Bangunan wacana mengahadapi musibah di media cetak ( analisis wacana kritis dalam rubrik renungan tabloid robithoh edisi 1-30 safar 1431 H )

(1)

EDISI 1-30 SAFAR 1431 H)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

IDA NURUL HUDA NIM. 106051001826

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 06 Juni 2010 Penulis


(3)

RENUNGAN TABLOID ROBITHOH

EDISI 1-30 SAFAR 1431 H)

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

IDA NURUL HUDA NIM. 106051001826

Pembimbing:

Drs. Study Rizal, LK, M.A NIP. 19640428 199303 1002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H/2010 M


(4)

Bismilaahir Rahmaanir Rahiim

Alhamdulilahi Robbil ‘Alamin, itulah satu-satunya kalimat yang dapat

penulis ucapkan dengan tulus setelah menyelesaikan skripsi ini. Kiranya Allah SWT telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga skripsi ini yang merupakan syarat untuk meraih gelar kesarjanaan dapat terselesaikan, walaupun harus dengan mencurahkan segenap tenaga, pikiran dan biaya.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang bagus ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat beliau adalah Sayyiudina Muhammad bin Abdillah.

Penulis menyadari skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III sekaligus merangkap sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu setia dan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.


(5)

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ibu Umi Musyarrofah, MA

3. Ayahanda tercinta H. M Syarifudin Mugni yang telah berjuang dengan sekuat tenaga untuk mendidik dan menyekolahkan penulis hingga ke perguruan tinggi, juga nasehat, doa serta motivasi yang selalu diberikan. Ibunda tercinta Dedah yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya yang tak terbatas dan ridho maupun doa yang selalu mengiringi setiap langkah penulis. Skripsi ini penulis persembahkan untuk mereka, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan wal’afiat, umur yang berkah dan bermanfaat, menjadi orang tua yang baik serta senantiasa mendapatkan pelindungan Allah SWT.

4. Kakakku tersayang Abdul Hakim, S.Sos.I yang selalu mendoakan penulis serta menghibur penulis dikala kesedihan dan jenuh datang kepada penulis.

5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa perkuliahan.

6. Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi ini.


(6)

membantu dan bersedia di wawancarai guna mendapat data tentang tabloid robithoh.

8. Keluarga Besar KPI angkatan 2006, khususnya KPI B angkatan 2006 yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.

9. Semua teman-temanku alumni SD, SMP 218, Aliyah Ashidiqiyah terimakasih atas doa kalian. Sahabat terbaik ku Hanif Kaffah

10.Keluarga Besar KKN Pandai Sikek tahun 2009.

11. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 06 Juni 2010 Penulis

Ida Nurul Huda


(7)

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana ... 13

1. Pengertian Analisis Wacana... 13

2. Varian Analisis Wacana... 17

3. Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk ... 18

B. Ruang lingkup Tentang Media Cetak ... 24

1. Pengertian Media Cetak ... 24

2. Pengertian Tabloid ... 29

3. Tabloid sebagai Media Dakwah Bil Qalam... 34


(8)

A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Tabloid Robithoh... 41

B. Visi dan Misi Tabloid Robithoh... 43

C. Struktur Redaksi Tabloid Robithoh ... 43

D. Mekanisme Kerja Redaksi Tabloid Robithoh ... 45

E. Rubrikasi Tabloid Robithoh... 47

F. Sekilas Tentang Rubrik Renungan ... 49

BAB IV ANALISIS WACANA RUBRIK RENUNGAN TABLOID ROBITHOH EDISI 1-30 SAFAR 1431 H A. Analisis wacana Rubrik Renungan berdasarkan Model Van Dijk ... 51

B. Analisis wacana Rubrik Renungan ... 58

C. Struktur Semantik, Sintaktis, Stilistik dan Retoris “Rubrik Renungan” Tabloid Robithoh edisi 17 Januari-17 Februari 2010... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA... 78 LAMPIRAN


(9)

vii

Tabel 1: Struktur Wacana ... 20

Tabel 2: Data Elemen Semantik (latar) ... 59

Tabel 3: Data Elemen Semantik (detail) ... 62

Tabel 4: Data Elemen Semantik (maksud) ... 65


(10)

Ida Nurul Huda Nim : 106051001826

"Bangunan Wacana Menghadapi Musibah di Media Cetak ( Analisis Wacana Kritis dalam Rubrik Renungan Tabloid Robithoh Edisi 1-30 Safar 1431 H)”

Berdakwah melalui media cetak merupakan sarana media dakwah yang dinilai cukup efektif dalam menyampaikan pesan ketimbang media komunikasi massa lainnya. Proses penyampaian pesan pada media cetak akan lebih luas dan dapat memberikan dampak yang lebih positif karena dibaca oleh ratusan, ribuan, dan bahkan jutaan orang dalam waktu yang bersamaan dan dapat pula dibaca berulang-ulang. Dalam hal ini media cetak yang membahas tentang dakwah keislaman adalah tabloid robithoh.

Lalu yang menjadi pertanyaan utama adalah Bagaimana Analisis Wacana Rubrik Renungan berdasarkan model Teun A van Dijk? Bagaimana Analisis wacana Rubrik Renungan dilihat dari Kognisi Sosial? Bagaimana Analisis Wacana Rubrik Renungan dilihat dari Konteks Sosial?

Menurut penulis, dalam menyusun tulisan pada rubrik renungan penulis rubrik mengembangkan tema yang diangkat dengan menggunakan beberapa referensi dan yang sedang terjadi seperti musibah dan bencana yang menimpa sekarang dan cara menyikapi musibah tersebut.

Secara kajian teori, penulis mengambil teori yang sudah sering dipakai pada saat ini yaitu analisis wacana Teun A. Van Dijk yang bersifat menganalisis teks dilihat juga dari konteks yaitu kognisi sosial dan penjabaran contoh mendalam dari berbagai wacana dalam teks dengan berbagai elemen-elemennya.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan observasi teks dengan mengumpulkan beberapa bahan baik dari buku maupun internet yang berkaitan dengan penelitian.

Dalam menyususn teks rubrik renungan, penulis rubrik menguraikan tulisan berdasarkan tema yang di angkat. Seperti dimensi bencana di mata orang beriman ini dalam rubrik ini dijelaskan bagaimana seharusnya ketika terjadi berbagai musibah terhadap diri kita, sebagai orang beriman sudah pasti perlu merujuk dan mendasari perbuatan kita dengan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup yang akan menyelamatkan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Alur, maksud, kalimat, dan gaya bahasa yang penulis rubrik gunakan dipengaruhi oleh kognisi sosial penulis rubrik yang menggunkan beberapa referensi serta kemampuan penulis rubrik yang hafal al-Quran dan Hadist.


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Media massa telah merasuk (pervasive) ke dalam kehidupan modern.1 Secara umum komunikasi massa dibedakan atas saluran media massa dan saluran antarpribadi. Yang dimaksud saluran media massa adalah semua sarana penyampaian pesan yang menggunakan suatu media massa seperti radio, televisi, film, surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya. Media massa baik itu elektronik maupun media cetak, telah menjadi salah satu bagian yang paling penting dalam kehidupan modern.

Dewasa ini, media khususnya komunikasi dan informasi, telah mencapai tahap yang sangat mencengangkan. Dan masyarakat dapat dikatakan kini sedang dalam proses menjadi masyarakat informasi.2 Istilah Global

Village (desa dunia/global) dari Marshall McLuhan tampaknya memang

menjadi kenyataan dewasa ini, media komunikasi modern yang sekarang tak terhitung jumlah, ragam, dan luasnya jangkauan itu sekarang sudah menjadi bagian dari hidup kita. Di tempat-tempat terpencil, di rumah-rumah, dan di kamar-kamar suatu rumah, kita sanggup mendengar, melihat, bahkan mengakses beragam informasi dan peristiwa penting yang sedang terjadi di dunia sana yang jaraknya bisa ribuan kilometer.3

1

Jhon Vivian, Teori Komunikasi, (Jakarta:Kencana, 2008) ed.8, cet.1 h. 4 2

A. muis, Komunikasi Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001) 3

Pawit M yusup, Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) Ed. 3, h. 1117


(12)

Di satu sisi, era informasi membawa kemajuan yang pesat dan mengungkapkan kehidupan masa depan yang canggih dan menakjubkan, dan dalam menyebarkan suatu informasi dalam media massa tidak hanya informasi yang bernilai positif saja yang disampaikan seperti, pendidikan, kesehatan, serta agama. Informasi yang bernilai negatif pun ikut disampaikan seperti hal-hal yang mengandung unsur SARA, pornografi, kekerasan, dan sebagainya sehingga menimbulkan implikasi yang cukup mengkhawatirkan bagi kehidupan, baik dari aspek sosial, budaya dan bahkan agama. Di tinjau dari sudut agama misalnya, memberikan peluang bagi masuknya budaya dan prilaku asing yang dianggap tidak sesuai dengan agama dan budaya masyarakat tertentu.

Informasi dan dakwah tidak bisa dipisahkan. Esensi dari dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif, menuju kehidupan yang lebih baik. Karena dalam dakwah terdapat penyampaian informasi agama Islam, berupa ajakan untuk beramar ma’ruf dan mencegah berbuat kemungkaran, nasihat dan pesan peringatan, pendidikan dan pengajaran.4

Dakwah Islam berupaya agar umat manusia selalu berubah, dalam makna selalu meningkatkan situasi dan kondisinya baik lahir maupun batinnya, berupaya agar semua kegiatannya masuk ke dalam kerangka ibadah dan diharapkan agar dapat mencapai kesejahteraan, kebahagiaan lahir dan batin yang memperoleh ridho Allah.5

4

Moh. Ali Aziz, Ilmu dakwah, (Jakarta: Preneda Media, 2004), cet, ke-1, h. 10 5

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) cet.1 h.35


(13)

Dakwah sebagai manifestasi keimanan seseorang muslim dapat disosialisasikan dalam berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan dakwah. Salah satu media dakwah yang memiliki peluang yang besar di era informasi ini adalah melalui media cetak.

Seorang da’I dituntut untuk memiliki kapabilitas di bidang jurnalistik untuk menempuh jalur dakwah Bil Qalam (dakwah melalui tulisan) di samping dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Objek dan cakupan lebih banyak dan luas karena pesan dakwah dan informasi Islam yang dituliskan dapat dibaca oleh ratusan, ribuan bahkan jutaan orang pembaca dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain harus memanfaatkan media massa untuk berdakwah kepada seluruh alam semakin rata. Keberadaan dakwah melalui media tulisan diakui memiliki efektivitas yang tinggi dibandingkan dengan dakwah dalam bentuk ceramah atau tabligh akbar. Melalui media tulisan audiens yang dapat dijangkau jauh lebih banyak dan lebih luas. Jika dalam tabligh akbar yang bisa mengakses adalah mereka yang hadir dan jumlahnya hanya sedikit, maka melalui media materi dakwah tulisan akan diakses pula oleh masyarakat luas, di manapun mereka berada.

Dakwah melalui media tulisan juga merupakan senjata kita dalam melawan serbuan pemikiran (Al-Ghazwul Fikr), pihak-pihak yang hendak merusak akidah, pemikiran, dan prilaku Islami umat Islam melalui media massa. Media massa memang alat efektif untuk membentuk opini


(14)

publik/umum (public opinion), bahkan mempengaruhi orang secara kuat dan massif.6

Dakwah melalui tulisan dilihat dari segi isinya mengalami perluasan yang sangat penting, ia tidak hanya memuat ajaran-ajaran Islam yang berdimensi teologis, aqidah dan ibadah tetapi juga memuat aspek-aspek yang lebih kompleks (seperti sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi). Seiring dengan perkembangan pengetahuan umat Islam mengenai ajaran-ajaran Islam itu sendiri dan persoalan kehidupan yang dihadapi, sebut saja Imam Al-Ghazali, Hasan Al Banna dan Yusuf Qardhawi, demikian pula para ulama, sarjana, filusuf, dan cendikiawan muslim lain dari berbagai disiplin ilmu yang juga mencanangkan dakwah Islam melalui tulisan.

Salah satu dari sekian banyak media massa cetak yang memuat pesan-pesan dakwah Islam yang ada di Indonesia adalah tabloid robithoh, tabloid ini diterbitkan oleh Yayasan Ikhlas Bandung, yang beralamat di Jl Bagusrangin II No.117/50 Bandung. Tabloid robithoh yang memiliki semboyan “Media Islah Menuju Kaffah” dan tabloid robithoh ini hadir menyapa pembacanya dalam frekuensi bulanan, tabloid robithoh merupakan tabloid yang mengambil segmen keagamaan (dakwah Islam). Kebanyakan media-media Islam khususnya yang ditangani oleh pondok pesantren jarang yang berumur lama, maka untuk itu tabloid robithoh ingin mencoba ber-istiqamah dengan mencari mitra berjuang, mitra dalam ber-khidmat, dan pribadi yang benar-benar

6 Asep Syamsul M.Romli, Jurnalistik Dakwah, ,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), Cet. Ke-1. h. 23


(15)

antusias untuk berdakwah. Khususnya dalam membangun syiar dan citra Thariqot Qadiriyah wan Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya.

Visi tabloid robithoh sebagai tabloid untuk penyambung dakwah Islam dan sebagai pemersatu ikhwan dikalangan Thoriqot Qodiriyah wan Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya serta menyambungkan ruhani dan tim redaksi, para pembaca serta guru mursyid.

Dari sekian banyak rubrik yang ada dalam tabloid robithoh, sekitar ada 13 rubrik diantaranya rubrik sapa, cover, renungan, laporan utama, surat pembaca, mimbar, tepian hati, serba alternatif, sya'riah, ibroh, silahturahmi, titian hidayah, telaga ilmu. Peneliti tertarik dengan rubrik renungan, pada rubrik ini berisi tentang pelajaran-pelajaran, kisah-kisah atau permasalahan-permasalahan sehari-hari yang patut menjadi renungan yang selalu dihubungkan dengan ayat yang ada dalam al-qur’an atau dengan hadist. Oleh karena itu, penulis berfokus menganalisa rubrik tersebut dengan menggunakan analisis wacana sebagai metode penelitian. Dengan menggunakan metode analisis wacana, tidak hanya akan mengetahui isi teks tersebut, tetapi juga bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa sehingga sampai kepada pembaca.

Melihat uraian diatas peneliti tertarik untuk mengkajinya dalam bentuk skripsi, tabloid robithoh sebagai media dakwah dengan judul :”Bangunan Wacana Menghadapi Musibah di Media Cetak (Analisis Wacana Kritis dalam Rubrik Renungan Tabloid Robithoh Edisi 1-30 SAFAR 1431 H)”


(16)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pembahasan dalam skripsi ini hanya pada rubrik renungan dalam tabloid robithoh edisi 1-30 SAFAR 1431 H, dalam rubrik renungan ini yang isimya tentang dimensi bencana dimata orang beriman.

Dan data akan dianalisis dengan menggunakan analisis wacana. Diantara sekian banyak model analisis wacana, yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah analisis wacana model van Dijk.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana Analisis Wacana Rubrik Renungan berdasarkan model Teun A van Dijk?

b. Bagaimana Analisis Wacana Rubrik Renungan dilihat dari segi Kognisi Sosial?

c. Bagaimana Analisis Wacana Rubrik Renungan dilihat dari segi Konteks Sosial?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :

a. Untuk mengetahui Analisis Wacana Rubrik Renungan berdasarkan model Teun A van Dijk.

b. Untuk mengetahui Analisis Wacana Rubrik Renungan dilihat dari segi Kognisi Sosial.


(17)

c. Untuk mengetahui Analisis Wacana Rubrik Renungan dilihat dari segi Konteks Sosial.

2. Manfaat Penelitian

Diharap dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari segi akademisi dan praktisi, yaitu :

a. Manfaat Akademisi

Sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, dan akan menambah jumlah studi mengenai penggunaan media cetak (tabloid) untuk kepentingan dakwah Islam, juga dapat memperdalam kajian analisis wacana.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis pada umumnya, dan terutama bagi para aktivis juga termasuk para pengelola tabloid yang menjadikan tabloid sebagai sarana dakwah.

D. Metodologi Penelitian 1. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. Analisis wacana merupakan salah satu bentuk alternatif untuk menganalisis pesan dalam media selain analisis isi kuantitatif.7


(18)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model analisis wacana van Dijk, teori analisis wacana van Dijk merupakan model analisis wacana yang paling banyak digunakan. Ini dikarenakan model tersebut dapat mengelaborasikan elemen-elemen wacana dalam suatu teks secara praktis. 2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah analisis wacana, adapun objek pada penelitian ini adalah rubrik renungan dalam tabloid robithoh sebagai media dakwah edisi 1-30 SAFAR 1 H.

3. Tahapan Prosedur Penelitian a. Tekhnik Pengumpukan data

Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian. Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, tahapan yang akan dilakukan adalah, sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data


(19)

tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra. 8

Tindakan lebih lanjut dilakukan dengan mengadakan kunjungan ke tabloid robithoh untuk mencatat apa yang penulis perlukan, terutama untuk mendapatkan informasi seputar tabloid robithoh edisi 1-30 SAFAR 1431 H dan rubrik renungan.

Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan cara mengamati teks-teks dalam rubrik renungan dalam tabloid robithoh edisi 1-30 SAFAR 1431 H kemudian dari pengamatan tersebut dianalisis dengan teori wacna van Dijk.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9

Dalam penelitian, penulis melakukan wawancara dengan Pak Wardimal selaku pemimpin redaksi tabloid robithoh untuk mendapatkan data-data yang diperlukan pada bab tiga (gambaran umum).

3. Dokumentasi

Dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang akan penulis bahas, yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

8

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006) h. 134.

9


(20)

Pengumpulan data ini dilakukan melalui : internet, buku-buku, dan media cetak lainnya.

4. Teknik Penulisan Skripsi

Pada teknik penulisan penelitian ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan UIN Press tahun 2008/2009.

b. Teknik Analisis Data 1. Proses Penafsiran Data

Penelitian analisis wacana merupakan penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit katagori. Pada tahap ini, penulis akan memperhatikan teks-teks yang terdapat dalam rubrik renungan edisi 1-30 SAFAR 1431 H kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti yang disesuaikan dengan kerangka analisis wacana yang dikemukakan oleh Teun A. van Dijk.

2. Penyimpulan Hasil Penelitian

Kesimpulan hasil penelitian diambil berdasarkan pada interpretasi peneliti atas obyek yang diteliti dan data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian.

4. Tinjauan Pustaka

Terdapat cukup banyak skripsi yang membahas tentang analisis wacana, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis di perpustakaan Fakultas Dakwah maupun di Perpustakaan Utama maka


(21)

penulis menemukan beberapa judul skripsi yang menggunakan metode yang sama, antara lain :

Menurut Yusriani Pulungan, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2008 dengan skripsi “ Analisis Wacana Pesan moral dalam Novel De Wints karya AFIFAH AFRA” dan menurut Heri Andriani, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009 dengan skripso “ Analisis Wacana Rubrik Refleksi Majalah

MATAAIR”. Kedua penelitian tersebut mengangkat tentang novel dan

majalah sebagai objek penelitian, tetapi masih dalam metode yang sama yaitu dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk.

Menurut Sukasis Nur, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2008 dengan skiripsi “Analisis Wacana Pesan Moral dalam Film Naga Bonar” dan menurut Zaid Maftuh, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2008 dengan skripsi “Analisis

Wacana Dakwah dalam Film Ayat-ayat Cinta”. Kedua penelitian tersebut

mengangkat tema film yang berbeda, tetapi masih menggunakan metode yang sama yaitu dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. Skripsi Analisis Wacana Dakwah dalam Film Ayat-ayat Cinta mengusung tema religi dan Skripsi Analisis Wacana Pesan Moral dalam Film Naga Bonar mengusung tema moral. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menjadikan surat kabar, novel, dan majalah sebagai objek penelitian.


(22)

Penelitian yang peneliti lakukan yakni analisis wacana dalam tabloid, karena pada penelitian terdahulu peneliti belum menemukan analisis wacana dalam tabloid. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada. 5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut :

BAB I: Berisi Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan. BAB II : Berisi Tinjauan Teori yang terdiri dari Analisis Wacana yang

meliputi : Pengertian analisis wacana, model analisis wacana Teun A. van Dijk, pengertian media cetak, macam-macam media cetak, pengertian tabloid sebagai media dakwah.

BAB III : Berisi Gambaran Umum yang meliputi : latar belakang berdirinya tabloid robithoh, visi dan misi tabloid robithoh, rubrikasi tabloid robithoh, struktur redaksi tabloid robithoh, mekanisme kerja redaksi tabloid Robithoh.

BAB IV : Berisi Analisis Wacana dalam Tabloid Robithoh edisi 1-30 SAFAR 1431 H yang meliputi : analisis wacana rubrik renungan tabloid robithoh edisi 1-30 SAFAR 1431 H berdasarkanmodel Teun van Dijk, analisis wacana rubrik renungan tabloid robithoh edisi 1-30 SAFAR 1431 H berdasarkan kognisi sosial, analisis


(23)

wacana rubrik renungan tabloid robithoh edisi1-30 SAFAR 1431 H berdasarkan konteks sosial..


(24)

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana

Tinjauan ini membahas pengertian, varian dan model van Dijk. 1. PengertianAnalisis Wacana

Wacana ialah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi di atas satuan kalimat, sebagai satuan tertinggi yang lengkap maka di dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami tanpa keraguan apapun.1 Wacana ini di realisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seni ensiklopedia, artikel, dsb), paragraf atau kata yang membawa amanat yang lengkap.2

Istilah wacana merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yakni discourse, kata discourse berasal dari bahasa latin discursus, dis : dari, dalam arah yang berbeda dan curere : lari, sehingga berarti lari kian kemari.3

Banyak sekali perbedaan definisi tentang wacana, hal ini dikarenakan perbedaan displin ilmu yang memakainya. Bahkan kamus, kalau di anggap merujuk pada referensi yang objektif, juga memiliki definisi yang berbeda pula. Di dalam sebuah buku yang di tulis Alex

1

Abdul Chaer, Kajian Bahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) h. 62 2

Okke Kusuma Sumantri Zaimar dan Ayu Basoeki Harahap, Telaah Wacana, (Jakarta : The Intercultural Intitute,2009) h. 11

3

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 9


(25)

Sobur dikatakan bahwa wacana adalah komunikasi buah pikiran dengan kata-kata,ekspresi ide-ide atau gagasan, kopensasi atau percakapan.4

Berikut ini beberapa pengertian wacana dari para pakar komunikasi:

Menurut Mulyana yang dikutip oleh Alex Sobur, secara etimologis istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac atau wak atau vak yang memiliki arti 'berkata', 'berucap'. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna 'membendakan' (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.5

Menurut Ismail Marhaimin yang dikutip oleh Alex Sobur mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya”, dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan maupunn tulisan, yang resmi dan teratur”.6

Menurut Samsuri yang dikutip oleh Alex Sobur menyatakan bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai

4

Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 9 5

Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana (Yoyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 3

6


(26)

hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula memakai tulisan.7

Alex Sobur merangkum pengertian wacana dari berbagai pendapat, ia memandang wacana sebagai “rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa”.8

Kajian terhadap wacana sering disebut sebagai analisis wacana, istilah analisis dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu sifat penelitian, penguraian, kupasan. Sedangkan analisa adalah penyeledikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya.9

Analisis wacana merupakan pendekatan baru muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisaannya hanya kepada soal kalimat dan barulah memalingkan perhatiannya kepada penganalisaan wacana.10

Analisis wacana merupakan salah satu studi mengenai pesan dalam komunikasi selain analisis isi kuantitatif. Menurut Eriyanto, terdapat empat perbedaan anatara analisis wacana dengan analisis isi (kuantitatif), anatara lain:

7

ibid, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 10 8

ibid, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 11 9

Hamis ST, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya : Pustaka Dua, 2000), cet. Ke-1, h. 34 10

A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik,(Bandung: Angkasa, 1993), cet. Ke-1, h. 12


(27)

a. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya kuantitatif, analisi wacana menekankan pada pemaknaan teks ketimbang penjumlahan unit kategori seperti yang terdapat dalam analisi isi. Sehingga dalam menentukan analisis datanya, analisis wacana tidak memerlukan lembaran koding.

b. Analisi isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), atau dengan kata lain yang dipentingkan adalah objektivitas, validitas (keakuratan data), dan realibitas. Sedangkan dalam analisis wacana, unsur terpenting dalam analisisnya adalah penafsiran dari teks yang latent (tersembunyi).

c. Analisis isi kuantitatif lebih menekankan kepada “apa” (what) yang dikatakan oleh media, dan hanya bergerak pada level makro isi media saja. Sedangkan analisis wacana menekankan kepada “bagaimana” (how) dan isi media, analisis wacana juga meneliti pada level mikro yang menyusun suatu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris.

d. Analisis isi bertujuan melakukan generalisasi dalam penyimpulan hasil penelitiannya, dan bahkan melakukan prediksi. Hal ini karena dalam unit atau perangkat penelitiannya menggunkan sample, angket dan sebagainya. Yang secara tidak langsung bertujuan untuk menggambarkan fenomena dari suatu isu atau peristiwa. Sedangkan analisis wacana tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi dengan menggunakan beberapa asumsi. Hali ini karena analisis wacana bahwa setiap peristiwa pada dasarnya selalu bersifat unik, karena tidak diperlukan prosedur yang sama diterapkan untuk isu dan kasus yang berbeda.11

Analisis wacana bersifat lebih mendalam bila dibandingkan dengan analisis isi sebab analisis wacana menafsirkan pesan yang tersembunyi. Untuk analisis wacana tulisan, meneliti bukan hanya sekedar pada kalimat yang ditulis, tetapi pada kata dan hubungan kalimat, bagaimana kalimat itu dibentuk dan tujuan dari kata atau kalimat itu disajikan. Analisis wacana tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi seperti yang dilakukan dalam penelitian dengan menggunakan analisis isi dalam penyimpulan hasil.

11


(28)

2. Varian Analisis Wacana

Dalam perkembangannya ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang model analisis wacana dengan pendekatan yang berbeda-beda. Para ahli yang mengembangkan analisis wacana tersebut diantaranya :

a. Model Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Yony Trew terkenal dengan pendekatan critical linguistics. Critical linguistics memandang bahasa sebagai praktik sosial, dimana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan idiologinya. Roger Fowler dkk membuat model berdasarkan penjelasan Halliday mengenai struktur pemakainya untuk mengetahui praktik idiologi.

b. Model Theo Van Leeuween

Terkenal dengan model analisis wacana yang mendeteksi atau meneliti bagaimana suatu kelompok atau orang di marjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok yang dominan memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sedangkan kelompok yang lemah menjadi obyek pemaknaan dan digambarkan secara buruk.12

c. Model Sara Mills

Terkenal dengan perspektif wacana feminisme. Sara Mills lebih menekankan pada adanya bias-bias gender dalam suatu teks dan

12


(29)

menjelaskan bagaimana bentuk dan pola pemarjinalan itu dilakukan terhadap perempuan.

d. Model Norman FaircLough

Adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Idiologi apa yang terdapat dalam suatu teks. Jadi analisis dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu. Model yang dikemukakan oleh Norman Fairclough ini merupakan integrasi analisis wacana yang didasarkan pada linguistik dan pemikiran sosial dan politik, dan secara umum diintegrasikan dengan perubahan social. Oleh karena itu model yang dikemukakan oleh Norman Fairclough ini dikenal juga dengan model “perubahan sosial”.13

Meskipun para tokoh tersebut mempunyai model yang berbeda tetapi berbagai model tersebut mempunyai persamaan dalam beberapa hal: a. Idiologi menjadi bagian yang sentral dari semua model analisis.

b. Semua model berpandangan kekuasaan (power) menjadi bagian yang sentral dalam setiap analisis.

c. Semua model berpandangan bahwa wacana dapat dimanipulasi oleh sekelompok mayoritas dan dominan (kelas yang berkuasa dalam masyarakat) untuk memperbesar kekuasannya.

d. Semua model menggunakan unit bahasa sebagai alat untuk mendeteksi idiologi dalam teks.14

3. Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk

Ada banyak model analisis wacana yang diperkenalkan para ahli. Model analisis wacana yang banyak dipakai dalam penelitian wacana

13

ibid, h. 81 14


(30)

adalah model milik van Dijk, hal ini dikarenakan van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial” .

Wacana oleh van Dijk digambarkan memiliki tiga dimensi, yaitu: teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Ketiga bagian ini adalah bagian yang integral dalam kerangka teori van Dijk, untuk itulah van Dijk menggambungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.

a. Teks

Van Dijk melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan; (1) Struktur makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa, (2) Suprastruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimna struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh, dan (3) struktur mikro adalah makna yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai, dan sebagainya. Struktur wacana van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(31)

Tabel 1. Struktur Wacana

Struktur wacana Hal yang diamati Unit Analisis Struktur makro Suprestruktur Struktur mikro Struktur mikro Struktur mikro Struktur mikro TEMATIK (apa yang dikatakan) Elemen: Topik/tema

SKEMATIK

(bagaimana pendapat disusun dan di rangkai)

Elemen: Skema SEMANTIK

(apa arti pendapat yang ingin disampaikan?)

Elemen: Latar, Detail, Maksud, Peranggapan

SINTAKSIS (Bagaimana pendapat

disampaikan?) Elemen: Bentuk kalimat,

Koherensi, Kata ganti. STILISTIK

(pilihan kata apa yang dipakai?) Elemen: Leksikon,

RETORIS

(dengan cara apa pendapat disampaikan?) Elemen: Grafis, Metafora,

Ekspresi Teks Teks Paragraf Kalimat Proposisi Kata Kalimat proposisi15

Beberapa hal yang diamati dari struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro dalam analsisi wacana van Dijk adalah :

1) Tematik

15

Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif,(Jakarta: RajaGrafindo, 2003) h. 163


(32)

Tematik adalah hal yang diamati dalam struktur makro analisis wacana van Dijk. Secara etimologi tematik berasal dari kata Yunani yaitu

tithenai yang berarti menempatkan atau meletakkan. Sedangkan dilihat

sebagai sebuat tulisan, tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.16 Topik merupakan elemen yang terdapat dalam tematik. Topik menunjukan inti pesan atau informasi yang paling penting yang ingin disampaikan komunikator dalam hal ini penulis rubrik. Dengan topik, kita dapat mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh penulis rubrik dalam mengatasi masalah.

2) Skematik

Menurut van Dijk, skematik merupakan strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu. Skematik yang memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang diakhirkan untuk menyembunyikan informasi penting.17 Pada umumnya, teks atau wacana memiliki skema atau alur, yang dimulai dari pendahuluan hingga penutup. Alur memberikan tekanan dalam suatu teks, bagian mana yang berada di awal, dan bagian mana yang berada di akhir sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Dalam menganalisis wacana sebuah berita, terdapat dua kategori besar pada struktur skema, pertama summary

16

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 75 17

Eriyanto,Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yoyakarta: PT.LKIS, 2006) Cet ke-6, h. 234


(33)

yang terdiri dari dua elemen judul dan lead (teras berita). Sedangkan kategori yang kedua adalah story yakni isi berita secara keseluruhan.18 3) Semantik

Dalam pengertian umum, semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal yaitu makna untuk semantik yang terkecil yang disebut leksen, maupun makna yang berbentuk dari penggambungan satuan kebahasaan yang disebut dengan makna gramtikal. Sementara itu dalam buku Analisis wacana, Alex Sobur menjelaskan mengenai semantik dalam pandangan van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal, yaitu makna yang muncul dari hubungan makna tertentu dalam suatu bangunan teks.19 Dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tetapi juga menggiring kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa. Elemen yang diamati dalam semantik adalah latar, detail, maksud, pra-anggapan, dan nominalisasi.

Untuk lebih jelasnya, maka masing-masing elemen wacana semantik, seperti latar, detail, maksud sebagai berikut :

a) Latar

Latar adalah bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan, latar dapat menjadi alasan pembenar dalam suatu gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya

18

Eriyanto,Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 232 19


(34)

muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelediki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.20

b) Detail

Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya. Informasi yang menguntungkan komunikator, bukan hanya ditampilkan secara berlebih tetapi juga dengan detail yang lengkap kalau perlu dengan data-data. Detail yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detail yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan dirinya. Hal yang menguntungkan komunikator atau pembuat teks akan diuraikan secara detail dan terperinci, sebaliknya fakta yang tidak menguntungkan. Detail informasi akan dikurangi.21

20

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. h. 235 21


(35)

c) Maksud

Elemen wacna maksud, hampir sama dengan elemen detail. Dalam detail, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detail yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi.22

Dalam konteks media, elemen maksud menunjukan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.23

d) Peranggapan

Elemen wacana peraanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.24

Teks berita umumnya mengandung banyak sekali praanggapan. Praanggapan ini merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya, tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu.

22

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. h. 240 23

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. h. 241 24


(36)

4) Sintaksis

Kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun berarti dengan, dan

tattein berarti menempatkan). Jadi, secara etimologi kata sintaksis berarti

menempatkan bersama-sama hal-hal menjadi kelompok kata atau kalimat. Sedangkan menurut Ramlan, sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, ataupun frase.25 Maksudnya disini adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun menjadi kesatuan yang memilki arti. Elemen yang diamati dalam sintaksis adalah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti. Untuk lebih jelasnya, maka masing-masing elemen wacana sintaksis, seperti bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti sebagai berikut :

a) Bentuk kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kaulitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menetukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.26

25

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 80 26


(37)

b) Koherensi

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya.27

c) Kata Ganti

Merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti "saya" atau "kami" yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi, ketika memakai kata ganti "kita" menjadikan sikap tersebut sebagai represntasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.28

5) Stilistik

Stilistik adalah cara yang digunakan oleh penulis rubrik untuk menyatukan maksudnya dengan menggunakan gaya bahasa tertentu sesuai dengan keinginan penulis rubrik. Gaya bahasa dalam pengertian disini mencakup pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan dan

27

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. h. 242 28


(38)

sebagainya. Elemen dalam bentuk stalistik adalah leksikal merupakan pemilihan dan pemakaian kata atau frase dalam menyebut sesuatu ataupun peristiwa dengan menggunakan kata lain yang memiliki persamaan (sinonim), seperti kata “meninggal”, yang memiliki kata lain mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Pilihan kata yang digunakan menunjukan sikap dan ideology tertentu.29 Pengertian leksikon, pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang meujuk pada fakta. Diantara beberapa kata itu seseorang dapat memilih diantara pilihan yang tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.30

6) Retoris

Strategi retoris yang dimaksud disini adalah yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris berhubungan erat dengan bagaimana suatu pesan disampaikan kepada khalayak. Retoris berfungsi

persuasive (mempengaruhi).31 Elemen dalam strategi retoris dapat muncul

dalam bentuk grafis, metafora, dan ekspresi. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan pengertian grafis, metafora sebagai berikut :

a) Grafis

29

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 83 30

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. h. 255 31


(39)

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati oleh teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalyak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, dimana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut.32

b) Metafora

Dalam suatu wacana seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bias jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, alas an pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada public. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, pribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan

32


(40)

mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.33

b. Kognisi Sosial

Dalam dimensi ini, menerangkan bagaimana teks diproduksi oleh pembuat teks, cara memandang suatu realitas sosial yang melahirkan teks tertentu. Kognisi social memiliki hubungan dengan proses produksi pembuatan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita, karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.34

c. Konteks Sosial

Konteks Sosial berusaha memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari analisis adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi.

B. Ruang Lingkup Tentang Media Cetak 1. Pengertian Media Cetak

Secara Etimologi, media adalah merupakan jamak dari bahasa latin, yaitu, “Median” yang berarti perantara. Jamaknya media, adapun pengertian semantiknya yaitu “segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai

33

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 259 34


(41)

alat (perantara). Sedangkan secara terminology, media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.35

Dalam Kamus Telekomunikasi, media berarti saran yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat Bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi, adapun bentuk dan jenisnya beragam.36

Cetak arti harfiah bahasa Indonesia “cetak” ialah cap, acuan, makna harfiah ini belum cukup memuaskan, karena itu kita masih perlu mengacu kepada kosa kata Inggrisnya.

Dalam bahasa Inggris, cetak, yang berkaitan dengan produksi media cetak, ialah press. Press berarti : mesin untuk mencetak buku, media, surat kabar. Adapun the press ialah surat kabar, media, dan juga didalamnya para wartawan, termasuk wartawan dan jurnalis (editor) media elektronika baik radio maupun televisi. Sementara kata-kata “perss”sendiri berarti :

a. Usaha percetakan dan penerbitan

b. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita

c. Penyiaran berita melalui surat kabar, media, dan radio.37

35

Syukir Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah,(Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163 36

BC TT Ghazali, Kamus Istilah Komunikasi,(Bandung: Djambatan 1992), h.227 37

Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) cet ke-1 h. 7


(42)

Merebaknya media massa dewasa ini, khususnya media cetak seperti surat kabar, tabloid, dan majalah, merupakan salah satu wujud dari era reformasi dan keterbukaan. Berbagai pandangan pun berkembang seakan tiada mengenal henti. Semua pesan dari media massa dikonsumsi oleh masyarakat serta menjadi bahan informasi dan referensi pengetahuan mereka.38

Adapun yang dimaksud dengan media cetak adalah sarana media massa yang di cetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar dan majalah.39

Produksi media cetak ialah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud/tujuannya. Di dalam proses produksi itu, terjadi interkomunikasi antar manusia, sehingga media cetak tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa.40

Melalui media cetak, ada beberapa tujuan yang ingin diharapkan, yaitu:

a. Memotivasi tingkat perhatian atau perilaku seseorang b. Menyampaikan Informasi

c. Memberikan Instruksi41

Didalam Media Cetak memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya:

38

Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat Berhubungan Dengan Media Massa, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 9

39

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3, h. 23 40

Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) cet ke-1 h. 7

41


(43)

Kelebihan

a. Repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau

mengelipingnya.

b. Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.

Kekurangan

a. Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.

b. Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar.

c. Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.

d. Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.42 2. Macam-macam Media Cetak

Ada beberapa karateristik media cetak sebagai gejala komunikasi massa, yaitu:

42


(44)

a. Komunikator dapat berupa perorangan atau melalui organisasi yang mempunyai institusi yang jelas.

b. Massage (pesan) diproduksi secara besar-besaran dan disebarluaskan

kepada audience.

c. Komunikasi pada umumnya merupakan publik yang bersifat anonym (tidak saling mengenal)

d. Komunikasi bias mengelompok pada suatu tempat atau karena suasana tertentu dan biasa juga terpancar pada wilayah yang luas.

e. Feedback (umpan balik) umumnya bersifat tak langsung atau tertunda

karena kontak langsung antara komunikator dengan komunikan terhalang oleh medium.43

Secara garis besar, isi media cetak terdiri dari fakta dan opini. Fakta adalah sesuatu yang bias dilihat, diraba, dan dirasakan oleh setiap orang. Oleh karena itu, laporan faktual adalah laporan wartawan dar lapangan berdasarkan sesuatu yang di lihatnya atau kesaksian orang lain. Isi media cetak yang berdasarkan fakta adalah berita. Misalnya berita kejadian kebakaran, tabrakan, kriminalitas, olahraga, dan lain-lain yang semuanya bias di lihat kejadiannya, baik secara langsung oleh wartawan, atau melalui saksi. Sedangkan opini artinya pendapat/pandangan tentang sesuatu. Karena orang beropini, antara orang yang satu dengan yang lainnya memperlihatkan adanya perbedaan.44

Adapun yang termasuk dalam media cetak antara lain:

43

Redi Paju, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Pustaka Pelajar,1997), h. 118 44


(45)

a. Buku

Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh penulisnya. Buku merupakan jendela ilmu, melalui buku ini informasi-informasi atau pesan-pesan dakwah dapat disebarluaskan secara mudah kepada sasaran dakwah.

b. Surat kabar

Surat kabar merupakan salah satu media cetak yang terbit setiap hari. Ada yang terbit pagi hari dan ada pula yang terbit sore hari karena terbitnya setiap hari itulah, surat kabar mampu mengangkat berita-berita yang aktual.

c. Majalah

Majalah biasanya terbit dalam bentuk buku dan terbit dalam waktu berkala, tergantung waktu terbitnya, ada yang mingguan, tengah bulanan, bulanan dan seterusnya. Majalah mempunyai fungsi, yaitu mengeluarkan informasi atau misi yang dibawa oleh penerbitnya kepada khalayak. Majalah biasanya mempunyai ciri tertentu, ada yang khas wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga dan sebagainya.45

45


(46)

d. Tabloid

Surat Kabar dalam bentuk (ukuran) yang lebih kecil, biasanya, formatnya setengah dari surat kabar biasa (A-3).46

Di samping media cetak seperti yang telah disebutkan di atas yaitu buku, surat kabar, majalah, tabloid juga terdapat media cetak lain yang dapat digunakan sebagai media dakwah seperti brosur, buletin, dan lain-lain yang mempunyai fungsi sama yaitu menyabarkan informasi melalui media cetak.47

3. Pengertian Tabloid

Tabloid berasal dari bahasa latin, “tabula” yang berarti lempeng. Kalau diterjemahkan dengan pendekatan pada media, maka tabloid berarti media yang ringan dan lebih menunjuk pada bentuk dan ukuran daripada isi.

Berasal dari istilah “small tablet medicine”. Istilah yang sempat merebak pada sekitar tahun 1884 yang artinya obat atau bahan kimia yang sudah dikompres menjadi satu bagian atau suatu konsentrat. Pada sekitar tahun 1898, tabloid yang mengambil kata dari ‘tablet’ dan diakhiri dengan akhiran –oid. Istilah tabloid digunakan pula untuk mengistilahkan sesuatu apapun yang sifatnya telah dikompres. Pada tahun 1901 mulai dikenal istilah tabloid journalism. Awal abad 20-an, istilah tabloid kemudian muncul untuk memberi istilah pada koran yang mempunyai isi berupa

46

Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Mereproduksi,(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007)cet.ke-1 h. 7

47


(47)

berita dan artikel yang dimampatkan kedalam bentuk yang lebih sederhana, mudah dibaca dan mudah dicerna.48

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan tabloid adalah surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan bergambar, mudah dibaca umum, surat kabar sensasi; surat kabar kuning; tulisan dibentuk ringkas dan padat (kritik, paparan).49

Pengertian tabloid adalah format koran dengan separuh halaman ukuran broadsheet50 biasanya lebar lima kolom dan panjang 14 sampai 18 inci; disingkat tab; tidak selalu bersifat sensasional meski istilah itu mengandung konotasi seperti itu.51

Kata tabloid mengandung konotasi rendahan untuk koran yang menampilkan judul-judul yang mentereng dan menarik, tetapi orang-orang koran menggunakan kata itu dalam pengertian netral untuk menyebut koran separuh ukuran yang nyaman untuk dipegang. Ironisnya, karya pengaitan kata tabloid dengan sensasionalisme, tak satu pun koran dalam Yellow Press

Period yang sensainalistik berbentuk tabloid, dengan perkecualian eksperimen

satu mengilustrasikan koran masa depan.

48

http://belajardekavetiga.blogspot.com/2007/10/tabloid.html. Diposting pada 24 Mei

2010 49

DEPDIKBUD R.I, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Cet. Ke-1, h. 1117

50

Format koran sehalaman penuh;biasanya enam kolom dengan panjang 22 atau 24. Lihat Jhon Vivian, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008) Ed. 8, Cet. Ke-1 h. 73

51


(48)

Beberapa koran beralih ke ukuran tabloid, termasuk Christian Science Monitor, yang berisi jurnalisme serius. Tetapi disepanjang abad ke-20, koran berukuran tabloid belum banyak, sampai 2001 hanya ada tiga lusin.52

Tabloid merupakan publikasi yang diterbitkan secara berkala. Publikasi adalah salah satu media komunikasi cetak yang diterbitkan secara berkala dan diedarkan. Sasaran publikasi bisa untuk umum dan bisa juga untuk kalagan tertentu/khusus. Demikian pula periode penerbitannya, ada harian, mingguan, atau bulanan. Jenis media publikasi yang ada saat ini sangat beragam. Berdasarkan sasarannya, publikasi bisa digolongkan sebagai berikut:

a. Untuk umum

Publikasi biasanya di terbitkan dalam jumlah banyak, orang bisa mendapatkannya dengan cara membeli eceran atau berlangganan. Contohnya : surat kabar, majalah, tabloid, dan lain-lain.

b. Untuk kalangan tertentu atau khusus

Publikasi biasanya diterbitkan dalam jumlah yang terbatas dan didistribusikan untuk orang-orang atau kalangan tertentu saja, biasanya tanpa dipungut biaya (gratis), misalnya anggota suatu perkumpulan, gereja, sekolah/kampus. Contohnya : buletin, majalah kampus.53

Tabloid memiliki target audience yang lebih sempit dari surat kabar, namun tabloid memiliki ukuran, bahan, ketebalan bentuk yang menyerupai surat kabar. Gaya desain, layout, gaya penulisan dan elemen visual dari

52

Jhon Vivian, Teori Komunikasi, h. 73 53


(49)

tabloid tidak seformal surat kabar. Sirkulasi tabloid tidak secepat surat kabar yang terbit harian, sehingga berita yang ditampilkan bisa lebih personal dan mendetail.54

4. Kekuatan dan Kelemahan Tabloid Sifat tabloid

a. Sama seperti majalah, tetapi yang membedakan tabloid tidak dijilid. b. Beritanya ringan dan mudah dicerna.

c. Pertama kali terbit di New York, Amerika Serikat pada Juni 1919 dengan judul Illustrated Daily News kemudian berganti nama menjadi Daily News.

d. Menampilkan banyak gambar/foto Kelebihan Tabloid

a. Harga lebih murah daripada majalah dengan sifat isi yang hampir sama. b. Segmentasi jenis tabloid jelas, sehingga target pembaca juga jelas. Tabloid

khusus wanita, khusus olahraga, dll.

c. Dapat dibaca siapa saja, karena beritanya yang ringan.

d. Market coverage tinggi sehingga distribusi sampai ke pelosok-pelosok.

e. Dapat dibeli tanpa menjadi pelanggan.

f. Ukurannya lebih kecil, sehingga terkesan handy.

g. Bisa dibaca dengan frekuensi panjang, karena biasanya tabloid terbit mingguan.

h. Kualitas kertas yang lebih baik daripada surat kabar.

54


(50)

Kelemahan Tabloid

a. Clutter juga tinggi, sehingga iklan tidak tersegmen dengan jelas.

b. Kualitas cetak agak baik daripada surat kabar tetapi agak buruk dibanding majalah.

c. Berita tidak aktual.

d. Medium statis, tidak dilengkapi audio video.

e. Tidak dapat disimpan dengan jangka waktu yang lama. Dibanding majalah yang mempunyai kertas yang bagus dan dijilid, maka tabloid agak susah bila disimpan lebih lama.55

5. Tabloid sebagai Media dakwah Bil Qalam a. Pengertian Media dakwah

Dalam kamus telekomunikasi, media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya, banyaknya atau keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi.56

Secara istilah media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu

median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media

berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang

55

http://belajardekavetiga.blogspot.com/2007/10/tabloid.html. 24 mei 2010

56


(51)

telah ditentukan.57 Pemanfaatan media dalam berbagai kegiatan dakwah memungkinkan komunikasi antar da’I dan mad’u menjadi lebih dekat. Untuk itu, keberadaan media dakwah menjadi hal urgen mengingat dakwah melalui media akan lebih memudahkan da’I dalam menyampaikan pesan.58

Bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem, yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan membantu dalam mencapai tujuan. Maka media dakwah mempunyai peranan yang sama dengan komponen yang lain, seperti metode dakwah dan sebagainya. Menurut Asmuni Syukir, bahwa media dakwah merupakan totalitas dalam seluruh aktivitas dakwah.59

Dengan demikian media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan dakwah. Artinya proses dakwah tanpa adanya media sangat sulit dapat mencapai hasil yang maksimal.

Media untuk berdakwah itu banyak jenisnya, tidak hanya media elektronik dan media cetak, tempat terbuka, gedung ataupun kesenian yang juga dapat dijadikan sarana untuk berdakwah sebagaimana yang dikemukakan oleh Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel dalam bukunya

57

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 163

58

M. Hasan Tholchah, Dinamika Kehidupan Religius,(Jakarta : LF. Putra, 2004), h. 57 59

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya: PT.Al Ikhlas, 1983), h. 176


(52)

Prinsip dan Strategi Dakwah menyebutkan bahwa media dakwah banyak ragamnya, antara lain :

1) Alat-alat elektronika (radio, televisi, komputer, tape recorder) 2) Tempat terbuka (lapangan, halaman)

3) Alat-alat cetak (artikel, majalah, Koran, buku, tabloid, brosur) 4) Gedung atau bangunan (masjid, sekolah, balai desa)

5) Seni (film, kaligrafi, wayang, drama)60

1) Peranan Media dalam Dakwah

Media dakwah tidak berbeda dengan media komunikasi massa lazimnya, hanya saja dakwah tidak hanya dapat dilakukan melalui media komunikasi massa tetapi dapat juga dilakukan melalui mimbar atau seminar, komunikasi yang berlangsung dalam suatu forum pertemuan.61

Media massa di negara kita pada umunya berupa radio, televise, surat kabar/majalah/tabloid dan komputer. Media massa ini tepat sekali dipergunakan sebagai media dakwah, baik melalui rubrik/acara khusus agama ataupun acara/rubrik yang lain, seperti sandiwara, membaca puisi, lagu-lagu dan sebagainya. Penulis akan memberikan contoh mengenai karateristik jenis-jenis media massa. Radio sebagai media dakwah memiliki beberapa keutamaan, seperti program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar bermutu.

60

Maman Abdul Djaliel dan Rafi’udin, Prinsip dan Strategi Dakwah, h. 52 61


(53)

Televise sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil tekhnologi itu di harapkan seluruh aktifitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan) yang lebih optimal baik kuantitatif maupun kualitatif.

Televise sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern. Televisi adalah cara tercepat untuk menjangkau ke berbagai sektor masyarakat, karena memiliki akses yang mudah ke setiap rumah serta pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktifitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan).

Surat kabar dan majalah atau tabloid merupakan media dakwah yang bersifat tulisan. Media ini memiliki keunggulan yang lain dibanding dengan media massa lainnya, keunggulannya antara lain mudah dijangkau oleh masyarakat, karena harganya relative murah dibanding dengan media massa lainnya. Selain itu sesuai dengan sifatnya atau karateristik media massa dapat dijadikan publikasi yang beraneka ragam, misalnya dengan rubrik khusus mimbar agama, karikatur, artikel yang bernafaskan dakwah dan sebagainya.62

2) Fungsi Media dalam Dakwah

62


(54)

Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa, sebab komunikasi massa sendiri, secara sederahana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunkan media.63

Ditinjau dari sudut ilmu komunikasi, fungsi-fungsi media massa dalam dakwah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan media massa umum. Adapun fungsi dari media massa menurut H. Alamsyah Ratu Perwiranegara, adalah :

a) Fungsi informatif, merupakan unsur dasar proses sosialisasi atau proses adaptasi dengan lingkungannya atau sebaliknya adaptasi lingkungan kepada individu.

b) Fungsi Instruktif, yang berarti bahwa media massa mempunyai fungsi berupa serangkaian aktifitas instruksi yang meliputi perintah, komando, ajakan, himbauan atau pengajaran. Dalam proses instruksi ini, media massa memegang peranan sangat penting dalam upaya mencipta dan memberikan model perubahan nilai social, politik, dan cultural masyarakat.

c) Fungsi Edukatif, dalam kaitannya dengan pendidikan, media massa sebagai alat pemegang peran yang penting sebagai sarana pendidikan massa, agen humanisasi, agen sosialisasi, agen kulturisasi serta sarana pertumbuhan dan perkembangan kualitas manusia. Dengan kata lain, lewat media massa dapat ditumbuhkan gerakan dinamik peningkatan kualitas masyarakat seutuhnya yang mempunyai kemampuan intelektual dan emosiaonal serta kemapuan praktis untuk dapat suvive dan melangsungkan keberadaan hidupnya.

d) Fungsi persuasive, dalam kaitannya dengan fungsi ini, kiranya media massa apapun wujudnya baik auditif maupun cetak menduduki peran strategis dalam mengarahkan orientasi, wawasan, keyakinan, cara pandang masyarakat.

e) Fungsi Integratif, dalam fungsi ini, media massa sebagai sosial integrator dapat digunakan sebagai sarana efektif dan strategis untuk menciptakan suasana kondusif yang mampu menunjang terwujudnya proses integrasi sosial.

f) Fungsi Rekreasi, fungsi yang berkenaan dengan dimensi kebutuhan estis masyarakat, dimensi penghayatan emosional tentang kenikmatan, kesukaan, kesenangan dan seterusnya.64

63

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h. 73


(55)

Jadi fungsi media dalam dakwah adalah informatif, instruktif, edukatif, persuasif, integratif, dan rekratif sehingga bisa lebih efektif dan efesien dalam hal waktu jangakauan, tenaga dan pengaruhnya, apalagi pada masa sekarang kebutuhan aktifitas manusia semakin kompleks mereka menuntut segala sesuatu serba cepat dan canggih.

b. Tabloid sebagai media dakwah Bil Qalam

Berdakwah tidak harus dengan berceramah. Dakwah bisa menggunakan berbagai sarana. Di era modern sekarang ini, dakwah harus dikemas dengan berbagai sarana, agar dakwah dapat berlangsung lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman, yang penting inti dakwah yakni “mengajak manusia ke jalan Allah dapat tercapai.

Berdakwah adalah menyeru dan mengajak orang lain untuk memeluk agama Islam atau untuk memperdalam pengathuan tentang agama Islam. Materi atau bahan yang akan disampaikan dalam berdakwah tentu harus sesuai dengan al-Quran dan Hadist.

Sejarah media modern bermula dari buku cetak. Meskipun pada awalnya upaya percetakan buku hanyalah merupakan upaya penggunaan alat teknik untuk mereproduksi teks yang sama atau hampir sama, yang telah disalin dalam jumlah yang besar, namun upaya itu tentu saja masih dapat disebut semacam revolusi. Lambat laun perkembangan buku cetak mengalami perubahan dalam segi isi, semakin bersifat sekuler dan praktis. Kemudian semakin banyak pula karya populer, khususnya dalam wujud

64

Rusjdi Hamka,dan Rafiq, Islam dan Era Informasi, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989). Cet. Ke-1, h. 35


(56)

brosur dan pamflet politik dan agama yang ditulis dalam bahasa daerah, yang ikut berperan dalam proses transformasi abad pertengahan. Jadi, pada masa terjadinya revolusi dalam masyarakat, buku pun ikut memainkan peran yang tidak dapat dipisahkan dari proses revolusi itu sendiri.65 Media cetak merupakan salah satu media tertua di antara sekian banyak media lain yang tersedia. Konon, sampai akhir abad ke-19, kegiatan komunikasi massa hanya dilakukan oleh surat kabar. Makanya tak heran bila kemajuan Islam pada masa lalu pun tidak terlepas dari peran media massa.

Di era saat ini, ada banyak media yang bisa dijadikan sebagai sarana dakwah. Salah satunya melalui tabloid. Pengertian tabloid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan bergambar, mudah di baca umum, surat kabar sensasi; surat kabar kuning;. Tulisan di bentuk ringkas dan padat (kritik, paparan).66 Tabloid biasanya mempunyai segmentasi pasar yang berbeda-beda misalnya ada tabloid khusus remaja, wanita, kesehatan, oleharaga, dsb.

Kelebihan dakwah melalui tabloid adalah efektif dan efisien, jika da’I mengungkap misinya sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat pembaca, dan pesan-pesannya pun terungkap dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami serta mempunyai daya tarik agar pembaca tidak bosan membacanya sehingga masyarakat pembaca akan paham dan

65

Asnawir, M Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), h. 11

66

DEPDIKBUD R.I, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Cet. Ke-1, h. 1117


(57)

menjalankan segala yang dipesankan dalam tabloid tersebut. Dakwah akan berhasil ketika mad’unya merubah perbuatannya dari tidak sempurna menjadi sempurna, dari perbuatan buruk menjadi baik dan segala kehidupannya sesuai dengan ajaran agama Islam.


(58)

GAMABARAN UMUM TABLOID ROBITHOH

A. Latar Belakang Penerbitan Tabloid Robithoh

Tabloid Robithoh merupakan tabloid yang mengambil segmen keagamaan (Dakwah Islam). Tabloid ini didirikan pada tanggal 12 Robiul Awwal tahun 1428 Hijriah di jalan Bagusrangin II. No. 117/50 Bandung. Penetapan tanggal ini merupakan bentuk Tabaruk pihak redaksi Robithoh kepada Rosululloh SAW yang telah membawa umat dari kegelapan hati menuju jalan yang lurus, jalan yang akan membawa manusia kembali kepada Allah. Dengan inipun pihak redaksi berharap semoga semangat dalam menyampaikan dakwah (Tabligh) yang dimiliki Rosululloh SAW itu dapat sampai juga kepada pihak redaksi.1

“Penerbitan tabloid Robithoh ini bermula dari keinginan Ayi Abdul jabar, seorang ihkwan2 Thoriqot Qodiriyah wan Naqsabandiyah untuk

ber-khidmat kepada Pondok Pesantren Suryalaya, khususnya dalam membangun

syi'ar dan citra Thoriqot Qodiriyah wan Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya. Selain itu, adanya keprihatinan dalam dirinya terhadap Pondok Pesantren Suryalaya yang usianya sudah 102 tahun namun belum mempunyai media yang sangat representatif, juga mendorong Ayi untuk membuat sebuah media yang dapat mewujudkan keinginannya tersebut".3

Kebanyakan media-media Islam khususnya yang ditangani oleh pondok pesantren jarang yang berumur lama. Jadi yang dinamakan

ke-Istiqomahan dalam terbit itu sulit. Pertama, terkendala masalah manjamen

1

Wawancara pribadi dengan pak wardimal (Pimpinan Umum) tabloid Robithoh 06 Mei 2010

2

Ikhwan adalah sebutan untuk seseorang yang telah menganut ajaran Thoriqot Qodiriyah wan Naqsabandiyah (TQN).

3

Wawancara pribadi dengan wardimal, 06 Mei 2010


(59)

yang diantaranya permodalan, yang berikutnya juga sulitnya sumber daya manusia yang profesional yang mampu berkiprah di lingkungan pondok pesantren. Itu sebabnya kebanyakan media yang diterbitkan oleh pondok pesantren umumnya tidak bisa bertahan lama.4

“Berkaca kepada media-media yang pernah berkiprah dilingkungan Pondok Pesantren Suryalaya yang tidak berumur lama, untuk itulah PR berikutnya yang dikerjakan pada saat itu, ialah mencari mitra berjuang, mitra dalam berkhidmat, dan pribadi yang benar-benar antusias untuk berdakwah. Karena itu kita menyadari kalau menerbitkan media dalam beberapa waktu kedepan itu sulit, katakanlah untuk mendapatkan impasnya antara biaya dengan pendapatan diterima”.5

Latar belakang awal dari penerbitan tabloid robithoh ini adalah berawal dari adanya keprihatinan sebagai ihkwan yang ingin melihat bahwa media di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya ini ada, eksis, bahkan kedepannya diharapkan mampu berkibar diluar.

Walaupun hidup tanpa iklan, namun tabloid robithoh tetap dapat beristiqamah untuk terbit, hingga usiannya tiga tahun. Dalam usia yang sudah mencapai tiga tahun ini. Tabloid robithoh telah terbit sebanyak 36 edisi, dan oplah penjualannya sudah mencapai 2000 eksemplar. Oleh karena itu, perbaikan-perbaikan dalam diri robithoh pun terus dilakukan karena banyaknya partisipasi aktif dari para pembacanya, dan demi kemajuan Tabloid Robithoh itu sendiri.

4

Wawancara pribadi dengan wardimal, 06 Mei 2010 5


(60)

B. Visi dan Misi Tabloid Robithoh

Perkembangan dan penyebaran ikhwan yang sangat luas baik diluar dan didalam negeri, membuat jumlah ihkwan Thoriqot Qodiriyah wan Naqsabandiyah (TQN) tersebut sulit untuk didata secara jelas. Hal ini para ikhwan saling tidak mengenal, bahkan terkesan bahwa para ikhwan tersebut berjalan sendiri-sendiri, padahal mereka semua berdiri dibawah naungan yang sama yaitu Thoriqot Qodiriyah wan Naqsabandiyah (TQN).6

Oleh karena itu Tabloid Robithoh mempunyai visi dan misi diantaranya yaitu:

1. Sebagai alat penyambung Dakwah Islam

2. Sebagai alat komunikasi yang berorientasi kepada Dakwah7

3. Sebagai alat pemersatu ikhwan dikalangan ikhwan Thoriqot Qodiriyah wan Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya

4. Untuk menyatukan visi dan misi yang bercerai berai diantara ikhwan

5. Menyambungkan ruhani dan tim redaksi, para pembaca serta guru mursyid8

C. Struktur Redaksi Tabloid Robithoh

Penerbit : Yayasan Ikhlas Bandung

Pimpinan Umum/Usaha : Wardimal

Wakil Pimpinan Umum : Rahmat Alwisman

6

Wawancara pribadi dengan wardimal, 06 Mei 2010 7

Wawacara pribadi dengan wardimal, 06 Mei 2010 8

Mursyid adalah istilah yang gunakan di kalangan ahli tasawuf, yang berarti guru pembimbing kerohanian (lihat Ensiklopedi Islam jilid 3, tahun 1997, h. 303)


(61)

Pembina : KH. Noor Anom Mubarok KH. Habib Luthfi Ali bin Yahya KH. Zainal Abidin Anwar

KH. A. Rohim Mahmud

Pimpinan Redaksi : Atus Ludin Mubarok Redaktur Pelaksana : Ayi Abdul Jabbar Wakil Redaktur Pelaksana : Ucup Fathuddin

Dewan Redaksi : Syahri A

Nendi Subagja

Jenal Bustomi Susi Juliani

M.T.Hartono Ikhsan

Staf Redaksi : Ajengan Kembar

M. Jamil Hidayat

Koresponden : Handri (Jakarta)

Ust. Yana (Priangan Timur)

Ust.Faidzin (Pekalongan)

H. Indra (Surabaya)

Kiayi Iqro’(Lampung)

Keuangan : Endang W. Widiastuti


(62)

Marketing : Ust.H.Sutisna (lampung), Edi Setiadi (sumedang), Ust. Dadang Banjar (Periangan Timur), Yuyus (Tasikmalaya), Ade (Subang), Ust. Sukendar (Pekalongan), Ust. H.Syrifudin, H. Maksum Saputra, Rida Firdaus (Jakarta), Gwika(Bandung)

Alamat Redaksi : Jln. Bagusrangin II No.117/50 Bandung 40132

D. Mekanisme Kerja Redaksi Tabloid Robithoh

Sebuah perusahaan media cetak tentu mempunyai susunan kepengurusan atau struktur organisasi. Struktur organisasi ini bertujuan untuk menciptakan pembagian tugas (job desk), agar para anggotanya tidak bekerja secara tumpang tindih. Oleh karena itu dalam sebuah perusahaan media cetak biasanya ada yang disebut dengan mekanisme kerja redaksi.

Adapun mekanisme kerja redaksi di tabloid sebagai berikut : 1. Pimpinan Redaksi

Di tabloid robithoh, jabatan ini dipegang oleh Atus Ludin Mubarok. Ia bertugas untuk bertanggung jawab terhadap seluruh proses keredaksian. Melakukan penilaian terhadap tabloid robithoh secara keseluruhan, mengadakan sekaligus memimpin rapat redaksi, termasuk menetapkan rencana kerja keredaksian dan memantaunya.


(1)

HASIL WAWANCARA

Nama : Wardimal

Jabatan : Pimpinan Perusahaan Tempat : Redaksi Robithoh Hari/tgl : Kamis, 06 Mei 2010 Waktu : 15.00

1. Apa tujuan utama diterbitkannya Tabloid Robithoh ?

Penerbitan tabloid robithoh ini memang didasari oleh keinginan untuk mempersatukan umat Islam yang sekarang sudah terpecah-pecah. Dengan tabloid ini, kita juga mengharapkan dapat menuntut umat Islam untuk dapat kembali kepada ajaran Islam yang lurus dan menyeluruh (Kaffah). Selain itu, kita memang mempunyai tujuan untuk lebih memperluas dakwah Islam dapat terus berlangsung. Oleh karena itu, tujuan utama diterbitkannya robithoh ini adalah sebagai alat penyambung dakwah. Kalau untuk tujuan bisnis saya rasa sangat kecil sekali jika kita mengharapkan dari sini. Oleh karena itu, orientasi kita bukan kepada iklan, tetapi sebagai media bacaan.

2. Mengapa dinamai Robithoh ?

Sebagai orang yang belajar kepada guru, kita harus mempunyai ikatan batin. Ikatan batin ini dalam bahasa arab disebut dengan robithoh. Robithoh disini bukan hanya kepada guru, tetapi juga kepada junjungan kita Nabi Muhammad. Kami berupaya dimana isi daripada robithoh ini bias menggambungkan ruhani dari tim redaksi kepada pembaca, kepada ajaran-ajaran guru mursyid. Karena yang dimaksud robithoh bagi kami bukan hanya sekedar mengucapkan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan guru mursyid, tetapi bagaimana akhlak beliau itu diaplikasikan, karena robithoh yang sebenarnya adalah bagaimana


(2)

mengamalkan amaliah-amaliah guru dengan sebaik-baiknya bukan dengan ucapan saja, tetapi tindakan yang nyata di lapangan secara langsung.

3. Siapa yang menjadi sasaran dari tabloid Robithoh ?

K.H Noor Anom Mubarok sebagai salah seorang Pembina Tabloid Robithoh pernah berkata “jadikanlah robithoh itu adalah milik umat”. Jadi sasaran tabloid robithoh ini ialah kepada kaum muslimin wal muslimat.

4. Bagaimana Rubrikasi di tabloid Robithoh ?

Pertama yang kita harus garis bawahi memang materi yang disampaikan ada yang berbentuk artikel, semi artikel. Ada juga yang berfungsi sebagai alat komunikasi seperti profil, tokoh, dan juga ibroh, ini juga kita dasari sebagai alat dakwah. Jadi walaupun menjadi alat komunikasi tetap alat komunikasi yang berorientasi kepada dakwah.

5. Bagaimana mekanisme kerja redaksi tabloid robithoh ?

Sebenarnya kalau sekarang ini kita sudah punya bagian-bagian yang memegang setiap tugas masing-masing, sebagaimana layaknya sebuah media pada umumnya.

6. Bagaimana latar belakang penerbitan tabloid robithoh ?

Sebagai ikhwan yang memegang sangat ber-khidmat kepada Pondok Pesantren Suryalaya, terkhususnya kepada syi’ar Thoriqot Qodiriyah wa Naqsabandiyah (TQN) di Pondok Pesantren Suryalaya, selama ini saya mencoba untuk menelaah, bahwa pondok pesantren suryalaya yang usianya sudah 102 tahun belum mempunyai media yang sangat representatif . sangat jauh jika dibandingkan dengan beberapa pesantren yang dari aspek publikasinya sangat representatif, bagus dan profesional.


(3)

Dalam rangka mengamalkan, mengamnkan dan melestarikan ajaran agama islam yang dikembangkan oleh Pangresa Abah (KH. Ahmad Shohibul wafa Taajul' Arifin), di pondok pesantren suryalaya, tentunya memang ada persoalan lain setelah ada ide demikian, maka persoalan berikutnya adalah kemana harus mencari mitra yang benar-benar bisa berjuang bersama dalam rangka mewujudkan keinginan tersebut.

Sebagaimana kita ketahui kebanyakan media-media Islam, khususnya yang ditangani oleh pondok pesantren jarang yang berumur lama. Jadi yang dinamakan ke-Istoqamahan dalam terbit itu sulit. Pertama, terkendala masalah manajemen yang diantaranya permodalan, yang berikutnya juga sulitnya SDM yang profesional yang mampu berkiprah dilingkungan pondok pesantren itu sebabnya kebanyakan media yang diterbtikan oleh pondok pesantren umumnya tidak bisa bertahan lama yang hanya eksis sampai sekarang. Nah untuk itulah berkaca kepada media-media yang pernah berkiprah dilingkungan pondok pesantren suryalaya yang tidak berumur lama, untuk itulah PR berikutnya yang dikerjakan pada saat itu, ialah mencari mitra berjuang, mitra dalam berkhidmat, dan pribadi yang benar-benar antusias untuk berdakwah. Karena itu kita menyadari kalau menerbitkan media dalam beberapa waktu kedepan itu sulit, kataknlah untuk mendaptkan impasnya antara biaya dengan pendapatan yang diterima.

Latar belakang awal dari penerbitan tabloid robithoh ini adalah berawal dari adanya keprihatinan sebagai ihkwan yang ingin melihat bahwa media di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya ini ada, eksis, bahkan kedepannya diharapkan mampu berkibar diluar.


(4)

Maka didirikanlah robithoh pada tanggal 12 Robiulawal tahun 1428 Hijriah di jalan Bagusrangin II .No. 117/50 Bandung ini merupakan bentuk tabarruk kami kepada Rosulullah SAW yang telah membawa umat dari kegelapan hati menuju jalan yang lurus, jalan yang akan membawa manusia kemali kepada Allah dengan inipun kami berharap semoga semangat dalam menyampaikan tabligh yang dimiliki beliau itu dapat sampai juga kepada kami yang ada di redaksi.

7. Apa visi dan misi tabloid robithoh ?

Seperti kita maklumi jumlah ikhwan itu, walaupun tak dicatat secara khusus tetapi kita ketauhi penyebaran dan perkembangannya ada dimana-mana (di dalam dan di luar negeri). Kalau dihitung dengan beberapa pembicaraan yang didapatkan bisa jadi jumlahnya itu mencapai puluhan juta orang, kalau di data secara khusus, walaupun memang pada kenyataannya tidak ada pendataan secara khusus ada dimana lokasi-lokasi tempat penyebaran ikhwan berada. Namun kita ketahui antara ikhwan yang satu dengan ikhwan yang lain, antara mubaligh yang satu dengan mubaligh yang lain kebanyakan sepertinya berjalan sendiri-sendiri, sehingga tak heran misalnya mubaligh binaan A tidak kenal dengan mubaligh binaan B, begitu pula kadang-kadang mubaligh binaanC tak pernah mengenal tokoh A walaupun A itu keberadaan dalam menyebarkan Tariqot Qodiriyah wa Naqsabandiyah (TQN) ini benar-benar yang mengacu sepenuhnya kepada aturan-aturan yang ditetapkan untuk itulah menghadapi kenyataan seperti itu, saat saya mengajukan bagaimana robithoh ini menjadi media pemersatu ikhwan di kalangan ikhwan TQN di Pondok Pesantren Suryalaya sehingga kita mengacu kepada misi awal yaitu bagaimana amalkan-amalkan, lestarikan dari ajaran guru mursyid.


(5)

8. Mengapa semboyan tabloid Robithoh itu “Media Islah Menuju Kaffah”? Karena jajaran redaksi senantiasa konsisten untuk menjadikan media ini milik semua pihak. Pemberitaan yang disampakan robithoh senantiasa berprinsip kepada tegaknya ukhuwah diantara sesama muslim. Untuk menyatukan visi-misi yang bercerai berai diantara ihkwan, sehingga pada akhirnya semua mengacu lagi kepada tujuan semula, tujuan TQN bukan tujuan personal-personal pembinaan dakwah didaerah, mengacu lagi kepada apa-apa yang diajarkan Abah sebgai pewaris Rosulullah SAW khususnya dalam menata kehidupan ini (dalam arti menata masalah-masalah hati).

9. Faktor pendukung dan penghambat tabloid robithoh ?

Faktor pendukung tabloid robithoh adalah mereka mempunyai keyakinan bahwa ini adalah amal tempat mereka berjuang. Dan kepedulian tokoh-tokoh untuk berdakwah yang dari lisan menjadi tulisan, kalau kita berdakwah secara lisan, itu sangat bagus akan tetapi alangkah lebih baiknya jika hasil ceramah lisan itu di tulias juga dan diabadikan, karena akan dibaca orang di kemudian hari.

Adapun faktor penghambatnya, anatara lain terletak pada, sebenarnya kalau kita memebantu agama Allah, yakin Allah pun akan membantu kita. Menerbitkan media dakwah secara finansial memang belum bisa diharapkan, tetapi Allah akan memberikan rezki dari jalur lain. Dan pengalaman memang membuktikan demikian. Untuk dakwah, jangan hitung untung rugilah. Yang penting istiqomahnya.

10.Bagaimana peluang dakwah melalui tulisan ?

Keberadaan dakwah melalui media tulisan diakui memiliki efektifitas yang tinggi dibandingkan dengan dakwah dalam bentuk ceramah atau tabligh akbar.


(6)

Melalui media tulisan audiens yang dapat dijangkau jauh lebih banyak dan lebih luas.

Kegiatan apapun yang bertujuan untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat adalah dakwah, bagi yang mampu berorasi dengan baik, berdakwah dengan kata-katanya. Bagi saya yang tukang cetak, ya dengan kemampuan yang dimiliki ini, contoh konkritnya, saya tidak akan mempersulit siapapun juga yang mau mencetak kepada saya, apalagi jika terkait dengan dakwah namun yang terpenting, cara dakwah terbaik adalah dengan memberikan keteladanan yang baik.

Jakarta, Mei 2010

Wardimal