BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS - ANALISIS PENGARUH PERILAKU BIROKRASI DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA UNIT PELAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PROVINSI JAWA BARAT - repo unpas

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

  Peneliti pada bagian ini memaparkan terlebih dahulu hasil penelitian orang lain yang ada relevansinya dengan penelitian peneliti, yaitu dari penelitian :

2.1.1. Hasil Penelitian Agustian (2009)

  Penelitiannya berjudul : Pengaruh Pengawasan dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Sumedang.

  Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Sumedang rendah. Hal ini diduga oleh pengawasan dan budaya kerja di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Sumedang belum dilaksanakan secara optimal.

  Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu dengan mendeskripsikan masing-masing variabel serta menguji kedua variabel dengan pendekatan kuantitatif (statistik) yang selanjutnya dianalisis dan dibandingkan dengan teori serta masalah yang ada untuk diambil kesimpulan.

  Hasil penelitian secara simultan pengawasan dan budaya kerja memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Sumedang sebesar 92,7%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengawasan dan budaya kerja perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh oleh Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten dan Pengairan Kabupaten Sumedang. Sedangkan variabel lain () yang juga ikut mempengaruhi kinerja pegawai sebesar 7,3%.

  Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pengawasan dan budaya kerja perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh oleh Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Sumedang dalam menjalankan tugas sehingga kinerja pegawai di lingkungan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Sumedang dapat berjalan secara optimal.

  Keterkaitan hasil penelitian di atas dengan rencana penelitian peneliti ada hal yang sama yaitu budaya kerja, sedangkan variabel pengawasan sedikit berbeda dimana pengawasan yang akan diteliti oleh peneliti lebih bersifat spesifikasi, yaitu pada pengawasan melekat sedangkan variabel kinerja tidak peneliti teliti dan lokus nya berbeda. Oleh karena itu rencana penelitian peneliti ini masih bersifat orisinil.

2.1.2. Hasil Penelitian Herdianti (2010)

  Judul penelitiannya adalah : “Pengaruh Budaya Kerja dan Gaya Kepemimpian Demokrastis terhadap Kinerja Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan pengamatan sementara bahwa kinerja pegawainya masih rendah. Masalah tersebut diduga disebabkan oleh Budaya Kerja dan Gaya Kepemimpian Demokrastis yang belum dilakukan secara optimal.

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey eksplanatif yang menguji pengaruh antara dua variabel yakni untuk menguji pengaruh Budaya cara ilmiah ini diharapkan data yang didapatkan lebih objektif valid dan reliabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengujian atau tes uji signifikasi terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Budaya Kerja dan Gaya Kepemimpian Demokrastis terhadap Kinerja Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Barat.

  Hail penelitiannya dapat disimpulkan bahwa Budaya Kerja dan Gaya Kepemimpian Demokrastis di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Barat masih belum optimal, sehingga berdampak pula terhadap rendahnya kinerja pegawai. Untuk itu perlu ditempuh langkah-langkah dalam peningkatan Budaya Kerja dan Gaya Kepemimpian Demokrastis melalui penanganan secara komprehensif terhadap bebagai faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja pegawai, terutama dalam menjawab tuntutan terhadap pelayanan kepada publik.

  Keterkaitan dan relevansi dengan penelitian terdahulu atas rencana penelitian peneliti dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, disamping untuk membedakan tingkat originalitas yang peneliti lakukan dilihat dari teori yang digunakan dan lokus yang berbeda.

2.1.3. Hasil Penelitian Kuswandi (2006)

  Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perilaku birokrasi (X) berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai pada Biro Organisasi Provinsi Jawa Barat, sebesar 59,9%. Oleh karena itu hendaknya perilaku birokrasi mendapat perhatian yang serius dari Kepala Biro Organisasi Provinsi Jawa Barat agar tujuan tercapai sesuai dengan rencana. Kuswandi dalam penelitiannya juga menemukan bahwa kinerja pegawai pada Biro Organisasi Provinsi Jawa Barat ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh variabel perilaku birokrasi semata, tetapi ada faktor atau variabel lain yang juga ikut mempengaruhi terhadap kinerja pegawai tersebut tersebut yang dalam metode penelitian disebut sebagai epsilon (). Adapun faktor lain yang dimaksud adalah gaya kepemimpinan demokratis, pembangkitan motivasi dan penerapan disiplin terhadap aparatur, dengan persentase sebesar 40,1%.

  Penelitiannya menyimpulkan bahwa Kinerja Pegawai di Biro Organisasi Provinsi Jawa Barat, sebaiknya menerapkan pola perilaku birokrasi yang lebih efektif guna mendukung terhadap kelancaran pelaksanaan pencapaian terhadap kinerja pegawai. Peneliti dalam hal ini mengomentari bahwa walaupun obyek yang berbeda, peneliti menganggap bahwa perilaku birokrasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Hal ini tentunya mendapat perhatian peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dalam lokus yang berbeda.

2.1.4. Hasil Penelitian Sentana (2007)

  Masalah pokok dalam penelitiannya adalah Kinerja Pegawai pada Dinas Kesehatan Kota Bandung rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor perilaku birokrasi pemerintahan yang belum dilaksanakan oleh pimpinan secara optimal.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori birokrasi

  Sedangkan teori kinerja pegawai dengan dimensi kualitas kerja, kuantitas kerja, keandalan dan sikap.

  Metode yang digunakan Deskriptif Analisis yaitu dengan mendeskripsikan masing-masing variabel serta menguji kedua variabel dengan pendekatan kuantitatif (statistik) yang selanjutnya dianalisis dan dibandingkan dengan teori serta masalah yang ada untuk diambil kesimpulan. Hasil penelitiannya membuktikan baik secara simultan maupun parsial bahwa perilaku birokrasi pemerintahan besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kesehatan Kota Bandung. Oleh karena itu hendaknya perilaku birokrasi pemerintahan mendapat perhatian yang serius dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung agar kinerja pegawai berjalan secara optimal sehingga tujuan organisasi tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

  Kesimpulan dalam penelitiannya adalah bahwa Kinerja Pegawai di Dinas Kesehatan Kota Bandung, sebaiknya menerapkan pola perilaku birokrasi pemerintahan yang lebih efektif guna mendukung terhadap kelancaran pelaksanaan pencapaian terhadap kinerja pegawai. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh oknum aparatur, Dinas Kesehatan Kota Bandung sebaiknya lebih mengintensifkan pola perilaku birokrasi pemerintahan yang lebih efektif dan efisien.

  Keterkaitan penelitian Surya Sentana dengan penelitian penulis, bahwa perilaku birokrasi mempunyai pemaknaan dan pengembangan ke arah kemajuan organisasi dalam mencapai tujuannya. Hal ini tentunya peneliti tertarik untuk

2.1.5. Hasil Penelitian Sutrisno (2009)

  Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah efektivitas kerja organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten dan Kota Se Wilayah Priangan Timur rendah. Kondisi tersebut diduga karena Gaya Kepemimpinan Demokratis dan Perilaku Birokrasi yang belum dilaksanakan oleh Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten dan Kota Se-Wilayah Priangan Timur secara optimal.

  Metode penelitian yang digunakan adalah survey explanatory, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk melakukan analisis data digunakan teknik statistik deskriptif yang berfungsi untuk mengelompokkan data, menggarap, menyimpulkan, memaparkan serta menyajikan hasil olahan”. Hal ini bertujuan untuk melakukan pola hubungan atau sebab akibat antara nilai suatu variabel (variable dependen) jika nilai variabel yang lain berhubungan dengannya (variable independen). Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yang dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis serta untuk melakukan interpretasi secara mendalam.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaya kepemimpinan demokratis dan perilaku birokrasi memberikan pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap efektivitas kerja organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten dan Kota se kepemimpinan demokratis dan perilaku birokrasi perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh oleh pimpinan rumah sakit agar efektivitas kerja organisasi RSUD Kabupaten dan Kota se-Wilayah Priangan Timur dapat berjalan secara optimal. Sedangkan faktor-faktor yang tidak diteliti (epsilon-nya) adalah 27.4%.

  Gaya kepemimpinan demokratis yang terdiri dari karakteristik hasil keputusan bersama 14.5%, langkah-langkah efektivitas hasil diskusi 5.3%, kebebasan anggota organisasi 46.1% dan obyektivitas pemimpin dalam memberikan pujian dan kritik 8.1%, memberikan pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap efektivitas organisasi RSUD Kabupaten dan Kota se Wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat. Dalam konteks ini karakteristik kebebasan anggota organisasi dalam menyampaikan saran, pendapat dan kritik memberikan pengaruh yang paling besar. Sedangkan karakteristik langkah-langkah aktivitas hasil diskusi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan memberikan pengaruh yang paling kecil terhadap efektivitas kerja organisasi. Sedangkan faktor-faktor lain yang tidak diteliti (epsilon-nya) adalah 26%.

  Perilaku birokrasi yang diukur melalui karakteristik individu sebesar 32% dan karakteristik birokrasi 42.4% memberikan pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap efektivitas kerja organisasi RSUD Kabupaten dan Kota se-Wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat. Karakteristik yang memberikan pengaruh besar adalah karakteristik birokrasi, dan yang paling kecil adalah karakteristik individu terhadap efektivitas kerja organisasi RSUD Kabupaten dan Kota se- Wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat. Sedangkan faktor-faktor lain yang

  Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang fenomena belum optimalnya pengaruh gaya kepemimpinan demokratis dan perilaku organisasi terhadap efektivitas kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Priangan Timur, khususnya ditinjau dari perspektif ilmu administrasi publik. Fenomena tersebut diperkuat oleh adanya variabel lain yang tidak diteliti di luar dari variabel gaya kepemimpinan demokratis dan perilaku organisasi pada penelitian ini, namun mempengaruhi efektivitas kerja organisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan juga tentang adanya penguatan terhadap teori gaya kepemimpinan demokratis dan perilaku birokrasi dalam meningkatkan efektivitas kerja organisasi.

  Tabel 2.1 Keterkaitan Antara Penelitian Terdahulu dengan Rencana Penelitian Peneliti

  Teori yang Teori yang Persamaan/ Nama Digunakan Peneliti Digunakan Peneliti Perbedaan Terdahulu

Agustian Pengawasan (Siagian, Perilaku birokrasi Perilaku birokrasi tidak

(2009) 2001), Budaya kerja (Ndraha, 2009), ada, budaya kerja

  (Ndraha, 1999) dan budaya kerja (Ndraha, teorinya sama, dan Kinerja pegawai 2008) dan kinerja kinerja pegawai sama (Sedarmayanti, 2001) pegawai teori berbeda dan lokus (Mangkunegara, 2005) berbeda

  

Herdianti Budaya kerja Perilaku birokrasi Perilaku birokrasi tidak

(2010) (Siagian, 1999) ,Gaya (Ndraha, 2009), ada, budaya kerja sama

kepemimpinan budaya kerja (Ndraha, teori berbeda, dan demokratis, 2008) dan kinerja kinerja pegawai sama (Permadi, 2009) pegawai teori berbeda dan lokus kinerja pegawai (Mangkunegara, 2005) berbeda ( Sentono, 2009) Kuswandi Gaya kepemimpinan Perilaku birokrasi Perilaku birokrasi sama

  

(2006) demoratis (Riva’i, (Ndraha, 2009), teori berbeda, budaya

2003), perilaku budaya kerja (Ndraha, kerja tidak ada, dan birokrasi (Thoha, 2008) dan kinerja kinerja pegawai sama, 1988) dan kinerja pegawai teori berbeda dan lokus pegawai (Mangkunegara, 2005) berbeda (Sedarmayanti, 2001)

  Teori yang Teori yang Persamaan/ Nama Digunakan Peneliti Digunakan Peneliti Perbedaan Terdahulu kinerja pegawai budaya kerja (Ndraha, kerja tidak ada, dan (Sedarmayanti, 2001) 2008) dan kinerja kinerja pegawai sama pegawai teori berbeda dan lokus (Mangkunegara, 2005) berbeda

  Sutrisno Gaya kepemimpinan Perilaku birokrasi Perilaku birokrasi sama

(2009) demokratis (Riva’i, (Ndraha, 2009), teori berbeda, budaya

2003), perilaku budaya kerja (Ndraha, kerja tidak ada, dan birokrasi (Thoha, 2008) dan kinerja kinerja pegawai tidak 1988) dan efektivitas pegawai ada dan lokus berbeda kerja organisasi (Mangkunegara, 2005) (Gibson et.al dalam Adriani (1996:)

  Sumber : Disusun Peneliti, 2012.

  Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil penelitian terdahulu memberikan apresiasi kepada penulis untuk menambah wawasan yang lebih luas dalam tatanan teoritik dan empirik. Disamping itu bahwa penelitian terdahulu tersebut ada beberapa hal yang sama adapula yang berbeda teorinya, sedangkan lokusnya berbeda. Oleh karena itu judul penelitian penulis mencerminkan originalitas dan tidak plagiat.

2.1.6. Lingkup Administrasi Publik

  Secara etimologis istilah administrasi berasal dari bahasa Inggris dari kata

  Administration yang bentuk infinitifnya adalah to administer. Silalahi (2002:2)

  menjelaskan sebagai berikut : “Dalam kata to administer diartikan sebagai to

  manage (mengelola) atau direct (menggerakkan)”. Kata Administrasi juga berasal

  dari bahasa Belanda dari kata Administratie mempunyai pengertian yang mencakup stelselmatige verkrijging en verwerking van gegeven (tatausaha),

  bestuur (manajemen dari kegiatan organisasi) dan beheer (manajemen dari administrasi di Indonesia pada mulanya berasal dari Eropa Barat atau Eropa Kontinental melalui penjajahan Belanda. Pengertian administrasi secara sempit dijelaskan oleh Mufiz yang mengutip pendapat Reksohadiprawiro dalam Silalahi (2002:6) adalah sebagai berikut :

  Administrasi berarti tata usaha yang mencakup setiap pengaturan yang rapih dan sistematis serta penentuan fakta-fakta secara tertulis dengan tujuan memperoleh pandangan yang menyeluruh serta hubungan timbal balik antara satu fakta dengan fakta lainnya.

  Definisi para ahli tentang administrasi ini sangat banyak dan pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama yaitu antara lain : Kerjasama, Banyak orang, untuk mencapai tujuan bersama. Pengertian Administrasi secara luas dijelaskan oleh The Liang Gie dalam Silalahi (2002:8) yaitu sebagai berikut : “Administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu disebut administrasi”.

  Pengertian administrasi telah banyak dijelaskan oleh beberapa sarjana, diantaranya yaitu, Simon dalam Syafiie (2003:13) menyatakan sebagai berikut : “Administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama”. Sedangkan menurut Atmosudirdjo dalam Syafiie (2003:14) mendefinisikan mengenai administrasi sebagai berikut :

  Administrasi merupakan fenomena sosial, suatu perwujudan tertentu di dalam masyarakat modern. Eksistensi dari administrasi ini berkaitan dengan organisasi, artinya, administrasi itu terdapat di dalam suatu organisasi. Jadi barang siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia harus mencari terlebih dahulu suatu organisasi yang masih hidup, disitu terdapat administrasi. Administrasi Negara merupakan tempat untuk para administrator sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan untuk melaksanakan tugas-tugas negara. Dalam kaitan ini Nigro dan Nigro dalam Syafiie (2003:25) menyatakan sebagai berikut :

  1. Administrasi publik, adalah suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintahan,

  2. Administrasi publik meliputi ketiga cabang pemerintahan: eksekutif, legislatif dan yudikatif. Serta hubungan diantara mereka.

  3. Administrasi publik memiliki peranan yang penting dalam merumuskan kebijaksanaan pemerintah dan karenanya merupakan sebagian dari proses politik.

  4. Administrasi publik sangat erat berkaitan dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan dalam menyajikan pelayanan kepada masyarakat. Administrasi publik merupakan tempat para administrator sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan untuk melaksanakan tugas-tugas negara. Waldo dalam Admosoedarmo (1996:9) mengemukakan : “Administrasi adalah suatu daya upaya manusia yang kooperatif yang mempunyai tingkat rasionalitas tinggi”.

  Dalam kaitan ini, makna yang dapat diambil dari berbagai pengertian di atas, bahwa Administrasi, Administrasi Negara (Public Administration) dan pembuatan (administrator) atau pelaksanaan (implementasi) kebijakan adalah merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Semua kebijakan yang muncul tiada lain karena sesuatu hal atau dalam mengatasi masalah-masalah, kesulitan- kesulitan agar sedapat mungkin dipecahkan.

  Tjokroamidjojo (2001:16) yaitu ”Ditinjau dari segi perkembangan, administrasi dapat bagi atas dua bagian besar, yaitu : (1) Administrasi negara (Public Administration) dan (2) Administrasi niaga (Bussiness Administration)”. Secara khusus, administrasi negara terbagi ke dalam tiga unsur besar sebagaimana dikemukakan Tjokroamidjojo (2001:19) yaitu : Unsur administrasi negara adalah (a) Administrasi Keuangan, (b) Administrasi Kepegawaian, (c) Administrasi Material dan ketiga unsur administrasi tersebut memiliki tugas yang sama yaitu bertugas untuk mendapatkan, menggunakan dan mengendalikan. Administrasi publik (public administration) yang lebih dikenal di

  Indonesia dengan istilah administrasi negara, adalah salah satu aspek dari kegiatan pemerintah. Administrasi publik merupakan salah satu bagian dari ilmu administrasi yang erat kaitannya dengan perumusan berbagai kebijakan negara Administrasi publik sangatlah berpengaruh tidak hanya terhadap tingkat perumusan kebijakan, melainkan pula pada tingkat implementasi kebijakan, karena memang adminstrasi publik berfungsi untuk mencapai tujuan program yang telah ditentukan oleh pembuat kebijakan politik.

  Peranan administrasi negara dalam mewujudkan kebijakan-kebijakan politik serta mewujudkan rasa aman dan kesejahteraan masyarakat, melalui kegiatan yang bersifat rutin maupun pembangunan. Pemerintah memerlukan administrasi negara yang berdaya guna dan berhasil guna. Peran administrasi negara atau administrasi publik merupakan proses dalam perumusan kebijakan sebagaimana pendapat Nigro dan Nigro (1983:18) yaitu “Public Administration

  

has an important role formulating of public policy and thus a part of the political

process”. Administrasi negara mempunyai peranan penting dalam perumusan

  kebijakan pemerintah dan karenanya merupakan sebagian dari proses politik).

  Pendapat Pfiffner dan Presthus (1975:3) administrasi negara mempunyai arti :

  Public administration may be defines as the art and science of design and carrying out public policy. As the scale and complex of government uncreased, civil servants assumed a large role in policy making, in addition to their traditional and still mayor role of implementing polities designed by the elected master.

  Administrasi publik dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan mendesain dan melaksanakan kebijakan publik. Skala dan kompleksitas dari urusan pemerintah yang semakin bertambah, asumsi pelayanan sipil merupakan pengaturan yang besar dalam pembuatan kebijakan, peran dari implementasi kebijakan untuk melengkapi kebiasaan yang didesain melalui pilihan mereka.

  Pendapat tersebut di atas menurut peneliti adalah bahwa administrasi publik pada intinya tidak lain untuk memberikan pelayan publik/masyarakat dengan sebaik-baiknya dengan didasarkan kepada aturan yang berlaku. Pendapat lain mengenai administrasi negara yaitu menurut Pfiffner dan Presthus (1975:4) bahwa ”Public administration involves the implementation of public which has

  

been determine by representative political bodies”. Artinya bahwa administrasi

  publik meliputi implementasi kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik.

  Pernyataan tersebut di atas menggambarkan betapa luasnya pengertian administrasi publik karena di dalamnya merupakan proses dari kebijakan- kebijakan pemerintah yang harus di jalankan kepada masyarakat. Lebih jauh Pfiffner dan Prestus (1975:6) menjelaskan sebagai berikut : ”In sum, public

  

encompassing innumerable skills an techniques large numbers of people”. Secara

  global, adminstrasi publik adalah suatu proses bersangkutan dengan kebijakan- kebijakan pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.

  Pendapat tersebut memberikan pemaknaan bahwa administrasi publik merupakan proses untuk menjalanklan kebijakan-kebijakan pemerintah. Secara khusus administrasi negara untuk Indonesia telah didefinisikan LANRI (2000:87), yaitu :

  Administrasi Negara Republik Indonesia adalah seluruh penyelenggaraan kekuasaan Pemerintah Negara Indonesia dengan memanfaatkan segala kemampuan aparatur negara serta segenap dana dan daya demi tercapainya tujuan Negara Indonesia dan terlaksananya tugas Pemerintah Republik Indonesia seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

  Penyelenggaraan administrasi negara tidak terlepas dari kebijakan- kebijakan negara, karena kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah, serta perilaku negara pada umumnya. Dalam pelaksanannya agar kebijakan dapat berlangsung dengan efektif harus diimbangi dengan sumber-sumber yang lengkap dan tepat. Sumber–sumber tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain dalam penyelenggaraan administrasi negara supaya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

2.1.7. Lingkup Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia

  Organisasi diibaratkan sebagai anatomi dari administrasi sedangkan manajemen sebagai fisiologinya. Organisasi menunjukkan struktur daripada administrasi sedangkan manajemen menunjukkan fungsinya. Keduanya saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan satu daripada yang lain sebagaimana halnya anatomi dan psiologi daripada setiap organisme hidup, adalah saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan satu daripada yang lain dalam satu ikatan yang jalin menjalin.

  Secara lebih tepat organisasi menurut Waldo dalam Admosoedarmo (1996:26) “Organisasi adalah sebagai suatu struktur antar hubungan pribadi yang berdasarkan atas wewenang formil dan kebiasaan di dalam suatu sistem administrasi”. Dalam setiap sistem administrasi pastilah ada orang yang memerintah dan ada yang diperintah, di dalam rangka pelaksanaan sutu usaha tertentu atau berbagai usaha dan biasanya perintah itu ditaati. Hal ini berarti bahwa ada orang yang mempunyai wewenang yang lebih atas dari yang lainnya, dan ini ternyata dengan adanya hubungan antara memberi perintah dan mentaati perintah.

  Terselenggaranya kegiatan kerjasama kelompok manusia dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama, diperlukan sarana atau alat yang dapat dijadikan wadah atau tempat terselenggaranya kegiatan tersebut, yaitu organisasi. Maksudnya agar semua tujuan bersama dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Handayaningrat (1997:42) sebagai berikut : “Organisasi adalah wadah (wahana) kegiatan daripada orang-orang yang tempat, kewenangan dan tanggung jawab dalam suatu hirarki dan fungsinya masing-masing, yaitu tempat dan fungsinya mulai yang terendah sampai yang tertinggi. Saling bersinergi antar masing-masing anggota kelompok, karena semua berada dalam satu kesatuan dan sistem yang telah ditetapkan bersama. Selanjutnya Barnard dalam Hasibuan (2006:123) mengemukakan : “As a system consciously

  

coordinated activity or forces of two or more person”. Pendapat diatas diartikan

  bahwa organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Sementara Siagian (2005:7) mendefinisikan sebagai berikut :

  Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian sesuatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/ sekelompok orang yang disebut bawahan. Adanya atasan dan bawahan, menunjukan adanya pembagian tugas dan hirarkhi yang jelas dalam suatu ikatan formal. Bentuk persekutuan antara dua orang, menujukan bahwa organisasi merupakan wadah untuk mencapai tujuan- tujuan yang telah bersama. Jadi organisasi adalah tempat atau wadah bagi orang- orang yang mengikatkan diri sebagai kelompok, yang memiliki wewenang, tanggungjawab dan pembagian tugas yang jelas, agar mudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbicara mengenai administrasi dan organisasi maka juga akan berbicara mengenai manajemen. Untuk memahami pengertian manajemen, terlebih dahulu diuraikan sedikit tentang definisi dari manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari kata to manage yang secara umum berarti mengatur, Barnard dalam Hasibuan (2006:2) mengemukakan bahwa : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan manajemen menurut Terry dalam Siagian (2005:16) sebagai berikut : “Management is a distinct process consisting of planning, organizing,

  

actuating and controlling performed to determine and accomplish stated

objectives by the use of human being and other resources”. Pendapat diatas dapat

  diartikan bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

  Komaruddin (2000:2) mengemukakan lebih lanjut mengenai manajemen sebagai berikut : “Management is an integrating systematic process by which

  

authorized individuals create, provide for, and operate an organization in the

selection and accomplishment of its goals”. Dari kutipan tersebut dapat diartikan

  bahwa manajemen merupakan suatu proses pengintegrasian yang sistematis yang dipergunakan oleh orang-orang yang berwenang untuk menciptakan, menyediakan, untuk mengoperasikan suatu organisasi dalam menentukan dan mencapai tujuan-tujuannya. Pokok penting yang dapat ditarik dari pendapat ini adalah adanya pengintegrasian kegiatan kedalam suatu sistematika kerja tertentu dalam rangka mencapai mencapai tujuan organisasional.

  Suwatno (2002:3) memberikan pengertian terhadap konsep manajemen sebagai berikut : a. Sesuatu ”kegiatan atau job” artinya kegiatan untuk mengatur, merencanakan, melaksanakan, mengawasi jalannya kegiatan, sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

  b. Suatu ”posisi atau jabatan” yaitu suatu kegiatan yang disediakan bagi mereka yang memenuhi syarat untuk menduduki tempat tersebut. Pendapat tersebut memberikan arti bahwa manajemen adalah suatu keterampilan memanfaatkan sumber daya yang tersedia pada organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Siagian (2005:3) mengemukakan : “Manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan atau suatu keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka kegiatan untuk pencapaian tujuan dengan cara melalui kegiatan-kegiatan orang lain”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni (kiat) dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien, melalui berbagai fungsi manajemen. Manajemen sendiri memiliki beberapa fungsi, Oey Liang Lee dalam Hasibuan (2006:3), menjelaskan fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

  1. Perencanaan, penetapan tujuan, policy, prosedur, budget dan program dari suatu organisasi.

  2. Pengorganisasian, sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  3. Pengarahan, fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran-saran, perintah-perintah, atau instruksi- instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-masing.

  4. Pengkoordinasian, merupakan fungsi manajemen untuk melakukan kekosongan kegiatan dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatu padukan dan menyelaraskan kegiatan.

  5. Pengontrolan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar untuk mencapai tujuan organisasi.

  Fungsi-fungsi manajemen tersebut di atas merupakan usaha manajemen untuk memperoleh suatu hasil dalam kerangka kegiatan pencapaian tujuan dengan cara melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Lebih lanjut fungsi-fungsi manajemen menurut Stoner yang dikutip oleh Handoko (2004:22), antara lain :

  1) Planning atau perencanaan, yaitu penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan. 2) Organizing atau pengororganisasian adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. 3) Leading atau Memimpin adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas atau memotivasi pegawai yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi.

  Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu : Mengambil keputusan

   Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara

   manajer dan bawahan Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada  bawahan supaya mereka bertindak. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya

   Serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan

   agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan. 4) Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula. Seluruh fungsi ini harus terpadu secara seimbang, dengan menguasai menjalankan roda kegiatan organisasi. Fungsi leading memiliki aspek penting dalam kepemimpinan manajemen, memimpin organisasi dengan baik dan efektif merupakan kunci untuk menjadi seoarang pimpinan organisasi dalam memanage sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Fayol dalam Robbins terjemahan Pasolong (2010:380) mengemukakan prinsip-prinsip administrasi sebagai berikut:

  1. Pembagian pekerjaan,

  2. Wewenang,

  3. Disiplin,

  4. Kesatuan komando,

  5. Kesatuan arah,

  6. Mengalahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum,

  7. Pemberian upah,

  8. Pemusatan,

  9. Rentang kendali,

  10. Tata tertib,

  11. Keadilan,

  12. Stabilitas pada jabatan personal,

  13. Inisiatif, 14. Rasa persatuan. Prinsip-prinsip administrasi tersebut di atas mengarahkan kepada peningkatan masalah efisiensi administrasi, karena dengan efisiensi diperkirakan akan dapat meningkatkan tujuan organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

  Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) tidak terlepas dari pengertian manajemen di mana menurut Terry dalam Winardi (1986:27) mendefinisikan bahwa : “Manajemen adalah proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui kegiatan yang dilakukan oleh orang lain”.

  Sedangkan menurut Siagian (2007 : 7) bahwa : “Manajemen sebagai proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi dan pengawasan yang dilakukan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. Menurut Follett dalam Silalahi (2007 : 29) mengungkapkan bahwa : Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan- pekerjaan itu sendiri. Faktor-faktor perkembangan budaya manusia, ilmu dan teknologi telah mendorong perlunya manajemen sumber daya manusia dalam mengelola organisasi atau perusahaan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari perubahan pandangan dan sikap manajemen terhadap SDM itu sendiri, sebagaimana yang diungkapkan Stoner dalam Sindoro (1996 : 31) bahwa :

  Manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.

  Upaya meningkatkan mutu tenaga kerja untuk dapat memenuhi tantangan peningkatan peran serta, efisiensi dan produktivitas dan menjadikan sumber daya manusia sebagai sumber pertumbuhan yang efektif. Semuanya berhubungan dengan pemberian bantuan dari para pegawai tersebut dapat berkembang ke tingkat kecerdasan dan pengetahuan serta kemampuan yang lebih tinggi. Selanjutnya, menurut Siagian (2007 : 23) bahwa :

  MSDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya, MSDM juga menjadi bagian dari Ilmu Manajemen (Management

  Science) yang mengacu kepada fungsi manajemen dalam pelaksanaan

  proses-proses perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan. Kerangka Hukum yang mendasari mengenai fungsi-fungsi pelaksanaan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dalam desentralisasi administrasi termuat dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang salah satu isinya adalah :

  Menyelenggarakan manajemen PNS yang mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya PNS dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung perumusan kebijaksanaan kesejahteraan PNS, serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani manajemen kepegawaian pada instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan/pegawai, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa Inggris disebut Human

  

Resources Development (HRD). Flippo dalam Wahyudi (2002 : 54)

  mengungkapkan bahwa : Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources Management) adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan pelaksanaan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

  Manajemen Sumber Daya Manusia harus mampu mengarahkan sumber daya manusia untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. tugas manajemen (perusahaan) menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

  Heidjrachman (2006 : 22) mengungkapkan bahwa pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan dalam manajemen sumber daya manusia umumnya meliputi :

  5. Penempatan Pegawai

  11. Pemeliharaan hubungan industrial

  10. Pemeliharaan hubungan dengan karyawan

  9. Sistem Imbalan

  8. Penilaian Prestasi Kerja

  7. Perencanaan karir

  6. Pengembangan SDM

  4. Seleksi Pegawai

  1. Memaksimalkan pendayagunaan sumber daya organisasi/ perusahaan dengan cara yang efisien dan efektif.

  3. Rekrutmen Tenaga Kerja

  2. Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaan

  1. Perencanaan SDM

  Sehingga fungsi manajemen sumber daya manusia mempunyai tujuan menunjang tugas manajemen (perusahaan) menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya, sebagaimana yang diungkapkan Siagian (2007 : 47) mengemukakan bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia itu meliputi:

  3. Memenuhi dan melayani kebutuhan masyarakat. Manajemen Sumber Daya Manusia harus mampu mengarahkan sumber daya manusia untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

  2. Mempersatukan dan menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan dengan tujuan pribadi para pegawai/karyawan.

  12. Audit kepegawaian Pengembangan sumber daya manusia akan tercipta dan menghasilkan sumber daya manusia itu tersebut. Kualitas sumber daya yang semakin meningkat sejalan dengan tantangan dalam perkembangan yang semakin cepat.

2.1.8. Lingkup Perilaku, Birokrasi dan Perilaku Birokrasi

1. Lingkup Perilaku

  Perkembangan faham antroposentris semakin menempatkan manusia sebagai focus of interest dalam berbagai dimensi kehidupan di dunia. Oleh karena itulah kemudian konsep perilaku semakin mendapat perhatian serius dari para ahli administrasi dan manajemen seiring dengan kesadaran akan pentingnya aspek manusia bagi suatu organisasi. Konseptualisasi tentang perilaku sebenarnya telah dimulai sejak abad XX, terutama pada dekade 40-an tepatnya pasca perang dunia ke-2 tahun 1945 konsep tersebut mendapat atensi yang sangat besar dari para ahli. Salah satu bukti kuatnya atensi tersebut adalah munculnya buah karya Simon berjudul “Admistrative behavior” yang di dalamnya mengupas tentang pentingnya aspek manusia dalam suatu organisasi. Karya ini dianggap sebagai landmark dari perkembangan ilmu perilaku organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut Fishborn dalam Zamroni (1992:154) mengemukakan sebuah pengertian tentang perilaku sebagai berikut :

  Perilaku adalah fungsi sikap, perilaku erat kaitannya dengan niat, sedangkan niat akan ditentukan oleh sikap dan norma subyektif. Niat seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh dua hal, pertama sesuatu yang datang dari dalam dirinya yaitu sikap; kedua sesuatu yang datang dari luar yakni persepsi tentang pendapat orang lain terhadap dirinya dalam kaitan dengan perilaku yang diperbincangkan. Pendapat tersebut di atas menurut pemikiran peneliti adalah bahwa perilaku merupakan aktivitas seseorang yang dapat diamati, disamping itu perilaku erat kaitannya dengan sikap daripada individu manusia itu sendiri. Konsepsi lain dikemukakan oleh Hersey dan Blanchard dalam Dharma (2003:34) bahwa : “Perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan artinya perilaku orang pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk meraih tujuan-tujuan tertentu”. Tentang adanya motivasi yang mempengaruhi perilaku tersebut Ndraha (2009:66) mengemukakan bahwa “perilaku dipengaruhi oleh kondisi yang datang dari lingkungan dan kepentingan yang didasari (dari dalam) oleh yang bersangkutan”.

  Perilaku pada posisi lain, dapat mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya pada kondisi tertentu lingkungan dapat mempengaruhi perilaku yang oleh Siagian (2005:174) disebut sebagai kondisi interdependensi. Berkaitan dengan hal ini, Siagian (2005:174) mengatakan bahwa :

  Terdapat hubungan yang sangat erat antara perilaku dengan berbagai akibatnya. Dalam kenyataan perilaku tertentu akan semakin diperkuat atau semakin sering ditampilkan apabila bersifat positip dan menyenangkan. Merupakan hal yang wajar dalam manusia apabila dalam perjalanan hidupnya seseorang mempertahankan perilaku yang demikian. Demikian pula dengan manajemen, akan mempertahankan perilaku individu dalam organisasi itu untuk mempunyai konsekuensi positip, yang oleh para ahli ini disebut hubungan ketergantungan.

  Perilaku cenderung selalu berhubungan dengan lingkungan sekitar akibat adanya aktivitas organisasi tersebut. Oleh karena itu, Atchinson dalam Siagian (2005:435) berpendapat bahwa : “Perilaku juga dapat dipandang sebagai kegiatan organisme yang dapat diamati oleh organisme lain atau oleh instrumen penelitian”. Sejalan dengan pandangan organisasi Thoha (1999:185) menandaskan bahwa “Organisasi merupakan kumpulan orang yang mempunyai sikap dan perilaku tertentu dalam usaha bekerjasama mencapai suatu tujuan tertentu”.

  Perilaku pada hakikatnya merupakan fungsi interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Interaksi tersebut melibatkan kepribadian manusia yang kompleks dengan lingkungannya yang memiliki tatanan tertentu. Proses terjadinya perilaku, pada umumnya timbul karena rangsangan lingkungannya, sehingga perilaku manusia memiliki sifat yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan, pengalaman dan reaksi terhadap sesuatu.

  Siagian (2005:5) memberi penjelasan bahwa : Perilaku dapat diberi arti sebagai suatu tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dan digerakkan (sikap), baik melalui anggota badan ataupun ucapan. Pola perilaku yang merupakan suatu pola perilaku hubungan definitif antara suatu stimulus dengan tanggapan yang menyebabkan organisasi berprilaku menurut cara tertentu dan seragam bilamana suatu stimulus tertentu terjadi.

  Pendapat tersebut menjelaskan bahwa perilaku melahirkan suatu pola tertentu dari hubungan antara dorongan bertindak dengan tanggapan dari adanya tindakan atau perilaku seseorang menurut cara tertentu yang dilakukannya. Memahami perilaku manusia merupakan titik pangkal untuk dapat mengerti perilakunya dalam organisasi. Suatu pandangan yang berorientasi keistimewaan adalah jalan yang paling mudah untuk mengerti perilaku manusia, yang dalam pandangan tersebut, perilaku manusia ditentukan oleh proses masukan dan sebagai suatu sistem yang terbuka, bukan sesuatu yang dapat diisolasi dan manusia berintegrasi dengan lingkungannya serta hidup dalam lingkungannya.

  Secara sosiologis, untuk memahami perubahan perilaku anggota suatu organisasi, tidak dapat terlepas dari suatu paradigma perilaku sosial (social

  

behavior). Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya pada adanya

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS - BAB II Disertasi NOVA MARDIANA

0 0 137

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS - PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PANGKALPINANG - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS - ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN MOTIVASI PEGAWAI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CITARUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMU

0 2 95

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN ETOS KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN YANG BERIMPLIKASI PADA KINERJA PEGAWAI (SURVEI PADA APARATUR PENGELOLA KEUANGAN DI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT) - repo unpas

0 0 5

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN ETOS KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN YANG BERIMPLIKASI PADA KINERJA PEGAWAI (SURVEI PADA APARATUR PENGELOLA KEUANGAN DI SATUAN KERJA PERANGKAT

0 2 93

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN - PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL, INTERNAL DAN ETIKA BISNIS TERHADAP KEMITRAAN USAHA DAN IMPLIKASINYA PADA KINERJA USAHA KECIL DI JAWA BARAT (STUDI PADA USAHA KECIL BATIK CAP) - repo unpas

0 1 142

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS - ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI DINAS DAERAH DI KOTA BEKASI - repo unpas

0 0 104

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS - PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KOTA TANJUNGPINANG (STUDI TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PUBLIK) - repo unpas

0 1 87

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS - BAB II REVISI

0 0 95

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP TEAM WORK SERTA IMPLIKASINYA PADA KINERJA ORGANISASI (STUDI DI DINAS KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT) - repo unpas

0 0 26