Ibu Dra. Tjandrasih Adji, M.Hum., Bapak Drs. F.X Santosa, M.Hum., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., dan Ibu S.E. Peni Adji ,S.S, M.Hum., atas bimbingannya selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.

  4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma atas pelayanannya dalam bidang administrasi.

  5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung penulis selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

  6. Papa dan Mama tercinta (Yustus Yonas Werokila dan Wawa Widaningsih) yang dalam kesakitannya telah mendoakan, memberi semangat, dukungan dan usaha keras agar penulis bisa menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  7. Kakak Arwin Werokila dan keluarga, Kakak Yan Peter Werokila dan keluarga, Adikku tercinta Mariana Werokila yang senantiasa telah mendoakan, memberi semangat tak henti-hentinya agar penulis sukses selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

  8. Saudara-saudaraku di Garut dan Sulawesi atas dorongan dan doanya.

  9. Alm.Kakek Nie Goan San, Alm.Kakek Arloji Werokila,Alm. Qu Undang yang semasa hidupnya memberikan dukungan moril kepada penulis.

  10. Pak Samuel, Bu Anna dan PJ-nya (Shine Jogja), Ibu Ester dan keluarga (Shine Jakarta) yang memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani selama menyelesaikan skripsi (Pertolongan Tuhan memang tepat pada waktunya).

  11. Anak-anak Shine Jogja, Surabaya, Jakarta, terima kasih untuk doanya.

  12. Teman-teman angkatan 2001, terima kasih atas kebersamaannya selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

  13. Matias Gilang, Feri Irawan, Sidhi Pratomo Harja, Kristin Pundong dan Henry Krisbudi (untuk dukungan materi).

  14. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Yogyakarta, ……………2007 Penulis

  Setiawan Werokila

  

ABSTRAK

Werokila, Setiawan. 2007. Gaya Bahasa Kiasan dalam Wacana “Ole

Internasional” di Tabloid Bola Tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006. Skripsi Strata I (S1) Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini membahas gaya bahasa kiasan dalam wacana “Ole Internasional” di tabloid Bola tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006. Tujuannya adalah (1) Mendeskripsikan jenis gaya bahasa kiasan yang digunakan dalam suatu kalimat dalam wacana “Ole Internasional” di tabloid Bola, dan (2) Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa kiasan dalam wacana “Ole Internasional”. Data diperoleh dari tabloid Bola tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006.

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa dalam wacana “Ole Internasional” pada tabloid Bola tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006, setiap hari Selasa dan Jumat. Metode simak dilaksanakan dengan teknik catat yaitu mencatat kalimat yang mengandung gaya bahasa kiasan pada kartu data.

  Metode analisis data yang digunakan adalah metode agih yaitu metode analisis data yang menggunakan unsur bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya. Teknik lanjutan dari metode agih yang dipakai adalah teknik ganti dan teknik perluas. Teknik ganti digunakan untuk membuktikan gaya bahasa metafora, simile, hiperbola, personifikasi, oksimoron, sinekdoke pars pro toto. Teknik perluas untuk membuktikan sinekdoke totem pro parte. Metode penyajian hasil analisis data yang dipakai dengan menggunakan kata-kata dan tidak menggunakan rumus-rumus, lambang-lambang, atau diagram.

  Hasil penelitian mengenai gaya bahasa kiasan dalam wacana “Ole Internasional” di tabloid Bola tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006 adalah sebagai berikut. Pertama, sebuah kalimat dapat memiliki lebih dari satu gaya bahasa. Kedua, pada tabloid Bola, khususnya dalam wacana “Ole Internasional”, jenis gaya bahasa yang paling banyak ditemukan adalah gaya bahasa kiasan yang meliputi: (i) sinekdoke totem pro parte (ii) sinekdoke pars pro toto (iii) metafora (iv) simile (v) hiperbola (vi) personifikasi (vii) oksimoron.

  Fungsi gaya bahasa metafora untuk meningkatkan efek kalimat dan memberikan variasi arti. Penggunaan gaya bahasa sinekdoke totem pro parte lebih pada fungsi praktis yaitu untuk menyingkat sebuah frase menjadi sebuah kata, sedangkan gaya bahasa sinekdoke pars pro toto, dan simile member variasi dalam penulisan berita olah raga. Untuk gaya bahasa hiperbola dimunculkan jurnalis untuk memperhebat dan meningkatkan kesan.

  Gaya bahasa metafora dan sinekdoke totem pro parte paling sering hadir ketika ada pertandingan sepakbola antar negara. Dalam tulisannya, wartawan Bola langsung menggunakan nama negara untuk mewakili tim sepakbola negara yang bersangkutan, penulisan semacam itu termasuk ke dalam gaya bahasa sinekdoke totem pro parte (penyebutan keseluruhan untuk mewakili sebagian). Metafora dibagi menjadi tiga, yaitu metafora antropomorfis, binatang, dan sinestetik, sedangkan sinekdoke totem pro parte terbagi menjadi dua yaitu sinekdoke totem pro parte dengan penyebutan negara dan sinekdoke totem pro parte dengan penyebutan nama klub. Sedangkan untuk hiperbola terbagi menjadi tiga menjadi hiperbola kuantitatif, hiperbola kualitatif, hiperbola frekuentif. Simile ditandai dengan kata pembanding seperti layaknya dan bak.

  

ABSTRACT

Werokila, Setiawan, 2007. Metaphors in Ole Internasional News Column of

  Bola Tabloid Dated March 13- September 22,2006. Undergraduate Thesis. Study Program of Indonesian Literary, Indonesian Literature Course, Sanata Dharma University . This thesis explains metaphors in Ole International news column of Bola

  tabloid dated March 13-September 22, 2006. The aims of this thesis are (1) to describe the type of metaphors used in a sentence in Ole International news column of Bola tabloid, and (2) to describe the function of figurative language style in Ole International news column. The data are derived from Bola tabloid dates March 13-September 22, 2006.

  The data collecting method that is used in this research is simak method, a method that observe attentively the using of its langue in Ole International news column of Bola tabloid dated March 13- September 22, 2006 every Tuesday and Friday. Observe method is executed with the note technic, i.e. noted sentences that contain metaphors in the data card.

  Data analysis method used is agih method. It is an analysis data method that uses the languages element it self as the determiner. The continued technique of sharing method are subtitusion technique and broading technique. Subtitusion technique is used to prove metaphor, simile, hyperbole, personification, oksimoron, and sinekdoke pars pro toto figurative language. Broading technique is used to prove sinekdoke totem pro parte. The analytical result from the data is served with informal method, presented of data analysis method that uses word, not formulas, symbols, or diagrams.

  The research results of metaphors in “Ole International” news column of

  

th nd

Bola tabloid dated on March 13 -September 22 , 2006 are as follows. First, a

  sentence may have more than one language style. Second, in Bola tabloid, Ole include: (i) sinekdoke totem proparte (ii) sinekdoke pars pro toto (iii) metaphor (iv) simile (v) hyperbole (vi) personification (vii) oksimoron.

  Metaphoric language style to improve sentence’s effect and give meaning variation. The application of sinekdoke totem pro parte language style is tends to the practical function, i.e. to sort the phrase into a word, whereas sinekdoke pars pro toto language styles and simile gives variation in writing process of sport news. The hyperbole language style appeared by the journalist to improve and dramatize the impression.

  Metaphore and sinekdoke totem pro parte languages style are often used by Bola journalist for Ole International news column. Sinekdoke totem pro parte is mostly found when there is a football match between nations. On his/her writing, sport reporter directly uses word nation to represented the name of the related football team, automatically that found of writing is included to sinekdoke totem proparte language style (wholly mentioning to represented some part). Metaphore is divided into three, i.e., antropomorphosis methapore, animal, and sinestetik. While sinekdoke totem pro parte with the nation mentioning sinekdoke totem pro parte with the clubs name mentioning. Hyperbole figurative language is divided into three type, quantitative hyperbole, qualitative hyperbole, and frequentive hyperbole. Simile is marked with the comparation word such as seperti, layaknya, dan bak.

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL………………………………………………… i HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………….. v KATA PENGANTAR………………………………………………. vi ABSTRAK………………………………………………………….. viii ABSTRACT………………………………………………………….. x DAFTAR ISI………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang…………………………………………….. 1

  1.2 Rumusan Masalah…………………………………………. 6

  1.3 Tujuan Penelitian………………………………………….. 6

  1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………... 6

  1.5 Tinjauan Pustaka…………………………………………... 7

  1.6 Landasan Teori…………………………………………….. 11

  1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa………………………. 11

  1.6.2 Jenis-Jenis Gaya Bahasa Kiasan………………. 12

  1.6.3 Pengertian Berita………………………………18

  1.7 Metode dan Teknik Penelitian…………………………….19

  1.7.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data…………19

  1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data…………….20

  1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis……………...22

  1.8 Sistematika Penelitian……………………………………..22

BAB II JENIS GAYA BAHASA KIASAN DALAM SUATU KALIMAT PADA KOLOM BERITA OLE INTERNASIONAL

  2.1 Pengantar…………………………………………………24

  2.2 Dua Gaya Bahasa dalam Satu Kalimat…………………...24

  2.2.1 Sinekdoke totem pro parte dan Metafora………..24

  2.2.1.1 Sinekdoke Totem pro parte berupa nama klub mendahului metafora antropomorfis berupa verba............................................ 24

  2.2.1.2 Sinekdoke totem pro parte berupa nama klub mendahului metafora antropomorfis berupa nomina………………………….. 25

  2.2.1.3 Sinekdoke totem pro parte berupa nama klub mendahului metafora binatang……………………………….... 27

  2.2.1.4 Dua Sinekdoke totem pro parte berupa nama klub mengapit metafora antropomorfis berupa verba……………..28

  2.2.1.5 Dua Sinekdoke totem pro parte berupa nama klub mengapit metafora antropomorfis berupa nomina……………30

  2.2.1.6 Sinekdoke totem pro parte berupa nama negara mendahului metafora antropomorfis berupa verba……………...31

  2.2.1.7 Metafora antropomorfis berupa verba mendahului Sinekdoke totem pro parte berupa nama negara……………………...32

  2.2.1.8 Metafora antropomorfis berupa verba mendahului sinekdoke totem pro parte berupa nama klub…………………………33

  2.2.1.9 Metafora antropomorfis berupa nomina mendahului sinekdoke totem pro parte berupa nama negara……………………….35

  2.2.2 Sinekdoke Totem Pro Parte dan Sinekdoke Pars pro toto………………………………………….36

  2.2.2.1 Sinekdoke Totem pro parte mendahului Sinekdoke Pars pro toto…………………..36

  2.2.2.2 Sinekdoke pro parte mendahului sinekdoke totem pro parte………………..37

  2.2.2.3 Sinekdoke Totem pro parte berupa nama negara mendahului Sinekdoke pars pro toto berupa bagian tubuh ………38

  2.2.2.4 Sinekdoke pars pro toto berupa bagian tubuh mendahului sinekdoke totem pro parte berupa nama negara…….39

  2.2.2.5 Sinekdoke totem pro parte berupa nama klub mendahului sinekdoke pars pro toto bagian tubuh………………….....40

  2.2.3 Sinekdoke totem pro parte dan hiperbola……..41

  2.2.3.1 Sinekdoke totem pro parte berupa nama negara mendahului hiperbola kuantitatif………………………………..41

  2.2.4 Sinekdoke pars pro toto dan metafora ….........42

  2.2.4.1 Sinekdoke pars pro toto mendahului metafora antropomorfis berupa verba …..42

  2.2.4.2 Sinekdoke pars pro toto mendahului metafora binatang ……………………….43

  2.2.4.3 Metafora antropomorfis berupa nomina mendahului sinekdoke pars pro toto……………………………………. 44

  2.2.5 Metafora dan Hiperbola……………………..45

  2.2.5.1 Metafora antropomorfis berupa nomina mendahului hiperbola kuantitatif……………………………… 45

  2.2.5.2 Hiperbola kuantitatif mendahului metafora binatang …………………….. 46

  2.2.5.3 Hiperbola frekuentif mendahului metafora binatang…………………….. 47

  2.2.6 Metafora dan simile………………………… 49

  2.2.6.1 Metafora antropomorfis berupa nomina mendahului simile dengan kata pembanding seperti……………… 49

  2.2.6.2 Metafora sinestetik mendahului simile dengan kata pembanding seperti layaknya……………………………….. 50

  2.2.6.3 Simile dengan kata pembanding bak mendahului metafora antropomorfis berupa verba………………………….. 51

  2.2.7 Metafora dan Oksimoron…………………… 52

  2.2.7.1 Metafora berupa nomina mendahului oksimoron…………………………….. 52

  2.2.8 Simile dan Personifikasi…………………….. 53

  2.2.8.1 Simile yang ditandai dengan kata pembanding adalah mendahului personifikasi …………………………. 53

  2.2.8.2 Simile yang ditandai dengan kata pembanding seolah mendahului personifikasi………………………….. 53

  2.2.9 Simile dan Hiperbola……………………….. 54

  2.2.9.1 Simile dengan kata pembanding

  tak ubahnya mendahului hiperbola

  kualitatif……………………………… 54

  2.3 Tiga gaya bahasa dalam satu kalimat………………… 55

  2.3.1 Simile yang ditandai dengan kata penghubung bak, metafora antropomorfis berupa nomina, dan sinekdoke totem pro parte penyebutan negara………………........ 55

  2.3.2 Metafora antropomorfis berupa nomina, sinekdoke totem pro parte berupa penyebutan negara , dan hiperbola kuantitatif………………………………….. 56

  

BAB III FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN DALAM TABLOID OLAH

RAGA

  3.1 Fungsi Gaya Bahasa Kiasan dalam Tabloid Olahraga Khususnya Tabloid Bola…………………….. 58

  3.1.1 Fungsi Metafora……………………………… 58

  3.1.2 Fungsi Sinekdoke totem pro parte…………… 59

  3.1.3 Fungsi-fungsi Gaya bahasa lainnya………….. 59

  BAB IV PENUTUP

  4.1 Kesimpulan……………………………………………. 62

  4.2 Saran…………………………………………………... 63

  DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 64 LAMPIRAN………………………………………………………..65

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Secara luas, gaya bahasa mempunyai susunan kata yang terjadi karena timbul

perasaan dalam hati penulis dan memberikan akibat munculnya perasaan tertentu pada

pembaca (Slamet Muljana via Pradopo, 1995:93). Junus (1989:192) mengatakan bahwa

gaya bahasa tidak kosong, tetapi berkaitan dengan suatu ideologi. Pikiran atau ide muncul

lebih dulu, kemudian diutarakan atau dibungkus dengan cara tertentu. Dari beberapa jenis

gaya bahasa, penulis memilih gaya bahasa kiasan sebagai obyek penelitian dan kalimat

yang memiliki gaya bahasa kiasan sebagai data penelitian.

  Penulis memilih gaya bahasa kiasan yang ada dalam kolom berita pada “Ole

Internasional” di tabloid Bola karena dijumpai penulisan berita yang menggunakan gaya

bahasa kiasan. Berikut contoh gaya bahasa kiasan di kolom berita tabloid Bola:

  (1) Tapi, harian La Stampa, yang bermarkas di Torino, menyebut bahwa sekarang saat yang tepat bagi Juventus untuk melepas Ibra (Bola, Jumat, 6 April hal. 11).

  Pada kalimat (1), metafora ditunjukkan dengan penggunaan verba bermarkas.

Makna denotasi dari markas adalah tempat kedudukan tentara. (Badudu-Zain, 1994:866).

Seperti dalam kalimat,

  (1a) Tentara Batalyon Parahyangan bermarkas di Kabupaten Garut.

  Dengan demikian, secara implisit ada perbandingan antara harian La Stampa

(sebuah koran harian) dengan tentara atau apapun yang mempunyai markas. Arti

metaforis dari kata bermarkas pada kalimat (1) adalah bertempat tinggal atau beralamat.

Dapat dibuktikan dengan teknik ganti, maka kalimat (1) menjadi, (1b) Tapi, harian La Stampa, yang beralamat di Torino, menyebut bahwa sekarang saat yang tepat bagi Juventus untuk melepas Ibra.

Penggantian verba bermarkas dengan verba beralamat, tidak mengubah makna kalimat

(1).

  Selain mengandung metafora, kalimat (1) juga mengandung gaya bahasa

Sinekdoke Totemproparte yang ditunjukkan dengan nama klub Juventus. Untuk

membuktikannya digunakan teknik sisip, maka kalimat (1) menjadi, (1c) Tapi, harian La Stampa, yang bermarkas di Torino, menyebut bahwa sekarang saat yang tepat bagi manajemen Juventus untuk melepas Ibra. Dalam hal jual beli pemain sebuah klub sepakbola, yang mengaturnya adalah

manajemen klub tersebut. Jadi tidak keseluruhan komponen klub, seperti pendukung,

pemain, official tim, dan pelatih. Jadi penggunaan kata Juventus hanya untuk mewakili

manajemen klub Juventus .

  (2) Tapi serangan-serangan Argentina gagal sampai akhirnya datang sulap Rodriguez (Bola, 27 Juni 2006, hal. 14).

  

Kalimat (2) mengandung gaya bahasa Sinekdoke Totemproparte yang ditunjukkan

dengan kata negara Argentina. Untuk membuktikannya digunakan teknik perluas untuk

unsur Argentina, maka kalimat (2) menjadi, (2a) Tapi serangan-serangan tim sepakbola Argentina gagal sampai akhirnya datang sulap Rodriguez.

Dengan demikian, jelas bahwa penggunaan kata Argentina hanya untuk mewakili tim

sepakbola Argentina , bukan keseluruhan warga Argentina.

  Selain mengandung Sinekdoke Totemproparte, kalimat (2) juga memiliki gaya

bahasa metafora yang ditunjukkan dengan penggunaan frase sulap Rodriguez. Makna

denotasi dari sulap adalah sejenis permainan yang menggunakan ketangkasan dan

kecepatan gerak tangan sehingga penonton menyaksikan suatu keanehan yang

mengherankan (Badudu-Zain, 1994:1369). Adapun contohnya sebagai berikut, (2b) Dedi Corbuzier, sang pesulap ternama mempertunjukkan kebolehan sulap mengubah air menjadi api. Secara implisit ada perbandingan antara Rodriguez (pemain sepakbola) dengan

orang yang biasa melakukan sulap atau pesulap. Dalam konteks kalimat di atas,

  

Rodriguez melakukan atraksi dalam sepakbola yang mengherankan penonton. Jadi arti

metaforis sulap dalam kalimat di atas adalah sebuah atraksi dalam sepakbola. Dapat

dibuktikan melalui teknik ganti. Maka kalimat (2) menjadi, (2c) Tapi serangan-serangan Argentina gagal sampai akhirnya datang atraksi sepakbola dari Rodriguez.

  

Penggantian kata sulap oleh frase atraksi sepakbola tidak mengubah makna kalimat (2).

  (3) Gol tendangan geledek William Gallas pada menit kedua injury time itu disambut gembira tuan rumah seperti layaknya mereka memenangi sebuah laga di turnamen dengan sistem gugur (Bola, 14 Maret 2006, hal.18). Metafora berupa nomina yang mendahului simile ditunjukkan dengan

penggunaan nomina tendangan geledek. Makna denotasi dari geledek adalah guruh atau

guntur yang keras; petir (Badudu-Zain, 1994:439), seperti dalam kalimat, (3a) Pak Jokir meninggal disambar geledek.

  Atau dengan menggunakan teknik sisip, kalimat (3) menjadi (3b) Gol tendangan bak geledek William Gallas pada menit kedua injury time itu disambut gembira tuan rumah seperti layaknya mereka memenangi sebuah laga di turnamen dengan sistem gugur.

  Dengan demikian terlihat jelas ada perbandingan antara tendangan (kegiatan

manusia) dengan gejala alam seperti geledek. Arti geledek untuk menggambarkan betapa

kerasnya tendangan tersebut. Dapat dibuktikan dengan menggunakan teknik ganti, maka kalimat (3) menjadi, (3c) Gol tendangan yang keras William Gallas pada menit kedua injury time itu disambut gembira tuan rumah seperti layaknya mereka memenangi sebuah laga di turnamen dengan sistem gugur.

  Penggantian kata geledek dengan kata keras tidak mengubah makna dari kalimat (3).

  

Pada kalimat (3) penggunaan simile yang didahului oleh metafora ditunjukkan dengan

klausa seperti layaknya mereka memenangi sebuah laga di turnamen dengan sistem

gugur . Dengan demikian ada perbandingan langsung atau secara eksplisit antara

kegembiraan karena terjadi gol di injury time dengan kegembiraan memenangi sebuah

laga di turnamen dengan sistem gugur.

  (4) Pasukan Korea bukan hanya harus menjalani wajib militer, tapi juga menyaksikan publiknya banjir air mata akibat kegagalan di Piala Dunia 2006 (Bola, 27 Juni 2006, hal. 33).

Pada kalimat (4) hiperbola kuantitatif ditunjukkan dengan klausa banjir air mata.

Walaupun warga Korea banyak yang mengeluarkan air mata/menangis karena kegagalan

tim sepakbola Korea di Piala Dunia 2006, namun banyaknya/kuantitas air mata yang

keluar tidak sampai membuat banjir seperti banjir yang melanda Jakarta, maka hiperbola

di atas termasuk ke dalam hiperbola kuantitatif.

  (5) Gelsenkirchen adalah kota yang cuek, acuh tak acuh (Bola, 20 Juni 2006, hal.3).

  

Pada kalimat (5) personifikasi ditunjukkan dengan penggunaan klausa kota yang cuek,

acuh tak acuh. Cuek, acuh tak cuh adalah sifat yang dimiliki oleh manusia. Pada kalimat

(5), pemakaian kata cuek, acuh tak acuh dipasangkan dengan kota yang notabene adalah

benda mati.

  Tabloid Bola adalah tabloid olahraga. Tabloid ini terbagi menjadi tiga yaitu, “Ole

Internasional” (membahas tentang sepak bola luar negeri), “Ole Nasional” (membahas

tentang sepak bola dalam negeri), dan berita olah raga di luar sepak bola. Terbit setiap

Selasa dan Jumat.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah (butir 1.1), masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

  

1.2.1 Gaya bahasa kiasan apa saja yang muncul dalam suatu kalimat pada kolom berita

“Ole Internasional” ?

  

1.2.2 Apakah fungsi gaya bahasa kiasan pada kolom berita dalam “Ole Internasional” ?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

  

1.3.1 Mendeskripsikan jenis gaya bahasa kiasan apa saja yang digunakan dalam suatu

kalimat di kolom berita pada “Ole Internasional” dalam tabloid Bola.

  

1.3.2 Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa kiasan pada kolom berita dalam “Ole

Internasional”.

1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara

teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam bidang stilistika, sosiolinguistik, dan

semantik. Dalam bidang stilistik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya

khazanah kajian gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam berita olahraga, sebagai contoh, penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam kalimat, (6) Pasukan Korea bukan hanya harus menjalani wajib militer, tapi juga menyaksikan publiknya banjir air mata akibat kegagalan di Piala Dunia 2006 (Bola, 27 Juni 2006, hal. 33). Dalam bidang sosiolinguistik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi

informasi tentang ragam gaya penulisan berita olahraga khususnya sepak bola. Kata-kata

atau frase seperti hujan gol, penyerang haus gol, penyerang mandul, mematikan sayap

kiri, dsb, hanya akan ditemui dalam lingkup olahraga sepakbola saja. Jadi masyarakat

penggemar sepakbola merupakan suatu kelompok dengan istilah sendiri.

  Dalam bidang semantik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna kalimat

dapat diungkapkan dengan berbagai cara yang terwujud dalam gaya bahasa. Sementara

itu, manfaat praktis penelitian ini adalah pengembangan bahasa bidang jurnalistik dalam

penggunaan gaya bahasa kiasan di kolom berita.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Supratmi (1990) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Penulisan Berita dalam

Majalah Hai” menyatakan adanya gaya bahasa akibat dari perbedaan arah dan tujuan

serta hal yang dibicarakan. Penggunaan gaya bahasa satu dengan yang lain yang

dibicarakan tentunya akan berbeda. Dalam suasana resmi dan formal akan digunakan

gaya bahasa yang resmi pula. Ini bisa ditemui pada situasi rapat, pidato atau situasi resmi

lainnya. Orang tidak akan bicara seenaknya dalam situasi resmi. Sebaliknya dalam

suasana santai akan terasa kaku apabila digunakan gaya bahasa resmi.

  Demikian juga dalam penulisan berita di majalah atau surat kabar. Penulis harus

pandai-pandai memilih gaya bahasa yang dipakai. Pemilihan kalimat dan kosakata sangat

menentukan menarik tidaknya berita yang ditulis. Dengan penyusunan kalimat dan

pemilihan kosakata yang baik dan menarik memungkinkan pembaca akan tertarik pula.

  Yuliastuti (1995) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Tuturan Wacana Iklan

pada Majalah Wanita” membahas truktur kalimat iklan pada majalah wanita yang

menggunakan gaya bahasa sebagai salah satu pendukung pesan, retorik yang digunakan

dalam wacana iklan yang terdapat dalam majalah wanita, sudut pandang yang digunakan

dalam analisis iklan tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah wacana iklan pada

majalah wanita, sedangkan sampelnya pemakaian bahasa iklan dalam majalah wanita.

Pengambilan data dalam penelitian ini dengan mengambil 3 (tiga) majalah wanita.

Majalah-majalah tersebut adalah Femina, Kartini, dan Sarinah. Data ini diperoleh dengan

mencatat iklan yang terdapat dalam majalah, kemudian dianalisis dengan metode

deskriptif kualitatif dan persentase. Analisis selanjutnya dengan menggunakan metode

padan pragmatis dengan teknik pilah unsur penentu dan menggunakan teknik lanjutan,

yaitu teknik hubung banding menyamakan hal pokok. Temuan dari penelitian tersebut

mencakup 3 (tiga) yaitu : pertama, wacana yang bersifat periodik (klimaks). Kedua,

wacana yang kalimatnya mendapat tekanan pada awal kalimat (antiklimaks). Ketiga,

wacana yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi

dan berimbang termasuk paralelisme, antitesis, anafora, dan epistofora. Retorik yang

ditonjolkan dalam penelitian wacana iklan pada majalah wanita adalah retorik

berdasarkan informasi dan retorik berdasarkan maknanya. Sudut pandang yang

ditonjolkan dalam wacana iklan tersebut meliputi sudut pandang orang pertama, sudut

pandang orang kedua dan sudut pandang orang pertama, kedua dan ketiga (campuran).

  Zwesti Fajinggriani (2003) dalam skripsinya “Gaya Bahasa dalam Wacana Iklan

Niaga pada harian Kompas dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SLTP”. Berdasarkan analisis yang telah ia lakukan dalam iklan niaga harian Kompas,

gaya bahasa yang terdapat di dalamnya mengandung dua hal, yaitu gaya bahasa

berdasarkan langsung tidaknya makna dan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.

  

Gaya bahasa berdasar langsung tidaknya makna yang ia temukan meliputi; gaya bahasa

hiperbola, ellipsis, personifikasi, retoris, aliterasi, polisindenton, asindenton, metonimia,

asonansi, simile, epitet, dan pleonasme. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat

meliputi; gaya bahasa repetisi, klimaks, dan antiklimaks.

  Dibanding gaya bahasa yang lain, gaya bahasa hiperbola menduduki urutan

teratas. Gaya bahasa tersebut diklasifikasikan menjadi tujuh macam, yaitu; (i) gaya

bahasa hiperbola yang ditandai oleh kata paling, (ii) gaya bahasa hiperbola yang ditandai

dengan afiks ter-, (iii) gaya bahasa hiperbola yang ditandai oleh kata seba dan segala, (iv)

gaya bahasa hiperbola yang ditandai oleh frase negatif, (v) gaya bahasa hiperbola yang

ditandai oleh kata-kata yang menyatakan kemampuan luas biasa, (vi) gaya bahasa

hiperbola yang ditandai oleh kata pertama dan satu-satunya, dan (viii) gaya bahasa

hiperbola yang ditandai oleh afiks se-.

  Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa

pertama, gaya bahasa sangat tergantung konteksnya. Kapan, di mana dan dengan siapa

digunakan, harus diperhatikan cermat oleh penulis. Untuk itu harus memahami lebih

dalam tentang seluk beluk gaya bahasa. Kedua, gaya bahasa berhubungan erat dengan

kosa kata. Kosa kata yang beragam akan menimbulkan kalimat yang beragam pula. Pada

akhirnya akan menentukan soal keragaman gaya bahasa yang dipakainya pula.

Sebaliknya peningkatan pemakaian gaya bahasa jelas memperkaya kosakata pemakainya.

Dalam penulisan berita, teknik penulisan gaya bahasa harus terus diasah. Ketiga,

keterampilan dan kemampuan berbahasa mengarah pada gaya bahasa yang menjadi

masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya

pemakaian kata, frase atau klausa tertentu untuk menhadapi situasi tertentu. Oleh sebab

itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan: pilihan kata secara

  

untuk menarik perhatian para pembaca, berita di surat kabar pun menggunakan berbagai

macam gaya bahasa. Ketepatan pemakaian gaya bahasa sangat menentukan menarik

tidaknya sebuah tulisan.

  Dalam penelitian ini, akan dianalisis jenis-jenis gaya bahasa kiasan apa saja yang

muncul dalam satu kalimat. Terdapat dua atau lebih gaya bahasa yang muncul dalam satu

kalimat. Sebagai contoh, gaya bahasa Sinekdoke totem proparte dan metafora yang

muncul bersamaan dalam kalimat,

  (7) Tiket ke ronde kedua sudah dipegang Tim Matador saat menjamu Arab Saudi di laga terakhir grup (Bola, 27 Juni 2006, hal.17).

  

Arab Saudi mewakili tim sepakbola Arab Saudi dan ronde kias dari babak dalam olahraga

tinju.

  

Selain itu, dijelaskan pula fungsi gaya bahasa dalam tabloid olahraga. Sebagai contoh,

gaya bahasa sinekdoke totem pro parte berfungsi untuk menyingkat, misalnya

penggunaan kata negara untuk mewakili tim sepakbolanya.

1.6 Landasan Teori

  Untuk keperluan penelitian ini, digunakan landasan teori sebagai berikut: (i) pengertian gaya bahasa, (ii) jenis-jenis gaya bahasa kiasan, dan (iii) pengertian berita.

1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa

  Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek

dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu

dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan gaya bahasa

tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale,1971: 220 Via

Tarigan, 1985:5). Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinasi

  

bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah saja (Warriner, 1977:602).

Gaya bahasa merupakan bentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan

menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Keempat, gaya

bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa

yang baik harus mengandung 3 (tiga) unsur berikut: kejujuran, sopan santun, dan menarik

(Keraf, 1985:113).

  Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan diri sendiri baik melalui bahasa

maupun tingkah laku dan sebagainya. Gaya bahasa adalah bahasa yang indah yang

dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih

umum. Penggunaan gaya bahasa dapat mengubah serta menimbulkan konotasi berbicara

dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca (Dale,

1970:20 dalam Tarigan, 1985:5). Menurut Kridalaksana (1983:49), gaya bahasa adalah

suatu pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau menulis.

Menurut Keraf (2002:113) style atau gaya bahasa dapat dibatasi dengan cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan

kepribadian penulis (pemakai bahasa).

1.6.2 Jenis-Jenis Gaya Bahasa Kiasan Teori-teori tentang jenis-jenis gaya bahasa kiasan menurut Keraf (2002:121-128).