BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tahu - ANALISIS KANDUNGAN KIMIA MINYAK ATSIRI JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN POTENSINYA SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI PADA TAHU PUTIH DAN DAGING AYAM - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tahu Tahu merupakan salah satu produk olahan kedelai sebagai pangan

  fungsional yang mengandung protein, lemak, karbohidrat dan serat. Dibuat melalui proses penggumpalan protein sehingga berbentuk semi padat. Tahu dikenal sebagai produk pangan yang tidak awet dan proses pembuatannya umumnya dilakukan secara konvensional atau tradisional dari segi peralatan, metode dan pemasarannya. Masa simpan tahu hanya satu hari sehingga menjadi permasalahan bagi masyarakat dan bagi pengusaha tahu sendiri sehingga produksi tahu menjadi terbatas sesuai dengan tingkat penjualan setiap hari yang fluktuatif (Harti et al., 2013). Penyebab tahu mudah mudah rusak yaitu kadar air dan protein yang tinggi, masing-masing 86% dan 8-12%, sedangkan kadar lemak 4,8% dan karbohidrat 1,6%. Kondisi ini mudah mengundang timbulnya jasad renik pembusuk, terutama bakteri. Tahu juga mengandung mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, natrium, serta vitamin seperti kolin, vitamin B dan vitamin E. Kandungan asam lemak jenuhnya rendah dan bebas kolesterol (Koswara, 2009). Tahu merupakan salah satu produk pangan yang diatur oleh SNI. Tahu merupakan salah satu produk kedelai yang dibuat dengan teknologi sederhana. Tahu yang baik memilki kualitas sensoris dan mikrobiologis sesuai standar mutu yang ditetapkan. Syarat mutu tahu menurut SNI 01-3142-1998 disajikan dalam tabel 1.

B. Daging ayam

  karena mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat lainnya yang berguna bagi tubuh. Daging ayam memiliki rasa yang lezat dan harganya juga relatif murah, sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat (Buckle et al., 2009). Selain nutrisi yang lengkap, daging ayam segar berkadar air cukup tinggi, sehingga pada suhu ruang kondisi ini menyebabkan daging ayam yang segar menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen maupun bakteri pembusuk. Daging ayam yang dibiarkan pada udara terbuka untuk beberapa waktu akan lebih cepet membusuk. Pertumbuhan bakteri dalam daging segar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, waktu, tersedianya oksigen, dan kadar air daging (Kusumaningrum et al., 2013). Karkas ayam setelah dipotong mengandung jumlah bakteri antara 600-8100 unit koloni/cm pada permukaan kulitnya. Setelah mengalami berbagai proses jumlahnya dapat meningkat menjadi 11.000-93.000 unit koloni/cm (Buckle et

  

al., 2009). Daging ayam umumnya disimpan dengan cara pendinginan,

  pembekuan, proses termal (pemanasan), dehidrasi (pengeringan), atau dengan pengawetan menggunakan bahan pengawet seperti garam, gula, asam, dan berbagai pengawet sintetis atau pengawet kimia untuk menekan pertumbuhan bakteri (Usmiati, 2010). Menurut SNI 3924:2009 cemaran mikroba yang terkandung pada daging ayam dapat dilihat pada tabel 2.

C. Jahe Gajah

  Tanaman Jahe termasuk suku Zingeberaceae, merupakan salah satu tanaman rempah-rempahan yang telah lama digunakan sebagai bahan baku obat tradisioanal. Negara yang ada di Asia Pasifik diantaranya Cina dan India merupakan negara yang pertama kali memanfaatkan jahe sebagai bahan minuman, bumbu masak, dan obat-obatan tradisional (Nursal et al, 2006).

1. Klasifikasi Tanaman Jahe

  Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman jahe yaitu : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Zingiber officinale Roxb Tabel 1. Syarat mutu tahu menurut SNI 01-3142-1998 Jenis Uji Satuan Persyaratan Keadaan : Bau Normal Rasa Normal Warna Putih/kuning normal Penampakan Tidak berlendir dan berjamur Abu % (b/b) Maksimal 1,0 Protein % (b/b) Minimal 9,0 Lemak % (b/b) Minimal 0,5 Serat kasar % (b/b) Maksimal 0,1 Bahan tamabahan % (b/b) Sesuai SNI 0222-M dan Peraturan

  Menteri Kesehatan No. 722/Men/Kes/Per/IX/1998 Cemaran logam :

  Timbal mg/kg Maksimal 2,0 Tembaga mg/kg Maksimal 30,0 Seng mg/kg Maksimal 40,0 Timah mg/kg Maksimal 40,0 Raksa mg/kg Maksimal 0,03 Cemaran arsen mg/kg Maksimal 1,0 Cemaran Mikroorganisme : E-coli Maksimal 10 1 Salmonella APM /g/25g Negatif Tabel 2. Syarat mutu mikrobiologis karkas dan daging ayam menurut SNI 3924:2009

  No Jenis Satuan Persyaratan 6

  1 Total Plate Count cfu/g Maksimum 1 x 10 2

  2 Coliform cfu/g Maksimum 1 x 10 2

  3 Staphylococcus aureus cfu/g Maksimum 1 x 10

  4 Salmonella sp. per 25 g Negatif 1

  5 Escherichia coli cfu/g Maksimum 1 x 10

  6 Campylobacter sp. per 25 g Negatif 2.

   Nama daerah

  Jahe mempunyai nama daerah antara lain : Halia (Aceh), lahai (Minang), jahe (jawa barat), jae (jawa tengah & jawa timur), jhai (Madura), lia (Flores), jaeljahya (Bali), melito (Gorontalo), goraka (Ternate), late (Timor), iali (Irian jaya) (Rismunandar, 1998 : 17).

3. Deskripsi tanaman jahe

  Tanaman jahe memiliki daun yang sempit dengan panjang 15-23 cm, lebar 8-15 mm, tangkai daunnya berambut dengan panjang 2 mm sampai dengan 4 mm. Bentuk daun lidah memanjang, tidak berambut, panjang 7,5 mm sampai dengan 1 cm, seludang agak berambut. Tangkai bunga hampir tidak berambut, panjangnya 25 cm, ibu tangkai daun (rachis) berambut jarang, sisim pada tangkai terdapat 5 buah sampai dengan 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berambut, panjang sisik 3-5 cm. Daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bulat pada ujungnya, tidak berambut, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 cm sampai 1,25 cm, helainya agak sempit berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 cm sampai 2,5 cm. Lebar 2 mm sampai dengan 3,5 mm, bibir (labellum) berbintik-bintik berwarna putih kekuningan. Kepala sari berwarna ungu dengan panjang 9mm. Rimpang jahe jika dipotong berwarna kekuninagan (Backer & Van Den Brink, 1968). Jahe memiliki akar berbentuk akar serabut dengan warna putih kotor. Rimpang tebal agak melebar, tumbuh bercabang-cabang. Warna rimpang kuning pucat. Bagian dalam berserat agak kasar, warna kuning muda dengan bagian ujung berwarna merah muda. Buah jahe berbentuk bulat hingga bulat panjang, berwarna coklat sedang bijinya berbentuk bulat dengan warna hitam (Ramadhan, 2013).

4. Varietas jahe

  Berdasarkan warna rimpang, bentuk, ukuran rimpang, dan aromanya, dikenal tiga varietas jahe, yakni jahe putih besar atau jahe gajah, jahe putih kecil atau jahe emprit, dan jahe merah (Hernani & Winarti, 2012). Jahe merah mengandung kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%), dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi jika dibandingkan jahe emprit (41,48%; 3,5% dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25%; 2,5% dan

  Jahe putih besar dikenal dengan sebutan jahe badak atau jahe gajah. Jahe gajah memiliki rimpang yang lebih besar jika dibandingkan dengan varietas jahe yang lainnya dan cenderung gemuk. Jahe gajah memiliki aroma yang kurang tajam dan kurang pedas. Jahe gajah memiliki rimpang yang berwarna putih dan juga kekuningan. Jahe gajah adalah jahe yang paling disukai dipasaran internasional. Jahe gajah biasanya banyak digunakan dalam produksi permen jahe, sirup jahe, dan bir atau anggur jahe (Ramadhan, 2013).

  Jahe emprit mempunyai ukuran rimpang yang relatif kecil, bentuknya agak pipih, berwarna putih sampai kuning, seratnya berstekstur lembut, aromanya agak tajam, dan rasanya pedas. Jahe ini sering digunakan sebagai bumbu masakan terutama untuk konsumsi pasar lokal dan juga bahan baku obat-obatan (Santoso, 1994).

  Jahe merah merupakan jahe yang dipercaya memiliki banyak khasiat dan digunakan sebagai obat-obatan. Jahe merah sering digunakan sebagai obat dan suplement. Rimpang jahe merah biasanya berukuran kecil jika dibandingkan dengan jahe lainnya. Jahe merah memiliki rimpang yang berwarna merah atau jingga dan oleh masyarakat sudah dikenal lama sebagai bahan obat. Jahe merah memilki serat yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang lainnya (Depkes RI, 1978).

5. Kandungan kimia jahe

  Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa jahe memilki sifat antimikroba. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terdiri dari golongan fenol, flavonoid, terpenoid, minyak atsiri dan diduga merupakan golongan senyawa metabolit sekunder bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan mikroba perusak pangan (Purwani, 2008). Senyawa bioaktif yang terkandung dalam rimpang jahe, seperti senyawa phenolic (shogaol dan gingerol) dan minyak atsiri, seperti bisapolen, zingiberen, zingiberol, zingeron, geraniol, neral, gingerglikolipid (Kemper, 1999).

  Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi shagaol. Shagaol lebih pedas dibandingkan gingerol, merupakan komponen utama jahe kering (Mishra et al., 2009). Jahe segar teridentifikasi 63 senyawa, dimana 31 senyawa pernah dilaporkan ada 20 senyawa baru. Senyawa yang teridentifikasi adalah gingerol, shogaol, dihidroshogaol, paradol, dihidroparadol, turunan asetil gingerol, gingerdiol. Jahe kering teridentifikasi sebanyak 115 senyawa dimana 88 senyawa pernah dilaporkan (Jolad et al., 2005).

  Shogaol terbentuk selama pengeringan rimpang jahe karena terbentuk hasil degradasi senyawa gingerol. Reaksi ini berlangsung cepat sekali dalam suasana basa pada suhu kamar, sedangkan dalam suasana asam reaksi berlangsung lambat sekal. Jahe akan berkurang kepedasannya selama penyimpanan dan senyawa yang tertransformasi adalah gingerol menjadi shogaol.

  Jahe kering mempunyai kadar air 7-12%, minyak atsiri 1-3%, oleoresin 5-10%, pati 50-55%, sejumlah kecil protein, dan serat lemak sampai 70%. Aroma jahe sangat tergantung pada kandungan minyak atsiri (1-3%). Variasi komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan saja dikarenakan varietasnya tetapi juga kondisi iklim, musim, geografi lingkungan, tingkat ketuaan, adaptasi metabolit dari tanaman, kondisi destilasi, dan bagian yang dianalisis (Wang et al., 2009).

  Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe. Minyak atsiri itu sendiri terdapat pada rimpang jahe segar, jahe kering, atau oleorosin. Jahe kering mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3%. Sedangkan jahe segar kandungan minyak atsirinya lebih banyak dari jahe kering. Komponen utama minyak jahe adalah zingiberin dan zingiberol. Zingiberen adalah senyawa paling uatam dalam minyak

D. Minyak Atsiri

  Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak yang mudah menguap atau minyak terbang. Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun bunga dengan cara penyulingan uap (Sastrohamidjojo, 2004).

  Minyak atsiri terdiri dari beberapa campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida dan eter. Minyak atsiri sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis komponen kimia yang presentasinya sangat tinggi. Komponen yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang presentasinya tertinggi. Kehilangan satu komponen yang prsentasinya kecil dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).

  Bagian organ yang disuling sangat menentukan kadar minyak atsiri. Pengamatan anatomi pada helai daun, pelepah daun, batang semu, akar dan rimpang anggota Zingiberaceae, menunjukan bahwa jumlah sel penyimpanan minyak atsiri pada rimpang jauh lebih banyak dibandingkan organ lain, sehingga diperkirakan mengandung lebih banyak minyak atsiri. Musim pemanenan sangat mempengaruhi kadar minyak atsiri, kelembaban tanah, banyaknya sinar matahari, serta stress lingkungan akibat kekurangan air dapat menaikkan konsentrasi senyawa kimia berkerangkan karbon, termasuk terpenoid. Selain itu metode isolasi juga sangat mempengaruhi kadar minyak atsiri berupa komposisi dan kadar senyawa penyusunnya. Suhu tinggi saat destilasi akan mengubah komposisi kimia minyak atsiri dan menghasilkan senyawa baru yang secara alami tidak disintesis. Kerusakan minyak atsiri dicegah dengan memisahkan benda asing berupa logam, harus dibebaskan dari air dan dijernihkan, kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada

  Destilasi didefinisikan sebagai cara penguapan dari suatu zat dengan perantara uap air dan proses pengembunan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi merupakan metode yang berfungsi untuk memisahkan dua zat yang saling berbeda, tetapi tergantung beberapa faktor, termasuk juga perbedaan tekanan uap air (berkaitan dengan perbedaan titik didihnya) dari komponen-komponen tersebut. Destilasi melepaskan uap air pada sebuah zat yang tercampur yang kaya dengan komponen yang mudah menguap dari pada zat tersebut (Pasto, 1992).

  Beberapa jenis tanaman sumber minyak atsiri perlu dirajang terlebih dahulu sebelum disuling. Hal ini untuk memudahkan proses penguapan minyak yang terdapat didalamnya karena perajangan ini menyebabkan kelenjar minyak dapat terbuka lebar . Tujuan lainnya yaitu agar rendeman minyak menjadi lebih tinggi dan waktu penyulingan menjadi lebih singkat (Lutony et al., 1994).

  Macam - macam penyulingan menurut Sastrohamidjojo (2004) :

  1. Penyulingan air Bahan tanaman yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengapung diatas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuatitas bahan yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung.

  2. Penyulingan uap dan air Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlubang-lubang dan ditopang diatas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit dibawah dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air mendidih.

  3. Penyulingan uap Uap yang digunakan memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukan

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI KOMBINASI MINYAK ATSIRI JAHE GAJAH (Zingiber officinale Roscoe) DAN SERAI (Cymbopogon citratus) SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAGING AYAM

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI KOMBINASI MINYAK ATSIRI JAHE GAJAH (Zingiber officinale Roscoe) DAN SERAI (Cymbopogon citratus) SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAGING AYAM - repository perpustakaan

0 0 18

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI KOMBINASI MINYAK ATSIRI JAHE GAJAH (Zingiber officinale Roscoe) DAN SERAI (Cymbopogon citratus) SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAGING AYAM - repository perpustakaan

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DAN UJI POTENSI PENGAWET ALAMI DARI KOMBINASI MINYAK ATSIRI SERAI ( Cymbopogon c it ratus ) DAN CENGKIH ( Syzygium aromaticum ) PADA DAGING AYAM - repository perpustakaan

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - SKRINING FITOKIMIA DAN UJI POTENSI INFUSA SERAI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI TERHADAP TAHU DAN DAGING AYAM - repository perpustakaan

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - SKRINING FITOKIMIA DAN UJI POTENSI INFUSA SERAI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI TERHADAP TAHU DAN DAGING AYAM - repository perpustakaan

0 2 6

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI POTENSI INFUSA SERAI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI TERHADAP TAHU DAN DAGING AYAM - repository perpustakaan

0 2 5

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI KOMBINASI MINYAK ATSIRI CENGKIH (Syzigium aromaticum) DAN JAHE GAJAH (Zingiber officinale Roscoe) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA DAGING AYAM SEGAR

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - FORMULASI GEL MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI REPELAN ANTI NYAMUK Aedes aegypty - repository perpustakaan

0 0 8

ANALISIS KANDUNGAN KIMIA MINYAK ATSIRI JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN POTENSINYA SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI PADA TAHU PUTIH DAN DAGING AYAM - repository perpustakaan

0 0 17