PERNY AT AAN ST ANDAR AKUNT ANSI KEUANGAN
PSAK No. 104
27 Juni 2007 ANSI KEUANGAN ERNYATAAN P AKUNT TANDAR KUNTANSI EUANGAN S A K ANDAR KUNTANSI A AAN ST AT
I STISHNA ' PERNY
IKATAN AKUNTAN INDONESIA
PSAK No.
PERNYATAAN 104
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AK AK UNT UNT ANSI ANSI AKUNT AK AK UNT UNTANSI ANSI ANSI
ISTISHNA'
ISTISHNA'
ISTISHNA'
Hak cipta © 2007, Ikatan Akuntan Indonesia
ISTISHNA'
ISTISHNA'
Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor: 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau mem- perbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Graha Akuntan Jl. Sindanglaya No. 1, Menteng Jakarta 10310 Telp. : (021) 3190-4232 Fax. : (021) 724-5078 email: [email protected] website: http://www.iaiglobal.or.id Cetakan Pertama Juni 2007
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
ii
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 104: Akuntansi
Istishna'
telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 27 Juni 2007.
Jakarta, 27 Juni 2007 Dewan Standar Akuntansi Keuangan
M. Jusuf Wibisana Ketua Dudi M. Kurniawan Anggota Jan Hoesada Anggota Siddharta Utama Anggota Agus Edy Siregar Anggota Hekinus Manao Anggota Etty Retno Wulandari Anggota Jumadi Anggota Roy Iman Wirahardja Anggota Riza Noor Karim Anggota Merliyana Syamsul Anggota Meidyah Indreswari Anggota Jogiyanto Hartono Anggota
Akuntansi Istishna' PSAK 104
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
iii
DAFTAR ISI
Paragraf
PENDAHULUAN ...................................................... 01 - 13 Tujuan ................................................................................
01 Ruang Lingkup ................................................................... 02 - 04 Definisi ...............................................................................
05 Karakteristik ...................................................................... 06 - 13
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ........................ 14 – 42 AKUNTANSI PENJUAL .............................................. 14 – 35
Penyatuan dan Segmentasi Akad ................................. 14 – 16 Pendapatan Istishna' dan Istishna' Paralel .................. 17 – 19
Istishna
dengan Pembayaran Tangguh ........................ 20 – 24 Biaya Perolehan Istishna' ............................................ 25 – 28 Biaya Perolehan Istishna' Paralel ................................ 29 – 30 Penyelesaian Awal ........................................................ 31 – 32 Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan ................
33 Pengakuan Taksiran Rugi ............................................. 34 - 35
AKUNTANSI UNTUK PEMBELI .............................. 36 – 42 PENYAJIAN .................................................................... 43 – 44 PENGUNGKAPAN ........................................................ 45 – 46 KETENTUAN TRANSISI ............................................ 4 7 TANGGAL EFEKTIF .................................................... 4 8 PENARIKAN .................................................................. 4 9 Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
NO. 104 AKUNTANSI
1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi istishna’.
33
25
26
27
28
29
30
31
32
34
23
35
36
37
38 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
ISTISHNA’ Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf Standar. Paragraf Standar harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang dicetak dengan huruf tegak (biasa). Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material (immaterial items). PENDAHULUAN Tujuan
Ruang Lingkup
2. Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna’, baik sebagai penjual maupun pembeli.
3. Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah: (a) perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(b) lembaga keuangan syariah nonbank seperti asuransi,lembaga pembiayaan, dan dana pensiun; dan
(c) lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjalankan transaksi istishna’. Selanjutnya dalam konteks pengaturan dalam Pernyataan ini istilah entitas akan digunakan dalam pengertian meliputi lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah.24
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1
10
2
3
4
5
6
7
8
9
11
21
12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
104.2
36
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
25
38
4. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad istishna’.
Definisi
5. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Istishna ’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Istishna ’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’) dengan penjual (pembuat, shani ’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’
, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’ .
Nilai tunai adalah jumlah yang harus dibayar apabila transaksi dilakukan secara kas.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
Karakteristik
26
24
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
23
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
6. Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai
1 spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, 2 dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.
3
7. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh
4 5 pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang 6 pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
7
8
8. Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
9 (a) memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
(b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan
10
produk massal; dan
11 12 (c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang 13 meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
14
15
9. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan
16
yang diserahkan salah atau cacat maka penjual harus
17 18 bertanggung jawab atas kelalaiannya.
19
20
10. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual
21 dalam suatu transaksi istishna’. Jika entitas bertindak sebagai 22 penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau
kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga dengan cara
23 24 istishna ’ maka hal ini disebut istishna’ paralel.
25
26
11. Istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad
27 pertama, antara entitas dan pembeli akhir, tidak bergantung 28 (mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain.
29
30
12. Pada dasarnya istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali
31 memenuhi kondisi: 32 (a) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau 33 (b) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang 34 dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
35
13. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan
36 37 dari penjual atas: 38 (a) jumlah yang telah dibayarkan; dan
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan 2 tepat waktu.
3 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
4
5
6 AKUNTANSI UNTUK PENJUAL
7
8 Penyatuan dan Segmentasi Akad
9
14. Bila suatu akad istishna’ mencakup sejumlah
10
aset, pengakuan dari setiap aset diperlakukan sebagai
11
suatu akad yang terpisah jika:
12 13 (a) proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset; 14 (b) setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah, 15 dimana penjual dan pembeli dapat menerima atau
menolak bagian akad yang berhubungan dengan
16
masing-masing aset tersebut; dan
17
(c) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat
18 19 diidentifikasikan.
20
21
15. Suatu kelompok akad istishna’, dengan satu atau
22 beberapa pembeli, harus diperlakukan sebagai satu akad
istishna ’ jika:
23
(a) kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu
24 25 paket; 26 (b) akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya 27 akad tersebut merupakan bagian dari akad tunggal 28 dengan suatu margin keuntungan; dan
(c) akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara
29 berkesinambungan.
30
31
32
16. Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad
33 istishna ’ terpisah, maka tambahan aset tersebut 34 diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika:
(a) aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset
35
dalam akad istishna’ awal dalam desain, teknologi
36
atau fungsi; atau
37
38 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 104.4
1 (b) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait 2 harga akad istishna’ awal.
3 Pendapatan Istishna’ dan Istishna’ Paralel
4
5
6
17. Pendapatan istishna’ diakui dengan
7 menggunakan metode persentase penyelesaian atau 8 metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses 9 pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.
10
11
18. Jika metode persentase penyelesaian digunakan,
12 13 maka: 14 (a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan 15 yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui
sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang
16
bersangkutan;
17
(b) bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui
18 19 selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset 20 istishna ’ dalam penyelesaian; dan 21 (c) pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui 22 sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
23
24
25
19. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan
26 biaya untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan 27 secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, 28 maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan
sebagai berikut:
29
(a) tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai
30 31 dengan pekerjaan tersebut selesai; 32 (b) tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai 33 dengan pekerjaan tersebut selesai; 34 (c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam
istishna ’ dalam penyelesaian sampai dengan
35
pekerjaan tersebut selesai; dan
36
37
38 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 (d) pengakuan pendapatan istishna’, harga pokok 2 istishna ’, dan keuntungan dilakukan hanya pada saat 3 penyelesaian pekerjaan.
4 Istishna’ dengan Pembayaran Tangguh
5
6
7
20. Jika menggunakan metode persentase penyelesaian
8 dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari 9 satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
10
(a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang
11
dihitung apabila istishna’ dilakukan secara tunai,
12 13 diakui sesuai persentase penyelesaian; dan 14 (b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat 15 penyerahan diakui selama periode pelunasan secara
proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
16 Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf
17
24-25 PSAK 102: Akuntansi Murabahah.
18
19
20
21. Meskipun istishna’ dilakukan dengan pembayaran
21 tangguh, penjual harus menentukan nilai tunai istishna’ pada 22 saat penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui
margin keuntungan terkait dengan proses pembuatan barang
23 24 pesanan. Margin ini menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan 25 dari proses pembuatan barang pesanan. Sedangkan yang 26 dimaksud dengan nilai akad dalam istishna’ adalah harga yang 27 disepakati antara penjual dan pembeli akhir. Hubungan antara 28 biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai akad diuraikan dalam
contoh sebagai berikut:
29
30
31 Biaya Perolehan (biaya produksi) Rp1.000,00
Margin keuntungan pembuatan
32
barang pesanan Rp200,00
33 Nilai tunai pada saat penyerahan
34
barang pesanan Rp1.200,00
35 Nilai akad untuk pembayaran secara
36
angsuran selama tiga tahun Rp1.600,00
37 Selisih nilai akad dan nilai tunai yang 38 diakui selama tiga tahun Rp400,00
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
104.6
1
22. Jika menggunakan metode akad selesai dan proses
2 pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun 3 setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan
pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
4
(a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang
5 6 dihitung apabila istishna’ dilakukan secara tunai, 7 diakui pada saat penyerahan barang pesanan; dan 8 (b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat 9 penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
10 Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf
11
24-25 PSAK 102: Akuntansi Murabahah.
12
13
14
23. Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui
15 sebagai piutang istishna’ dan termin istishna’ (istishna’ billing) pada pos lawannya.
16
17
18
24. Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam
19 transaksi istishna’ dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam 20 akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian 21 pembuatan barang pesanan.
22 Biaya Perolehan Istishna’
23
24
25
25. Biaya perolehan istishna’ terdiri dari:
26 (a) biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja 27 langsung untuk membuat barang pesanan; dan 28 (b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad.
29
30
31
26. Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan 32 diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati.
33 Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut 34 dibebankan pada periode berjalan.
35
27. Biaya perolehan istishna’ yang terjadi selama
36
periode laporan keuangan, diakui sebagai aset istishna’
37 38 dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1
28. Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta
2 biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya 3 istishna ’.
4 Biaya Perolehan Istishna’ Paralel
5
6
7
29. Biaya istishna’ paralel terdiri dari:
8 (a) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan 9 produsen atau kontraktor kepada entitas;
(b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead,
10
termasuk biaya akad dan praakad; dan
11
(c) semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak
12 13 dapat memenuhi kewajibannya, jika ada.
14
15
30. Biaya perolehan istishna’ paralel diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian pada saat diterimanya
16
tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah
17 tagihan.
18
19
20 Penyelesaian Awal
21
22
31. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan potongan,
23
maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan
24 25 istishna ’.
26
27
32. Pengurangan pendapatan istishna’ akibat penyelesaian
28 awal piutang istishna’ dapat diperlakukan sebagai:
(a) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang
29 30 istishna ’ pada saat pembayaran; atau 31 (b) penggantian (reimbursement) kepada pembeli sebesar 32 jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah 33 menerima pembayaran piutang istishna’ secara 34 keseluruhan.
35
36
37
38 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 104.8
1 Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan
2
3
33. Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna’ akibat perubahan pesanan
4
dan tagihan tambahan adalah sebagai berikut:
5 6 (a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang 7 disepakati oleh penjual dan pembeli ditambahkan 8 kepada pendapatan istishna’ dan biaya istishna’; 9 (b) jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang
dipersyaratkan dipenuhi, maka jumlah biaya setiap
10
tagihan tambahan akan menambah biaya istishna’;
11
sehingga pendapatan istishna’ akan berkurang
12 13 sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim 14 tambahan; 15 (c) perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada
istishna ’ paralel, akan tetapi biaya perubahan
16
pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh
17
produsen atau kontraktor dan disetujui penjual
18 19 berdasarkan akad istishna’ paralel.
20
21 Pengakuan Taksiran Rugi
22
34. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya
23
perolehan istishna’ akan melebihi pendapatan istishna’,
24 25 taksiran kerugian harus segera diakui.
26
27
35. Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa
28 memperhatikan:
(a) apakah pekerjaan istishna’ telah dilakukan atau belum;
29 30 (b) tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau 31 (c) jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak 32 diperlakukan sebagai suatu akad tunggal sesuai paragraf 33 14.
34 AKUNTANSI UNTUK PEMBELI
35
36
36. Pembeli mengakui aset istishna’ dalam
37 38 penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
37. Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi
34
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
23
36
37
38
penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna’ kepada penjual.
istishna ’ dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna’ tangguhan.
38. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan hutang istishna ’.
39. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
40. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
41. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
24
104.10
Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
21
12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
1
42. Dalam istishna’ paralel, jika pembeli menolak
2 menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan 3 spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur
dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan
4
harga pokok istishna’. Selisih yang terjadi diakui sebagai
5 6 kerugian pada periode berjalan.
7
8
9 PENYAJIAN
10
43. Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-
11
hal sebagai berikut:
12 13 (a) Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ 14 sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli 15 akhir.
(b) Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’
16
sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada
17 pembeli akhir.
18
19
20
44. Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan
21 hal-hal sebagai berikut: 22 (a) Hutang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau
kontraktor yang belum dilunasi.
23
(b) Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
24 25 (i) persentase penyelesaian dari nilai kontrak 26 penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna’ 27 paralel; atau 28 (ii) kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’.
29 PENGUNGKAPAN
30
31
32
45. Penjual mengungkapkan transaksi istishna’
33 dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: 34 (a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
pendapatan kontrak istishna’;
35
(b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase
36
penyelesaian kontrak yang sedang berjalan;
37
38 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 (c) rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka 2 waktu, dan kualitas piutang; 3 (d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.
101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
4
5
6
46. Pembeli mengungkapkan transaksi istishna’
7 dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: 8 (a) rincian hutang istishna’ berdasarkan jumlah dan 9 jangka waktu;
(b) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101:
10 Penyajian Laporan Keuangan Syariah .
11
12
13 KETENTUAN TRANSISI
14
15
47. Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk transaksi istishna’ yang terjadi setelah tanggal efektif.
16 Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan
17
maka entitas dianjurkan menerapkan Pernyataan ini
18 19 secara retrospektif.
20
21 TANGGAL EFEKTIF
22
48. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan
23
penyajian laporan keuangan entitas yang dimulai pada
24 25 atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
26
27 PENARIKAN
28
49. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi
29
30 Perbankan Syariah , yang berhubungan dengan pengakuan, 31 pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi istishna’.
32
33
34
35
36
37
38 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 104.12