FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PASAR JAGUNG DI INDONESIA
1) 2) Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jl. A. Yani 70 Bogor
2)
Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga Bogor
ABSTRACT
The study focused on factors affecting market behavior of corn in Indonesia, and market responses. Data of the study are time series for the period of 1980-2001. Model used in the study was Two-Stage Least Squares (2SLS). The results revealed that production technology improvement should get priority as the means of increasing corn production. Rupiah exchange rate was the main variable affecting Indonesia’s import volume of corn. Demand for corn for feed production was determined by own price of corn rather than feed price. Corn is inferiod food to most Indonesians. In the long term, world prices of corn will be determined mainly by its supply and demand. On the other hand, domestic price of corn in long term will be determined mainly by world price of corn rather than domestic corn market power.
Key words : market behavior, corn market, elasticity, 2SLS, Indonesia ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasar jagung Indonesia, serta tingkat responsif pasar tersebut terhadap faktor- faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan data time series periode 1980-2001. Pendekatan model ekonometrika persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stage Least Squares (2SLS) telah digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung sebaiknya diprioritaskan pada perbaikan teknologi produksi dibanding instrumen lainnya. Nilai tukar rupiah merupakan peubah utama yang berpengaruh terhadap volume impor jagung Indonesia. Permintaan jagung untuk pakan lebih banyak ditentukan oleh harga jagung itu sendiri dibanding harga pakan. Terutama dalam jangka panjang, harga jagung dunia secara kuat akan ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan. Sementara itu, harga jagung domestik dalam jangka panjang lebih banyak akan ditentukan oleh harga jagung dunia dibanding kekuatan pasar jagung domestik.
Kata kunci : perilaku pasar, pasar jagung, elastisitas, 2SLS, Indonesia.
PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya sektor peternakan yang didukung oleh berkembangnya industri pakan dan pangan yang menggunakan bahan baku jagung, permintaan jagung dalam negeri terus meningkat. Di sisi lain,
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga pertumbuhan produksi jagung Indonesia masih agak lamban akibat masih rendahnya tingkat produktivitas dan areal pertanaman, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan dalam negeri. Untuk mengatasi kelebihan permintaan tersebut, pemerintah memutuskan membuka keran impor yang setiap tahunnya meningkat dan bahkan mulai tahun 1990-an status Indonesia telah berubah menjadi negara net-importer jagung (Kasryno, 2002). Pada tahun 1991 jumlah impor jagung Indonesia sekitar 323,18 ribu ton (5,16 persen dari total produksi nasional) dan pada tahun 2000 telah menjadi 1,26 juta ton (13,53 persen dari total produksi nasional), atau selama periode tersebut meningkat sebesar 20,35 persen (Deptan, 2002). Dari data tersebut sangat menarik untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pasar jagung domestik baik dilihat dari sisi produksi, permintaan maupun harga, serta bagaimana respon pasar jagung tersebut terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya?
Di pasar dunia, volume perdagangan jagung meningkat pesat dalam periode 1960-1980, dengan puncaknya tahun 1980 mencapai 82 juta ton atau sekitar 20,0 persen dari produksi dunia (Kasryno, 2002). Setelah itu volume perdagangan jagung dunia terus menurun, walaupun produksi jagung dunia terus meningkat. Pada tahun 2000 dan 2001, volume ekspor jagung hanya 80 juta dan 79 juta ton atau 13,4 persen dan 12,85 persen dari produksi dunia (Kariyasa, 2003). Setelah tahun 1980, ketergantungan negara berkembang pada impor jagung semakin meningkat, karena berkembangnya industri peternakan. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada masa mendatang jagung tidak mudah lagi diperoleh di pasar dunia. Dalam pasar jagung dunia, posisi Indonesia adalah sebagai negara kecil “small country”. Posisi ini ditunjukkan oleh pangsa impor jagung Indonesia relatif sangat kecil, yaitu 0,9 persen terhadap impor dunia. Dapat diperkirakan bahwa Indonesia tidak cukup kuat mempengaruhi perilaku pasar jagung dunia, sebaliknya pasar jagung dunia diperkirakan cukup kuat untuk mempengaruhi pasar domestik. Satu hal yang menarik untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku pasar jagung dunia, dan selanjutnya bagaimana respon pasar jagung dunia terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya?
Bertolak dari informasi di atas, maka secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perilaku pasar jagung Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk melihat: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga jagung di pasar Indonesia, dan (2) melihat tingkat respon pasar jagung terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka PemikiranSalah satu modifikasi model yang telah berkembang untuk menghindari masalah multi collinearity adalah model penyesuaian parsial Nerlove. Model ini
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194 cukup terkenal dalam respon studi penawaran (Yotopoulus and Nugent, 1976). Berdasarkan asumsi model ini, produksi jagung merupakan perkalian antara luas panen dengan produktivitasnya. Luas panen jagung ditentukan oleh tingkat harga jagung itu sendiri dan harga produk tanaman pesaingnya, sedangkan produktivitas jagung dipengaruhi oleh harga jagung itu sendiri, harga input dan tingkat teknologi yang diterapkan petani, serta suku bunga kredit yang tersedia.
Kegiatan impor jagung dilakukan manakala produksi jagung belum mampu memenuhi permintaannya. Namun demikian besarnya volume impor sangat ditentukan oleh harga jagung impor itu sendiri, harga jagung domestik, kurs rupiah dan PDB. Secara umum permintaan jagung dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu untuk: industri pakan, konsumsi langsung dan industri makanan. Permintaan jagung untuk pakan tentunya sangat ditentukan oleh harga jagung dan pakan itu sendiri serta harga input lainnya. Kedelai dalam pembuatan pakan merupakan bahan baku komplementer terhadap jagung. Sementara permintaan jagung untuk konsumsi langsung dipengaruhi oleh harga jagung itu sendiri, harga beras sebagai komoditas substitusinya, pendapatan serta selera masyarakat. Secara umum jagung untuk kebutuhan konsumsi langsung cenderung sebagai barang inferior dikaitkan dengan perubahan tingkat pendapatan per kapita masyarakat. Permintaan jagung untuk industri pangan dipengaruhi oleh harga jagung itu sendiri, harga output dari olahan jagung, harga input komplemen dan substitusi dari jagung itu sendiri, pendapatan serta selera masyarakat. Produk olahan jagung dari industri pangan umumnya termasuk kategori barang normal.
Secara teoritis, harga jagung dunia secara kuat ditentukan oleh kekuatan permintaan (impor) dan penawaran (ekspor) jagung dunia. Harga dunia tersebut selanjutnya akan mempengaruhi harga impor dari negara importir termasuk Indonesia. Tingkat integrasi pasar jagung domestik (Indonesia) dengan pasar jagung dunia terlihat dari elastisitas transmisi harga dunia terhadap harga jagung domestik lewat harga impor. Demikian juga dengan keterkaitan antara pasar jagung domestik dengan pasar lokal (provinsi) yang akan tercermin dari besarnya pengaruh harga jagung domestik dalam menciptakan harga jagung di masing-masing provinsi.
Di sisi lain, krisis ekonomi yang telah melanda Indonesia sejak bulan Juli 1997 berdampak pada semua aspek perekonomian. Dalam pasar jagung, krisis ekonomi telah menyebabkan semakin mahalnya biaya produksi dan di sisi lain meningkatnya harga jagung, sehingga secara teoritis naik atau turunnya produktivitas dan areal panen tergantung dari kekuatan tarik menarik antara kedua peubah tersebut. Krisis ekonomi juga menyebabkan terjadinya perubahan permintaan jagung baik untuk konsumsi langsung, pakan maupun untuk pangan.
Secara ringkas faktor-faktor yang mempengaruhi pasar jagung di Indonesia disajikan pada Gambar 1.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
Perumusan dan Spesifikasi Model
Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Secara ideal sebuah model menampilkan komponen-komponen utama dari fenomena nyata yang diamati, agar dapat dilakukan estimasi secara akurat. Salah satu model pendekatan kuantitatif yang sering dipakai untuk menganalisis masalah ekonomi adalah model ekonometrika (Hallam, 1990).
Model ekonometrika adalah suatu model statisika yang menghubungkan peubah-peubah ekonomi dari suatu fenomena ekonomi yang mencakup unsur stokastik (Intriligator et al., 1996). Suatu model yang baik harus dapat memenuhi kriteria ekonomi, statistika dan ekonometrika (Koutsoyiannis, 1977). Pada penelitian ini, perumusan model khususnya pada pendugaan perilaku areal panen dan produktivitas jagung dilakukan di empat provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Keempat wilayah tersebut dipilih karena selain sebagai sentra produksi jagung di Indonesia, juga diduga ada perbedaan perilaku yang cukup signifikan dari areal panen dan produktivitas jagung di masing-masing provinsi tersebut. Dengan bantuan model tersebut, maka dalam upaya meningkatkan produksi jagung nasional dapat dilakukan dengan disagregasi pada areal panen dan produktivitas pada masing-masing sentra produksi. Hal ini memudahkan pemerintah dalam membuat kebijakan yang bersifat spesifik sesuai respon prilaku masing-masing provinsi. Dengan alasan dan tujuan di atas, maka dalam kajian ini tidak perlu dilakukan pendugaan perilaku pada persamaan areal panen dan produktivitas secara agregat, untuk menghindari adanya kebijakan yang bersifat umum. Hal yang sama juga tidak dilakukan pendugaan perilaku pada persamaan produksi jagung baik pada provinsi sentra produksi maupun secara agregat juga tidak dilakukan, mengingat dalam kajian ini yang mengacu pada model Nerlove bahwa produksi bukan merupakan persamaan struktural, namun hanya merupakan persamaan identitas yaitu perkalian antara areal panen dan produktivitas.
Pendugaan perilaku harga, selain pada tingkat dunia dan domestik, juga dilakukan pada tingkat provinsi. Sementara pendugaan perilaku pada persamaan lainnya hanya dapat dilakukan secara agregat (tingkat nasional), mengingat ketersediaan data menurut provinsi tidak memadai. Dari 27 persamaan yang ada, sebanyak 19 merupakan persamaan perilaku atau struktural dan sisanya sebanyak delapan persamaan merupakan persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari: (1) empat persamaan areal panen jagung, (2) empat persamaan produktivitas jagung, (3) satu persamaan impor jagung Indonesia, (4) tiga persamaan permintaan jagung masing-masing untuk pakan, konsumsi langsung, dan industri pangan, (5) tujuh persamaan harga jagung yang meliputi harga jagung dunia, harga jagung impor, harga jagung Indonesia, harga jagung Sumut, harga jagung Jateng, harga jagung Jatim, dan harga jagung Sulsel. Sementara persamaan identitas terdiri dari: (1) lima persamaan produksi yang meliputi produksi jagung di Sumut, Jateng, Jatim,
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga sulsel, dan Indonesia, (2) satu persamaan penawaran jagung Indonesia, dan (3) dua persamaan permintaan jagung (kebutuhan lain dan domestik).
Peubah harga riil, upah riil, PDB riil dan pendapatan per kapita riil yang terdapat pada persamaan masing-masing merupakan harga nominal, upah nominal, PDB nominal, dan pendapatan per kapita nominal dibagi dengan indek harga konsumen umum (IHKU) pada tahun bersangkutan, sedangkan tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku bunga nominal dikurangi inflasi.
Dari informasi di atas, maka spesifikasi model perilaku pasar jagung Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Persamaan Areal Panen
APJSU t = a +a
1 HJDSU t +a
2 HKDSU t +a
3 HKTSU t +a
4 APJSU t-1 +a
5 D t +u 1 ...... (1)
APJJH t = b +b
1 HJDJH t +b
2 HKDJH t +b
3 HKTJH t +b
4 APJJH t-1 +b
5 D t +u 2 .......... (2)
APJJR = c +c HJDJR +c HKDJR +c HKTJR +c APJJR +c D +u ........... (3)
t 1 t 2 t
3 t
4 t-1 5 t3 APJSS t = d +d
1 HJDSS t +d
2 HKDSS t +d
3 HKTSS t +d
4 APJSS t-1 +d
5 D t +u 4 ....... (4)
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah: a b c d >0;
1, 1, 1,
1
a
2 ,b 2 ,c 2 ,d 2 ,a 3 ,b 3 ,c 3 , d 3 <0; dan 0< a 4 ,b
4 ,b
4 ,b 4 <1.dimana: APJSU t …APJSS t = Panen jagung di Provinsi Sumatera Utara (SU), Jawa
Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t (000 ha)
HJDSU …HJDSS = Harga riil jagung di Provinsi Sumatera Utara (SU),Jawa
t t
Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t (Rp/kg)
HKDSU t …HKDSS t = Harga riil kedelai di Provinsi Sumatera Utara (SU), Jawa Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t (Rp/kg)
HKTSU …HKTSS = Harga riil kacang tanah di Provinsi Sumatera Utara (SU),
t t
Jawa Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t (Rp/kg)
APJSU t-1 , APJJH t-1 , APJJR t-1 , APJSS t-1 = peubah beda kala D = peubah dummy, (D = 1, saat krisis: tahun 1997-2001 dan D = 0,
t t t
sebelum krisis: tahun 1980-1996) u = peubah pengganggu
1-4 Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
Persamaan Produktivitas Jagung
YDJSU = e + e RHJPSU + e RHJUSU + e TSB + e + TTPSU
t 1 t i2 t 3 t 4 t
e
5 YDJSU t-1 + e
6 D t +u 5 .............................................................. (5)
YDJJH = f + f RHJPJH + f RHJUJH + f TSB + f TTPJH + f YDJJH
t 1 t i2 t 3 t 4 t 5 t-1
- f
6 D t +u 6 ................................................................................... (6)
YDJJR = g
- g RHJPJR + g RHJUJR + g TSB + g TTPJR
t 1 t i2 t 3 t 4 t
g
5 YDJJR t-1 + g
6 D t +u 7 ............................................................... (7)
YDJSS
- = h + h RHJPSS + h RHJUSS + h TSB + h TTPSS
t 1 t i2 t 3 t 4 t
h
5 YDJSS t-1 + h
6 D t +u 8 .............................................................. (8)
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah: e
1 , f 1 , g 1 , h 1 , e 2 , f 2 , g 2 , h 2 , e , f , g , h > 0; e , f , g , h < 0; dan 0< e , f , g , h < 1.
4
4
4
4
3
3
3
3
5
5
5
5
dimana : YDJSU …YDJSS = Produktivitas jagung di Provinsi Sumatera Utara (SU),
t t
Jawa Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t (ton/ha)
RHJPSU t …RHJPSS t = Rasio harga jagung riil dengan harga riil pupuk di Provinsi Sumatera Utara (SU), Jawa Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t
RHJUSU t …RHJUSS t = Rasio harga jagung riil dengan upah riil di Provinsi Sumatera Utara (SU), Jawa Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t
TTPSU …TTPSS = Teknologi produksi di Provinsi Sumatera Utara (SU),
t t
Jawa Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) diproksi dari luas intensifikasi (000 ha)
TSB it = tingkat suku bunga riil tahun t (%) YDJSU , YDJJH , YDJJR , YDJSS ,= peubah beda kala
t-1 t-1 t-1 t-1
u 5-8 = peubah pengganggu
Persamaan Produksi Jagung
PRJSU t = APJSU t * YDJSU t ............................................................... (9) PRJJH t = APJJH t * YDJJH t ............................................................... (10) PRJJR = APJJR * YDJJR ............................................................... (11)
t t t FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga
PRJSS t = APJSS t * YDJSS t .............................................................. (12) PRJ = PRJSU + PRJJH + PRJJR + PRJSS +PRJSI ................ (13)
t t t t t t
dimana : PRSU …PRJSS = Produksi jagung di Provinsi Sumatera Utara (SU), Jawa
t t
Tengah (JH), Jawa Timur (JR), dan Sulawesi Selatan (SS) pada tahun t (000 ton) PRJSI t = produksi jagung Sisa Indonesia tahun t (000 ton) PRJ = produksi jagung Indonesia tahun t (000 ton)
t Persamaan Impor Jagung Indonesia
MJI t = i + i
1 HJM t + i
2 HJD t + i
3 NKR t + i
4 PDB t + i
5 MJI t-1 + i
6 D t + u 9 ............. (14) Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah: i ,i < 0; i i > 0; 0<i >1.
1 3 2,
4
5
dimana : MJI = jumlah jagung yang diimpor pada tahun t (000 ton)
t
HJM t = harga riil jagung impor, CIF pada tahun t ($ US/kg) NTR = nilai kurs rupiah pada tahun t (Rp/$ US)
t
PDB t = produk domestik bruto riil pada tahun t (Rp Milyar) MJI = peubah beda kala dari MJI
t-1
U
9 = peubah pengganggu Persamaan Penawaran Jagung Indonesia
SJI = PRJ + MJI ............................................................................ (15)
t t t
dimana : SJI t = jumlah penawaran jagung Indonesia (000 ton)
Persamaan Permintaan Jagung oleh Pabrik Pakan Ternak
DJP = j + j HJD + j HPN + j HKD + j DJP + j D + u ......................... (16)
t 1 t 2 t 3 t 4 t-1 5 t
10 Tanda parameter dugaan yang diharapkan : i 1, i 3 < 0; i 2 > 0; 0<i 4 <1
dimana : DJP t = jumlah permintaan jagung oleh pabrik pakan (000 ton) HPN = harga riil pakan (Rp/kg)
t
DJP t-1 = peubah beda kala dari DJP U = peubah pengganggu
10 Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
Persamaan Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung
DJM = k +k HJD +k HBR +k JIP +k SLR +k DJM +k D +u ................ (17)
t 1 t 2 t 3 t
4 t
5 t-1 6 t11 Tanda parameter dugaan yang diharapkan: k 1, k 3, k 4 < 0; k 2 > 0; 0<k 5 <1.
dimana : DJM t = jumlah permintaan jagung untuk konsumsi langsung (000 ton) HBR = harga riil beras domestik pada tahun t (Rp/kg)
t
JIP t = jumlah pendapatan perkapita tahun t (Rp juta/kapita/tahun) SLR = selera pada tahun ke t yang diproksi dari trend waktu (1,2, ...,22)
t
DJM t-1 = peubah beda kala dari DJM t U = peubah pengganggu
11 Persamaan Permintaan Jagung untuk Industri Pangan
1 HJD t + l
2 HTT t + l
3 HGL t + l
4 HMG t + l
5 HOIJ t + l
6 JIP t
- DJIP t = l + l l UTKI + l SLR + l DJIP + l D +u ............................. (18)
7 t 8 t
9 -1
10 t12 Tanda parameter dugaan yang diharapkan: l 1, l 3, l 4, l 7 <0; l 2 ,l 5, l 6, l 8 > 0; 0<l 9 <1.
dimana: DJIP t = jumlah permintaan jagung untuk industri pangan (000 ton) HTT = harga riil tepung terigu pada tahun t (Rp/kg)
t
HGL t = harga riil gula domestik pada tahun t (Rp/kg) HMG = harga riil minyak goreng domestik (Rp/kg)
t
HOIJ t = harga riil output industri jagung (Rp/kg) UTKI = upah riil tenaga kerja di sektor industri (Rp/HOK)
t
DJIP t-1 = peubah beda kala dari DJIP t U = peubah pengganggu
12 Persamaan Permintaan Jagung Untuk Kebutuhan Lain
DJL t = SJI t – DJP t – D t JM t - DJIP t ................................................... (19) dimana DJL = permintaan jagung untuk kebutuhan lain (000 ton)
t Persamaan Permintaan Jagung Domestik
DJI t = DJP t + DJM t + DJIP t + DJL t ............................................... (20) dimana : DJI = permintaan jagung domestik (000 ton)
t FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga
Persamaan Harga Jagung Dunia
HJW = m + m
XJW + m MJW + m HJW + u ......................... (21)
t 1 t 2 t 3 t-1
13 Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : m 1 < 0; m 2 > 0; 0<m 3 <1.
dimana : HJW t = harga riil jagung dunia, CIF ($ US/kg)
XJW = jumlah ekspor jagung dunia (000 ton)
t
MJW t = jumlah impor jagung dunia (000 ton) HJW = peubah beda kala dari HJW
t-1
U
13 = peubah pengganggu Persamaan Harga Jagung Impor
HJM = n +n HJW + n NKR + n HJM + n D + u ................... (22)
t 1 t 2 t 3 t-1 4 t
14 Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah: n 1, n 2 > 0; 0<n 3 <1
dimana : HJM t-1 = peubah beda kala dari HJM t U = peubah pengganggu
14 Persamaan Harga Jagung Domestik dan Provinsi
HJD t = o + o
1 SJI t + o
2 HJM t + o
3 HJD t-1 + o
4 D t + u 15 ............................. (23)
HJPSU = p + p HJD + p PRJSU + p HJPSU + p D + u .................. (24)
t 1 t 2 t 3 t-1 4 t
16 HJPJH t = q + q
1 HJD t + q
2 PRJJH t + q
3 HJPJH t-1 + q
4 D t + u 17 ................... (25)
HJPJR = r + r HJD + r PRJJR + r HJPJR + r D + u ....................... (26)
t 1 t 2 t 3 t-1 4 t
18 HJPSS t = s + s
1 HJD t + s
2 PRJSS t + s
3 HJPSS t-1 + s
4 D t + u 19 ................... (27)
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah: o
1 ,p 2 ,q 2 ,r 2 ,s 2 < 0;
o
2 ,p 1 ,q 1 ,r 1 ,s 1 >0; 0<o 3 ,p 3 ,q 3 ,r 3 ,s 3 <1
dimana : HJD ,HJDSU ,HJDJH ,HJDJR ,HJDSS = peubah beda kala
t-1 t-1 t-1 t-1 t-1
U 15-19 = peubah pengganggu Untuk lebih jelasnya, maka untuk beberapa dari arah tanda parameter dugaan yang diharapkan dapat dijelaskan sebagai berikut. Permintaan jagung untuk pakan tentunya dipengaruhi oleh beberapa peubah diantaranya adalah harga pakan sebagai outputnya (HPN) dan harga kedelai (HKD). Peningkatan harga pakan tentunya akan memacu pabrik pakan untuk meningkatkan produksinya yang lebih lanjut membutuhkan penyediaan bahan baku yang
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
semakin banyak pula. Dengan demikian harga pakan berkorelasi positif terhadap permintaan jagung (koefisien HPN >0). Dalam pembuatan pakan, kedelai merupakan bahan baku komplemen dari jagung dan bukan bersifat substitusi, sehingga adanya kenaikan harga kedelai menyebabkan permintaan jagung untuk pakan akan berkurang. Sifat komplemen tersebut dicerminkan oleh arah parameter dugaan < 0 (koefisien HKD<0).
Secara teoritis dan didukung oleh beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa jagung untuk konsumsi langsung merupakan barang inferior bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hanya sebagian kecil masyarakat terutama di NTT, Jawa Timur, dan Sulsel yang menjadikan jagung masih sebagai makanan pokok. Dengan demikian dapat diduga bahwa perbaikan pendapatan per kapita (JIP) dan pola makan atau selera (SLR) masyarakat akan menyebabkan berkurangnya permintaan jagung untuk konsumsi langsung atau ditandai oleh arah parameter dugaan < 0 (koefisien JIP<0 dan koefisien SLR <0). Sebaliknya produk olahan jagung dari industri pangan merupakan barang normal. Artinya jika terjadi perbaikan pendapatan per kapita dan selera akan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap produk olahan jagung, dan lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan jagung dari industri pangan itu sendiri, ditandai oleh arah parameter dugaan > 0 (koefisien JIP > 0 dan koefisien SLR>0).
Metode Pendugaan
Sebelum menentukan metode pendugaan yang akan digunakan, maka terlebih dahulu perlu dilakukan uji keidentifikasian persamaan simultan dalam model (Koutsoyianis, 1977). Rumus uji keidentifikasian model menurut order
condition adalah: (K-M) > (G-1); dimana K = total peubah dalam model (peubah
endogen dan peubah predetermine); M = jumlah peubah endogen dan eksogen dalam persamaan yang diidentifikasi; dan G = total persamaan dalam model (jumlah peubah endogen dalam model). Jika suatu persamaan menunjukkan (K- M) > (G-1), maka persamaan teridentifikasi berlebih (over identified), apabila menunjukkan (K-M) = (G-1) maka persamaan teridentifikasi secara tepat (exactly identified), dan bila menunjukkan kondisi (K-M) < (G-1) maka persamaan tidak teridentifikasi (unidentified). Hasil uji keidentifikasian setiap persamaan struktural harus exactly atau over identified agar dapat diduga parameternya.
Model pasar jagung di Indonesia terdiri dari 19 persamaan struktural dan 8 persamaan identitas. Model terdiri dari 27 peubah current endogenous, 19 peubah lag endogenous, 37 peubah exogenous, sehingga ada 56 peubah
predetermine. Hasil uji keidentifikasian model menunjukkan persamaan adalah
over identified (K=83, M=11, dan G = 27). Dengan demikian salah satu metode
pendugaan parameter yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode 2SLS (Two Stage Least Squares)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga
Pertimbangan menggunakan metode pendugaan 2SLS adalah disamping lebih efisien, juga tidak membutuhkan ukuran sampel data yang besar, sedangkan metode lainnya seperti 3SLS membutuhkan ukuran sampel data yang besar (Johnston, 1972). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SAS/ETS versi 6.12. Uji statistik t digunakan untuk menguji apakah peubah-peubah penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada setiap persamaan.
Data dan Sumber Data
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret waktu (time series) tahun 1980-2001, berupa data sekunder yang bersumber dari FAO, Badan Pusat Statistik, Departemen Perdagangan dan Perindustrian, Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura serta laporan-laporan lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Pasar Jagung Domestik
Rata-rata luas areal tanaman jagung di Indonesia dalam periode 1990- 2001 adalah sekitar 3,38 juta hektar dengan peningkatan sebesar 1,13 persen per tahun (Tabel 1). Kalau dibanding dengan tanaman pesaingnya, luas pertanaman jagung selama periode 1990-2001 hanya sekitar 0,31 dari luas pertanaman padi, sebaliknya sekitar 2,49 kali dari luas pertanaman kedelai.
Dari aspek produktivitas, tampaknya produktivitas jagung di Indonesia relatif masih rendah (2,85 ton/ha) dibanding negara-negara lain seperti China yang sudah mencapai 5-6 ton/ha (FAO, 2003). Dalam periode 1990-2001 rata- rata produksi jagung di Indonesia sebesar 8,24 juta ton dengan peningkatan 3,75 persen per tahun. Lebih jauh terlihat bahwa peningkatkan produksi jagung di Indonesia lebih banyak ditentukan dari aspek peningkatan produktivitas dibanding karena peningkatan areal panen.
Kalau dikaitkan dengan kebutuhan jagung dalam negeri, menunjukkan bahwa produksi jagung Indonesia secara umum dalam periode 1990-2001 belum mampu memenuhi kebutuhan. Kondisi ini ditunjukkan selama periode tersebut, kecuali pada tahun 1993 dan 1998 status Indonesia dalam perdagangan jagung dunia adalah sebagai net importir (Tabel 2). Rata-rata impor jagung Indonesia 667,5 ribu ton dengan peningkatan cukup tajam yaitu 11,28 persen per tahun. Kalau dilihat dari pangsanya terhadap kebutuhan dalam negeri memang relatif masih kecil (7,7%), namun tanpa ada upaya untuk memacu produksi jagung dalam negeri, volume dan pangsa impor jagung mempunyai potensi untuk terus meningkat mengingat peningkatan kebutuhan dalam negeri lebih cepat dari peningkatan produksi.
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga
c
d
persentase terhadap produksi dalam negeri
c
Produksi + Impor – Ekspor – tercecer Keterangan:
b
FAO, 2003 (diolah)
a
Rataan 115,8 1,33 667,5 7.7 -550,8 8.348,3 r (%/th) 5,20 1,10 11,28 7,89 11,04 4,41 Sumber :
(%) 1990 141,8 2,10 90,1 1,4 51,7 6.352,3 1991 33,2 0,53 323,3 5,2 -290,1 6.220,1 1992 149,7 1,87 55,7 0,7 94,0 7.556,0 1993 60,8 0,94 494,5 7,6 -433,7 6.497,7 1994 37,4 0,54 1.118,3 14,8 -1 080,9 7.551,9 1995 79,1 0,96 969,2 11,2 -890,1 8.678,1 1996 26,8 0,29 616,9 6,6 -590,1 9.402,1 1997 18,9 0,22 1.098,4 11,7 -1 079,5 9.357,5 1998 632,5 6,22 313,5 3,4 319,0 9.357,0 1999 90,6 0,98 618,1 6,7 -527,5 9.244,5 2000 28,1 0,29 1.264,6 12,2 -1 236,5 10.366,5 2001 90,5 0,99 1.035,8 10,8 -945,3 9.595,3
d
(000 ton) Pangsa
(%) Volume
(000 ton) Pangsa
Tabel 1. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2001
(000 ton) Volume
b
Kebutuhan
Net (X-m) (000 ton)
a
Impor
a
Tahun Ekspor
Rataan 3.382 2,43 8.237 r (%/th) 1,13 2,85 3,75 Sumber: BPS 1995, 2001 (diolah) Tabel 2. Perkembangan Ekspor, Impor dan Penawaran Jagung Indonesia, Tahun 1990-2001
1991 2.909 2,15 6.255 1992 3.629 2,20 7.995 1993 2.939 2,20 6.459 1994 3.109 2,21 6.869 1995 3.651 2,26 8.245 1996 3.744 2,49 9.307 1997 3.355 2,61 8.771 1998 3.456 2,94 10.169 1999 3.848 2,39 9.204 2000 3.500 2,76 9.677 2001 3.286 2,79 9.165
(ton/ha) Produksi (000 ton) 1990 3.158 2,13 6.734
(000 ha) Produktivitas
Tahun Luas Areal
persentase terhadap kebutuhan dalam negeri Secara umum penggunaan jagung di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) konsumsi langsung, (2) bahan baku pakan ternak, (3) bahan baku industri pangan, dan (4) kebutuhan lainnya. Perkembangan penggunaan jagung di Indonesia periode 1990-2001 disajikan pada Tabel 3. Rata-rata penggunaan jagung untuk konsumsi langsung relatif sedikit yaitu 697 ribu ton per tahun atau hanya 9,15 persen dari total penggunaan jagung, bahkan cenderung mengalami penurunan masing-masing 4,86 persen dan 7,43 persen per tahun menurut volume dan pangsa. Penggunaan jagung terbesar adalah untuk kebutuhan industri pangan. Penggunaan jagung untuk industri pangan hampir 4,5 juta ton atau 52,81 persen per tahun dan cenderung meningkat masing-masing 9,04 persen dan 3,78 persen per tahun menurut volume dan pangsa. Sementara itu, penggunaan jagung untuk kebutuhan pakan periode 1990-2001 sekitar 2,3 juta ton atau 28,72 persen dari total penggunaan jagung. Baik dari segi volume maupun pangsa, penggunaan jagung untuk bahan baku pakan mengalami peningkatan masing-masing 5,60 persen dan 1,84 persen per tahun.
Tabel 3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2001
a b c d
Konsumsi Pakan Industri Pangan Lainnya Tahun Volume Pangsa Volume Pangsa Volume Pangsa Volume Pangsa
(000 ton) (%) (000 ton) (%) (000 ton) (%) (000 ton) (%) 1990 1.112 17,72 2.112 33,66 2.593 41,32 458 7,29 1991 1.034 16,82 2.174 35,37 2.498 40,64 441 7,17 1992 948 12,70 2.236 29,95 3.639 48,75 642 8,60 1993 864 13,45 2.298 35,77 2.772 43,16 489 7,62 1994 723 9,67 2.359 31,56 3.733 49,95 659 8,81 1995 567 6,60 2.420 28,18 4.761 55,44 840 9,78 1996 416 4,47 3.315 35,61 4.741 50,93 837 8,99 1997 460 4,96 3.075 33,16 4.877 52,60 861 9,28 1998 516 5,57 1.294 13,96 6.342 68,40 1.119 12,07 1999 563 6,15 1.717 18,77 5.838 63,81 1.030 11,26 2000 573 5,57 2.285 22,23 6.308 61,37 1.113 10,83 2001 582 6,12 2.518 26,47 5.452 57,30 962 10,11
Rataan 697 9,15 2.317 28,72 4.463 52,81 788 9,32 r (%/th) -4,86 -7,43 5,60 1,84 9,04 3,78 9,04 3,78
a
Sumber: SUSENAS (diolah)
b
Statistik Peternakan berbagai series (diolah)
c
Kariyasa, 2003
d
Lainnya = total penawaran – kebutuhan konsumsi – kebutuhan bahan baku pakan – kebutuhan bahan baku industri pangan
Profil Pasar Jagung Dunia
Pada tingkat dunia, produsen jagung utama adalah negara Amerika serikat. Dalam periode 1990-2001, rata-rata pangsa produksi jagung Amerika Serikat sebesar 40,22 persen terhadap produksi dunia, dimana jumlah produksinya cenderung meningkat 4,38 persen per tahun (Tabel 4). Produsen jagung dunia terbesar kedua adalah China dengan pangsa sebesar 19,79 persen dan produksinya juga cenderung meningkat sebesar 2,30 persen. Produsen jagung terbesar berikutnya masing-masing MEE, Brazil dan Mexico dengan pangsa masing-masing 6,06 persen, 5,61 persen dan 3,17 persen.
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
Sementara itu, pangsa produksi Indonesia terhadap produksi jagung dunia pada periode yang sama hanya sebesar 1,48 persen
Tabel 4. Perkembangan Produksi Jagung pada Lima Negara Produsen Utama Dunia dan Indonesia, Tahun 1990-2001 (000 ton)
Negara Tahun
Dunia AS Cina MEE Brazil Mexico Indonesia 1990 201.532 97.214 24.216 21.348 15.664 6.734 483.329
1991 189.866 99.148 28.911 23.624 16.530 6.256 494.359 1992 240.719 95.773 31.184 30.506 17.245 7.995 533.526 1993 160.985 103.110 31.704 30.056 18.631 6.460 476.681 1994 255.293 99.674 29.590 32.488 19.141 6.869 569.212 1995 187.969 112.362 30.368 36.267 17.005 8.246 517.068 1996 234.527 127.865 35.576 32.185 16.000 9.307 589.174 1997 233.867 104.648 39.386 32.948 18.922 8.771 584.920 1998 247.882 133.198 36.436 29.602 16.934 10.169 615.460 1999 239.549 128.287 37.522 32.038 17.788 9.204 606.946 2000 251.854 106.180 38.774 31.879 19.000 9.677 592.501 2001 241.485 114.254 40.820 41.439 19.000 9.165 614.234
Rataan 223.794 110.143 33.707 31.198 17.655 8.238 556.451 Share (%) 40,22 19,79 6,06 5,61 3,17 1,48 100,00 r (%/th) 4,38 2,30 5,17 6,97 2,11 3,75 2,56
Sumber: FAO, 2003 (diolah) Kecuali Amerika Serikat, tampaknya negara produsen jagung utama dunia tidak secara otomatis menjadi negara eksportir jagung utama dunia (Tabel
5). Hal ini mungkin disebabkan kebutuhan jagung di dalam negerinya pun cukup besar, sehingga kegiatan memproduksi jagung diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Negara eksportir jagung utama dunia adalah Amerika Serikat. Dalam periode 1990-2001, pangsa Amerika Serikat dalam perdagangan jagung dunia sangat besar yaitu mencapai sekitar 63,42 persen. Dengan demikian, volume perdagangan jagung dunia sangat tergantung dari produksi, kebutuhan serta kebijakan Amerika dalam perdagangan jagung dunia. Negara yang termasuk eksportir utama berikutnya adalah Argentina dan China dengan pangsa masing-masing 9,90 persen dan 8,59 persen. Sedangkan pangsa ekspor Indonesia terhadap ekspor dunia hanya sebesar 0.16 persen.
Terlihat juga bahwa rata-rata volume jagung yang diperdagangan di pasar dunia periode 1990-2001 hanya 73,7 juta ton atau 13,31 persen dari total produksi dunia, dimana volume tersebut cenderung menurun sebesar 0,87 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar jagung dunia relatif bersifat tipis (thin market).
Perkembangan impor dunia periode 1990-2001 disajikan pada Tabel 6. Dalam periode tersebut, rata-rata impor dunia sebesar 7,3 juta ton dan cenderung meningkat sekitar 1,45 persen per tahun. Negara importir utama adalah Jepang. Pangsa impor jagung Jepang periode 1991-2001 sekitar 22,29 persen, disusul Korea Selatan dengan pangsa impor 10,11 persen, Taiwan 7,20
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga persen, Mexico dan Malaysia masing-masing 4,92 persen dan 2,78 persen. Sementara pangsa impor jagung Indonesia terhadap impor dunia relatif masih kecil (0,9 persen).
Tabel 5. Perkembangan Ekspor Jagung pada Beberapa Negara Eksportir Utama Dunia dan Indonesia, Tahun 1990-2001 (000 ton)
Negara Dunia Tahun
a
AS Argentina Cina Hungaria Indonesia Jumlah % 1990 52.172 2.998 3.405 156 142 72.039 14,90 1991 44.558 3.898 7.783 494 33 66.161 13,38 1992 43.236 6.093 10.340 2.525 150 73.842 13,84 1993 40.365 4.871 11.098 169 61 67.817 14,23 1994 35.877 4.154 8.740 181
37 65.147 11,45 1995 60.240 6.001 113 601 79 78.222 15,13 1996 52.410 6.425 159 129 27 71.754 12,18 1997 41.792 10.979 6.617 1.192 19 73.066 12,49 1998 42.125 12.442 4.687 2.109 633 76.095 12,36
1999 51.975 7.890 4.305 1.708 91 78.903 13,00 2000 47.971 10.847 10.466 1.007 28 82.124 13,86 2001 47.944 10.910 5.998 1.569 90 78.910 12,85
Rataan 46.722 7.292 6.143 987 116 73.673 13,31 Share (%) 63,42 9,90 8,34 1,34 0,16 100,00 - r(%/th) 0,48 10,59 1,02 -2,83 5,20 1,49 -0,87
Sumber : FAO, 2003 (diolah)
a
Keterangan : persentase terhadap total produksi dunia Tabel 6. Perkembangan Impor Jagung pada Beberapa Negara Importir Utama Dunia dan
Indonesia, Tahun 1990-2001 (000 ton) Negara
Tahun Dunia
Korea Jepang Taiwan Mexico Malaysia Indonesia
Selatan 1990 16.008 6.158 4.785 4.104 1.480 9 73.632 1991 16.646 5.477 5.321 1.422 1.464 323 65.831
1992 16.382 6.612 4.983 1.306 1.816 56 72.304 1993 16.863 6.207 629 211 2.058 494 68.951 1994 15.930 5.749 5.316 2.747 1.969 1.118 63.212 1995 16.580 9.035 6.288 2.687 2.383 969 76.964 1996 16.004 8.679 5.900 5.843 2.227 617 71.103 1997 16.097 8.313 5.742 2.519 2.745 1.098 72.358 1998 16.049 7.111 4.474 5.212 1.841 313 72.845 1999 16.606 8.115 4.575 5.546 2.200 618 75.912 2000 16.111 8.715 5.000 5.348 2.249 1.265 81.896 2001 16.222 8.482 5.100 6.174 1.975 1.036 82.079
Rataan 16.291 7.388 5.259 3.593 2.034 660 73.091 Share (%) 22,29 10,11 7,20 4,92 2,78 0,90 100,00 r (%/th) -0,11 3,65 -0,48 11,22 2,80 11,28 1,45
Sumber: FAO, 2003 (diolah)
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
Hasil Pendugaan Model Pasar Jagung di Indonesia
Secara umum hasil pendugaan model pasar jagung di Indonesia cukup baik dilihat dari kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrika. Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa sebanyak 78,95 persen (15 persamaan) dari 19
2
persamaan struktural mempunyai nilai koefisien determinasi (R ) berkisar 0,6116 – 0,9777. Artinya, secara umum kemampuan peubah-peubah penjelas untuk menjelaskan variasi nilai peubah endogennya cukup tinggi. Sebaliknya peubah-peubah penjelas pada persamaan luas areal jagung di Sulsel, harga jagung Indonesia, harga jagung Jateng, dan harga jagung Sulsel belum mampu menjelaskan keragaman nilai peubah endogennya secara baik, yaitu masih dibawah 60,0 persen. Arah dan besaran nilai parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai harapan, meskipun hasil uji t-statistik menunjukkan masih ada beberapa peubah penjelas yang berpengaruh tidak nyata pada rentang taraf uji α = 0,05 – 0,15.
Untuk mengetahui apakah persamaan yang diduga mempunyai masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durwin-Watson (DW) yang dihasilkannya. Suatu persamaan dikatakan tidak ada masalah autokorelasi jika d U < DW < 4 - d U . Pada kondidi 4 - d U < DW < 4 - d L atau d L < DW < d U maka dikatakan DW berada pada daerah mengambang (inconclusive region). Nilai d merupakan
U
batas atas dan d L merupakan batas bawah. Jika nilai DW < d L atau DW > 4-d L menunjukkan bahwa persamaan yang diduga mempunyai masalah autokorelasi. Mengacu pada Tabel DW, pada taraf uji nyata 1 persen dan n = 22 (sesuai periode data yang digunakan dalam model, yaitu 1980-2001) diperoleh d U = 1,54 dan d L = 0,75, sehingga suatu persamaan dikatakan tidak ada masalah autokorelasi jika nilai DW berada pada selang 1,54 – 2,46. DW berada daerah mengambang pada selang 0,75 – 1,54 atau selang berkisar 2,46 – 3,25. Suatu persamaan mempunyai masalah autokorelasi jika nilai DW < 0,75 dan DW > 3,25. Nilai DW dari hasil pendugaan pada setiap persamaan struktural pada model berada pada selang 1,54 – 2,46, kecuali pada persamaan permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan persamaan harga jagung impor, dimana DW-nya masing-masing 1,073 dan 1,234. Nilai DW kedua persamaan ini juga masih berada pada daerah mengambang, tidak berada pada daerah ada autokorelasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada semua persamaan yang diduga tidak ada masalah autokorelasi antara peubah-peubah bebas yang dimasukan pada model. Implikasinya adalah parameter dugaan yang dihasilakn lebih efisien atau tidak bias.
Hasil uji statisitik t hit pada 97 peubah predetermine menunjukkan sebanyak 75,26 persen peubah predetermine (73 peubah) berpengaruh nyata pada taraf 5–10 persen. Arah dan besaran peubah lag endogen setiap persamaan sesuai harapan (0< γ<1). Artinya, seluruh peubah lag endogen pada persamaan struktural berpengaruh terhadap perubahan perekonomian, teknologi dan kelembagaan yang ada. Karena itu, hasil pendugaan model tersebut representatif untuk menggambarkan fenomena ekonomi pasar jagung
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga
Indonesia. Pembahasan terperinci pendugaan perilaku pasar jagung domestik dan dunia diuraikan pada bagian berikut.
Areal Panen Jagung
Hasil pendugaan pada persamaan areal jagung di empat provinsi kajian (Sumut, Jateng, Jatim dan Sulsel) menunjukkan bahwa kecuali di Sulawesi Selatan, peubah-peubah penjelas yang terdiri dari harga jagung, kedelai, kacang tanah, dummy krisis ekonomi dan lag areal jagung mampu menjelaskan secara baik (87,42 – 92,44 persen) variasi nilai peubah endogennya (Tabel 7). Kurang bagusnya hasil pendugaan di Sulsel selain karena data yang tersedia cukup fluktuaktif, juga diduga karena ada peubah-peubah yang tidak dimasukkan dalam persamaan yang justru mempunyai pengaruh yang cukup besar.
Hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa di empat provinsi kajian, kedelai dan kacang tanah merupakan tanaman pesaing bagi tanaman jagung. Dalam jangka pendek, areal panen jagung di semua provinsi kurang responsif terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya, begitu juga dalam jangka panjang untuk areal jagung di Jateng, Jatim dan Sulsel. Dalam jangka panjang, tampaknya areal panen jagung di Sumut cukup respon terhadap perubahan harga jagung, kedelai dan kacang tanah.
Luas areal panen jagung saat krisis ekonomi di ke empat provinsi kajian lebih tinggi dibanding sebelumnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa saat krisis ekonomi petani lebih tertarik memperluas pertanaman jagungnya karena selain harga jagung itu membaik, ternyata harganya juga lebih menarik dibanding harga tanaman kompetitornya.
Produktivitas Jagung
Peubah penjelas yang terdiri dari rasio harga jagung dengan harga pupuk, rasio harga jagung dengan tingkat upah, teknologi produksi, suku bunga, dummy krisis ekonomi dan lag peubah produktivitas jagung di provinsi kajian; mampu dengan baik (89,64 – 97,77 persen) menjelaskan variasi nilai peubah endogennya (Tabel 8). Semua peubah penjelas mempunyai arah dan besaran parameter dugaan sesuai harapan.
Dalam jangka panjang, produktivitas jagung di empat provinsi kajian sangat responsif terhadap perubahan teknologi produksi, serta terhadap perubahan rasio harga jagung dengan pupuk. Kalau dikomparasi lebih jauh dari nilai elastisitas terlihat bahwa peningkatan produktivitas jagung melalui instrumen perbaikan teknologi produksi baik melalui penggunaan benih unggul (hibrida dan komposit) maupun penggunaan pupuk yang berimbang diduga paling efektif. Namun demikian, kebijakan pemerintah dalam perbaikan harga jagung domestik misalnya melalui penetapan harga dasar jagung dan
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 167 - 194
- HJDSU t HKDSU
- 0,3172
- 0,1959
- 0,4119
- 1,9557
- 1,2079
- 2,5395
- 21,71***
- 20,76***