MAKALAH KELOMPOK ST 7 Anihilisasi.docx

MAKALAH KELOMPOK
SISTEMATIKA TEOLOGI 7
“PENGHUKUMAN KEKAL (ANIHILASI)”

Disusun oleh :
Kelompok
1. Aprilia Loisita Kaensige (00000010550)
2. Debora Novyanthi Sianturi (00000010712)
3. Edsel Yubil Pomantow (00000010553)
4. Kurnia Handoko (00000010694)
5. Maria Apriani Dhae (00000010586)

Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Pelita Harapan
2016

PENDAHULUAN
Doktrin akhir zaman mengenai penghukuman kekal seringkali tidak mendapatkan
perhatian secara khusus, bahkan orang percaya sekalipun seringkali menghindari doktrin ini.
Ketakutan manusia akan kejadian yang mengerikan di masa depan menjadi alasan dasar
mengapa doktrin ini dihindari bahkan khotbah-khotbah di gereja pun seringkali tidak

membahasnya secara mendalam. Bahkan sebagian orang mempercayai bahwa Allah itu Maha
Kasih sehingga tidak mungkin manusia mengalami suatu penghukuman kekal, kepercayaan
seperti inilah yang kemudian membangun pendapat-pendapat baru mengenai penghukuman
kekal padahal Alkitab yang adalah Firman Allah itu sendiri dan sebagai sumber kebenaran yang
sejati justru menegaskan hal ini bahkan Yesus tampil sebagai tokoh Alkitab yang paling sering
membicarakan mengenai penghukuman kekal. Penyangkalan terhadap doktrin penghukuman
kekal ini terdiri atas dua bentuk utama yaitu : universalisme dan anihilasi (annihilationism).
Makalah kelompok ini lebih berfokus pada bagaimana teologi Reformed menanggapi bentuk
anihilasi.
ISI
1.

Pengertian
Anihilasi berasal dari kata dasar “nihil” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti kosong sama sekali, tidak ada apa-apa. Prefiks “a” berarti tidak atau berfungsi untuk
menegasikan kata. Sedangkan sufiks “asi” diartikan sebagai suatu proses. Jadi, secara etimologi
anihilasi diartikan sebagai proses pengadaan sesuatu dengan cara memusnahkan sesuatu,
sedangkan anihilasi dalam bahasa Inggris adalah “annihilationism”. Jadi, anihilasi adalah
peniadaan dan pemusnahan yang menyangkal adanya penghukuman kekal. Pandangan ini

pertama kali diajarkan oleh Arnobius dan dilanjutkan oleh Socinians, dan oleh filsuf Locke dan
Hobbes (Berkhof, 1997).

2.

Hubungan dengan penghukuman kekal
Anihilasi adalah salah satu pandangan yang menyangkali penghukuman kekal

(annihilationism). Menurut Hoekema dalam bukunya Alkitab dan Akhir Zaman, anihilasi dibagi
ke dalam dua bentuk. Pertama, manusia pada hakekatnya diciptakan sebagai makhluk yang tidak
dapat binasa, melainkan makhluk yang terus hidup di dalam dosa yang akan menjadi tidak kekal

atau dihilangkan (anihilasi). Kedua, kekekalan bersyarat artinya manusia pada hakekatnya
diciptakan sebagai makhluk yang tidak kekal. Bagi mereka yang percaya, kekekalan diterima
sebagai anugerah yang diterimanya selama hidup di dalam dunia ini dan akan ada secara kekal di
dalam kondisi yang penuh berkat setelah kematiannya. Akan tetapi bagi orang-orang yang tidak
percaya terhadap anugerah tersebut selama hidupnya maka setelah kematiannya mereka
ditiadakan (anihilasi).
3.


PANDANGAN YANG MENGGUNAKAN ANIHILASI
1) Saksi Jehovah
Aliran ini adalah golongan yang mempercayai bahwa Yesus adalah pendiri organisasi

bukan Allah. Aliran ini bermula dari Charles Taze Russel yang merupakan tokoh utama dari
aliran ini. Russel lahir di Pittsburgh-Pennsylvania, saat remaja dia sudah tertarik dengan hal-hal
keagamaan terutama menyangkut kedatangan Kristus kedua kali dan akhir zaman. Sejak tahun
1870 ia bergabung dalam sebuah kelompok bercorak Adventis kemudian ia beralih ke kelompok
Barbour. Russel mendukung pemahaman kelompok Barbour tentang arti parousia (kedatangan
Kristus kedua kali). Akan tetapi, ia tidak menerima ramalan Borbour tentang kedatangan Kristus
pada bulan April 1878. “Berdasarkan Wahyu 7:4-9 Russel selanjutnya berpandangan bahwa di
antara masa panen dan kedatangan Kristus itu akan terjadi perang Harmagedon (Armageddon);
yang akan dipanen atau selamat dari perang itu dan memasuki kerajaan seribu tahun itu hanya
144.000 orang.” (Aritonang, 2005). Ada beberapa perbedaan pandangan Russel dan Barbour
sehingga membuat ia terpisah dari kelompok itu pada tahun 1878. Salah satunya adalah tidak ada
neraka sebagai penghukuman kekal bagi orang-orang jahat karena setiap orang tersebut akan
segera ditiadakan (annihilated) saat mereka mati. Pendapat Russel ini dalam aliran Saksi Jehovah
menjadi suatu ajaran mengenai kebangkitan dan penghakiman. Menurut Pendeta Aritonang
dalam bukunya “Berbagai Aliran di dalam dan sekitar Gereja” aliran Saksi Jehovah percaya
manusia tidak bersamaan dihakimi pada saat penghakiman. Manusia yang berdosa atau

menjalani hidup tidak sesuai kebenaran telah dihakimi sebelum hari penghakiman. Mereka tidak
akan bertemu dengan Kristus tetapi akan hilang terus-menerus selamanya. Kemudian orang yang
tetap setia akan dianugerahi kehidupan kekal.

2) Adventis

Aliran ini awalnya disebut Gerakan Adventis yang semula berasal dari persekutuan yang
informal, bahkan namanya belum ada yang pasti. Akan tetapi, sejak tahun 1855 mereka memiliki
semacam kantor pusat di Battle Creek. “Pada tanggal 1 Oktober 1860 nama Sevent-Day
Adventist diresmikan dan pada tahun 1863 dan diselenggarakan Konferensi Umum yang
pertama.” (Aritonang, 2005). Tokoh yang paling berperan dalam gereja ini yaitu Ny. Ellen G.
White yang dibawah kepemimpinannya gereja Advent merumuskan Statement of Faith
(Pernyataan Iman) mereka. Pasal 26 Penyataan Iman 1980 tentang Milenium adalah seribu
tahun pemerintahan Kristus dengan orang-orang sucinya di sorga di antara kebangkitan pertama
dan kedua. Pada masa ini yang mendiami bumi adalah iblis dan malaikat-malaikatnya sedangkan
orang yang jahat yang sudah mati akan dihakimi kemudian akan dibangkitkan dan bersama iblis
dengan malaikat-malaikatnya. Allah akan mengirim api dan menelan mereka serta
membersihkan bumi (Anihilasi), sehingga alam bebas dari dosa dan para pendosa untuk selamalamanya.
4.


PANDANGAN REFORMED
Doktrin akhir zaman mengenai penghukuman kekal menimbulkan begitu banyak

penafsiran di berbagai kalangan. Menurut kaum Reformed ada dua kondisi pada saat
kedatangaan Tuhan Yesus kedua kalinya, yaitu penderitaan kekal dan sukacita kekal. Orangorang yang menaruh imannya dalam Kristus akan menerima sukacita abadi pada saat kedatangan
Kristus kedua kalinya (Yohanes 3:18). Ayat Alkitab ini jelas menunjukkan bahwa penghukuman
kekal ditujukan kepada orang-orang yang tidak percaya, sedangkan orang percaya akan bersama
dengan Allah dalam Yerusalem baru (Wahyu 3:12). Kaum Reformed percaya bahwa orang-orang
fasik akan mendapatkan penderitaan kekal di suatu tempat bernama neraka (gehenna) (Santoso,
2006). Keyakinan ini didasarkan pada Alkitab sebagai sumber kebenaran yang sejati terlebih lagi
fakta bahwa Kristus membicarakan mengenai neraka lebih banyak dari pada tokoh Alkitab lain,
contohnya dalam kotbah-Nya di bukit. Ia menyebutkan tiga referensi mengenai neraka (Mat.
5:22-30). Kata neraka yang digunakan Yesus dalam perikop ini menggunakan kata Yunani
Gehenna yang dalam perjanjian baru diterjemahkan sebagai neraka (Hoekema, 2004).
Kaum yang mendukung paham penghukuman kekal dengan cara anihilasi seperti kaum
Advent hari ke-7 dan saksi Jehovah menggunakan ayat alkitab Mat. 2:13 untuk mendukung
pendapat mereka. Padahal jika ditelusuri lebih dalam dari terjemahan aslinya kata “membunuh”

dalam Mat. 2:13 bukan berarti meniadakan karena membunuh dalam ayat ini menggunakan kata
apolesai, apollymi dalam bahasa Yunani yang berarti membunuh secara jasmani atau membunuh

tubuh (Santoso, 2006), sedangkan Yesus mengatakan kepada para rasul dalam injil Mat. 10:28,
“Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa
maupun tubuh di dalam neraka”. Hoekema (2004) mengatakan bahwa Apollymi justru
mengandung makna penghukuman kekal, sebagai hukuman dalam kondisi terhilang dari
persekutuan dengan Allah tanpa akhir. Oleh karena itu ayat Alkitab yang digunakan oleh paham
anihilasi tidak sesuai karena ketika seseorang membunuh dia tidak meniadakan, partikel tubuh
yang mati akan mengalami pembusukkan dan berubah menjadi materi dalam wujud yang
berbeda.
Alkitab yang adalah Firman Tuhan dan sebagai sumber kebenaran yang sejati
menunjukkan begitu banyak bukti, terutama Yesus sendiri mengatakan hal ini yaitu mengenai
penghukuman kekal yang akan diterima orang fasik yaitu neraka (Mat.5:22-30; Luk. 16:23;
2Raj. 16:3, 21:6; Yer. 32:35 , 7:32 , 19:6; Mar. 9:43; Yes. 66:24; Mat. 13:41-42; Yoh. 3:16; Mat.
9:17) hal inilah yang menyebabkan kaum Reformed menolak paham penghukuman kekal yaitu
anihilasi yang berarti penghukuman kekal dengan cara meniadakan orang-orang fasik.
5.

PEMBAHASAN KELOMPOK
Kelompok berpendapat bahwa penghukuman kekal pasti akan terjadi pada orang-orang


yang tidak ada di dalam Kristus dalam hal ini orang-orang fasik dan yang tidak percaya. Namun
yang dialami oleh orang-orang fasik ini bukan seperti pandangan menurut advent dan saksi
Yehovah yaitu dengan cara peniadaan (anihilasi) dengan periode waktu tertentu bergantung
kepada banyak atau sedikitnya jumlah kejahatan yang telah dilakukan, melainkan penghukuman
kekal dalam lautan api di neraka. Hal ini sesuai dengan apa yang Yesus ajarkan dalam Alkitab.
Matius 10:28 menunjukkan adanya kaitan yang erat dengan yang Tuhan Yesus sampaikan dalam
Matius 5:29-30 yaitu penderitaan dalam neraka akan mencakup penderitaan baik tubuh maupun
jiwa. Ia berkata bahwa lebih baik tanpa mata atau tangan dari pada secara utuh dilemparkan ke
dalam neraka. Api neraka yang kekal juga dijelaskan dalam Matius 18:8-9 bahwa sifatnya
bukanlah sebuah penghukuman yang sementara, dimana orang-orang yang dihukum suatu saat
akan dibebaskan, melainkan suatu penghukuman kekal yaitu suatu penghukuman yang tidak

berkesudahan. Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa pada kondisi atau destini akhir dari
orang-orang yang tidak menerima Kristus bukan suatu tindakan peniadaan atau yang sering
disebut anihilasi, melainkan mengalami suatu penghukuman kekal dalam neraka. Sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas dalam kaitannya dengan kondisi akhir dari dari orang-orang fasik,
maka anihilasi bukanlah konsep yang sesuai seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Yesus pun
mengajarkan bahwa nasib akhir dari mereka adalah sisksaan yang tidak berkesudahan atau kekal.
Kata apolllymi yang dipakai dalam Perjanjian Baru ketika dipakai pada kondisi akhir orang fasik
sama sekali tidak berarti makna anihilasi. melainkan maknanya adalah suatu penghukuman kekal

yaitu sebuah hukuman dalam kondisi terhilang dari persekutuan dengan Tuhan, hal ini bisa
disebut dengan penderitaan yang tanpa akhir.

KESIMPULAN
Teologi Refomed menanggapi bahwa anihilasi bukanlah suatu pandangan yang diajarkan
dalam Alkitab, karena pandangan ini merupakan bentuk penyangkalan terhadap hukuman kekal.
Sedangkan Alkitab mengajarkan bahwa orang-orang fasik yaitu orang-orang yang tidak
menerima dan percaya kepada Kristus akan dilemparkan ke dalam penghukuman kekal di dalam
neraka. Oleh karena itu, kami merefleksikan bahwa sebagai orang Kristen saat ini penting untuk
memahami ajaran Alkitab mengenai penghukuman kekal. Hal ini mendorong kami untuk lebih
serius dalam memberitakan injil seperti yang ditulis dalam Roma 10:14b “bagaimana mereka
mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”. Kemudian ini juga
mengajarkan orang Kristen untuk lebih percaya kepada apa yang diajarkan Yesus dalam Alkitab,
sebab segala kebenaran adalah bersumber dari Firman Tuhan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, J. S. (2005). Berbagai aliran di dalam dan di sekitar gereja. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Boice, J. M. (2011). Dasar-dasar iman kristen. Surabaya: Penerbit Momentum.
Erickson, M. J. (2004). Teologi kristen volume tiga. Malang: Penerbit Gandum Mas.

Hoekema, A. A. (2004). Alkitab dan akhir zaman. Surabaya: Penerbit Momentum.
Santoso, A. (2006). The God way handbook. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.